abses hepar fix

24
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu (1) . Bakteri ini bisa sampai ke hati melelui: 1) kandung kemih yang terinfeksi. 2) Luka tusuk atau luka tembus. 3) Infeksi didalam perut., dan 4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah. Gejalanya berkurangnya nafsu makan, mual dan demam serta bisa terjadi nyeri perut (1) . Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) dan abses hati pyogenik (AHP). Abses 1 Laporan Kasus Bagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Upload: silvana-hitipeuw

Post on 28-Nov-2015

76 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Abses Hepar Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi

bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem

gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan

pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi

dari peradangan akut saluran empedu (1).

Bakteri ini bisa sampai ke hati melelui: 1) kandung kemih yang terinfeksi.

2) Luka tusuk atau luka tembus. 3) Infeksi didalam perut., dan 4) Infeksi dari

bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah. Gejalanya berkurangnya

nafsu makan, mual dan demam serta bisa terjadi nyeri perut (1).

Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu abses hati amebik (AHA) dan

abses hati pyogenik (AHP). Abses hati amebik merupakan komplikasi amebiasis

ekstraintestinal yang sering dijumpai di daerah tropik/ subtropik, termasuk

Indonesia. Abses hepar pyogenik (AHP) dikenal juga sebagai hepatic abscess,

bacterial liver abscess, bacterial abscess of the liver, bacterial hepatic abscess

(1,2).

Abses hati masih merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa

negara berkembang. Prevalensi yang tinggi sangat erat hubungannya dengan

sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah serta gizi yang buruk.

1 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 2: Abses Hepar Fix

Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus liver abses di

daerah perkotaan. Di negara yang sedang berkembang abses hati amebik lebih

sering didapatkan secara endemik dibanding dengan abeses hati piogenik. Dalam

beberapa dekade terakhir ini telah banyak perubahan mengenai aspek

epidemiologi, etiologi, bakteriologi, cara diagnostik maupun mengenai

pengelolaan serta prognosisnya (1,2).

Pada era pre-antibotik, AHP terjadi akibat komplikasi appendisitis. Bakteri

patogen melalui arteri hepatika atau melalui sirkulasi vena portal masuk ke dalam

hati, sehingga terjadi bakteremia sistemik, ataupun menyebabkan komplikasi

infeksi intra abnominal seperti divertikulitis, peritonitis dan infeksi post operasi (1).

Berikut kami laporkan satu kasus pada seorang pasien dengan abses hepar.

BAB II

2 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 3: Abses Hepar Fix

LAPORAN KASUS

Seorang pasien bernama Tn. S, laki-laki berumur 33 tahun, bekerja

sebagai wiraswasta, tinggal di moramo utara. Masuk pada tanggal 3 November

2013. Dirawat di ruang Asoka Non Bedah kamar 5, Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dengan nomor rekam medic 371157.

Pasien masuk dengan keluhan utama demam. Pasien mengeluh demam

yang telah dirasakan sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam

dikeluhkan kadang naik turun, tidak disertai menggigil dan tidak terjadi pada

waktu-waktu tertentu. Pasien juga mengeluhkan sakit ulu hati dan juga terasa

mual, muntah tidak dialami pasien. Pasien juga mengeluh sakit perut bagian

kanan atas, serta adanya penurunan nafsu makan selama beberapa bulan terakhir,

dan adanya penurunan berat badan yang dirasakan pasien tapi tidak diketahui

berapa banyak penurunan berat badannya. Riwayat sakit kepala, batuk, sesak dan

nyeri dada tidak dikeluhkan oleh pasien. Buang air besar terkesan biasa, tidak ada

riwayat buang air besar berwarna hitam, dan buang air kecil lancar, berwarna

seperti teh dan tidak ada nyeri saat berkemih.

Pasien mempunyai riwayat merokok dari SMA sampai sekarang setiap

hari, dengan rata-rata 1 sampai 2 bungkus rokok perhari. Riwayat minum alkohol

waktu pasien muda, setiap minum sebanyak 2 gelas. Keluhan ini baru dirasakan

oleh pasien, dan tidak ada keluhan yang sama pada keluarga pasien. Riwayat

mengalami diare sebelumnya disangkal pasien dan riwayat menderita penyakit

kuning tidak ada sebelumnya begitu pula dengan diabetes dan hipertensi.

3 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 4: Abses Hepar Fix

Pada pemeriksaan fisis yang dilakukan didapatkan pasien dengan keadaan

umum sakit sedang dengan tinggi badan 165 cm, dan berat badan 74 kg. Indeks

massa tubuh (IMT) pasien adalah 27,18 Kg/m2. Dalam kondisi kesadaran compos

mentis.

Tanda vital pasien meliputi tekanan darah: 130/80 mmHg, nadi 88x/menit,

pernapasan: 22x/menit tipe torakoabdominal, pemeriksaan suhu pada axilla

36,40C.

Pada pemeriksaan fisis yang dilakukan pada kepala tampak mesosefal,

dengan wajah simetris namun dengan ekspresi wajah yang tampak lemas. Tidak

ditemukan deformitas, rambut hitam lurus dan sukar dicabut. Pemeriksaan mata

tidak ada exoptalmus ataupun enoptalmus, pada kelopak mata tidak tampak

cekung, ditemukan konjungtiva yang anemis, sclera tidak ikterik, reflex cahaya

pada kornea positif kiri dan kanan dengan diameter 3mm pada mata kiri dan

kanan. Pemeriksaan hidung tidak ditemukan perdarahan dan secret. Pemeriksaan

telingga tidak didapatkan tophi, tidak ada nyeri tekan pada proceccus mastoideus,

dan pendengaran normal. Pada mulut tidak ada oral ulcer, bibir tidak pucat dan

kering, gigi geligi masih intak, lidak tidak kotor, tidak ada perdarahan gusi, tonsil

dan faring tidak hiperemis.

Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah

bening, begitu pula pada kelenjar gondok. Tekanan vena jugular 5+2 cm, tidak

ada tremor dan kaku kuduk. Pemeriksaan thorax, diinspeksi pada bagian kiri dan

kanan tampak simetris, tidak ada yeri tekan pada palpasi, paru kanan terdengar

4 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 5: Abses Hepar Fix

pekak dan paru kiri sonor pada perkusi, tidak ada bunyi tambahan saat dilakukan

auskultasi. Pemeriksaan inspeksi jantung terlihat Ictus cordis pada intercostal V

linea midclavicularis sinistra, dan terpalpasi pada daerah yang sama, dengan

perkusi pekak, serta auskultasi didapatkan bunyi jantung I dan II murni tanpa

bunyi tambahan baik murmur maupun gallop.

Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi tampak datar, simetris, mengikuti

gerak napas dan tidak ada kelainan kulit. Auskultasi terdengar 8 kali per menit.

Palpasi pada abdomen teraba pembesaran hepar 3 jari di bawah arcus costa,

konsistensi lunak, permukaan licin, tepi tumpul dan tidak ada nyeri tekan,

sedangkan lien tidak teraba, dan pada perkusi didapatkan pekak hepar.

Pemeriksaan punggung diinspeksi tidak ada kelainan, tidak ada nyeri ketok, dan

gerakan punggung tampak normal. Pada pemeriksaan ekstremitas akral tidak

dingin, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening di inguinal, tidak ada

edema pada kedua tungkai, dengan kekuatan 5-5-5-5.

Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan tanggal 6 november 2013

didapatkan hasil darah rutin dengan gambaran WBC 22,6 x 103 ul, lymph# 3,4 x

103 ul, mid# 1,3 x 103 ul, gran # 17,9 x 103 ul, lymph# 15,2%, mid# 5,9%, gran#

78,9%, HGB 10,0 g/dL, RBC 4,77 x 106 ul, HCT 37,6%, MCV 78,9 pg, MCH

22,6 g/dL, MCHC 28,7 g/dL, RDW-CV 14,2%, RDW-SD 43,2 fl, PLT 94 x 103

ul, MPV 10,7 fl, PDW 15,6, PCT 0,100%.

Pada pemeriksaan kimia darah nilai glukosa 143, SGOT 30,3 U/L, SGPT

27,6 U/L, urea 15,7 mg/dL. Telah dilakukan pula pemeriksaan laboratorium kedua

5 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 6: Abses Hepar Fix

darah rutin tanggal 11 November 2013 dengan hasil WBC 7,3 x 103 ul, lymph#

1,8 x 103 ul, mid# 0,6 x 103 ul, gran # 4,9 x 103 ul, lymph# 25,0%, mid# 8,7%,

gran# 66,3%, HGB 10,9 g/dL, RBC 4,87 x 106 ul, HCT 38,1%, MCV 78,4 pg,

MCH 22,3 g/dL, MCHC 28,6 g/dL, RDW-CV 14,8%, RDW-SD 43,2 fl, PLT 456

x 103 ul, MPV 8,5 fl, PDW 14,6, PCT 0,387%.

Dari hasil tes widal yang dilakukan, ditemukan S. Typhy O Neg (-), S.

Typhy A-O Neg (-), S. Typhy H Neg (-), S. Typhy B-A Neg (-)

Hasil Pemeriksaan Foto Thorax

Ekspertise foto thorax (7 November 2013):

- Perselubungan basal kanan dengan sinus tertutup, kesan empyema

- Cor, sinus, diafragma serta paru sinistra normal

6 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 7: Abses Hepar Fix

Hasil Pemeriksaan BNO 3 Posisi

Ekspertise foto BNO 3 posisi (6 November 2013):

- Distribusi udara dalam loop-loop usus. Tidak tampak dilatasi loop-loop usus

- Tampak cavum hepar membesar, psoas line dan fat line dalam batas normal

- Tulang-tulang intak

- Tampak sinus kanan tumpul

Kesan: - Hepatomegaly

- Efusi pleura kanan

- Tidak tampak tanda-tanda ileus

Hasil Pemeriksaan USG Abdomen

Ekspertise USG (6 November 2013):

Hepar: Ukuran memebesar, tampak massa hipoechoic, batas tegas, tepi ireguler

dengan ukuran ± 6,42 x 7,72cm, tidak tampak dilatasi bileduct

Tampak efusi cavum pleura kanan

Kesan: Abses hepar disertai efusi pleura kanan

7 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 8: Abses Hepar Fix

Ekspertise USG Abdomen (11 November 2013):

Hepar: ukuran membesar. Tampak massa hipoechoic, batas tegas, tepi

ireguler dengan ukuran ± 8,52 x 5,96 cm dan 8,46 x 6,86cm pada

lobus kanan hepar

GB, pancreas, lien dan VU echo normal

Tampak cairan pada paru pleura kanan

Kesan: - Abses hepar

- Efusi pleura kanan

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan

penunjang yang telah dilakukan maka pasien atas nama Ny. E didiagnosa dengan

Abses Hepar disertai Empiema dan anemia defiiensi besi. Pasien mendapat terapi

berupa pemberian cairan infus ringer laktat 20 tetes per menit, pemberian injeksi

8 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 9: Abses Hepar Fix

ranitidine 1 gr per 12 jam, injeksi antibiotic ceftriaxone 1gr per 12 jam intravena,

injeksi ketorolac 1 ampul per 8 jam, injeksi metronidazole 1gr per 8 jam,

paracetamol tablet 3 kali sehari dan tablet SF tiga kali sehari. Pasien juga

dianjurkan untuk tirah baring, diet makanan rendah lemah, hindari minum alcohol

dan konsumsi rokok.

Pasien dirawat di RSUB Provinsi Sulawesi Tenggara selama 9 hari. Pada

hari pertama dan kedua pasien masih merasakan nyeri uku hati, mual dan tidak

bisa tidur dnegan tidak disertai adanya demam, buang air kecil masih berwarna

seperti teh, lemas dan anemis. Pasienpun diberikan infus RL, injeksi ceftriacone

per 12 jam dan injeksi ranitidine dan masih diberikan paracetamol 3 kali sehari.

Hari heri ketiga pasien mengeluhkan nyeri pada perut kanan atas tembus ke

belakang, nyeri ulu hati, tidak dapat tidur, nafsu makan menurun dan belum buang

air bear selama 4 hari. Dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan HGB

10,8 g/dL, HCT 37,6%, MCV 78,9 fL, PLT 94. Dilakukan pula pemeriksaan

kimia darah dan dipatkan glukosa 143 mg/dL, SGOT 30,3 U/L, SGPT 27,6 U/L

dan urea 16,7 mg/dL. Hasil tes widal ditemukan negative. Hasil USG ditemukan

hepatomegaly, abses hepar disertai efusi pleura kanan. Hasil BNO 3 posisi

ditemukan pula hepatomegaly, efusi pleura kanan da tidak tampak tanda-tanda

ileus. Pada pengobatan diberikan infus RL:D5 = 2:1 dan ditambahkan injeksi

ketorolac intravena.

Hari keempat pasien mengeluhkan masih nyeri perut bagian kanan atas

tembus belakang, pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegaly 3 jari BAC

9 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 10: Abses Hepar Fix

dan adanya nyeri tekan, belum BAB 5 hari an psien merasa lemas. Hasil

pemeriksaan foto thorax menyatakan adanya kesan empyema pada basal paru

kanan. Hari kelima pasien mengeluhkan demam yang dialami semenjak malam

dan nyeri perut menurun, pasien juga dikonsulkan ke bagian bedah. Hari keenam

pasien mengeluhkan demam (S: 38,4oC), nyeri ulu hati, sakit perut kanan atas,

menggigil dan tidak bisa tidur. Dari dokter bedah di rencanakan drainase abses

dan pemasangan WSD, tapi dianjurkan untuk memperbaiki keadaan umum

pasien. Hari ketujuh pasien mengeluhkan masih demam (S: 38,4oC), nyeri perut

kanan, adanya nyeri tekan dan tidak bisa tidur.

Perawatan hari kedelapan pasien mengeluhkan demam menurun,

tapi masih susah tidur dan nyeri perut kanan atas. Dilakukan cek lab ulang dengan

hasil HB 10,9 g/dL, PLT 456, PCT 0,387%. Dilakukan pula pemeriksaan USG

abdomen ulang dengan hasil ekspertise adanya abses hepar yang membesar dan

efusi pleura kanan. Perawatan hari ke sembilan pasien tidak ada keluhan dan

menolak tindakan operasi. Pasien diberikan cefadroxil tablet 500 mg tiga kali

sehari, natrium diclofenat 25mg tiga kali sehari, dan neurodex tablet dua kali

sehari.

BAB II

10 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 11: Abses Hepar Fix

PEMBAHASAN

Pasien Tn. S berjenis kelamin laki-laki berusia 33 tahun dating dengan

keluhan demam semenjak 10 hari sebelum masuk ke rumah sakit. Keluhan

tersebut masih belum dapat menyingkirkan diagnose penyakit lain yang

menyebabkan demam. Gambaran klinis didapatkan waktu demam tidak menentu

kadang disertai dengan adanya menggigil disertai perasaan mual dan sakit ulu hati

tetapi tidak muntah. Pasien juga merasa sakit pada perut kanan atas, nafsu makan

menurun, BAB biasa dan BAK seperti teh. Pasien juga mempunyai riwayat

alcohol dan merokok semenjak muda. Namun gambaran klinis tersebut masih

belum bisa mengarahkan pada diagnose abses hepar. Setelah dilakukan

pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan perut bagian atas kanan dan

adanya pembesaran hepar 3 jari BAC dan nyeri tekan. Ditemukan juga adanya

anemis pada konjungtiva.

Pada pemeriksaan laboratium didapatkan Hb rendah dan adanya

leukositosis. Pada pemeriksaan USG dan BNO 3 posisi ditemukan adanya

hepatomegaly, abses hepar disertai kesan efusi pleura kanan. Pada hasil foto

thorax yang dilakukan didapatkan bahwa pada pasien terdapat empyema pada

basal kanan paru.

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi

bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem

gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan

11 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 12: Abses Hepar Fix

pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi

dari peradangan akut saluran empedu (1).

Abses hati juga lebih mudah terjadi pada daerah tropis dengan tingkat

sanitasi atau hygiene yang kurang. Hal ini sesuai dengan keadaan pasien, dimana

pasien tinggal di Indonesia yang merupakan daerah tropis/subtropics dan setelah

dilakukan anamnesis didapatkan bahwa daerah tempat tinggal pasien berasa di

daerah dengan tingkat sanitasi yang kurang (6).

Abses hati laki - laki tersering  dibanding perempuan dengan rasio 3:1

hingga 22:1 dan sering pada dewasa umur tersering pada decade III.  Kebanyakan

amoebiasis hati yang dikenal adalah pria. Usia yang di kenai berkisar antara 20-50

tahun terutama pada dewasa muda dan lebih jarang pada anak-anak. Hal ini sesuai

dengan pasien dimana pasien adalah seorang laki-laki dengan umur 33 tahun (3,5).

Adapun faktor resiko pada abses hati adalah konsumsi alkohol, kanker,

perokok, imunosupresi, malnutrisi, usia tua, kehamilan, dan penggunaan steroid.

Pada pasien ada riwayat minum alcohol semenjak muda, dimana setiap kali

minum bisa sampai 2 gelas. Didapatkan juga riwayat merokok semenjak psien

duduk di bangku SMP hingga sekarang sebanyak 1 – 2 pack rokok perhari (3,4,5).

Abses hati terbagi 2 secara umum, yaitu abses hati amebic (AHA)

dan abses hati piogenik (AHP/ Hepatic Abcess, Bacterial Liver Abcess). Absess

hati piogenik mempunyai gejala nyeri dada kanan bawah, urin teh tua, demam

disertai menggigil, mual, muntah, menurunnya nafsu makan, nyeri perut kanan

bagian atas, berat badan menurun, kelemahan, dan jaundice. Sedangkan pada

12 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 13: Abses Hepar Fix

abses hati amibik gejala hamper sama dengan abses hati piogenik, tapi biasanya

didahului dengan gejala diare yang dikeluhkan pasien. Pada pasien lebih

mendekati kea rah abses hati piogenik dilihat dari gejala dan tidak adanya keluhan

diare yang menyertai sebelumnya (1,3,4).

pleura.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien yang nyeri perut kanan

atas dan hepatomegali dengan nyeri tekan. Kadang disertai ikterus karena adanya

penyakit bilier seperti kolangitis, akan tetapi pada pasien tidak pernah ada riwayat

kuning. Didapatkan juga demam yang dapat bersifat intermitten, remitten atau

kontinue yang disertai menggigil sesuai pada kasus. Keluhan lain dapat berupa

sakit perut, mual atau muntah, lesu, dan berat badan yang menurun (5).

Pada pasien belum dapat ditentukan apakah pasien merupakan pasien

abses hepar piogenik atau abses hepar amebik, karena untuk diagnose pasti

memerlukan pemeriksaan kultur darah dan pemeriksaan pus yang merupakan

pemeriksaan baku emas untuk menentukan kepastiannya dilihat dari bakteri

penyebab. Pada pemeriksaan pus, bakteri penyebab seperti Proteus

vulgaris, Pseudomonas aeroginosa bisa ditemukan Namun, pemeriksaan ini sulit

dilakukan karena pengambilan pus dari hepar akan sangat menyakitkan bagi

pasien (6).

Berdasarkan hasil laboratorium yang ditemukan pada pasien

terdapat leukositosis sebagai akibat dari proses infeksi,sebagai salah satu upaya

sistem imun untuk melawan mikroorganisme penyebab infeksi. Pada pemeriksaan

13 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 14: Abses Hepar Fix

fisis, didapatkan nyeri pada seluruh regioabdomen,terutama bagian hipokondrium

dextra, hal ini disebabkan oleh peregangan kapsula Glison pada hepar sebagai

akibat adanya abses (5,6).

Pengobatan pada pasien dilakukan dengan pemberian infus NaCl 0,9% :

D5% = 1:1 20 tpm sebagai penyeimbang elektrolit, diberikan juga dextrose karena

nafsu makan pasien menurun. Pada pemberian antibiotik diberikan Ceftriaxone

inj1gr/12jam/IV sebagai antibiotik spektrum luas untuk kuman negatif gram

danuntuk coccus gram positif dan Metronidazole 0,5 gr/ 8 jam/ drips

sebagaiantibiotik untuk bakteri anaerob dan amebisid jaringan(7).

Komplikasi abses yaitu Abses menembus diagfragma dan akan timbul

efusi pleura, empyema abses pulmonum atau pneumonia. Penanganan

operatif/drainase dapat dipertimbangkan karena indikasi drainase suatu abses

hepar, salah satunya yaitu bila respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak

ada dan luas abses yang sudah lebih dari 5cm. Dapat juga dilakukan pemasangan

WSD untuk drainase empyema. Pada kasus pasien sudah dirawat selama 9 hari

namum setelah dilakukan USG dan pemeriksaan laboratorium ulang didapatkan

bahwa ukuran abses bertambah besar dan lebih dari 5cm, juga pada hasil

pemeriksaan foto thorax didapatkan kesan empyema yang merupakan salah satu

komplikasi dari abses hati yang pecah dan menembus diafragma dan pleura, untuk

itu pasien juga dikonsul dibedah untuk dilakukan drainse pus dan pemasangan

WSD, namun pasien menolak untuk dilakukan (7).

14 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 15: Abses Hepar Fix

DAFTAR PUSTAKA

 Arief Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran; Jilid 1, Edisi Ketiga; Media

Aesculapius; Jakarta; 2001. Halaman 512.

Aru W Sudoyo, dkk ; Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 Edisi Empat, balai

Penerbitan FK-UI, jakarta, 2006.

Elizondo G, Weissleder R, Stark DD et al. Amoebic Liver Abcess : Diagnosis and

Treatment Evaluation. 2010. Hal 563-568

Jha, Lokesh. Pyogenic Liver Abscess Secondary to Staphylococcus aureus

Infection Without Primary Source of Infection. Department of Internal

Medicine St. Barnabas Hospotal, Bronx. New York Medical Journal. 2007

Julius: Abses Hati Amoebik; dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Soeparman,

dkk, Jilid 1 edisi pertama. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001. Hal 328-

332

Kumala, Poppy. kamus Saku Kedokteran Dorland; Edisi delapan, Egg jakarta,

1998.

Peralta, Ruben. Liver Abscess. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/188802-overview. Cited [June 12,

2013]. Access on 22 November 2013.

Sjamsuhidaja, Dejong. Buku Ajar Ilu Bedah. Jakarta : EGC Penerbit Buku

Kedokteran. 2004.

15 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari

Page 16: Abses Hepar Fix

Sylvia A. Price, Gangguan System Gastro Intestinal, dalam buku Patofiologi, Jilid

!, Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta, 2006. Halaman 472-474.

16 Laporan KasusBagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUB Prov.Sultra, Fak.Kedokteran UHO Kendari