tugas jembatan
TRANSCRIPT
JEMBATAN
I.TINJAUAN UMUM
Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatukonstruksi atau struktur bangunan yang menghubungkanrute atau lintasan transportasi yang terpisah baikoleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan raya,jalan kereta api, dan perlintasan lainnya. Konstruksisuatu jembatan terdiri dari bangunan atas, bangunanbawah dan pondasi. Sesuai dengan istilahnya bangunanatas berada pada bagian atas suatu jembatan yangberfungsi untuk menampung semua beban yang ditimbulkanoleh lalu lintas kendaraan atau orang yang kemudiandisalurkan ke bagian bawah. Sedang bangunan bawahterletak di bawah bangunan atas yang berfungsi untukmenerima atau memikul beban-beban yang diberikanbangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi.Pondasi berfungsi menerima beban-beban dari bangunanbawah lalu disalurkan ke tanah. Jenis pondasitergantung dari kondisi tanah dasarnya, dapatmenggunakan tiang pancang, tiang bor, atau sumuran.
Jenis-jenis jembatan cukup banyak tergantung darisudut pandang yang di ambil. Berdasar bahanbangunannya sendiri jembatan dapat dikelompokkansebagi berikut :
1
1. Jembatan kayu Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yangmempunyai panjang relatif pendek dengan beban yang diterima relatifringan. Meskipun pembuatannya menggunakan bahanutama kayu, struktur dalam perencanaan ataupembuatannya harus memperhatikan danmempertimbangkan ilmu gaya (mekanika).
2. Jembatan pasangan batu dan batu bata Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang konstruksi utamanya terbuat dari batu dan bata. Untuk membuat jembatan dengan batu dan bata umumnya konstruksi jembatan harus dibuat melengkung. Seiring perkembangan jaman jembatan ini sudah tidak digunakan lagi.
2
3. Jembatan beton bertulang dan jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)Jembatan dengan beton bertulang pada umumnyahanya digunakan untuk bentang jembatan yangpendek. Untuk bentang yang panjang seiring denganperkembangan jaman ditemukan beton prategang.Dengan beton prategang bentang jembatan yangpanjang dapat dibuat dengan mudah.
4. Jembatan baja Jembatan baja pada umumnya digunakan untukjembatan dengan bentang yang panjang dengan bebanyang diterima cukup besar. Seperti halnya betonprategang, penggunaan jembatan baja banyakdigunakan dan bentuknya lebih bervariasi, karenadengan jembatan baja bentang yang panjangbiayanya lebih ekonomis.
5. Jembatan komposit Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua
bahan yang sama atau berbeda dengan memanfaatkan
sifat menguntungkan dari masing – masing bahan
tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan
elemen struktur yang lebih efisien.
Ditinjau dari fungsinya maka jembatan dapatdibedakan menjadi :
1. Jembatan jalan raya (highway bridge) Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban
3
lalu lintas kendaraan baik kendaraan berat maupunringan. Jembatan jalan raya ini menghubungkanantara jalan satu ke jalan lainnya.
2. Jembatan penyeberangan (foot bridge) Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan
jalan. Fungsi dari jembatan ini yaitu untuk
memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati
jembatan penyeberangan tersebut dan memberikan
keamanan serta mengurangi faktor kecelakaan bagi
penyeberang jalan.
4
3. Jembatan kereta api (railway bridge) Jembatan yang dirancang khusus untuk dapatdilintasi kereta api. Perencanaan jembatan inidari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan,hingga beban yang diterima oleh jembatandisesuaikan dengan kereta api yang melewatijembatan tersebut.
4. Jembatan darurat Jembatan darurat adalah jembatan yang
direncanakan dan dibuat untuk kepentingan darurat
dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya
jembatan darurat dibuat pada saat pembuatan
jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat
dapat dibongkar setelah jembatan baru dapat
berfungsi.
Ditinjau dari sistem strukturnya maka jembatan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
1. Jembatan lengkung (arch bridge) Pelengkung adalah bentuk struktur non linier yangmempunyai kemampuan sangat tinggi terhadap responmomen lengkung. Yang membedakan bentuk pelengkungdengan bentuk – bentuk lainnya adalah bahwa keduaperletakan ujungnya berupa sendi sehingga padaperletakan tidak diijinkan adanya pergerakankearah horisontal. Bentuk Jembatan lengkung hanyabisa dipakai apabila tanah pendukung kuat dan
5
stabil. Jembatan tipe lengkung lebih efisiendigunakan untuk jembatan dengan panjang bentang100 – 300 meter.
Gambar 1. Jembatan Lengkung
2. Jembatan gelagar (beam bridge) Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu
gelagar tunggal yang terbuat dari beton, baja
atau beton prategang. Jembatan jenis ini
dirangkai dengan menggunakan diafragma, dan
umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang
6
merupakan lantai lalu lintas. Jembatan ini
digunakan untuk variasi panjang bentang 5 – 40
meter.
Gambar 2. Jembatan Gelagar
7
3. Jembatan cable-stayed Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagaielemen pemikul lantai lalu lintas. Pada cable-stayed
kabel langsung ditumpu oleh tower. Jembatan cable-
stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satuatau lebih yang terpasang diatas pilar – pilarjembatan ditengah bentang. Jembatan cable-stayed
memiliki titik pusat massa yang relatif rendahposisinya sehingga jembatan tipe ini sangat baikdigunakan pada daerah dengan resiko gempa dandigunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600meter.
Gambar 3. Jembatan Cable Stay8
4. Jembatan gantung (suspension bridge) Sistem struktur dasar jembatan gantung berupakabel utama (main cable) yang memikul kabel gantung(suspension bridge). Lantai lalu lintas jembatanbiasanya tidak terhubungkan langsung denganpilar, karena prinsip pemikulan gelagar terletakpada kabel. Apabila terjadi beban angin denganintensitas tinggi jembatan dapat ditutup dan aruslalu lintas dihentikan. Hal ini untuk mencegahsulitnya mengemudi kendaraan dalam goyangan yangtinggi. Pemasangan gelagar jembatan gantungdilaksanakan setelah sistem kabel terpasang, dankabel sekaligus merupakan bagian dari strukturlaunching jembatan. Jembatan ini umumnya digunakanuntuk panjang bentang sampai 1400 meter.
9
Gambar 4. Jembatan Gantung
5. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge) Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan mutakhir dari bahan beton. Pada Jembatan beton prategang diberikan gaya prategang awal yang dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban. Jembatan beton prategangdapat dilaksanakan dengan dua sistem yaitu post
tensioning dan pre tensioning. Pada sistem post tensioning tendon prategang ditempatkan di dalam duct setelah beton mengeras dan transfer gaya
prategang dari tendon pada beton dilakukan dengan penjangkaran di ujung gelagar. Pada pre tensioning beton dituang mengelilingi tendon prategang yang sudah ditegangkan terlebih dahulu dan transfer gayaprategang terlaksana karena adanya ikatan antara beton dengan tendon. Jembatan beton prategang sangat efisien karena analisa penampang berdasarkan
10
penampang utuh. Jembatan jenis ini digunakan untuk variasi bentang jembatan 20 - 40 meter.
Gambar 5. Jembatan Beton Prategang
11
6. Jembatan rangka (truss bridge) Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, denganbentuk dasar berupa segitiga. Elemen rangkadianggap bersendi pada kedua ujungnya sehinggasetiap batang hanya menerima gaya aksial tekanatau tarik saja. Jembatan rangka merupakan salahsatu jembatan tertua dan dapat dibuat dalamberagam variasi bentuk, sebagai gelagarsederhana, lengkung atau kantilever. Jembatan inidigunakan untuk variasi panjang bentang 50 – 100meter.
Gambar 6. Jembatan Rangka
12
7. Jembatan box girder Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja ataubeton konvensional maupun prategang. box girder
terutama digunakan sebagai gelagar jembatan, dandapat dikombinasikan dengan sistem jembatangantung, cable-stayed maupun bentuk pelengkung.Manfaat utama dari box girder adalah momen inersiayang tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiriyang relatif ringan karena adanya rongga ditengahpenampang. box girder dapat diproduksi dalamberbagai bentuk, tetapi bentuk trapesium adalahyang paling banyak digunakan. Rongga di tengahbox memungkinkan pemasangan tendon prategangdiluar penampang beton. Jenis gelagar inibiasanya dipakai sebagai bagian dari gelagarsegmental, yang kemudian disatukan dengan sistemprategang post tensioning. Analisa full prestressing suatudesain dimana pada penampang tidak diperkenankanadanya gaya tarik, menjamin kontinuitas darigelagar pada pertemuan segmen. Jembatan inidigunakan untuk variasi panjang bentang 20 – 40
13
II. ASPEK PERENCANAANDalam perancangan jembatan ada beberapa aspek yangperlu ditinjau yang nantinya akan mempengaruhi dalampenetapan bentuk maupun dimensi jembatan. Adapun aspektersebut antara lain :
1. Aspek lokasi dan tipe jembatan 2. Aspek lalu lintas 3. Aspek hidrologi 4. Aspek tanah 5. Aspek geometri jembatan 6. Aspek konstruksi jembatan
II.1. Aspek lokasi dan tipe jembatanAnalisa terhadap lokasi sangat diperlukan
mengingat apabila ingin membangun sebuah jembatankarena akan menentukan tipe jembatan. Keadaan topologidan geografis daerah suatu lokasi sangat berpengaruhjenis jembatan yang dipakai seperti bentang jembatanyang akan dibangun.
II.2. Aspek Lalu LintasAnalisa terhadap lalu lintas diperlukan untuk
mengetahui tingkat pelayanan jembatan sampai umurrencana tertentu. Selain itu analisa terhadap lalulintas juga digunakan untuk memperkirakan besarnyalalu lintas yang akan melewati Brebes-Tegal By Pass
dimana perencanaaan jembatan Kali Pemali akandibangun. Persyaratan transportasi meliputi kelancaran
15
arus lalu lintas kendaraan yang melintasi jembatantersebut. Dalam hal ini, perencanaan lebar optimumjembatan sangat penting agar didapatkan tingkatpelayanan lalu lintas yang maksimum. Perhitungan lebarjembatan Kali Pemali ini mengikuti jumlah ruas jalanBrebes-Tegal By Pass secara keseluruhan, sehinggaperhitungan lebar jembatan adalah sama dengan hasildari perhitugan kapasitas Brebes-Tegal By Pass. Dalamanalisa perencanaan lebar optimum jalan dan jembatanini menggunakan beberapa parameter lalu lintas antaralain sebagai berikut.
II.2.1. Volume Lalu Lintas (Q)Volume lalu lintas merupakan jumlah kendaraan
yang melewati satu titik tertentu dari suatu segmenjalan selama waktu tertentu (menit, jam ataupun hari).Dinyatakan dalam satuan kendaraan atau satuan mobilpenumpang (smp).a. Lalu Lintas Harian Rata-rata
Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT)adalah jumlah lalu lintas
kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur jalan
selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu
tahun penuh.
16
LHRT dinyatakan dalam smp/hari/2 arah atau
kendaraan/hari/2 arah untuk jalan 4 lajur 2 arah,
smp/hari/1 lajur atau kendaraan/hari/1 arah untuk
jalan berlajur banyak dengan median.
17
b. Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP) Ekivalensi mobil penumpang yaitu faktorkonversi berbagai jenis
kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang sehubungan dengan ukuran dan kecepatan rata–ratanya yang berdampak pada perilaku lalu lintas.
Tabel 2.1. Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP) untuk Jalan Luar Kota
Empat Lajur Dua Arah (4/2)
Tipe
Arus total (kend/jam) empJalanterbagi Jalan tak
Alinyemenper arah
terbagitotal MHV LB LT MC
(kend/jam) (kend/jam)
0 0 1,21,2 1,6 0,5
Datar 1000 1700 1,41,4 2,0 0,6
1800 3250 1,61,7 2,5 0,8
≥ 2150 ≥ 3950 1,31,5 2,0 0,5
0 0 1,81,6 4,8 0,4
Bukit 750 1350 2,02,0 4,6 0,5
1400 2500 2,22,3 4,3 0,7
≥ 1750 ≥ 3150 1,81,9 3,5 0,4
0 0 3,22,2 5,5 0,3
Gunung 550 1000 2,92,6 5,1 0,4
1100 2000 2,62,9 4,8 0,6
≥ 1500 ≥ 2700 2,02,4 3,8 0,3
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 hal 6-44
Keterangan : MHV : Kendaraan Menengah Berat (Truk 2 as)
18
c. Volume Jam Rencana (QDH)
Volume jam perencanaan (VJP) adalah prakiraanvolume lalu lintas pada
jam sibuk rencana lalu lintas dan
dinyatakan dalam smp/jam. VJP dapat
di hitung dengan rumus :
VJP = LHRT x k
Dimana :LHRT : Lalu lintas harian rata-rata tahunan (kend/hari)Faktor k : Faktor konversi dari LHRT menjadi aruslalu lintas jam puncak
Tabel 2. 1 Penentuan Faktor K secara umum
Lingkungan JalanJumlah Penduduk Kota
> 1 Juta ≤ 1 JutaJalan di daerah komersial dan
jalan arteri 0,07 – 0,08 0,08 – 0,10
Jalan di daerah pemukiman 0,08 – 0,09 0,09 – 0,12Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 hal 4-25
II.2.2. Pertumbuhan Lalu LintasPerkiraan (forecasting) lalu lintas harian rata-rata
yang ditinjau dalam waktu umur rencana jembatan. Umur
rencana jembatan Kali Pemali Brebes – Tegal By Pass ini
adalah 20 tahun.
20
Dengan rumus a dan b adalah
a Σ Yi Σ∗ Xi 2 − Σ Xi Σ∗ XiYi
nΣXi 2 − (ΣXi)2
dan
b nΣXiYi − ΣXi ∗Yi
nΣXi 2 − (ΣXi)2
Dimana :
Y’: subyek dalam variable dependen yang diprediksikan (LHR)
a dan b : konstanta awal energiX : waktu (tahun)
LHR akhir (LHRn) dapat dihitung dengan rumus :
Dimana :LHRn = LHRo * (1+i)ⁿ
LHRn: Besarnya arus lalu lintas padatahun rencana(pada tahun ke-n)
LHRo: Besarnya arus lalu lintas pada awal perencanaan
I : Faktor pertumbuhan lalu lintasn : Umur rencana
II.2.3. Kapasitas JalanKapasitas dapat didefinisikan sebagai tingkat
arus maksimum dimana kendaraan dapat diharapkan untuk
melalui suatu potongan jalan pada waktu tertentu untuk22
Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas
jalan perkotaan secara umum berdasarkan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), adalah sebagai
berikut :
C = Co x FCw x FCSP x FCSF
Dimana : C : kapasitas (smp/jam)
Co : kapasitas dasar (smp/jam)
FCw :faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas3
FCSP :faktor penyesuaian pemisaharah
FCSF: faktor penyesuaian hambatan samping
Untuk perencanaan kapasitas jalan luar kotasendiri, hanya menggunakan 3 (tiga) faktor yaitu
faktor penyesuaian lebar jalan (FCW), faktor
penyesuaian pemisah arah (FCSP), dan faktor penyesuaian
hambatan samping dan bahu jalan (FCSF)4. Sehingga rumusyang digunakan menjadi :
C = Co x FCw x FCSP x FCSF
Nilai kapasitas dasar (Co) didapatkan dari tabel berikut :
Tabel 2. 2. Tabel Nilai Kapasitas Dasar untuk Jalan Luar Kota 4-lajur 2-arah
Kapasitas dasar (Co)Tipe Jalan / Tipe Alinyemen Total kedua arah
24
(smp/jam/lajur)Empat lajur terbagi
1900- Datar- Bukit 1850- Gunung 1800Empat lajur tak terbagi
1700- Datar- Bukit 1650- Gunung 1600
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997hal 6-65
3 MKJI 1997 hal 5-504 MKJI 1997 hal 6-18
25
Nilai faktor penyesuaian lebar jalan luar kota (FCW),adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 3. Tabel nilai faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas (FCW)
Tipe JalanLebar Lalu Lintas
Efektif (Wc) FCw(m)Perlajur
0,91Empat lajur terbagi 3,003,25 0,96Enam lajur terbagi 3,50 1,003,75 1,03Perlajur
0,913,00Empat lajur tak
terbagi 3,25 0,963,50 1,003,75 1,03
Total duaarah
0,6956 0,91
Dua lajur takterbagi
7 1,008 1,089 1,1510 1,2111 1,27
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997hal 6-66
Nilai faktor penyesuaian pemisah arah (FCSP), didapat dari tabel berikut :Tabel 2. 4 Tabel nilai faktor penyesuaian pemisah arah
(FCSP)
Pemisah Arah SP %- %
50-50 55-45 60-40 65-35
70-30
FCsp
Dua lajur2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat lajur4/2 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
26
Nilai penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCSF), didapat dari tabel berikut :
Tabel 2. 6 Tabel nilai faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FCSF)
Tipe KelasPenyesuaian kapasitas akibat hambatan
samping (FCSF)Lebar bahu efektif
WsHambatanJalan Samping ≤ 0,5 1,0 1,5 ≥2,0VL 0,97 0,99 1,00 1,02
2/2 UDL 0,93 0,95 0,97 1,00M 0,88 0,91 0,94 0,984/2 UDH 0,84 0,87 0,91 0,95VH 0,80 0,83 0,88 0,93
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 hal 6-68
II.2.4. Derajat KejenuhanDerajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai
rasio arus lalu lintas (Q) terhadap kapasitas (C),
yang digunakan sebagai faktor utama untuk menentukan
tingkat kinerja segmen jalan5.
DS = Q/C
Nilai DS di sini diartikan nilai derajat kejenuhanpada tahun rencana (20 tahun), maksimal = 0,75. Biladerajat kejenuhan ( DS ) yang didapat < 0,75 makajalan tersebut masih memenuhi syarat (Layak), dan biladerajat kejenuhan ( DS ) yang didapat > 0,75 makaharus dilakukan pelebaran untuk meningkatkan kapasitas
28
jalan (C). Nilai DS menentukan apakah segmen jalantersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Jikanilai DS suatu ruas jalan mencapai nilai 1, berartikendaraan sudah berhenti (tidak bergerak) dalamantrian kemacetan.
5 MKJI 1997 hal 6‐71
29
II.2.5. Perkerasan Jalan PendekatPerkerasan jalan pada perencanaan jembatan yaitu
pada oprit jembatan sebagai jalan pendekat yangmerupakan bagian penting pada proses perencanaanjalan, yang berfungsi :
1. Menyebarkan beban lalu lintas di atasnya ke tanahdasar
2. Melindungi tanah dasar dari rembesan air hujan 3. Mendapatkan kenyamanan dalam perjalanan
Salah satu jenis perkerasan jalan adalahperkerasan lentur (flexible
pavement). Perkerasan lentur adalah perkerasan yangumumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagailapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisbawahnya.
Dalam perencanaan perkerasan jalan ini digunakanmetode Analisa Komponen berdasarkan Standar KonstruksiBangunan Indonesia (SKBI) yaitu sebagai berikut :
1. Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) LHR setiap jenis kendaraan ditentukan sesuaidengan umur rencana.
2. Lintas Ekuivalen Permukaan (LEP) n
LEP = ∑ LHR j x cj x Ejj1
dimana : n : umur rencana
cj : koefisien distribusi kendaraanEj : angka ekuivalen beban sumbu gandar (MST.12 ton)
30
3. Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)n
LEA = ∑ LHR j(1+i)UR x cj x Ejj1
dimana : i : pertumbuhan lalu lintas
4. Lintas Ekuivalen
Tengah (LET) LET =
(LEP + LEA) * ½
31
5. Lintas EkuivalenRencana (LER) LER =LET x FP dimana : FP : faktor penyesuaian = UR/10
UR : umur rencana
6. Indek Tebal Perkerasan(ITP) ITP = a1 x D1 +
a2 x D2 + a3 x D3dimana : a1, a2, a3 : koefisien kekuatan
relatif bahan perkerasan D1,D2,D3 : tebal masing-masing perkerasan
II.3. Aspek HidrologiPerkiraan besarnya penggerusan tanah sekitar
pondasi oleh aliran sungai ini sangat penting, karenaakan berdampak pada stabilitas dan daya dukung pondasijembatan. Perhitungan dan analisa aspek hidrologidigunakan pada jembatan yang salah satu atau beberapapondasi pilarnya dan atau pondasi abutment terletakdalam aliran sungai atau dipengaruhi oleh aliran airsungai (muka air banjir). Data–data hidrologi yangdiperlukan dalam merencanakan suatu jembatan antaralain adalah sebagai berikut ;
1. Peta topografi DAS 2. Peta situasi dimana jembatan akan dibangun 3. Data curah hujan dari stasiun pemantau terdekat
32
Data-data tersebut nantinya dibutuhkan untuk menentukan elevasi banjir tertinggi. Dengan mengetahuihal tersebut kemudian dapat direncanakan :
1. Clearence jembatan dari muka air tertinggi
2. Bentang ekonomis jembatan 3. Penentuan struktur bagian bawah
Analisa dari data-data hidrologi yang tersediameliputi :
33
II.3.1. Analisa Frekuensi Curah HujanBesarnya curah hujan suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS) diperhitungkan dengan mengikuti aturan padametode Gumbell, distribusi Log Pearson III, danberdasarkan distribusi normal. Setelah itu dilakukanuji keselarasan dari hasil ketiga distribusi di atasdengan metode Plotting Probability serta uji Chi KuadratDistribusi Normal. Setelah pengujian itu bisadiketahui manakah dari ketiga distribusi curah hujanrencana yang akan digunakan untuk langkah selanjutnyayaitu analisa debit banjir.
Untuk keperluan analisa ini, dipilih curah hujantertinggi yang terjadi tiap tahun sehingga diperolehcurah hujan harian maksimum. Dari metode Gumbell,analisa distribusi frekuensi extreme value adalahsebagai berikut :
Xrata−rata ∑
nx
n 2
Sx
∑(Xi −Xrata−rata)
i1
(n −1)1
Kr0.78 −ln −ln 1− −0.45
TrXtr R Xrata − rata (Kr Sx)
Keterangan :Xrata2 = Curah hujan maksimum rata-rata selama
tahun pengamatan (mm) Sx = Standar deviasi34
Sedangkan untuk metode Log Pearson III rumusnya sepertidibawah ini :
n
∑log X iLogX i1
nn 2
S1
∑(log Xi −logX )i1
(n −1)n 3
Cs
∑(log X i −log X )i1
(n −1)(n −2)S12
Keterangan :S1 = Standar DeviasiCs = Koofisien Kemencengan
II.3.2. Analisa Banjir RencanaPerhitungan banjir rencana ditinjau dengancara Formula Rational
Mononobe :
Menurut fomula Dr. Rizha :
V 72
H0,6
L
Time Concentration (TC)
TC VL
Intensitas Hujan (I)
I R 24 0,6724 TC
36
Keterangan ; V = Kecepatan aliran(km/jam)
H = Selisihelevasi(km)L = Panjangaliran (km)
Keterangan ; TC = Waktu pengaliran (jam)
L = Panjang aliran (km)V = Kecepatan aliran (km/jam)
Keterangan ; I = Intensitas hujan (mm/jam)
R = Curah hujan (mm)
37
Debit Banjir (Q)Qtr C I A 0,278 Keterangan ; Qtr = Debit banjir rencana (m3/dtk)
A = Luas DAS (km2)C = Koefisien run off
Analisa Debit PenampangQ AV ⇒ A B mH H
Keterangan ; Qtr = Debit banjir (m3/dtk)
m = Kemiringan lerengsungaiB = Lebar penampang sungai (m)A = Luas penampang basah (m2)H = Tinggi muka air sungai (m)
Koefisien run off merupakan perbandingan antara
jumlah limpasan dengan jumlah curah hujan. Besar
kecilnya nilai koefisien limpasan ini dipengaruhi oleh
kondisi topografi dan perbedaan penggunaan tanah dapat
dilihat pada Tabel 2.6. dibawah ini :
Tabel 2.7. Koefisien Limpasan (Run Off)
Kondisi daerah pengaliran dan sungai
Koofisien Limpasan
Daerah pegunungan yang curam 0,75-0,9Daerah pegunungan tersier 0,70-0,80Tanah bergelombang dan hutan 0,50-0,75
38
Tanah dataran yang ditanami 0,45-0,60Persawahan yang diairi 0,70-0,80Sungai di daerah pegunungan 0,75-0,85Sungai kecil di dataran 0,45-0,75Sungai besar yang lebih dari setengah daerah 0,50-0,75pengalirannya terdiri dari dataran
Sumber : C.D. Soemarto, 1995
39
II.3.3. Analisa Terhadap PenggerusanDihitung dengan menggunakan metode Lacey, dimana
kedalaman penggerusan dipengaruhi oleh jenis materialdasar sungai. Penggerusan akan mengikis lapisan tanahdasar sungai yang biasanya terjadi dibawah pilar.Rumusan yang dipakai untuk menganalisa gerusan adalahsebagai berikut:
d= 0,473* Q 0,33 f
Dimana :d = Kedalaman gerusan normal dari tanahdasar sungai (m) Q = Debit banjir
maksimum (m3/det)f = Faktor Lempung Lacey yang merupakan keadaan
tanah dasar Faktor lempung Lacey berdasarkan
tanah dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.8. Faktor Lempung Lacey Berdasar Tanah
No. Jenis Material Diameter Faktor(mm) (f)
1.Lanau sangat halus (very fine silt) 0,052 0,40
2. Lanau halus (fine silt) 0,120 0,803. Lanau sedang (medium silt) 0,233 0,854. Lanau (standart silt) 0,322 1,005. Pasir (medim sand) 0,505 1,206. Pasir kasar (coarse sand) 0,725 1,507. Kerikil (heavy sand) 0,920 2,00
40
Penentuan kedalaman p enggerusan dapat dilihat pada Tab el 2.9. berik ut ini :
Tabel 2.9. Kedalaman Penggerusan
No. Kondisi Aliran Peng gerusan Ma ksimal1. Aliran L urus 1,27d2. Aliran B elok 1,50d3. Aliran B elok Kanan 1,75d4. Aliran S udut Lurus 2,00d5. Hidung Pilar 2,00d
Analisa penggerusan sungai diperhitungkan untuk
keamanan d ari adanya gerusan aliran sungai.
Penggerusan terjadi didasar sung ai dibawah pilar
akibat aliran sun gai yang mengikis lapisan tanah d
asar sungai. Syarat agar aman dari scouring antara
lain d asar pilar a tau pondasi pilar harus berada
diba wah bidang scouring maksimum ( ds) seperti
terlihat pada Gambar 2.1 .
Gambar 8. Dalamnya Penggerusan
42
II.4. Aspek Geoteknik (Tanah)
Analisa tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifatfisik dan teknis tanah di sekitar lokasi jembatan KaliPemali Brebes – Tegal By Pass. Untuk menentukan jenisdan dimensi bangunan bawah jembatan dan pondasi yangsesuai dengan keadaan tanah pada jembatan Kali Pemali.Selain itu juga untuk menentukan jenis perkuatan tanahdan kestabilan lereng (stabilitas tanah) gunamendukung keamanan dari struktur yang akan dibuat.Tinjauan aspek tanah pada perencanaan jembatan KaliPemali ini meliputi tinjauan terhadap data-data tanahyang ada seperti : nilai boring (Bor Log), nilaipenetrasi (N-SPT), nilai kohesi, sudut geser tanah, γtanah, kadar air tanah, dan void ratio, pada 2 titiksoil investigation di daerah letak abutment dan pilarjembatan agar dapat ditentukan jenis pondasi yang akandigunakan, kedalaman serta dimensinya.
II.4.1. Formulasi Pondasi DangkalPada umumnya pondasi dangkal berupa pondasi
telapak yaitu pondasi yang mendukung bangunan secara
langsung pada tanah pondasi, bilamana terdapat lapisan
tanah keras yang mampu mendukung suatu bangunan pada
permukaan tanah. Menurut Terzaghi pondasi dangkal yaitu
apabila kedalaman pondasi lebih kecil atau sama dengan
lebar pondasi.
Df < B
44
Pondasi telapak umumnya dibangun di atas tanah
pendukung dengan membuat suatu tumpuan yang bentuk
dimensinya sesuai dengan beban bangunan dan daya dukung
tanah pondasi tersebut. Pondasi tersebut bersatu dengan
bagian utama bangunan sehingga merupakan suatu
konstruksi yang monolit.
Syarat- syarat pondasi dangkal yaitu6 :1. Kapasitas daya dukung batas Qult > tegangan kontak
yang diakibatkan oleh beban luar. 2. Penurunan pondasi yang terjadi < penurunan yang
disyaratkan 3. Struktur secara keseluruhan harus stabil dalam
arah vertikal, horizontal dan terhadap guling. Selain pondasi telapak juga ada pondasi kaison
yaitu pondasi yang merupakan peralihan antara pondasidangkal dan pondasi dalam. Di Indonesia pondasi kaisonsering dibuat berbentuk silinder sehingga umumnyadisebut pondasi sumuran.Pondasi kaison terdiri 2 tipe,yaitu kaison bor ( drilled caisson ) dan kaison (caisson)
Pondasi kaison bor dibuat dengan cara mengebor
lebih dulu untuk membuat lubang di dalam tanah, dan
kemudian lubang diisi dengan beton. Bagian tubuh
kaison dapat dilindungi pipa yang merupakan bagian
dari pondasi, atau pipa pelindung ditarik setelah
pengecoran. Pondasi kaison yang berbentuk silinder
atau kotak beton dibuat dengan membenamkan silinder
46
beton ditempatnya, bersamaan dengan penggalian tanah.
II.4.2 Formulasi Pondasi DalamDalam perencanaan pondasi dalam biasanya
menggunakan pondasi tiang. Pondasi tiang digunakanuntuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuatterletak sangat dalam.
Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :
1. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di
atas air atau tanah lunak, ke tanah pendukung
yang kuat.
6 Rekayasa fondasi II hal 5
47
2. Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatiflunak sampai kedalaman tertentu sehingga pondasibangunan mampu memberikan dukungan yang cukupuntuk mendukung beban tersebut oleh gesekandinding tiang dengan tanah di sekitarnya.
3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi olehgaya angkat ke atas akibat tekanan hidrostatisatau momen guling
4. Untuk menahan gaya-gaya horizontal gaya yangarahnya miring
5. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitasdukung tanah tersebut bertambah
6. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan
tanahnya mudah tergerus air.
Pondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 yaitu7:1. Tiang perpindahan besar (large displacement pile), yaitu
tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup
yang di pancang ke dalam tanah sehingga terjadi
perpindahan volume tanah yang relatif besar,
contohnya : tiang kayu, tiang beton pejal, tiang
beton prategang, tiang baja bulat.
2. Tiang perpindahan kecil (small displacement pile),
adalah sama seperti tiang kategori pertama hanyavolume tanah yang dipindahkan saat pemancanganrelatifkecil, contohnya : tiang betonn berlubangdengan ujung terbuka,tiang baja H, tiang baja
48
bulat ujung terbuka, tiang ulir. 3. Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile ),
terdiri dari tiang yang di pasang di dalam tanah
dengan cara menggali atau mengebor tanah,
contohnya : tiang beton yang pengecorannya
langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah
(pipa baja di letakkan dalam lubang dan di cor
beton).
7 Hary Christady Hardiyatmo hal 61
49
Rumus yang digunakan dalam perencanaan kekuatan
daya dukung satu tiang pondasi tiang digunakan metode
Meyerhoff sebagai berikut :
Dimana :Pult = ultimate axial load (ton)A = luas penampang tiang (cm2) qc = nilai conus
resistance (kg/cm2) f = total
friction (kg/cm2)O = keliling tiang
Penentuan jumlah tiang dilakukan dengan rumus :
n = Vmaks ; V maks : Total beban vertikal maksimum
Ptiang
P tiang : Daya dukung satu tiang
Gambar 10. Contoh lay out pondasi
50
Perhitungan efisisensi kelompok tiang :
E 1 −
φ n − 1 m m − 1 n
m * n90
φ : arc tan (d/s) dalam derajat D : diameter tiang pancangS : jarak antar bore pile (3 s/d 3,5 kali diameter)m : jumlah tiang pancang dalam satu baris n : jumlah tiang pancang dalam
satu kolom (contoh gambar
di atas: m = 3; n = 2)
II.4.3. Formulasi Dinding Penahan TanahDinding penahan tanah yaitu dinding vertikal yang
berfungsi untuk menahan tanah dan untuk menahanmasuknya air ke dalam lubang galian. Untukmelaksanakan perencanaan dinding penahan tanah ,langkah-langkah kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Memperkirakan dimensi yang diperlukan daridinding penahan tanah
2. Mencari besarnya tekanan tanah baik secaraanalitis maupun secara grafis berdasarkan carayang sesuai dengan tipe penahan tanahnya
3. Tegangan yang bekerja akibat konstruksi tidakmelebihi tegangan ijin
52
4. Perhitungan kekuatan struktur dari konstruksi
dinding penahan tanah, yaitu dengan cara memeriksa
tegangan geser dan tegangan tekan yang diijinkan.
5. Dinding penahan tanah harus aman terhadapstabilitas gesernya
6. Dinding penahan tanah harus aman terhadapstabilitas gulingnya Dinding penahan tanah harus terletak pada suatudaerah dimana stabilitas
dari kemiringan lerengnya memenuhi suatu angka keamanan tertentu yaitu :
• SF > 1,50 untuk pembebasan tetap • SF > 1,30 utuk pembebasan sementara, termasuk
jika ada gempa.
53
Prosedur pemilihan tipe pondasi sebagai berikut :1. Bila lapisan tanah keras terletak pada permukaan
tanah atau 2–3 meter di bawah permukaan tanah,pondasi telapak (spread foundation) dapat digunakan.
2. Apabila formasi tanah keras terletak padakedalaman sampai + 10 meter dibawah permukaantanah, dapat dipakai pondasi sumuran atau pondasitiang apung (floating pile foundation) untuk memperbaikitanah pondasi.
3. Apabila formasi tanah keras terletak padakedalaman sampai + 20 meter dibawah permukaantanah, dapat dipakai pondasi tiang atau pancangbaja atau tiang bor.
4. Apabila formasi tanah keras terletak pada kedalaman
sampai + 30 meter dibawah permukaan tanah, biasanya
dipakai pondasi kaison terbuka, tiang baja atau
tiang yang dicor di tempat. Tetapi apabila tekanan
atmosfir yang
bekerja ternyata kurang dari 3 kg/cm2 dapat jugadigunakan pondasi kaison tekanan.
5. Apabila formasi tanah keras terletak pada
kedalaman lebih dari 40 meter dibawah permukaan
tanah, pondasi yang paling baik digunakan adalah
pondasi tiang baja atau pondasi tiang beton yang
dicor di tempat.
II.5. Aspek Konstruksi
54
Jembatan II.5.1. Pembebanan Struktur
Dalam merencanakan suatu jembatan, peraturan
pembebanan yang dipakai mengacu pada Bridge Management
System (BMS’92). Beban - beban yang bekerja meliputi :
II.5.1.1. Beban Tetapa. Beban Mati (Dead Load)
Berat nominal dan nilai terfaktor dari
berbagai bahan dapat diambil dari tabel berikut
ini :
55
Tabel 2. 10. Berat Bahan Nominal S.L.S dan U.L.S
Berat SendiriBeratSendiri Berat Sendiri
Bahan Jembatan
NominalS.L.S Biasa U.L.S
TerkurangiU.L.S
(kN/m) (kN/m3) (kN/ m3)Beton Massa 24 31,2 18Beton Bertulang 25 32,5 18,80Beton Bertulang 25 30 21,30Pratekan (Pracetak)Baja 77 84,7 69,30Kayu, Kayu lunak 7,8 10.9 5,50Kayu, Kayu keras 11 15,4 7,7
Sumber : Bridge Management System (BMS - 1992) Vol. 1 & 2
b. Beban Mati TambahanBeban mati tambahan adalah berat semua elemen
tidak struktural yang dapat bervariasi selama
umur jembatan seperti :
• Perawatan permukaan khusus • Pelapisan ulang dianggap sebesar 50 mm aspal
beton (hanya digunakan dalam kasus menyimpangdan nominal 22 kN/ m³) --- dalam SLS
• Sandaran, pagar pengaman dan penghalang beton• Tanda-tanda (rambu) • Perlengkapan umum seperti pipa air dan
56
penyaluran (dianggap kosong atau penuh) d.Pengaruh Pratekan
Selain dari pengaruh primer, pratekan
menyebabkan pengaruh sekunder dalam komponen
tertahan dan struktur tidak tertentu, untuk
penentuan pengaruh dari pratekan dalam struktur
tidak tertentu adalah cara beban ekivalen
dimana gaya tambahan pada beton akibat kabel
pratekan dipertimbangkan sebagai beban luar.
57
d. TekananTanahTekanan
aktif 8 :
2 0 φ 0 φσ γ.z.tan 45 − −2.C.tan 45 −
2 2Tekanan pasif 9 :
2 0 φ 0 φσ γ.z.tan 45 2.C.tan 45
2 2
II.5.1.2. Beban Tidak Tetap
a. Beban Lalu Lintas Beban lalu lintas adalah semua beban yang
berasal dari berat kendaraan-kendaraan
bergerak, dan pejalan kaki yang dianggap
bekerja pada jembatan. Beban lalu lintas
meliputi :
• Beban Kendaraan Rencana Beban kendaraan mempunyai tiga komponen,yaitu : 1. Komponen vertikal 2. Komponen rem 3. Komponen sentrifugal (untuk jembatanmelengkung)
Beban lalu lintas untuk rencana jembatan jalan
raya terdiri dari pembebanan lajur “D” dan
pembebanan truk “T”. Pembebanan lajur “D”
ditempatkan melintang pada lebar penuh dari58
jalan kendaraan jembatan dan menghasilkan
pengaruh pada jembatan yang ekivalen dengan
rangkaian kendaraan sebenarnya, jumlah total
pembebanan lajur “D” yang ditempatkan
tergantung pada lebar jalan kendaraan jembatan.
Pembebanan truk “T” adalah berat kendaraan,
berat tunggal truk dengan tiga gandar yang
ditempat dalam kedudukan sembarang pada lajur
lalu lintas rencana. Tiap gandar terdiri dari
dua pembebanan bidang kontak yang dimaksudkan
agar mewakili pengaruh moda kendaraan berat.
Hanya satu truk “T” boleh ditempatkan perlajur
lalu lintas rencana. Umumnya, pembebanan
59
“D” akan menentukan untuk bentang sedang
sampai panjang dan pembebanan “T” akan
menentukan untuk bentang pendek dan sistem
lantai.
• Beban Lajur “D” Beban terbagi rata = UDL (Uniformly Distribute Load)
mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya qtergantung pada panjang total yang dibebani Lseperti berikut : q = 8,0 kPa (jika L ≤ 30 m) q = 8,0 . (0,5+ 15/L) kPa(jika L > 30 m) dimana : L : panjang (meter), ditentukan oleh tipekonstruksi jembatan kPa : kilo pascal perjalur Beban UDL boleh ditempatkan dalam panjangterputus agar terjadi pengaruh maksimum.Dalam hal ini, L adalah jumlah dari panjangmasing-masing beban terputus tersebut. Beban garis (KEL) sebesar P kN/m, ditempatkandalam kedudukan sembarang sepanjang jembatandan tegak lurus pada arah lalu lintas (P =44,0 kN/m). Pada bentang menerus, KEL ditempatkan dalam
kedudukan lateral sama yaitu tegak lurus arah
lalu lintas pada 2 bentang agar momen lentur
61
Beban UD L dan KE L bisa digambarkan se perti
pada gambar di bawah ini :
Gambar 11. Beban “D”
Beban terbagi rata = U DL (Uniformly Distribute Load)
mempunyai
intensitas q kPa
ini,
dapat digam barkan dalam
sebuah
hubungan
sebagai berikut :
63
Gambar 12 . Beban “ D “ : Beban Ters ebar
Merata d an Bentang Sumber : Bridge Manage ment
System (B MS - 1992) V ol. 1 & 2
64
Ketentuan penggunaan beban “D” dalam arah melintang jembatan adalah sebagai berikut :1. Untuk jembatan dengan lebar lantai
kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50meter, beban “D” sepenuhnya (100 %) harusdibebankan pada seluruh lebar jembatan.
2. Untuk jembatan dengan lebar lantai
kendaraan lebih besar dari 5,50 meter,
beban “D” sepenuhnya (100 %) dibebankan
pada lebar jalur 5,50 meter sedang lebar
selebihnya dibebani hanya separuh beban “D”
(50 %).
Untuk lebih jelasnya, berikut Gambar 2.6. merupakan
penyebaran beban dalam arah melintang :
Gambar 13. Penyebaran Pembebanan pada Arah MelintangSumber : Bridge Management System (BMS - 1992) Vol. 1 & 2
65
Beban Truk “T”Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan
truk semi trailer yang mempunyai berat as.
Berat dari masing-masing as disebarkan menjadi
2 beban merata sama besar yang merupakan
bidang kontak antara roda dengan permukaan
lantai.
Gambar 14. konfigurasi Pembebanan Truk ”T”
Hanya satu truk yang harus ditempatkan dalam
tiap lajur lalu lintas rencana untuk panjang
penuh dari jembatan. Truk “T” harus
ditempatkan ditengah lajur lalu lintas. Jumlah
maksimum lajur lalu lintas rencana diberikan
dalam tabel berikut :
67
Tabel 2. 11. Jumlah Maksimum Lajur Lalu Lintas Rencana
JenisJembatan
Lebar JalanKendaraan
Jumlah LajurLalu
Jembatan (m) Lintas Rencana
Lajur tunggal 4,0 – 5,0 1
Dua arahtanpa
5,5 – 8,25 2
median 11,25 – 15,0 4
10,0 – 12,9 3
Jalankendaraan
11,25 – 15,0 4
majemuk 15,1 – 18,75 5
18,8 – 22,5 6
Sumber : Bridge Management System (BMS - 1992) Vol. 1 & 2
• Faktor Beban Dinamik Faktor beban dinamik (DLA) berlaku pada beban
“KEL”, beban lajur “D”, dan beban truk “T”
untuk simulasi kejut dari kendaraan bergerak
pada struktur jembatan. Faktor beban dinamik
adalah untuk SLS dan ULS dan untuk semua
bagian struktur sampai pondasi. Untuk beban
truk “T” nilai DLA adalah 0,3, untuk beban
garis “KEL” nilai DLA dapat dilihat pada tabel
berikut:
69
Tabel 2. 12. Faktor Beban Dinamik Untuk “KEL” lajur “D”
Bentang Ekivalen LE(m)
DLA (untuk kedua keadaanbatas)
LE < 50 0,4
50 < LE < 90 0,525 – 0,0025 LE
LE ≥ 90 0,3
Sumber : Bridge Management System (BMS - 1992) Vol 1 & 2
Catatan:1. Untuk bentang sederhana LE = panjang bentang aktual
2. Untuk bentang menerus LE = Lrata−rata
*
Lmaks
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance)
untuk KEL, diproyeksikan dalam sebuah
grafik adalah sebagai berikut :
Gambar 15. Faktor beban dinamis
71
Gaya RemPengaruh percepatan dan pengereman dari lalu
lintas harus diperhitungkan sebagai gaya dalam
arah memanjang, dan dianggap bekerja pada
lantai kendaraan. Gaya ini tidak tergantung
pada lebar jembatan. Pemberian besarnya gaya
rem dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. 12. Gaya Rem
Panjang Struktur(m) Gaya Rem SLS (kN)
L < 80 m 250
80 m < L < 180 m 2,5 L + 50
L > 180 m 500
Catatan : Gaya Rem ULS adalah 2,0 * Gaya Rem SLS
Sumber : Bridge Management System (BMS - 1992) Vol 1 & 2
73
• Beban Pejalan Kaki Lantai dan balok yang langsung memikul pejalan
kaki harus direncanakan untuk 5 kPa.
Intensitas beban untuk elemen lain diberikan
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.5. Intensitas Beban Pejalan Kaki untuk Trotoar Jembatan Jalan Raya
Luas Terpikul Oleh Unsur(m2)
Intensitas Beban Pejalan KakiNominal(kPa)
A < 10 m2 5
10 m2 < A < 100 m2 5,33 - A/30
A > 100 m2 2
Sumber : Bridge Management System (BMS - 1992) Vol 1 & 2
Gambar 17. Pejalan kaki
b. Aksi Lingkungan
75
Aksi lingkungan adalah beban-beban akibat
pengaruh temperatur, angin, banjir, gempa, dan
penyebab-penyebab alamiah lainnya. Besarnya
beban rencana yang diberikan dalam tata cara
ini didasarkan pada analisa statistik dari
kejadian-kejadian umum yang tercatat tanpa
76