tugas fisika
TRANSCRIPT
1. SISTEM SATUAN CGS DAN MKS
Sebelum adanya standar internasional, hampir tiap
negara menetapkan sistem satuannya sendiri. Penggunaan
bermacam-macam satuan untuk suatu besaran ini menimbulkan
kesukaran. Kesukaran pertama adalah diperlukannya
bermacam-macam alat ukur yang sesuai dengan satuan yang
digunakan. Kesukaran kedua adalah kerumitan konversi dari
satu satuan ke satuan lainnya, misalnya dari jengkal ke
kaki. Ini disebabkan tidak adanya keteraturan yang
mengatur konversi satuan-satuan tersebut.
Akibat kesukaran yang ditimbulkan oleh penggunaan
sistem satuan yang berbeda maka muncul gagasan untuk
menggunakan hanya satu jenis satuan saja untuk besaran-
besaran dalam ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Suatu
perjanjian internasional telah menetapkan satuan sistem
internasional (Internasional System of Units) disingkat
satuan SI. Satuan SI ini diambil dari sistem metrik yang
telah digunakan di Perancis. Selain Sistem Internasional
(SI), terdapat juga Sistem Satuan Britania (British
System) yang juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.Sistem pengukuran CGS (centimetre gram second atau
sentimeter gram detik) adalah salah satu sistem pengukuran
fisika yang kemudian digantikan oleh sistem MKS, dan
selanjutnya digantikan lagi oleh SI (satuan internasional).
1
Satuan ini telah lama di tinggalkan setelah ada
penyeragaman dalam bidang
perhitungan fisika menjadi MKS ( Meter Kilogram Second ).
* Besaran Pokok Dalam Fisika.
Dalam sistem Internasional ( SI ) terdapat : 7 buah
besaran dasar berdimensi dan 2 buah buah tambahan yang
tidak berdimensi.
BESARAN DASAR SATUAN SINama Lambang Rumus
Dimensi1. Panjang Meter m L2. Massa Kilogr
am
kg M
3. Waktu Sekon s T4. Arus listrik Ampere A I5. Suhu termodinamika Kelvin K
6. Jumlah zat Mola mol N7. Intensitas cahaya Kandel
a
cd J
BESARAN TAMBAHAN SATUAN SI1. Sudut datar radian Rad2. Sudut ruang steradia
n
Sr
2
BESARAN JABARAN SATUAN SI1. Energi Joule J2. Gaya newton N3. Daya Watt W4. Tekanan pascal Pa5. Frekwensi Hertz Hz6. Beda Potensial Volt V7. Muatan listrik coulom
b
C
8. Fluks magnit weber Wb9. Tahanan listrik Farad F10. Induksi magnetic Tesla T11. Induktansi Henry Hb12. Fluks cahaya lumen Lm13. Kuat penerangan Lux Lx
* Sistem Satuan
Sistem satuan metrik, dibedakan atas :
- statis
- dinamis
Sistem statis :
statis besar
- satuan panjang : meter
- satuan gaya : kg gaya
- satuan massa : smsb
statis kecil
- satuan panjang : cm
3
- satuan gaya : gram gaya
- satuan massa : smsk
Sistem dinamis :
Sistem Satuan Dinamis Besar Dinamis Kecil1. Panjang meter Cm2. Massa kg Gr3. Waktu sec Sec4. Gaya newton Dyne5. Usaha N.m = joule dyne.cm =
erg6. Daya joule/sec erg/sec
Sistem dinamis besar biasa kita sebut “M K S” atau “sistem
praktis” atau “sistem Giorgie”
Sistem dinamis kecil biasa kita sebut “C G S” atau “sistem
Gauss”.
SISTEM SATUAN BRITANIA ( BRITISH SYSTEM )
Sistem Satuan British1. Panjang foot ( kaki )2. Massa slug3. Waktu sec4. Gaya pound ( lb )5. Usaha ft.lb6. Daya ft.lb/sec
4
* Awalan Yang Digunakan Dalam S.I.
AWALAN SIMBOL FAKTORKilo K 10 3
Mega M 10 6
Giga G 10 9
Tera T 10 12
milli m 10 -3
mikro 10 -6
nano N 10 -9
piko P 10 -12
femco F 10 -15
ato A 10 -18
* Dimensi
Jika dalam suatu pengukuran benda A.
A = 127 cm = 1270 milimeter = 1,27 x 106 mikron
Nilai besaran A adalah 127 apabila dinyatakan dalam cm,
Nilai besaran A adalah 1270 apabila dinyatakan dalam mm,
Nilai besaran A adalah 1,27 apabila dinyatakan dalam meter
dan seterusnya.
Jadi satuan yang dipakai menentukan besar-kecilnya
bilangan yang dilaporkan.
Mengapa satuan cm dapat di ganti dengan m, mm, atau mikron
?
Jawabannya, karena keempat satuan itu sama dimensinya,
yakni berdimensi panjang.
Ada dua macam dimensi yaitu :
5
- Dimensi Primer
- Dimensi Sekunder
Dimensi Primer yaitu :
M : untuk satuaan massa.
L : untuk satuan panjang.
T : untuk satuan waktu.
Dimensi Sekunder adalah dimensi dari semua besaran yang
dinyatakan dalam massa, panjang dan waktu.
contoh : - Dimensi gaya : M L T-2
- Dimensi percepatan : L T-2
Catatan : Semua besaran fisis dalam mekanika dapat
dinyatakan dengan tiga besaran pokok ( Dimensi Primer )
yaitu panjang, massa dan waktu.
Kegunaan dimensi :
Untuk Checking persamaan-persamaan fisika, dimana dalam
setiap persamaan dimensi ruas kiri harus sama dengan
dimensi ruas kanan.
Contoh :
1. P = F . V
daya = gaya x kecepatan.
M L2 T-3 = ( M L T-2 ) ( L T-1 )
M L-2 T-3 = M L2 T-3
2. F = m . a
gaya = massa x percepatan
M L T-2 = ( M ) ( L T-2 )
M L T-2 = M L T-2
6
PENETAPAN SATUAN SEBAGAI BERIKUT :
1. Satu meter adalah 1.650.763,73 kali panjang gelombang
cahaya merah jingga yang dipancarkan isotop krypton 86.
2. Satu kilogram adalah massa sebuah silinder platina
iridium yang aslinya disimpan di Biro Internasional
tenyang berat dan ukuran di Serves, Perancis.
3. Satu sekon adalah 9.192.631.770 kali perioda getaran
pancaran yang dikeluarkan atom Cesium 133.
4. Satu Ampere adalah Jumlah muatan listrik satu coulomb
( 1 coulomb = 6,25.1018 elektron ) yang
melewati suatu penampang dalam 1 detik.
5. Suhu titik lebur es pada 76 cm Hg adal : T = 273,150 K,
Suhu titik didih air pada 76 cm Hg adalh : T = 373,150
K.
6. Satuan Kandela adalah benda hitam seluas 1 m2 yang
bersuhu Hk lebur platina ( 1773 C ) akan
memancarkan cahaya dalam arah tegak lurus dengan kuat
cahaya sebesar 6 x 105 kandela.
7. Satu mol zat terdiri atas 6,025 x 1023 buah partikel.
( 6,025 x 1023 disebut dengan bilangan avogadro ).
* Bilangan Eksak: Bilangan yang diperoleh dari pekerjaan
membilang.
* Bilangan Tidak Eksak : Bilangan yang diperoleh dari
pekerjaan mengukur.
7
ANGKA - ANGKA PENTING .
“ Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut
ANGKA PENTING, terdiri atas angka-angka pasti dan angka-
angka terakhir yang ditaksir ( Angka taksiran ).
Hasil pengukuran dalam fisika tidak pernah eksak, selalu
terjadi kesalahan pada waktu mengukurnya.Kesalahan ini
dapat diperkecil dengan menggunakan alat ukur yang lebih
teliti.
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting.
Contoh : 14,256 ( 5 angka penting ).
2. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka
bukan nol adalah angka penting. Contoh : 7000,2003 ( 9
angka penting ).
3. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan
nol yang terakhir, tetapi terletak di depan tanda
desimal adalah angka penting.
Contoh : 70000, ( 5 angka penting).
4. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang
terakhir dan di belakang tanda desimal adalah angka
penting.
Contoh : 23,50000 ( 7 angka penting ).
5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang
terakhir dan tidak dengan tanda desimal adalah angka
tidak penting.
Contoh : 3500000 ( 2 angka penting ).
6. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang
pertama adalah angka tidak penting.
8
Contoh : 0,0000352 ( 3 angka penting ).
Ketentuan - Ketentuan Pada Operasi Angka Penting :
1. Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dengan angka-
angka penting hanya boleh terdapat SATU ANGKA TAKSIRAN
saja.
Contoh : 2,34 angka 4 taksiran
0,345 + angka 5 taksiran
2,685 angka 8 dan 5 ( dua angka
terakhir ) taksiran.
maka ditulis : 2,69
( Untuk penambahan/pengurangan perhatikan angka
dibelakang koma yang paling sedikit).
13,46 angka 6 taksiran
2,2347 - angka 7 taksiran
11,2253 angka 2, 5 dan 3 ( tiga angka
terakhir ) taksiran maka ditulis : 11,23
2. Angka penting pada hasil perkalian dan pembagian, sama
banyaknya dengan angka penting yang paling sedikit.
Contoh : 8,141 ( empat angka penting )
0,22 ( dua angka penting )
1,79102, Penulisannya : 1,79102 ditulis
1,8 ( dua angka penting )
1,432 (empat angka penting )
2,68 (tiga angka penting )
0,5343, Penulisannya : 0,53432 di tulis
0,534 (tiga angka penting)
9
3. Untuk angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan
angka kurang dari 5 dihilangkan.
NOTASI ILMIAH = BENTUK BAKU.
Untuk mempermudah penulisan bilangan-bilangan yang besar
dan kecil digunakan Notasi Ilmiah atau Cara Baku.
p . 10 n
dimana : 1, p, 10 ( angka-angka penting )
10n disebut orde
n bilangan bulat positif atau negatif
contoh : - Massa bumi = 5,98 . 10 24
- Massa elektron = 9,1 . 10 -31
- 0,00000435 = 4,35 . 10 -6
- 345000000 = 3,45 . 10 8
Macam Alat Ukur
1. Mistar : untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai
batas ketelitian 0,5 mm.2. Jangka
sorong :
untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai
batas ketelitian 0,1 mm.
3. Mikrometer
:
untuk mengukur suatu panjang benda mempunyai
batas ketelitian 0,01mm.4. Neraca : untuk mengukur massa suatu benda.5. Stop Watch
:
untuk mengukur waktu mempunyai batas
ketelitian 0,01 detik.6. Dinamomete untuk mengukur besarnya gaya.
10
:7. Termometer
:
untuk mengukur suhu.
8. Higrometer
:
untuk mengukur kelembaban udara.
9. Ampermeter
:
untuk mengukur kuat arus listrik.
10. Ohm
meter :
untuk mengukur tahanan ( hambatan ) listrik
11. Volt
meter :
untuk mengukur tegangan listrik.
1. Volt meter
:
untuk mengukur tegangan listrik.
2. Barometer
:
untuk mengukur tekanan udara luar.
3. Hidrometer
:
untuk mengukur berat jenis larutan.
4. Manometer
:
untuk mengukur tekanan udara tertutup.
5. Kalorimete
r :
untuk mengukur besarnya kalor jenis zat.
==============o0o==========
11
2. BESARAN VEKTOR DAN SKALARDi samping besaran-besaran pokok yang telah kita
pelajari yaitu massa, waktu, suhu, panjang, intensitas
cahaya, kuat arus, dan jumlah zat, masih ada satu hal
lagi dalam ilmu fisika yang perlu kita ketahui yaitu :
sifat yang menyangkut arah.
Oleh karena itu besaran-besaran tersebut masih dapat
dibagi dalam dua golongan yaitu : besaran Skalar dan
besaran Vektor. Besaran Skalar merupakan besaran yang
hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja.
Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan
sebagainya, besaran Vektor merupakan besaran yang
ditentukan oleh besar atau nilainya dan arahnya.
Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan
sebagainya.Selain besaran pokok dan turunan, jenis
besaran lain yaitu besaran vektor dan skalar. Besaran
vektor adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan
arah, sedangkan besaran skalar adalah besaran yang
hanya memiliki nilai saja tidak memiliki arah.
Berikut ini contoh besaran skalar :
1. Massa (m) Besaran massa benda dapat diperoleh
dari pembagian gaya yang bekerja terhadap percepatan
benda tersebut12
2. Panjang/jarak (s) Besaran panjang/jarak lintasan
yang ditempuh oleh suatu benda dapat diperoleh dari
perkalian antara kelajuan dengan waktu tempuh
3. Luas (A), Misalnya luas suatu persegi panjang
dapat diperoleh dari perkalian antara panjang dengan
lebarnya.
4. Volume (V), Misalnya volume sebuah balok dapat
diperoleh dari perkalian antara panjang (p), lebar
(l), dan tingginya (t).
5. Waktu (t), Besaran waktu tempuh dari suatu benda
yang bergerak dapat diperoleh dari pembagian antara
jarak (s) terhadap kelajuan (v).
Contoh besaran vektor dan scalar
Besaran
vektor
Besaran
scalarPerpindahan
Kecepatan
Percepatan
Gaya
Rapat arus
listrik
Medan
listrik
Medan
magnet
Jarak
Kelajuan
Perlajuan
Tekanan
Arus
listrik
Massa
Usaha
13
1. Penulisan Notasi Vektor
Vektor dituliskan dengan symbol anak panah. Panjang
anak panah menunjukkan nilai vektor sedangkan tanda
panah menyatakan arah vektor. Notasi vektor dituliskan
dengan cara :
a. Ditulis dengan huruf tebal, contoh vektor A ditulis A
b. Ditulis dengan huruf yang diatasnya diberi tanda
panah contoh F⃗, v⃗Contoh cara melukiskan A (dibaca vektor A)
Nilai vektor
A
Titik tangkap arah vektor/ujung vektor
Vektor
Dua buah vektor dikatakan sama apabila nilai (panjang)
dan arahnya sama
Contoh :
A maka vektor A sama dengan vektor
B
B
Tetapi apabila nilainya sama tetapi arahnya berlawanan
maka kedua vektor itu berlawanan.
Contoh :
A Maka vektor A berlawanan dengan
vektor 14
B atau A = - B (tanda (-)
menunjukkan arah vektor bukan
nilai).
2. Operasi Vektor
a. Melukiskan Penjumlahan dan Pengurangan vektor.
Penjumlahan vektor tidak sama seperti penjumlahan
bilangan biasa atau penjumlahan besaran skalar
karena arah vektor mempunyai pengaruh dalam
penjumlahan vektor. Nilai hasil penjumlahan vektor
disebut resultan vektor.Ada beberapa metode
penjumlahan vektor tergantung pada arah dan kedudukan
vektor. Secara grafis penjumlahandua buah vektor
dapat digambarkan sebagai berikut :
1). Lukislah vektor pertama sesuai niali dan
arahnya.
2). Letakkan titik tangkap vektor kedua di ujung
vektor pertama sesuai dengan nilai dan arahnya.
Contoh :
1) Penjumlah dua atau tiga buah vektor yang terletak
segaris.
Jika diketahuai vektor A, B da C sebagai berikut :
A B C
a). A + B A B
A + B
b). A + C C A
A+C
c). A – B -B A
15
A – B
Gambar 1.10 Penjumlah vector segaris
2) Penjumlahan dan Pengurangan Vektor dalam satu
bidang datar
Hasil penjumlahan dan pengurangan vektor disebut
resultan vektor. Semisal kita memiliki vektor
sebagai berikut :
F3
F1 F2
Untuk melukiskan penjumlahan sejumlah vektor
diatas dapat digunakan dua metode yaitu metode
poligon dan metode jajaran genjang.
a). Metode Poligon
Secara grafis penjumlahan dan pengurangan dengan
metode poligon adalah sebagi berikut
Contoh:
a. F1 + F2 c. F1
+ F2 + F3
F2
F2
F1 F1
16
Gambar1.11. Penjumlahan dua vector atau lebih dengan cara
poligon
b). Metode jajaran genjang
Cara melukiskan resultan vektor dengan metode jajaran
genjang adalah sebagai berikut :
- Letakkan titik tangkap vektor 1 dan 2 pada satu
titik sesuai nilai dan arah masing –masing vektor.
- Tariklah garis dari ujung vektor satu sejajar dengan
vektor yang lain dan sebaliknya.
- Tariklah garis dari titik pangkal kedua vektor
sampai ke titik potong garis sejajar vektor
tersebut.
Contoh :
1). F1 + F2
F1
F1+F2
F2
2). F1 - F2
F1
F1 – F2
-F2
18
3). F1 + F2 + F3F1
F1+F2
F2
F3 (F1+F2)+F3
Gambar1.12. Penjumlahan dua vector atau lebih dengan cara
jajaran genjang
b. Menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor
1) Penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor yang
membentuk sudut tertentu
Dua vektor F1 dan F2 yang saling mengapit sudut seperti
pada gambar maka besar resultan kedua vektor tersebuta
adalah :
F1
R
(180-)
F2
Gambar 1.13. Penjumlahan dua vector dengan aturan
cosinus
F1 + F2 = R
19
Secara metematis nilai Resultan ( R ) diselesaikan dengan
rumus aturan cosinus sebagai berikut :
R2 = F12+ F2
2 + 2⋅F1⋅F2⋅cos αR =√F12+ F2
2 + 2⋅F1⋅F2⋅cos α
2) Arah Vektor Resultan
C
R F1
(180-)
A B
F2
Gambar1.14. arah resultan dua vector dengan aturan sinus
Perhatikanlah segitigaa ABC diatas, dengan menggunakan
rumus aturan sinus maka diperoleh rumusan sebagai
berikut :
Rsin(180-α )
=F1sinβ
;ingat sin (180-α)=sin α
Rsin α
=F1sinβ
sin β =F1 sin αR
dimana β adalah sudut yang menunjukkan arah Vektor
Resultan
contoh :20
dua buah gaya F1dan F2 masing – masing besarnya 50 N
dan 30 N saling mengapit sudut 600. tentukan arah dan
resultan kedua vektor tersebut ?
diketahui :
F1 = 50 N
F2 = 30 N
= 600
Ditanya : R dan ……?
Jawab :
R =√F12+ F22 + 2⋅F1⋅F2⋅cos α
R =√502+ 302 + 2⋅50⋅30cos 60R =√502+ 302 + 2⋅50⋅30 1
2
R =√4900R = 70 N
arah vektor resultan adalah
sin β =F1 sin αR
sin β =F1 sin αR
sin β =50 sin 6070
sin β =25√370
=0,618
β = 38,20
jadi resultanyaa 70 N ke arah 38,20 terhadap F2.
c. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor
a. Menguraikan Vektor
Jika dua buah vektor atau lebih dapat diresultan
menjadi satu buah vektor resultan maka berlaku juga21
sebaliknya.Sebauh vektor dapat diuraikankembali menjadi
dua buah vektor yang disebut vektor komponen. Vektor
dapat diproueksikan pada sumbu koordinat X, Y atau
kartesian. Uraian vektor pada sumbu Y di sebut komponen
Vektor sumbu Y demikian halnya dengan sumbu X, vektor
komponennya disebut komponen vektor sumbu X.
Perhatikanlah cara menguraikan sebauh vektor atau
lebih pada sumbu X dan sumbu Y berikut :
Y
Fy F
Fx X
Gambar1.15. penguraian sebuah vector pada bidang XY
Fx = komponen vektor F pada sumbu X
Fy = komponen vektor F pada sumbuY
= suduat antara F dan Fx
maka dapat diruliskan besar komponen vektornya adalah:
Fx= F. cos
Fy= F. sin
F =√(Fx)2+(Fy )
2
22
b. Perpaduan dua buah vektor atau lebih dengan analitis
vektor.
Sejumlah vektor yang terletak membentuk sudut tertentu
terhadap bidang horinsontal (sumbu X) atau vertical (sumbu
Y) akan lebih mudah jika seluruh vektor omponen dijumlahkan
pada sumbu masing masing dibanding dengan mengunakan cara
grafis. Metode ini dikenal dengan cara analitis. Untuk lebih
jelasnya perhatikan langkah – langkah berikut :
1). Lukislah uraian vektor komponen X dan Y dari masing-
masing vektor.
y
F2 F2y
F1y F1
F2x F1x x
F3
Gambar1.16. Penjumlahan dua vector atau lebih pada sumbu
X dan Y dengan cara analisis23
2). Carilah nilai vektor komponen X dan Y lalu masukan ke
tabel beriut :
Vekt
or
Vektor
Komponen
Sumbu X
Vektor
Komponen
Sumbu YF1
F2
F3
F1x= F1cos
=….
F2x= -F2cos
= …
F3x= -F3cos 90
=….
F1y= F1sin
=….
F2y= F2sin
= …
F3x= -F3sin 90
=…. Fx=……………. Fy=…………….
Tanda (-) menunjukkan sumbu X atau Y (-)
3). Hitunglah resultan dengan rumus berikut :
R=√ (∑ Fx )2+(∑ Fy )2
untuk menentukan arah vektor resultan digunakan nilai
tangen vektor komponen X dan Y :
Tan α =∑Fx∑Fy
24
= sudut vektor resultan terhadap sumbu X
contoh :
Tiga buah vektor F1, F2 dan F3 masing – masing besarnya
adalah 10 N, 20 N dan 5 N terletak seperti pada gambar
1.17. Tentukan resultan dan arah ketiga vektor tersebut.
y
F2 = 30 N
F1 = 20 N
530 370
x
F3 = 10 N
25
Gambar 1.17.
jawab
F2 F2y= F2 sin 530
F1y = F1sin 37
F1
530 370
F2x=F2cos530 F1x=F1cos370 x
F3
Gambar 1.18.
Vektor komponen Gaya pada sumbu X dan Y adalah :
Vekt
or
Vektor Komponen
Sumbu X
Vektor Komponen
Sumbu YF1
F2
F3
20 cos 37 =
20.0.8 = 16 N
- 30cos53 =
30.0,6 = -18N
-8 cos 90 = 0
10 sin 37 = 10.
0,6 = 12 N
30 sin 53 =
30.0,8 = 24 N
-10 sin 90 = -
10.1 = -10 N Fx= - 2 N Fy= 2 N
26
jadi resultan Vektornya adalah :
R=√ (−2 )2+ (2)2
R =√4 + 4R =√8R = 2√2 Nsedangkan arah vektor komponennya adalah:
Tan α =−22
=−1
= 1350 terhadap sumbu X (+) atau 450 terhadap sumbu X
(-).
==============o0o===========
3. GLB, GLBB, GERAK MELINGKAR
27
a. GERAK LURUS BERATURAN
Gerak yang dibicarakan dalam bagian ini adalah gerak yang dialami benda pada
sebuah lintasan berbentuk garis lurus.Gerak lurus beraturan berarti gerakan ini
memiliki indikator kecepatan benda yang tetap.Tetap berarti tidak berubah
dari “awal hingga akhir kecepatan benda tidak berubah”.
Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan kedudukan setiap satuan
waktu.
Berarti jika kecepatan 5 m/s berarti benda dapat menempuh jarak
sejauh 5 meter dalam waktu 1 sekon.Atau setiap sekon benda dapat
menempuh perpindahan sejauh 5 meter.
Jika kecepatan benda bernilai 72 km/jam berarti ?
menempuh jarak tujuh puluh dua kilometer dalam waktu satu jam.
Apabila benda bergerak dengan kecepatan 5 m/s selama 10 detik
dapat dipastikan benda tersebut menempuh jarak 5 meter setiap
detiknya dan bergerak selama 10 detik. Berarti jarak yang
ditempuh benda adalah = 5 m/s x 10 s atau 5 m/s + 5 m/s + 5m/s +
5 m/s + … + (dijumlahkan sebanyak 10 kali ~ 10 kali menandakan 10
detik gerakan benda) =
Misalnya ada dua buah benda A dan B yang masing-masing
kecepatannya 2 m/s dan 3 m/s. dan . Benda A
bergerak terlebih dahulu selama 5 detik dibandingkan benda B.
Tentukan berapa lama benda B dapat menyusul benda A ?
28
Benda A bergerak selama 5 detik, berarti benda A menempuh jarak 2
m/s x 5 s = 10 m sebelum disusul benda B. Artinya saat benda A
mencapai jarak 10 meter, benda B baru bergerak menyusul benda A.
Perbedaan kecepatan benda B terhadap benda A = 3 m/s – 2 m/s = 1
m/s
yang berarti setiap detik bertambah bertambah pula jarak benda B
mendekati benda A.
Waktu yang diperlukan benda B untuk bisa menyusul benda A
adalah :
= 10 sekon
Untuk menguji : Benda A bergerak setelah 5 sekon berarti menempuh
jarak 10 meter, setelah 10 sekon menempuh jarak 20 meter ( 2 m/s
x 10 s) setelah 15 sekon menempuh jarak 30 meter.
Benda B bergerak saat A mencapai jarak 10 meter. Yang berarti
saat itu waktu benda B mulai dihitung selama 10 sekon untuk
menyusul benda A. Yang berarti saat 10 sekon, benda B mencapai
jarak 3 m/s x 10 s = 30 meter.
Atau pada jarak 30 meter benda B berhasil menyusul benda A.
Mobil A bergerak dari Palangka Raya pukul 07.00 menuju
Banjarmasin. Jarak antar kota ini sejauh 180 kilometer. Mobil A
bergerak dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam.Mobil B bergerak
dari Banjarmasin menuju Palangka Raya pada pukul 09.00 waktu
29
setempat dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Pada pukul
berapakah kedua Mobil tersebut berpapasan ?
Penyelesaian :
Mobil A bergerak pada pukul 07.00 dengan kecepatan 60 km/jam yang
berarti jarak 180 kilometer akan dicapai setelah 3 jam atau mobil
A tiba di Banjarmasin pada pukul 10.00 waktu mobil A. Sementara
mobil B bergerak dari Banjarmasin. Perlu anda ketahui waktu
setempat di Banjarmasin lebih cepat 1 jam dibandingkan waktu di
Kota Palangka Raya, yang berarti pukul 09.00 waktu setempat
adalah pukul 08.00 waktu Palangka Raya (waktu yang disetel sama
dengan mobil A).
Hal ini menandakan bahwa selama 1 jam sebelum mobil B berangkat,
mobil A sudah menempuh jarak sejauh 60 kilometer. Dan jarak 180
km – 60 km = 120 km (adalah jarak yang dilalui kedua mobil
sekarang!)
Maka perhitungan waktu berpapasan menjadi :
= = 1 jam
Kedua mobil akan berpapasan pada pukul 07.00 + 2 jam = 09.00
waktu mobil A atau pukul 10.00 waktu mobil B
b. GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus pada arah
mendatar dengan kecepatan v yang berubah setiap saat karena
adanya percepatan yang tetap. Dengan kata lain benda yang 30
melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan
awal akan berubah kecepatannya karena ada percepatan (a= +) atau
perlambatan (a= -).
Pada umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton II ( S F = m . a ).
vt = v0 + a.t
vt2 = v0
2 + 2 a S
S = v0 t + 1/2 a t2
vt = kecepatan sesaat benda
v0 = kecepatan awal benda
S = jarak yang ditempuh benda
f(t) = fungsi dari waktu t
v = ds/dt = f (t)
a = dv/dt = tetap
Syarat : Jika dua benda bergerak dan saling bertemu maka jarak
yang ditempuh kedua benda adalah sama.
c. GERAK MELINGKAR
31
Jika sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu
lingkaran (disekeliling lingkaran ), maka dikatakan bahwa benda
tersebut melakukan gerak melingkar beraturan.
Kecepatan pada gerak melingkar beraturan besarnya selalu tetap
namun arahnya selalu berubah, arah kecepatan selalu menyinggung
lingkaran, maka v selalu tegak lurus garis yang ditarik melalui
pusat lingkaran ke sekeliling lingkaran tersebut.
* Pengertian radian.
1 (satu) radian adalah besarnya sudut tengah lingkaran yang
panjang busurnya sama dengan jari-jarinya.
Besarnya sudut :
= SR radian
S = panjang busur
R = jari-jariJika panjang busur sama dengan jari-jari, maka = 1 radian.
Satu radian dipergunakan untuk menyatakan posisi suatu titik yang
bergerak melingkar ( beraturan maupun tak beraturan )
atau dalam gerak rotasi.
Keliling lingkaran = 2 x radius, gerakan melingkar dalam 1
putaran = 2 radian.
32
1 putaran = 3600 = 2 rad.
1 rad =3602 = 57,30
* Frekwensi dan perioda dalam gerak melingkar beraturan.
Waktu yang diperlukan P untuk satu kali berputar mengelilingi
lingkaran di sebut waktu edar atau perioda dan diberi notasi T.
Banyaknya putaran per detik disebut Frekwensi dan diberi notasi
f. Satuan frekwensi ialah Herz atau cps ( cycle per second ).
Jadi antara f dan T kita dapatkan hubungan : f . T = 1 f =1T
* Kecepatan linier dan kecepatan sudut.
Jika dalam waktu T detik ditempuh jalan sepanjang keliling
lingkaran ialah 2R, maka kelajuan partikel P untuk mengelilingi
lingkaran dapat dirumuskan : v = st
Kecepatan ini disebut kecepatan linier dan diberi notasi v.
Kecepatan anguler (sudut) diberi notasi adalah perubahan dari
perpindahan sudut persatuan waktu (setiap saat).Biasanya
dinyatakan dalam radian/detik, derajat perdetik, putaran perdetik
(rps) atau putaran permenit (rpm).
Bila benda melingkar beraturan dengan sudut rata-rata ()dalam
radian perdetik :
= sudutgerakan(radian )
waktu(detik )yangdiperlukanuntukmembentuksuduttersebut.
= qt
33
jika 1 putaran maka : = 2pT rad/detik atau = 2 f
Dengan demikian besarnya sudut yang ditempuh dalam t detik :
= t atau = 2 f t
Dengan demikian antara v dan kita dapatkan hubungan :
v = R
* SISTEM GERAK MELINGKAR PADA BEBERAPA SUSUNAN RODA .
Sistem langsung.
Pemindahan gerak pada sistem langsung yaitu melalui
persinggungan roda yang satu dengan roda yang lain.
Pada sistem ini kelajuan liniernya sama, sedangkan kelajuan
anguler tidak sama.
v1 = v2, tetapi 1 ¹ 2
Sistem tak langsung.
Pemindahan gerak pada sistem tak langsung yaitu pemindahan
gerak dengan menggunakan ban penghubung atau rantai.
34
Pada sistem ini kelajuan liniernya sama, sedangkan kelajuaan
angulernya tidak sama.
v1 = v2, tetapi 1 ¹ 2
Sistem roda pada satu sumbu ( CO-Axle )
Jika roda-roda tersebut disusun dalam satu poros putar, maka pada
sistem tersebut titik-titik yang terletak pada satu jari
mempunyai kecepatan anguler yang sama, tetapi kecepatan
liniernya tidak sama.
A = R = C , tetapi v A ¹ v B ¹ v C
Percepatan centripetal.
Jika suatu benda melakukan gerak dengan kelajuan tetap
mengelilingi suatu lingkaran, maka arah dari gerak benda tersebut
mempunyai perubahn yang tetap.Dalam hal ini maka benda harus
mempunyai percepatan yang merubah arah dari kecepatan tersebut.
Arah dari percepatan ini akan selalu tegak lurus dengan arah
kecepatan, yakni arah percepatan selalu menuju kearah pusat
lingkaran. Percepatan yang mempunyai sifat-sifat tersebut di atas
dinamakn PERCEPATAN CENTRIPETALNYA.
Harga percepatan centripetal (ar) adalah :35
ar = (kecepatanlinierpadabenda)2
jari−jarilingkaran
ar = v2R atau ar = 2 R
Gaya yang menyebabkan benda bergerak melingkar beraturan disebut
GAYA CENTRIPETAL yang arahnya selalu ke pusat lingkaran.
Sedangkan gaya reaksi dari gaya centripetal (gaya radial) ini
disebut GAYA CENTRIFUGAL yang arahnya menjauhi pusat lingkaran.
Adapun besarnya gaya-gaya ini adalah :
F = m .a
Fr = m .ar
Fr = m .v2R atau Fr = m 2 R
Fr = gaya centripetal/centrifugal
m = massa benda
v = kecepatan linier
R = jari-jari lingkaran.
BEBERAPA CONTOH BENDA BERGERAK MELINGKAR
1. Gerak benda di luar dinding melingkar.
36
N = m . g - m .v2R N = m .g cos - m .
v2R
2. Gerak benda di dalam dinding melingkar.
N = m . g + m .v2R N = m .g cos + m .
v2R
N = m .v2R - m . g cos N = m .
v2R - m . g
3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal.
37
T = m . g + m v2R T = m m . g cos + m
v2R
T = m .v2R - m . g cos T = m .
v2R - m . g
4. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan
centrifugal/konis)
T cos = m . g
T sin = m .v2R
Periodenya T = 2 √Lcosqg
Keterangan : R adalah jari-jari
lingkaran
5. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar.
38
N .k = m .v2R
N = gaya normal
N = m . g==============o0o===========
4. GERAK PADA BENDA MIRING
Gaya Pada Bidang Miring
Gaya pada bidang miring adalah gaya pada suatu benda yang
bergerak pada bidang yang tidak datar alias bidang miring. Pada
kejadian ini berlaku "Hukum Newton" yang biasa diterapkan untuk
memecahkan permasalahan mekanika. Jika anda menarik suatu benda
pada bidang miring dengan sudut kemiringan tertentu maka untuk
dapat menarik benda tersebut ke atas anda memerlukan gaya dengan
besaran tertentu. Nah besarnya gaya ini dapat dihitung dengan
rumus gaya pada bidang miring.
39
Gaya Pada Bidang Miring Licin
Walaupun sebenarnya sangatlah jarang kita temui adanya bisang
yang licin hingga tidak ada gaya gesekan sama sekali (Fg= 0).
Tetapi ini adalah kondisi ideal yang tentuya suatu kondisi yang
juga perlu di buat perhitungan rumusnya.
rumusnya.
Gambar Gerak Benda Pada Bidang Miring
Dari gambar benda yang begerak pada bidang miring di atas di
dapat rumus percepatan yaitu :
Rumus Percepatan Berdasarkan Hukum II Newton
40
Keterangan :
F = Gaya
m = massa benda
a = percepatan
Gaya Pada Bidang Miring Kasar
Yaitu pada bidang kasar timbul gaya gesekan yang akan
mempengaruhi gerak benda pada bidang miring. Gaya gesekan ada 2
(dua) yaitu gaya gesekan statis dan gaya gesekan kinetis. Gaya
gesekan statis adalah gaya gesekan yang dibutuhkan pada saat
benda akan bergerak dari posisi diam, sedangkan gaya gesek
kinetis adalah gaya yang dibutuhkan pada saat benda sudah
bergerak (biasanya gaya yang dibutuhkan akan lebih kecil pada
saat benda dalam posisi bergerak).
Rumus Gaya Gesekan Statis dan Kinetis :
5. KESETIMBANGAN BENDA TEGAR41
Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan
resultan momen gaya sama dengan nol.
Kesetimbangan biasa terjadi pada :
1. Benda yang diam (statik), contoh : semua bangunan gedung,
jembatan, pelabuhan, dan lain-lain.
2. Benda yang bergerak lurus beraturan (dinamik), contoh :
gerak meteor di ruang hampa, gerak kereta api di luar kota,
elektron mengelilingi inti atom, dan lain-lain.
Benda tegar adalah benda yang tidak berubah bentuknya karena
pengaruh gaya dari luar.
Kesetimbangan benda tegar dibedakan menjadi dua:
1. Kesetimbangan partikel
2. Kesetimbangan benda
A. Kesetimbangan Partikel
Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan dan hanya
mengalami gerak translasi (tidak mengalami gerak rotasi).
Syarat kesetimbangan partikel SF = 0 à SFx = 0 (sumbu X)
SFy = 0 (sumbu Y)
B. Kesetimbangan Benda
Syarat kesetimbangan benda: SFx = 0, SFy = 0, tS = 0
42
Momen gaya merupakan besaran vektor yang nilainya sama dengan
hasil kali antara gaya dengan jarak dari titik poros arah tegak
lurus garis kerja gaya.
Dirumuskan: t = F .d
Putaran momen gaya yang searah dengan putaran jarum jam disebut
momen gaya positif, sedang yang berlawanan putaran jarum jam
disebut momen gaya negatif.
Momen kopel adalah momen gaya yang diakibatkan pasangan dua gaya
yang sama besarnya dan arahnya berlawanan tetapi tidak segaris
kerja.
Benda yang dikenai momen kopel akan bergerak rotasi terus
menerus.
Contoh Soal
1. Sebuah roda mamiliki massa 13 kg dan jari – jari 1 m.
bertumpu dilantai dan bersandar pada anak tangga yang
tingginya 0,6 m dari lantai seperti pada gambar. Tentukan
gaya mendatar F minimum untuk mengungkit roda jika g = 10
m/s2!
Diketahui : m = 13 kg g = 10 m/s2
R = 1m
h = 0,6 m
43
ditanyakan : F min…..?
jawab : W = m .g
= 13.10
= 130 N
l1 = R- h
= 1 – 0,6
= 0,4
l2 = Ö(R2 – l12)
= Ö(12 – 0,42)
= Ö(1 – 0,16)
= Ö0,84
tS = 0
t1 + t2 = 0
F . l1 – W . l2 = 0
F . 0,4 – 130 . Ö0,84 = 0
F = (130Ö0,84)/0,4
= 325Ö0,84 N
44
2. Suatu batang pemikul AB panjangnya 90 cm (berat diabaikan)
dipakai untuk memikul beban A dan B masing – masing beratnya
48 N dan 42 N. supaya batang setimbang, orang harus memikul
(menumpu) di C. maka tentukan jarak AC!
Diketahui : batang pemikul AB = 90 cm
FA = 48 N
FB = 48 N
Ditanyakan : Jarak AC…?
Jawaban : misal jarak AC adalah x maka BC adalah 90 – x
tS = 0
tA + tB = 0
-WA .lA + WB . lB = 0
-48x + 42 (90 – x) = 0
-48x + 3780 – 42x = 0
-90x = 3780
x = 3780/90 = 42 cm
C. KESETIMBANGAN STATIS
45
Kesetimbangan statis yaitu gaya – gaya yang bekerja pada partikel
menyebabkan partikel diam tidak bergerak.
1. Kesetimbangan Statis Translasi
Kesetimbangan statis adalah kondisi tertentu dari kon disi
dinamis yang memenuhi persamaan dari Hukum Newton II :
S F = m .a( 1 – 1 )yaitu bahwa percepatanya, a = 0, berarti
merupakan kondisi yang diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan. Sehingga persamaan menjadi :
S F = 0 ( 1 – 2 )
SF : jumlah dari vektor gaya -gaya luar yang dikenakan (bekerja)
padabenda, dalam hal ini pada batang atau link. Gaya luar
termasuk gaya aksi dan gaya reaksi,
Gaya-gaya luar ( aksi dan reaksi ) benda yang dalam
kesetimbangan: adalah benda yang mendapat gaya aksi F1 dan
F2, gambar-1b, reaksi yang terjadi pada benda untuk mendacapai
keseimbangan statis, dan gambar-1c poligon gaya yang melukiskan
keseimbangan gaya, dari persamaan (1 -2). Gaya resultan adalah
jumlah vektor dari gaya-gaya (gaya luar), berarti keseimbangan
statis terjadi bila gaya resultan adalah nol.
2. Keseimbangan Statis Rotasi
Keseimbangan rotasi dari hokum Newton II :
46
SM = I . a( 1 – 3 )
Statis rotasi tercapai bila benda diam atau bergerak dengan
putaran konstan, persamaan (1 -3) menjadi :
SM = 0 ( 1 – 4 )
momen statis yang dihasilkan oleh gaya-gaya luar terhadap titik
putar adalah nol.
D. SYARAT – SYARAT KESEIMBANGAN STATIS BENDA TEGAR
Sekarang mari kita melangkah lebih jauh. Kali ini kita mencoba
melihat faktor-faktor apa saja yang membuat benda tetap dalam
keadaan diam.
1. Syarat Pertama
Dalam hukum II Newton, kita belajar bahwa jika terdapat gaya
total yang bekerja pada sebuah benda (benda dianggap sebagai partikel
tunggal), maka benda akan bergerak lurus, di mana arah gerakan
benda = arah gaya total. Kita bisa menyimpulkan bahwa untuk
membuat sebuah benda diam, maka gaya total harus = 0. Gaya total
= Jumlah semua gaya yang bekerja pada benda.
Gaya tarik (F) dan gaya gesek (fg) mempunyai besar yang sama.
Arah kedua gaya ini berlawanan. Arah gaya tarik ke kanan atau
menuju sumbu x positif (bernilai positif), sebaliknya arah gaya
gesekan ke kiri atau menuju sumbu x negatif (bernilai negatif).
47
Karena besar kedua gaya sama (ditandai dengan panjang panah) dan
arahnya berlawanan, maka jumlah kedua gaya ini = 0.
Gaya yang bekerja pada komponen vertikal (sumbu y) :
Pada komponen vertikal (sumbu y), terdapat gaya berat (w) dan
gaya normal (N). Arah gaya berat tegak lurus menuju pusat bumi
atau menuju sumbu y negatif (bernilai negatif). Sedangkan arah
gaya normal berlawanan dengan arah gaya berat atau menuju sumbu y
positif (bernilai positif). Karena besar kedua gaya ini sama
sedangkan arahnya berlawanan maka kedua gaya saling melenyapkan.
Benda pada contoh di atas berada dalam keadaan seimbang atau
diam, karena gaya total atau jumlah semua gaya yang bekerja pada
benda, baik pada sumbu horisontal maupun sumbu vertikal = 0.
Coba letakkan sebuah buku di atas meja. Selanjutnya, berikan gaya
pada kedua sisi buku itu, seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Ketika kita memberikan gaya pada kedua sisi buku, itu sama saja
dengan kita memutar buku. Tentu saja buku akan berputar atau
berotasi. Dalam hal ini buku tidak berada dalam keadaan seimbang
lagi.
Berdasarkan contoh 2 ini, bisa dikatakan bahwa untuk membuat
sebuah benda tetap diam, syarat 1 saja belum cukup.Kita masih
membutuhkan syarat tambahan.
2. Syarat Kedua
48
Dalam dinamika rotasi, kita belajar bahwa jika terdapat torsi
total yang bekerja pada sebuah benda (benda dianggap sebagai
benda tegar), maka benda akan melakukan gerak rotasi. Dengan
demikian, agar benda tidak berotasi (baca : tidak bergerak), maka
torsi total harus = 0. Torsi total = jumlah semua torsi yang
bekerja pada benda.
Persamaan Hukum II Newton untuk gerak rotasi :
Ketika sebuah benda diam (tidak berotasi), benda tidak punya
percepatan sudut (alfa). Karena percepatan sudut = 0, maka
persamaan di atas berubah menjadi :
Contoh 1 :
Dua benda, masing-masing bermassa m1 dan m2 diletakkan di atas
papan jungkat-jungkit (m1 = m2). Lengan gaya untuk gaya berat m1 =
l1, sedangkan lengan gaya untuk gaya berat m2 = l2 (l1 = l2). Papan
jungkat-jungkit tidak bergerak atau berada dalam keadaan
seimbang, karena m1 = m2 dan l1 = l2. Arah rotasi itu sengaja
gurumuda gambar, untuk menunjukkan kepada dirimu bahwa jungkat-
jungkit juga bisa berotasi.
Sekarang kita tinjau torsi yang bekerja pada papan jungkat-
jungkit di atas. Jika kita menganggap gaya F1 bisa menyebabkan
papan jungkat jungkit bergerak ke bawah, maka arah putaran papan
(sebelah kiri) berlawanan dengan arah gerakan jarum jam. Karena
49
arah putaran berlawanan dengan jarum jam, maka Torsi 1 (bagian
kiri) bernilai positif.
Demikian juga, apabila kita menganggap gaya F2 bisa menyebabkan
papan berputar maka arah putaran papan (bagian kanan) searah
dengan putaran jarum jam. Karena arah putaran papan searah dengan
gerakan jarum jam, maka torsi 2 bernilai negatif.Tanda positif
dan negatif ini cuma kesepakatan saja.
E. JENIS – JENIS KESETIMBANGAN
Seperti yang sudah dijelaskan pada pokok bahasan syarat-syarat
kesetimbangan statis, sebuah benda berada dalam keadaan diam jika
tidak ada gaya total dan torsi total yang bekerja pada benda
tersebut. Dengan kata lain, jika gaya total dan torsi total = 0,
maka benda berada dalam keseimbangan statis (statis = diam).
Tidak semua benda yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
selalu berada dalam keadaan diam. Mungkin pada mulanya benda
diam, tetapi jika diberi gangguan (misalnya ditiup angin) benda
bisa saja bergerak.Persoalannya, apakah setelah jalan-jalan,
benda itu kembali lagi ke posisinya semula atau benda sudah bosan
di posisi semula sehingga malas balik.Hal ini sangat bergantung
pada jenis keseimbangan benda tersebut.
Jika sebuah benda yang sedang diam mengalami gangguan (maksudnya
terdapat gaya total atau torsi total yang bekerja pada benda
tersebut), tentu saja benda akan bergerak (berpindah tempat).
Setelah bergerak, akan ada tiga kemungkinan, yakni : (1) benda
50
akan kembali ke posisinya semula, (2) benda berpindah lebih jauh
lagi dari posisinya semula, (3) benda tetap berada pada posisinya
yang baru.
Apabila setelah bergerak benda kembali ke posisinya semula, benda
tersebut dikatakan berada dalam keseimbangan stabil (kemungkinan
1).Apabila setelah bergerak benda bergerak lebih jauh lagi, maka
benda dikatakan berada dalam keseimbangan labil atau tidak stabil
(kemungkinan 2) Sebaliknya, jika setelah bergerak, benda tetap
berada pada posisinya yang baru, benda dikatakan berada dalam
keseimbangan netral (kemungkinan 3) Untuk lebih memahami
persoalan ini, alangkah baiknya jika dijelaskan satu persatu.
1. Kesetimbangan stabil
Misalnya mula-mula benda diam, dalam hal ini tidak ada gaya total
atau torsi total yang bekerja pada benda tersebut. Jika pada
benda dikerjakan gaya atau torsi (terdapat gaya total atau torsi
total pada benda itu), benda akan bergerak. Benda dikatakan
berada dalam keseimbangan stabil, jika setelah bergerak, benda
kembali lagi ke posisi semula. Dalam hal ini, yang menyebabkan
benda bergerak kembali ke posisi semula adalah gaya total atau
torsi total yang muncul setelah benda bergerak.
Misalnya mula-mula benda diam. Benda akan kembali ke posisi
semula jika setelah didorong. Dalam hal ini, titik berat benda masih
berada di sebelah kiri titik tumpuh atau titik berat tepat berada di
51
atas titik tumpuh.Untuk kasus seperti ini, benda masih berada dalam
keseimbangan stabil.
Sebaliknya, apabila setelah didorong dan bergerak, titik berat
benda berada di sebelah kanan titik tumpuh, maka benda tidak akan
kembali ke posisi semula lagi, tetapi terus berguling ria ke
kanan/benda terus bergerak menjahui posisi semula. Untuk kasus
seperti ini, benda tidak berada dalam keseimbangan stabil lagi.
Pada umum, jika titik berat benda berada di bawah titik tumpuh,
maka benda selalu berada dalam keseimbangan stabil.Sebaliknya,
apabila titik berat benda berada di atas titik tumpuh,
keseimbangan benda menjadi relatif.Benda bisa berada dalam
keseimbangan stabil, benda juga bisa berada dalam keseimbangan
labil.Batas maksimum keseimbangan stabil (benda masih bisa bergerak
kembali ke posisi semula) adalah ketika titik berat tepat berada di
atas titik tumpuh. Hal ini disebabkan karena gaya normal yang
mengimbangi gaya gravitasi masih berada dalam daerah kontak,
sehingga torsi yang dikerjakan gaya berat bisa mendorong benda
kembali ke posisi semula. Kalau titik berat sudah melewati titik
tumpuh, maka torsi yang dikerjakan oleh gaya berat akan membuat
benda bergerak lebih jauh lagi.
2. Kesetimbangan Labil Atau Tidak Stabil
Sebuah benda dikatakan berada dalam keseimbangan labil atau tidak
stabil apabila setelah bergerak, benda bergerak lebih jauh lagi
dari posisinya semula.
52
3. Kesetimbangan Netral
Sebuah benda dikatakan berada dalam keseimbangan netral jika
setelah digerakkan, benda tersebut tetap diam di posisinya yang
baru (benda tidak bergerak kembali ke posisi semula; benda juga
tidak bergerak menjahui posisi semula).
Berdasarkan penjelasan panjang lebar di atas, ada beberapa hal
yang dapat disimpulkan
Pertama, jika titik berat benda berada di bawah titik tumpuh, maka
benda selalu berada dalam keseimbangan stabil (benda masih bisa
bergerak kembali ke posisi semula setelah puas jalan-
jalan).Contohnya adalah ketika sebuah benda digantung dengan
tali.Untuk kasus seperti ini, titik berat benda selalu berada di
bawah titik tumpuh (titik tumpuh berada di antara tali dan tiang
penyanggah).
Kedua, jika titik berat benda berada di atas titik tumpuh,
keseimbangan bersifat relatif.Benda bisa berada dalam
keseimbangan stabil, benda juga bisa berada dalam keseimbangan
labil/tidak stabil.
Ketiga, keseimbangan benda sangat bergantung pada bentuk/ukuran
benda.
Keempat, keseimbangan benda tergantung pada jarak titik berat dari
titik tumpuh.
53
Kita bisa menyimpulkan bahwa keseimbangan benda sangat bergantung
pada jarak titik berat dari titik tumpuh.Semakin jauh si titik
berat dari si titik tumpuh, keseimbangan benda semakin tidak
stabil.Sebaliknya, semakin dekat si titik berat dari si titik
tumpuh, keseimbangan benda semakin stabil.
F. PENYELESAIAN MASALAH KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
Contoh Soal 1 :
Sebuah benda bermassa 10 kg digantungkan pada seutas tali
Tentukan tegangan tali. (g = 10 m/s2)
Panduan Jawaban :
Pada benda hanya bekerja gaya berat (w) dan gaya tegangan tali
(T) pada arah vertikal. Sesuai dengan kesepakatan bersama, gaya
bernilai positif jika arahnya menuju sumbu y positif, sedangkan
gaya bernilai negatif jika arahnya menuju sumbu y negatif.
Syarat sebuah benda berada dalam keadaan seimbang (untuk arah
vertikal / sumbu y) :
Σ Fy= 0
T − w = 0
T − mg = 0
T = mg
54
T = (10kg)(10m/ s 2 )
T =100kgm/ s 2 =100N
Gaya tegangan tali = 100 N.
Contoh Soal 2 :
Dua benda, sebut saja benda A (10 kg) dan benda B (20 kg),
diletakkan di atas papan kayu. Panjang papan = 10 meter.
Jika benda B diletakkan 2 meter dari titik tumpuh, pada jarak
berapakah dari titik tumpuh benda A harus diletakkan, sehingga
papan berada dalam keadaan seimbang?
(g = 10 m/s2)
Panduan Jawaban :
Gaya yang bekerja pada papan adalah gaya berat benda B (FB), gaya
berat benda A (FA), gaya berat papan (w papan) dan gaya normal
(N). Titik hitam (sebelah atasnya w papan), merupakan titik
tumpuh.Titik tumpuh berperan sebagai sumbu rotasi.
Gaya berat papan (w papan) dan gaya normal (N) berhimpit dengan
titik tumpuh / sumbu rotasi sehingga lengan gaya nya nol. w papan
dan N tidak dimasukkan dalam perhitungan.
Torsi 1 = Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat benda B (torsi
bernilai positif)
55
B B = F l 1 τ
( )(2 ) 1 τ = mg m
((20 )(10 / 2 )(2 )
1 τ = kg m s m
(200 / 2 )(2 )
1 τ = kgm s m
2 2
1 τ = 400kgm / s
Torsi 2 = Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat benda A (torsi
bernilai negatif)
A A − = F l 2 τ
((10 )(10 / 2 )(x )
2 −τ = kg m s x
(100 / 2 )( )
2 −τ = kgm s x
Papan berada dalam keadaan seimbang jika torsi total = 0.
Στ = 0
56
τ1 −τ2 =
400kgm2 / s 2 − (100kgm/ s 2 )(x) = 0
400kgm2 / s 2 = (100kgm/ s 2 )(x)
x = 400kgm2/s2 / 100kgm/s2
x = 4 m
Agar papan berada dalam keadaan seimbang, benda A harus
diletakkan 4 meter dari titik tumpuh.
Contoh Soal 3 :
Sebuah kotak bermassa 100 kg diletakkan di atas sebuah balok kayu
yang disanggah oleh 2 penopang (lihat gambar di bawah). Massa
balok = 20 kg dan panjang balok = 20 meter. Jika kotak diletakkan
5 meter dari penopang kiri, tentukkan gaya yang bekerja pada
setiap penopang tersebut.
Panduan Jawaban :
Pada persoalan di atas terdapat 2 titik tumpuh, yakni titik
tumpuh yang berada disekitar titik kerja F1 dan titik tumpuh yang
berada di sekitar titik kerja F2. Kita bisa memilih salah satu
titik tumpuh sebagai sumbu rotasi… Terserah kita, mau pilih titik
tumpuh di bagian kiri (sekitar titik kerja F1) atau bagian kanan
(sekitar titik kerja F2). Hasilnya sama saja…
57
Misalnya kita pilih titik tumpuh di sekitar titik kerja F2
(bagian kanan) sebagai sumbu rotasi. Karena F2 berada di sumbu
rotasi, maka lengan gaya untuk F2 = 0 (F2 tidak menghasilkan
torsi).
Sekarang mari kita cari setiap torsi yang dihasilkan oleh masing
masing gaya (kecuali F2).
Torsi 1 :
Torsi yang dihasilkan oleh F1.Arah F1 ke atas sehingga arah
rotasi searah dengan putaran jarum jam. Karenanya torsi bernilai
negatif
−τ1 = F1 20m
Torsi 2 :
Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat kotak (w kotak). Arah w
kotak ke bawah sehingga arah rotasi berlawanan dengan arah
putaran jarum jam.Karenanya torsi bernilai positif.
2 τ = (wkotak)(15m)
2 τ = (MassaKotak) (g) (15m)
2 τ = (100kg )(10m /s 2 )(15m )
2 τ =15000kgm / s
Torsi 3 :
58
Torsi yang dihasilkan oleh gaya berat balok (w balok). Arah w
balok ke bawah sehingga arah rotasi
berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Karenanya torsi
bernilai positif.
( )(10 ) 3 τ = (wbalok)(10m)
( )( )(10 ) 3 τ = (MassaBalok) (g) (10m)
3 τ = (20kg)(10m /s 2 )(10m )
3 τ = 2000kgm / s
Torsi Total :
Benda berada dalam keadaan seimbang, jika torsi total = 0 (syarat
2 keseimbangan benda tegar).
Στ = 0
τ3 +τ2 −τ1 = 0
15000 kgm2 / s 2 + 2000 kgm2 / s 2 − (F1)(20 m ) = 0
17000 kgm2 /s 2 − (F1)(20 m ) = 0
17000 kgm2 /s 2 = (F1)(20 m )
F1 = 17000 kgm 2 /s 2 / 20m
F1 = 850 kgm /s 2
59
Besarnya gaya yang bekerja pada penopang sebelah kiri = 850 kg
m/s2 = 850 N
Sekarang kita hitung gaya yang bekerja pada penopang kanan… Benda
berada dalam keseimbangan, jika gaya total = 0 (syarat 1
keseimbangan benda – benda dianggap partikel). Catatan : gaya
yang berarah ke atas bernilai positif sedangkan gaya yang arahnya
ke bawah bernilai negative
Karena gaya2 di atas hanya bekerja pada arah vertikal (sumbu y),
maka secara matematis, syarat 1 keseimbangan dirumuskan sebagai
berikut :
Σ Fy= 0
F1− wKotak − wBalok + F2= 0
850 kgm / s 2 − (100kg )(10 m / s 2 ) − (20 kg)(10 m / s 2 ) + F2 = 0
850 kgm / s 2 − (1000 kgm /s 2) − (200 kgm /s2 ) + F 2= 0
−350 kgm / s 2+ F2= 0
F2= 350kgm/ s2
Ternyata besarnya gaya yang bekerja pada penopang sebelah kanan =
350 kg m/s2 = 350 N
==============o0o===========
60
Dalam ilmu fisika, dikenal salah satu konsep mengenai
mekanika fluida atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai
konsep yang membahas gerak (aliran) zat cair dan gas. Pada
konsep mekanika fluida terdapat salah satu hukum (konsep
dasar) yang dikenal dengan nama hukum Bernoulli.
Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan
fluida.Cairan adalah salah satu jenis fluida yang mempunyai
kerapatan mendekati zat padat. Letak partikelnya lebih
merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas
juga merupakan fluida yang interaksi antar partikelnya sangat
lemah sehingga diabaikan. Dengan demikian kerapatannya akan
lebih kecil.
Karena itu, fluida dapat ditinjau sebagai sistem partikel
dan kita dapat menelaah sifatnya dengan menggunakan konsep
mekanika partikel. Apabila fluida mengalami gaya geser maka
akan siap untuk mengalir. Jika kita mengamati fluida statik,
misalnya air di tempayan. Sistem ini tidak mengalami gaya
geser tetapi mempunyai tekanan pada dinding tempayan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pada materi ini akan
dibahas dulu mengenai fluida statik. Pada kegiatan berikutnya
akan dibahas secara khusus fluida dinamik. Pembahasan sering
menggunakan konsep umum maupun prinsip mekanika partikel.
Dengan mempelajari materi ini berarti Anda akan dapat mengkaji
sifat fluida statik dan fluida dinamik dengan menggunakan
mekanika partikel.
62
FLUIDA STATIKA
Pada kegiatan pertama ini dibahas mengenai fluida statik.Pada
kehidupan sehari-hari, sering digunakan air sebagai contoh.
Marilah kita perhatikan air tenang yang berada di tempayan
Gambar 1. Gaya-gaya yang bekerja pada dinding tempayan
tempat fluida adalah gaya normal
Cairan yang berada dalam bejana mengalami gaya-gaya yang seimbang
sehingga cairan itu tidak mengalir. Gaya dari sebelah kiri
diimbangi dengan gaya dari sebelah kanan, gaya dari atas ditahan
dari bawah. Cairan yang massanya M menekan dasar bejana dengan
gaya sebesar Mg. Gaya ini tersebar merata pada seluruh permukaan
dasar bejana sebagaimana
diperhatikan oleh bagian cairan dalam kolom kecil pada gambar 2.
Selama cairan itu tidak mengalir (dalam keadaan statis), pada
cairan tidak ada gaya geseran sehingga hanya melakukan gaya ke
bawah oleh akibat berat cairan dalam kolom tersebut:
W = m g = ρ V g (1)
di mana ρ adalah kerapatan zat cair dan V adalah volume kolom.
Jika V = h ∆A, kita dapatkan:
63
W = ρ h ∆A g (2)
Jika berat itu ditopang oleh luasan ∆A, yang sebanding dengan
luas ∆A, akibatnya gaya ini tersebar rata di permukaan dasar
bejana.
Tekanan sebagai perbandingan gaya dengan luas, seperti
diilustrasikan pada gambar 2.
gaya ρ h ∆A g
p = = = ρ g h (3)
luas ∆A
Di mana p adalah tekanan yang dialami dasar bejana. Dalam satuan
tekanan diukur dalam N/m2, dan dinamai Pascal yang disingkat Pa.
Gambar 2. Cairan setinggi h menekan dasar bejana A
Sebagai contoh, misalnya akan kita cari tekanan dalam Pa, yang
dialami dasar bejana cairan dengan ρ = 670 kg/m3 dan dalamnya 46
cm.
p = ρ g h = (670 kg/m3) (9,8 m/s2) (0,46 m)
= 3020 kg.m/s2 = 3020 n/m2 = 3020 pa
Tekanan adalah kuantitas skalar tanpa arah. Gaya yang
menghasilkan tekanan yang bekerja pada permukaan adalah vektor
yang arahnya selalu tegak lurus ke permukaan.Kita dapat
64
menggunakan keadaan setimbang gaya-gaya yang bekerja pada bagian
kecil cairan, seperti dilukiskan pada gambar 3.
Gambar 3. Keseimbangan gaya pada bagian kecil
cairan.
Bagian kecil cairan yang tebalnya ∆A dan luas permukaan bagian
atas (ada bagian bawah) A serta luas sisi lainnya A mengalami
keseimbangan gaya. Dalam hal ini cairan tidak mengalami
pergolakan yang mengakibatkan cairan mengalir. Tiap bagian dari
cairan mestilah diam. Tekanan yang dilakukan bagian cairan lain
pada bagian kecil cairan tersebut yang dilakukan oleh gaya-gaya
F3 dan F4 saling meniadakan, demikian pula oleh gaya-gaya F5 dan
F6. Gaya F2 mestilah cukup besar terhadap F1 agar dapat menopang
bagian cairan tersebut.
Karena F3 = F4 dan F5 = F6, maka p3 (=F3/A2) = p4 (=F4/A2) dan p5
(=F5/A2) = p6 (F6/A2)
Sekarang, karena F2 > F1, maka
p2 A1 . p1 A1 = ρ g A1 ∆h
p2 . p1 = ρ g ∆hatau∆p = ρ g ∆h (4)Jadi, apabila kerapatannya
konstan, perubahan tekanan di antara dua titik di dalam cairan
berbanding lurus dengan perbedaan kedalamannya.
Pada kedalaman yang sama mempunyai tekanan yang sama. Selama
variasi tekanan di dalam cairan statis hanya tergantung pada
kedalamannya, maka penambahan tekanan dari luar yang dilakukan
65
pada permukaan cairan, misalnya karena perubahan tekanan atmosfer
atau tekanan piston, mestilah merupakan penambahan tekanan pada
semua titik dalam cairan, seperti dikemukakan oleh Blaise Pascal
(1623-1662), yang dikenal sebagai Hukum Pascal.
Tekanan yang dilakukan pada cairan dalam ruang tertutup, akan
diteruskan kemana-mana sama besarnya termasuk dinding tempatnya.
Apabila kerapatan ρ (massa jenis) sangat kecil, misalnya fluida
berbentuk gas, maka perbedaan tekanan pada dua titik di dalam
fluida dapat diabaikan. Jadi di dalam suatu bejana yang berisi
gas, tekanan gas di mana-mana adalah sama. Hal ini tentu saja
bukan untuk ∆h yang sangat besar.Tekanan dari udara sangat
bervariasi untuk ketinggian yang besar dalam atmosfer. Dalam
kenyataan, kerapatan ρ berbeda pada ketinggian yang tidak sama
dan ρ ini hendaklah kita ketahui sebagai fungsi dari h sebelum
persamaan 3 di atas kita pergunakan.
Marilah kita perhatikan hal berikut ini.Andaikan ke dalam pipa
berbentuk U dimasukkan dua jenis cairan yang tidak dapat
bercampur secara sempurna, misalnya air dengan minyak tanah.
Gambar 4.Pipa berbentuk U berisi dua jenis cairan.
Setelah cairan yang kerapatannya ρ1 dimasukkan ke dalam pipa,
cairan yang kedua dengan kerapatan ρ2 (di mana ρ1 > ρ2)
66
dimasukkan ke salah satu pipa sehingga permukaan cairan yang
pertama turun setinggi 1 di bawah cairan yang kedua itu,
sedangkan permukaan lainnya naik setinggi 1 seperti dilukiskan
pada gambar 4 di atas. Akan kita tentukan perbandingan kerapatan
kedua jenis cairan tersebut.Pada gambar 4 titik C menyatakan
keseimbangan tekanan. Tekanan di C yang dilakukan cairan di
atasnya adalah
Untuk cairan pertama : p1 g 2 1
Untuk cairan kedua : p1 g 2 1
Sehingga :
ρ1 g 2 1 = ρ2 g (d + 2 1)atau
ρ2 2 1
=
ρ1 d + 2 1
Perbandingan kerapatan suatu bahan terhadap kerapatan air
dinamakan kerapatan relatif atau gravitas spesifik dari bahan
tersebut.
Archimedes mendapatkan suatu prinsip sebagai berikut. Apabila
suatu benda dicelupkan ke dalam cairan (seluruhnya atau
sebagian), benda itu mengalami gaya ke atas sebesar berat cairan
yang dipindahkannya.
Apabila sebuah benda dicelupkan ke dalam cairan, seperti
ditunjukkan dalam gambar 5, total gaya ke atas atau gaya angkat,
dilakukan pada benda. Akibat gaya ini terdapat perbedaan tekanan
pada bagian bawah dan bagian atas benda. Selama tekanan ini
tergantung pada kedalaman cairan, dengan mudah dapat kita hitung
67
gaya ke atas untuk sederhana, antara lain untuk balok tegar di
mana salah satu permukaannya horizontal
Gambar 5. Gaya-gaya yang dialami benda di dalam cairan.
Benda yang bentuknya sembarang, agak sulit kita menentukan
tekanan karena bervariasinya titik-titik permukaan benda.Untuk
itu prinsip Archimedes sangat membantu. Andaikan benda
dikeluarkan dari dalam cairan akan menggantikan tempat benda
sebanyak tempat yang tadinya ditempati oleh benda. Jika volume
tempat benda itu telah diisi oleh cairan, ini menunjukkan bahwa
adanya keseimbangan gaya yang terjadi antar cairan penyelubung
dengan bagian cairan yang menggantikan tempat benda tersebut.
Jadi gaya netto yang arahnya ke atas adalah sama dengan m1 g, di
mana m1 adalah massa cairan yang mengisi volume yang ditinggalkan
oleh benda.
Sekarang kita tinggalkan pengandaian tadi dengan benda
sesungguhnya yang massanya mo. Cairan mestilah melakukan kontak
dengan setiap titik pada permukaan benda yang memberikan gaya-
gaya sama di mana-mana. Gaya ini mestilah sama dengan gaya
penopang cairan yang volumenya adalah sama. Gaya ini adalah gaya
angkat (ke atas) yang besar.
Fb = mf g = ρ1 Vg (5)68
Di mana m1 adalah massa cairan yang dipindahkan oleh benda yang
tercelup ke dalam cairan adalah kerapatan cairan. Gaya angkat ini
arahnya vertikal ke atas.
Persamaan 5 dinamakan Prinsip Archimedes yang dikemukakan oleh
Archimedes pada tahun 250 SM. Jika gaya ke atas lebih kecil
daripada berat benda yang dicelupkan, mala benda itu akan
tenggelam. Jika berat benda lebih kecil daripada gaya ke atas,
benda itu akan terapung. Seandainya ρo adalah kerapatan benda,
dengan volume V, maka beratnya
W = mo g = ρo V g
Gaya ke atas dinyatakan oleh persamaan 5.
Fb = ρ1 V g (6)
Netto gaya ke atas ketika benda semuanya tercelup dalam cairan
Fnet = Fb . W =( ρf. ρo) V g (7)
Jadi benda dengan kerapatan lebih besar dari kerapatan cairan
akan tenggelam, dan yang lebih kecil akan terapung.
Fluida Dinamis
ciri - ciri fluida ideal
1. tak termampatkan ( tidak kompresibel ), artinya bahwa fluida
ideal tidak akan mengalami perubahan volume ( atau massa jenis )
ketika mendapatkan pengaruh tekanan.
2. tidak kental ( non - viskos ) , artinya fluida ideal tidak
akan mengalami gesekan antara lapisan fluida satu dengan lapisan
yang lain maupun dengan dinding saluran akibat gejala viskositas.
3. alirannya tidak bergolak ( non turbulen ), artinya fluida
ideal memiliki aliran garis - arus ( streamline) sehingga tidak
69
ada elemen fluida yang memiliki kecepatan sudut tertentu.
4. alirannya tidak bergantung waktu ( tunak ) artinya kecepatan
fluida ideal di titik tertentu adalah konstan, namun kecepatan
fluida pada dua titik yang berbeda boleh saja tidak sama. pada
aliran tunak, garis arus ( lintasan yang dilalui oleh aliran
fluida ) dalam suatu penampang aliran tampak berlapis - lapis,
sehingga aliran tunak juga disebut aliran laminer ( berlapis)
Definisi aliran turbulen
Ketika melebihi suatu kelajuan tertentu, aliran fluida menjadi
turbulen.Aliran turbulen ditandai oleh adanya aliran berputar.
Persamaan Kontinuitas
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir
melalui suatu penampang tertentu dalam satuan waktu tertentu.
Debit = Volume Fluida / Selang Waktu
Q = V / t
Persamaan debit kontinuitas
Pada fluida tak termampatkan debit fluida dititik mana saja
selalu konstan
Perbandingan kecepatan fluida dengan luas dan diameter penampang-
kelajuan aliran fluida tak termampatkan berbanding terbalik
dengan luas penampang yang dilaluinya.- kelajuan aliran fluida
70
tak termampatkan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-jari
penampang atau diameter penampang.
Daya oleh debit fluida
Debit fluida yang mengalir pada ketinggian tertentu dipengaruhi
oleh gravitasi dan massa jenis air.
JADI PERSAMAAN KONTINUITAS
P1A1V1 = P2A2V2
TAK TERMAMPATKAN MAKA P1 = P2 KONSTAN
A1V1 = A2V2 = A3V3………..KONSTAN
JUGA PERSAMAAN DEBIT AIR DAPAT DIKATAKAN
Q = A . V
Q1 = Q2 = Q3……….KONSTAN
PENERAPAN HUKUM KONTINUITAS
- UJUNG SELANG PEMADAM KEBAKARAN YANG BERPENAMPANG KECIL.
- MENYEMPITKAN UJUNG SELANG SAAT MENYIRAM TANAMAN.
- PIPA ALIRAN AIR PADA PLTA BERPENAMPANG KECIL SEBAGAI PENGGERAK
TURBIN.
B. HUKUM BERNOULLIHukum ini diterapkan pada zat cair yang mengalir dengan kecepatan berbeda dalam suatu pipa.
Prinsip BernoulliPrinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida,
71
peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakanpenyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli.
Hukum BernoulliDalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua bentuk persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan (incompressible flow), dan yang lain adalah untuk fluida termampatkan (compressible flow).
Aliran Tak-termampatkanAliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:
p + pgh + 1/2 pv^2 = Konstan
di mana:v = kecepatan fluidag = percepatan gravitasi bumih = ketinggian relatif terhadapa suatu referensip = tekanan fluidaρ = densitas fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:• Aliran bersifat tunak (steady state)
72
• Tidak terdapat gesekan
Aliran TermampatkanAliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran termampatkan adalah sebagai berikut:
v^2/2 + theta + w = konstan
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan ( p ),
energi kinetik per satuan volum (1/2 PV^2 ), dan energi potensial
per satuan volume (ρgh) memiliki nilai yang sama pada setiap
titik sepanjang suatu garis arus.
Dalam bagian ini kita hanya akan mendiskusikan bagaimana cara
berfikir Bernoulli sampai menemukan persamaannya, kemudian
menuliskan persamaan ini. Akan tetapi kita tidak akan menurunkan
persamaan Bernoulli secara matematis.
Kita disini dapat melihat sebuah pipa yang pada kedua ujungnya
berbeda dimanaujung pipa 1 lebih besar dari pada ujung pipa 2.
Penerapan Hukum Bernoulli dapat kita lihat pada:
a. Tabung Venturi
Tabung Venturi adalah sebuah pipa yang memiliki bagian yang
menyempit.Dua contoh tabung venturi adalah karburator mobil dan
venturimeter.
1. Karburator
73
Karburator berfungsi untuk menghasilkan campuran bahan bakar
dengan udara, kemudian campuran ini dimasukkan ke dalam silinder-
silinder mesin untuk tujuan pembakaran.
2. Venturimeter
Tabung venturi adalah dasar dari venturimeter, yaitu alat yang
dipasang di dalam suatu pipa aliran untuk mengukur kelajuan
cairan.
b. Tabung Pitot
Tabung Pitot adalah alat ukur yang kita gunakan untuk mengukur
kelajuan gas.
c. Penyemprot Parfum
Penyemprot Parfum adalah salah satu contoh Hukum Bernoulli.
Ketika Anda menekan tombol ke bawah, udara dipaksa keluar dari
bola karet termampatkan melalui lubang sempit diatas tabung
silinder yang memanjang ke bawah sehingga memasuki cairan
parfum.Semburan udara yang bergerak cepat menurunkan tekanan
udara pada bagian atas tabung, dan menyebabkan tekanan atmosfer
pada permukaan cairan memaksa cairan naik ke atas
tabung.Semprotan udara berkelajuan tinggi meniup cairan parfum
sehingga cairan parfum dikeluarkan sebagai semburan kabut halus.
d. Penyemprot Racun Serangga
Penyemprot Racun Serangga hampir sama prinsip kerjanya dengan
penyemprot parfum. Jika pada penyemprot parfum Anda menekan
74
tombol, maka pada penyemprot racun serangga Anda menekan masuk
batang penghisap
e. Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang
Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang juga merupakan salah satu
contoh Hukum Bernoulli.
Pada dasarnya, ada empat buah gaya yang bekerja pada sebuah
pesawat terbang yang sedang mengangkasa .
1. Berat Pesawat yang disebabkan oleh gaya gravitasi Bumi
2. Gaya angkat yang dihasilkan oleh kedua sayap pesawat
3. Gaya ke depan yang disebabkan oleh mesin pesawat
4. Gaya hambatan yang disebabkan oleh gerakan udara.
==============o0o===========
75