tugas final

22
GLOBALISASI & NASIONALISME EKONOMI “INDIA” Disusun Oleh: Ahmad Ahrar Fatmawati Muh. Slamet Tri Budiono Muh. Akbar Nursyam Rahman UNIVERSITAS SULAWESI BARAT FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 2013

Upload: mawardisyana

Post on 17-Jan-2023

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

GLOBALISASI & NASIONALISME EKONOMI

“INDIA”

Disusun Oleh:

Ahmad

Ahrar

Fatmawati

Muh. Slamet Tri Budiono

Muh. Akbar

Nursyam

Rahman

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

2013

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah ini. Globalisasi dan Nasionalisme

merupakan pelajaran yang juga penting untuk dipelajari,

karena Globalisasi dan Nasionalisme memiliki peran yang

sangat penting dalam perkembangan dunia Internasional.

Salah satu media yang dapat mengasah dan mengembangkan

pemikiran Mahasiswa dalam pelajaran adalah makalah.

Makalah ini merupakan suatu sumbangan pemikiran dari

kami untuk dapat digunakan oleh pembaca.

Makalah ini disusun berdasarkan data-data yang

diperoleh kami dan pendapat dari kami. Kami menyusun

makalah ini dengan bahasa yang mudah ditangkap oleh

pembaca.

Pada akhirnya, kami berharap karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dalam memahami tentang

globalisasi di bidang ekonomi yang terjadi di

Indonesia.

Majene, 28 Januari 2014

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................

BAB I (Pendahuluan)....................................

1.1 Latar Belakang ...................................

1.2 Tujuan ...........................................

1.3 Rumusan Masalah...................................

BAB II (Pembahasan)....................................

2.1 Globalisasi di India..............................

2.2 Pergerakan Nasionalisme di India..................

BAB III (Penutup)......................................

3.1 Kesimpulan.........................................

3.2 Saran.............................................

Daftar Pustaka.........................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa kini kita mengalami berbagai

perubahan. Bukan hanya dalam negara namun juga

internasional. Perubahan- perubahan itu terjadi

bukan hanya dalam satu bidang, tetapi juga

mencakup seluruh bidang seperti politik, ekonomi,

pendidikan, sosio-budaya, dan teknologi.

Perubahan-perubahan tersebut sering kita dengar

dengan istilah globalisasi. Globalisasi yang

mendunia tersebut sudah banyak membawa pengaruh

baik positif maupun negatif terutama di negara

kita ini. Hampir semua aspek kehidupan masyarakat

dipengaruhi oleh kehadiran globalisasi yang

beberapa menerimanya bahkan beberapa juga

menolaknya. Namun masyarakat tidak dapat menolak

pengaruh globalisasi itu karena globalisasi

berjalan sesuai dengan pekembangan zaman.

India merupakan salah satu negara yang

berdampak globalisasi yang cukup besar. Di India

sendiri, penyebab globalisasi tersebut imlpikasi

dari masuknya perusahaan dan industri yang

berkembang di India. karena ekonomi merupakan

salah satu faktor pendorong pembangunan suatu

bangsa. Era globalisasi yang penuh dengan berbagai

tantangan perubahan dan berbagai hambatan tentu

saja sangat mempengaruhi aspek-aspek ekonomi

negara - negara yang akan menentukan arah

pembangunan negara.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana Globalisasi yang terjadi di India?

2) Bagamana Pergerakan Nasionalisme di India?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Globalisasi di India

Globalisasi berasal dari kata “global” yang

berarti “universal”. Menurut Achmad Suparman

globalisasi di artikan sebagai suatu proses yang

menjadikan sesuatu sebagai cirri khas masyarakat

di dunia tanpa ada abates wilayah. Namun

globalisasi juga diartikan berbeda-beda sesuai

dengan cara pandang orang yang mengartikannya.

Namun secara umum globalisasi diartikan sebagai

pengingkatan hubungan internasional di segala

aspek yang mendunia tanpa mengenal batasan-batasan

wilayah negara. Dalam hal ini, dapat diambil

contoh dari negara berkembang seperti India.

Sebab, di India dampak investasi dari globalisasi

sangat tampak dan pesat perkembangannya. Banyak

perusahaan yang telah berinvestasi secara langsung

di India, dengan memulai unit produksi di India.

Tapi, kita juga perlu memerhatikan FII yang

mengalir ke negara-negara berkembang. Performa

bagus dari perusahaan India, akan menarik banyak

investasi asing, yang dengan demikian dapat

mendorong jumlah devisa yang ada di India.

a. Globalisasi dan Implikasinya terhadap

Kemunculan Transnational Middle Class di India

Pada review kali ini, kami akan membahas

mengenai dampak globalisasi terhadap analisis

kelas di India dengan bersumber pada artikel yang

ditulis oleh Steve Derne. Dalam tulisannya, Derne

(2005, 177) menyebutkan bahwa di tahun 1991,

ekonomi India sangat terbuka dengan adanya

investasi dan perdagangan asing, munculnya media-

media baru yang pada akhirnya menyebabkan semakin

meningkatnya kesempatan untuk membangun koneksi

secara global. Hal tersebut tentu saja tidak

terlepas dari adanya lonjakan harga minyak dunia

pasca terjadinya Perang Teluk yang menyebabkan

terjadinya krisis di beberapa negara, termasuk di

India, sehingga mengakibatkan India kemudian

meminta dana talangan kepada IMF. Sebagai

gantinya, pemerintah India diharuskan untuk

mendevaluasi nilai rupe dan mengurangi hambatan

dalam hal penanaman modal asing. Dalam kurun waktu

lima tahun setelah diimplementasikannya kebijakan

tersebut, nilai impor naik menjadi dua kali lipat,

ekspor tiga kali lipat dan investasi modal asing

di India naik menjadi lima kali lipat (Derne 2005,

178). Dari sini dapat dilihat bagaimana India pada

saat itu tengah mengalami puncak modernisasi

setelah percepatan liberalisasi ekonomi.

Globalisasi ekonomi seperti yang telah

disebutkan di atas kemudian diikuti dengan

globalisasi budaya yang menekankan kepada peran

media khususnya televisi. Lewat televisi yang

jumlah salurannya semakin banyak, telah membuat

perubahan yang sangat signifikan bagi masyarakat

India. Masyarakat yang sebelumnya hanya menonton

film Hindi lokal kemudian disuguhkan dengan film-

film Hollywood yang dapat diakses di berbagai tv

kabel dimana pada tahun 1991 tercatat 300.000

rumah berlangganan tv kabel dan jumlah tersebut

terus mengalami peningkatan hingga tahun 1999

dengan mencapai 24 juta rumah (Derne 2005, 178).

Adanya film dan berbagai iklan yang ditawarkan

lewat televisi dan berbagai majalah kemudian

berhasil membuat kebudayaan kental yang sudah lama

melekat pada diri masyarakat India perlahan mulai

mengalami pergeseran. Pengaruh dari media yang

secara sengaja ataupun tidak sengaja ditampilkan

oleh pihak-pihak tertentu tersebut pada

kenyataannya tidak hanya mengubah pola perilaku

masyarakat India menjadi cenderung lebih konsumtif

tetapi juga bagaimana pengaruh media akibat

globalisasi tersebut berhasil mengubah pola pikir

masyarakat India pada saat itu.

Derne dalam artikelnya memfokuskan kelas

menengah di India sebagai pihak-pihak yang paling

banyak terkena pengaruh globalisasi karena

ketersediaan akses yang mereka miliki. Adapun

kelas menengah ini dibagi menjadi dua yaitu

transnational middle class dan local oriented

middle class dimana keduanya mempunyai perbedaan

yang cukup signifikan. Transnational middle class

sebagai kelas yang merepresentasikan gaya hidup

konsumtif, terdiri dari 3 % jumlah populasi

masyarakat India dengan tingkat penghasilan tinggi

(di atas 2.150 USD per tahun), mempunyai gelar

sarjana, mampu berbahasa Inggris dan mempunyai

akses untuk menjalin koneksi global. Sedangkan

local oriented middle class adalah mereka yang

mempunyai gelar sarjana dengan pekerjaan yang

bagus, namun tidak didukung dengan kemampuan

bahasa Inggris yang memadai. Mereka yang termasuk

ke dalam kelas ini adalah mereka yang

berpenghasilan 1.000-2.150 USD per tahun dan

bekerja sebagai pegawai bank, guru, polisi, dan

lain sebagainya (Derne 2005, 179) dimana mereka

sebenarnya mempunyai akses terhadap televisi atau

mempunyai kendaraan seperti skuter, namun mereka

tidak memaksakan diri mereka untuk mengkonsumsi

semua produk asing seperti yang dilakukan oleh

transnational middle class. Daripada membeli

sepatu Nike atau makan di Pizza Hut misalnya,

kelas ini lebih memilih untuk makan dan membeli

sepatu lokal. Walaupun mereka tergolong sebagai

kelas konsumsi dan masih mempunyai akses terkait

dengan pengaruh media yang telah disebutkan

sebelumnya, kelas ini masih memegang teguh “ke-

indiaann-nya” sebagai sesuatu yang unik dan patut

dijaga sehingga susunan keluarga atau gender dan

pernikahan yang direncanakan yang ditentang oleh

transnational middle class menurut local oriented

middle class justru harus tetap dipertahankan.

Dalam kaitannya dengan transformasi kelas di

India yang semakin dibombardir dengan pengaruh

globalisasi, maka peran aktor transnasional tidak

dapat dipisahkan. Sklair (dalam Derne 2005, 179)

dalam analisisnya mengatakan bahwa kemunculan

kelas kapitalis transnasional di India tidak hanya

bertujuan untuk meraup keuntungan lewat pembukaan

pasar dan mendapatkan tenaga kerja yang murah,

melainkan juga bagaimana kelas kapitalis ini dapat

mengusahakan terbentuknya suatu budaya

konsumerisme yang dapat mempengaruhi masyarakat

India bahwa makna dan nilai kehidupan adalah

tergantung dari apa yang mereka miliki. Kelas

kapitalis transnasional ini, menurut Sklair (dalam

Derne 2005, 180), ingin membuat semua orang di

seluruh dunia mengkonsumsi produk yang sama lewat

berbagai iklan yang ditampilkan di televisi.

Sehingga merujuk pada pembahasan sebelumnya,

pihak-pihak yang menjadi sasaran empuk bagi para

kelas kapitalis ini adalah mereka yang berasal

dari transnational middle class dimana kelas ini

dapat menjadi bahan bakar bagi para kelas

kapitalis untuk tetap melanggenggkan sistem

kapitalisnya.

Usaha para kelas kapitalis dan TNC ternyata

tidak berhenti sampai di situ, selain mengusahakan

terbentuknya budaya konsumerisme, mereka juga

membuat suatu pencitraan atau standarisasi tentang

bagaimana wanita dan pria seharusnya agar tampil

menarik lewat produk-produk yang ditawarkannya.

Wanita yang sebelumnya bertumbuh tambun adalah

gambaran “cantik” pada waktu itu kemudian mulai

mengalami perubahan bahwa wanita yang bertubuh

kurus justru akan terlihat cantik sehingga

berbagai program diet dan fitness center sudah

menjadi kebutuhan wajib wanita yang harus

dipenuhi. Pun demikian halnya dengan laki-laki,

agar telihat lebih maskulin, mereka hendaknya

menggunakan otomotif yang sedang populer saat itu

seperti Pulsar dan mengusahakan suatu maskulinitas

yang ditampilkan lewat figur Arnold Schwarzenegger

dalam serial-serialnya yang juga sedang populer

saat itu (Derne 2005, 183). Keadaan tersebut

semakin memperjelas bahwa telah terjadi usaha-

usaha kosmopolitanisme yang sengaja disetting oleh

kelas kapitalis untuk mengkonstruksikan pola

perilaku dan pola berpikir masyarakat kelas

menengah di India demi kepentingan-kepentingannya.

Dari penjelasan di atas, kami beropini bahwa

pengaruh dari elit-elit kelas kapitalis

transnasional dan globalisasi dalam

mengkonstruksikan terbentuknya transnational

middle class sangat besar. Hal ini dapat dilihat

bagaimana masyarakat India yang mempunyai budaya

yang sangat kental pada akhirnya dapat ditembus

dengan mudahnya lewat infiltrasi budaya

konsumerisme yang ditampilkan di berbagai media.

Selain itu, bagaimana orientasi mereka soal cinta

dan pernikahan dapat dengan mudah tergeser lewat

film-film Hollywood yang ditayangkan, bahwa

pernikahan yang didasarkan atas cinta dan kehendak

sendiri adalah jauh lebih baik daripada pernikahan

yang diatur oleh orang tua seperti tradisi yang

sudah mengakar di India. Namun, satu hal menarik

yang dapat kami tangkap dari tulisan Dern mengenai

analisisnya tentang kelas di India ini adalah

bahwa masih terdapat kelas yang sebenarnya

mempunyai akses untuk melakukan budaya konsumtif

atau melakukan gebrakan-gebrakan gender dengan

menolak adat tersebut, namun mereka memilih untuk

tidak melakukannya dengan alasan bahwa budaya yang

mereka miliki adalah benar-benar sesuatu yang unik

yang patut dipertahankan. Mereka mengakui bahwa

sebenarnya mereka menikmati produk-produk dan

program yang disuguhkan tapi di saat yang

bersamaan, terdapat kecemasan dalam diri mereka

bahwa produk dan program-program tersebut perlahan

akan mengikis kebudayaan yang dimilikinya

2.2 Pergerakan Nasionalisme di India

a. Pemberontakan Sepoy

Sampai awal abad ke-19, sebagian besar wilayah

India telah jatuh ke tangan Inggris. Eksploitasi

Inggris telah menimbulkan kesengsaraan dan

kebencian rakyat India terhadap Inggris. Dengan

diprakarasi oleh para prajurit India yang masuk

dinas militer Inggris (tentara Sepoy) meletuslah

suatu pemberontakan yang dikenal sebagai

Pemberontakan Sepoy.

Pemberontakan Sepoy membawa akibat sebagai

berikut.

1) Lenyapnya Dinasti Moghul sebab Sultan Bahadur

Syah, Raja Moghul terakhir ditangkap dan dibuang

ke Rangoon hingga meninggal di sana.

2) East India Company (EIC) dibubarkan.

Selanjutnya sejak tanggal 1 November 1858 secara

resmi India diambil alih oleh pemerintah

Inggris.

3) Rakyat India sadar bahwa gerakan militer

tersebut dilaksanakan secara tergesa-gesa. Di

samping itu, mereka juga sadar bahwa Inggris

tidak mungkin dapat diusir dengan kekerasan

senjata. Oleh karena itu, jalan yang ditempuh

adalah dengan membentuk organisasi politik dan

perkumpulan agama. Pada tahun 1885 berdirilah

All Indian National Congres sebagai organisasi

politik yang pertama di India.

b. Timbulnya Nasionalisme India

Meskipun gerakan militer Inggris tidak diikuti

oleh masyarakat umum, namun menjadi pendorong

lahirnya pergerakan nasional India. Sebab-sebab

timbulnya nasionalisme India adalah sebagai

berikut:

1) Perbaikan nasib rakyat oleh pemerintah Inggris

setelah pemberontakan Sepoy tidak kunjung

datang sehingga rakyat India-lah yang harus

bergerak sendiri.

2) Hanya orang-orang Inggris-lah yang duduk di

pemerintahan, sedangkan orang-orang India tidak

diperkenankan ikut serta.

3) Kebudayaan Barat yang dipaksakan oleh Inggris,

menimbulkan reaksi keras dari rakyat India yang

ingin tetap mempertahankan kebudayaan India

asli. Kebudayaan Barat dianggap terlampau

materialistis pada hal kebudayaan India lebih

mementingkan kejiwaan dan kerohanian.

4) Munculnya kaum terpelajar yang telah mengenyam

pendidikan Barat Mereka telah mengetahui apa

itu liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme.

5) Pemberian status dominian Kanada tahun 1867

menimbulkan keinginan bangsa India untuk

memperoleh status yang sama.

c. Macam-Macam Gerakan Nasional India

Gerakan nasionalisme di India tidak hanya di

bidang politik, tetapi juga di dalam bidang

keagamaan (kerohanian). Nasionalisme India bukan

hanya gerakan kebangsaanuntuk mencapai

kemerdekaan, tetapi juga untuk pembaharuan

manusianya.

1) Brahma Samad

Gerakan ini bertujuan untuk membersihkan

kepercayaan umat Hindu dari hal-hal yang mengotori

agama dan memberantas keburukan yang ada dalam

masyarakat Hindu. Misalnya upacara Sati harus

dihapus sebabdianggap sebagai pembunuhan. Di

samping itu, Brahma Samad melarang adanya

perkawinan di bawah umur dan poligami. Tokoh

gerakan ini ialah Ram Mohan Roy.

2) Rama Krisna

Rama Krisna adalah aliran yang menghendaki

kembali kepada ajaran agama Hindu yang murni.

Tokohnya adalah Swami Vivekananda.

3) Santineketan

Gerakan ini bertujuan untuk menanamkan rasa

cinta tanah air, cinta bangsa, dan cinta

kebudayaan India. Tokohnya adalah Rabindranath

Tagore.

4) Kongres (All Indian National Congres) 1885.

Kongres pada dasarnya merupakan majelis rakyat

di mana duduk para wakil rakyat India dari

berbagai golongan yang berjuang untuk mendapatkan

kemerdekaan India lepas dari belenggu penjajahan

Inggris. Berdirinya Kongres tahun 1885 ini atas

inisiatif Allan Octavian Home (seorang Inggris

kelahiran Skotlandia) yang simpati terhadap

perjuangan rakyat India.

Partai Kongres di bawah pimpinan W.C. Bannerji

dalam perkembangannya banyak program dan

kegiatannya yang didominasi oleh golongan Hindu.

Bahkan, dari pihak Hindu yang ekstrim menyatakan

semboyan "India untuk Hindu" (India adalah Hindu).

Itulah sebabnya para tokoh Islam yang aspirasi

kelompoknya tidak mendapat tempat yang wajar dalam

Kongres memisahkan diri.Pada tahun 1907 dalam

Kongres sendiri terdapat dua aliran, yakni:

a) Aliran Moderat, yang puas dengan tuntutan

swaraj atau home rule. Artinya menuntut

pemerintahan sendiri dalam lingkungan kerajaan

Inggris. Tokohnya W.C. Bannerji dan Motilal

Nehru.

b) Aliran Ekstrim (radikal) yang menuntut

kemerdekaan penuh (purna swaraj) dengan

tokohnya Tilak dan Jawaharlal Nehru.

c) Liga Muslim (Muslim League) 1906. Pada 1906

kelompok muslim keluar dari Kongres dan

mendirikan partai tersendiri, yakni Liga Muslim

(Muslim League) dengan tokoh-tokohnya Moh. Ali

Jinnah, Liquat Ali Khan, dan Aga Khan.

d) Ajaran Mahadma Gandhi

Mahadma Gandhi yang ditetapkan sebagai Bapak

Kemerdekaan India dilahirkan pada tahun 1869 di

Gujarat dengan nama kecilnyanya Mohandas

Karamchand Gandhi. Sebagai tokoh Kongres beliau

menjiwai perjuangan Kongres dengan ajaran-

ajarannya sebagai berikut:

1) Ahisma, artinya melawan musuh tanpa kekerasan

fisik.

2) Hartal, artinya pemogokan, tidak melakukan

pekerjaan sebagai protes terhadap peraturan

yang tidak adil atau tanda berkabung untuk

memperingati kejadian yang menyedihkan.

3) Satyagraha, tetap setia kepada kebenaran dan

menolak bekerja sama dengan Inggris; karena

Inggris salah sedangkan India berdiri di atas

kebenaran. Jadi, satyagraha berarti

noncooperation.

4) Swadesi, artinya hidup dengan usaha sendiri.

Gerakan ini menganjurkan agar bangsa India

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil

usahanya sendiri. Akibat senjata ini tampak

adanya pemboikotan terhadap barang-barang

buatan Inggris, dan ditekankan pada penggunaan

barang-barang buatan sendiri.

Dengan gerakan ini ternyata mampu meningkatkan

perekonomian bangsa India. Sebaliknya, merupakan

pukulan bagi ekspor Inggris ke India. Sebagai

tanda penghormatan pada swadesi maka gambar “roda

pemintal” tertera pada bendera kebangsaan India

yang mulai berkibar pada tanggal 15 Agustus 1947.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Globalisasi adalah suatu perubahan yang

terjadi dalam segala aspek yang bersifat mendunia.

Baik bagi bidang ekonomi, politik, dan sosio-

budaya. Globalisasi ekonomi yang terjadi di dunia

merupakan salah satu bentuk dari globalisasi yang

membuka batas-batas terirorial suatu negara dengan

negara lain di bidang ekonomi. Perubahan-perubahan

yang terjadi di bidang perekonomian terjadi dalam

segala aspek baik modal, barang dan jasa.

Globalisasi ekonomi yang mendunia tersebut

tentunya terjadi di seluruh negara salah satunya

yaitu Indonesia.

Globalisasi ekonomi yang terjadi di Indonesia

tentunya memiliki dampak baik negatif maupun

positif. Dampak positifnya yaitu diantaranya

memotivasi SDM dalam meningkatkan kualitas,

meningkatkan devisa, membuka lapangan pekerjaan,

dan meningkatkan transfer teknologi dan ilmu

pengetahuan. Sedangkan dampak negatifnya yaitu

diantaranya banyaknya perusahaan-perusahaan dalam

negeri yang gulung tikar dan menurunnya konsumsi

produk-produk dalam negeri.

3.2 Saran

Globalisasi dan dampak-dampaknya tentu akan

selalu hadir dalam era globalisasi bagi negara

kita. Semua itu dapat kita cegah dan tanggulangi

dengan baik secara bersama. Kita harus bersikap

kritis dalam menerima berbagai pengaruh dari luar

negeri di era globalisasi ini, dengan menyaring

segala yang negatif dan menerima segala yang

positif bagi perkembangan dan pembangunan negara

Indonesia agar negara Indonesia tetap berkembang

sesuai dengan perkembangan zaman namun tidak

mengurangi nilai-nilai, karakter dan jati diri

bangsa kita sendiri.

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Selatanhttp://www.anneahira.com/negara-nepal.htmhttp://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasihttp://ekosanjayatamba.wordpress.com/2010/11/09/globalization-in-southeast-asia/http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasihttp://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/

pengertian-globalisasi.html

http://www.anneahira.com/pengertian-ekonomi.htm

http://www.anneahira.com/globalisasi-ekonomi.htm