tugas deny
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat, hidayah, kasih
sayang dan barokah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik di Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah
ini tidak terlepas dari peran dan sumbangsih pemikiran serta
intervensi dari banyak pihak. Kerena itu dalam kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis
dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingg
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
tulisan ini bermanfaat. Amin
Medan, 10 Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu manusia (makhluk
hidup) mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam fisik
atau psikologisnya. Dimana dalam kehidupan sehari-hari
perkembangan fisik lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan,
sedangkan pada yang lainnya (non fisik) dinamakan perkembanga
psikologis.
Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan-
perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia (binatang)
diantara konsepsi (pembuahan) dan mati. [1]Dimana dalam
makalah ini sedikit banyak akan dibahas mengenai teori-teori
psikologi perkembangan anak tersebut. Sehingga dengan
dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau
guru dalam memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
Sehinnga ketika besok kita sudah menjadi guru atau orang
tua tidak salah dalam mendidik atau menanggapai tingkah laku
anak didik atau anak kita sendiri. Karena banyak kasus yang
salah dalam pengambilan tindakan yang dilakukan guru atau
orangtua terhadap anak didiknya atau anaknya sendiri. Yaitu
salah dalam hal memahami keinginan atau tindakan “super” (anak
berkebutuhan khusus) dari peserta didik atau anak kita
sendiri.
Sehinnga disuatu kesempatan kita tidak menghambat langkah
dari anak-anak tersebut. Yaitu ketika anak sudah pintar
berlari kita malah baru mengajarinya berjalan, dan ketika para
I
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN ANAK
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN
Apa asebenarnya pengertian perkembangan itu? Istilah
perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam
artian biasa memang hampir sama. Keduanya dapat diartikan
adanya perubahan dari keadaan sesuatu kekeadaan yang lain.
Namun pada istilah pertumbuhan dititik beratkan pada perubahan
fisik, sedangkan istilah perkembangan digunakan kalau lebih
menekankan pada perubahan psikis.
Sebagaimana Monks dkk. menuliskan istilah pertumbuhan
khusus dimaksudkan bagi pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan
dan fungsi fisik yang murni, sedangkan istilah perkembangan
lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala
psikologik yang Nampak. Dan tidak dapat disangkal bahwasannya
pertumbuhan fisik mempengaruhin perkembamngan psikis, karena
keduanya memang tidak dapat dipisahkan.
Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat
perbedaan di dalam memahami apa yang termasuk dalam
perkembangan dan mengenai cara perkembangan berlangsung. Namun
terdapat beberapa prinsip umum yang didukung hampir semua
ahli, yaitu :
a. Manusia berkembang dalam tingkat yang berbeda
Dalam kelas anda akan memiliki seluruh benangan contoh
mengenai tingkat perkembangan yang berbeda. Beberapa siswa
akan lebih besar, terkoordinasi lebih baik, atau lebih dewasa
dibannding dengan yabg lainnya.
b. Perkembangan relatif runtut
Orang cenderung mengembangkan kemampuan tertantu sebelum
kemampuan yang lain.
c. Perkembangan berjalan secara gradual
Sangat jarang perubahan terjadi setiap hari. Jadi di dalam
perkembangan manusia membutuhkan waktu, dan perkembangan itu
berjalan relatif sangat lambat dan tidak setiap hari
berlangsung.
B. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
1. Teori Nativisme ( Teori yang Berorientasi pada
Biologi )
Aliran nativisme berasal dari
kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang
manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu
kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini,
bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor
pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak
dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran
nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan
individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh
dasar turunan, misalnya ; kalau ayahnya pintar, maka
kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi
itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk.
Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh
pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan
ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik
itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat,
dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai
dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna
untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya
sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa
jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi
jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia
menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik
ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur
Schopenhaur (Jerman 1788-1860). Tokoh lain seperti J.J.
Rousseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis.
Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi
atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari,
sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan
anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya.
Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat
memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju
kedewasaan.
2. Teori Empirisme ( Teori Lingkungan )
Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran
nativisme. Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui
adanya pembawaan atau potensinya di bawah lahir manusia.
Dengan kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan
suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa.
Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar
peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirisme
bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi
eksternal dalam per-kembangan peserta didik. Pengalaman
belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari
didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.
Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh
orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof
Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan
teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas
putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari
lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan
perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran
empirisme ini, seorang pendidik memegang peranan penting
terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya.
Menurut Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini
berpandangan behavioral, karena menjadikan perilaku manusia
yang tampak keluar sebagai sasaran kajaiannya, dengan tetap
menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar
semata-mata. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan
belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah
lingkungan sekitarnya. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya
kemampuan dari pihak pendidik dalam mengajar mereka.
3. Teori Konvergens
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya
bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan
bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan)
maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting.
Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada
masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya,
maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat
saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia
yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua
kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan
menjadi menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak hidup
dalam lingkungan masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-
1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat
bahwa seorang anak dilahirkan di dunia disertai pembawaan
baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa anak sejak
kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya
dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu.
Jadi seorang anak yang memiliki otak yang cerdas, namun tidak
didukung oleh pendidik yang mengarahkannya, maka kecerdasakan
anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti bahwa dalam proses
belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang
pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme,
empirisme dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar
mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan
(nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan
yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya
ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir
(konvergensi) pada umumunya diterima seara luas sebagai
pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang
peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Meskipun demikian,
terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang
paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan
aliran-aliran dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan
yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran lainnya.
Menurut aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat
dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan menurut aliran
empirisme bahwa justreru lingkungan yang mempengaruhi peserta
didik tersebut. Selanjutnya menurut aliran konvergensi bahwa
antara lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa
sejak lahir saling memengaruhi.
4. Teori Interaksionisme
Teoritikus yang terkenal adalah Piaget. Menurut,
cara-cara berpikir tertentu sangat sederhana bagi seorang
dewasa, tidaklah sesederhaana pemikiran yang dilakukan seorang
anak. Terdapat batas-batas tertentu pada anak atas materi yang
dapat diajarakan pada satu waktu tertentu dalam masa kehidupan
anak tersebut.
Teori Piaget menganggap perkembangan sepanjang waktu
sebagai sebuah kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang
muda melalui empat tingkat perkembangan kognitif yang sama
dalam masa perkembangannya. Selanjutnya, mereka melalui
tingkat-tingkat yang sama dengan cara yang sungguh sama.
Empat tingkat perkembangan kognitif yang dikemukakan
Piaget yaitu :
a. Masa Bayi (Bakita) : Tingkat Sensomotori
Periode perkembangan pada tingkat ini didasarkan pada
informasi yang diperoleh dari indera (sensori) dan dari
tindakan atau gerakan tubuh (motor) bayi. Prestasi terbesar
bayi adalah kesadaran bahwa lingkungan benar-benar di luar
jangkauannya, baik yang bayi mampi rasakan ayau tidak.
Prestasi besar kedua periode sensormotor adalah mukainya
tindakan dengan tujuan terarah yang logis. Memikirkan mengenai
benda yang akrab atau disenangi oleh bayi.
b. Masa Anak-anak Awal : Tingkat Pra-Operasional
Itelegensi sensormotor sangat tidak efektif unyuk perencanaan
ke depan atau mengingat informasi. Untuk itu anak memerlukan
apa yang disebut Piaget sebagai operasi, atau tindakan yang
dilakukan secara mental atau berani.
Menurut Piaget, langkah awal tindakan berpikir adalah
interalisasi tindakan. Pada akhir tingkat sensormotor anak
dapat menggunakan banyak skema tindakan.
c. Tingkat Operasional Konkrit
Pada masa ini anak-anak bergerak maju berpikir secara logis.
Piaget menggunakan kata operasional konkrit untuk
mendiskripsikan tingkat pemikiran siap pakai ini. Krakter
dasar tingkat ini adalah bahwasannya siswa mengetahui :
· Stabilitas logis dunia fisik
· Fakta bahwa elemen-elemen dapat diubah atau
ditransformasikan dan tetap banyak menjaga banyak karakter
aslinya
· Bahwa perubahan-perubahan ini di balik
d. Tingkat Operasional Formal
Pada tingkat operasional formal, semua karakter operasi
terdahulu terus menguat. Pemikiran formak adlah mampu
membalik, internal, dan mampu terorganisir dalam sistem,
bagian-bagian saling bergantung. Operasi formal mencakup apa
yang biasa kita kenal sebagai alasan ilmiah. Hipotesa dapat
dibuat dan eksperimen mentak berguna untuk mengujinya, dengan
variabel yang diisolasi atau dikontrol.
Untuk jelasnya dibawah ini adalah tabel perkembangan kognitif
versi Piaget:
Tingkat Usia yang sesuai karakterSensomotor 0-2 tahun Mulai menggunakan
imitasi (meniru),
memori, dan pikiran
mulai mengetahui
bahwa objek tidak
sirna ketika hilang,
berubahnya dari
tindakan refleks
menuju tindakan yang
terarahPra-Operasional 2-7 tahun Mulai berkembangan
bahasa dan kemampuan
berpikir dengan
bentuk simbolis
Mampu memikirkan
operasi secara logis
Memiliki kesulitan
mengetahui sufut
pandang orang lainOperasional Konkrit 7-11 tahun Mampu memecahkan
masalah-masalah
konkrit dengan cara
logis
Memahami hukum
perlindungan
Operasional Formal 11-15 tahun Mampu memecahkan
masalah abstrak
dengan cara logis
Pemikiran menjadi
lebih ilmiah
Mengembangkan
terhadap isu-isu
sosial
5. Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya
menjelaskan hakekat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur
yang sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi,
dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan
bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik
dari aspek-spek psikologi tersebut. Yang umumya terjadi pada
masa kanak-kanak dini. Para teoritisi psikodinamik percaya
bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis
yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan atau impuls-
impuls individual yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-
pengalaman sosial dan emosional mereka. Perkembangan seorang
anak terjadi pada serangkaian tahap. Pada masing-masing tahap
anak mengalami konflik-konflik internal yang harus
diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya. Teori
Psikodinamik dalam psikologi perkembangan banyak dipengaruhi
oleh Sigmund Freud dan Eric Erikson.
Kelemahan teori ini adalah tidak dapat dibuktikan
secara empirc. Teori ini menitik beratkan pada perkembangan
sosio-afektif. Bila dala teori ini seksualitas menduduki
tempat yang utama perlu diketahui juga bahwa libido dan agresi
(sebagai pernyataan nafsu mati) lalu berjalan bersama-sama.
Jadi kalau seksualitas ditekan karena norma pendidikan orang
tua, maka agresi akan ditekan juga. Hal ini mempunyai pengaruh
yang menentukan bagi perkembangan kepribadian anak.
Mengenai perkembangan pada anak sendiri dapat di jelaskan
beberapa macam perkembangan sebagai berikut, yaitu :
A. Perkembangan Psikoseksual / Psikoanalitis
Sigmund Freud berfikir bahwa kepribadian orang dewasa
ditentukan oleh cara-cara mengatasi konflik antara sumber-
sumber kesenangan oral, anal, alat kelamin, serta tuntutan-
tuntutan realitas. Bila konflik ini tidak diatasi, individu
dapatmengalami perasaan yang mendalam pada tahapan
perkembangan sikoseksual tertentu.
Teroi Psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya
pengalaman masa kanak-kanak awal dan motivasi dibawah sadar
dalam mempengaruhi perilaku. Freud berpikir bahwa dorongan
seks dan instink dan dorongan agresif adalah penentu utama
dari perilaku, atau bahwa orang bekerja menurut prinsip
kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun
dari tiga komponen, yaitu: id, ego dan superego.
· Id, merupakan aspek biologis kepribadian karena
berisikan unsur-unsur bilogis, termasuk di dalamnya dorongan-
dorongan dan impuls-impuls instinktif yang lebih dasar .
· Ego, merupakan aspek psikologis kepribadian karena
timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik
dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan
instinktif organisme dengan keadaan lingkungan .
· Superego, adalah aspek sosiologis kepribadian karena
merupakan wakil nilai-niali tradisional dan cita-cita
masyarakat sebagaimana ditafsirkan orangtua kepada anak-
anaknya melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian
utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau
salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma
moral yang diakui oleh masyarakat.
Sedangkan dalam perkembangan psikoseksual anak
sendiri Freudmengemukakan bahwasannya, perkembangan anak
dibagi dalam beberapa tahap atau fase, yaitu:
a. Fase oral (0-11 bulan)
· Selama masa bayi, sumber kesenangan anak berpusat
pada aktifitas oral : mengisap, mengigit, mengunyah, dan
mengucap serta ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu
minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.
· Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah menyapih
dan makan.
b. Fase anal (1-3 tahun)
· Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap
dirinya sendiri,sangat egoistik, mulai mempelajari struktur
tubuhnya.
· Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah
latihan kebersihan.
· Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan
fesesnya sesuai dengan keinginanya.
· Untuk itu toilet training adalah waktu yang tepat
dilakukan dalam periode ini.
· Masalah yang yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah
bersifat obsesif (gangguan pikiran) dan bersifat impulsif
yaitu dorongan membuka diri, tidak rapi, kurang pengendalian
diri.
c. Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun )
· Kehidupan anak berpusat pada genetalia dan area tubuh
yang sensitif.
· Anak mulai suka pada lain jenis.
· Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin.
· Anak mulai memahami identitas gender ( anak sering
meniru ibu atau bapak dalam berpakaian).
d. Fase laten (6-12 tahun)
· Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak akan menggunakan
energi fisik dan psikologis untuk mengeksplorasi pengetahuan
dan pengalamannya melalui aktifitas fisik maupun sosialnya.
· Pada awal fase laten ,anak perempuan lebih menyukai
teman dengan jeni skelamin yang sama, demikian juga
sebaliknya.
· Pertanyaan anak semakin banyak, mengarah pada sistem
reproduksi (Ortu harus bijaksana dan merespon)
· Oleh karena itu apabila ada anak tidak pernah bertanya
tentang seks, sebaiknya ortu waspada ( Peran ibu dan bapak
sangat penting dlm melakukan pendekatan dengan anak).
e. Fase genital (12-18 tahun)
· Kepuasan anak akan kembali bangkit dan mengarah pada
perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
B. Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson )
Eric Erikson merupakan penganut teori psikodinamika
atau psikosialis dari Freud. Erikson menerima dasar-dasar
orientasi umum dari Freud, namun menambahkan dasar dasri
orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan psikososial.
Secara umum, Tahapan perkembangan psikosoial
ini menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus
kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang
khas yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau
krisis bilamana tidak dapat melampaui denagn baik. Semakin
individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan semakin
sehat perkembangannya. Adapun delapan tahapan perkembangan
psikososial sepanjang siklus kehidupan manusia dijelaskan
sebagai berikut :
a. Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
· Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada
seseorang baik ortumaupun orang yang
mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya.
· Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan
dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tida
percaya.
b. Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
· Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tukem
seperti dalam motorik kasar,halus : berjinjit , memanjat,
berbicara dll.
· Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila
anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak
diberikan natau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan
anak.
c. Tahap inisiatif vesrus rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
· Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari
pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya
melalui kemampuan indranya.
· Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
· Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka
akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
d. Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dalam
kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui
permainan yang dilakukan bersama.
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam
melakukan sesuatu.
Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan
dari lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya
maka akan timbul rasa inferiorty ( rendah diri ).
Reinforcement dari ortu atau orang lain menjadi begitu
penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam
melakukan sesuatu.
e. Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak
khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan
hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti
siapa saya kemudian.
Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka
dapat menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran.
f. Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim
dengan orang lain.Saaat anak muda membentuk persahabatan
yang sehat dan relasi akrab dengan oranglain, maka
keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka akan
terjadi isolas.
g. Bangkit versus tetap-mandeg ( 40-50 tahun )
persoalan utama pada fase ini adalah mmbantu generasi
muda mengembangkan/mengarahkan kehidupaan yang lebih
berguna.
h. Keutuhan dan keputusasaaan ( 50 tahun keatas)
pada tahun-tahun terakhir kehidupan, kita menoleh
kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan
dengan kehidupan kita.
Jika manusia usia lanjut menyelesaikan hanya tahap
sebelumnya secara negatif, pandangan retrospektif
cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau kemurangan
yang disebut erikson sebagai despair (putus asa)
KESIMPULAN
Dari uraian makalh diatas maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai garis besar dari makalah ini, yaitu
bahwasannya terdapat berbagai macam mengenai teori
perkembangan anak, diantaranya yaitu:
1. Teori Nativisme
Aliran nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang
menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor
lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan
kata lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala
sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak
lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan
dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau ayahnya
pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
2. Teori Empirisme
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak
dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam
per-kembangan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh
anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya
yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam
bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk
program pendidikan. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa
hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor
lingkungan.
3. Teori Konvergensi
Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik
dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya
memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau
disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian
karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk
perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan.
Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya
tiap anak manusia yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di
atas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini
tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak
hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
4. Teori Interaksionisme
Teori ini menganggap perkembangan sepanjang waktu sebagai
sebuah kemajuan tingkat. Ia percaya bahwa semua orang muda
melalui empat tingkat perkembangan kognitif yang sama dalam
masa perkembangannya. Selanjutnya, mereka melalui tingkat-
tingkat yang sama dengan cara yang sungguh sama.
5. Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori yang berupaya menjelaskan
hakekat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat
diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-
aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari
aspek-spek psikologi tersebut.
IIHAKIKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A. Pengertian Perkembangan
1. Perkembangan Menurut Para Ahlia. Santrock ussen (1992)
Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawalpada masa konsepsi dan berlanjut sepanjang hayat dan bersifatinvolusi.
b. E. B. HurlockPerkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yangterjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman,dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifatkualitatif dan kuantitatif.
c. Drs. H. M. Arifin, M. EdPerkembanagn merupakan perubahan-perubahan dalam bentuk bagiantubuh dan integrasi dan hanya dapat dilihat gejala-gejalanya.
d. Gut Windarsih dan Rohana KusumawatiPerkembangan merupakan proses menuju keadaan yang lebih dewasabersifat kualitatif.
e. Werner (1957)Perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwaperkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurangberdiferensiasi sampai ke keadaan diman diferensiasi,artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap.
f. Nagel (1957)Perkembangan merupakan pengertian dimana stuktur yangterorganisasi dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, olehkarena itu bilamana terjadi perubahan stuktur baik dalamorganisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahanfungsi.
g. Schneirla (1957)Perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalamorganisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistemadaptif sepanjang hidupnya.
h. Spiker (1966)Perkembangan berhubungan dengan dua hal yaitu:a. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejakterbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.b. Filogenetik, yakni perkembangan asal-usul manusia sampaisekarang ini.
2. Perkembangan Secara UmumPada dasarnnya perkembangan merujuk kepada perubahansistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahanfisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil darikonsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), dan hasil interaksiproses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sedangkanperubahab psikis menyangkut keseluruhan kaarekteristikpsikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi,social dan moral.Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “Suatu prosesperubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik(jasmaniah) maupun psikis (jasmaniah) menuju tingkatkedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis,progresif, dan berkesinambungan.”
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, berkesinambunganadalah :
a. Sistematis, artinya perubahan dalam perkembangan salingketergantungan dan saling mempengaruhi,
b. Progresif, artinya perubahan yang bersifat maju, meluas,mendalam, meningkat baaik secara kualitatif (fisik) dankuantitatif (psikis),
c. Berkesinambungan, artinya perubahan yang terjadi padasetiap individu terjadi secara berurutan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perkembangan merupakan suatupola perubahan secara progresif organisme baik dalam strukturmaupun fungsi(fisik atapun psikis) yang bersifat kualitatifdan kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsungsejak masa konsepsi sampai akhir hayat, berdasarkanpertumbuhan, kematangan, pengalaman, dan belajar.
Ciri-ciri Perkembangan
Ciri-ciri perkembangan setipa individu yaitu ;1. Terjadinya perubahan ukuran
Aspek fisik : perubahan tinggi dan beratbadan serta organ-organ lainnya,
Aspek psikis : bertambahnya perbendaharaankata dan semakin matangnya kemampuan berfifir,mengingat, dan mengajukan imajinasi kreatif.
2. Terjadinya perubahan proporsi
Aspek fisik : proporsi tubuh anak akanberubah sesuai dengan fase perkembangannya,
Aspek psikis : perubahan imajinasi dan fantasike realitas, dan perubahan perhatian yang dulunyahanya pada diri sendiri akan beralih sedikit demisedikit pada orang lain.
3. Lenyapnya tanda-tanda lama Aspek fisik : lenyapnya kelenjar thymus
(kelenjar anak-anak) yang terdapat pada dada,rambut, dan gigi susu.
Aspek psikis : lenyapnya masa mengoceh, bentukgerak-gerik kanak-kanak (seperti mengakak) danperilaku impulsif (melakukan sesuatu tanpa berfifikrdahulu).
4. Munculnya tanda-tanda baru Aspek fisik : tumbuh dan pergantian gigi
dan matangnya organ-organ seksual pada usia remajabaik primer maupun skunder.
Aspek psikis : berkembangnya rasa ingin tahuterutama pada bidang ilmu pengetahuan, lingkungan,agama, alam, nilai dan moral.
Prinsip-prinsip Perkembangan
Prinsip-prinsip dalam perkembangan setiap individu yaitu :1. Perkembangan merupakan proses yang tidak berhenti,Baik
fisik maupun psikis akan terus berkembang dari saatkonsepsi hingga masa tua.
2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiapaaspek perkembangan individu baik fisik maupun psikissatu sama lainnya saling mempengaruhi.
3. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. Setiapperkembangan merupakan hasil dari perkembangan tahapsebelumnya, dan merupakan prasyarat bagi perkembanganselanjutnya.
4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.Perkembangan fisik dan psikis mencapai kematangannyaterjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepatda nada yang lambat).
5. Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas. Prinsip inidijelaskan dengan contoh berikut : (a) sampai usia 2tahun seorang anak memusatkan perhatiannya untuk
menguasai gerak-gerik dan belajar berbicara. Dan (2) padausia 3-6 tahun seorang anak akan memusatkan perhatiannyauntuk menjadi mahluk social.
6. Setiap individu akan mengalami tahapan faseperkembangan. Prinsip ini berarti bahwa setiap individuakan mengalami masa atau fase perkembangan : konsepsi,bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Ada tiga aliran yang mempunyai pendapat berbeda tentangfactor yang mempengaruhi faktor perkambangan pada setiapindividu. Ketiga aliran itu adalah1. Aliran NativismeAliran ini dipelopori oleh Schopenhauer yang berpendapat bahwaperkambangan individu semata-mata hanya karena faktor bawaanatau keturunan. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan tidakberguna dalam perkembangan individu seirang individu.2. Aliran EmpirismeAliran ini bertolak belakang dengan aliran nativisme. Aliranyang diusung oleh John Lock ini berpendapat bahwa pekembanganyang terjadi pada individu hanya disebabkan oleh factor luaratau lingkungan. Jadi factor ini menerangkan bahwa pendidikandan lingkungan sangat berperan penting dalam menentukan masadepan anak.3. Aliran KonvergensiAliran yang dipelopori oleh William Stern mencoba menyatukapertentangan yang terjadi pada aliran nativisme dan aliranempirisme. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan setiapindividu dipengaruhi oleh factor bawaan dan factor lingkungan.Dengan menyediakan kondisi yang ideal kita mengembangkanpotensi yang dibawa sejak lahir kearah lebih baik yang dibantu oleh factor luaran (lingkungan atau pendidikan).
Tahap-Tahap Perkembangan
Diantara sekian banyak titik tolak yang digunakan dalammengukur tahap-tahap perkembangan seorang individu, berikutakan dijabarkan tahap-tahap perkembangan ditinjau dari dasarbiologis dan dasar kognitif.
a. Dasar BiologisMenurut Aristoteles ada tiga tahap perkembangan yangberdasarkan biologis, fase itu masing-masing berjarak tujuhtahun. Fase tersebt adalah :
Fase 1 : 0-7 tahun masa kecil atau masa bermain, Fase 2 : 7-14 tahun masa anak atau masa remaja, masa
masuk sekolah renda Fase 3 : 14-21 tahun masa remaja atau pubertas, atau
masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa.Pemisahan antara ketiga fase diatas berdasarkan pertumbuhanbiologis yang penting.
b. Dasar KognitifTeori perkembangan kognitif yang paling popular adalah teoriPiaget. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif menjadi :
Tahap sensori motor : dari usia 0-2 tahun Tahap praoperasional : dari usia 2-7 tahun Tahap operasi kongkret : dari usian 7-11
tahu Tahap operasi formal : usia 11 tahun keatas
Tahap sensori motor ditandai dengan adanya interaksi anakdengan lingkungan melalu berbagai alat indera dan gerakkan.Tahap praoperasional ditandai oleh berkembangnya fungsisymbol, bahasa, pemecahan masalah bersifat fisik, sertakemampuan mengkatagorisasikan. Tahap operasi kongkret ditandaidengan proses berfikir masih berpatokkan pada hal-halkongkret. Dan tahap operasi formal ditandai dengan kemampuanberfikir abstrak, memmberikan penalaran yang kompleks, dankemampuan untuk mengkaji suatu hipotesis.
Kematangan Peserta Didik
Perkembangan yang dialami peserta didik membawa mereka kearahkematangan. Kematangan ini akan tercapai jika sudah menemukanpegangan atau nilai-nilai yang mereka cari, yaitu menjelangberakhirnya masa remaja atau mulainya masa dewasa.Kematangan fisik atau jasmani terjadi setelah berhentinyapertunmbuhan yang terjadi dengan pesat, sehingga anak laki-laki akan kelihatan berjalan tegap karena dada dan bahunyasemakin bidang, sedangkan anak perempuan berjalan melenggangkarena pinggulnya membesar. Kematangan social ditandai olehsikap social yang mentap sebagai anggota masyarakat, dan
anggota keluarga, yang mulai merasakan adanya tanggung jawabbaik sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyarakat.Kematangan emosional ditandai oleh stabilnya emosi sehinggaledakan-ledakan yang sering terjadi semakin berkurang danbahkan berhenti sama sekali. Namun yang perlu kita ingatadalah bahwa usia untuk mencapai kematangan ini berbeda-bedaada anak yang cepat matang da nada juga yang sangat lambat.Oleh karena itu, kita sebagai calon guru harus arif dalammenandai perkembangan atau kematangan siswa.
Perbedaan IndividualPerbedaan individual menimbulkan adanya perbedaan kebutuhan,yang dalam kaitan dunia persekolahan merupakan perbedaankebutuhan layanan pendidikan. Namun dalam kenyataannya, kitahampir selalu memperlakukan peserta didik dengan cara yangsama. Ini merupakan akibat logis dari pengajaran klasikalyangmenjadi ciri khas persekolahan di negeri ini. Untuk dapatmemberikan perhatian dan perlakuan secara individu terlebihdahulu guru harus memahami perbedaan individual peserta didik.Perbedaan itu antara lain :1. Perbedaan kemampuanSetiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda.Perbedaan kemampuan itu terlihat dalam beberapa aspek yaitu :a. PerhatianPerhatian memegang peran penting dalam aktifitas manusia,termasuk dalam aktifitas belajar. Perhatian dapatdidefinisikan sebagai kesadaran atau aktifitas psikis yangtertuju pada satu objek.Perbedaan perhatian itu terletak pada hal-hal berikut :
Intensitas perhatian Luasnya objek perhatian Lamanya perhatian
b. PengamatanKita belajar melalui pengamatan. Sehubungan dengan pengamatanini individu mempunyai perbedaan kemampuan indera untukmengamati sesuatu. Ada lima tipe manusia berdasarkankemampuannya mengamati sesuatu.
Tipe Visual (penglihatan) Tipe auditif (pendengaran) Tipe faktil (perabaan) Tipe gustative (perciuman yang tajam) Tipe olafaktoris (pengecapan yang tajam)
c. IngatanIngatan mencapai tiga aspek yaitu, mencamkan, menyimpan, danmemproduksi. Berdasarkan tiga aspek ini, ada orang yang cepatmencamkan sesuatu, ada yang lambat, ada yang dapat menyimpaninformasi tanpa berubah, ada yang ingatannya teguh da nadayang dapat menyimpan informasi dalam waktu yang lama tanpalupa. Ingatan sangat penting dalam belajar. Bahkan sebagianbesar pertanyaan yang diajukan oleh guru sering hanya menuntutkemampuan mengingat.d. Intelegensi dan bakat khususSetiap peserta didik mempunyai intelegensi yang berbeda,sehingga kita dapat menemukan siswa yang cerdas, sedang, danada juga yang tergolong kurang.
2. Perbedaan motivasiMotivasi dapat diartikan sebagai dorongan untuk melakukansesuatu seperti, belajar, bekerja, olahraga, atau melakukankegiatan amal. Dorongan ini ada yang datang dari diri sendiri(motivasi intrinsik) dan motivasi yang datang dari luar diri(ekstrinsik). Para peserta didik mungkin memiliki motivasiyang berbeda dalam belajar, oleh karena itu guru diharapkanmampu membangkitkan motivasi belajar siswa, terutama pada dirisiswa yang motivasinya rendah.3. Perbedaan Kondisi Fisik dan Jenis KelaminKondisi fisik peserta didik mungkin berbeda-beda baik daribentuk tubuh, kesehatan, maupun fungsi indera. Disampingperbedaan kondisi fisik, perbedaan karakteristik siswaperempuan dan sisiwa laki-laki perlu mendapat perhatian. Minatremaja laki-laki tertuju pada hal yang bersifat intelektualdan abstrak sedangkan minat remaja perempuan tertuju pada halyang bersifat emosional, konkret, dan personal.4. Perbedaan LingkunganLingkungan memegang peranan penting dalam perkembanganindividu lingkungan yang berbeda akan memberikan pengaruh yangberbeda kepada perkembangan tersebut. Perbedaan dalamlingkungan yang meliputi perbedaan social, ekonomi, budayaakan membawa pengaruh proses pembelajaran itu. Sebagai gurukita harus menyadari keadaan tersebut.
Anak Sebagai Suatu Totalitas
Sebagai objek studi psikologi perkembangan, anak dipandangsebagai suatu totalitas. Konsep anak sebagai suatu totalitassekurang-kurangnya mengandung 3 pengertian :
1. Anak adalah makhluk hidup (organisme) yang merupakan satukesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalamdirinya
2. Dalam kehidupan dan perkembangan anak, keseluruhan aspekanak tersebut saling terjalin satu sama lain
3. Anak berbeda dengan orang dewasa bukan sekedar secarafisik, tetapi secara keseluruhan.
Konsep anak sebagai suatu totalitas mengandung arti bahwaperbedaan anak dengan orang dewasa tidak terbatas secarafisik. Melainkan secara keseluruhan. Anak bukan miniature dariorang dewasa, tetapi anak adalah anak dalam keseluruhan aspekdirinya yang bisa berbeda dari orang dewasa. Secara fisik anaksedang mengalami pertumbuhan yang pesat, sebaliknya fisikorang dewasa sudah relative tidak berkembang lagi. Anakcenderung didominasi oleh pola fikir yang egosentrik dan orangdewasa sudah lebih mampu berfikir empatik dan social. Dayafikir anak masih terbatas pada hal-hal yang konkret. Sedangkanorang dewasa sudah mampu berfikir abstrak dan universal.
Kematangan dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak
Kematangan adalah urutan perubahan yang dialami individusecara tratur yang ditentukan oleh genetiknya (Santrock &Yussen, 1992:20). Dalam batasan ini kematangan dipandangsebagai suatu bawaan yakni sebagai warisan biologis yangdibawa sejak lahir.Pengalaman merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami olehindividu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Disinipengalaman dianggap sebagai unrsur lingkungan yskni sebagaipengalaman-pengalaman environmental yang diperoleh dalamkehidupan.Para ahli psikologi perkembangan yang menekankan unsurkematangan atau pembawaan mengklaim warisan biologis sebagaiunsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak. Padadasarnya individu berkembang dalam cara yang terpola secara
genetic, kecuali jika terganggu atau terhambat oleh faktorlingkungan yang bersifat merusak.Semantara para ahli yang menekankan unsur lingkunganmenganggap pengalaman-pengalaman environmental sebagai faktoryang paling penting dalam perkembangan anak. Menurut kaumenvironmentalist unsur genetic sekedar mewariskan potensidasar, tetapi bagaimana hal itu tumbuh dan berkembang sangattergantung pada makanan, gizi, perawatan medis, latihan danpendidikan yang diberikan oleh lingkungan. Kesimpulannya,lingkungan dipandang sebagai faktor yang paling berpengaruhterhadap perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Thomas. 2003. Sekolah Para Juara. Primagama :Bandung
Bahruddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2010. Teori Belajar &
PEmbelajaran. Ar-Ruz Media :Yogyakrta.
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan. 1993. Psikologi
Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.
Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorraine McCune.
2004. Mengembangkan Kepribadian & Kecerdasan Anak-Anak
(Psikologi PEmbelajaran I). Inisiasi Press : Jakarta.
http://www.tuanguru.net/2012/01/teori-nativisme-empirisme-
konvergensi.html