tugas geomorf

15
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI TUGAS GEOMORFOLOGI JENIS PETA DAN GEJALA GEOLOGI MELALUI INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI O l e h : Walid Mardo NIM : D611 07 005 MAKASSAR 2 0 1 1

Upload: unhas

Post on 25-Jan-2023

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

TUGAS GEOMORFOLOGI

“JENIS PETA DAN GEJALA GEOLOGI MELALUI INTERPRETASI

PETA TOPOGRAFI ”

O l e h : Walid Mardo

NIM : D611 07 005

MAKASSAR

2 0 1 1

Jenis Peta

Jenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta

penggunaannya.

Pengelompokan peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta

Bathymetri), Peta Geologi, Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi

(jaringan saluran air) dan lain-lain. Pengelompokan peta berdasarkan skalanya:

peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar), peta skala sedang (1 : 10.000 - 1 :

100.000), peta skala kecil (< 1 : 100.000). Peta berdasarkan penurunan dan

penggunaan: Peta Dasar, digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan

umum maupun pengembangan suatu wilayah, Peta Tematik, dibuat atau

diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu. Peta tanpa

skala akan mengurangi arti dan fungsinya atau bahkan tidak berguna. Skala peta

menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta

skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta

bisa dinyatakan dengan: persamaan (engineer's scale), skala perbandingan, skala

numeris atau skala fraksi (numerical or fractional scale) dan grafis (graphical

scale).

Susunan Peta Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa

bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan dan

pencarian, dibuat indeks peta dalam bentuk teks atau grafis. Gambar unsur rupa

bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat disajikan sesuai ukurannya karena

terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting untuk disajikan,

maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu. Supaya peta mudah

dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu harus

disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu: Simbol Warna : digunakan untuk

membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-lainnya.

Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. : digunakan untuk

membedakan atau merinci lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya warna

batupasir pada Peta Geologi berwarna kuning, batulempung berwarna hijau dll.

Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun dalam satu kelompok

legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta. Unsur legenda peta

biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh

berbagai pemakai dengan berbagai keperluan. Suatu peta bernilai informasi tinggi

jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah; skala peta, informasi

ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta), koordinat, legenda,

indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu.

Koordinat Peta

Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta

dalam beberapa sistem seperti koordinat Bassel, koordinat UTM serta koordinat

lokal. Pada peta topografi atau peta geologi yang digunakan di Indonesia

umumnya menganut sistem koordinat UTM. Sedangkan bila kita melakukan

pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat ukur theodolite, umumnya

kita menggunakan koordinat lokal. Untuk merubah koordinat lokal menjadi

koordinat UTM, maka pada awal pengukuran, saat pembuatan poligon,

sebelumnya harus diikatkan kepada satu titik tetap (benchmark) yang posisinya

koordinat UTM-nya sudah diketahui. Sehingga dengan demikian konversi

terhadap koordinat UTM dapat dilakukan.

Garis Kontur

Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah

informasi tentang tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk

menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya

digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur adalah garis yang

menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Garis kontur + 25 m, artinya

garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25

m terhadap referensi tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat

proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi

ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu,

maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala.

Pengertian Kontur Topografi Kontur topografi adalah garis khayal untuk menggambarkan semua titik yang

mempunyai ketinggian yang sama di atas atau di bawah permukaan datum

tertentu yang disebut permukaan laut rata-rata. Kontur digambarkan dengan

interval vertikal yang reguler. Interval kontur adalah jarak vertikal antara 2 (dua)

garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan skalanya. Besarnya interval kontur

sesuai dengan skala peta dan keadaan di muka bumi. Interval kontur selalu

dinyatakan secara jelas di bagian bawah tengah di atas skala grafis.

Kontur biasanya digambar dalam bentuk garis-garis utuh yang kontinyu (biasanya

berwarna cokelat atau oranye). Setiap kontur keempat atau kelima (tergantung

pada intervalnya) dibuatlah indeks, dan digambarkan dengan garis yang lebih

tebal. Kontur indeks dimaksudkan untuk membantu pembacaan kontur dan

menghitung kontur untuk menentukan tinggi. Angka (ketinggian) kontur

diletakkan pada bagian kontur yang diputus, dan diurutkan sedemikian rupa agar

terbaca searah dengan kemiringan ke arah atas (lebih tinggi).

Pada daerah datar yang jarak horisontalnya lebih dari 40 mm sesuai skala peta

dibuat garis kontur bantu. Kontur bantu ini sangat berarti terutama jika ada

gundukan kecil pada daerah yang datar. Kontur bantu digambar pada peta berupa

garis putus-putus untuk membedakan dengan kontur standar.

Kontur indeks dan titik-titik tinggi pada peta rupabumi skala 1:25.000

Bentuk Kontur

Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk permukaan lahan yang sebenarnya.

Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, kontur-

kontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Jika kontur-kontur

itu memiliki jarak satu sama lain secara tetap, maka kemiringannya teratur.

Beberapa catatan tentang kontur sebagai berikut:

1. Kontur adalah kontinyu (bersinambung). Sejauh mana pun kontur berada,

tetap akan bertemu kembali di titik awalnya. Perkecualiannya adalah jika

kontur masuk ke suatu daerah kemiringan yang curam atau nyaris vertikal,

karena ketiadaan ruang untuk menyajikan kontur-kontur secara terpisah pada

pandangan horisontal, maka lereng terjal tersebut digambarkan dengan

simbol. Selanjutnya, kontur-kontur akan masuk dan keluar dari simbol

tersebut.

2. Jika kontur-kontur pada bagian bawah lereng merapat, maka bentuk lereng

disebut konveks (cembung), dan memberikan pandangan yang pendek. Jika

sebaliknya, yaitu merenggang, maka disebut dengan konkav (cekung), dan

memberikan pandangan yang panjang.

3. Jika pada kontur-kontur yang berbentuk meander tetapi tidak terlalu rapat

maka permukaan lapangannya merupakan daerah yang undulasi

(bergelombang).

4. Kontur-kontur yang rapat dan tidak teratur menunjukkan lereng yang patah-

patah. Kontur-kontur yang halus belokannya juga menunjukkan permukaan

yang teratur (tidak patah-patah), kecuali pada peta skala kecil pada umumnya

penyajian kontur cenderung halus akibat adanya proses generalisasi yang

dimaksudkan untuk menghilangkan detil-detil kecil (minor).

Berbagai kenampakan kontur

Kenampakan yang tidak berubah dengan penggambaran kontur adalah bukit dan lembah. Bentuk permukaan lahan tidak berubah cukup berarti meskipun ada

bangunan gedung, jalan, pemotongan pepohanan (hutan atau perkebunan).

Penafsiran yang benar terhadap bentuk permukaan lahan membutuhkan latihan,

praktek dan pengalaman yang memadai di lapangan.

Membuat Potongan Profil Untuk membuat suatu potongan profil yang utuh antara dua titik A dan B pada

peta berkontur, gambarlah sebuah garis lurus pada peta antara titik-titik tersebut.

Temukan kontur-kontur rendah dan tinggi yang terpotong oleh garis. Pada gambar

5.4 kontur yang tertinggi adalah 200 meter, dan yang terendah adalah 80 meter.

Letakkan secarik kertas dengan tepi yang lurus sepanjang garis AB, dan tandai

pada titik A dan titik B tersebut juga titik-titik di mana kontur-kontur memotong

garis. Berilah label angka tinggi.

Pemotongan Garis Kontur

Dari masing-masing tanda turunkan garis tegak lurus pada kertas. Sejajar dengan

pinggiran yang sudah ditandai gambar garis-garis paralel dengan skala yang

sesuai untuk menunjukkan angka tinggi dari masing-masing kontur yang dipotong

oleh garis AB, yaitu 80 sampai dengan 200 meter. Buat sebuah tanda pada setiap

garis vertikal di mana itu memotong skala tinggi sejajar sesuai dengan tingginya

pada garis AB. Gabungkan tanda-tanda ini dengan suatu garis kurva yang halus,

memungkinkan untuk membentuk lereng permukaan antara kontur-kontur di

lembah dan di puncak bukit. Penggunaan kertas milimeter atau grid akan

memudahkan penggambaran.

Potongan yang menunjukkan intervisibilitas

Menentukan Gradien Jalan Pada Peta

Kemiringan suatu lereng (slope) biasanya didefinisikan sebagai suatu gradien.

Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah gradien 2 dalam 16, artinya 2 unit

vertikal untuk setiap 16 unit pada arah horisontal. Selama kedua unit tersebut

sama pada kedua arah, maka tidak ada bedanya apapun satuan panjangnya (meter

atau pun kaki). Gradien tersebut biasanya ditulis sebagai 2/16.

Kemiringan lereng atau slope

Kadangkala gradien dinyatakan dalam persentase. Untuk mengkonversinya adalah mengalikan perbandingan dengan bilangan 100%, yaitu:

2/16 x 100% = 1,25%

Untuk menentukan gradien suatu titik di jalan pada suatu peta, ukur jarak

horisontal antara kontur-kontur yang berurutan pada peta dan nyatakan dalam unit

yang sama seperti pada angka interval kontur. Misalnya, jika interval kontur 10

meter dan jarak yang diukur di peta antara dua kontur yang berurutan tersebut

adalah 120 meter, maka gradien rata-ratanya antara dua kontur adalah 10/120 =

1/12 atau 1 dalam 12 atau 8,5%.

Untuk menentukan gradien yang paling terjal dari suatu jalan, temukan titik di

mana dua kontur yang berturutan saling berdekatan, kemudian ukurlah seperti

prosedur di atas.

Suatu gradien rata-rata dapat diukur dengan cara yang sama terhadap beberapa

interval kontur, meskipun hal ini tidak banyak berarti kecuali ada kemiringan

lereng yang konstan pada arah yang sama.

Jika dibutuhkan untuk memeriksa bahwa gradien maksimum sepanjang suatu

jalan tidak melebihi 1/6, dan interval kontur adalah 10 meter, maka jarak antara

kontur-kontur tadi tidak boleh kurang dari 6 x 10 = 60 meter. Tandailah pada

sepotong kertas suatu jarak 60 meter pada skala peta, interval kontur dapat

diperiksa untuk melihat apakah jarak pada titik mana pun lebih pendek dari jarak

yang ditentukan. Jika demikian halnya maka gradiennya lebih terjal dari 1/6.

Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat

diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi

tertentu.

Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan

variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar).

Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan,

elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta

topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu

kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

Fungsi Peta Topografi dalam Pemetaan Geologi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan tinggi rendahnya muka

bumi. Dari peta topografi kita dapat mengetahui ketinggian suatu tempat secara

akurat. Cara menginterpretasikan peta topografi berbeda dengan peta umum

karena symbol-simbol yang digunakan berbeda. Sebelum menginterpretasikan

peta topografi, lakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Siapkan peta topografi yang akan diinterpretasikan, misalnya peta Pulau

Jawa.

b. Perhatikan legenda untuk memahami makna simbol-simbol yang terdapat

pada peta.

c. Perhatikan persebaran data pada wilayah tersebut.

d. Perhatikan tahun pembuatan peta untuk mengetahui apakah peta tersebut

masih relevan atau tidak.

Pada peta topografi terdapat garis-garis kontur yang menunjukkan relief

muka bumi. Peta topografi menunjukkan bentuk-bentuk muka bumi. Bentuk-

bentuk muka bumi tersebut adalah sebagai berikut.

Lereng

Kenampakan Lereng pada Peta Topografi

Cekungan (Depresi)

Cekungan (Depresi) pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

Cekungan atau Depresi

Bukit Bukit pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini.

Bukit pada Peta Topografi

Pegunungan

Pegunungan pada peta topografi digambarkan seperti di bawah ini!

Kenampakan Pegunungan pada Peta Topografi

Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

Penampang melintang adalah penampang permukaan bumi yang dipotong secara tegak

lurus. Dengan penampang melintang maka dapat diketahui/dilihat secara jelas bentuk dan

ketinggian suatu tempat yang ada di muka bumi. Untuk membuat sebuah penampang

melintang maka harus tersedia peta topografi sebab hanya peta topografi yang dapat

dibuat penampang melintangnya.

Bagian-Bagian Penampang Melintang Bentuk Muka Bumi

GEJALA GEOLOGI DARI INTERPRETASI PETA TOPOGRAFI

Gejala Geologi yang Didapat dari Interpretasi Peta Topografi Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pola

struktur yang berkembang di daerah penelitian berdasarkan analisis morfologinya.

Ada beberapa cara untuk mendapatkan gambaran struktur suatu daerah, yaitu

dengan mengamati adanya liniament yang mungin disebabkan oleh proses

pensesaran. Cara ini dilakukan melalui penafsiran peta topografi, foto udara dan

citra indraja. Penjelasan rinci dari point ini adalah sebagai berikut :

Interpretasi Struktur Melalui Topografi

Cara untuk menginterpretasi struktur geologi melalui topografi adalah sebagai

berikut :

a. Menafsirkan jalur struktur berdasarkan ada/tidaknya lineament (dapat berupa

garis lurus atau lengkung) dan menggambarkannya secara tegas atau terputus-

putus. Pola lineament tersebut selanjutnya ditampilkan dalam bentuk diagram

roset dan yang terpenting dibuat peta linieamentnya.

b. Mengamati kerapatan kontur. Apabila dijumpai adanya perbedaan kerapatan

kontur yang mencolok maka dapat ditafsirkan pada batas-batas perbedaannya

merupakan akibat pensesaran dan umumnya fenomena ini diakibatkan oleh

sesar normal. Perlu pula diperhatikan fenomena tersebut dapat saja terjadi

akibat perubahan sifat fisik batuan.

c. Mengamati bentuk morfologi, misalnya :

Apabila bentuk punggungan bukit memanjang barat-timur, dan apabila

daerah tersebut disusun oleh batuan sedimen klastika (dari literatur), maka

dapat ditafsirkan bahwa jurus perlapisan batuannya adalah barat-timur

sesuai dengan arah punggungannya.

Apabila ada suatu bentuk morfologi perbukitan dimana pada salah satu

lereng bukitnya landai (kerapatan kontur jarang) dan dibagian sisi lereng

lainnya terjal, maka ditafsirkan kemiringan (arah “dip”) lapisan tersebut ke

arah bermorfologi lereng yang landai, morfologi yang demikian dikenal

sebagai Hog back.

Apabila ada suatu punggungan perbukitan dengan arah dan jalur yang

sama, namun pada bagian tertentu terpisahkan oleh suatu lembah

(biasanya juga berkembang aliran sungai) atau posisi jalur punggungannya

nampak bergeser, maka dapat ditafsirkan di daerah tersebut telah

mengalami pensesaran dan fenomena tersebut umumnya terjadi akibat

sesar mendatar, sesar normal atau kombinasi keduannya.

Apabila suatu daerah bermorfologi perbukitan, dimana punggungan

bukitnya saling sejajar dan dipisahkan oleh lembah sungai, maka

kemungkinan daerah tersebut merupakan perbukitan struktural lipatan-

anjakan.

Apabila suatu daerah bermorfologi pedataran, maka batuan penyusunnya

dapat berupa aluvium atau sedimen lainnya yang mempunyai kemiringan

bidang lapisan relatif horizontal. Kondisi ini umumnya menunjukan bahwa

umur batuan masih muda dan relatif belum mengalami derformasi akibat

tektonik (lipatan dan sesar belum berkembang).

d. Mengamati pola pengaliran sungainya. Dengan cara ini dapat membantu dalam

menafsirkan batuan penyusun serta struktur geologinya, misalnya :

Pola pengaliran trelis dan paralel, mencerminkan bahwa batuan di daerah

tersebut sudah mengalami pelipatan.

Pola pengaliran sejajar ditafsirkan bahwa daerah tersebut telah mengalami

proses pensesaran.

Pola pengaliran rektangular mencerminkan bahwa daerah tersebut banyak

berkembang kekar.

Pola pengaliran dendritik mencerminkan batuan penyusun yang relatif

seragam. Dsb.

Interpretasi Peta Topografi

Dalam interpretasi geologi dari peta topografi, maka penggunaan skala yang

digunakan akan sangat membantu. Di Indonesia, peta topografi yang tersedia

umumnya mempunyai skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 (atau lebih kecil). Acapkali

skala yang lebih besar, seperti skala 1 : 25.000 atau 1 : 12.500 umumnya

merupakan pembesaran dari skala 1 : 50.000. dengan demikian, relief bumi yang

seharusnya muncul pada skala 1 : 25.000 atau lebih besar, akan tidak muncul, dan

sama saja dengan peta skala 1 : 50.000. Dengan demikian, sasaran / objek

interpretasi akan berlainan dari setiap skala peta yang digunakan. Perhatikan

Tabel 3-3 dibawah. Walaupun demikian, interpretasi pada peta topografi tetap

ditujukan untuk menginterpretasikan batuan, struktur dan proses yang mungkin

terjadi pada daerah di peta tersebut, baik analisa secara kualitatif, maupun secara

kuantitatif.

Dalam interpretasi peta topografi, prosedur umum yang biasa dilakukan dan

cukup efektif adalah: 1). Menarik semua kontur yang menunjukkan adanya

lineament /kelurusan; 2). Mempertegas (biasanya dengan cara mewarnai) sungai-

sungai yang mengalir pada peta, 3). Mengelompokan pola kerapatan kontur yang

sejenis.

Contoh skala peta dan satuan geomorfologi

Skala Contoh satuan geomorfologi

1 : 250.000 Zona fisiografi : geoantiklin Jawa, pegunungan Rocky, Zona

patahan Semangko

1 : 100.000 Sub fisiografi : Komplek dieng, Perbukitan kapur selatan, dan

lainnya, Plateau Rongga

1 : 50.000 Perbukitan Karst Gn. Sewu, Perbukitan Lipatan Karangsambung,

Delta Citarum, Dataran Tinggi Bandung, dan lainnya

1 : 25.000 Lembah Antiklin Welaran, Hogback Brujul – Waturondo, Bukit

Sinklin Paras, Kawah Upas, dan lainnya

1 : 10.000 Lensa gamping Jatibungkus, Sumbat Lava Gn. Merapi, Longsoran

Hubungan antara skala peta dan pengenalan terhadap objek geomorfologi.

Skala

Objek Geomorfologi 1:2.500

s/d

1:10.000

1:10.000

s/d

1:30.000

Lebih

Kecil

dari

1:30.000

Regional / bentang alam

(Contoh : jajaran

Pegunungan, perbukitan

lipatan dan lainnya )

Buruk Baik Baik –

Sangat

baik

Lokal/bentuk alam darat

(Contoh :korok, gosong

pasir, questa, dan lainnya

Baik –

Sangat Baik

Baik–

Sedang

Sedang-

Buruk

Detail/proses geomorfik

(contoh: longsoran kecil,

erosi parit, dan lainnya

Sangat Baik Buruk Sangat

buruk

Pada butir 1, penarikan lineament biasa dengan garis panjang, tetapi dapat juga

berpatah-patah dengan bentuk garis-garis lurus pendek. Kadangkala, setelah

pengerjaan penarikan garis-garis garis-garis pendek ini selesai, dalam peta akan

terlihat adanya zona atau trend atau arah yang hampir sama dengan garis-garis

pendek ini.

Pada butir 2, akan sangat penting untuk melihat pola aliran sungai (dalam satu

peta mungkin terdapat lebih dari satu pola aliran sungai). Pola aliran sungai

merupakan pencerminan keadaan struktur yang mempengaruhi daerah tersebut.

Pada butir 3, pengelompokan kerapatan kontur dapat dilakukan secara kualitatif

yaitu dengan melihat secara visual terhadap kerapatan yang ada, atau secara

kuantitatif dengan menghitung persen lereng dari seluruh peta. Persen lereng

adalah persentase perbandingan antara beda tinggi suatu lereng terhadap panjang

lerengnya itu sendiri.

Banyak pengelompokan kelas lereng yang telah dilakukan, misalnya oleh

Mabbery (1972) untuk keperluan lingkungan binaan, Desaunettes (1977) untuk

Cikorea

1 : 10.000 < Aliran Lumpur di ……, rayapan di km……,Erosi alur di……, dsb

pengembangan pertanian, ITC (1985) yang bersifat lebih kearah umum dan

melihat proses-proses yang biasa terjadi pada kelas lereng tertentu (lihat tabel di

bawah).

Kelas lereng, dengan sifat-sifat proses dan kondisi alamiah yang kemungkinan

terjadi dan usulan warna untuk peta relief secara umum (disadur dan

disederhanakan dari Van Zuidam, 1985)

Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu diamati

adalah pola kontur dan aliran sungai.

1. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang

menunjukan batuan lunak atau lepas.

Kelas

Lereng

Sifat-sifat proses dan kondisi

alamiah

Warna

0 – 20

(0-2 %)

Datar hingga hampir datar; tidak ada

proses denudasi yang berarti

Hijau

2 – 40

(2-7 %)

Agak miring; Gerakan tanah

kecepatan rendah, erosi lembar dan

erosi alur (sheet and rill erosion).

rawan erosi

Hijau

Muda

4 – 80

(7 – 15 %)

Miring;sama dengan di atas, tetapi

dengan besaran yang lebih tinggi.

Sangat rawan erosi tanah.

Kuning

8 – 160

(15 -30 %)

Agak curam; Banyak terjadi gerakan

tanah, dan erosi, terutama longsoran

yang bersifat nendatan.

Jingga

16 – 350

(30 – 70 %)

Curam;Proses denudasional intensif,

erosi dan gerakan tanah sering

terjadi.

Merah

Muda

35 – 550

(70 – 140

%)

Sangat curam; Batuan umumnya

mulai tersingkap, proses

denudasional sangat intensif, sudah

mulai menghasilkan endapan

rombakan (koluvial)

Merah

>550

(>140 %)

Curam sekali, batuan tersingkap;

proses denudasional sangat kuat,

rawan jatuhan batu, tanaman jarang

tumbuh (terbatas).

Ungu

>550

(>140 %)

Curam sekali Batuan tersingkap;

proses denudasional sangat kuat,

rawan jatuhan batu, tanaman jarang

tumbuh (terbatas).

Ungu

2. Pola kontur yang menutup (melingkar) diantara pola kontur lainnya,

menunjukan lebih keras dari batuan sekitarnya.

3. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat diakibatkan oleh adanya

batuan keras.

4. Kerapatan sungai yang besar, menunjukan bahwa sungai-sungai itu berada

pada batuan yang lebih mudah tererosi (lunak). (kerapatan sungai adalah

perbandingan antara total panjang sungai-sungai yang berada pada

cekungan pengaliran terhadap luas cekungan pengaliran sungai-sungai itu

sendiri).

Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah

pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau

pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah aliran sungai,

bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran sungai. Beberapa contoh

kenampakan Geologi yang dapat diidentikasi dan dikenal pada peta topografi:

Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang menerus lurus,

kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan perbukitan

atau sungai, dan pola aliran sungai parallel dan rectangular.

Perlipatan, umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trellis atau parallel, dan

adanya bentuk-bentuk dip-slope yaitu suatu kontur yang rapat dibagian depan

yang merenggang makin kearah belakang. Jika setiap bentuk dip-slope ini

diinterpretasikan untuk seluruh peta, muka sumbu-sumbu lipatan akan dapat

diinterpretasikan kemudian. Pola dip-slope seperti ini mempunyai beberapa istilah

yang mengacu pada kemiringan perlapisannya.

Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular, dan kelurusan-

kelurusan sungai dan bukit.

Intrusi, umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan rapat, sungai-

sungai mengalir dari arah puncak dalam pola radial atau anular.

Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur yang jarang

dan dibatasi oleh pola kontur yang rapat.

Ketidakselarasan bersudut, dicirikan oleh pola kontur rapat dan mempunyai

kelurusan-kelurusan seperti pada pola perlipatan yang dibatasi secara tiba-tiba

oleh pola kontur jarang yang mempunyai elevasi sama atau lebih tinggi.

Daerah mélange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur melingkar berupa

bukit-bukit dalam penyebaran yang relative luas, terdapat beberapa pergeseran

bentuk-bentuk topografi, kemungkinan juga terdapat beberapa kelurusan, dengan

pola aliran sungai rektangular atau contorted.

Daerah Slump, umumnya dicirikan oleh banyaknya pola dip-slope dengan

penyebarannya yang tidak menunjukan pola pelurusan, tetapi lebih berkesan

“acak-acakan”. Pola kontur rapat juga tidak menunjukan kelurusan yang menerus,

tetapi berkesan terpatah-patah.

Gunung api, dicirikan umumnya oleh bentuk kerucut dan pola aliran radial, serta

kawah pada puncaknya untuk gunung api muda, sementara untuk gunung api tua

dan sudah tidak aktif, dicirikan oleh pola aliran anular serta pola kontur melingkar

rapat atau memanjang yang menunjukan adanya jenjang volkanik atau korok-

korok.

Karst, dicirikan oleh pola kontur melingkar yang khas dalam penyebaran yang

luas, beberapa aliran sungai seakan-akan terputus, terdapat pola-pola kontur yang

menyerupai bintang segi banyak, serta pola aliran sungai multibasinal.

Pola karst ini agak mirip dengan pola perbukitan seribu yang biasanya terjadi

pada kaki gunung api. Walaupun dengan pola kontur yang melingkar dengan

penyebaran cukup luas, tetapi umumnya letaknya berjauhan antara satu pola

melingkar dengan lainnya, dan tidak didapat pola kontur seperti bintang segi

banyak.

Pada peta batuan resisten diwakili oleh pola kontur yang rapat, sedangkan batuan

non-resisten diwakili oleh pola kontur yang renggang. Bagian sebelah atas peta

memperlihatkan bentuk dan pola kontur yang rapat dengan tekstur yang relatif

tidak teratur dan ditafsirkan tersusun dari batuan metamorf.

Kedudukan lapisan batuan (strike/dip) dapat ditafsirkan dengan melihat arah dari

pola kerapatan kontur dan arah kemiringan lapisan ditafsirkan ke arah spasi

kontur yang semakin renggang.