pengembangan media pembelajaran fisika
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA
BERBASIS INVESTIGASI PADA MATERI SUHU DAN
KALOR UNTUK SISWA KELAS X MADRASAH
ALIYAH NEGERI 3 BATANGHARI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Serjana Pendidikan
Oleh
NURHASANAH
NIM. TF.151099
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
2019
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA
BERBASIS INVESTIGASI PADA MATERI SUHU DAN
KALOR UNTUK SISWA KELAS X MADRASAH
ALIYAH NEGERI 3 BATANGHARI JAMBI
SKRIPSI
Oleh
NURHASANAH
NIM. TF.151099
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan Rahmad Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang…
Ya Allah…
Se izinmu kuberhasil melewati satu rintangan untuk sebuah keberhasilan
Namun kutahu keberhasilan bukanlah akhir dari perjuanganku
Tapi awal dari sebuah harapan dan cita-cita
Jalan didepanku masih panjang, masih jauh perjalananku untuk menggapai masa depan
yang cerah tuk bisa membahagiakan orang-orang yang kucintai
Karya ini kupersembahkan untuk:
Ayahanda tercinta Abdul Rahman
Dan ibunda tercinta Rumiyati
Takkan pernah ku lupa semua pengorbanan dan jerih payah yang engkau berikan untukku
agar dapat menggapai cita-cita dan semangat serta do’a yang kau lantunkan untukku
sehingga kudapat raih kesuksesan ini. Semoga kelak aku dapat membahagiakan dirimu
sampai akhir hayatmu.
Untuk kakakku Dasmiyanti, Ratna Dewi, abangku Arisman dan adikku M. Sukron yang selalu
memberikan semangat.
Untuk teman dekatku Dwi Abdul Rahman yang selalu memberi dukungan, dan memberi
semangat kepadaku.
Untuk teman-teman fisika angkatan 2015 yang telah berjuang bersama, terlebih untuk kelas
fisika 15B yang telah memberikan Do’a, saran dan bantuannya dalam menulis skripsi ini.
Dan untuk semua pihak yang namanya tidak dapat kusebutkan satu persatu yang telah
memberikan Do’a, bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
tepat waktu.
MOTTO
لى … بس ع ي لك ال س ا ت ه ك ال مس
“Engkau mengharapkan keselamatan, namun tidak menempuh jalan-jalan keselamatan.
Sesungguhnya kapal itu tidak mungkin berlayar di atas daratan.” (Bustanul Wa’izhin, 1/282)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Berbasis Investigasi Pada
Materi Suhu dan Kalor Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X di MAN 3
Batanghari”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya hingga pada umatnya sampai akhir zaman.
Pada penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan
serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti juga
bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA., selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Boby Sefrinando, M.Si., selaku Ketua Program Studi Fisika UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Boby Sefrinando, M.Si., selaku pembimbing I dan Ibu Wiji Utami,
M.Sc., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan
mencurahkan pikirannya demi pengarahan penulisan dalam menyelesaikan
skripsi.
5. Bapak Zainal Hartoyo, M.Pd., selaku Dosen Validator ahli materi, Bapak
Abdul Rahim, M.Pd., selaku Dosen Validator ahli media/desain dan Bapak
Drs. Mursyid, M.Pd., selaku Dosen ahli bahasa yang telah meluangkan waktu
dan pikirannya demi mengarahkan penulis dalam penyusunan Media
Pembelajaran Fisika.
6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya Program Studi
Fisika.
7. Karyawan/Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya Program Studi
Fisika.
8. Bapak Misran, S.Ag, M.Pd.I., selaku Kepala Sekolah MAN 3 Batanghari, yang
telah memberikan izin untuk mengadakan riset penelitian.
9. Ibu Sri Wahyuningsi, M.Si., selaku Guru Mata Pelajaran Fisika di MAN 3
Batanghari yang telah memberi bimbingan saat riset penelitian dan memberi
kemudahan kepada penulis untuk memperoleh data lapangan.
Semoga Allah SWT memberi balasan atas semuanya. Terima kasih juga kepada
seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, Peneliti meminta maaf apabila dalam
penyusunan skripsi ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik
dan saran dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi lebih sempurna.
Wassalamu’alikum wr.wb.
Jambi, 2019
Penulis
Nurhasanah
TF151099
ABSTRAK
Nama : Nurhasanah
Jurusan : Pendidikan Fisika
Judul : Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Investigasi pada
Materi Suhu dan Kalor untuk Siswa Kelas X MAN 3 Batanghari Jambi
Penelitian ini membahas tentang Pengembangan Media Pembelajara Fisika
Berbasis Investigasi Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk Siswa Kelas X MAN 3
Batanghari Jambi. Tujuan dalam penelitian ini yaitu membuat media pembelajaran yang
valid dan praktis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Reasearch
and Development (R&D) dengan proses pengembangannya menggunakan model 4-D
yang terbagi menjadi 3 tahap yaitu, Pendefinisian (Define), Perancangan (Design), dan
Pengembangan (Development). Pada tahap Define dilakukan analisis kurikulum, analisis
siswa dan analisis bahan ajar. Tahap Design dilakukan perancangan media pemebelajaran
fisika. Selanjutnya pada tahap Development dilakukan validasi ahli dan uji coba media
pembelajaran fisika pada siswa MAN 3 Batanghari. Data validitas diperoleh melalui
lembar validasi. Data uji praktikalitas diperoleh melalui angket respon guru dan siswa.
Hasil penelitian ini adalah media pembelajaran fisika dinyatakan layak oleh validator ahli
materi, media, dan bahasa dengan kriteria sangat Valid dan rata-rata persentase kevalidan
sebesar 82,6%. Hasil analisis dari respon siswa dengan persentase sebesar 82,8%
dinyatakan sangat Praktis. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran Fisika Berbasis Investigasi Pada Materi Suhu dan Kalor
dinyatakan valid dan praktis.
Kata kunci: Media Pembelajaran Fisika, Investigasi, Suhu dan Kalor
ABSTRACT
Name : Nurhasanah
Study Program : Tadris Fisika
Tittle :Development of Physics Learning Media Based Investigation
on Temperature and Heat Material for Class X MAN 3
Batanghari Jambi
This study discusses the Development of Physics Learning Media Based on
Investigation on Temperature and Heat Material for Class X MAN 3 Batanghari
Jambi. The purpose of this research is to make learning media valid and practical.
The method used in this study is the method of Reasearch and Development (R&D)
with the development process using a 4-D model which is divided into 3 stages,
namely, Define, Design, and Development. In the Define phase, curriculum analysis,
student analysis and teaching material analysis are carried out. Design phase is done
by designing physics learning media. Furthermore, at the Development stage expert
validation and physics learning media trials were conducted on MAN 3 Batanghari
students. Validity data is obtained through validation sheets. Practicality test data
were obtained through teacher and student response questionnaires. The results of this
study are that physics learning media are declared feasible by material, media and
language expert validators with very valid criteria and an average percentage of
validity of 82.6%. The results of the analysis of student responses with a percentage
of 82.8% expressed very practical. Based on the results obtained, it can be concluded
that the physics learning media based on Investigation on Temperature and Heat
Material is declared valid and practical.
Keywords: Learning Media, Investigation, Temperature and Heat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
NOTA DINAS I ............................................................................................................... ii
NOTA DINAS II ............................................................................................................ iii
PENGESAHAN .............................................................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................................. v
PERSEMBAHAN .......................................................................................................... vi
MOTTO ......................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii
ABSTRAK ....................................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI.................................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 3
C. Batasan Masalah........................................................................................ 3
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 4
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ........................................................ 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Model .................................................................. 6
B. Kajian Teori .............................................................................................. 9
C. Penelitian yang Relevan ..........................................................................16
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................18
B. Karakteristik Sasaran Penelitian .............................................................18
C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan ..............................................18
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan Media Pembelajaran .............................................33
B. Kelayakan Media Pembelajaran ..............................................................50
C. Kepraktisan Media Pembelajaran (dalam tahap uji coba) ......................62
D. Pembahasan .............................................................................................63
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................68
B. Saran ........................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 70
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Jenis Perpindahan Kalor Berdasarkan ..............................14
Tabel 3.1 Penskoran Butir Skala Likert Berdasarkan .........................................30
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kevalidan Media Pembelajaran ...............................30
Tabel 3.3 Penskoran Butir Skala Likert Berdasarkan ........................................31
Tabel 3.4Kategori Interval Peaktikalitas Media Pembelajaran ...........................32
Tabel 4.1 Saran Validator Ahli Materi ................................................................50
Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Materi ................................................50
Tabel 4.3 Saran Validator Ahli Media ................................................................52
Tabel 4.4 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Media ...............................................52
Tabel 4.5 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Bahasa ...............................................53
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Validator Ahli Materi, Media dan Bahasa .................55
Tabel 4.7 Hasil Analisa Praktikalitas Siswa .......................................................55
Tabel 4.8 Hasil Praktikalitas Respon Guru .........................................................58
Tabel 4.9 Hasil Praktikalitas Respon Siswa ........................................................60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbandingan Skala Termometer .................................................... 13
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian Pengembangan 4-D .............................. 24
Gambar 4.1 Cover Media Pembelajaran Fisika .................................................. 36
Gambar 4.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .................................. 36
Gambar 4.3 Peta Konsep Media Pembelajaran Fisika ....................................... 37
Gambar 4.4 Materi Pembelajaran Suhu ............................................................. 37
Gambar 4.5 Materi Pembelajaran Jenis-jenis Termometer ................................ 38
Gambar 4.6 Materi Pembelajaran ...................................................................... 38
Gambar 4.7 Kegiatan Praktikum 1 Memberi Skala Termometer ...................... 39
Gambar 4.8 Materi Pembelajaran Perbandingan Skala Termometer ................. 39
Gambar 4.9 Materi Pembelajaran Hubungan Antara Termometer ..................... 40
Gambar 4.10 Materi Pembelajaran Rumus Perbandingan Skala Termometer ... 40
Gambar 4.11 Materi Pembelajaran Pemuaian .................................................... 41
Gambar 4.12 Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Padat .................................... 41
Gambar 4.13 Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Cair dan Gas ........................ 42
Gambar 4.14 Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Gas ....................................... 42
Gambar 4.15 Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Gas ....................................... 43
Gambar 4.16 Materi Pembelajaran Kalor ........................................................... 43
Gambar 4.17 Materi Pembelajaran Pengaruh Kalor Terhadap Suhu .................. 44
Gambar 4.18 Kegiatan Praktikum 2 Hubungan Kalor dan Kalor Jenis .............. 44
Gambar 4.19 Materi Pembelajaran Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor ................. 45
Gambar 4.20 Materi Pembelajaran Asas Black .................................................. 45
Gambar 4.21 Materi Pembelajaran Asas Black .................................................. 46
Gambar 4.22 Materi Pembelajaran Perpindahan Kalor ...................................... 46
Gambar 4.23 Materi Pembelajaran Perpindahan Kalor ...................................... 47
Gambar 4.24 Kesimpulan Media Pembelajaran Fisika ...................................... 47
Gambar 4.25 Daftar Pustaka .............................................................................. 48
Gambar 4.26 Daftar Riwayat Hidup .................................................................. 48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan kebutuhan kurikulum pada saat ini terhadap kualitas manusia
semakin meningkat sehingga menjadi salah satu tanggung jawab bagi
seorang guru. Guru merupakan tenaga pendidik yang ikut bertanggung jawab
atas ketercapaian terhadap kualitas manusia yang akan bersaing di masa depan
untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik (Simanjuntak, 2015). Salah
satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya proses
pembelajaran (Wardani dkk., 2009)
Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari fenomena dan
gejala alam secara empiris, logis, sistematis, dan rasional yang melibatkan
proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang
produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip, dan hukum-hukum
fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk melakukan eksperimen di dalam dan di
luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai pokok
bahasan fisika (Lestari, & Siliyanah, 2014).
Pembelajaran fisika mengenai pemahaman terhadap suatu konsep fisika
tidak cukup hanya dengan pemberian informasi dari guru, tetapi siswa harus
bisa membangun pemahaman konsep sendiri. Menurut teori konstruktivistik
guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, akan tetapi
siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Dalam era pembelajaran
konstruktivistik, keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran merupakan
kunci utama belajar. Keaktifan dalam belajar sering menjadi prediktor yang
baik bagi hasil belajar siswa (Baharun, 2013).
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri untuk membantu siswa dalam
mengkonstruksi pemahamannya, oleh karena itu diperlukan bahan ajar yang
tepat untuk menunjang proses pembelajaran tersebut. Bahan ajar yang
dikembangkan dengan memperhatikan keterlibatan peran siswa dalam
menemukan konsep suatu materi dapat lebih lama tersimpan dalam ingatan
(long time memory) (Deporter, 2008: 214). Siswa dapat mengeksplorasi
kemampuan kemampuan dan kreativitasnya dalam memecahkan suatu
masalah.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Ibu Sri Wahyuningsi, S.Si
sebagai pengampu Mata Pelajaran Fisika, bahwa siswa MAN 3 Batanghari
juga masih banyak yang menganggap fisika adalah pelajaran menghitung yang
rumit, sulit, dan susah untuk dipahami. Hal ini disebabkan penyajian Pelajaran
Fisika yang masih berpusat pada guru dan hanya menggunakan media
pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang digunakan hanya berisi
sedikit materi dan sangat kurang gambar sehingga siswa kesulitan untuk
memahami konsep materi. Soal pada LKS bisa dijawab dengan mudah oleh
siswa dengan melihat materi pada LKS sehingga siswa kurang termotivasi
untuk berfikir kritis dan tidak mandiri (Arafah dkk, 2012).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di MAN 3 Batanghari yaitu guru
menggunakan media pembelajaran LKS. LKS yang digunakan guru masih
belum selaras dengan model pembelajaran. Media pembelajaran yang masih
kurang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan ini juga menjadi
faktor penentu proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Minimnya
minat belajar mengakibatkan transfer ilmu menjadi sulit diterima siswa. Hasil
belajar siswa yang rendah menjadi gambaran mengenai kurang maksimal
seorang siswa menerima pelajaran (Kristianingsih & Sukiswo, 2016). Pada
materi suhu dan kalor di MAN 3 Batanghari, umumnya masih sulit untuk
mendapatkan nilai maksimal. Hal itu disebabkan oleh kurangnya minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran fisika.
Melihat permasalahan yang terjadi dikelas X dan tuntutan kurikulum 2013,
peneliti mencoba menawarkan solusi dengan menyusun media pembelajaran
yang lebih mengakomodasi kebutuhan siswa dan kebutuhan kurikulum 2013
(Setyawati dkk., 2013). Media pembelajaran berbasis investigasi memiliki
beberapa keunggulan selain praktis dan mudah dibawa media pembelajaran
berbasis investigasi juga dapat dipelajari dimana saja dan kapan saja tanpa
harus menggunakan alat khusus. Dibandingkan media pembelajaran jenis lain
media pemebelajaran berbasis investigasi bisa dikatakan lebih unggul, karena
merupakan media yang baik dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk
belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak
dengan menggunakan argumentasi yang realistis. Media pembelajaran mampu
memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi, gambar, serta diagram dengan
proses yang sangat cepat.
Pengembangan media pembelajaran berbasis investigasi ini bertujuan
untuk menganalisis peningkatkan efektivitas siswa setelah menggunakan
pengembangan media pembelajaran berbasis investigasi pada materi suhu
dan kalor. Manfaat dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam bentuk media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru.
Siswa dapat mengembangkan aspek kemampuan dasar yang mencakup aspek
kognitif siswa. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian lebih lanjut. Media pembelajaran berbasis investigasi ini
diharapkan dapat membantu siswa dalam mengungkapkan pengetahuan secara
optimal. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengembangan Media
Pembelajaran Fisika Berbasis Investigasi Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk
Siswa Kelas X Di Madrasah Aliyah Negeri 3 Batanghari Jambi’.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
yang menjadi identifikasi masalah adalah :
1. Belum adanya media pembelajaran disekolah selain LKS.
2. Guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab.
3. Guru dalam proses pembelajaran kurang melibatkan siswa.
C. Batasan Masalah
Uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas akan
diadakan batasan masalah yang bertujuan untuk menfokuskan perhatian pada
objek penelitian. Secara ringkas batasan masalah dari latar belakang tersebut
adalah :
1. Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran berbasis investigasi
dalam bentuk bahan ajar untuk meningkatkan aktivitas dan respon sebagai
penyempurna LKS.
2. Materi yang digunakan adalah materi suhu dan kalor dikelas X semester II.
3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 3 Batanghari.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dan pengidentifikasian masalah maka
dapat peneliti kemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana mengembangkan media pembelajaran fisika berbasis investigasi
pada materi suhu dan kalor untuk siswa kelas X MAN 3 Batanghari Jambi
yang valid dan praktis.
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan dari pengembangan media pembelajaran fisika yang
dirancang oleh peneliti adalah untuk mengembangkan media pembelajaran
fisika berbasis investigasi yang valid dan praktis pada materi suhu dan kalor
untuk siswa kelas X MAN 3 Batanghari
2. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan dari pengembangan media pembelajaran Fisika berbasis
investigasi pada meteri suhu dan kalor adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan bagi guru dibidang media
pembelajaran sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk
mengembangkan media pembelajaran dimasa yang akan datang.
b. Sebagai alat bantu bagi siswa dalam pembelajaran, untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep fisika, media pembelajaran juga dapat
meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa sehingga mampu
terlihat akfif dalam pembelajaran.
c. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi sekolah dalam mencapai
kurikulum yang dikembangkan sekolah dan juga dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam menentukan media pembelajaran yang praktis dan
menyenangkan.
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk yang di hasilkan berupa media pembelajaran berbasis investigasi
pada materi suhu dan kalor untuk siswa kelas X. Produk yang dihasilkan dari
pengembangan media pembelajaran berbasis investigasi memiliki spesifikasi yaitu:
produk yang dihasilkan berbentuk modul pembelajaran yang berisi materi
pembelajaran fisika dengan sub bab Suhu dan kalor yang dilengkapi dengan halaman
sampul, peta konsep, materi pembelajaran, kegiatan praktikum dan gambar untuk
memberi daya tarik gambaran nyata materi pembelajaran yang di gunakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Model
Menurut Richey & Kelin (2010) mendefiniskan “Perancangan dan
penelitian pengembangan adalah kajian yang sitematis tentang bagaimana
membuat rancangan suatu produk”. Mengembangkan atau memproduksi
rancangan tersebut, dengan tujuan dapat diperoleh data yang emperis yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat produk, alat-alat dan model
yang dapat digunakan dalam pembelajaran atau non pembelajaran.
Perancangan dan penelitian pengembangan, berusaha mengembangkan ilmu
secara sistematik berdasarkan data dari praktik. Melalui metode penelitian ini
akan dapat dikembangkan ilmu berdasarkan produk tertentu dalam membantu
meningkatkan produktivitas kerja. Penelitian pengembangan merupakan cara
sistematis yang digunakan untuk membuat rancangan, mengembangkan
program pembelajaran dan produk yang dapat memenuhi kriteria internal.
Borg & Gall (1998), menyatakan bahwa, “Penelitian dan pengembangan
merupakan proses atau metode yang digunakan untuk memvalidasi dan
mengembangkan produk”. Mengembangkan produk dimaksud untuk
menghasilkan sesuatu yang baru atau memperbaiki produk yang telah ada
seperti buku teks, film untuk pembelajaran, dan software (perangkat lunak)
komputer, tetapi juga metode seperti metode mengajar, dan program seperti
program pendidikan untuk mengatasi penyakit anak yang minum-minuman
keras dan program pengembangan saraf.
Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan
mengembangkan produk. Memvalidasi produk, berarti produk itu divalidasi
terlebih dahulu oleh beberapa ahli agar mendapatkan persetujuan layak atau
tidak layak dikembangkan dengan menguji validitas, praktikalitas dan
efektifitas produk tersebut dengan tujuan memeriksa kebenaran konsep-
konsep dan tata bahasa dalam produk yang akan dikembangkan.
Mengembangkan produk dalam arti yang luas dapat berupa memperbarui
produk yang telah ada sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien atau
menciptakan produk baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Ada beberapa model penelitian dan pengembangan dalam bidang
pendidikan antara lain model Sugiyono, model Borg and Gall, model Four-D,
model ADDIE, model Dick & Carey, model ASSURE dan lain-lain. Model
penelitian pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pengembangan 4-D (define, design, development, dessiminate) yang
dikembangkan oleh S.Thiagarajan dkk (1974). Model 4-D dipilih karena
model penelitian yang dikembangkan oleh S.Thiagarajan ini merupakan
pengembangan model penelitian yang secara detail menjelaskan langkah-
langkah operasional model penelitian pengembangan produk. Model 4-D lebih
terperinci dan lebih sistematis (Esa, 2015).
Model 4-D juga memiliki beberapa kelebihan antaranya adalah; (1).
langkahnya mudah diikuti, (2). Pada tahap III peneliti dapat dengan leluasa
melakukan uji coba dan revisi berkali-kali sampai diperoleh hasil dengan
kualitas yang maksimal, dan (3). Pijakan utama di Indonesia berdasarkan
kurikulum yang telah ditetapkan, oleh karena itu dalam penyusunan perangkat
terlebih dahulu harus dilakukan analisis kurikulum, pada model 4-D analisis
kurikulum dapat dilakukan pada langkah analisis ujung depan pada tahap awal
(define) (Wahyudi dkk., 2014).
Model 4-D merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik
(Trianto, 2010). Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan secara
sistematis dan berpijak pada landasan teoritis suatu pembelajaran. Model ini
tersusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis
dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan suatu sumber
belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar yang
dalam hal ini adalah peserta didik MAN 3 Batanghari. Dari beberapa
kelebihan yang dimiliki model 4-D maka tidak bisa dipungkiri bahwa model
penelitian dan pengembangan 4-D layak untuk digunakan dalam langkah-
langkah pembuatan produk yang akan peneliti kembangkan.
Model 4-D (define, design, development, desiminate) terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu:
1. Define
Tahap pertama yaitu tahap pendefenisian (define). Yang bertujuan untuk
menetapkan dan mendefenisikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam
pengembangan pembelajaran. Penetapan syarat-syarat yang dibutuhkan
dilakukan dengan memperhatikan serta menyesuaikan kebutuhan
pembelajaran. Tahap ini terdiri tiga langkah antara lain analisis kurikulum,
analisis siswa dan analisis bahan ajar.
2. Design
Tujuan dari tahap perancangan ini adalah merancang media pembelajaran
fisika yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Ada tiga tahap yang harus diikuti dalam perancangan media
pembelajaran yaitu, menyusun Indikator, memilih media, dan merancang
bahan ajar (Trianto, 2010).
3. Development
Tahap ini bertujuan menghasilkan bahan ajar fisika yang telah ditelaah dan
divalidasi oleh dosen dan guru, serta sudah teruji kepraktisan dan
keefektifannya. Tujuan pada tahap pengembangan ini untuk menghasilkan
bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan
masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil uji coba (Trianto, 2010).
4. Dessiminate
Dessiminate merupakan tahap untuk mempromosikan produk agar dapat
diterima oleh pengguna. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
salah satu model yang sesuai untuk mengembangkan produk adalah model 4-
D. Metode dan model ini dipilih karena bertujuan untuk menghasilkan produk
berupa Bahan Ajar. Produk yang dikembangkan kemudian di uji kelayakannya
dengan vasiditas dan uji coba produk untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran
menggunakan Bahan Ajar pada materi Suhu dan kalor.
B. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Gerlach & Ely (1971) dalam (Aisyah, 2018) mengatakan
bahwa “media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Dalam pengertian ini dapat kita
ketahui bahwa media merupakan alat bantu pengantar informasi untuk
mempemudah siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Menurut Azhar Arsyad (1996) dalam (Zainiyati, 2017) Fleming
memberikan penjelasan mengenai media pada uraian berikut:
Media sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua
pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media
menunjukkan fungsi atau peranannya, yaitu mengatur hubungan yang
efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar peserta didik da nisi
pelajaran. Disamping itu, mediator dapat pula mencerminkan
mengertian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran
mediasi, mulai dari guru smapai kepada peralatan paling canggih dapat
disebut media.
Media merupakan sebagai alat untuk membantu menyampaikan
informasi kepada penerima. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima yang dapatmerangsang
pikiran, perasaan, perhatian agar terjadi komunikasi yang efektif dan efesian
desebut media.
Menurut Andeson dalam (Zainiyati, 2017) “Media pembelajaran adalah
media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya
seseorang pengembangan mata pelajaran dengan para siswa.” Dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan melalui bahan pembelajaran,
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran.
Dalam suatu proses belajar mengajar, terdapat dua unsur yang amat
penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini
saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada
berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media.
Menurut Hamalik (1986) dalam (zainiyati, 2017) mengemukakan bahwa
manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
1) Membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
2) Membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar,
3) Membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.
Selain menurut Hamalik (1986), manfaat media pembelajaran juga
dikemukakan oleh Sudjana & Rivai (1992) dalam (Aisyah, 2018) sebagai
berikut:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menambahkan motivasi belajar.
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila
guru mengajar untuk setiap jam mata pelajaran.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemontrasikan, dan lain-lain.
Media pembelajaran bermanfaat untuk memudahkan siswa dalam
memahami pembelajaran. Siswa cenderung aktif selama proses
pembelajaran, karena siswa akan langsung mengamati, melakukan, dan
mendemonstrasikan, sehingga siswa tidak merasa bosan dan akan
termotivasi untuk terus belajar. Media pembelajaran juga tidak menguras
waktu dan tenaga guru dalam proses pembelajaran.
2. Metode Investigasi
Metode investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahamannya melalui
berbagai macam kegiatan belajar. Kegiatan belajarnya diawali dengan
pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru,
sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka artinya tidak
terstruktur secara ketat oleh guru yang pelaksanaannya mengaju pada teori
investigasi (Krismanto, 2003)
Anggraini (2011) menambahkan, pada pembelajaran investigasi siswa
bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru banyak bertindak
sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk
dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta
menggunakan pengetahuan awal mereka dalan memahami situasi baru. Guru
juga berperan dalam mending siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka
sendiri maupun hasil kerja kelompoknya. Kadang mereka memang
memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan
yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan pertanyaan
yang lebih terarah, detail dan rinci, dengan demikian guru harus selalu
menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti ditengah jalan. (Krismanto,
2003) mengemukakan bahwa tahapan-tahapan dalam menerapkan
pembelajaran investigasi kelompok adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi kelompoknya
2. Merencanakan tugas pembelajaran
3. Melaksanakan penyelidikan
4. Menyiapkan laporan
5. Menyampaikan laporan akhir
6. Mengevaluasi
Diskusi kelompok maupun diskusi kelas merupakan hal yang sangat
penting guna memberikan pengalaman mengemukakan dan menjelaskan
segala hal yang merkea pikirkan dan membuka diri terhadap yang dipikirkan
oleh teman mereka. Pengalaman yang baik ini akan memotivasi siswa untuk
belajar dan mau menyelidiki lebih lanjut. Pengalaman bekerja sama dalam
banyak hal sesuai dengan semangat gotong royong yang telah berkembang
saat ini (Krismanto, 2003).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa investigasi adalah
proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut
mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan
perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau
lebih hasil.
3. Suhu dan Kalor
a. Suhu
Suhu adalah derajat panas atau dinginnya benda. Suhu dapat diukur dengan
menggunakan alat yang disebut termometer. Sifat yang diukur untuk
menyatakan suhu disebut termometrik, satuan suhu adalah derajat. Zat cair
yang biasa digunakan untuk mengisi termometer adalah air raksa. karena
raksa.
Alkohol dapat juga digunakan untuk mengisi tabung termometer karena
dapat mengukur suhu yang lebih rendah lagi tetapi tidak dapat mengukur suhu
yang tinggi sebab titik bekunya -14°C dan titik didihnya 78°C. Jadi
termometer alkohol sangat baik untuk mengukur suhu-suhu yang rendah tetapi
tidak dapat mengukur suhu-suhu yang tinggi.
Air tidak digunakan untuk mengisi termometer karena jangkauan suhu air
terbatas 0° – 100°C, tidak berwarna sehingga sulit dilihat, membasahi dinding
tempatnya dan memerlukan waktu lama sehingga mengurangi ketelitian
pembacaan skala. Untuk menyatakan suhu dengan bilangan diperlukan
patokan suhu yang tetap yang dapat dibuat kembali dengan mudah dan teliti.
Patokan suhu yang digunakan disebut titik tetap. Dari skala suhu yang ada
sekarang telah ditetapkan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1. Perbandingan skala thermometer (Zainuri, 2006:301)
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa:
a. Termometer skala Celsius
Memiliki titik didih air 100 dan titik bekunya 0 . Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 0 – 100 dan dibagi dalam 100
skala.
b. Temometer skala Reamur
Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.
c. Termometer skala Fahrenheit
Memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180
skala.
d. Termometer skala Kelvin
Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi
dalam 100 skala.
Jadi, jika diperhatikan pembagian skala tersebut, satu skala dalam
derajat Celsius sama dengan satu skala dalam derajat Kelvin, sementara satu
skala Celsius kurang dari satu skala Reamur dan satu skala Celsius lebih dari
satu skala Fahrenheit (Supianto, 2006).
2. Kalor
Kalor adalah energi yang diterima oleh sebuah benda sehingga suhu benda
tersebut naik atau melakukan perubahan wujud. Satuan kalor adalah kalori
atau disingkat kal. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 10 . James Prescott Joule,
seorang ahli fisika dari Inggris, mempelajari hubungan antara timbul dan
hilangnya kalor terhadap perubahan energi mekanik. Melalui percobaan yang
dilakukan berulang kali akhirnya diperoleh hubungan sebagai berikut: 1 kal =
4,2 joule, 1 kkal = 4.200 joule, 1 joule = 0,24 kal.
Perpindahan kalor dari suatu benda terjadi jika ada perubahan atau
perbedaan suhu, sedangkan jika suhunya sama akan terjadi keseimbangan
yang berarti tidak ada perpindahan kalor atau energi. Perpindahan kalor dapat
dikelompokkan dalam tiga jenis terdapat pada Tabel 2.2
Tabel. 2.2
Klasifikasi Jenis Perpindahan Kalor
No Perpindahan Penjelasan Contoh
1.
Konduksi
(hantaran)
Proses tranformasi panas
didalam zat perantara
dimana energy panas
berpindah dari molekul
yang ada di dekatnya
dengan jalan getaran termal
berkala, tanpa ada
pemindahan massa zat
perantara sama sekali.
a. Konduksi terjadi
pada besi yang
salah satu
ujungnya
dipanaskan.
b. Untuk mencegah
konduksi pada
barang rumah
tangga yang
terbuat dari logam
yaitu dengan
menambahkan
bahan isolator
seperti plastic
pada pemegang
sendok, panic dll.
2. Konveksi
(aliran)
Proses pemindahan panas
dari suatu tempat ke tempat
lain melalui perpindahan
massa zat cair atau gas
yang dipanasi dari tempat
satu ke tempat yang, hal ini
terjadi pada zat cair dan gas.
a. Penerapan
konveksi antara
lain cerobong
asap, pengisian
gas Freon, obat
nyamuk, minyak
wangi, dll.
b. Untuk mencegah
terjadinya
konveksi terutama
pada bangunan
biasanya dipasang
plafon di bagian
bawah atap
bangunan.
3. Radiasi
(pancaran)
Tranformasi energy panas
lantaran gelombang
elektromagnetik, tidak ada
zat perantara yang
memegang peranan dalam
proses pemindahan ini.
a. Radiasi sinar
matahari
b. Untuk mencegah
terjadinya radiasi
misalnya
pemakaian
kostum anti
radiasi, rumah
dicat putih agar
memantulkan
kembali kalor
radiasi matahari.
(Sumber: Supianto, 2006)
C. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang memiliki relevansi yang sama dengan penelitian yang
peneliti lakukan yaitu penelitian terdahulu yang menjadi pendukung kevalidan
penelitian ini. Berdasarkan penelitian (Setyawati, dkk., 2013) juga melakukan
penelitian pengembangan bahan ajar yang berjudul “Pengembangan bahan ajar
IPA terpadu berbasis saling tema dengan tema biomassa sumber energi
alternatif terbarukan”. Penelitiannya menghasilkan bahan ajar berupa modul
yang telah di uji cobakan di lapangan dan memiliki hasil yang sangat baik
dengan kesesuaian hasil vasil validasi ke ahli, peer reviewer dalam komponen
materi, bahasa dan gambar penyajian dan kegrafikan.
(Viajayani, Eka Reny; Radiyono, Yohanes; Rahardjo, 2013) juga telah
melakukan penelitian pengembangan bahan ajar yang berjudul “Pengembangan
Media pembelajaran fisika menggunakan Macromedia Flash 8 pada pokok
bahasan suhu dan kalor”. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran menggunakan Macromedia Flash Pro
8 pada pokok bahasan Suhu dan Kalor yang telah dikembangkan, termasuk
dalam kriteria baik untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran (dari
penilaian ahli materi, ahli media, dan siswa memberikan rata-rata penilaian
83,62%).
(Simanjuntak, 2015) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Fisika
SMA Berbasis Investigasi pada Materi Fluida Dinamis untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika”. Hasil penelitian diperoleh:
Bahan ajar fisika SMA berbasis investigasi yang dikembangkan dapat
meningkatakan respon, aktivitas dan hasil belajar siswa pada pertemuan I, II,
III yaitu: respon rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 76,42. pada
pertemuan kedua sebesar 79,77 dan pada pertemuan ketiga 87,36. Aktivitas
rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 67,01. pada pertemuan kedua sebesar
71,00 dan pada pertemuan ketiga 79,00. Hasil belajar rata-rata pada pertemuan
pertama sebesar 40,36. pada pertemuan kedua sebesar 60,71 dan pada
pertemuan ketiga 81,07.
Berdasarkan dari studi relevan diatas adapun yang menjadi persamaan
penelitian ini dengen penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini sama-sama
menggunakan penelitian R&D (Research and Development). Dan untuk
menjadikan pembelajaran yang terjadi didalam kelas dapat berlangsung
dengan baik (efektif, efisien, dan menarik).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 3 Batanghari Jambi. Penelitian ini
dilaksanakan pada awal Tahun Pelajaran 2019/2020 pada semester II (genap)
selama 1 bulan. Uji coba produk dilakukan pada siswa kelas X MAN 3
Batanghari tahun pelajaran 2019/2020.
B. Karakteristik Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian pengembangan ini adalah media pembelajaran
berbasis investigasi untuk menghasilkan media pembelajaran fisika di kelas X.
Adanya tenaga ahli validator, yang terdiri dari ahli materi, bahasa dan media
dapat membantu peneliti dalam menilai validasi media pembelajaran berbasis
investigasi yang dikembangkan. Guru fisika dan siswa di MAN 3 Batanghari
sebagai aplikasi nyata dalam pengembangan produk yang dikembangkan.
Siswa-siswi MAN 3 Batanghari kelas X yang terdiri dari satu kelas sebagai
objek untuk melakukan uji coba produk yang mewakili kelompok dengan
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dilihat dari analisis kebutuhan dan
kurikulum yang digunakan di MAN 3 Batanghari, serta analisis siswa dan
analisis materi maka peneliti menggunakan pokok bahasan materi suhu dan
kalor.
C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan
Pendekatan dan prosedur pengembangan terdiri dari beberapa tahap yaitu,
analisis kebutuhan, rancangan pengembangan, uji coba/validitas, evaluasi,
revisi model, implementasi model, pengumpulan data, dan analisis data.
Penjelasan mengenai tahap-tahap pendekatan dan prosedur pengembangan
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah langkah awal yang dilakukan peneliti
seperti, analisis kurikulum, analisis siswa dan analisis materi. Analisis
kurikulum bertujuan untuk melihat kesenjangan antara kebutuhan kurikulum
yang digunakan dengan bentuk aplikasi kurikulum yang sedang diterapkan di
MAN 3 Batanghari. Analisis siswa bertujuan untuk melihat karakteristik
siswa, umur siswa dan batas kemampuan yang dimiliki siswa di MAN 3
Batanghari. Analisis materi bertujuan untuk melihat kebutuhan dan
karakteristik materi yang ingin dikembangkan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan di MAN 3 Batanghari, dalam proses
pembelajaran fisika kebanyakan guru menggunakan media papan tulis. Media
papan tulis dianggap sebagai media yang lebih mudah dan terjangkau oleh
guru dalam menyampaikan materi. Fasilitas laboratorium tidak sering
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan fasilitas laboratorium yang tersedia. Media pembelajaran untuk
keberlangsungan proses pembelajaran terdiri dari buku paket kelas X fisika
dan LKS untuk kelas X. Buku paket pegangan guru yang digunakan hanya
berisi materi dan latihan soal, sementara itu LKS yang digunakan juga masih
monoton hanya berisi teori.
Setelah dilakukan analisis kebutuhan tersebut peneliti berinisiatif untuk
mengembangkan media pembelajaran berbasis investigasi. Berdasarkan
analisis kurikulum, analisis siswa, dan analisis materi yang diperoleh, maka
yang media pembelajaran akan peneliti kembangkan merupakan media yang
tepat untuk menunjang keberlangsungan proses pembelajaran di MAN 3
Batanghari.
2. Rancangan Pengembangan
Metode R&D meruapakan salah satu jenis dari metode penelitian. Secara
umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini dirancang sebagai
penelitian (R&D) merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2012:
297).
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan media pembelajaran
berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor. Model pengembangan yang
digunakan adalah model 4-D. Model 4-D disarankan oleh Thiagarajan,
Semmel pada tahun 1974. Menurut Trianto (2010:93), “Model 4-D terdiri
dari empat tahap yaitu pendefenisian (define), perancangan (design),
pengembangan (development) dan penyebaran (dessiminate).
Penelitian ini hanya dilakukan tiga tahap yaitu pendefenisian (define),
perancangan (design), pengembangan (development), sedangkan tahap
penyebaran (dessiminate) tidak dilakukan. Tahap penyebaran tidak dilakukan
karena tahap ini merupakan tahap penyebaran perangkat yang disebarkan
pada skala yang lebih luas. Bila tahap penyebaran (dessiminate) dilakukan
maka dibutuhkan sekolah dalam skala besar, waktu yang lebih lama, dan
biaya yang lebih besar. Keterbatasan waktu dan biaya yang diperlukan oleh
peneliti mengakibatkan tahap penyebaran tidak dilakukan (Ayuningtyas, &
Supardi, 2015).
3. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan bahan ajar berbasis invertigasi ini menggunakan
model pengembangan 4-D merupakan singkatan dari Define, Design,
Development, and Dessiminate yang dikembangkan oleh Thiagarajan pada
tahun 1974.
Prosedur pengembangan terdiri dari tiga tahap yaitu, tahap pendefenisian
(define), tahap perancangan (design), dan tahap pengembangan (development).
Penjelasan mengenai tahap-tahap prosedur pengembangan adalah sebagai
berikut:
a. Tahap Pendefenisian (Define)
Tahap pertama yaitu tahap pendefenisian (define). Tahap ini bertujuan
untuk menetapkan dan mendefenisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap
pendefinisian terdiri dari 3 langkah antara lain analisis kurikulum, analisis
siswa dan analisis materi (Widiyatmoko, 2013).
a) Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kesenjangan
antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di
lapangan. Kurikulum yang menjadi pedoman dalam penyususn media ini
adalah kurikulum 2013 (Kusumaningrum dkk., 2013). Analisis kurikulum
dapat dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan data, biasa dilakukan
dengan observasi, wawancara, dan angket. Analisis kurikulum yang
dilakukan di MAN 3 Batanghari adalah melakukan wawancara observasi
pelaksanaan pembelajaran dan studi dokumentasi.
b) Analisis Siswa
Analisi siswa bertujuan untuk mengetahui kegiatan tentang karakteristik
siswa. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari siswa yang
akan diteliti seperti permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran, tingkat kemampuan dasar pada setiap siswa, strategi yang
sering dipakai dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi siswa (Sifat, 2014).
c) Analisis Media Pembelajaran
Analisis media pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
media pembelajaran yang digunakan untuk materi suhu dan kalor dapat
meningkatkan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah fisika.
Setelah mengobservasi media pembelajaran yang digunakan oleh MAN 3
Batanghari adalah LKS. LKS yang digunakan hanya berisi sedikit materi dan
sangat kurang gambar sehingga siswa kesulitan untuk memahami materi.
b. Tahap Perancangan (Design)
Tujuan dari tahap perancangan ini adalah merancang media pembelajaran
fisika yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan (Widiyatmoko, 2013).
1. Menyusun Indikator
Indikator merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan
pembelajaran. Indikator dikembangkan dari Kompetensi Dasar yang
disesuaikan dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, dan satuan
pendidikan. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun produk yang
akan peneliti kembangkan dan indikator juga dapat dijadikan sebagai acuan
terhadap berhasil atau tidak berhasilnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2. Memilih Media
Memilih media pembelajaran haruslah sesuai tuntutan hasil analisa
kurikulum, siswa, dan materi. Hal ini berguna untuk membantu peserta didik
dalam pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar yang diharapkan.
Memilih media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang
relevan dengan karakteristik materi dan sesuai dengan tujuan pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan rencana
(Kurniawan dkk., 2017). Berdasarkan analisis kurikulum, analisis siswa, dan
analisis materi maka media yang dipilih adalah media pembelajaran berbasis
investigasi.
3. Merancang Media Pembelajaran
Merancang media pembelajaran adalah proses pembuatan produk yang
dikembangkan. Merancang media pembelajaran harus sesuai dengan metode
investigasi. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dan diperlukan
dalam merancang bahan berbasis investigasi adalah:
a. Mengkaji kesesuaian materi pembelajaran menunjang ketercapaian KI
dan KD dan memiliki sumber-sumber bahan ajar.
b. Tampilan pertama pada bahan ajar diisi dengan halaman sampul media
yang berisi judul bahan ajar, satuan pendidikan MAN 3 Batanghari
kelas X.
c. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
benar dan dapat dipahami oleh siswa.
d. Uraian materi yang dilengkapi gambar, dan rumus.
e. Gambar diadopsi dari buku paket dan internet dari halaman resmi dan
terakreditasi sehingga gambar terlihat jelas yang sesuai dengan materi
suhu dan kalor.
c. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap ini bertujuan menghasilkan media pembelajaran fisika yang telah
ditelaah dan divalidasi oleh dosen, serta sudah teruji kepraktisan dan
keefektifannya (Widiyatmoko, 2013).
1. Validasi ahli
Media pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa terlebih
dahulu divalidasi. Tujuan validasi adalah memeriksa kebenaran konsep-
konsep dan tata bahasa dalam bahan ajar dalam tahap validasi, jika
validator menyatakan media pembelajaran yang dikembangkan belum
valid maka tentu peneliti harus melakukan revisi terhadap produk tersebut
dan jika validator menyatakan valid, maka media pembelajaran yang
dikembangkan dapat dilanjutkan ke uji coba kelompok kecil. Masukan
dari validator digunakan untuk memperbaiki media pembelajaran yang
dikembangkan.Validasi dilakukan oleh 3 orang dosen sesuai dengan
bidang kajiannya.
2. Uji coba kelompok kecil
Uji coba dalam kelompok kecil dilakukan kepada siswa di MAN 3
Batanghari dengan jumlah sampel terbatas yang berjumlah 8-10 siswa
untuk mengetahui hasil penerapan media pembelajaran dalam
pembelajaran di kelas. Setelah diuji cobakan dalam kelompok kecil,
produk direvisi kembali untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam
produk, hal ini dilakukan sebelum produk tersebut dilanjutkan pada tahap
uji coba kelompok besar.
3. Uji coba kelompok besar
Uji coba kelompok besar dilakukan untuk memperoleh masukan akhir.
Uji coba kelompok besar dilakukan kepada siswa di MAN 3 Batanghari
dengan skala besar atau satu kelas untuk mengetahui hasil penerapan
bahan ajar dikelas. Setelah diuji cobakan dalam kelompok besar produk
direvisis kembali sehingga produk yang dihasilkan valid dan praktis.
Adapun prosedur penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dibawah ini.
Gambar 3.1 . Bagan prosedur penelitian pengembangan 4-D diadaptasikan
dari Thiagrajan dkk, (1974) dalam (Siti Aisyah, 2018:22).
4. Uji Coba/Validasi, Evaluasi dan Revisi Model
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa
pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru
yang dirancang tersebut (Sugiyono, 2012). Tim validator terdiri atas ahli
materi, media, dan bahasa. Validator ahli materi, media dan bahasa
Revisi
Revisi
Uji Coba Kelompok Kecil
Analisis Hasil Uji Coba
Media pembelajaran fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor
untuk siswa kelas X MAN 3 Batanghari.
Revisi
Analisis Kurikulum 2013
Analisis Kurikulum Analisis Siswa Analisis Materi
Menyususn Indikator
Perancangan bahan ajar
Memilih Media
Analisis Hasil Uji Coba
Valid
Uji Coba Kelompok Kecil
Belum Valid
Validitas Ahli
Define
Design
Development
merupakan dosen jurusan pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Adanya validasi yang dilakukan dapat diketahui
kelemahan dan kelebihan produk yang telah dibuat. Penilaian kelayakan oleh
validator menggunakan angket yang berupa angket terbuka, sehingga
validator dapat dengan mudah menuliskan kritik dan saran mengenai bentuk
produk.
Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para
ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya (Sugiyono, 2012). Hal
ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi kelemahan-kelemahan
yang ditemukan pada saat validasi. Produk yang telah divalidasi dan
dinyatakan valid dapat dilakukan uji coba pemakaian. Produk bahan ajar
tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luas. Namun
tidak lepas dari penilaian kekurangan atau hambatan yang muncul. Uji coba
pemakaian dilakukan di kelas X MAN 3 Batanghari dengan cara
menggunakan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran.
Ada tiga hal subjek uji coba penelitian pengembangan sebagai berikut:
a. Telaah Pakar (Expert Judgement)
Telaah pakar dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang media
pembelajaran. Telaah pakar terdiri dari tiga ahli materi, ahli media, dan ahli
bahasa. Uji coba pakar yang digunakan berupa angket tertutup untuk
memperoleh masukan awal terhadap media pembelajaran, dimana data yang
diperoleh merupakan data kualitatif. Peneliti merevisi media pembelajaran
berdasarkan data yang terkumpul dari saran validator dan dilanjutkan dengan
uji coba kekelompok kecil.
b. Uji coba kepada kelompok kecil (Small Group Try-out)
Tujuan uji coba ini adalah untuk mendapatkan informasi apakah media
pembelajaran baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan media
pembelajaran yang lama atau yang lain (Sugiyono, 2012). Untuk melihat
keefektifan bahan ajar yang dikembangkan dapat dilakukan dengan meminta
pendapat responden. Uji coba dapat dilakukan pada kelompok terbatas.
Dalam penelitian ini produk yang berupa media pembelajaran berbasis
investigasi yang divalidasi diujikan kepada 8-10 siswa. Media pemebelajaran
diberikan kepada siswa untuk dipelajari oleh siswa dalam kelompok kecil.
Setelah selesai uji coba kelompok kecil penelitian memberikan angket kepada
siswa dan meminta siswa mengisi angket yang telah disediakan. Angket yang
diberikan berupa angket tertutup.
c. Uji coba lapangan (Field Try-out)
Menurut Branch (2009:124) dalam (Siti Aisyah, 2018:28) “Ujicoba
lapangan adalah langkah terakhir pada evaluasi formatif. Uji coba lapangan
ini melibatkan satu kelas”. Pada uji coba lapangan melibatkan 20 orang siswa
kelas X MAN 3 Batanghari. Lembar observasi dan angket yang digunakan
berupa angket tertutup dengan tujuan untuk melihat taanggapan siswa
terhadap media pembelajaran serta hasil belajar siswa apakah telah mencapai
standar yang telah ditetapkan atau tidak. Setelah mendapatkan saran dan
masukan produk lalu direvisi dan dihasilkan sebuah produk yang valid dan
praktis.
5. Implementasi Model
Implementasi produk dilakukan setelah revisi media pembelajaran pada
tahap ini, peneliti mengujicobakan media pembelajaran yang dikembangkan.
Adapun langkah yang dilakukan adalah uji coba kelompok kecil dan uji coba
kelompok besar. Uji coba dalam kelompok kecil dilakukan di MAN 3
Batanghari dengan jumlah 8-10 orang siswa, sedangkan uji coba dalam
kelompok besar dilakukan di MAN 3 Batanghari dengan skala besar atau 1
kelas. Media pembelajaran yang telah divalidasi selanjutnya diuji cobakan
kepada siswa yang merupakan sampel sasaran pengguna produk. Sampel
pada penelitian ini adalah kelas X MAN 3 Batanghari.
6. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Pengumpulan data dan analisis data terdiri dari tiga tahap yaitu, teknik
pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan analisis data.
Penjelasan mengenai tahap-tahap pengumpulan data dan analisis data adalah
sebagai berikut:
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2012). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data non tes. Non tes digunakan
untuk mengetahui kondisi awal subjek sebelum diberi perlakuan dengan
menggunakan produk tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan angket.
Adapun penjelasan mengenai instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
angket (Sugiyono, 2012). Observasi ini bertujuan untuk menemukan
kendala atau masalah apa saja yang terjadi pada proses pembelajaran
selama ini dan juga melihat efektifitas dari produk yang dikembangkan
oleh peneliti. Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan guru
dan siswa pada saat proses pembelajaran. Observasi dilakukan selama
proses pembelajaran dengan mengamati bagaimana cara guru
menyampaikan materi, serta bagaimana perilaku siswa yang tampak pada
proses pembelajaran tersebut.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit (Sugiyono, 2012). Wawancara bertujuan untuk
mengungkapkan kendala-kendala yang terjadi pada penerapan kurikulum,
siswa dan materi sehingga peneliti memperoleh informasi serta ditindak
lanjuti dan dicari solusi. Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka
dan tanya jawab antar pewawancara dengan penjawab atau responden,
dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Wawancara langsung dilakukan kepada guru mata pelajaran
fisika dan siswa kelas X MAN 3 Batanghari.
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012). Angket bertujuan untuk
mendapatkan penilaian kualitas produk dari segi bentuk, kebenaran materi,
bahasa dan kemudahan dalam pengumpulan data. Angket merupakan
teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara
memberikan beberapa pertanyaan tertulis. Setiap angket memiliki kisi-kisi
penilaian berdasarkan materi, bentuk, dan bahasa. Angket tersebut terbagi
menjadi 4 jenis, yaitu angket penilaian validitas bentuk, penilaian validitas
materi, penilaian validitas bahasa, dan penilaian persepsi siswa.
Penyebaran angket validasi bentuk, materi, dan bahasa dilakukan setelah
peneliti melakukan validasi kepada validator terhadap produk yang akan
dikembangkan, sedangkan penyebaran angket persepsi siswa dilakukan
pada akhir pembelajaran karena dianggap lebih efektif, sehingga tidak
mengganggu aktivitas belajar siswa.
b. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, dimana data tersebut
akan diujikan sebagai acuan penelitian oleh para ahli terhadap produk yang
dihasilkan. Menurut Arikunto dalam (Febrianto., dkk 2013) defenisi instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket validasi, angket persepsi siswa,
dan lembar penilaian. Penjelasan mengenai instrumen pengumpulan data
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lembar validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian kebenaran produk yang
akan dikembangkan oleh peneliti (Aisyah, 2018). Lembar validasi pada
penelitian ini digunakan untuk memperoleh masukan dari para validator
yang terdiri dari dosen ahli. Hasil validasi digunakan sebagai bahan
evaluasi media pembelajaran fisika bebasis investigasi yang
dikembangkan. Lembar validasi ini akan digunakan untuk memperoleh
data kualitas produk ditinjau dari beberapa komponen seperti, kelayakan
materi, kelayakan media, dan komponen bahasa. Lembar validasi ini
dususun menggunakan skala Likert (1-5).
2. Angket respon guru dan siswa
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh
responden (Aisyah, 2018). Angket ini digunakan untuk mengetahui sikap
atau respon guru dan siswa terhadap produk yang dikembangkan.
Penilaian ini dilakukan setelah keseluruhan kegiatan pembelajaran selesai
dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran fisika berbasis
investigasi pengembangan ini. Instrument ini disusun menggunakan skala
Likert (1-5).
3. Lembar penilaian
Lembar penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik
(Aisyah, 2018). Instrumen efektifitas pengumpulan data yang digunakan
adalah lembar soal yang berjumlah 20 soal dalam bentuk pilihan ganda.
Soal diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran berlangsung
yaitu pada akhir pertemuan untuk melihat batas pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan.
c. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah data kualitatif dalam bentuk
deskriptif. Analisis validitas, praktikalitas dan efektifitas bersumber dari
angket. Skor angket menggunakan skor skala likert yang kemudian dianalisis
menggunakan teknik persentase untuk mendeskripsikan validitas dan
praktikalitas media pembelajaran. Analisis data terdiri dari beberapa analisis
yaitu, analisis validitas dan analisis praktikalitas. Penjelasan mengenai analisis
data adalah sebagai berikut:
1. Analisis Validitas Media Pembelajaran
Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan skala likert.
Data analisis validitas berupa skor skala likert dan dianalisis menggunakan
teknik persentase (Saputro, 2017:47). Selain itu, “Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang tentang kejadian
atau gejala sosial (Riduwan, 2016:38). Penskoran untuk setiap item
menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Penskoran butir skala likert
Skor Kategori
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup Baik
2 Tidak Baik
1 Sangat Tidak Baik
(Riduwan, 2016)
Perhitungan data nilai hasil validitas dianalisis dalam skala (0-100)
dilakukan dengan menggunakan rumus:
( ) ( )
Keterangan:
NP = Nilai Persentasi yang dicari
PS = Perolehan Skor
SM = Skor Maksimum
Kriteria kevalidan perangkat pembelajaran berdasarkan nilai akhir
yang didapatkan dan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Klasifikasi kriteria tingkat kevalidan media pembelajaran
Interval Kriteria Kategori
81% - 100% Sangat Valid
61% - 80% Valid
41% - 60% Cukup Valid
21% - 40% Kurang Valid
0% - 20% Tidak Valid
(Riduwan, 2016)
2. Analisis Kepraktisan Media Pembelajaran
Analsis kepraktisan bahan ajar dilakukan dengan menggunakan
skala likert, penskoran untuk setiap item menggunakan skala likert dengan
alternatif jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Penskoran butir skala likert
Skor Kategori
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Cukup Setuju
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
(Riduwan, 2016)
Perhitungan data nilai akhir angket siswa respon keterpakaian
dianalisis dalam skala (0-100) dilakukan dengan menggunakan rumus:
( ) ( )
Keterangan:
NP = Nilai Persentasi yang dicari
PS = Perolehan Skor
SM = Skor Maksimum
Sumber: Dimodifikasi dari (Riduwan, 2016:42)
Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran berdasarkan nilai
akhir yang didapatkan dan dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Klasifikasi kategori interval praktikalitas media pembelajaran.
Interval Kategori
81% - 100% Sangat praktis
61% - 80% Praktis
41% - 60% Cukup praktis
21% - 40% Kurang praktis
0% - 20% Tidak praktis
(Riduwan, 2016)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan Media Pembelajaran
Bab ini menjelaskan mengenai proses dan hasil pengembangan media
pembelajaran yang telah dikembangkan, dalam hal ini produk yang
dikembangkan adalah media pembelajaran fisika berbasis Investigasi. Media
pembelajaran fisika berbasis Investigasi ini merupakan salah satu media
pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan minat belajar dan
memudahkan siswa dalam memahami materi pemebelajaran fisika khususnya
Suhu dan kalor.
Media pembelajaran fisika berbasis Investigasi pada materi Suhu dan kalor
yang telah diteliti dan dikembangkan dengan mengacu pada model
pengembangan 4-D yang terdiri dari empat tahap yaitu definisian (define),
perencanaan (design), pengembangan (development), dan penyebaran
(dessiminate) (Fitriya et al., n.d.). Pengembangan media pembelajaran fisika
dalam penelitian ini menunjukkan pada dua syarat kualitas yaitu, valid dan
praktis. Adapun hasil yang diperoleh pada tiap-tiap fase pengembangan
media pemebelajaran yang dimaksud diuraikan berikut ini:
1. Tahap Define (Pendefinisian)
Tahap ini adalah tahap awal yang harus dimulai sebelum
merancangmedia pembelajaran. Dimana tahap ini meliputi beberapa tahap
yaitu:
a. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum lebih difokuskan pada analisis indikator untuk
materi Suhu dan Kalor. Kurikulum merupakan perangkat yang sangat
penting karena menjadi dasar dari proses pendidikan (Sukiminiandari dkk.,
2015). Kurikulum yang menjadi pedoman dalam penyusunan media
pembelajaran ini adalah kurikulum 2013 (K13). Dari hasil analisis tentang
materi suhu dan kalor, kompetensi dasar dijabarkan menjadi indikator-
indikator pencapaian pembelajaran dan tujuan pembembelajaran,
indikatornya sebagai berikut:
1. Mengkalibrasikan termometer dengan skala sembarang.
2. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar pemuaian zat
padat, zat cair, dan gas.
3. Membedakan besar pemuaian (panjang, luas dan volume) pada berbagai
zat secara kuantitatif.
4. Menganalisis pengaruh kalor tehadap suhu dan wujud benda.
5. Menerapkan Azas Black secara kuantitatif.
b. Analisis Siswa
Analisis siswa bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap
karakteristik siswa yang meliputi usia, motivasi belajar, dan kemapuan
akademik. Analisis siswa perlu dilakukan karena hal ini menjadi dasar dari
penyusunan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Analisis siswa dilakukan dengan pengamatan dan wawancara dengan
siswa (Sifat, 2014).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di MAN 3 Batanghari
terhadap siswa, didapat data bahwa siswa kelas X dituntut menyelesaikan
masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi suhu dan kalor. Usia
siswa di MAN 3 Batanghari berkisar antara usia 16-17 tahun. Pengamatan
yang dilakukan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran, ada beberapa
siswa yang lebih antusias mendengarkan penjelasan guru mengenai materi
yang dipelajari, siswa cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
mengenai kejadian yang terjadi disekitar siswa yang berhubungan dengan
materi yang sedang dipelajari (Latifah & Widjajanti, 2017).
Hasil wawancara yang dilakukan secara tidak formal mengenai
kemampuan akademik siswa, didapat informasi bahwa berdasarkan
ulangan harian dan pengamatan yang dilakukan guru selama proses
pembelajaran didapatkan data bahwa tingkat kemampuan siswa terhadap
materi yang dipelajari berbeda-beda (Sri Wulanningsih dkk., 2012). Ada
yang cepat memahami materi, dan ada yang perlu pengulangan beberapa
kali baru mereka paham dengan materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara, peneliti mengambil kesimpulan bahwa siswa
akan tertarik, aktif dan mudah dalam memahami materi yang disampaikan
dengan cara menyajikan masalah-masalah atau kasus-kasus yang dekat
dengan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
c. Analisis Media Pembelajaran
Analisis media pemebelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana media pemebelajaran yang digunakan untuk materi suhu dan kalor
dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah
fisika. Setelah mengobservasi media pemebelajaran yang digunakan oleh
MAN 3 Batanghari adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang
digunakan hanya berisi sedikit materi dan sangat kurang gambar sehingga
siswa kesulitan untuk memahami materi
2. Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap ini dilakukan serangkaian kegiatan untuk membuat
media pemebelajaran, adapun rangkaaian kegiatan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Merancang kerangka media pemebelajaran.
Kegiatan merancang kerangka media pada tahap ini bertujuan
untuk merumuskan dan menetapkan indikator yang menjadi landasan
untuk memilih materi yang ditampilkan dalam media yang
dikembangkan.
b. Perancangan (design)
Desain media pemebelajaran yang telah dirancang adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.1. Cover Media Pembelajaran Fisika
Gambar 4.2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Suhu dan Kalor
Gambar 4.7. Kegitan Pratikum 1 Memberi Skala Termometer
Gambar 4.8. Materi Pembelajaran Perbandingan Skala Termometer
Gambar 4.9. Materi Pembelajara Hubungan Antara Termometer Celcius,
Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin
Gambar 4.10. Materi Pembelajaran, Rumus Perbandingan Skala Termometer
Gambar 4.13. Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Cair dan Gas
Gambar 4.14. Materi Pembelajaran Pemuaian Gas
Gambar 4.18. Kegiatan Pratikum 2 Hubungan Kalor Dan Kalor Jenis
Gambar 4.19. Materi Pembelajaran Kalor Jenis dan Kapasitas
Gambar 4.20. Materi Pembelajaran Asas Black
Setelah merancang media pembelajaran kemudian tahap
selanjutnya yaitu tahap validasi oleh para ahli, yang mana saran dan
masukan yang diberikan sebagai penyempurna media pembelajaran yang
dikembangkan sebelum diuji cobakan. Uji coba dilakukan di MAN 3
Batanghari.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Setelah proses perancangan desain pembelajaran selesai dilakukan,
maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu tahap pengembangan. Tujuan
tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan media pembelajaran
fisika yang valid sehingga layak digunakan sebagai media dalam proses
pembelajaran. Pada tahap pengembangan dilakukan validasi bahan ajar
oleh 3 validator yaitu validator ahli materi di validasi oleh bapak Zainal
Hartoyo, M.Pd, ahli media di validasi oleh bapak Abdul Rahim, M.Pd, dan
yang terakhir ahli bahasa di validasi oleh bapak Drs. Mursyid, M.Pd.
B. Kelayakan Media Pembelajaran
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan oleh 3 validator. Masing-masing validator
tersebut memberikan penilaian terhadap media pemebelajaran fisika berbasis
Investigasi.
a) Hasil Validasi Ahli Materi
Media pembelajaran fisika yang telah dirancang dilakukan uji
validasi. Validasi materi dilakukan oleh validator materi pada Bapak Zainal
Hartoyo, M.Pd Validasi atau penilaian dilakukan oleh ahli materi dengan
tujuan untuk mengetahui kelayakan materi yang ada pada media
pembelajaran fisika berdasarkan pemikiran rasional, belum berdasarkan
fakta di lapangan. Validasi yang dilakukan kepada Bapak Zainal Hartoyo,
M.Pd. media pemebelajaran yang peneliti kembangkan ada yang harus
direvisi, saran validator dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Saran Validator Materi Untuk Media Pembelajaran Fisika
No Nama Validator Saran Perbaikan
1 Zainal Hartoyo, Tambahkan Memperbaiki dengan
M.Pd bagian atau materi
terkait dengan
kegiatan
investigasi
menambah kegiatan
pratikum sesuai
dengan saran
validator.
Berdasarkan saran dari validator, peneliti memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada pada media pemebelajaran fisika sehingga
media pemebelajaran fisika sudah dikategorikan “Sangat Valid” untuk diuji
cobakan. Hal ini dibuktikan dengan nilai validasi materi yang diperoleh
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Materi Terhadap Media Pembelajaran Fisika
No Standar Penilaian Skor
1 Kesesuaian materi suhu dan kalor dengan silabus 4
2 Kesesuaian materi dengan KI dan KD pada kurikulum 5
3 Kesesuaian penyajian materi suhu dan kalor dengan
pendekatan pembelajaran sehingga dapat menarik minat
siswa
4
4 Kesesuaian materi dengan siswa MAN kelas X 4
5 Kesesuaian cakupan materi dengan pendekatan
pembelajaran
4
6 Kesesuaian gambar dengan materi sehingga mudah
dipahami
5
7 Kesesuaian materi diuraikan dengan bahasa yang mudah
dipahami siswa
5
8 Kesesuaian gambar dengan warna bervariasi menarik
sehingga dapat menyampaikan pesan
5
9 Kesesuaian dengan menggunakan angka yang sesuai
dengan
materi pembelajaran
4
10 Kesesuaian bahasa yang digunakan sederhana dan
penyusunan materi lugas dan mudah dipahami siswa
5
Jumlah Skor 45
Nilai Validasi =45
5
=90%
Berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli materi diperoleh persentase
90%. Skor ini termasuk dalam rentang 81-100 dalam kriteria penskoran,
yang artinya media pemebelajaran fisika ini sangat valid digunakan sebagai
media pembelajaran.
b) Hasil Validasi Ahli Media
Media pemebelajaran fisika yang telah dirancang dilakukan uji
validasi. Validasi media dilakukan oleh validator media pada Bapak
Abd.Rahim, M.Pd. Validasi atau penilaian dilakukan oleh ahli media
dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan media yang ada pada media
pemebelajaran fisika berdasarkan pemikiran rasional, belum berdasarkan
fakta di lapangan. Validasi yang dilakukan kepada Bapak Abdul Rahim,
M.Pd, media pemebelajaran yang peneliti kembangkan ada yang harus
direvisi, saran validator dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Saran Validator Media Untuk Media Pembelajaran Fisika
No Nama Validator Saran Perbaikan
1 Abdul Rahim, M.Pd Munculkan
fenomena terlebih
dahulu sebelum
melakukan
kegiatan pratikum
Memperbaiki dengan
menambah fenomena
yang telah disarankan
oleh validator
Berdasarkan saran dari validator, peneliti memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada pada media pemebelajaran fisika sehingga media
pemebelajaran fisika sudah dikategorikan “Valid” untuk diuji cobakan. Hal
ini dibuktikan dengan nilai validasi media yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel 4.4
Tabel 4.4
Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Media/Desain Terhadap Media
Pembelajaran Fisika
NO Standar Penilaian Skor
1 Desain cover sesuia isi materi 4
2 Kesesuaian media pemebelajaran fisika dengan indikator dan
tujuan pembelajaran
4
3 Kesesuaian media pembelajaran fisika dengan materi
pemebelajaran
4
4 Kesesuaian media pemebelajaran fisika dengan pendekatan
pembelajaran
yang digunakan
4
5 Kesesuaian media pemebelajaran fisika sehingga mudah
digunakan
4
6 Kesesuaian media pemebelajaran fisika yang dibuat dengan
konsep yang dibuat dengan konsep yang digunakan
4
7 Kesesuaian media pemebelajaran fisika yang dibuat dapat
meningkatkan proses pembelajaran lebih menarik siswa
untuk pemehaman
konsep materi
4
8 Kesesuaian kalimat yang dugunakan mudah dipahami 4
9 Kesesuaian gambar dengan warna bervariasi menarik,
sehingga cepat menyampaikan pesan
4
10 Kesesuaian dengan alokasi waktu dan sarana prasarana
sekolah
4
Jumlah Skor 40
Nilai Validasi =4
5
=80%
Berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli media diperoleh presentase
80% skor ini termasuk dalam rentang presentase 61-80. Skor ini termasuk
dalam rentang valid dalam kriteria penskoran yang artinya media
pemebelajaran fisika ini valid digunakan sebagai media pembelajaran.
c) Hasil Validasi Ahli Bahasa
Media Pembelajaran Fisika yang telah dirancang dilakukan uji
validasi. Validasi bahasa dilakukan oleh validator bahasa pada Bapak
Drs.Mursyid, M.Pd. Validasi atau penilaian dilakukan oleh ahli bahasa
dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan bahasa yang ada pada medi
pemebelajaran berdasarkan pemikiran rasional, belum berdasarkan fakta di
lapangan. Validasi yang dilakukan kepada Bapak Drs.Mursyid, M.Pd,
media pemebelajaran yang peneliti kembangkan tidak ada yang harus
direvisi dan media pembelajaran sudah valid untuk digunakan. Hal ini
dibuktikan dengan nilai validasi media yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel 4.5
Tabel 4.5
Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Bahasa Terhadap Media Pembelajaran
Fisika
No Standar Penilaian Skor
1 Kesesuaian penulisan dan ukuran huruf 4
2 Tampilan media pembelajaran fisika menarik 4
3 Kesesuaian bahasa sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan
(EYD)
3
4 Bahasa yang digunakan komunikatif 4
5 Gambar yang digunakan membantu mempermudahkan
memahami materi
4
6 Kalimat yang digunakan jelas dan mudah dimengerti 4
7 Kejelasan petunjuk dan arahan 4
8 Istilah yang digunakan mudah dipahami 4
9 Kesesuaian gambar dengan warna bervariasi, menarik
sehingga dapat menyampaikan pesan
4
10 Kejelasan huruf dan angka 4
Jumlah Skor 39
Nilai Validasi
= 78%
Berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli bahasa diperoleh persentase
78%. Skor ini termasuk dalam rentang 61-80 dalam kriteria penskoran, yang
artinya media pembelajaran fisika ini valid digunakan sebagai media
pembelajaran. Maka media pemebelajaran dapat diuji cobakan di MAN 3
Batanghari.
Berdasarkan hasil analisa validasi ahli materi, media dan bahasa
media pemebelajaran fisika sudah dikategorikan “Valid” untuk diuji
cobakan. Hal ini dibuktikan dengan nilai validasi ahli materi, media, dan
bahasa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Klasifikasi Hasil Penilaian Validator Ahli Materi, Media Dan Bahasa
Terhadap Media Pembelajaran Fisika.
No Validator Ahli Jumlah Rata-rata Persentase Kategori
1 Materi 45 4,5 90% Sangat Valid
2 Media 40 4,0 80% Valid
3 Bahasa 39 3,9 78% Valid
Jumlah Total 124 4 82,6% Sangat Valid
Kategori Valid
Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh hasil dari validator ahli materi,
media, dan bahasa materi, media dan bahasa dengan jumlah 124, rata-rata 4,
dan persentase 82,6%. Persentase total pada validator materi, media dan
bahasa sebesar 82,6%. Menunjukkan bahwa media pemebelajaran fisika
yang peneliti kembangkan sudah masuk dalam kategori “Sangat Valid”
untuk diuji cobakan kepada subjek uji coba di MAN 3 Batanghari.
2. Uji Coba Kelompok Kecil
Uji kelompok kecil dilakukan dengan tujuan untuk melihat kepraktikalitas media
pembelajaran fisika berbasis Investigasi sebelum dilakukan uji coba kelompok besar.
Adapun hasil dari uji coba kelompok kecil adalah sebagai berikut:
a) Uji Praktikalitas
Uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui tingka kepraktisan
media pembelajaran fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor.
Uji praktikalitas dilakukan dengan memberikan angket praktikalitas kepada
siswa. Angket praktikalitas yang diberikan terdiri dari 15 pertanyaan
menggunakan skor skala likert (1-5). Hasil analisa praktikalitas siswa kelas
X dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8
Klasifikasi Hasil Analisa Praktikalitas Siswa Terhadap Media
Pembelajaran Fisika
No Aspek yang dinilai Jumlah
Skor
Persentase Kategori
1 Media pemebelajaran
memiliki tampilan yang
menarik.
31
Praktis
2 Cover yang digunakan pada
media pembelajaran sesuai
dengan materi
31
Praktis
3 Background yang digunakan
pada media pembelajaran
menarik
33
Sangat
praktis
4 Huruf yang digunakan pada
media pembelajaran menarik
31
Praktis
5 Tulisan dapat dibaca dengan
jelas
34
Sangat
Praktis
6 Gambar pada media
pembelajaran menarik perhatian
saya.
31
Praktis
7 Keserasian bentuk huruf pada
teks dengan background pada
31
Praktis
bahan ajarmenarik perhatian
saya.
8 Materi pembelajaran pada
bahan ajar sesuai dengan
kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran
35
Sangat
Praktis
9 Bahasa yang digunakan pada
bahan ajar mudah dimengerti
33
Sangat
Praktis
10 Dengan menggunakan bahan
ajar memudahkan saya dalam
mengingat materi
pembelajaran
34
Sangat
Praktis
11 Soal pada bahan ajar sangat
berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari
32
Sangat
Praktis
12 Gambar sesuai dengan
kehidupan sehari-hari
32
Sangat
praktis
13 Dengan menggunakan bahan
ajar saya termotivasi untuk
belajar
37
Sangat
Praktis
14 Saya tertarik untuk
mempelajari materi suhu dan
kalor dengan menggunakan
bahan ajar
32
Sangat
Praktis
15 Belajar dengan bahan ajar
dapat menghemat waktu
34
Sangat
Praktis
Jumlah 491
Sangat
Praktis
Persentase 82%
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh hasil praktikalitas pada kelompok
kecil dengan jumlah 491, rata-rata 4,1, dan persentase 82% menunjukkan
bahwa bahan ajar fisika yang peneliti kembangkan sudah termasuk dalam
kategori “Sangat Praktis”. Setelah melakukan uji kecompok kecil dengan
penilaian respon siswa yang dinyatakan sangat praktis tanpa adanya revisi
maka selanjutnya dilakukan uji coba kelompok besar yang mana dilakukan
di MAN 3 Batanghari.
3. Uji Coba Kelompok Besar
Uji coba kelompok besar dilakukan untuk memperoleh masukan akhir.
Uji coba kelompok besar dilakukan kepada siswa di MAN 3 Batanghari
dengan jumlah 20 siswa untuk mengetahui hasil penerapan media
pemebelajaran dalam pembelajaran dikelas. Setelah diuji cobakan dalam
kelompok besar produk direvisi kembali sehingga produk yang dihasilkan
valid dan praktis.
a) Uji Praktikalitas
Uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepraktisan
media pembelajaran. Uji coba dilakukan kepada guru dan siswa di MAN 3
Batanghari untuk memperoleh masukan akhir.
1) Respon Guru Mata Pelajaran Fisika
Setelah kegiatan pembelajaran guru fisika di MAN 3 Batanghari yaitu Ibu
Sri Wahyuningsi, S.Si memberikan penilaian atau respon terhadap media
pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti secara keseluruhan sesuai
dengan kurikulum, kebutuhan siswa, dan materi. Adapun hasil yang
diperoleh dari angket yang ditunjukkan kepada Ibu Sri Wahyuningsi, S.Si
dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10
Klasifikasi Hasil Praktikalitas Respon Guru Terhadap Media Pembelajaran
Fisika
No Aspek yang dinilai Rata-
rata
Kategori
A Kemudahan Penggunaan
1 Mudah digunakan karena memiliki
petunjuk penggunaan media
pembelajaran fisika
4 Praktis
2 Media pembelajaran fisika jelas dan
sistematis
3 Cukup
Praktis
3 Media pembelajaran fisika menggunakan
kalimat yang sederhana
4 Praktis
4 Media pembelajaran fisika menggunakan
gambar yang jelas sehingga mudah
dimengerti
4 Praktis
5 Media pembelajaran fisika praktis dan
mudah digunakan
4 Praktis
6 Media pembelajaran fisika dapat digunakan
sewaktu-waktu secara mudah
4 Praktis
B Efesiensi Waktu Pembelajaran
1 Dengan menggunakan media
pembelajaran fisika ini waktu
pembelajaran menjadi lebih efesien
4 Praktis
2 Siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan belajarnya masing-masing
3 Cukup
Praktis
C Manfaat
1 Media pembelajaran fisika mendukung
peran guru sebagai fasilitator
5 Sangat
Praktis
2 Media pembelajaran fisika mengurangi
beban guru untuk menjelaskan materi
berulang-ulang
4 Praktis
3 Guru mudah memantau aktivitas belajar
siswa
4 Praktis
4 Media pembelajaran fisika membantu
siswa memahami materi
4 Praktis
5 Gambar membantu siswa memahami
materi
4 Praktis
6 Media pembelajaran fisika membantu
siswa belajar mandiri
4 Praktis
Total rata-rata
Sangat
Praktis
Persentase 78,6% Sangat
Praktis
Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat hasil tanggapan guru terhadap media
pembelajaran fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor secara
keseluruhan media pembelajaran ini dinilai “Sangat Praktis” dengan tingkat
kepraktisan 78,6%.
2) Respon Siswa
Respon siswa dilakukan untuk mengetahui tingkat kepraktisan
media pembelajaran fisika. Angket respon siswa dibagikan pada pertemuan
ketiga setelah kegiatan pembelajaran selesai. Angket respon siswa yang
diberikan terdiri dari 15 pertanyaan menggunakan skor skala likert (1-5).
Hasil analisa hasil praktikalitas respon siswa kelas X dapat dilihat pada
Tabel 4.11
Tabel 4.11
Klasifikasi Hasil Praktikalitas Respon Siswa Terhadap Media
Pembelajaran Fisika
No Aspek yang dinilai Jumlah
Skor
Persentase Kategori
1 Media pembelajaran memiliki
tampilan yang menarik.
82
Sangat
Praktis
2 Cover yang digunakan pada
media pembelajaran sesuai
dengan materi
87
Sangat
Praktis
3 Background yang digunakan
pada media pembelajaran
83
Sangat
praktis
menarik
4 Huruf yang digunakan pada
media pembelajaran menarik
80
Sangat
Praktis
5 Tulisan dapat dibaca dengan
jelas
92
Sangat
Praktis
6 Gambar pada media
pembelajaran menarik
perhatian saya.
81
Sangat
Praktis
7 Keserasian bentuk huruf pada
teks dengan background pada
media pembelajaran menarik
perhatian saya.
79
Praktis
8 Materi pembelajaran pada
media pembelajaran sesuai
dengan kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran
86
Sangat
Praktis
9 Bahasa yang digunakan pada
media pembelajaran mudah
dimengerti
85
Sangat
Praktis
10 Dengan menggunakan media
pembelajaran memudahkan
saya dalam mengingat materi
pembelajaran
82
Sangat
Praktis
11 Soal pada media
pembelajaran sangat
berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari
80
Sangat
Praktis
12 Gambar sesuai dengan
kehidupan sehari-hari
80
Sangat
praktis
13 Dengan menggunakan media 90
Sangat
pembelajaran saya
termotivasi untuk belajar
Praktis
14 Saya tertarik untuk
mempelajari materi suhu dan
kalor dengan menggunakan
media pembelajaran
78
Praktis
15 Belajar dengan media
pembelajaran dapat
menghemat waktu
79
Praktis
Jumlah 1244
Sangat
Praktis
Persentase 82,8% Sangat
praktis
Data respon siswa mengenai penggunaan media pembelajaran fisika
diperoleh penggunaan angket praktikalitas yang diberikan kepada siswa
kelas X, angket praktikalitas respon siswa dianalisis berdasarkan skala likert
yang memiliki rentan 1-5 persentase respon siswa dalam uji coba terhadap
bahan ajar fisika secara keseluruhan bahan ajar ini dinilai sangat praktis
dengan tingkat kepraktisan 82,8% dengan kategori “Sangat Praktis” tanpa
adanya revisi. Hal ini membuktikan bahwa respon siswa terhadap media
pembelajaran fisika respon sangat baik dan adanya ketertarikan siswa
terhadap media pembelajaran yang dikembangkan.
Hasil analisis data uji praktikalitas oleh guru dan siswa di MAN 3
Batnghari menunjukkan bahwa media pembelajaran fisika yang
dikembangkan memenuhi kriteria “Sangat Praktis”. Tingkat kepraktisan
yang diperoleh dari hasil analisa angket praktikalitas respon guru memenuhi
kategori “Sangat Praktis” dengan tingkat kepraktisan sebesar 78,6%,
sedangkan hasil analisa angket praktikalitas respon siswa memenuhi
kategori “Sangat Praktis” dengan tingkat kepraktisan sebesar 82,8%. Media
pembelajaran fisika terbukti praktis digunakan dalam proses pembelajaran.
Adapun perhitungan lengkap ada pada lampiran.
C. Praktikalitas Media Pembelajaran (dalam tahapan uji coba)
1. Validasi dan Revisi Produk
Validasi media pembelajaran dilakukan oleh ahli materi/isi, ahli desain dan
ahli bahasa dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan media berdasarkan
pemikiran rasional, belum berdasarkan pakta dilapangan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kesesuain, kelebihan, dan kekurangan media
pembelajaran yang dikembangkan. Jika terdapat kekurangan baik dari segi
isi/materi, desain dan bahasa maka akan dilakukan revisi sesuai dengan saran
para pakar ahli serta dilakukan peninjauan kembali sampai media
pembelajaran siap digunakan dan diuji cobakan kelapangan.
Berdasarkan hasil validasi, maka selanjutnya media pembelajaran yang
dikembangkan direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh para ahli.
Saran yang diberikan oleh validator ahli materi/isi yaitu, tamabahkan bagian
atau materi terkait dengan kegitan investigasi. Selanjutnya saran dari
validator ahli media yaitu munculkan fenomena terlebih dahulu sebelum
melakukan kegiatan pratikum. Terakhir saran dari validator ahli bahasa yaitu,
media pembelajaran ini sudah layak digunakan. Setelah direvisi oleh peneliti,
maka diperoleh hasil dari validator ahli materi/isi, desain media dan bahasa
dengan jumlah 124, rata-rata 4, dan persentase 82,6%. Media pembelajaran
fisika yang peneliti kembangkan sudah termasuk dalam kategori “ Sangat
Valid” untuk di uji cobakan di lapangan kepada subjek uji coba di MAN 3
Batanghari.
2. Uji Coba Lapangan
Uji coba lapangan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan pada kelas X
yang berjumlah 20 siswa di MAN 3 Batnaghari yang bertujuan untuk
mengetahui kepraktisan media pembelajaran Fisika Berbasis Investigasi Pada
Materi Suhu dan Kalor. Uji praktikalitas dilakukan dengan cara memberikan
angket praktikalitas untuk memperoleh respon siswa terhadap media
pembelajaran fisika yang digunakan dalam proses pembelajara.
Hasil analisis data uji praktikalitas oleh guru dan siswa di MAN 3
Batanghari menunjukkan bahwa media pembelajaran fisika yang
dikembangkan memenuhi kriteria “Sangat Praktis”. Tingkat kepraktisan yang
diperoleh dari hasil analisa angket kepraktisan respon guru memenuhi
kategori praktis dengan tingkat kepraktisan sebesar 78,6%. Sedangkan hasil
analisa angket praktikalitas respon siswa memenuhi kategori sangat praktis
dengan tingkat kepraktisan sebesar 82,8%. Media pembelajaran fisika
terbukti sangat praktis digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun
perhitungan lengkapnya ada pada lampiran.
D. Pembahasan
Media pembelajaran fisika dalam proses pembelajaran fisika sangat
membantu guru terutama dalam memilih media pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan analisa kurikulum, analisa siswa, dan analisa materi yang ada
di MAN 3 Batanghari. Pada bagian ini dikemukakan pembahasan hasil
penelitian terhadap media pembelajaran fisika yang telah dikembangkan.
Media Pembelajaran yang telah peneliti kembangkan yaitu media
pembelajaran fisika berbasis Investigasi pada materi Suhu dan Kalor di MAN
3 Batanghari. Hasil penelitian yang akan dibahas yaitu, proses pengembangan
bahan ajar , kualitas bahan ajar yang meliputi tingkat kevalidan yang diuji
cobakan kepada validator para ahli dan kepraktisan yang diuji cobakan
kepada kelompok kecil dan kelompok besar di MAN 3 Batanghari.
1. Proses Pengembangan Media Penelitian Yang Digunakan
(Sugiyono, 2013:279) menjelaskan bahwa “Penelitian
pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut”. Secara sederhana
penelitian dan pengembangan juga didefenisikan sebagai metode penelitian
yang bertujuan untuk mengembangkan atau menghasilkan produk unggulan
yang didahului dengan penilaian untuk menguji keefektifan produk tersebut.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan R & D
dimana peneliti membuat media pembelajaran fisika berbasis investigasi yang
dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Media
pembelajaran fisika berbasis investigasi ini dibuat untuk membantu siswa
dalam memahami materi suhu dan kalor dengan cara menggunakan media
pembelajaran fisika yang lebih mengakomodasi kebutuhan siswa. Merancang
suatu produk atau media pembelajaran peneliti mengguanakn prosedur
pengembangan dengan model 4-D. model 4-D memiliki tahapan yaitu Define,
Design, Developmen Desiminate.
Selanjutnya peneliti melakukan tahap define yaitu dengan
menganalisis kurikulum yang berlaku di MAN 3 Batanghari. Kemudian
dilakukan analisis siswa untuk mengetahui karakteristik siswa yang diperoleh
melalui observasi dan analisi materi bertujuan untuk mengidentifikasi materi
yang akan diajarkan. Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi
dalam media pembelajaran yang dikembangkan serta dapat menarik perhatian
siswa dalam mengikuti dan menerima materi yang disampaikan, Tahap
design (perancangan) peneliti menyusun indikator, memilih media,
merancang desain produk.
Tahap selanjutnya adalah tahap development (pengembangan) media
pembelajaran. Tahap ini merupakan tahap terakhir yaitu mengevaluasi media
pembelajaran fisika melalui beberapa proses, yaitu: validasi ahli, uji coba
kelompok kecil dan uji coba kelompok besar sehingga dihasilkan bahan ajar
yang valid dan praktis.
2. Kualitas Media Pembelajaran
Menurut Fleming dan Levie (Maulana, 2017:63) berpendapat bahwa
suatu media pembelajaran dikatakan berkualitas jika “(1) format media sesuai
dengan peraturan penulisan, (2) materi yang dimuat benar adanya, (3) takaran
isi materi pas, dalam hal ini materi yang dimuat tidaklah berlebih ataupun
berkurang, (4) isi media pembelajaran harus sesuai dengan topik yang ada,
dan (5) isi media pembelajaran harus dipaparkan secara jelas”.
Jika dalam pembelajaran menggunakan media yang kualitas dengan
baik maka guru dapat menarik perhatian siswa sehingga terjadi komunikasi
yang baik. Media akan membantu siswa dalam memahami pembelajaran dan
siswa akan cenderung aktif selama proses pembelajaran, karena akan
langsung mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan, sehingga siswa
tidak merasa bosan dan akan termotivasi terus belajar.
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh pada para
validator dan subjek uji coba. Mengacu pada teknik analisis data yang telah
dilakukan, diperoleh hasil analisis dari masing-masing validator dan subjek
uji coba sebagai berikut:
a) Uji Validitas
Uji validitas dilakukan oleh beberapa validator. Masing-masing
validator tersebut memberikan penilaian terhadap media pembelajaran fisika.
Berdasarkan hasil analisa validasi ahli materi, media, dan bahasa pada media
pembelajaran fisika sehingga media pembelajaran fisika sudah dikategorikan
“Valid” untuk diuji cobakan. Hal ini dibuktikan hasil dari validator materi,
media dan bahasa dengan jumlah 124, rata-rata 4 dan persentase 82,6%.
Persentase total pada validator ahli materi, media dan bahasa sebesar 82,6%
menunjukkan bahwa bahan ajar fisika yang peneliti kembangkan sudah
masuk dalam kategori “Sangat Valid”. Media pembelajaran fisika dikatakan
sangat valid atau layak apa bila hasil analisis sesuai dengan kategori yang
telah ditentukan sebelumnya. Seperti yang dijelaskan oleh Suharsimi
Arikunto dalam (Siti Asyah, 2019:78) “sebuah media pembelajaran dikatakan
valid jika hasilnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya”.
Tingkat kevalidan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rating
scale (skala penilaian) dimana data yang diperoleh berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
b) Uji Coba Kelompok Kecil
Uji coba kelompok kecil dilakukan dengan tujuan untuk melihat
praktikalitas media pembelajaran fisika sebelum dilakukan uji coba pada
kelompok besar. Adapun hasil dari uji coba kelompok kecil adalah uji
praktikalitas dilakukan untuk mengetahui tingkat praktikalitas bahan ajar
fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor. Hasil analisa
praktikalitas pada kelompok kecil kelas X dengan jumlah yang didapat yaitu,
491, rata-rata 4,1, dan persentase 82%. Persentase total pada hasil
praktikalitas sebesar 82% menunjukkan bahwa bahan ajar fisikayang peneliti
kembangkan sudah masuk dalam kategori “Sangat Praktis”.
c) Uji Coba Kelompok Besar
Uji coba kelompok besar dilakukan untuk memperoleh masukan akhir.
Uji coba kelompok besar dilakukan kepada siswa di MAN 3 Bantanghari
dengan jumlah 20 siswa untuk mengetahui hasil penerapan media
pembelajaran fisika dalam pembelajaran di jelas. Setelah diuji cobakan dalam
kelompok besar produk direvisi kembali sehingga produk yang dihasilkan
valid dan praktis.
Uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepraktisan media
pembelajaran fisika. Uji coba dilakukan kepada guru dan siswa di MAN 3
Batanghari untuk memperoleh masukan akhir.
a) Respon Guru Mata Pelajaran Fisika
Setelah kegiatan pembelajaran guru mata pelajaran Fisika di kelas X
MAN 3 Batanghari Ibu Sri Wahyuningsi, M.Si, memberika penilaian atau
respon terhadap media pembelajaran fisika yang dikembangkan oleh peneliti
secara keseluruhan sesuai dengan kurikulum, kebutuhan siswa, dan materi.
Hasil respon guru terhadap media pembelajaran fisika pada materi suhu
dan kalor secara keseluruhan media ini dinilai “Sangat Praktis” dengan
tingkat kepraktisan 78,6%. Menurut tanggapan guru penggunaan media
pembelajaran fisika yang peneliti kembangkan dapat mempermudah guru
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, karena didalamnya terdapat
cakupan materi yang sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
yang harus dicapai, serta penyajian bahasa yang digunakan sudah baik dan
mudah dimengerti, sehingga membuat siswa mudah untuk memahami materi
yang disampaikan.
b) Respon Siswa
Respon siswa dilakukan untuk mengetahui tingkat praktikalitas media
pembelajaran fisika pada materi suhu dan kalor. Angket respon siswa
dibagikan pada pertemuan ketiga setelah kegiatan pembelajaran selesai. Hasil
respon siswa terhadap media pembelajaran fisika pada materi suhu dan kalor
secara keseluruhan media pembelajaran fisika ini dinilai “Sangat Praktis”
dengan tingkat kepraktisan 82,8% tanpa adanya revisi. Hal ini membuktikan
bahwa respon siswa terhadap media pembelajaran fisika mendapat respon
sangat baik dan adanya ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran fisika
yang dikembangkan.
Berdasarkan tujuan penelitian yang peneliti lakukan di MAN 3
Batanghari yaitu menghasilkan media pembelajaran fisika berbasis investigasi
pada materi suhu dan kalor yang sudah dilakukan bahwa media pembelajaran
fisika merupakan media pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam
proses pembelajaran fisika khususnya materi suhu dan kalor.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengembangan media pembelajaran
fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor di MAN 3 Batanghari
Jambi, pengembangan media pembelajaran fisika telah berhasil dikembangkan.
Produk yang dihasilkan berbentuk modul pembelajaran yang berisi materi
pembelajaran fisika yaitu suhu dan kalor yang dilengkapi dengan halaman
sampul, peta konsep, materi pembelajaran, kegiatan praktikum dan gambar.
Media pembelajaran fisika berbasis investigasi dapat dikatakan valid, karena
telah melakukan uji validitas dengan hasil kevalidan dari validator ahli materi,
media dan bahasa dengan jumlah persentase 82,6% menunjukkan bahwa media
pembelajaran dalam kategori “Sangat Valid”.
Media pembelajaran fisika berbasis investigasi dapat dikatakan praktis,
karena telah melakukan uji kepraktisan. Uji kepraktisan dapat dilakukan pada
kelompok kecil dan kelompok besar. Hasil kepraktisan pertama pada kelompok
kecil mendapatkan persentase sebesar 87,5% sudah termasuk dalam kategori
“Sangat Praktis”. Sedangkan hasil uji kepraktisan kelompok besar dilakukan
terhadap guru dan siswa, tingkat kepraktisan yang diperoleh dari hasil analisa
angket kepraktisan guru mendapatkan persentase sebesar 78,6% dengan
kategori “Sangat Praktis”. Sedangkan analisa angket praktikalitas respon siswa
memenuhu kategori “Sangat Praktis” dengan tingkat persentase sebesar 82,8%.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan peneliti maka penulis ingin memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Disarankan kepada guru dan siswa agar dapat menggunakan media
pembelajaran fisika berbetuk Media Pebelajaran Fisika Berbasis Investigasi
sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran terutama pada materi suhu
dan kalor
2. Perlu dikembangkan Media Pembelajaran fisika pada materi yang lain
sehingga fisika yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber ajar
alternatif dalam pembelajaran yang mampu menarik minat siswa dalam
belajar dan menuntun siswa dalam belajar mandiri maupun berkelompok.
3. Penelitian pengembangan ini masih belum sempurna, perlu penyempurnaan
dan pengembangan lagi agar bisa menghasilkan produk yang lebih menarik
dan menyenangkan untuk menunjang pembelajaran fisika.
P h y s i c f o r s c i e n c e
91
Daftar Pustaka
Arafah, S. F., Ridlo, S., & Priyono, B. (2012). Pengembangan LKS Berpikir Kritis Pada mteri
Animalia. Unnes Journal of Biology Education, 1(1), 47–53. https://doi.org/10.1117/12.776759
Arikunto. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: R.Cipta
Bahan Ajar IPS Terpadu. Indonesian Journal of Conservation, 2(1), 33–44. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijc/article/view/2692
Baharun, H. (2013). Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Di Madrasah. Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 1,No(01), 34–46.
https://doi.org/10.15642/jpai.2017.5.2.224-243
Depdiknas. (2004). Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen
Dikdasmenum.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Standar Isi 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Esa, Y. M. (2015). Berbasis Pendidikan Karakter Dengan Model metode ceramah , guru juga
menggunakan diamati adalah bahan ajar fisika yang beberapa buku paket dari penerbit ,
hendaknya dilaksanakan dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga dapat mengukur
kompetensi kognitif , afektif , dan, 04(2), 241–253.
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v4i2.96
Fauziah, U. (2015). Desain Penelitian Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Tema Cahaya dan
Warna untuk Pembelajaran IPA SMP, 2015(Snips), 573–576.
Fisika, J., Matematika, F., Alam, P., & Surabaya, U. N. (2014). Penerapan Pendekatan Keterampilan
Proses Sains Dalam Model Pembelajaran Guided Discovery Pada Materi Suhu Dan Kalor
Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Sman 1 SUKOMORO Rini Puji Lestari , Suliyanah Abstrak,
03(02), 60–64.
Fitriya, S., Albertus, D., Lesmono, D., Si, M., Wahyuni, S., Pd, S., … Kalimantan, J. (n.d.).
Pengembangan Petunjuk Praktikum Fisika Berbasis Laboratorium Virtual ( Virtual Laboratory
) Pada Pembelajaran Fisika Di SMP / MTs ( The Development Of Instructions On The Physics
Virtual-Laboratory- Based Practicefor Physics Subject At SMP / MTs ).
Kristianingsih, D., & Sukiswo, S. (2016). Peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle pada pokok bahasan alat-alat optik di
SMP. Jurnal Pendidikan, 6, 10–13. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi/article/view/1095
P h y s i c f o r s c i e n c e
92
Kurniawan, D., Dewi, S. V., & Kerja, L. (2017). Seri Pendidikan ISSN 2476-9312 Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Dengan Media Screencast- O-Matic Mata Kuliah Kalkulus 2
Menggunakan Model 4-D Issn 2476-9312, 3(1).
Kusumaningrum, D. E., Arifin, I., & Gunawan, I. (2013). Pendampingan Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013, (1), 16–21.
Latifah, U. H., & Widjajanti, D. B. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Statistika dan Peluang
Berbasis Multiple Intelligences Berorientasi pada Prestasi , Pemecahan Masalah , dan Rasa
Ingin Tahu Developing Statistics and Probability Teaching Material Based on Multiple
Intelligences and Oriented to the Achievement , Problem Solving , and Curiosity, 4(2), 176–
185.
Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia
Majid, A. (2009). Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja RosdaKarya
Martínez, J. F., Santibanez, L., & Serván Mori, E. E. (2013). Educational Opportunity and
Immigration in México: Exploring the Individual and Systemic Relationships. Teachers
College Record, 115(10), 1–24. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Maulida Dan Mariati Purnama Simanjuntak. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(1). RetrievedFrom
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/315927437_Pengembangan_Bahan_Ajar_Fisika_S
ma_Berbasis_Investigasi_Pada_Materi_Fluida_Dinamis_Untuk_Meningkatkan_Hasil_Belajar_
SiswaSma, K. X., & Grujugan, N. (N.D.). 25 , 26 , 27.
Nana Drumhana dan Muslim (2007). Pendidikan IPA: Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Perangkat, P., Ipa, P., Menggunakan, B., Humanistik, P., Alat, B., & Murah, P. (2013). Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), 76–82.
Prostowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press
Rizqiana, F. A., Widodo, A. T., & Supardi, K. I. (2017). Journal of Innovative Science Education
Pengembangan Bahan Ajar Kimia Berbasis Pendekatan Investigasi untuk, 6(1).
Setyowati, a, & Subali, B. (2012). Kritis Siswa Smp Kelas Viii. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
(Indonesian Journal of Physics Education), 8(1), 89–96. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI
Sifat, P., Pendidikan, K., Indonesia, N., Furchan, A., Suharto, T., Education, C., … Kristanti, F.
(n.d.). No Title.
Simanjuntak, R. M. Dan M. P. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Fisika Sma Berbasis Investigasi Pada
P h y s i c f o r s c i e n c e
93
Materi Fluida Dinamis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Rizki Sains, P., Universitas, P.,
Surabaya, N., Ayuningtyas, P., & Supardi, A. I. (2015). Dengan Model Inkuiri Terbimbing Untuk
Melatihkan Keterampilan Proses Sains, 4(2), 636–647.
Setyawati, D. L., Rahayuningsih, M., & Ahmad, T. A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Ipa
Terpadu Bebasis Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukiminiandari, Y. P., Budi, A. S., Supriyati, Y., Fisika, J., & Jakarta, U. N. (2015). Pengembangan
Modul Pembelajaran Fisika Snf2015-Ii-161 Snf2015-Ii-162, Iv, 161–164.
Surakarta, S. M. A. N., Of, A., & Negeri, S. M. A. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau Dari Kemampuan Akademik Siswa
Science Process Skills Viewed From Student ’ S Academic, 4, 33–43.
Teknik, B., Dalam, D. A. N. S., Krismanto, A., Sc, M., & Matematika, W. P. (2003). Oleh : 2003.
Viajayani, Eka Reny; Radiyono, Yohanes; Rahardjo, D. T. (2013). Pengembangan Media
Pembelajaran Fisika Menggunakan Macromedia Flash Pro 8. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1),
144–155. https://doi.org/10.1049/iet-rpg:20070112
Volume 02 nomor 01 maret 2014. (2014), 02.
Wardani, S., Widodo, A. T., & Priyani, N. E. (2009). Peningkatan hasil belajar siswa melalui
pendekatan keterampilan proses sains berorientasi problem-based instruction. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 3(1), 391–399. https://doi.org/10.1128/JCM.02036-13
P h y s i c f o r s c i e n c e
94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(R P P)
Nama Sekolah : MAN 3 BATANGHARI
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/Semester : X /Genap
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Alokasi Waktu : 12 x 3 JP (4 x pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
otong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
P h y s i c f o r s c i e n c e
95
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar
1. Menerapkan konsep dan prinsip kalor, konversi energi, dan sumber energi berbagai
perubahannya dalam mesin kalor.
2. Melakukan percobaan yang berkaitan dengan kalor seperti pengukuran kalor jenis,
atau pengukuran suhu, pemuaian, dan perubahan wujud.
3. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor.
C. Indikator
6. Mengkalibrasikan termometer dengan skala sembarang.
7. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar pemuaian zat padat, zat cair,
dan gas.
8. Membedakan besar pemuaian (panjang, luas dan volume) pada berbagai zat secara
kuantitatif.
9. Menganalisis pengaruh kalor tehadap suhu dan wujud benda.
10. Menerapkan Azas Black secara kuantitatif.
D. Tujuan Pembelanjaran
Melalui kegiatan membaca literatur, percobaan, menanya, mendiskusikan,
menyimpulkan, dan mengomunikasikan peserta didik diharapkan mampu:
1. Mengkalibrasikan termometer dengan skala sembarang.
2. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar pemuaian zat padat, zat cair,
dan gas.
3. Membedakan besar pemuaian (panjang, luas dan volume) pada berbagai zat secara
kuantitatif
4. Menganalisis pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda..
5. Menerapakan Azas Black secara kuantitatif.
P h y s i c f o r s c i e n c e
96
E. Materi
Materi pembelajaran :
a. Suhu dan pemuaian
b. Hubungan kalor dengan suhu benda dan wujudnya
c. Azas Black
d. Peripindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi
F. Pendekatan Model Pembelajaran
Pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:
Model : inkuiri terbimbing
G. Media, Alat dan Sumber Belajar
Media pembelajaran
a. Papan tulis
b. Buku
c. PPT
Alat
a. Termometer Celcius.
b. Termometer air raksa yang belum berskala.
c. Air panas
d. Kertas millimeter.
e. Air keran
f. Spidol.
g. Termometer Celcius.
h. Air dan minyak goreng.
i. Gelas ukur
j. Pemanas air.
k. Stopwatch
Sumber belajar
a. Bahan Ajar Fisika
b. Buku Fisika kelas X
G. Kegiatan Pembelajaran
P h y s i c f o r s c i e n c e
97
Pertemuan 1 dan 2
Aktivitas
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Kegiatan Awal 10 menit
Fase I Menjelaskan Tujuan dan
Mengorientasikan Siswa Pada Masalah.
1. Mengucap salam dan emastikan semua
siswa siap dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
2. Menyapa dan menanyakan kabar siswa
saat itu.
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran sub
pokok bahasan kalor yang harus dicapai
oleh siswa.
4. Menjelaskan kepada siswa tentang
model belajar yang akan digunakan
yaitu model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
5. Membagikan bahan ajar fisika
6. Guru menyajikan permasalahan kepada
siswa dengan menyajikan pertanyaan
awal “bagaimana hubungan antara suhu
dan kalor?”
7. Guru memberikan penjelasan kepada
siswa untuk memahami rumusan
masalah pada yang ada pada bahan ajar.
1. Menjawab salam dan semua siswa siap
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Siswa menjawab sapaan guru.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai tujuan pembelajaran.
4. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai model pembelajaran inkuri
terbimbing.
5. Siswa menerima bahan ajar fisika yang
diberikan oleh guru.
6. Siswa memperhatikan permasalahan
yang dikemukakan guru.
7. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
P h y s i c f o r s c i e n c e
98
Kegiatan Inti 35 menit
1. Guru meminta siswa mengumpulkan
informasi dan mampu menanya yang
berhubungan dengan permasalahan.
2. Guru memberikan penjelasan
bagaimana menentukan jawaban
sementara ( hipotesis) kepada siswa.
3. Guru memberikan penjelasan
bagaimana menentukan variabel
percobaan kepada siswa sebelum
melakukan percobaan.
4. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengurutkan langkah-
langkah percobaan dengan
menggunakan literatur yang ada di
bahan ajar
5. Guru membimbing siswa menguji
hipotesis dengan melakukan percobaan.
6. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengumpulkan,
menganalisis data dari hasil percobaan.
7. Guru memberikan penjelasan cara
menyusun argumen yang mendukung
pengujian hipotesis dan meminta siswa
untuk mulai membuat kesimpulan untuk
dipresentasikan pada pertemuan
berikutnya.
8. Guru memberikan kesempatan kepada
perwakilan kelompok untuk
mengkomunikasikan hasil
pengamatannya.
1. Siswa mengumpulkan informasi dan mampu
menanya yang berhubungan dengan
permasalahan.
2. Siswa merumuskan hipotesis berdasarkan
rumusan masalah.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru untuk
menentukan variabel percobaan.
4. Siswa mengurutkan langkah-langkah
percobaan dengan menggunakan literatur
yang ada di bahan ajar.
5. Siswa menguji hipotesis dengan
melakukan percobaan.
6. Siswa mengumpulkan, menganalisis data
dari hasil percobaan.
7. Siswa memperhatikan penjelasan guru
dan mulai membuat kesimpulan untu
dipresentasikan pada pertemuan
berikutnya.
8. Perwakilan kelompok
mengkomunikasikan hasil
pengamatannya.
9. Siswa memperhatikan penjelasan guru
dan berdiskusi dalam mengerjakan soal-
soal latihan
P h y s i c f o r s c i e n c e
99
9. Guru mengomentari jalannya diskusi
dan memberikan penguatan serta
mereview materi secara keseluruhan
dengan mengerjakan soal-soal latihan
Kegiatan Penutup 5 menit
1. Guru membuat kesimpulan
pembelajaran. kepada siswa.
2. Siswa diingatkan untuk belajar di rumah
untuk persiapan evaluasi hari
berikutnya.
3. Mengucapkan salam dan mengakhiri
pelajara
1. Guru membuat kesimpulan pembelajaran.
kepada siswa.
2. Siswa diingatkan untuk belajar di rumah untuk
persiapan evaluasi hari berikutnya.
3. Mengucapkan salam dan mengakhiri pelajara
Pertemuan 3 dan 4
Aktivitas
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Kegiatan awal 10 menit
1. Memastikan semua siswa siap
dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
2. Menyapa dan menanyakan kabar
siswa saat itu.
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
sub pokok bahasan kalor yang
harus dicapai oleh siswa.
4. Menjelaskan kepada siswa tentang
model belajar yang akan digunakan
yaitu model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
5. Membagikan bahan ajar fisika
kepada siswa
6. Guru menyajikan permasalahan
1.Semua siswa siap mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
2. Siswa menjawab sapaan guru.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai tujuan pembelajaran.
4 Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai model pembelajaran inkuri
terbimbing.
5. Siswa menerima bahan ajar fisika yang
diberikan oleh guru.
6. Siswa memperhatikan permasalahan
yang dikemukakan guru.
7. Siswa memperhatikan penjelasan
guru.
P h y s i c f o r s c i e n c e
100
kepada siswa dengan menyajikan
pertanyaan awal “bagaimana
hubungan antara kalor jenis dengan
kalor yang dibutuhkan suatu benda
ketika dipanaskan?”
7. Guru memberikan penjelasan
kepada siswa untuk memahami
rumusan masalah pada yang ada
pada bahan ajar.
Kegiatan Inti 35 menit
1. Guru meminta siswa
mengumpulkan informasi dan
mampu menanya yang
berhubungan dengan
permasalahan.
2. Guru memberikan penjelasan
bagaimana menentukan jawaban
sementara kepada siswa.
3. Guru memberikan penjelasan
bagaimana menentukan variabel
percobaan kepada siswa sebelum
melakukan percobaan.
4. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengurutkan
langkah-langkah percobaan
dengan menggunakan literatur
yang ada (buku siswa).
5. Guru membimbing siswa menguji
hipotesis dengan melakukan
percobaan.
6. Guru memberikan kesempatan
1. Siswa mengumpulkan informasi dan
mampu menanya yang berhubungan
dengan permasalahan.
2.Siswa merumuskan hipotesis berdasarkan
rumusan masalah.
3.Guru memberikan penjelasan bagaimana
menentukan variabel percobaan kepada
siswa sebelum melakukan percobaan.
4. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengurutkan langkah-
langkah percobaan dengan menggunakan
literatur yang ada (buku siswa).
5. Guru membimbing siswa menguji
hipotesis dengan melakukan percobaan.
6. Siswa mengumpulkan, menganalisis data
dari hasil percobaan.
7. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan
mulai membuat kesimpulan untu
dipresentasikan pada pertemuan
berikutnya.
8. Perwakilan kelompok
P h y s i c f o r s c i e n c e
101
kepada siswa untuk
mengumpulkan, menganalisis
data dari hasil percobaan.
7. Guru memberikan penjelasan cara
menyusun argumen yang
mendukung pengujian hipotesis
dan meminta siswa untuk mulai
membuat kesimpulan untuk
dipresentasikan pada pertemuan
berikutnya
8. Guru memberikan kesempatan
kepada perwakilan kelompok
untuk mengkomunikasikan hasil
pengamatannya.
9. Guru mengomentari jalannya
diskusi dan memberikan
penguatan serta mereview materi
secara keseluruhan dengan
mengerjakan soal-soal latihan.
Kegiatan Penutup 5 menit
1. Guru membuat kesimpulan
pembelajaran. kepada siswa.
2. Siswa diingatkan untuk belajar di
rumah untuk persiapan evaluasi
hari berikutnya.
3. Mengucapkan salam dan
mengakhiri pelajaran
mengkomunikasikan hasil
pengamatannya.
9. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan
berdiskusi dalam mengerjakan soal-soal
latihan.
1. Siswa menyimak kesimpulan
pembelajaran.
2. Siswa memperhatikan amanat yang
diberikan olah guru.
3. Siswa membalas salam.
Jambi, 2019
Guru Mata Pelajaran
P h y s i c f o r s c i e n c e
102
Nurhasanah
SOAL POST-TEST
1. Ukuran panas dingin suatu zat disebut...?
A. Kalor
b. Suhu
c. Massa jenis
d. Termometer
e. Celcius
2. Dalam sistem Internasional (SI), satuan untuk suhu adalah ...?
A. Derajat (°)
b. Derajat Celcius (°C)
c. Celcius
d. Kelvin
e. Reamur
3. Titik didih air pada tekanan 1 atm sama dengan ... K
a. 100
b. 173
c. 273
d. 373
e. 300
4. Jika kita berada di dekat api unggun maka kalor akan merambat dari api ke tubuh kita
melalui proses...?
A. Radiasi dan konveksi
b. Radiasi dan konduksi
c. Konduksi dan konveksi
d. Radiasi
e. Konveksi
P h y s i c f o r s c i e n c e
103
5. Energi yg berpindah dari benda yg suhunya lebih tinggi ke benda yg suhunya lebih
rendah ketika kedua benda bersentuhan disebut…?
A. Kalor
b. Suhu
c. Massa Jenis
d. Termometer
e. Celcius
6. Panas sebesar 12 kj diberikan pada pada sepotong logam bermassa 2500 gram yang
memiliki suhu 30°C. Jika kalor jenis logam adalah 0,2 kalori/gr°C, tentukan suhu akhir
logam …?
a. 34,71
b. 34,70
c. 35,71
d. 35,70
e. 36, 71
7. Sepotong besi 500 gram memiliki suhu 310 K. Besi itu dibiarkan hingga mencapai suhu
kamar sekitar 300 K. Kalor jenis besi 450 J/kg.K. Hitunglah kalor yang dilepaskan …?
a. 2.250 Joule
b. 2.251 Joule
c. 2.252 Joule
d. 2.253 Joule
e. 2.254 Joule
8. Potongan aluminium bermassa 200 gram dengan suhu 20°C dimasukan ke dalam bejana
air bermassa 100 gram dan suhu 80°C . Jika diketahui kalor jenis aluminium 0,22 kal/g
°C dan kalor jenis air 1 kal/g °C , maka suhu akhir aluminium mendekati…?
a. 60 °C
b. 61 °C
c. 62 °C
d. 63 °C
e. 64 °C
P h y s i c f o r s c i e n c e
104
9. 500 gram es bersuhu 0°C hendak dicairkan hingga menjadi air yang bersuhu 5°C. Jika
kalor jenis es adalah 0,5 kal/g °C, kalor lebur es adalah 80 kal/gr dan kalor jenis air 1
kal/g °C. Tentukan banyak kalor yang dibutuhkan …?
a. 42510 kalori
b. 42520 kalori
c. 42500 kalori
d. 45100 kalori
10. 45200 kalori
200 gram air bersuhu 80°C dicampurkan dengan 300 gram air bersuhu 20°C . Tentukan
suhu campurannya …?
a. 44 °C
b. 43 °C
c. 42 °C
d. 41 °C
e. 40 °C
11. Kalor secara alamiah dapat berpindah dari benda bersuhu …?
a. Rendah ke tinggi
b. Tetap
c. Tinggi ke rendah
d. Rendah
e. Tinggi
12. Banyaknya kalor diperlukan untuk menaikan suhu suatu benda tergantung pada faktor-
faktor berikut, kecuali…?
a. Massa zat
b. Jenis zat
c. Lama pemanasan
d. Massa jenis zat
e. Massa jenis
13. Satuan kalor dalam SI adalah…?
a. Kalori
b. Klokalori
P h y s i c f o r s c i e n c e
105
c. Joule
d. Watt
e. Celcius
14. Banyak kalor yang dibutuhkan oleh 1kg zat sehingga suhunya naik 1 °C disebut…?
a. Kapasitas kalor
b. Satu kalori
c. Satu kilo kalori
d. Kalor jenis
e. Massa jenis zat
15. Suhu air °C dengan massa 10 kg dipanaskan sehingga suhunya menjadi 40 °C. Apabila
diketahui kalor jenis air 1 kkal/kg°C maka kalor yang diperlukan sebesar…?
a. 2 kkal
b. 20 kkal
c. 200 kkal
d. 80 kkal
e. 800 kkal
16. Besi bermassa 10 kg dinaikkan suhunya dari 2 °C menjadi 12 °C, ternyata kalor yang
dibutuhkan sebesar 11 kkal. Kalor jenis besi tersebut sebesar…?
a. 0,11 kkal/kg°C
b. 1,1 kkal/kg°C
c. 1,10 kkal/kg°C
d. 1,11 kkal/kg°C
e. 1,12 kkal/kg°C
17. Minyak wangi cair tercium harum saat tertumpah di air, hal ini menunjukkan terjadi
perubahan wujud dari zat cair menjadi…?
a. Padat
b. Gas
c. Es
d. Embun
e. Cair
P h y s i c f o r s c i e n c e
106
18. Perpindahan kalor melalui zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikelnya disebut…?
a. Konveksi
b. Isolator
c. Konduktor
d. Radiasi
e. Transistor
19. Contoh perpindahan kalor secara konveksi adalah…?
a. Terjadinya angina darat dan angina laut
b. Panas api unggun sampai kebadan
c. Setrika listrik menjadi panas, setelah dialiri arus listrik
d. Jemuran menjadi kering di jemur di bawah sinar matahari
e. Semua benar
20. Alat yang digunakan untuk menyelidiki sifat radiasi berbagai bermukaan benda
disebut…?
a. Termos
b. Termoskop differensial
c. Thermometer
d. Thermostat
e. Barometer
P h y s i c f o r s c i e n c e
107
KUNCI JAWABAN SOAL POST-TEST
NO JAWABAN
1 B
2 D
3 E
4 D
5 A
6 C
7 A
8 C
9 C
10 A
11 A
12 C
13 C
14 C
15 C
16 A
17 B
18 C
19 A
20 B
P h y s i c f o r s c i e n c e
108
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menerapkan konsep dan prinsip kalor, konversi
energi, dan sumber energi berbagai perubahannya
dalam mesin kalor
a. Melakukan pebocaan yang berkaitan
dengan kalor seperti pengukuran kalor
jenis, atau pengukuran suhu, pemuaian,
dan perubahan wujud.
b. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor.
Pada suhu berapa air mendidih ? Pada suhu berapa air
membeku ? Mengapa suatu zat mengalami pemuaian ?
Mengapa pencampuran air panas dan air dingin
menyebabkan perubahan suhu ?
Setelah mempelajari bahan ajar ini, siswa dapat menjawab
pertanyaan di atas. Siswa akan mempelajari suhu, cara
pengukurannya, akibat perubahan suhu, kalor dan perubahan
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
P h y s i c f o r s c i e n c e
110
Mengkalibrasikan termometer dengan
skala sembarang.
Memaparkan faktor-faktor yang
mempengaruhi besar pemuaian zat
padat, zat cair, dan gas.
Membedakan besar pemuaian (panjang,
luas dan volume) pada berbagai zat
secara kuantitatif.
A. SUHU
1. TERMOMETER
Coba kita sentuh es batu! Terasa
dingin, bukan? Coba pegang lampu bolam
yang sedang menyala! Terasa panas,
bukan? Benda yang panas kita katakan
suhunya lebih tinggi dari benda yang
hangat atau benda yang dingin. Benda yang
hangat suhunya lebih tinggi dari benda
yang dingin.
Dengan alat perasa kita hanya dapat
membedakan suhu suatu benda secara
kualitatif. Akan tetapi di dalam fisika kita perlu
menyatakan panas, hangat, dingin dan
sebagainya secara kuantitatif (dengan angka-
angka).
Secara sederhana suhu didefinisikan sebagai derajad panas dinginnya suatu benda.Ada
beberapa sifat benda yang berubah apabila benda itu dipanaskan, antara lain adalah volume zat
cair, panjang logam, ,tekanan gas pada volume tetap dan warna pijar kawat. Sifat-sifat benda
yang berubah karena dipanaskan disebut sifat termometrik.
Suhu termasuk besaran pokok dalam fisika yang dalam S.I. bersatuan Kelvin. Untuk
menyatakan suhu suatu benda secara kuantitatif diperlukan alat ukur yang disebut termometer.
DEFINISI DAN SATUAN SUHU
Suhu adalah suatu besaran yang
menunjukan derajad panas dinginya
suatu benda. Satuan Suhu dalam SI
P h y s i c f o r s c i e n c e
111
a. Jenis-jenis termometer
Termometer yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari hari adalah
termometer yang terbuat dari kaca dan diisi dengan zat cair.
1. Termometer zat cair yaitu termometer raksa, termometer alkohol, termometer
klinis, termometer dinding, dan termometer maksimum-minimum six.
2. Termometer zat padat yaitu termometer bimetal, termometer hambatan, pyrometer
optic.
3. Termometer gas.
Proses pemberian skala pada termometer dinamakan kalibrasi. Bagiamana
caranya? Kalian dapat mengkalibrasi termometer dengan langkah-langkah
berikut.
a. Menentukan titik tetap bawah (titik lebur). Masukkan ujung bawah
termometer secara tegak lurus ke dalam bejana yang berisi air murni.
Tunggu beberapa saat sehingga permukaan air raksa atau alkohol
pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi.Tuliskan skala yang
ditunjukan pada termometer Celcius(termometer pembanding) dan
berilah tanda pada termometer yang belum berskala dengan spidol
sebagai titik tetap bawah.
b. Menetukan titik tetap atas(titik didih) Masukkan ujung bawah
termometer secara tegak lurus ke dalam bejana yang berisi air panas.
Tunggu beberapa saat sehingga permukaan air raksa atau alkohol
pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi.Tuliskan skala yang
ditunjukan pada termometer Celcius(termometer pembanding) dan
berilah tanda pada termometer yang belum berskala dengan spidol
sebagai titik tetap atas.
c. Setelah diberikan titik tetap atas dan titik tetap bawah, langkah
selanjutnya adalah menghitung jarak antara titik tetap atas dan titik
tetap bawah dengan memperhatikan pada kertas millimeter yang telah
ditempel pada termometer tidak berskala.
d. Selanjutnya menetapkan konversi skala millimeter ke dalam skala
suhu (misalnya 1 mm = 20C). Kemudian tetapkan titik tetap atas dan
titik tetap bawah, dimana selisih suhu antara titik tetap atas dan titik
bawah merupakan hasil konversi skala millimeter ke dalam skala suhu
sebelumnya.
P h y s i c f o r s c i e n c e
112
Rian hendak mengukur suhu suatu benda menggunakan termometer, tetapi ia tidak
dapat menggunakan termometer tersebut karena termometer ingin gunakan belum
berskala. Dapatkah kalian membantu Rian untuk memberi skala pada termometer
tersebut?
Tidakkah kamu penasaran bagaimana ilmuwan kita memberi skala pada termometer
mereka?
P h y s i c f o r s c i e n c e
113
Alat dan Bahan
1. Termometer Celcius dan termometer X(tidak berskala).
2. Air panas
3. Kertas millimeter.
4. Air keran
5. Spidol.
Prosedur Percobaan
1. Siapkan semua alat yang digunakan dalam percobaan.
2. Masukan temometer Celcius dan termometer air raksa yang belum
berskala (X) ke dalam wadah pertama berupa air panas yang sudah
disediakan terlebih dahulu.
3. Diamkan beberapa saat sehingga permukaan air raksa pada kedua
termometer tidak naik lagi, catat suhu yang ditunjukan pada
termometer Celcius(ta) dan tandai suhu yang ditunjukan oleh
termometer X dengan spidol pada kertas millimeter yang tertempel
pada termometer X (ta’).
4. Keluarkan termometer dan bersihkan termometer, masukkan ke dalam
wadah kedua berupa air keran yang sudah disediakan.
5. Diamkan beberapa saat sehingga permukaan air raksa pada kedua
termometer tidak turun lagi, catat suhu yang ditunjukan pada
termometer Celcius(tb) dan tandai suhu yang ditunjukan oleh
termometer X dengan spidol pada kertas millimeter yang tertempel
pada termometer X (tb’).
6. Hitunglah jarak antara ta’ dan tb’ yang ditunjukan oleh termometer X
dengan melihat pada skala termometer X (misalnya 17 mm). Pada
skala ini dimana 1 mm = 20X, jika 17 mm berarti 340X.
7. Tetapkan besar suhu atas (ta’) dan suhu bawah(tb’), dengan selisih
skala suhu atas dan bawah sesuai dengan pada langkah enam(6).
8. Campurkan air panas dan air keran kemudian masukkan termometer ke
dalam wadah tersebut dan diamkan beberapa saat, catat skala yang
ditunjukan pada termometer X dan konversikan ke dalam
suhu(misalanya 12 mm berarti sama dengan 240X).
9. Hitunglah besar suhu tersebut dengan rumus yang sudah anda peroleh.
10. Bandingkan suhu pada langkah 8 dan 9.
11. Ulangi percobaan sebanyak 2 kali. Keterangan: ta = titik tetap atas
termometer Celcius ta’ = titik tetap atas termometer X tb = titik tetap
bawah termometer Celcius tb’ = titik tetap atas termometer Celcius
Kegiatan 1. Memberi skala termometer
P h y s i c f o r s c i e n c e
114
b. Skala termometer
Pada tingkat SMP kita sudah pernah diberikan materi tentang suhu, pada tingkat
SMA ini kita akan mendalami lagi materi tersebut ditambah mencari nilai suhu dengan
perbandingan suhu termometer yang belum diketahui. Kita ketahui bahwa macam-macam
termometer suhu yaitu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Adapun titik didih dan titik
beku masing-masing termometer suhu adalah sebagai berikut:
Termometer skala Celsius
Memiliki titik didik air 100 dan titik bekunya 0 Rentang temperaturnya
berada pada temperature 0 -10 dan dibagi dengan 100 skala.
Temometer skala Reamur
Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.
Termometer skala Fahrenheit
Memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang temperaturnya
berada pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180 skala.
Termometer skala Kelvin
Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang
temperaturnya berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi dalam
100 skala.
P h y s i c f o r s c i e n c e
115
Berdasarkan penetapan skala beberapa termometer di atas, maka dapat dibuat
perbandingan skala termometer Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin yaitu sebagai
berikut.
Tabel 1. Hubungan antara termomter Celcius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin.
Jenis Termometer Titik Tetap Bawah Titik Tetap Atas Selisih
(Jumlah Skala)
Celcius 0 100 100
Reamur 0 80 80
Fahrenheit 32 212 180
Kelvin 273 373 100
Dari nilai titik tetap atas dan titik tetap bawah keempat jenis termometer pada tabel di
atas, diperoleh rumus-rumus berikut ini.
a) Rumus Perbandingan Skala Celcius dan Reamur
Pada tabel di atas, telah diketahui bahwa titik tetap bawah skala Celcius dan skala
Reamur adalah 0oC dan 0
oR. Adapun titik tetap atas skala Celcius dan skala Reamur adalah
100oC dan 80
oR. Jadi, 100 skala Celcius = 80 skala Reamur. Sehingga dapat dinyatakan
persamaan berikut.
𝑡 −
𝑡 𝑅 −
𝑡
𝑡 𝑅
P h y s i c f o r s c i e n c e
116
Dengan demikian diperoleh rumus hubungan antara skala Celcius dan skala Reamur sebagai
berikut.
b) Rumus Perbandingan Skala Celcius dan Fahrenheit
Dari tabel diketahui bahwa 0oC = 32
oF dan 100
oC = 212
oF, serta 100 skala Celcius = 180
skala Fahrenheit, sehingga dapat dinyatakan persamaan sebagai berikut.
Dengan demikian diperoleh rumus hubungan antara skala Celcius dan skala Fahrenheit
sebagai berikut.
c) Rumus Perbandingan Skala Celcius dan Kelvin
Kelvin adalah satuan suhu dalam Sistem Internasional (SI). Dari tabel di atas, kita ketahui
bahwa 0oC = 273 K dan 100
oC = 373 K. Skala Celcius dan skala Kelvin sama-sama
mempunyai 100 skala sehingga diperoleh rumus hubungan skala sebagai berikut.
𝑡
𝑥 𝑡 𝑅…… … 𝑃𝑒𝑟𝑠 ( )
𝑡 𝑅
𝑥 𝑡 …… …𝑃𝑒𝑟𝑠 ( )
𝑡 −
𝑡 𝐹 −
𝑡
𝑡 𝐹 −
𝑡
𝑥 (𝑡 𝐹 − ) … … … 𝑃𝑒𝑟𝑠 ( )
𝑡 𝐹
𝑥 𝑡 + …… …𝑃𝑒𝑟𝑠 ( )
𝑡𝐾 𝑡 + … … …𝑃𝑒𝑟𝑠( )
𝑡 𝑡𝐾 − … … …𝑃𝑒𝑟𝑠( )
P h y s i c f o r s c i e n c e
117
2. PEMUAIAN
Dapatkah anda membayangkan apa yang terjadi pada
sebuah benda apabila suhunya berubah? Salah satu yang
terjadi adalah perubahan ukuran benda tersebut. Jika suhu
benda naik, secara umum ukuran benda bertambah. Peristiwa
ini disebut pemuaian.
Anda telah mengetahui bahwa setiap zat (padat, cair dan
gas) disusun oleh partikel-partikel yang bergetar. Jika sebuah
benda dipanaskan maka partikel-partikel di dalamnya bergetar
lebih kuat hingga saling menjauh. Kita katakan memuai. Jika
benda didinginkan,getaran-getaran partikel lebih lemah,dan
partikel-partikel saling mendekat,akibatnya benda menyusut.
Karena bentuk zat padat tetap, maka pada pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga yaitu :
pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume.
Muai panjang dialami oleh zat padat yang luas penampangnya sangat kecil bila
dibandingkan dengan panjangnya. Perubahan panjang per satuan panjang tiap derajat perubahan
suhu disebut koefisien muai panjang zat padat. Secara matematis:
Panjang akhir suatu benda yang mengalami muai panjang dirumuskan dengan:
DEFINISI PEMUAIAN
Pemuaian adalah pertambahan ukuran
zat akibat pemanasan. Pemuaian terjadi
pada zat padat,cair dan gas
𝛼 ∆𝐿
𝐿 ∆𝑡𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝐿 𝛼𝐿 ∆𝑡
𝐿𝑡 𝐿 + ∆𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐿𝑡 𝐿 ( + 𝛼 ∆𝑡)
𝐿 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 (𝑚)
𝐿𝑡 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑚)
Dimana : 𝛼 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑢𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ( )
∆𝐿 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)
∆𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢 ( )
P h y s i c f o r s c i e n c e
118
Koefisien muai luas suatu zat adalah perubahan luas per satuan luas tiap derajat
perubahan suhu. Secara matematis:
Luas akhir suatu benda yang mengalami muai luas dirumuskan dengan:
Koefisien muai volume adalah perubahan volume per satuan volume tiap derajat
perubahan suhu. Secara matematis:
Volume akhir suatu benda yang mengalami muai volume dirimuskan dengan :
𝛽 ∆𝐴
𝐴 ∆𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝐴 𝛽𝐴 ∆𝑡
𝐴𝑡 𝐴 + ∆𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐴𝑡 𝐴 ( + 𝛽 ∆𝑡)
𝛽 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑢𝑎𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑠 ( ) 𝑎
∆𝐴 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠 (𝑚2)
𝐴 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 (𝑚2)
Dimana :
𝐴𝑡 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑚2)
∆𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢 ( )
𝛾 ∆𝑉
𝑉 ∆𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑉 𝛾𝑉 ∆𝑡
𝑉𝑡 𝑉 + ∆𝑉 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉𝑡 𝑉 ( + 𝛾 ∆𝑡)
𝛾 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑢𝑎𝑖 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( ) 𝑎
∆𝑉 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚3)
𝑉 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 (𝑚3)
Dimana :
𝑉𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 ( )
∆𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢 ( )
P h y s i c f o r s c i e n c e
119
.
Sifat zat cair adalah selalu
mengikuti wadahnya. Jika air
dituangkan ke dalam botol, bentuk air
mengikuti bentuk botol. Oleh karena itu
zat cair hanya memiliki muai volume.
Persamaan untuk pemuaian volume zat
cair sama dengan pemuain volume zat
padat.
Tabel 3. Koefisien muai volum zat cair untuk beberapa jenis zat dalam satuan K-1
Jika gas dipanaskan, maka dapat mengalami pemuaian volum dan juga terjadi
pemuaian tekanan. Dengan demikian pada pemuaian gas terdapat beberapa persamaan,
sesuai dengan proses pemanasannya.
a. Pemuaian volume pada tekanan tetap (isobarik).
Gambar Proses Isobarik
No Jenis zat cair Koefisien muai ruang
1
2
3
4
5
Alcohol
Air
Gliserin
Minyak 119araffin
Raksa
0,0012
0,0004
0,0005
0,0009
0,0002
Pernahkan kalian memanaskan air? Pernahkan anda
mengalami air yang tumpah dari wadahya ketika
dipanaskan pada suhu tertentu?.
Hal tersebut terjadi karena pemuaian volume zat cair
lebih besar daripada pemuaian volume zat padat untuk
P h y s i c f o r s c i e n c e
120
Gambar 6a. gas di dalam ruang tertutup dengan tutup yang bebas begerak. Gambar 6b. gas
di dalam ruang tertutup tersebut dipanasi dan ternyata volume gas memuai sebanding dengan
suhu mutlak. Secara matematik dinyatakan : V~ T atau
= tetap atau
2
2
b. Pemuaian tekanan pada volume tetap (isokhorik).
Gambar Proses Isokhorik
Gambar . gas di dalam ruang tertutup rapat sedang dipanasi. Jika pemanasan terus dilakukan
maka dapat terjadi ledakan. Hal tersebut dapat terjadi karena selama proses pemanasan,
tekanan gas dalam ruang tutup tersebut terus memuai. Pemuaian tekanan gas tersebut
sebanding dengan kenaikan suhu gas. Jadi, pada volum tetap tekanan gas sebanding dengan
suhu mutlak gas. Secara matematik dinyatakan : P~ T atau
2
2
c. Pemuaian volume gas pada suhu tetap(isotermis).
Gambar Proses Isotermis
Gambar Gas di dalam ruang tertutup dengan tutup yang dapat digerakkan dengan bebas.
Gambar Pada saat tutup tabung digerakkan secara perlahan-lahan, agar suhu gas di dalam
tabung tetap maka pada saat volum gas diperkecil ternyata tekanan gas dalam tabung
bertambah besar dan bila volum gas diperbesar ternyata tekanan gas dalam tabung mengecil.
P h y s i c f o r s c i e n c e
121
Jadi, pada suhu tetap, tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas. Pernyataan itu
disebut hukum Boyle. Salah satu penerapan hukum Boyle yaitu pada pompa sepeda. Dari
hukum Boyle tersebut diperoleh:
Jika pada proses pemuaian gas terjadi dengan tekanan berubah, volum berubah dan suhu
berubah maka dapat diselesaikan dengan persamaan hukum Boyle - Gay Lussac, dimana:
𝑃 𝑉 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃 𝑉 𝑃 𝑉
𝑃 𝑉
𝑇 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑃 𝑉
𝑇 𝑃 𝑉
𝑇
P h y s i c f o r s c i e n c e
122
B. KALOR
Sendok yang digunakan untuk menyeduh kopi panas,
akan terasa hangat. Leher anda jika disentuh akan terasa
hangat. Apa sebenarnya yang berpindah dari kopi panas ke
sendok dan dari leher ke syaraf kulit? Sesuatu yang berpindah
tersebut merupakan energi/kalor.Pada dasarnya kalor adalah
perpindahan energi kinetik dari satu benda yang bersuhu
lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Pada waktu
zat mengalami pemanasan, partikel-partikel benda akan
bergetar dan menumbuk partikel tetangga yang bersuhu
rendah. Hal ini berlangsung terus menerus membentuk energi
kinetik rata-rata sama antara benda panas dengan benda yang
semula dingin. Pada kondisi seperti ini terjadi kesetimbangan
termal dan suhu kedua benda akan sama.
Satuan kalor dalam S.I. adalah Joule dan dalam CGS adalah erg. 1 Joule = 107 erg.
Dahulu sebelum orang mengetahui bahwa kalor merupakan suatu bentuk energi, maka orang
sudah mempunyai satuan untuk kalor adalah kalori. 1 kalori = 4,18 joule atau 1 Joule = 0,24 kal.
DEFINISI KALOR
Kalor adalah perpindahan energi kinetik
dari satu benda yang bersuhu lebih tinggi
ke benda yang bersuhu lebih rendah.
Menganalisis pengaruh kalor
tehadap suhu dan wujud benda.
Menerapkan Azas Black secara
kuantitatif.
Dapatkah anda menjelaskan perbedaan suhu dan kalor?
INGIN TAHU??
P h y s i c f o r s c i e n c e
123
a. Pengaruh Kalor Terhadap Suhu.
Gambar Pengaruh kalor tehadap suhu benda.
Dari gambar terlihat bahwa jika satu gelas air panas dicampur dengan satu gelas air
dingin, setelah terjadi keseimbangan termal menjadi air hangat.Hal tersebut dapat terjadi
karena pada saat air panas dicampur dengan air dingin maka air panas melepaskan kalor
sehingga suhunya turun dan air dingin menyerap kalor sehingga suhunya naik. Dengan
demikian jika terdapat suatu benda yang menerima kalor suhunya akan naik.
Pernahkan kalian memanaskan air?
Sebagian besar pasti pernah melakukannya. Semakin lama air dipanaskan maka suhu
air semakin meningkat. Artinya banyaknya kalor(∆Q) diterima sebanding dengan perubahan
suhu (∆T) air. Demikian juga ketika memanaskan air dengan massa yang berbeda. Untuk
mencapai perubahan suhu (∆T) yang sama, semakin sedikit massa air yang dipanaskan
semakin cepat perubahan suhu tercapai. Ini berarti kalor yang diserap (∆Q ) semakin sedikit
dibandingakan ketika memanaskan air yang massanya lebih banyak.Hal ini juga menunjukan
bahwa massa air berpengaruh terhadap kalor Q yang dibutuhkan.(air yang bervolume lebih
banyak, mempunyai massa yang lebih besar).Perubahan kalor (∆Q) diukur dari lamanya
waktu untuk mencapai perubahan suhu tertentu (∆T). Bagaimana jika kalian memanaskan air
dan minyak goreng dengan selang waktu pemanasan yang sama ,apakah kalor yang
P h y s i c f o r s c i e n c e
124
b. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor.
Kalor dapat diberikan kepada benda atau diambil darinya. Kalor dapat diberikan
pada suatu benda dengan cara pemanasan dan sebagai salah satu dampak adalah kenaikan
suhunya. Kalor dapat diambil dari suatu benda dengan cara pendinginan dan sebagai
salah satu dampak adalah penurunan suhu.Jadi, salah satu dampak dari pemberian atau
pengurangan kalor adalah perubahan suhu yang
diberi lambang Δt.
Hasil percobaan di atas menunjukkan
bahwa, dari pemanasan air dan minyak goreng
dengan massa air dan minyak goreng yang sama,
dengan selang waktu pemanasan yang sama
ternyata banyaknya kalor yang diserap oleh air
DEFINISI KALOR JENIS DAN
KAPASITAS KALOR
Kalor jenis adalah kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1 kg suatu zat
sebesar 10C. Kapasitas kalor adalah
banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu suatu benda sebesar 10C.
Alat dan Bahan
- Termometer Celcius. - Neraca .
- Zat cair (air atau minyak goreng). - Stopwatch.
- Gelas pengukur suhu. - Pemanas air.
Prosedur Percobaan
a. Siapakan alat yang digunakan dalam praktikum dan rangkai terlebi
dahulu,(minta petunjuk guru)
b. Tuangkan zat cair ke dalam wadah pemanas dengan massa tertentu (100 gram),
untuk minyak goreng timbang terlebih dahulu dengan neraca sebanyak 100
gram.
c. Masukkan termometer ke dalam wadah berisi air atau ke dalam wadah berisi
minyak goreng,diamkan beberapa saat dan catat suhu sebagai suhu awal (To).
d. Nyalakan Bunsen dengan korek api, letakkan wadah berisi air atau minyak
goreng di atas rangkaian Bunsen, panaskan zat cair tersebut selama 3 menit
dan catat suhu yang ditunjukan pada skala termometer, selanjutnya catat suhu
pada 4 menit dan 5 menit berikutnya.
e. Hitunglah perubahan suhu dengan menghitung selisih suhu awal dan suhu
akhir.
f. Catat kalor yang diterima (∆Q) dengan mengalikan lamanya waktu pemanasan
dengan label Q yang ada pada Bunsen (misalnya 3 menit X 100 J = 300 J).
Kegiatan 2.Hubungan Kalor dan Kalor Jenis
P h y s i c f o r s c i e n c e
125
dan minyak kelapa tidak sama.Jadi selain faktor massa m dan dan perubahan suhu ∆T,
kalor juga bergantung pada kalor jenis.
Untuk membedakan zat-zat dalam hubungannya dengan pengaruh kalor pada zat-
zat itu digunakan konsep kalor jenis yang diberi lambang “c”. Kalor jenis suatu zat
didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk menaikkan
atau menurunkan suhu satu satuan massa zat itu sebesar satu satuan suhu. Jika suatu zat
yang massanya m memerlukan atau melepaskan kalor sebesar Q untuk mengubah
suhunya sebesar ΔT, maka kalor jenis zat itu dapat dinyatakan dengan persamaan:
Tabel 4. Kalor Jenis Beberapa Zat
Zat Kalor Jenis Zat Kalor Jenis
Air
Air laut
Alumunium
Besi
Es
Kaca
4.180
3.900
903
450
2.060
670
Kuningan
Raksa
Seng
Spiritus
Tembaga
Timbal
376
140
388
240
385
130
Selain kalor jenis, terdapat istilah lain dari kalor yaitu kapasitas kalor. Kapasitas kalor
(C) merupakan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk mengubah
suhu benda sebesar satu satuan suhu. Secara matematis rumus dari kapasitas kalor dapat
ditulis sebagai berikut:
c. Perhitungan kalor perubahan zat
Kalor dapat berakibat pada perubahan suhu atau wujud suatu zat. Penerimaan kalor
akan meningkatkan suhu dan dapat mengubah zat padat menjadi cair atau zat cair
menjadi gas, sedangkan pelepasan kalor akan menurunkan suhu dan dapat mengubah zat
𝐶 ∆𝑄
𝑚 ∆𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑄 𝑚 𝑐 ∆𝑇
𝐶 𝑄
∆𝑇
𝐶 𝑚 𝑐
P h y s i c f o r s c i e n c e
126
cair menjadi padat atau zat gas menjadi zat cair. Kalor yang diterima atau dilepas oleh
suatu benda dapat dihitung dengan rumus berikut.
Dimana Q adalah banyak kalor (J), m adalah massa benda (Kg), c adalah kalor
jenis (J/KgoC) dan adalah perubahan suhu (
oC). Apabila benda mengalami perubahan
wujud, maka jumlah energi yang digunakan tersebut dihitung dengan rumus m.L, dimana
L adalah kalor jenis perubahan wujud zat. Satuan ukur kalor adalah kalori, dimana satu
kalori adalah jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air
sebesar 1oC. 1 Kalori disetarakan dengan 4.2 Joule.
d. Asas Black
Anda ketahui bahwa kalor
berpindah dari satu benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang
bersuhu rendah. Perpindahan ini
mengakibatkan terbentuknya suhu
akhir yang sama antara kedua benda
tersebut. Pernahkah Anda membuat
susu atau kopi? Sewaktu susu diberi
air panas, kalor akan menyebar ke
seluruh cairan susu yang dingin,
sehingga susu terasa hangat.
𝑄 𝑚 𝑐 ∆𝑇 + 𝑚 𝐿
DEFINISI HUKUM KEKEKALAN
ENERGI
Hukum kekekalan energi yaitu kalor yang
dilepaskan oleh air panas (Q lepas) sama
dengan kalor yang diterima oleh air dingin (Q
terima).
P h y s i c f o r s c i e n c e
Suhu akhir setelah percampuran antara susu dengan air panas disebut suhu termal
(keseimbangan). Kalor yang dilepaskan air panas akan sama besarnya dengan kalor yang
diterima susu yang dingin. Kalor merupakan energi yang dapat berpindah, prinsip ini
merupakan prinsip hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan energi di rumuskan
pertama kali oleh Joseph Black (1728 – 1899). Hukum kekekalan energi yaitu kalor yang
dilepaskan oleh air panas (Q lepas) sama dengan kalor yang diterima oleh air dingin (Q
terima). Oleh karena itu, pernyataan tersebut juga di kenal sebagai asas Black. Joseph
Black merumuskan perpindahan kalor antara dua benda yang membentuk suhu termal
sebagai berikut.
Asas Black adalah hukum yang menyatakan bahwa untuk semua pertukaran energi
panas (kalor), maka kalor yang diterima materi bersuhu lebih rendah akan sama besar
dengan kalor yang dilepas oleh materi bersuhu lebih tinggi. Secara matematis, Asas Black
dinyatakan sebagai berikut.
Jika terdapat dua materi dengan suhu berbeda dicampurkan menjadi satu, asas black
dapat digunakan untuk mengetahui suhu akhir campuran. Penerapannya
secara matematis adalah sebagai berikut.
Keterangan:
m1 = Massa materi bersuhu lebih tinggi
c1 = Kalor jenis materi bersuhu lebih tinggi
T1 = Suhu materi bersuhu lebih tinggi
m2 = Massa materi bersuhu lebih rendah
c2 = Kalor jenis materi bersuhu lebih rendah
T2 = Suhu materi bersuhu lebih rendah
Tm = Suhu akhir campuran
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑚 𝑐 (𝑇 − 𝑇𝑚) 𝑚2 𝑐2 (𝑇𝑚 − 𝑇2)
P h y s i c f o r s c i e n c e
e. Perpindahan Kalor
Perpindahan kalor dari suatu benda terjadi jika ada perubahan atau perbedaan suhu,
sedangkan jika suhunya sama akan terjadi keseimbangan yang berarti tidak ada perpindahan
kalor atau energi. Perpindahan kalor dapat 3 kelompok yaitu:
a) Konduksi
Konduksi adalah proses transformasi panas di dalam zat perantara dimana energi
panas berpindah dari molekul yang satu ke molekul yang ada di dekatnya hanya dengan jalan
getaran termal berkala, tanpa ada pemindahan massa zat perantara sama sekali.
Contoh :
Benda yang terbuat dari logam akan terasa hangat atau panas jika ujung benda
dipanaskan, misalnya ketika memegang kembang api yang sedang dibakar.
Knalpon motor menjadi panas saat mesin dihidupkan
Tutup panci menjadi panas saat dipakai untuk menutup rebusan air.
Mentega yang dipanaskan diwajan menjadi meleleh karena panas.
Contoh Konduksi (Sumber: belajarbagus.net)
b) Konveksi
Konveksi adalah proses pemindahan panas dari suatu tempat ke tempat lain melalui
perpindahan massa zat cair atau gas yang dipanasi dari tempat satu ke tempat yang lain.
Hanya terjadi pada zat cair dan gas.
Contoh :
Gerakan naik dan turun air ketika dipanaskan.
Terjadinya angin darat dan angina laut.
P h y s i c f o r s c i e n c e
Gerakan balon udara.
Asap cerobong pabrik yang membumbung tinggi.
Contoh konveksi (Sumber: wonderfulengineering.com)
c) Radiasi
Radiasi adalah transformasi energi panas lantaran gelombang elektromagnetik, tidak
ada zat perantara yang memegang peranan dalam proses pemindahan ini.
Contoh :
Panas matahari sampai ke bumi walau melalui ruang hampa.
Tubuh terah hangat ketika berada didekat sumber api.
Menetaskan telur ungags dalam lampu.
Pakaian menjadi kering ketika dijemur dibawah terik matahari.
Contoh radiasi (Sumber: cuacajateng.com)
P h y s i c f o r s c i e n c e
KESIMPULAN
Suhu atau temperatur adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau
dingin suatu benda. Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda
sampai pada suhu tertetu,beberapa sifat fisik benda berubah. Sebagai contoh: ketika
memanaskan sebatang besi,besi akan memuai,begitu pula ketika mendinginkan air
sampai suhu dibawah nol,air tersebut akan menjadi es.
Pengaruh kalor terhadap benda berbeda-beda sesuai dengan benda tersebut.
Besarnya kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sebuah benda bergantung pada
beberapa factor. Antara lain massa benda, jenis benda, dan perubahan suhu pada
benda tersebut.
P h y s i c f o r s c i e n c e
DAFTAR PUSTAKA
Supianto, 2006. FISIKA Untuk SMA kelas X. Jakarta: Phibeta
Bandura,A.(1969).fisika alam.jakarta: erlangga.
Widodo.Tri.2009.Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
Karyono, dkk.2009.Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X.Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Zainuri Iman.2006.Tips n Trik Fisika SMA. Jakarta: Erlangga
P h y s i c f o r s c i e n c e
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nurhasanah lahir di Pasar Terusan pada tanggal 20 April 1997. Penulis
merupakan anak keempat dari lima bersaudara yaitu putri dari
Ayahanda A. Rahman dan Ibunda Rumiyati. Penulis memulai
pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004 di Sekolah Dasar Negeri
133/1 Pasar Terusan, selanjutnya penulis melanjutkan sekolah
menengah pertama di MTs Negeri 2 Batanghari selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2012.
Setelah itu pada tahun 2012, penulis melanjutkan kejenjang sekolah menengah atas di MAN 1
Batanghari dan penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah tersebut pada tahun 2015. Penulis
terdaftar sebagai Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika pada tahun 2015. Untuk memperoleh gelar
Serjana Strata Satu (S1) penulis mengembangkan produk “Pengembangan Bahan Ajar Fisika
Berbasis Investigasi pada Materi Suhu dan Kalor untuk Siswa Kelas X MAN 3 Batanghari”
P h y s i c f o r s c i e n c e
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CIRRICULUM VITAE)
Pendidikan Formal :
1. SDN 133/1 Pasar Terusan Tamat : Tahun 2009
2. MTsN 2 Batanghari Tamat : Tahun 2012
3. MAN 1 Batanghari Tamat : Tahun 2015
Pengalaman Organisasi : 1. Bendahara Osis MAN 1 Batanghari
2. HMJ Fisika
Motto Hidup : “Engkau mengharapkan keselamatan, namun tidak
menempuh jalan-jalan keselamatan. Sesungguhnya
kapal itu tidak mungkin berlayar di atas daratan.”
Jambi, 23 Juni 2019
NURHASANAH
NIM.TF.151099
Nama : Nurhasanah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Pasar Terusan/20 April 1997
Nama Ayah : A. Rahman
Nama Ibu : Rumiyati
Anak Ke : Anak ke-4 dari 5 bersaudara
Alamat : Pasar Terusan RT.09, Kec. Muara
Bulian, Kab. Batanghari, Prov.Jambi.
Pekerjaan : Mahasiswa UIN STS Jambi
Alamat E-Mail : [email protected]
No Kontak : 081266242270