pengembangan media pembelajaran fisika

134
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INVESTIGASI PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 BATANGHARI JAMBI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Serjana Pendidikan Oleh NURHASANAH NIM. TF.151099 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Upload: khangminh22

Post on 08-Jan-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA

BERBASIS INVESTIGASI PADA MATERI SUHU DAN

KALOR UNTUK SISWA KELAS X MADRASAH

ALIYAH NEGERI 3 BATANGHARI JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Serjana Pendidikan

Oleh

NURHASANAH

NIM. TF.151099

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA

SAIFUDDIN JAMBI

2019

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA

BERBASIS INVESTIGASI PADA MATERI SUHU DAN

KALOR UNTUK SISWA KELAS X MADRASAH

ALIYAH NEGERI 3 BATANGHARI JAMBI

SKRIPSI

Oleh

NURHASANAH

NIM. TF.151099

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA

SAIFUDDIN JAMBI

2019

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan Rahmad Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang…

Ya Allah…

Se izinmu kuberhasil melewati satu rintangan untuk sebuah keberhasilan

Namun kutahu keberhasilan bukanlah akhir dari perjuanganku

Tapi awal dari sebuah harapan dan cita-cita

Jalan didepanku masih panjang, masih jauh perjalananku untuk menggapai masa depan

yang cerah tuk bisa membahagiakan orang-orang yang kucintai

Karya ini kupersembahkan untuk:

Ayahanda tercinta Abdul Rahman

Dan ibunda tercinta Rumiyati

Takkan pernah ku lupa semua pengorbanan dan jerih payah yang engkau berikan untukku

agar dapat menggapai cita-cita dan semangat serta do’a yang kau lantunkan untukku

sehingga kudapat raih kesuksesan ini. Semoga kelak aku dapat membahagiakan dirimu

sampai akhir hayatmu.

Untuk kakakku Dasmiyanti, Ratna Dewi, abangku Arisman dan adikku M. Sukron yang selalu

memberikan semangat.

Untuk teman dekatku Dwi Abdul Rahman yang selalu memberi dukungan, dan memberi

semangat kepadaku.

Untuk teman-teman fisika angkatan 2015 yang telah berjuang bersama, terlebih untuk kelas

fisika 15B yang telah memberikan Do’a, saran dan bantuannya dalam menulis skripsi ini.

Dan untuk semua pihak yang namanya tidak dapat kusebutkan satu persatu yang telah

memberikan Do’a, bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

tepat waktu.

MOTTO

لى … بس ع ي لك ال س ا ت ه ك ال مس

“Engkau mengharapkan keselamatan, namun tidak menempuh jalan-jalan keselamatan.

Sesungguhnya kapal itu tidak mungkin berlayar di atas daratan.” (Bustanul Wa’izhin, 1/282)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat-Nya serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA Berbasis Investigasi Pada

Materi Suhu dan Kalor Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X di MAN 3

Batanghari”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Pada penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan

serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini peneliti juga

bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA., selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Boby Sefrinando, M.Si., selaku Ketua Program Studi Fisika UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Boby Sefrinando, M.Si., selaku pembimbing I dan Ibu Wiji Utami,

M.Sc., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dan

mencurahkan pikirannya demi pengarahan penulisan dalam menyelesaikan

skripsi.

5. Bapak Zainal Hartoyo, M.Pd., selaku Dosen Validator ahli materi, Bapak

Abdul Rahim, M.Pd., selaku Dosen Validator ahli media/desain dan Bapak

Drs. Mursyid, M.Pd., selaku Dosen ahli bahasa yang telah meluangkan waktu

dan pikirannya demi mengarahkan penulis dalam penyusunan Media

Pembelajaran Fisika.

6. Bapak/Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya Program Studi

Fisika.

7. Karyawan/Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya Program Studi

Fisika.

8. Bapak Misran, S.Ag, M.Pd.I., selaku Kepala Sekolah MAN 3 Batanghari, yang

telah memberikan izin untuk mengadakan riset penelitian.

9. Ibu Sri Wahyuningsi, M.Si., selaku Guru Mata Pelajaran Fisika di MAN 3

Batanghari yang telah memberi bimbingan saat riset penelitian dan memberi

kemudahan kepada penulis untuk memperoleh data lapangan.

Semoga Allah SWT memberi balasan atas semuanya. Terima kasih juga kepada

seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, Peneliti meminta maaf apabila dalam

penyusunan skripsi ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik

dan saran dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi lebih sempurna.

Wassalamu’alikum wr.wb.

Jambi, 2019

Penulis

Nurhasanah

TF151099

ABSTRAK

Nama : Nurhasanah

Jurusan : Pendidikan Fisika

Judul : Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Investigasi pada

Materi Suhu dan Kalor untuk Siswa Kelas X MAN 3 Batanghari Jambi

Penelitian ini membahas tentang Pengembangan Media Pembelajara Fisika

Berbasis Investigasi Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk Siswa Kelas X MAN 3

Batanghari Jambi. Tujuan dalam penelitian ini yaitu membuat media pembelajaran yang

valid dan praktis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Reasearch

and Development (R&D) dengan proses pengembangannya menggunakan model 4-D

yang terbagi menjadi 3 tahap yaitu, Pendefinisian (Define), Perancangan (Design), dan

Pengembangan (Development). Pada tahap Define dilakukan analisis kurikulum, analisis

siswa dan analisis bahan ajar. Tahap Design dilakukan perancangan media pemebelajaran

fisika. Selanjutnya pada tahap Development dilakukan validasi ahli dan uji coba media

pembelajaran fisika pada siswa MAN 3 Batanghari. Data validitas diperoleh melalui

lembar validasi. Data uji praktikalitas diperoleh melalui angket respon guru dan siswa.

Hasil penelitian ini adalah media pembelajaran fisika dinyatakan layak oleh validator ahli

materi, media, dan bahasa dengan kriteria sangat Valid dan rata-rata persentase kevalidan

sebesar 82,6%. Hasil analisis dari respon siswa dengan persentase sebesar 82,8%

dinyatakan sangat Praktis. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran Fisika Berbasis Investigasi Pada Materi Suhu dan Kalor

dinyatakan valid dan praktis.

Kata kunci: Media Pembelajaran Fisika, Investigasi, Suhu dan Kalor

ABSTRACT

Name : Nurhasanah

Study Program : Tadris Fisika

Tittle :Development of Physics Learning Media Based Investigation

on Temperature and Heat Material for Class X MAN 3

Batanghari Jambi

This study discusses the Development of Physics Learning Media Based on

Investigation on Temperature and Heat Material for Class X MAN 3 Batanghari

Jambi. The purpose of this research is to make learning media valid and practical.

The method used in this study is the method of Reasearch and Development (R&D)

with the development process using a 4-D model which is divided into 3 stages,

namely, Define, Design, and Development. In the Define phase, curriculum analysis,

student analysis and teaching material analysis are carried out. Design phase is done

by designing physics learning media. Furthermore, at the Development stage expert

validation and physics learning media trials were conducted on MAN 3 Batanghari

students. Validity data is obtained through validation sheets. Practicality test data

were obtained through teacher and student response questionnaires. The results of this

study are that physics learning media are declared feasible by material, media and

language expert validators with very valid criteria and an average percentage of

validity of 82.6%. The results of the analysis of student responses with a percentage

of 82.8% expressed very practical. Based on the results obtained, it can be concluded

that the physics learning media based on Investigation on Temperature and Heat

Material is declared valid and practical.

Keywords: Learning Media, Investigation, Temperature and Heat.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

NOTA DINAS I ............................................................................................................... ii

NOTA DINAS II ............................................................................................................ iii

PENGESAHAN .............................................................................................................. iv

PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................................. v

PERSEMBAHAN .......................................................................................................... vi

MOTTO ......................................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................................. viii

ABSTRAK ....................................................................................................................... x

ABSTRACT .................................................................................................................... xi

DAFTAR ISI.................................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 3

C. Batasan Masalah........................................................................................ 3

D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 4

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ........................................................ 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pengembangan Model .................................................................. 6

B. Kajian Teori .............................................................................................. 9

C. Penelitian yang Relevan ..........................................................................16

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................18

B. Karakteristik Sasaran Penelitian .............................................................18

C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan ..............................................18

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Media Pembelajaran .............................................33

B. Kelayakan Media Pembelajaran ..............................................................50

C. Kepraktisan Media Pembelajaran (dalam tahap uji coba) ......................62

D. Pembahasan .............................................................................................63

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................68

B. Saran ........................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 70

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Jenis Perpindahan Kalor Berdasarkan ..............................14

Tabel 3.1 Penskoran Butir Skala Likert Berdasarkan .........................................30

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kevalidan Media Pembelajaran ...............................30

Tabel 3.3 Penskoran Butir Skala Likert Berdasarkan ........................................31

Tabel 3.4Kategori Interval Peaktikalitas Media Pembelajaran ...........................32

Tabel 4.1 Saran Validator Ahli Materi ................................................................50

Tabel 4.2 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Materi ................................................50

Tabel 4.3 Saran Validator Ahli Media ................................................................52

Tabel 4.4 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Media ...............................................52

Tabel 4.5 Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Bahasa ...............................................53

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Validator Ahli Materi, Media dan Bahasa .................55

Tabel 4.7 Hasil Analisa Praktikalitas Siswa .......................................................55

Tabel 4.8 Hasil Praktikalitas Respon Guru .........................................................58

Tabel 4.9 Hasil Praktikalitas Respon Siswa ........................................................60

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbandingan Skala Termometer .................................................... 13

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian Pengembangan 4-D .............................. 24

Gambar 4.1 Cover Media Pembelajaran Fisika .................................................. 36

Gambar 4.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar .................................. 36

Gambar 4.3 Peta Konsep Media Pembelajaran Fisika ....................................... 37

Gambar 4.4 Materi Pembelajaran Suhu ............................................................. 37

Gambar 4.5 Materi Pembelajaran Jenis-jenis Termometer ................................ 38

Gambar 4.6 Materi Pembelajaran ...................................................................... 38

Gambar 4.7 Kegiatan Praktikum 1 Memberi Skala Termometer ...................... 39

Gambar 4.8 Materi Pembelajaran Perbandingan Skala Termometer ................. 39

Gambar 4.9 Materi Pembelajaran Hubungan Antara Termometer ..................... 40

Gambar 4.10 Materi Pembelajaran Rumus Perbandingan Skala Termometer ... 40

Gambar 4.11 Materi Pembelajaran Pemuaian .................................................... 41

Gambar 4.12 Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Padat .................................... 41

Gambar 4.13 Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Cair dan Gas ........................ 42

Gambar 4.14 Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Gas ....................................... 42

Gambar 4.15 Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Gas ....................................... 43

Gambar 4.16 Materi Pembelajaran Kalor ........................................................... 43

Gambar 4.17 Materi Pembelajaran Pengaruh Kalor Terhadap Suhu .................. 44

Gambar 4.18 Kegiatan Praktikum 2 Hubungan Kalor dan Kalor Jenis .............. 44

Gambar 4.19 Materi Pembelajaran Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor ................. 45

Gambar 4.20 Materi Pembelajaran Asas Black .................................................. 45

Gambar 4.21 Materi Pembelajaran Asas Black .................................................. 46

Gambar 4.22 Materi Pembelajaran Perpindahan Kalor ...................................... 46

Gambar 4.23 Materi Pembelajaran Perpindahan Kalor ...................................... 47

Gambar 4.24 Kesimpulan Media Pembelajaran Fisika ...................................... 47

Gambar 4.25 Daftar Pustaka .............................................................................. 48

Gambar 4.26 Daftar Riwayat Hidup .................................................................. 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan kebutuhan kurikulum pada saat ini terhadap kualitas manusia

semakin meningkat sehingga menjadi salah satu tanggung jawab bagi

seorang guru. Guru merupakan tenaga pendidik yang ikut bertanggung jawab

atas ketercapaian terhadap kualitas manusia yang akan bersaing di masa depan

untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik (Simanjuntak, 2015). Salah

satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya proses

pembelajaran (Wardani dkk., 2009)

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari fenomena dan

gejala alam secara empiris, logis, sistematis, dan rasional yang melibatkan

proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang

produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip, dan hukum-hukum

fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk melakukan eksperimen di dalam dan di

luar laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai pokok

bahasan fisika (Lestari, & Siliyanah, 2014).

Pembelajaran fisika mengenai pemahaman terhadap suatu konsep fisika

tidak cukup hanya dengan pemberian informasi dari guru, tetapi siswa harus

bisa membangun pemahaman konsep sendiri. Menurut teori konstruktivistik

guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, akan tetapi

siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Dalam era pembelajaran

konstruktivistik, keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran merupakan

kunci utama belajar. Keaktifan dalam belajar sering menjadi prediktor yang

baik bagi hasil belajar siswa (Baharun, 2013).

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan ide-ide mereka sendiri untuk membantu siswa dalam

mengkonstruksi pemahamannya, oleh karena itu diperlukan bahan ajar yang

tepat untuk menunjang proses pembelajaran tersebut. Bahan ajar yang

dikembangkan dengan memperhatikan keterlibatan peran siswa dalam

menemukan konsep suatu materi dapat lebih lama tersimpan dalam ingatan

(long time memory) (Deporter, 2008: 214). Siswa dapat mengeksplorasi

kemampuan kemampuan dan kreativitasnya dalam memecahkan suatu

masalah.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Ibu Sri Wahyuningsi, S.Si

sebagai pengampu Mata Pelajaran Fisika, bahwa siswa MAN 3 Batanghari

juga masih banyak yang menganggap fisika adalah pelajaran menghitung yang

rumit, sulit, dan susah untuk dipahami. Hal ini disebabkan penyajian Pelajaran

Fisika yang masih berpusat pada guru dan hanya menggunakan media

pembelajaran Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang digunakan hanya berisi

sedikit materi dan sangat kurang gambar sehingga siswa kesulitan untuk

memahami konsep materi. Soal pada LKS bisa dijawab dengan mudah oleh

siswa dengan melihat materi pada LKS sehingga siswa kurang termotivasi

untuk berfikir kritis dan tidak mandiri (Arafah dkk, 2012).

Berdasarkan observasi yang dilakukan di MAN 3 Batanghari yaitu guru

menggunakan media pembelajaran LKS. LKS yang digunakan guru masih

belum selaras dengan model pembelajaran. Media pembelajaran yang masih

kurang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan ini juga menjadi

faktor penentu proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Minimnya

minat belajar mengakibatkan transfer ilmu menjadi sulit diterima siswa. Hasil

belajar siswa yang rendah menjadi gambaran mengenai kurang maksimal

seorang siswa menerima pelajaran (Kristianingsih & Sukiswo, 2016). Pada

materi suhu dan kalor di MAN 3 Batanghari, umumnya masih sulit untuk

mendapatkan nilai maksimal. Hal itu disebabkan oleh kurangnya minat belajar

siswa terhadap mata pelajaran fisika.

Melihat permasalahan yang terjadi dikelas X dan tuntutan kurikulum 2013,

peneliti mencoba menawarkan solusi dengan menyusun media pembelajaran

yang lebih mengakomodasi kebutuhan siswa dan kebutuhan kurikulum 2013

(Setyawati dkk., 2013). Media pembelajaran berbasis investigasi memiliki

beberapa keunggulan selain praktis dan mudah dibawa media pembelajaran

berbasis investigasi juga dapat dipelajari dimana saja dan kapan saja tanpa

harus menggunakan alat khusus. Dibandingkan media pembelajaran jenis lain

media pemebelajaran berbasis investigasi bisa dikatakan lebih unggul, karena

merupakan media yang baik dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk

belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak

dengan menggunakan argumentasi yang realistis. Media pembelajaran mampu

memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi, gambar, serta diagram dengan

proses yang sangat cepat.

Pengembangan media pembelajaran berbasis investigasi ini bertujuan

untuk menganalisis peningkatkan efektivitas siswa setelah menggunakan

pengembangan media pembelajaran berbasis investigasi pada materi suhu

dan kalor. Manfaat dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam bentuk media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru.

Siswa dapat mengembangkan aspek kemampuan dasar yang mencakup aspek

kognitif siswa. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dalam

melakukan penelitian lebih lanjut. Media pembelajaran berbasis investigasi ini

diharapkan dapat membantu siswa dalam mengungkapkan pengetahuan secara

optimal. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengembangan Media

Pembelajaran Fisika Berbasis Investigasi Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk

Siswa Kelas X Di Madrasah Aliyah Negeri 3 Batanghari Jambi’.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

yang menjadi identifikasi masalah adalah :

1. Belum adanya media pembelajaran disekolah selain LKS.

2. Guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan

tanya jawab.

3. Guru dalam proses pembelajaran kurang melibatkan siswa.

C. Batasan Masalah

Uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas akan

diadakan batasan masalah yang bertujuan untuk menfokuskan perhatian pada

objek penelitian. Secara ringkas batasan masalah dari latar belakang tersebut

adalah :

1. Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran berbasis investigasi

dalam bentuk bahan ajar untuk meningkatkan aktivitas dan respon sebagai

penyempurna LKS.

2. Materi yang digunakan adalah materi suhu dan kalor dikelas X semester II.

3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 3 Batanghari.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dan pengidentifikasian masalah maka

dapat peneliti kemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana mengembangkan media pembelajaran fisika berbasis investigasi

pada materi suhu dan kalor untuk siswa kelas X MAN 3 Batanghari Jambi

yang valid dan praktis.

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan dari pengembangan media pembelajaran fisika yang

dirancang oleh peneliti adalah untuk mengembangkan media pembelajaran

fisika berbasis investigasi yang valid dan praktis pada materi suhu dan kalor

untuk siswa kelas X MAN 3 Batanghari

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dari pengembangan media pembelajaran Fisika berbasis

investigasi pada meteri suhu dan kalor adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan bagi guru dibidang media

pembelajaran sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk

mengembangkan media pembelajaran dimasa yang akan datang.

b. Sebagai alat bantu bagi siswa dalam pembelajaran, untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep fisika, media pembelajaran juga dapat

meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa sehingga mampu

terlihat akfif dalam pembelajaran.

c. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi sekolah dalam mencapai

kurikulum yang dikembangkan sekolah dan juga dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam menentukan media pembelajaran yang praktis dan

menyenangkan.

F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang di hasilkan berupa media pembelajaran berbasis investigasi

pada materi suhu dan kalor untuk siswa kelas X. Produk yang dihasilkan dari

pengembangan media pembelajaran berbasis investigasi memiliki spesifikasi yaitu:

produk yang dihasilkan berbentuk modul pembelajaran yang berisi materi

pembelajaran fisika dengan sub bab Suhu dan kalor yang dilengkapi dengan halaman

sampul, peta konsep, materi pembelajaran, kegiatan praktikum dan gambar untuk

memberi daya tarik gambaran nyata materi pembelajaran yang di gunakan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pengembangan Model

Menurut Richey & Kelin (2010) mendefiniskan “Perancangan dan

penelitian pengembangan adalah kajian yang sitematis tentang bagaimana

membuat rancangan suatu produk”. Mengembangkan atau memproduksi

rancangan tersebut, dengan tujuan dapat diperoleh data yang emperis yang

dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat produk, alat-alat dan model

yang dapat digunakan dalam pembelajaran atau non pembelajaran.

Perancangan dan penelitian pengembangan, berusaha mengembangkan ilmu

secara sistematik berdasarkan data dari praktik. Melalui metode penelitian ini

akan dapat dikembangkan ilmu berdasarkan produk tertentu dalam membantu

meningkatkan produktivitas kerja. Penelitian pengembangan merupakan cara

sistematis yang digunakan untuk membuat rancangan, mengembangkan

program pembelajaran dan produk yang dapat memenuhi kriteria internal.

Borg & Gall (1998), menyatakan bahwa, “Penelitian dan pengembangan

merupakan proses atau metode yang digunakan untuk memvalidasi dan

mengembangkan produk”. Mengembangkan produk dimaksud untuk

menghasilkan sesuatu yang baru atau memperbaiki produk yang telah ada

seperti buku teks, film untuk pembelajaran, dan software (perangkat lunak)

komputer, tetapi juga metode seperti metode mengajar, dan program seperti

program pendidikan untuk mengatasi penyakit anak yang minum-minuman

keras dan program pengembangan saraf.

Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan

mengembangkan produk. Memvalidasi produk, berarti produk itu divalidasi

terlebih dahulu oleh beberapa ahli agar mendapatkan persetujuan layak atau

tidak layak dikembangkan dengan menguji validitas, praktikalitas dan

efektifitas produk tersebut dengan tujuan memeriksa kebenaran konsep-

konsep dan tata bahasa dalam produk yang akan dikembangkan.

Mengembangkan produk dalam arti yang luas dapat berupa memperbarui

produk yang telah ada sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien atau

menciptakan produk baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Ada beberapa model penelitian dan pengembangan dalam bidang

pendidikan antara lain model Sugiyono, model Borg and Gall, model Four-D,

model ADDIE, model Dick & Carey, model ASSURE dan lain-lain. Model

penelitian pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pengembangan 4-D (define, design, development, dessiminate) yang

dikembangkan oleh S.Thiagarajan dkk (1974). Model 4-D dipilih karena

model penelitian yang dikembangkan oleh S.Thiagarajan ini merupakan

pengembangan model penelitian yang secara detail menjelaskan langkah-

langkah operasional model penelitian pengembangan produk. Model 4-D lebih

terperinci dan lebih sistematis (Esa, 2015).

Model 4-D juga memiliki beberapa kelebihan antaranya adalah; (1).

langkahnya mudah diikuti, (2). Pada tahap III peneliti dapat dengan leluasa

melakukan uji coba dan revisi berkali-kali sampai diperoleh hasil dengan

kualitas yang maksimal, dan (3). Pijakan utama di Indonesia berdasarkan

kurikulum yang telah ditetapkan, oleh karena itu dalam penyusunan perangkat

terlebih dahulu harus dilakukan analisis kurikulum, pada model 4-D analisis

kurikulum dapat dilakukan pada langkah analisis ujung depan pada tahap awal

(define) (Wahyudi dkk., 2014).

Model 4-D merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik

(Trianto, 2010). Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan secara

sistematis dan berpijak pada landasan teoritis suatu pembelajaran. Model ini

tersusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis

dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan suatu sumber

belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar yang

dalam hal ini adalah peserta didik MAN 3 Batanghari. Dari beberapa

kelebihan yang dimiliki model 4-D maka tidak bisa dipungkiri bahwa model

penelitian dan pengembangan 4-D layak untuk digunakan dalam langkah-

langkah pembuatan produk yang akan peneliti kembangkan.

Model 4-D (define, design, development, desiminate) terdiri dari beberapa

tahapan, yaitu:

1. Define

Tahap pertama yaitu tahap pendefenisian (define). Yang bertujuan untuk

menetapkan dan mendefenisikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam

pengembangan pembelajaran. Penetapan syarat-syarat yang dibutuhkan

dilakukan dengan memperhatikan serta menyesuaikan kebutuhan

pembelajaran. Tahap ini terdiri tiga langkah antara lain analisis kurikulum,

analisis siswa dan analisis bahan ajar.

2. Design

Tujuan dari tahap perancangan ini adalah merancang media pembelajaran

fisika yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan. Ada tiga tahap yang harus diikuti dalam perancangan media

pembelajaran yaitu, menyusun Indikator, memilih media, dan merancang

bahan ajar (Trianto, 2010).

3. Development

Tahap ini bertujuan menghasilkan bahan ajar fisika yang telah ditelaah dan

divalidasi oleh dosen dan guru, serta sudah teruji kepraktisan dan

keefektifannya. Tujuan pada tahap pengembangan ini untuk menghasilkan

bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan

masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil uji coba (Trianto, 2010).

4. Dessiminate

Dessiminate merupakan tahap untuk mempromosikan produk agar dapat

diterima oleh pengguna. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa

salah satu model yang sesuai untuk mengembangkan produk adalah model 4-

D. Metode dan model ini dipilih karena bertujuan untuk menghasilkan produk

berupa Bahan Ajar. Produk yang dikembangkan kemudian di uji kelayakannya

dengan vasiditas dan uji coba produk untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran

menggunakan Bahan Ajar pada materi Suhu dan kalor.

B. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Gerlach & Ely (1971) dalam (Aisyah, 2018) mengatakan

bahwa “media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Dalam pengertian ini dapat kita

ketahui bahwa media merupakan alat bantu pengantar informasi untuk

mempemudah siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Menurut Azhar Arsyad (1996) dalam (Zainiyati, 2017) Fleming

memberikan penjelasan mengenai media pada uraian berikut:

Media sebagai penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua

pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media

menunjukkan fungsi atau peranannya, yaitu mengatur hubungan yang

efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar peserta didik da nisi

pelajaran. Disamping itu, mediator dapat pula mencerminkan

mengertian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran

mediasi, mulai dari guru smapai kepada peralatan paling canggih dapat

disebut media.

Media merupakan sebagai alat untuk membantu menyampaikan

informasi kepada penerima. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima yang dapatmerangsang

pikiran, perasaan, perhatian agar terjadi komunikasi yang efektif dan efesian

desebut media.

Menurut Andeson dalam (Zainiyati, 2017) “Media pembelajaran adalah

media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya

seseorang pengembangan mata pelajaran dengan para siswa.” Dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyampaikan pesan melalui bahan pembelajaran,

sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa

dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran.

Dalam suatu proses belajar mengajar, terdapat dua unsur yang amat

penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini

saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan

mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada

berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media.

Menurut Hamalik (1986) dalam (zainiyati, 2017) mengemukakan bahwa

manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah sebagai

berikut:

1) Membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

2) Membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar,

3) Membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.

Selain menurut Hamalik (1986), manfaat media pembelajaran juga

dikemukakan oleh Sudjana & Rivai (1992) dalam (Aisyah, 2018) sebagai

berikut:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menambahkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa

menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga

siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila

guru mengajar untuk setiap jam mata pelajaran.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemontrasikan, dan lain-lain.

Media pembelajaran bermanfaat untuk memudahkan siswa dalam

memahami pembelajaran. Siswa cenderung aktif selama proses

pembelajaran, karena siswa akan langsung mengamati, melakukan, dan

mendemonstrasikan, sehingga siswa tidak merasa bosan dan akan

termotivasi untuk terus belajar. Media pembelajaran juga tidak menguras

waktu dan tenaga guru dalam proses pembelajaran.

2. Metode Investigasi

Metode investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran

yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahamannya melalui

berbagai macam kegiatan belajar. Kegiatan belajarnya diawali dengan

pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru,

sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka artinya tidak

terstruktur secara ketat oleh guru yang pelaksanaannya mengaju pada teori

investigasi (Krismanto, 2003)

Anggraini (2011) menambahkan, pada pembelajaran investigasi siswa

bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru banyak bertindak

sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk

dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta

menggunakan pengetahuan awal mereka dalan memahami situasi baru. Guru

juga berperan dalam mending siswa untuk dapat memperbaiki hasil mereka

sendiri maupun hasil kerja kelompoknya. Kadang mereka memang

memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan

yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan pertanyaan

yang lebih terarah, detail dan rinci, dengan demikian guru harus selalu

menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti ditengah jalan. (Krismanto,

2003) mengemukakan bahwa tahapan-tahapan dalam menerapkan

pembelajaran investigasi kelompok adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi kelompoknya

2. Merencanakan tugas pembelajaran

3. Melaksanakan penyelidikan

4. Menyiapkan laporan

5. Menyampaikan laporan akhir

6. Mengevaluasi

Diskusi kelompok maupun diskusi kelas merupakan hal yang sangat

penting guna memberikan pengalaman mengemukakan dan menjelaskan

segala hal yang merkea pikirkan dan membuka diri terhadap yang dipikirkan

oleh teman mereka. Pengalaman yang baik ini akan memotivasi siswa untuk

belajar dan mau menyelidiki lebih lanjut. Pengalaman bekerja sama dalam

banyak hal sesuai dengan semangat gotong royong yang telah berkembang

saat ini (Krismanto, 2003).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa investigasi adalah

proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut

mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan

perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau

lebih hasil.

3. Suhu dan Kalor

a. Suhu

Suhu adalah derajat panas atau dinginnya benda. Suhu dapat diukur dengan

menggunakan alat yang disebut termometer. Sifat yang diukur untuk

menyatakan suhu disebut termometrik, satuan suhu adalah derajat. Zat cair

yang biasa digunakan untuk mengisi termometer adalah air raksa. karena

raksa.

Alkohol dapat juga digunakan untuk mengisi tabung termometer karena

dapat mengukur suhu yang lebih rendah lagi tetapi tidak dapat mengukur suhu

yang tinggi sebab titik bekunya -14°C dan titik didihnya 78°C. Jadi

termometer alkohol sangat baik untuk mengukur suhu-suhu yang rendah tetapi

tidak dapat mengukur suhu-suhu yang tinggi.

Air tidak digunakan untuk mengisi termometer karena jangkauan suhu air

terbatas 0° – 100°C, tidak berwarna sehingga sulit dilihat, membasahi dinding

tempatnya dan memerlukan waktu lama sehingga mengurangi ketelitian

pembacaan skala. Untuk menyatakan suhu dengan bilangan diperlukan

patokan suhu yang tetap yang dapat dibuat kembali dengan mudah dan teliti.

Patokan suhu yang digunakan disebut titik tetap. Dari skala suhu yang ada

sekarang telah ditetapkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Perbandingan skala thermometer (Zainuri, 2006:301)

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa:

a. Termometer skala Celsius

Memiliki titik didih air 100 dan titik bekunya 0 . Rentang

temperaturnya berada pada temperatur 0 – 100 dan dibagi dalam 100

skala.

b. Temometer skala Reamur

Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang temperaturnya

berada pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.

c. Termometer skala Fahrenheit

Memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang

temperaturnya berada pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180

skala.

d. Termometer skala Kelvin

Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang

temperaturnya berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi

dalam 100 skala.

Jadi, jika diperhatikan pembagian skala tersebut, satu skala dalam

derajat Celsius sama dengan satu skala dalam derajat Kelvin, sementara satu

skala Celsius kurang dari satu skala Reamur dan satu skala Celsius lebih dari

satu skala Fahrenheit (Supianto, 2006).

2. Kalor

Kalor adalah energi yang diterima oleh sebuah benda sehingga suhu benda

tersebut naik atau melakukan perubahan wujud. Satuan kalor adalah kalori

atau disingkat kal. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk

memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 10 . James Prescott Joule,

seorang ahli fisika dari Inggris, mempelajari hubungan antara timbul dan

hilangnya kalor terhadap perubahan energi mekanik. Melalui percobaan yang

dilakukan berulang kali akhirnya diperoleh hubungan sebagai berikut: 1 kal =

4,2 joule, 1 kkal = 4.200 joule, 1 joule = 0,24 kal.

Perpindahan kalor dari suatu benda terjadi jika ada perubahan atau

perbedaan suhu, sedangkan jika suhunya sama akan terjadi keseimbangan

yang berarti tidak ada perpindahan kalor atau energi. Perpindahan kalor dapat

dikelompokkan dalam tiga jenis terdapat pada Tabel 2.2

Tabel. 2.2

Klasifikasi Jenis Perpindahan Kalor

No Perpindahan Penjelasan Contoh

1.

Konduksi

(hantaran)

Proses tranformasi panas

didalam zat perantara

dimana energy panas

berpindah dari molekul

yang ada di dekatnya

dengan jalan getaran termal

berkala, tanpa ada

pemindahan massa zat

perantara sama sekali.

a. Konduksi terjadi

pada besi yang

salah satu

ujungnya

dipanaskan.

b. Untuk mencegah

konduksi pada

barang rumah

tangga yang

terbuat dari logam

yaitu dengan

menambahkan

bahan isolator

seperti plastic

pada pemegang

sendok, panic dll.

2. Konveksi

(aliran)

Proses pemindahan panas

dari suatu tempat ke tempat

lain melalui perpindahan

massa zat cair atau gas

yang dipanasi dari tempat

satu ke tempat yang, hal ini

terjadi pada zat cair dan gas.

a. Penerapan

konveksi antara

lain cerobong

asap, pengisian

gas Freon, obat

nyamuk, minyak

wangi, dll.

b. Untuk mencegah

terjadinya

konveksi terutama

pada bangunan

biasanya dipasang

plafon di bagian

bawah atap

bangunan.

3. Radiasi

(pancaran)

Tranformasi energy panas

lantaran gelombang

elektromagnetik, tidak ada

zat perantara yang

memegang peranan dalam

proses pemindahan ini.

a. Radiasi sinar

matahari

b. Untuk mencegah

terjadinya radiasi

misalnya

pemakaian

kostum anti

radiasi, rumah

dicat putih agar

memantulkan

kembali kalor

radiasi matahari.

(Sumber: Supianto, 2006)

C. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang memiliki relevansi yang sama dengan penelitian yang

peneliti lakukan yaitu penelitian terdahulu yang menjadi pendukung kevalidan

penelitian ini. Berdasarkan penelitian (Setyawati, dkk., 2013) juga melakukan

penelitian pengembangan bahan ajar yang berjudul “Pengembangan bahan ajar

IPA terpadu berbasis saling tema dengan tema biomassa sumber energi

alternatif terbarukan”. Penelitiannya menghasilkan bahan ajar berupa modul

yang telah di uji cobakan di lapangan dan memiliki hasil yang sangat baik

dengan kesesuaian hasil vasil validasi ke ahli, peer reviewer dalam komponen

materi, bahasa dan gambar penyajian dan kegrafikan.

(Viajayani, Eka Reny; Radiyono, Yohanes; Rahardjo, 2013) juga telah

melakukan penelitian pengembangan bahan ajar yang berjudul “Pengembangan

Media pembelajaran fisika menggunakan Macromedia Flash 8 pada pokok

bahasan suhu dan kalor”. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran menggunakan Macromedia Flash Pro

8 pada pokok bahasan Suhu dan Kalor yang telah dikembangkan, termasuk

dalam kriteria baik untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran (dari

penilaian ahli materi, ahli media, dan siswa memberikan rata-rata penilaian

83,62%).

(Simanjuntak, 2015) dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Fisika

SMA Berbasis Investigasi pada Materi Fluida Dinamis untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika”. Hasil penelitian diperoleh:

Bahan ajar fisika SMA berbasis investigasi yang dikembangkan dapat

meningkatakan respon, aktivitas dan hasil belajar siswa pada pertemuan I, II,

III yaitu: respon rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 76,42. pada

pertemuan kedua sebesar 79,77 dan pada pertemuan ketiga 87,36. Aktivitas

rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 67,01. pada pertemuan kedua sebesar

71,00 dan pada pertemuan ketiga 79,00. Hasil belajar rata-rata pada pertemuan

pertama sebesar 40,36. pada pertemuan kedua sebesar 60,71 dan pada

pertemuan ketiga 81,07.

Berdasarkan dari studi relevan diatas adapun yang menjadi persamaan

penelitian ini dengen penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini sama-sama

menggunakan penelitian R&D (Research and Development). Dan untuk

menjadikan pembelajaran yang terjadi didalam kelas dapat berlangsung

dengan baik (efektif, efisien, dan menarik).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 3 Batanghari Jambi. Penelitian ini

dilaksanakan pada awal Tahun Pelajaran 2019/2020 pada semester II (genap)

selama 1 bulan. Uji coba produk dilakukan pada siswa kelas X MAN 3

Batanghari tahun pelajaran 2019/2020.

B. Karakteristik Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian pengembangan ini adalah media pembelajaran

berbasis investigasi untuk menghasilkan media pembelajaran fisika di kelas X.

Adanya tenaga ahli validator, yang terdiri dari ahli materi, bahasa dan media

dapat membantu peneliti dalam menilai validasi media pembelajaran berbasis

investigasi yang dikembangkan. Guru fisika dan siswa di MAN 3 Batanghari

sebagai aplikasi nyata dalam pengembangan produk yang dikembangkan.

Siswa-siswi MAN 3 Batanghari kelas X yang terdiri dari satu kelas sebagai

objek untuk melakukan uji coba produk yang mewakili kelompok dengan

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dilihat dari analisis kebutuhan dan

kurikulum yang digunakan di MAN 3 Batanghari, serta analisis siswa dan

analisis materi maka peneliti menggunakan pokok bahasan materi suhu dan

kalor.

C. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan

Pendekatan dan prosedur pengembangan terdiri dari beberapa tahap yaitu,

analisis kebutuhan, rancangan pengembangan, uji coba/validitas, evaluasi,

revisi model, implementasi model, pengumpulan data, dan analisis data.

Penjelasan mengenai tahap-tahap pendekatan dan prosedur pengembangan

adalah sebagai berikut:

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan adalah langkah awal yang dilakukan peneliti

seperti, analisis kurikulum, analisis siswa dan analisis materi. Analisis

kurikulum bertujuan untuk melihat kesenjangan antara kebutuhan kurikulum

yang digunakan dengan bentuk aplikasi kurikulum yang sedang diterapkan di

MAN 3 Batanghari. Analisis siswa bertujuan untuk melihat karakteristik

siswa, umur siswa dan batas kemampuan yang dimiliki siswa di MAN 3

Batanghari. Analisis materi bertujuan untuk melihat kebutuhan dan

karakteristik materi yang ingin dikembangkan.

Berdasarkan analisis yang dilakukan di MAN 3 Batanghari, dalam proses

pembelajaran fisika kebanyakan guru menggunakan media papan tulis. Media

papan tulis dianggap sebagai media yang lebih mudah dan terjangkau oleh

guru dalam menyampaikan materi. Fasilitas laboratorium tidak sering

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, hal ini disebabkan oleh

keterbatasan fasilitas laboratorium yang tersedia. Media pembelajaran untuk

keberlangsungan proses pembelajaran terdiri dari buku paket kelas X fisika

dan LKS untuk kelas X. Buku paket pegangan guru yang digunakan hanya

berisi materi dan latihan soal, sementara itu LKS yang digunakan juga masih

monoton hanya berisi teori.

Setelah dilakukan analisis kebutuhan tersebut peneliti berinisiatif untuk

mengembangkan media pembelajaran berbasis investigasi. Berdasarkan

analisis kurikulum, analisis siswa, dan analisis materi yang diperoleh, maka

yang media pembelajaran akan peneliti kembangkan merupakan media yang

tepat untuk menunjang keberlangsungan proses pembelajaran di MAN 3

Batanghari.

2. Rancangan Pengembangan

Metode R&D meruapakan salah satu jenis dari metode penelitian. Secara

umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini dirancang sebagai

penelitian (R&D) merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2012:

297).

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan media pembelajaran

berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor. Model pengembangan yang

digunakan adalah model 4-D. Model 4-D disarankan oleh Thiagarajan,

Semmel pada tahun 1974. Menurut Trianto (2010:93), “Model 4-D terdiri

dari empat tahap yaitu pendefenisian (define), perancangan (design),

pengembangan (development) dan penyebaran (dessiminate).

Penelitian ini hanya dilakukan tiga tahap yaitu pendefenisian (define),

perancangan (design), pengembangan (development), sedangkan tahap

penyebaran (dessiminate) tidak dilakukan. Tahap penyebaran tidak dilakukan

karena tahap ini merupakan tahap penyebaran perangkat yang disebarkan

pada skala yang lebih luas. Bila tahap penyebaran (dessiminate) dilakukan

maka dibutuhkan sekolah dalam skala besar, waktu yang lebih lama, dan

biaya yang lebih besar. Keterbatasan waktu dan biaya yang diperlukan oleh

peneliti mengakibatkan tahap penyebaran tidak dilakukan (Ayuningtyas, &

Supardi, 2015).

3. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan bahan ajar berbasis invertigasi ini menggunakan

model pengembangan 4-D merupakan singkatan dari Define, Design,

Development, and Dessiminate yang dikembangkan oleh Thiagarajan pada

tahun 1974.

Prosedur pengembangan terdiri dari tiga tahap yaitu, tahap pendefenisian

(define), tahap perancangan (design), dan tahap pengembangan (development).

Penjelasan mengenai tahap-tahap prosedur pengembangan adalah sebagai

berikut:

a. Tahap Pendefenisian (Define)

Tahap pertama yaitu tahap pendefenisian (define). Tahap ini bertujuan

untuk menetapkan dan mendefenisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap

pendefinisian terdiri dari 3 langkah antara lain analisis kurikulum, analisis

siswa dan analisis materi (Widiyatmoko, 2013).

a) Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kesenjangan

antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di

lapangan. Kurikulum yang menjadi pedoman dalam penyususn media ini

adalah kurikulum 2013 (Kusumaningrum dkk., 2013). Analisis kurikulum

dapat dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan data, biasa dilakukan

dengan observasi, wawancara, dan angket. Analisis kurikulum yang

dilakukan di MAN 3 Batanghari adalah melakukan wawancara observasi

pelaksanaan pembelajaran dan studi dokumentasi.

b) Analisis Siswa

Analisi siswa bertujuan untuk mengetahui kegiatan tentang karakteristik

siswa. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari siswa yang

akan diteliti seperti permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses

pembelajaran, tingkat kemampuan dasar pada setiap siswa, strategi yang

sering dipakai dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat mengetahui

permasalahan yang dihadapi siswa (Sifat, 2014).

c) Analisis Media Pembelajaran

Analisis media pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

media pembelajaran yang digunakan untuk materi suhu dan kalor dapat

meningkatkan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah fisika.

Setelah mengobservasi media pembelajaran yang digunakan oleh MAN 3

Batanghari adalah LKS. LKS yang digunakan hanya berisi sedikit materi dan

sangat kurang gambar sehingga siswa kesulitan untuk memahami materi.

b. Tahap Perancangan (Design)

Tujuan dari tahap perancangan ini adalah merancang media pembelajaran

fisika yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan (Widiyatmoko, 2013).

1. Menyusun Indikator

Indikator merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan

pembelajaran. Indikator dikembangkan dari Kompetensi Dasar yang

disesuaikan dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, dan satuan

pendidikan. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun produk yang

akan peneliti kembangkan dan indikator juga dapat dijadikan sebagai acuan

terhadap berhasil atau tidak berhasilnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2. Memilih Media

Memilih media pembelajaran haruslah sesuai tuntutan hasil analisa

kurikulum, siswa, dan materi. Hal ini berguna untuk membantu peserta didik

dalam pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar yang diharapkan.

Memilih media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang

relevan dengan karakteristik materi dan sesuai dengan tujuan pembelajaran,

sehingga tujuan pembelajaran yang disampaikan sesuai dengan rencana

(Kurniawan dkk., 2017). Berdasarkan analisis kurikulum, analisis siswa, dan

analisis materi maka media yang dipilih adalah media pembelajaran berbasis

investigasi.

3. Merancang Media Pembelajaran

Merancang media pembelajaran adalah proses pembuatan produk yang

dikembangkan. Merancang media pembelajaran harus sesuai dengan metode

investigasi. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dan diperlukan

dalam merancang bahan berbasis investigasi adalah:

a. Mengkaji kesesuaian materi pembelajaran menunjang ketercapaian KI

dan KD dan memiliki sumber-sumber bahan ajar.

b. Tampilan pertama pada bahan ajar diisi dengan halaman sampul media

yang berisi judul bahan ajar, satuan pendidikan MAN 3 Batanghari

kelas X.

c. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang

benar dan dapat dipahami oleh siswa.

d. Uraian materi yang dilengkapi gambar, dan rumus.

e. Gambar diadopsi dari buku paket dan internet dari halaman resmi dan

terakreditasi sehingga gambar terlihat jelas yang sesuai dengan materi

suhu dan kalor.

c. Tahap Pengembangan (Development)

Tahap ini bertujuan menghasilkan media pembelajaran fisika yang telah

ditelaah dan divalidasi oleh dosen, serta sudah teruji kepraktisan dan

keefektifannya (Widiyatmoko, 2013).

1. Validasi ahli

Media pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa terlebih

dahulu divalidasi. Tujuan validasi adalah memeriksa kebenaran konsep-

konsep dan tata bahasa dalam bahan ajar dalam tahap validasi, jika

validator menyatakan media pembelajaran yang dikembangkan belum

valid maka tentu peneliti harus melakukan revisi terhadap produk tersebut

dan jika validator menyatakan valid, maka media pembelajaran yang

dikembangkan dapat dilanjutkan ke uji coba kelompok kecil. Masukan

dari validator digunakan untuk memperbaiki media pembelajaran yang

dikembangkan.Validasi dilakukan oleh 3 orang dosen sesuai dengan

bidang kajiannya.

2. Uji coba kelompok kecil

Uji coba dalam kelompok kecil dilakukan kepada siswa di MAN 3

Batanghari dengan jumlah sampel terbatas yang berjumlah 8-10 siswa

untuk mengetahui hasil penerapan media pembelajaran dalam

pembelajaran di kelas. Setelah diuji cobakan dalam kelompok kecil,

produk direvisi kembali untuk memperbaiki kekurangan yang ada dalam

produk, hal ini dilakukan sebelum produk tersebut dilanjutkan pada tahap

uji coba kelompok besar.

3. Uji coba kelompok besar

Uji coba kelompok besar dilakukan untuk memperoleh masukan akhir.

Uji coba kelompok besar dilakukan kepada siswa di MAN 3 Batanghari

dengan skala besar atau satu kelas untuk mengetahui hasil penerapan

bahan ajar dikelas. Setelah diuji cobakan dalam kelompok besar produk

direvisis kembali sehingga produk yang dihasilkan valid dan praktis.

Adapun prosedur penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat dilihat pada

Gambar 3.1 dibawah ini.

Gambar 3.1 . Bagan prosedur penelitian pengembangan 4-D diadaptasikan

dari Thiagrajan dkk, (1974) dalam (Siti Aisyah, 2018:22).

4. Uji Coba/Validasi, Evaluasi dan Revisi Model

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa

pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru

yang dirancang tersebut (Sugiyono, 2012). Tim validator terdiri atas ahli

materi, media, dan bahasa. Validator ahli materi, media dan bahasa

Revisi

Revisi

Uji Coba Kelompok Kecil

Analisis Hasil Uji Coba

Media pembelajaran fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor

untuk siswa kelas X MAN 3 Batanghari.

Revisi

Analisis Kurikulum 2013

Analisis Kurikulum Analisis Siswa Analisis Materi

Menyususn Indikator

Perancangan bahan ajar

Memilih Media

Analisis Hasil Uji Coba

Valid

Uji Coba Kelompok Kecil

Belum Valid

Validitas Ahli

Define

Design

Development

merupakan dosen jurusan pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi. Adanya validasi yang dilakukan dapat diketahui

kelemahan dan kelebihan produk yang telah dibuat. Penilaian kelayakan oleh

validator menggunakan angket yang berupa angket terbuka, sehingga

validator dapat dengan mudah menuliskan kritik dan saran mengenai bentuk

produk.

Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para

ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya (Sugiyono, 2012). Hal

ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi kelemahan-kelemahan

yang ditemukan pada saat validasi. Produk yang telah divalidasi dan

dinyatakan valid dapat dilakukan uji coba pemakaian. Produk bahan ajar

tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luas. Namun

tidak lepas dari penilaian kekurangan atau hambatan yang muncul. Uji coba

pemakaian dilakukan di kelas X MAN 3 Batanghari dengan cara

menggunakan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran.

Ada tiga hal subjek uji coba penelitian pengembangan sebagai berikut:

a. Telaah Pakar (Expert Judgement)

Telaah pakar dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang media

pembelajaran. Telaah pakar terdiri dari tiga ahli materi, ahli media, dan ahli

bahasa. Uji coba pakar yang digunakan berupa angket tertutup untuk

memperoleh masukan awal terhadap media pembelajaran, dimana data yang

diperoleh merupakan data kualitatif. Peneliti merevisi media pembelajaran

berdasarkan data yang terkumpul dari saran validator dan dilanjutkan dengan

uji coba kekelompok kecil.

b. Uji coba kepada kelompok kecil (Small Group Try-out)

Tujuan uji coba ini adalah untuk mendapatkan informasi apakah media

pembelajaran baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan media

pembelajaran yang lama atau yang lain (Sugiyono, 2012). Untuk melihat

keefektifan bahan ajar yang dikembangkan dapat dilakukan dengan meminta

pendapat responden. Uji coba dapat dilakukan pada kelompok terbatas.

Dalam penelitian ini produk yang berupa media pembelajaran berbasis

investigasi yang divalidasi diujikan kepada 8-10 siswa. Media pemebelajaran

diberikan kepada siswa untuk dipelajari oleh siswa dalam kelompok kecil.

Setelah selesai uji coba kelompok kecil penelitian memberikan angket kepada

siswa dan meminta siswa mengisi angket yang telah disediakan. Angket yang

diberikan berupa angket tertutup.

c. Uji coba lapangan (Field Try-out)

Menurut Branch (2009:124) dalam (Siti Aisyah, 2018:28) “Ujicoba

lapangan adalah langkah terakhir pada evaluasi formatif. Uji coba lapangan

ini melibatkan satu kelas”. Pada uji coba lapangan melibatkan 20 orang siswa

kelas X MAN 3 Batanghari. Lembar observasi dan angket yang digunakan

berupa angket tertutup dengan tujuan untuk melihat taanggapan siswa

terhadap media pembelajaran serta hasil belajar siswa apakah telah mencapai

standar yang telah ditetapkan atau tidak. Setelah mendapatkan saran dan

masukan produk lalu direvisi dan dihasilkan sebuah produk yang valid dan

praktis.

5. Implementasi Model

Implementasi produk dilakukan setelah revisi media pembelajaran pada

tahap ini, peneliti mengujicobakan media pembelajaran yang dikembangkan.

Adapun langkah yang dilakukan adalah uji coba kelompok kecil dan uji coba

kelompok besar. Uji coba dalam kelompok kecil dilakukan di MAN 3

Batanghari dengan jumlah 8-10 orang siswa, sedangkan uji coba dalam

kelompok besar dilakukan di MAN 3 Batanghari dengan skala besar atau 1

kelas. Media pembelajaran yang telah divalidasi selanjutnya diuji cobakan

kepada siswa yang merupakan sampel sasaran pengguna produk. Sampel

pada penelitian ini adalah kelas X MAN 3 Batanghari.

6. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pengumpulan data dan analisis data terdiri dari tiga tahap yaitu, teknik

pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan analisis data.

Penjelasan mengenai tahap-tahap pengumpulan data dan analisis data adalah

sebagai berikut:

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2012). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan teknik pengumpulan data non tes. Non tes digunakan

untuk mengetahui kondisi awal subjek sebelum diberi perlakuan dengan

menggunakan produk tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan angket.

Adapun penjelasan mengenai instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan

angket (Sugiyono, 2012). Observasi ini bertujuan untuk menemukan

kendala atau masalah apa saja yang terjadi pada proses pembelajaran

selama ini dan juga melihat efektifitas dari produk yang dikembangkan

oleh peneliti. Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan guru

dan siswa pada saat proses pembelajaran. Observasi dilakukan selama

proses pembelajaran dengan mengamati bagaimana cara guru

menyampaikan materi, serta bagaimana perilaku siswa yang tampak pada

proses pembelajaran tersebut.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit (Sugiyono, 2012). Wawancara bertujuan untuk

mengungkapkan kendala-kendala yang terjadi pada penerapan kurikulum,

siswa dan materi sehingga peneliti memperoleh informasi serta ditindak

lanjuti dan dicari solusi. Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka

dan tanya jawab antar pewawancara dengan penjawab atau responden,

dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan

penelitian. Wawancara langsung dilakukan kepada guru mata pelajaran

fisika dan siswa kelas X MAN 3 Batanghari.

3. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012). Angket bertujuan untuk

mendapatkan penilaian kualitas produk dari segi bentuk, kebenaran materi,

bahasa dan kemudahan dalam pengumpulan data. Angket merupakan

teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara

memberikan beberapa pertanyaan tertulis. Setiap angket memiliki kisi-kisi

penilaian berdasarkan materi, bentuk, dan bahasa. Angket tersebut terbagi

menjadi 4 jenis, yaitu angket penilaian validitas bentuk, penilaian validitas

materi, penilaian validitas bahasa, dan penilaian persepsi siswa.

Penyebaran angket validasi bentuk, materi, dan bahasa dilakukan setelah

peneliti melakukan validasi kepada validator terhadap produk yang akan

dikembangkan, sedangkan penyebaran angket persepsi siswa dilakukan

pada akhir pembelajaran karena dianggap lebih efektif, sehingga tidak

mengganggu aktivitas belajar siswa.

b. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, dimana data tersebut

akan diujikan sebagai acuan penelitian oleh para ahli terhadap produk yang

dihasilkan. Menurut Arikunto dalam (Febrianto., dkk 2013) defenisi instrumen

penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket validasi, angket persepsi siswa,

dan lembar penilaian. Penjelasan mengenai instrumen pengumpulan data

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lembar validasi

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian kebenaran produk yang

akan dikembangkan oleh peneliti (Aisyah, 2018). Lembar validasi pada

penelitian ini digunakan untuk memperoleh masukan dari para validator

yang terdiri dari dosen ahli. Hasil validasi digunakan sebagai bahan

evaluasi media pembelajaran fisika bebasis investigasi yang

dikembangkan. Lembar validasi ini akan digunakan untuk memperoleh

data kualitas produk ditinjau dari beberapa komponen seperti, kelayakan

materi, kelayakan media, dan komponen bahasa. Lembar validasi ini

dususun menggunakan skala Likert (1-5).

2. Angket respon guru dan siswa

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan

beberapa pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh

responden (Aisyah, 2018). Angket ini digunakan untuk mengetahui sikap

atau respon guru dan siswa terhadap produk yang dikembangkan.

Penilaian ini dilakukan setelah keseluruhan kegiatan pembelajaran selesai

dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran fisika berbasis

investigasi pengembangan ini. Instrument ini disusun menggunakan skala

Likert (1-5).

3. Lembar penilaian

Lembar penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik

(Aisyah, 2018). Instrumen efektifitas pengumpulan data yang digunakan

adalah lembar soal yang berjumlah 20 soal dalam bentuk pilihan ganda.

Soal diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran berlangsung

yaitu pada akhir pertemuan untuk melihat batas pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan.

c. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah data kualitatif dalam bentuk

deskriptif. Analisis validitas, praktikalitas dan efektifitas bersumber dari

angket. Skor angket menggunakan skor skala likert yang kemudian dianalisis

menggunakan teknik persentase untuk mendeskripsikan validitas dan

praktikalitas media pembelajaran. Analisis data terdiri dari beberapa analisis

yaitu, analisis validitas dan analisis praktikalitas. Penjelasan mengenai analisis

data adalah sebagai berikut:

1. Analisis Validitas Media Pembelajaran

Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan skala likert.

Data analisis validitas berupa skor skala likert dan dianalisis menggunakan

teknik persentase (Saputro, 2017:47). Selain itu, “Skala Likert digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang tentang kejadian

atau gejala sosial (Riduwan, 2016:38). Penskoran untuk setiap item

menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban dapat dilihat pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Penskoran butir skala likert

Skor Kategori

5 Sangat Baik

4 Baik

3 Cukup Baik

2 Tidak Baik

1 Sangat Tidak Baik

(Riduwan, 2016)

Perhitungan data nilai hasil validitas dianalisis dalam skala (0-100)

dilakukan dengan menggunakan rumus:

( ) ( )

Keterangan:

NP = Nilai Persentasi yang dicari

PS = Perolehan Skor

SM = Skor Maksimum

Kriteria kevalidan perangkat pembelajaran berdasarkan nilai akhir

yang didapatkan dan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Klasifikasi kriteria tingkat kevalidan media pembelajaran

Interval Kriteria Kategori

81% - 100% Sangat Valid

61% - 80% Valid

41% - 60% Cukup Valid

21% - 40% Kurang Valid

0% - 20% Tidak Valid

(Riduwan, 2016)

2. Analisis Kepraktisan Media Pembelajaran

Analsis kepraktisan bahan ajar dilakukan dengan menggunakan

skala likert, penskoran untuk setiap item menggunakan skala likert dengan

alternatif jawaban dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Penskoran butir skala likert

Skor Kategori

5 Sangat Setuju

4 Setuju

3 Cukup Setuju

2 Tidak Setuju

1 Sangat Tidak Setuju

(Riduwan, 2016)

Perhitungan data nilai akhir angket siswa respon keterpakaian

dianalisis dalam skala (0-100) dilakukan dengan menggunakan rumus:

( ) ( )

Keterangan:

NP = Nilai Persentasi yang dicari

PS = Perolehan Skor

SM = Skor Maksimum

Sumber: Dimodifikasi dari (Riduwan, 2016:42)

Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran berdasarkan nilai

akhir yang didapatkan dan dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Klasifikasi kategori interval praktikalitas media pembelajaran.

Interval Kategori

81% - 100% Sangat praktis

61% - 80% Praktis

41% - 60% Cukup praktis

21% - 40% Kurang praktis

0% - 20% Tidak praktis

(Riduwan, 2016)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Media Pembelajaran

Bab ini menjelaskan mengenai proses dan hasil pengembangan media

pembelajaran yang telah dikembangkan, dalam hal ini produk yang

dikembangkan adalah media pembelajaran fisika berbasis Investigasi. Media

pembelajaran fisika berbasis Investigasi ini merupakan salah satu media

pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan minat belajar dan

memudahkan siswa dalam memahami materi pemebelajaran fisika khususnya

Suhu dan kalor.

Media pembelajaran fisika berbasis Investigasi pada materi Suhu dan kalor

yang telah diteliti dan dikembangkan dengan mengacu pada model

pengembangan 4-D yang terdiri dari empat tahap yaitu definisian (define),

perencanaan (design), pengembangan (development), dan penyebaran

(dessiminate) (Fitriya et al., n.d.). Pengembangan media pembelajaran fisika

dalam penelitian ini menunjukkan pada dua syarat kualitas yaitu, valid dan

praktis. Adapun hasil yang diperoleh pada tiap-tiap fase pengembangan

media pemebelajaran yang dimaksud diuraikan berikut ini:

1. Tahap Define (Pendefinisian)

Tahap ini adalah tahap awal yang harus dimulai sebelum

merancangmedia pembelajaran. Dimana tahap ini meliputi beberapa tahap

yaitu:

a. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum lebih difokuskan pada analisis indikator untuk

materi Suhu dan Kalor. Kurikulum merupakan perangkat yang sangat

penting karena menjadi dasar dari proses pendidikan (Sukiminiandari dkk.,

2015). Kurikulum yang menjadi pedoman dalam penyusunan media

pembelajaran ini adalah kurikulum 2013 (K13). Dari hasil analisis tentang

materi suhu dan kalor, kompetensi dasar dijabarkan menjadi indikator-

indikator pencapaian pembelajaran dan tujuan pembembelajaran,

indikatornya sebagai berikut:

1. Mengkalibrasikan termometer dengan skala sembarang.

2. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar pemuaian zat

padat, zat cair, dan gas.

3. Membedakan besar pemuaian (panjang, luas dan volume) pada berbagai

zat secara kuantitatif.

4. Menganalisis pengaruh kalor tehadap suhu dan wujud benda.

5. Menerapkan Azas Black secara kuantitatif.

b. Analisis Siswa

Analisis siswa bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap

karakteristik siswa yang meliputi usia, motivasi belajar, dan kemapuan

akademik. Analisis siswa perlu dilakukan karena hal ini menjadi dasar dari

penyusunan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Analisis siswa dilakukan dengan pengamatan dan wawancara dengan

siswa (Sifat, 2014).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di MAN 3 Batanghari

terhadap siswa, didapat data bahwa siswa kelas X dituntut menyelesaikan

masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi suhu dan kalor. Usia

siswa di MAN 3 Batanghari berkisar antara usia 16-17 tahun. Pengamatan

yang dilakukan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran, ada beberapa

siswa yang lebih antusias mendengarkan penjelasan guru mengenai materi

yang dipelajari, siswa cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

mengenai kejadian yang terjadi disekitar siswa yang berhubungan dengan

materi yang sedang dipelajari (Latifah & Widjajanti, 2017).

Hasil wawancara yang dilakukan secara tidak formal mengenai

kemampuan akademik siswa, didapat informasi bahwa berdasarkan

ulangan harian dan pengamatan yang dilakukan guru selama proses

pembelajaran didapatkan data bahwa tingkat kemampuan siswa terhadap

materi yang dipelajari berbeda-beda (Sri Wulanningsih dkk., 2012). Ada

yang cepat memahami materi, dan ada yang perlu pengulangan beberapa

kali baru mereka paham dengan materi yang dipelajari. Berdasarkan hasil

pengamatan dan wawancara, peneliti mengambil kesimpulan bahwa siswa

akan tertarik, aktif dan mudah dalam memahami materi yang disampaikan

dengan cara menyajikan masalah-masalah atau kasus-kasus yang dekat

dengan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

c. Analisis Media Pembelajaran

Analisis media pemebelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana media pemebelajaran yang digunakan untuk materi suhu dan kalor

dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah

fisika. Setelah mengobservasi media pemebelajaran yang digunakan oleh

MAN 3 Batanghari adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang

digunakan hanya berisi sedikit materi dan sangat kurang gambar sehingga

siswa kesulitan untuk memahami materi

2. Tahap Perancangan (Design)

Pada tahap ini dilakukan serangkaian kegiatan untuk membuat

media pemebelajaran, adapun rangkaaian kegiatan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Merancang kerangka media pemebelajaran.

Kegiatan merancang kerangka media pada tahap ini bertujuan

untuk merumuskan dan menetapkan indikator yang menjadi landasan

untuk memilih materi yang ditampilkan dalam media yang

dikembangkan.

b. Perancangan (design)

Desain media pemebelajaran yang telah dirancang adalah sebagai

berikut:

Gambar 4.1. Cover Media Pembelajaran Fisika

Gambar 4.2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Suhu dan Kalor

Gambar 4.3 Peta Konsep Media Pembelajaran Fisika

Gambar 4.4. Materi Pembelajaran Suhu

Gambar 4.5. Materi Pembelajaran Jenis-Jenis Termometer

Gambar 4.6. Materi Pembelajaran

Gambar 4.7. Kegitan Pratikum 1 Memberi Skala Termometer

Gambar 4.8. Materi Pembelajaran Perbandingan Skala Termometer

Gambar 4.9. Materi Pembelajara Hubungan Antara Termometer Celcius,

Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin

Gambar 4.10. Materi Pembelajaran, Rumus Perbandingan Skala Termometer

Gambar 4.11. Materi Pembelajaran Pemuaian

Gambar 4.12. Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Padat

Gambar 4.13. Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Cair dan Gas

Gambar 4.14. Materi Pembelajaran Pemuaian Gas

Gambar 4.15. Materi Pembelajaran Pemuaian Gas

Gamabar 4.16. Materi Pembelajaran Kalor

Gambar 4.17. Materi Pembelajaran Pengaruh Kalor Terhadap Suhu

Gambar 4.18. Kegiatan Pratikum 2 Hubungan Kalor Dan Kalor Jenis

Gambar 4.19. Materi Pembelajaran Kalor Jenis dan Kapasitas

Gambar 4.20. Materi Pembelajaran Asas Black

Gambar 4.21. Materi Pembelajaran Asas Black

Gambar 4.22. Materi Pembelajaran Perpindahan Kalor

Gambar 4.23. Materi Pembelajaran Perpindahan Kalor

Gambar 4.24. Kesimpulan Bahan Ajar Fisika

Gambar 4.25. Daftar Pustaka

Gambar 4.26. Daftar Riwayat Hidup

Setelah merancang media pembelajaran kemudian tahap

selanjutnya yaitu tahap validasi oleh para ahli, yang mana saran dan

masukan yang diberikan sebagai penyempurna media pembelajaran yang

dikembangkan sebelum diuji cobakan. Uji coba dilakukan di MAN 3

Batanghari.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Setelah proses perancangan desain pembelajaran selesai dilakukan,

maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu tahap pengembangan. Tujuan

tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan media pembelajaran

fisika yang valid sehingga layak digunakan sebagai media dalam proses

pembelajaran. Pada tahap pengembangan dilakukan validasi bahan ajar

oleh 3 validator yaitu validator ahli materi di validasi oleh bapak Zainal

Hartoyo, M.Pd, ahli media di validasi oleh bapak Abdul Rahim, M.Pd, dan

yang terakhir ahli bahasa di validasi oleh bapak Drs. Mursyid, M.Pd.

B. Kelayakan Media Pembelajaran

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan oleh 3 validator. Masing-masing validator

tersebut memberikan penilaian terhadap media pemebelajaran fisika berbasis

Investigasi.

a) Hasil Validasi Ahli Materi

Media pembelajaran fisika yang telah dirancang dilakukan uji

validasi. Validasi materi dilakukan oleh validator materi pada Bapak Zainal

Hartoyo, M.Pd Validasi atau penilaian dilakukan oleh ahli materi dengan

tujuan untuk mengetahui kelayakan materi yang ada pada media

pembelajaran fisika berdasarkan pemikiran rasional, belum berdasarkan

fakta di lapangan. Validasi yang dilakukan kepada Bapak Zainal Hartoyo,

M.Pd. media pemebelajaran yang peneliti kembangkan ada yang harus

direvisi, saran validator dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1

Saran Validator Materi Untuk Media Pembelajaran Fisika

No Nama Validator Saran Perbaikan

1 Zainal Hartoyo, Tambahkan Memperbaiki dengan

M.Pd bagian atau materi

terkait dengan

kegiatan

investigasi

menambah kegiatan

pratikum sesuai

dengan saran

validator.

Berdasarkan saran dari validator, peneliti memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang ada pada media pemebelajaran fisika sehingga

media pemebelajaran fisika sudah dikategorikan “Sangat Valid” untuk diuji

cobakan. Hal ini dibuktikan dengan nilai validasi materi yang diperoleh

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Materi Terhadap Media Pembelajaran Fisika

No Standar Penilaian Skor

1 Kesesuaian materi suhu dan kalor dengan silabus 4

2 Kesesuaian materi dengan KI dan KD pada kurikulum 5

3 Kesesuaian penyajian materi suhu dan kalor dengan

pendekatan pembelajaran sehingga dapat menarik minat

siswa

4

4 Kesesuaian materi dengan siswa MAN kelas X 4

5 Kesesuaian cakupan materi dengan pendekatan

pembelajaran

4

6 Kesesuaian gambar dengan materi sehingga mudah

dipahami

5

7 Kesesuaian materi diuraikan dengan bahasa yang mudah

dipahami siswa

5

8 Kesesuaian gambar dengan warna bervariasi menarik

sehingga dapat menyampaikan pesan

5

9 Kesesuaian dengan menggunakan angka yang sesuai

dengan

materi pembelajaran

4

10 Kesesuaian bahasa yang digunakan sederhana dan

penyusunan materi lugas dan mudah dipahami siswa

5

Jumlah Skor 45

Nilai Validasi =45

5

=90%

Berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli materi diperoleh persentase

90%. Skor ini termasuk dalam rentang 81-100 dalam kriteria penskoran,

yang artinya media pemebelajaran fisika ini sangat valid digunakan sebagai

media pembelajaran.

b) Hasil Validasi Ahli Media

Media pemebelajaran fisika yang telah dirancang dilakukan uji

validasi. Validasi media dilakukan oleh validator media pada Bapak

Abd.Rahim, M.Pd. Validasi atau penilaian dilakukan oleh ahli media

dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan media yang ada pada media

pemebelajaran fisika berdasarkan pemikiran rasional, belum berdasarkan

fakta di lapangan. Validasi yang dilakukan kepada Bapak Abdul Rahim,

M.Pd, media pemebelajaran yang peneliti kembangkan ada yang harus

direvisi, saran validator dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Saran Validator Media Untuk Media Pembelajaran Fisika

No Nama Validator Saran Perbaikan

1 Abdul Rahim, M.Pd Munculkan

fenomena terlebih

dahulu sebelum

melakukan

kegiatan pratikum

Memperbaiki dengan

menambah fenomena

yang telah disarankan

oleh validator

Berdasarkan saran dari validator, peneliti memperbaiki kekurangan-

kekurangan yang ada pada media pemebelajaran fisika sehingga media

pemebelajaran fisika sudah dikategorikan “Valid” untuk diuji cobakan. Hal

ini dibuktikan dengan nilai validasi media yang diperoleh dapat dilihat pada

Tabel 4.4

Tabel 4.4

Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Media/Desain Terhadap Media

Pembelajaran Fisika

NO Standar Penilaian Skor

1 Desain cover sesuia isi materi 4

2 Kesesuaian media pemebelajaran fisika dengan indikator dan

tujuan pembelajaran

4

3 Kesesuaian media pembelajaran fisika dengan materi

pemebelajaran

4

4 Kesesuaian media pemebelajaran fisika dengan pendekatan

pembelajaran

yang digunakan

4

5 Kesesuaian media pemebelajaran fisika sehingga mudah

digunakan

4

6 Kesesuaian media pemebelajaran fisika yang dibuat dengan

konsep yang dibuat dengan konsep yang digunakan

4

7 Kesesuaian media pemebelajaran fisika yang dibuat dapat

meningkatkan proses pembelajaran lebih menarik siswa

untuk pemehaman

konsep materi

4

8 Kesesuaian kalimat yang dugunakan mudah dipahami 4

9 Kesesuaian gambar dengan warna bervariasi menarik,

sehingga cepat menyampaikan pesan

4

10 Kesesuaian dengan alokasi waktu dan sarana prasarana

sekolah

4

Jumlah Skor 40

Nilai Validasi =4

5

=80%

Berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli media diperoleh presentase

80% skor ini termasuk dalam rentang presentase 61-80. Skor ini termasuk

dalam rentang valid dalam kriteria penskoran yang artinya media

pemebelajaran fisika ini valid digunakan sebagai media pembelajaran.

c) Hasil Validasi Ahli Bahasa

Media Pembelajaran Fisika yang telah dirancang dilakukan uji

validasi. Validasi bahasa dilakukan oleh validator bahasa pada Bapak

Drs.Mursyid, M.Pd. Validasi atau penilaian dilakukan oleh ahli bahasa

dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan bahasa yang ada pada medi

pemebelajaran berdasarkan pemikiran rasional, belum berdasarkan fakta di

lapangan. Validasi yang dilakukan kepada Bapak Drs.Mursyid, M.Pd,

media pemebelajaran yang peneliti kembangkan tidak ada yang harus

direvisi dan media pembelajaran sudah valid untuk digunakan. Hal ini

dibuktikan dengan nilai validasi media yang diperoleh dapat dilihat pada

Tabel 4.5

Tabel 4.5

Klasifikasi Hasil Validasi Ahli Bahasa Terhadap Media Pembelajaran

Fisika

No Standar Penilaian Skor

1 Kesesuaian penulisan dan ukuran huruf 4

2 Tampilan media pembelajaran fisika menarik 4

3 Kesesuaian bahasa sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan

(EYD)

3

4 Bahasa yang digunakan komunikatif 4

5 Gambar yang digunakan membantu mempermudahkan

memahami materi

4

6 Kalimat yang digunakan jelas dan mudah dimengerti 4

7 Kejelasan petunjuk dan arahan 4

8 Istilah yang digunakan mudah dipahami 4

9 Kesesuaian gambar dengan warna bervariasi, menarik

sehingga dapat menyampaikan pesan

4

10 Kejelasan huruf dan angka 4

Jumlah Skor 39

Nilai Validasi

= 78%

Berdasarkan hasil validasi oleh validator ahli bahasa diperoleh persentase

78%. Skor ini termasuk dalam rentang 61-80 dalam kriteria penskoran, yang

artinya media pembelajaran fisika ini valid digunakan sebagai media

pembelajaran. Maka media pemebelajaran dapat diuji cobakan di MAN 3

Batanghari.

Berdasarkan hasil analisa validasi ahli materi, media dan bahasa

media pemebelajaran fisika sudah dikategorikan “Valid” untuk diuji

cobakan. Hal ini dibuktikan dengan nilai validasi ahli materi, media, dan

bahasa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6

Klasifikasi Hasil Penilaian Validator Ahli Materi, Media Dan Bahasa

Terhadap Media Pembelajaran Fisika.

No Validator Ahli Jumlah Rata-rata Persentase Kategori

1 Materi 45 4,5 90% Sangat Valid

2 Media 40 4,0 80% Valid

3 Bahasa 39 3,9 78% Valid

Jumlah Total 124 4 82,6% Sangat Valid

Kategori Valid

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh hasil dari validator ahli materi,

media, dan bahasa materi, media dan bahasa dengan jumlah 124, rata-rata 4,

dan persentase 82,6%. Persentase total pada validator materi, media dan

bahasa sebesar 82,6%. Menunjukkan bahwa media pemebelajaran fisika

yang peneliti kembangkan sudah masuk dalam kategori “Sangat Valid”

untuk diuji cobakan kepada subjek uji coba di MAN 3 Batanghari.

2. Uji Coba Kelompok Kecil

Uji kelompok kecil dilakukan dengan tujuan untuk melihat kepraktikalitas media

pembelajaran fisika berbasis Investigasi sebelum dilakukan uji coba kelompok besar.

Adapun hasil dari uji coba kelompok kecil adalah sebagai berikut:

a) Uji Praktikalitas

Uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui tingka kepraktisan

media pembelajaran fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor.

Uji praktikalitas dilakukan dengan memberikan angket praktikalitas kepada

siswa. Angket praktikalitas yang diberikan terdiri dari 15 pertanyaan

menggunakan skor skala likert (1-5). Hasil analisa praktikalitas siswa kelas

X dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8

Klasifikasi Hasil Analisa Praktikalitas Siswa Terhadap Media

Pembelajaran Fisika

No Aspek yang dinilai Jumlah

Skor

Persentase Kategori

1 Media pemebelajaran

memiliki tampilan yang

menarik.

31

Praktis

2 Cover yang digunakan pada

media pembelajaran sesuai

dengan materi

31

Praktis

3 Background yang digunakan

pada media pembelajaran

menarik

33

Sangat

praktis

4 Huruf yang digunakan pada

media pembelajaran menarik

31

Praktis

5 Tulisan dapat dibaca dengan

jelas

34

Sangat

Praktis

6 Gambar pada media

pembelajaran menarik perhatian

saya.

31

Praktis

7 Keserasian bentuk huruf pada

teks dengan background pada

31

Praktis

bahan ajarmenarik perhatian

saya.

8 Materi pembelajaran pada

bahan ajar sesuai dengan

kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran

35

Sangat

Praktis

9 Bahasa yang digunakan pada

bahan ajar mudah dimengerti

33

Sangat

Praktis

10 Dengan menggunakan bahan

ajar memudahkan saya dalam

mengingat materi

pembelajaran

34

Sangat

Praktis

11 Soal pada bahan ajar sangat

berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari

32

Sangat

Praktis

12 Gambar sesuai dengan

kehidupan sehari-hari

32

Sangat

praktis

13 Dengan menggunakan bahan

ajar saya termotivasi untuk

belajar

37

Sangat

Praktis

14 Saya tertarik untuk

mempelajari materi suhu dan

kalor dengan menggunakan

bahan ajar

32

Sangat

Praktis

15 Belajar dengan bahan ajar

dapat menghemat waktu

34

Sangat

Praktis

Jumlah 491

Sangat

Praktis

Persentase 82%

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh hasil praktikalitas pada kelompok

kecil dengan jumlah 491, rata-rata 4,1, dan persentase 82% menunjukkan

bahwa bahan ajar fisika yang peneliti kembangkan sudah termasuk dalam

kategori “Sangat Praktis”. Setelah melakukan uji kecompok kecil dengan

penilaian respon siswa yang dinyatakan sangat praktis tanpa adanya revisi

maka selanjutnya dilakukan uji coba kelompok besar yang mana dilakukan

di MAN 3 Batanghari.

3. Uji Coba Kelompok Besar

Uji coba kelompok besar dilakukan untuk memperoleh masukan akhir.

Uji coba kelompok besar dilakukan kepada siswa di MAN 3 Batanghari

dengan jumlah 20 siswa untuk mengetahui hasil penerapan media

pemebelajaran dalam pembelajaran dikelas. Setelah diuji cobakan dalam

kelompok besar produk direvisi kembali sehingga produk yang dihasilkan

valid dan praktis.

a) Uji Praktikalitas

Uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepraktisan

media pembelajaran. Uji coba dilakukan kepada guru dan siswa di MAN 3

Batanghari untuk memperoleh masukan akhir.

1) Respon Guru Mata Pelajaran Fisika

Setelah kegiatan pembelajaran guru fisika di MAN 3 Batanghari yaitu Ibu

Sri Wahyuningsi, S.Si memberikan penilaian atau respon terhadap media

pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti secara keseluruhan sesuai

dengan kurikulum, kebutuhan siswa, dan materi. Adapun hasil yang

diperoleh dari angket yang ditunjukkan kepada Ibu Sri Wahyuningsi, S.Si

dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10

Klasifikasi Hasil Praktikalitas Respon Guru Terhadap Media Pembelajaran

Fisika

No Aspek yang dinilai Rata-

rata

Kategori

A Kemudahan Penggunaan

1 Mudah digunakan karena memiliki

petunjuk penggunaan media

pembelajaran fisika

4 Praktis

2 Media pembelajaran fisika jelas dan

sistematis

3 Cukup

Praktis

3 Media pembelajaran fisika menggunakan

kalimat yang sederhana

4 Praktis

4 Media pembelajaran fisika menggunakan

gambar yang jelas sehingga mudah

dimengerti

4 Praktis

5 Media pembelajaran fisika praktis dan

mudah digunakan

4 Praktis

6 Media pembelajaran fisika dapat digunakan

sewaktu-waktu secara mudah

4 Praktis

B Efesiensi Waktu Pembelajaran

1 Dengan menggunakan media

pembelajaran fisika ini waktu

pembelajaran menjadi lebih efesien

4 Praktis

2 Siswa dapat belajar sesuai dengan

kemampuan belajarnya masing-masing

3 Cukup

Praktis

C Manfaat

1 Media pembelajaran fisika mendukung

peran guru sebagai fasilitator

5 Sangat

Praktis

2 Media pembelajaran fisika mengurangi

beban guru untuk menjelaskan materi

berulang-ulang

4 Praktis

3 Guru mudah memantau aktivitas belajar

siswa

4 Praktis

4 Media pembelajaran fisika membantu

siswa memahami materi

4 Praktis

5 Gambar membantu siswa memahami

materi

4 Praktis

6 Media pembelajaran fisika membantu

siswa belajar mandiri

4 Praktis

Total rata-rata

Sangat

Praktis

Persentase 78,6% Sangat

Praktis

Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat hasil tanggapan guru terhadap media

pembelajaran fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor secara

keseluruhan media pembelajaran ini dinilai “Sangat Praktis” dengan tingkat

kepraktisan 78,6%.

2) Respon Siswa

Respon siswa dilakukan untuk mengetahui tingkat kepraktisan

media pembelajaran fisika. Angket respon siswa dibagikan pada pertemuan

ketiga setelah kegiatan pembelajaran selesai. Angket respon siswa yang

diberikan terdiri dari 15 pertanyaan menggunakan skor skala likert (1-5).

Hasil analisa hasil praktikalitas respon siswa kelas X dapat dilihat pada

Tabel 4.11

Tabel 4.11

Klasifikasi Hasil Praktikalitas Respon Siswa Terhadap Media

Pembelajaran Fisika

No Aspek yang dinilai Jumlah

Skor

Persentase Kategori

1 Media pembelajaran memiliki

tampilan yang menarik.

82

Sangat

Praktis

2 Cover yang digunakan pada

media pembelajaran sesuai

dengan materi

87

Sangat

Praktis

3 Background yang digunakan

pada media pembelajaran

83

Sangat

praktis

menarik

4 Huruf yang digunakan pada

media pembelajaran menarik

80

Sangat

Praktis

5 Tulisan dapat dibaca dengan

jelas

92

Sangat

Praktis

6 Gambar pada media

pembelajaran menarik

perhatian saya.

81

Sangat

Praktis

7 Keserasian bentuk huruf pada

teks dengan background pada

media pembelajaran menarik

perhatian saya.

79

Praktis

8 Materi pembelajaran pada

media pembelajaran sesuai

dengan kompetensi dasar dan

tujuan pembelajaran

86

Sangat

Praktis

9 Bahasa yang digunakan pada

media pembelajaran mudah

dimengerti

85

Sangat

Praktis

10 Dengan menggunakan media

pembelajaran memudahkan

saya dalam mengingat materi

pembelajaran

82

Sangat

Praktis

11 Soal pada media

pembelajaran sangat

berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari

80

Sangat

Praktis

12 Gambar sesuai dengan

kehidupan sehari-hari

80

Sangat

praktis

13 Dengan menggunakan media 90

Sangat

pembelajaran saya

termotivasi untuk belajar

Praktis

14 Saya tertarik untuk

mempelajari materi suhu dan

kalor dengan menggunakan

media pembelajaran

78

Praktis

15 Belajar dengan media

pembelajaran dapat

menghemat waktu

79

Praktis

Jumlah 1244

Sangat

Praktis

Persentase 82,8% Sangat

praktis

Data respon siswa mengenai penggunaan media pembelajaran fisika

diperoleh penggunaan angket praktikalitas yang diberikan kepada siswa

kelas X, angket praktikalitas respon siswa dianalisis berdasarkan skala likert

yang memiliki rentan 1-5 persentase respon siswa dalam uji coba terhadap

bahan ajar fisika secara keseluruhan bahan ajar ini dinilai sangat praktis

dengan tingkat kepraktisan 82,8% dengan kategori “Sangat Praktis” tanpa

adanya revisi. Hal ini membuktikan bahwa respon siswa terhadap media

pembelajaran fisika respon sangat baik dan adanya ketertarikan siswa

terhadap media pembelajaran yang dikembangkan.

Hasil analisis data uji praktikalitas oleh guru dan siswa di MAN 3

Batnghari menunjukkan bahwa media pembelajaran fisika yang

dikembangkan memenuhi kriteria “Sangat Praktis”. Tingkat kepraktisan

yang diperoleh dari hasil analisa angket praktikalitas respon guru memenuhi

kategori “Sangat Praktis” dengan tingkat kepraktisan sebesar 78,6%,

sedangkan hasil analisa angket praktikalitas respon siswa memenuhi

kategori “Sangat Praktis” dengan tingkat kepraktisan sebesar 82,8%. Media

pembelajaran fisika terbukti praktis digunakan dalam proses pembelajaran.

Adapun perhitungan lengkap ada pada lampiran.

C. Praktikalitas Media Pembelajaran (dalam tahapan uji coba)

1. Validasi dan Revisi Produk

Validasi media pembelajaran dilakukan oleh ahli materi/isi, ahli desain dan

ahli bahasa dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan media berdasarkan

pemikiran rasional, belum berdasarkan pakta dilapangan. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui kesesuain, kelebihan, dan kekurangan media

pembelajaran yang dikembangkan. Jika terdapat kekurangan baik dari segi

isi/materi, desain dan bahasa maka akan dilakukan revisi sesuai dengan saran

para pakar ahli serta dilakukan peninjauan kembali sampai media

pembelajaran siap digunakan dan diuji cobakan kelapangan.

Berdasarkan hasil validasi, maka selanjutnya media pembelajaran yang

dikembangkan direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh para ahli.

Saran yang diberikan oleh validator ahli materi/isi yaitu, tamabahkan bagian

atau materi terkait dengan kegitan investigasi. Selanjutnya saran dari

validator ahli media yaitu munculkan fenomena terlebih dahulu sebelum

melakukan kegiatan pratikum. Terakhir saran dari validator ahli bahasa yaitu,

media pembelajaran ini sudah layak digunakan. Setelah direvisi oleh peneliti,

maka diperoleh hasil dari validator ahli materi/isi, desain media dan bahasa

dengan jumlah 124, rata-rata 4, dan persentase 82,6%. Media pembelajaran

fisika yang peneliti kembangkan sudah termasuk dalam kategori “ Sangat

Valid” untuk di uji cobakan di lapangan kepada subjek uji coba di MAN 3

Batanghari.

2. Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan pada kelas X

yang berjumlah 20 siswa di MAN 3 Batnaghari yang bertujuan untuk

mengetahui kepraktisan media pembelajaran Fisika Berbasis Investigasi Pada

Materi Suhu dan Kalor. Uji praktikalitas dilakukan dengan cara memberikan

angket praktikalitas untuk memperoleh respon siswa terhadap media

pembelajaran fisika yang digunakan dalam proses pembelajara.

Hasil analisis data uji praktikalitas oleh guru dan siswa di MAN 3

Batanghari menunjukkan bahwa media pembelajaran fisika yang

dikembangkan memenuhi kriteria “Sangat Praktis”. Tingkat kepraktisan yang

diperoleh dari hasil analisa angket kepraktisan respon guru memenuhi

kategori praktis dengan tingkat kepraktisan sebesar 78,6%. Sedangkan hasil

analisa angket praktikalitas respon siswa memenuhi kategori sangat praktis

dengan tingkat kepraktisan sebesar 82,8%. Media pembelajaran fisika

terbukti sangat praktis digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun

perhitungan lengkapnya ada pada lampiran.

D. Pembahasan

Media pembelajaran fisika dalam proses pembelajaran fisika sangat

membantu guru terutama dalam memilih media pembelajaran yang tepat dan

sesuai dengan analisa kurikulum, analisa siswa, dan analisa materi yang ada

di MAN 3 Batanghari. Pada bagian ini dikemukakan pembahasan hasil

penelitian terhadap media pembelajaran fisika yang telah dikembangkan.

Media Pembelajaran yang telah peneliti kembangkan yaitu media

pembelajaran fisika berbasis Investigasi pada materi Suhu dan Kalor di MAN

3 Batanghari. Hasil penelitian yang akan dibahas yaitu, proses pengembangan

bahan ajar , kualitas bahan ajar yang meliputi tingkat kevalidan yang diuji

cobakan kepada validator para ahli dan kepraktisan yang diuji cobakan

kepada kelompok kecil dan kelompok besar di MAN 3 Batanghari.

1. Proses Pengembangan Media Penelitian Yang Digunakan

(Sugiyono, 2013:279) menjelaskan bahwa “Penelitian

pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut”. Secara sederhana

penelitian dan pengembangan juga didefenisikan sebagai metode penelitian

yang bertujuan untuk mengembangkan atau menghasilkan produk unggulan

yang didahului dengan penilaian untuk menguji keefektifan produk tersebut.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan R & D

dimana peneliti membuat media pembelajaran fisika berbasis investigasi yang

dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Media

pembelajaran fisika berbasis investigasi ini dibuat untuk membantu siswa

dalam memahami materi suhu dan kalor dengan cara menggunakan media

pembelajaran fisika yang lebih mengakomodasi kebutuhan siswa. Merancang

suatu produk atau media pembelajaran peneliti mengguanakn prosedur

pengembangan dengan model 4-D. model 4-D memiliki tahapan yaitu Define,

Design, Developmen Desiminate.

Selanjutnya peneliti melakukan tahap define yaitu dengan

menganalisis kurikulum yang berlaku di MAN 3 Batanghari. Kemudian

dilakukan analisis siswa untuk mengetahui karakteristik siswa yang diperoleh

melalui observasi dan analisi materi bertujuan untuk mengidentifikasi materi

yang akan diajarkan. Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi materi

dalam media pembelajaran yang dikembangkan serta dapat menarik perhatian

siswa dalam mengikuti dan menerima materi yang disampaikan, Tahap

design (perancangan) peneliti menyusun indikator, memilih media,

merancang desain produk.

Tahap selanjutnya adalah tahap development (pengembangan) media

pembelajaran. Tahap ini merupakan tahap terakhir yaitu mengevaluasi media

pembelajaran fisika melalui beberapa proses, yaitu: validasi ahli, uji coba

kelompok kecil dan uji coba kelompok besar sehingga dihasilkan bahan ajar

yang valid dan praktis.

2. Kualitas Media Pembelajaran

Menurut Fleming dan Levie (Maulana, 2017:63) berpendapat bahwa

suatu media pembelajaran dikatakan berkualitas jika “(1) format media sesuai

dengan peraturan penulisan, (2) materi yang dimuat benar adanya, (3) takaran

isi materi pas, dalam hal ini materi yang dimuat tidaklah berlebih ataupun

berkurang, (4) isi media pembelajaran harus sesuai dengan topik yang ada,

dan (5) isi media pembelajaran harus dipaparkan secara jelas”.

Jika dalam pembelajaran menggunakan media yang kualitas dengan

baik maka guru dapat menarik perhatian siswa sehingga terjadi komunikasi

yang baik. Media akan membantu siswa dalam memahami pembelajaran dan

siswa akan cenderung aktif selama proses pembelajaran, karena akan

langsung mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan, sehingga siswa

tidak merasa bosan dan akan termotivasi terus belajar.

Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh pada para

validator dan subjek uji coba. Mengacu pada teknik analisis data yang telah

dilakukan, diperoleh hasil analisis dari masing-masing validator dan subjek

uji coba sebagai berikut:

a) Uji Validitas

Uji validitas dilakukan oleh beberapa validator. Masing-masing

validator tersebut memberikan penilaian terhadap media pembelajaran fisika.

Berdasarkan hasil analisa validasi ahli materi, media, dan bahasa pada media

pembelajaran fisika sehingga media pembelajaran fisika sudah dikategorikan

“Valid” untuk diuji cobakan. Hal ini dibuktikan hasil dari validator materi,

media dan bahasa dengan jumlah 124, rata-rata 4 dan persentase 82,6%.

Persentase total pada validator ahli materi, media dan bahasa sebesar 82,6%

menunjukkan bahwa bahan ajar fisika yang peneliti kembangkan sudah

masuk dalam kategori “Sangat Valid”. Media pembelajaran fisika dikatakan

sangat valid atau layak apa bila hasil analisis sesuai dengan kategori yang

telah ditentukan sebelumnya. Seperti yang dijelaskan oleh Suharsimi

Arikunto dalam (Siti Asyah, 2019:78) “sebuah media pembelajaran dikatakan

valid jika hasilnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya”.

Tingkat kevalidan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rating

scale (skala penilaian) dimana data yang diperoleh berupa angka kemudian

ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

b) Uji Coba Kelompok Kecil

Uji coba kelompok kecil dilakukan dengan tujuan untuk melihat

praktikalitas media pembelajaran fisika sebelum dilakukan uji coba pada

kelompok besar. Adapun hasil dari uji coba kelompok kecil adalah uji

praktikalitas dilakukan untuk mengetahui tingkat praktikalitas bahan ajar

fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor. Hasil analisa

praktikalitas pada kelompok kecil kelas X dengan jumlah yang didapat yaitu,

491, rata-rata 4,1, dan persentase 82%. Persentase total pada hasil

praktikalitas sebesar 82% menunjukkan bahwa bahan ajar fisikayang peneliti

kembangkan sudah masuk dalam kategori “Sangat Praktis”.

c) Uji Coba Kelompok Besar

Uji coba kelompok besar dilakukan untuk memperoleh masukan akhir.

Uji coba kelompok besar dilakukan kepada siswa di MAN 3 Bantanghari

dengan jumlah 20 siswa untuk mengetahui hasil penerapan media

pembelajaran fisika dalam pembelajaran di jelas. Setelah diuji cobakan dalam

kelompok besar produk direvisi kembali sehingga produk yang dihasilkan

valid dan praktis.

Uji praktikalitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepraktisan media

pembelajaran fisika. Uji coba dilakukan kepada guru dan siswa di MAN 3

Batanghari untuk memperoleh masukan akhir.

a) Respon Guru Mata Pelajaran Fisika

Setelah kegiatan pembelajaran guru mata pelajaran Fisika di kelas X

MAN 3 Batanghari Ibu Sri Wahyuningsi, M.Si, memberika penilaian atau

respon terhadap media pembelajaran fisika yang dikembangkan oleh peneliti

secara keseluruhan sesuai dengan kurikulum, kebutuhan siswa, dan materi.

Hasil respon guru terhadap media pembelajaran fisika pada materi suhu

dan kalor secara keseluruhan media ini dinilai “Sangat Praktis” dengan

tingkat kepraktisan 78,6%. Menurut tanggapan guru penggunaan media

pembelajaran fisika yang peneliti kembangkan dapat mempermudah guru

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, karena didalamnya terdapat

cakupan materi yang sesuai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

yang harus dicapai, serta penyajian bahasa yang digunakan sudah baik dan

mudah dimengerti, sehingga membuat siswa mudah untuk memahami materi

yang disampaikan.

b) Respon Siswa

Respon siswa dilakukan untuk mengetahui tingkat praktikalitas media

pembelajaran fisika pada materi suhu dan kalor. Angket respon siswa

dibagikan pada pertemuan ketiga setelah kegiatan pembelajaran selesai. Hasil

respon siswa terhadap media pembelajaran fisika pada materi suhu dan kalor

secara keseluruhan media pembelajaran fisika ini dinilai “Sangat Praktis”

dengan tingkat kepraktisan 82,8% tanpa adanya revisi. Hal ini membuktikan

bahwa respon siswa terhadap media pembelajaran fisika mendapat respon

sangat baik dan adanya ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran fisika

yang dikembangkan.

Berdasarkan tujuan penelitian yang peneliti lakukan di MAN 3

Batanghari yaitu menghasilkan media pembelajaran fisika berbasis investigasi

pada materi suhu dan kalor yang sudah dilakukan bahwa media pembelajaran

fisika merupakan media pembelajaran yang cocok untuk digunakan dalam

proses pembelajaran fisika khususnya materi suhu dan kalor.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengembangan media pembelajaran

fisika berbasis investigasi pada materi suhu dan kalor di MAN 3 Batanghari

Jambi, pengembangan media pembelajaran fisika telah berhasil dikembangkan.

Produk yang dihasilkan berbentuk modul pembelajaran yang berisi materi

pembelajaran fisika yaitu suhu dan kalor yang dilengkapi dengan halaman

sampul, peta konsep, materi pembelajaran, kegiatan praktikum dan gambar.

Media pembelajaran fisika berbasis investigasi dapat dikatakan valid, karena

telah melakukan uji validitas dengan hasil kevalidan dari validator ahli materi,

media dan bahasa dengan jumlah persentase 82,6% menunjukkan bahwa media

pembelajaran dalam kategori “Sangat Valid”.

Media pembelajaran fisika berbasis investigasi dapat dikatakan praktis,

karena telah melakukan uji kepraktisan. Uji kepraktisan dapat dilakukan pada

kelompok kecil dan kelompok besar. Hasil kepraktisan pertama pada kelompok

kecil mendapatkan persentase sebesar 87,5% sudah termasuk dalam kategori

“Sangat Praktis”. Sedangkan hasil uji kepraktisan kelompok besar dilakukan

terhadap guru dan siswa, tingkat kepraktisan yang diperoleh dari hasil analisa

angket kepraktisan guru mendapatkan persentase sebesar 78,6% dengan

kategori “Sangat Praktis”. Sedangkan analisa angket praktikalitas respon siswa

memenuhu kategori “Sangat Praktis” dengan tingkat persentase sebesar 82,8%.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan peneliti maka penulis ingin memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada guru dan siswa agar dapat menggunakan media

pembelajaran fisika berbetuk Media Pebelajaran Fisika Berbasis Investigasi

sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran terutama pada materi suhu

dan kalor

2. Perlu dikembangkan Media Pembelajaran fisika pada materi yang lain

sehingga fisika yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber ajar

alternatif dalam pembelajaran yang mampu menarik minat siswa dalam

belajar dan menuntun siswa dalam belajar mandiri maupun berkelompok.

3. Penelitian pengembangan ini masih belum sempurna, perlu penyempurnaan

dan pengembangan lagi agar bisa menghasilkan produk yang lebih menarik

dan menyenangkan untuk menunjang pembelajaran fisika.

P h y s i c f o r s c i e n c e

91

Daftar Pustaka

Arafah, S. F., Ridlo, S., & Priyono, B. (2012). Pengembangan LKS Berpikir Kritis Pada mteri

Animalia. Unnes Journal of Biology Education, 1(1), 47–53. https://doi.org/10.1117/12.776759

Arikunto. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: R.Cipta

Bahan Ajar IPS Terpadu. Indonesian Journal of Conservation, 2(1), 33–44. Retrieved from

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijc/article/view/2692

Baharun, H. (2013). Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Di Madrasah. Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 1,No(01), 34–46.

https://doi.org/10.15642/jpai.2017.5.2.224-243

Depdiknas. (2004). Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen

Dikdasmenum.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Standar Isi 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan

Esa, Y. M. (2015). Berbasis Pendidikan Karakter Dengan Model metode ceramah , guru juga

menggunakan diamati adalah bahan ajar fisika yang beberapa buku paket dari penerbit ,

hendaknya dilaksanakan dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga dapat mengukur

kompetensi kognitif , afektif , dan, 04(2), 241–253.

https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v4i2.96

Fauziah, U. (2015). Desain Penelitian Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Tema Cahaya dan

Warna untuk Pembelajaran IPA SMP, 2015(Snips), 573–576.

Fisika, J., Matematika, F., Alam, P., & Surabaya, U. N. (2014). Penerapan Pendekatan Keterampilan

Proses Sains Dalam Model Pembelajaran Guided Discovery Pada Materi Suhu Dan Kalor

Terhadap Hasil Belajar Siswa Di Sman 1 SUKOMORO Rini Puji Lestari , Suliyanah Abstrak,

03(02), 60–64.

Fitriya, S., Albertus, D., Lesmono, D., Si, M., Wahyuni, S., Pd, S., … Kalimantan, J. (n.d.).

Pengembangan Petunjuk Praktikum Fisika Berbasis Laboratorium Virtual ( Virtual Laboratory

) Pada Pembelajaran Fisika Di SMP / MTs ( The Development Of Instructions On The Physics

Virtual-Laboratory- Based Practicefor Physics Subject At SMP / MTs ).

Kristianingsih, D., & Sukiswo, S. (2016). Peningkatan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle pada pokok bahasan alat-alat optik di

SMP. Jurnal Pendidikan, 6, 10–13. Retrieved from

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi/article/view/1095

P h y s i c f o r s c i e n c e

92

Kurniawan, D., Dewi, S. V., & Kerja, L. (2017). Seri Pendidikan ISSN 2476-9312 Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Dengan Media Screencast- O-Matic Mata Kuliah Kalkulus 2

Menggunakan Model 4-D Issn 2476-9312, 3(1).

Kusumaningrum, D. E., Arifin, I., & Gunawan, I. (2013). Pendampingan Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013, (1), 16–21.

Latifah, U. H., & Widjajanti, D. B. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Statistika dan Peluang

Berbasis Multiple Intelligences Berorientasi pada Prestasi , Pemecahan Masalah , dan Rasa

Ingin Tahu Developing Statistics and Probability Teaching Material Based on Multiple

Intelligences and Oriented to the Achievement , Problem Solving , and Curiosity, 4(2), 176–

185.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia

Majid, A. (2009). Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja RosdaKarya

Martínez, J. F., Santibanez, L., & Serván Mori, E. E. (2013). Educational Opportunity and

Immigration in México: Exploring the Individual and Systemic Relationships. Teachers

College Record, 115(10), 1–24. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Maulida Dan Mariati Purnama Simanjuntak. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(1). RetrievedFrom

Https://Www.Researchgate.Net/Publication/315927437_Pengembangan_Bahan_Ajar_Fisika_S

ma_Berbasis_Investigasi_Pada_Materi_Fluida_Dinamis_Untuk_Meningkatkan_Hasil_Belajar_

SiswaSma, K. X., & Grujugan, N. (N.D.). 25 , 26 , 27.

Nana Drumhana dan Muslim (2007). Pendidikan IPA: Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Perangkat, P., Ipa, P., Menggunakan, B., Humanistik, P., Alat, B., & Murah, P. (2013). Jurnal

Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), 76–82.

Prostowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press

Rizqiana, F. A., Widodo, A. T., & Supardi, K. I. (2017). Journal of Innovative Science Education

Pengembangan Bahan Ajar Kimia Berbasis Pendekatan Investigasi untuk, 6(1).

Setyowati, a, & Subali, B. (2012). Kritis Siswa Smp Kelas Viii. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia

(Indonesian Journal of Physics Education), 8(1), 89–96. Retrieved from

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI

Sifat, P., Pendidikan, K., Indonesia, N., Furchan, A., Suharto, T., Education, C., … Kristanti, F.

(n.d.). No Title.

Simanjuntak, R. M. Dan M. P. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Fisika Sma Berbasis Investigasi Pada

P h y s i c f o r s c i e n c e

93

Materi Fluida Dinamis Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Rizki Sains, P., Universitas, P.,

Surabaya, N., Ayuningtyas, P., & Supardi, A. I. (2015). Dengan Model Inkuiri Terbimbing Untuk

Melatihkan Keterampilan Proses Sains, 4(2), 636–647.

Setyawati, D. L., Rahayuningsih, M., & Ahmad, T. A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Ipa

Terpadu Bebasis Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukiminiandari, Y. P., Budi, A. S., Supriyati, Y., Fisika, J., & Jakarta, U. N. (2015). Pengembangan

Modul Pembelajaran Fisika Snf2015-Ii-161 Snf2015-Ii-162, Iv, 161–164.

Surakarta, S. M. A. N., Of, A., & Negeri, S. M. A. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau Dari Kemampuan Akademik Siswa

Science Process Skills Viewed From Student ’ S Academic, 4, 33–43.

Teknik, B., Dalam, D. A. N. S., Krismanto, A., Sc, M., & Matematika, W. P. (2003). Oleh : 2003.

Viajayani, Eka Reny; Radiyono, Yohanes; Rahardjo, D. T. (2013). Pengembangan Media

Pembelajaran Fisika Menggunakan Macromedia Flash Pro 8. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1),

144–155. https://doi.org/10.1049/iet-rpg:20070112

Volume 02 nomor 01 maret 2014. (2014), 02.

Wardani, S., Widodo, A. T., & Priyani, N. E. (2009). Peningkatan hasil belajar siswa melalui

pendekatan keterampilan proses sains berorientasi problem-based instruction. Jurnal Inovasi

Pendidikan Kimia, 3(1), 391–399. https://doi.org/10.1128/JCM.02036-13

P h y s i c f o r s c i e n c e

94

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(R P P)

Nama Sekolah : MAN 3 BATANGHARI

Mata Pelajaran : FISIKA

Kelas/Semester : X /Genap

Materi Pokok : Suhu dan Kalor

Alokasi Waktu : 12 x 3 JP (4 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti

KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah

otong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan

sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam

ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

P h y s i c f o r s c i e n c e

95

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan

mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar

1. Menerapkan konsep dan prinsip kalor, konversi energi, dan sumber energi berbagai

perubahannya dalam mesin kalor.

2. Melakukan percobaan yang berkaitan dengan kalor seperti pengukuran kalor jenis,

atau pengukuran suhu, pemuaian, dan perubahan wujud.

3. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor.

C. Indikator

6. Mengkalibrasikan termometer dengan skala sembarang.

7. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar pemuaian zat padat, zat cair,

dan gas.

8. Membedakan besar pemuaian (panjang, luas dan volume) pada berbagai zat secara

kuantitatif.

9. Menganalisis pengaruh kalor tehadap suhu dan wujud benda.

10. Menerapkan Azas Black secara kuantitatif.

D. Tujuan Pembelanjaran

Melalui kegiatan membaca literatur, percobaan, menanya, mendiskusikan,

menyimpulkan, dan mengomunikasikan peserta didik diharapkan mampu:

1. Mengkalibrasikan termometer dengan skala sembarang.

2. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar pemuaian zat padat, zat cair,

dan gas.

3. Membedakan besar pemuaian (panjang, luas dan volume) pada berbagai zat secara

kuantitatif

4. Menganalisis pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda..

5. Menerapakan Azas Black secara kuantitatif.

P h y s i c f o r s c i e n c e

96

E. Materi

Materi pembelajaran :

a. Suhu dan pemuaian

b. Hubungan kalor dengan suhu benda dan wujudnya

c. Azas Black

d. Peripindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi

F. Pendekatan Model Pembelajaran

Pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah:

Model : inkuiri terbimbing

G. Media, Alat dan Sumber Belajar

Media pembelajaran

a. Papan tulis

b. Buku

c. PPT

Alat

a. Termometer Celcius.

b. Termometer air raksa yang belum berskala.

c. Air panas

d. Kertas millimeter.

e. Air keran

f. Spidol.

g. Termometer Celcius.

h. Air dan minyak goreng.

i. Gelas ukur

j. Pemanas air.

k. Stopwatch

Sumber belajar

a. Bahan Ajar Fisika

b. Buku Fisika kelas X

G. Kegiatan Pembelajaran

P h y s i c f o r s c i e n c e

97

Pertemuan 1 dan 2

Aktivitas

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Kegiatan Awal 10 menit

Fase I Menjelaskan Tujuan dan

Mengorientasikan Siswa Pada Masalah.

1. Mengucap salam dan emastikan semua

siswa siap dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar.

2. Menyapa dan menanyakan kabar siswa

saat itu.

3. Menjelaskan tujuan pembelajaran sub

pokok bahasan kalor yang harus dicapai

oleh siswa.

4. Menjelaskan kepada siswa tentang

model belajar yang akan digunakan

yaitu model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

5. Membagikan bahan ajar fisika

6. Guru menyajikan permasalahan kepada

siswa dengan menyajikan pertanyaan

awal “bagaimana hubungan antara suhu

dan kalor?”

7. Guru memberikan penjelasan kepada

siswa untuk memahami rumusan

masalah pada yang ada pada bahan ajar.

1. Menjawab salam dan semua siswa siap

mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Siswa menjawab sapaan guru.

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru

mengenai tujuan pembelajaran.

4. Siswa memperhatikan penjelasan guru

mengenai model pembelajaran inkuri

terbimbing.

5. Siswa menerima bahan ajar fisika yang

diberikan oleh guru.

6. Siswa memperhatikan permasalahan

yang dikemukakan guru.

7. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

P h y s i c f o r s c i e n c e

98

Kegiatan Inti 35 menit

1. Guru meminta siswa mengumpulkan

informasi dan mampu menanya yang

berhubungan dengan permasalahan.

2. Guru memberikan penjelasan

bagaimana menentukan jawaban

sementara ( hipotesis) kepada siswa.

3. Guru memberikan penjelasan

bagaimana menentukan variabel

percobaan kepada siswa sebelum

melakukan percobaan.

4. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengurutkan langkah-

langkah percobaan dengan

menggunakan literatur yang ada di

bahan ajar

5. Guru membimbing siswa menguji

hipotesis dengan melakukan percobaan.

6. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengumpulkan,

menganalisis data dari hasil percobaan.

7. Guru memberikan penjelasan cara

menyusun argumen yang mendukung

pengujian hipotesis dan meminta siswa

untuk mulai membuat kesimpulan untuk

dipresentasikan pada pertemuan

berikutnya.

8. Guru memberikan kesempatan kepada

perwakilan kelompok untuk

mengkomunikasikan hasil

pengamatannya.

1. Siswa mengumpulkan informasi dan mampu

menanya yang berhubungan dengan

permasalahan.

2. Siswa merumuskan hipotesis berdasarkan

rumusan masalah.

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru untuk

menentukan variabel percobaan.

4. Siswa mengurutkan langkah-langkah

percobaan dengan menggunakan literatur

yang ada di bahan ajar.

5. Siswa menguji hipotesis dengan

melakukan percobaan.

6. Siswa mengumpulkan, menganalisis data

dari hasil percobaan.

7. Siswa memperhatikan penjelasan guru

dan mulai membuat kesimpulan untu

dipresentasikan pada pertemuan

berikutnya.

8. Perwakilan kelompok

mengkomunikasikan hasil

pengamatannya.

9. Siswa memperhatikan penjelasan guru

dan berdiskusi dalam mengerjakan soal-

soal latihan

P h y s i c f o r s c i e n c e

99

9. Guru mengomentari jalannya diskusi

dan memberikan penguatan serta

mereview materi secara keseluruhan

dengan mengerjakan soal-soal latihan

Kegiatan Penutup 5 menit

1. Guru membuat kesimpulan

pembelajaran. kepada siswa.

2. Siswa diingatkan untuk belajar di rumah

untuk persiapan evaluasi hari

berikutnya.

3. Mengucapkan salam dan mengakhiri

pelajara

1. Guru membuat kesimpulan pembelajaran.

kepada siswa.

2. Siswa diingatkan untuk belajar di rumah untuk

persiapan evaluasi hari berikutnya.

3. Mengucapkan salam dan mengakhiri pelajara

Pertemuan 3 dan 4

Aktivitas

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Kegiatan awal 10 menit

1. Memastikan semua siswa siap

dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar.

2. Menyapa dan menanyakan kabar

siswa saat itu.

3. Menjelaskan tujuan pembelajaran

sub pokok bahasan kalor yang

harus dicapai oleh siswa.

4. Menjelaskan kepada siswa tentang

model belajar yang akan digunakan

yaitu model pembelajaran inkuiri

terbimbing.

5. Membagikan bahan ajar fisika

kepada siswa

6. Guru menyajikan permasalahan

1.Semua siswa siap mengikuti kegiatan

belajar mengajar.

2. Siswa menjawab sapaan guru.

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru

mengenai tujuan pembelajaran.

4 Siswa memperhatikan penjelasan guru

mengenai model pembelajaran inkuri

terbimbing.

5. Siswa menerima bahan ajar fisika yang

diberikan oleh guru.

6. Siswa memperhatikan permasalahan

yang dikemukakan guru.

7. Siswa memperhatikan penjelasan

guru.

P h y s i c f o r s c i e n c e

100

kepada siswa dengan menyajikan

pertanyaan awal “bagaimana

hubungan antara kalor jenis dengan

kalor yang dibutuhkan suatu benda

ketika dipanaskan?”

7. Guru memberikan penjelasan

kepada siswa untuk memahami

rumusan masalah pada yang ada

pada bahan ajar.

Kegiatan Inti 35 menit

1. Guru meminta siswa

mengumpulkan informasi dan

mampu menanya yang

berhubungan dengan

permasalahan.

2. Guru memberikan penjelasan

bagaimana menentukan jawaban

sementara kepada siswa.

3. Guru memberikan penjelasan

bagaimana menentukan variabel

percobaan kepada siswa sebelum

melakukan percobaan.

4. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengurutkan

langkah-langkah percobaan

dengan menggunakan literatur

yang ada (buku siswa).

5. Guru membimbing siswa menguji

hipotesis dengan melakukan

percobaan.

6. Guru memberikan kesempatan

1. Siswa mengumpulkan informasi dan

mampu menanya yang berhubungan

dengan permasalahan.

2.Siswa merumuskan hipotesis berdasarkan

rumusan masalah.

3.Guru memberikan penjelasan bagaimana

menentukan variabel percobaan kepada

siswa sebelum melakukan percobaan.

4. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengurutkan langkah-

langkah percobaan dengan menggunakan

literatur yang ada (buku siswa).

5. Guru membimbing siswa menguji

hipotesis dengan melakukan percobaan.

6. Siswa mengumpulkan, menganalisis data

dari hasil percobaan.

7. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan

mulai membuat kesimpulan untu

dipresentasikan pada pertemuan

berikutnya.

8. Perwakilan kelompok

P h y s i c f o r s c i e n c e

101

kepada siswa untuk

mengumpulkan, menganalisis

data dari hasil percobaan.

7. Guru memberikan penjelasan cara

menyusun argumen yang

mendukung pengujian hipotesis

dan meminta siswa untuk mulai

membuat kesimpulan untuk

dipresentasikan pada pertemuan

berikutnya

8. Guru memberikan kesempatan

kepada perwakilan kelompok

untuk mengkomunikasikan hasil

pengamatannya.

9. Guru mengomentari jalannya

diskusi dan memberikan

penguatan serta mereview materi

secara keseluruhan dengan

mengerjakan soal-soal latihan.

Kegiatan Penutup 5 menit

1. Guru membuat kesimpulan

pembelajaran. kepada siswa.

2. Siswa diingatkan untuk belajar di

rumah untuk persiapan evaluasi

hari berikutnya.

3. Mengucapkan salam dan

mengakhiri pelajaran

mengkomunikasikan hasil

pengamatannya.

9. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan

berdiskusi dalam mengerjakan soal-soal

latihan.

1. Siswa menyimak kesimpulan

pembelajaran.

2. Siswa memperhatikan amanat yang

diberikan olah guru.

3. Siswa membalas salam.

Jambi, 2019

Guru Mata Pelajaran

P h y s i c f o r s c i e n c e

102

Nurhasanah

SOAL POST-TEST

1. Ukuran panas dingin suatu zat disebut...?

A. Kalor

b. Suhu

c. Massa jenis

d. Termometer

e. Celcius

2. Dalam sistem Internasional (SI), satuan untuk suhu adalah ...?

A. Derajat (°)

b. Derajat Celcius (°C)

c. Celcius

d. Kelvin

e. Reamur

3. Titik didih air pada tekanan 1 atm sama dengan ... K

a. 100

b. 173

c. 273

d. 373

e. 300

4. Jika kita berada di dekat api unggun maka kalor akan merambat dari api ke tubuh kita

melalui proses...?

A. Radiasi dan konveksi

b. Radiasi dan konduksi

c. Konduksi dan konveksi

d. Radiasi

e. Konveksi

P h y s i c f o r s c i e n c e

103

5. Energi yg berpindah dari benda yg suhunya lebih tinggi ke benda yg suhunya lebih

rendah ketika kedua benda bersentuhan disebut…?

A. Kalor

b. Suhu

c. Massa Jenis

d. Termometer

e. Celcius

6. Panas sebesar 12 kj diberikan pada pada sepotong logam bermassa 2500 gram yang

memiliki suhu 30°C. Jika kalor jenis logam adalah 0,2 kalori/gr°C, tentukan suhu akhir

logam …?

a. 34,71

b. 34,70

c. 35,71

d. 35,70

e. 36, 71

7. Sepotong besi 500 gram memiliki suhu 310 K. Besi itu dibiarkan hingga mencapai suhu

kamar sekitar 300 K. Kalor jenis besi 450 J/kg.K. Hitunglah kalor yang dilepaskan …?

a. 2.250 Joule

b. 2.251 Joule

c. 2.252 Joule

d. 2.253 Joule

e. 2.254 Joule

8. Potongan aluminium bermassa 200 gram dengan suhu 20°C dimasukan ke dalam bejana

air bermassa 100 gram dan suhu 80°C . Jika diketahui kalor jenis aluminium 0,22 kal/g

°C dan kalor jenis air 1 kal/g °C , maka suhu akhir aluminium mendekati…?

a. 60 °C

b. 61 °C

c. 62 °C

d. 63 °C

e. 64 °C

P h y s i c f o r s c i e n c e

104

9. 500 gram es bersuhu 0°C hendak dicairkan hingga menjadi air yang bersuhu 5°C. Jika

kalor jenis es adalah 0,5 kal/g °C, kalor lebur es adalah 80 kal/gr dan kalor jenis air 1

kal/g °C. Tentukan banyak kalor yang dibutuhkan …?

a. 42510 kalori

b. 42520 kalori

c. 42500 kalori

d. 45100 kalori

10. 45200 kalori

200 gram air bersuhu 80°C dicampurkan dengan 300 gram air bersuhu 20°C . Tentukan

suhu campurannya …?

a. 44 °C

b. 43 °C

c. 42 °C

d. 41 °C

e. 40 °C

11. Kalor secara alamiah dapat berpindah dari benda bersuhu …?

a. Rendah ke tinggi

b. Tetap

c. Tinggi ke rendah

d. Rendah

e. Tinggi

12. Banyaknya kalor diperlukan untuk menaikan suhu suatu benda tergantung pada faktor-

faktor berikut, kecuali…?

a. Massa zat

b. Jenis zat

c. Lama pemanasan

d. Massa jenis zat

e. Massa jenis

13. Satuan kalor dalam SI adalah…?

a. Kalori

b. Klokalori

P h y s i c f o r s c i e n c e

105

c. Joule

d. Watt

e. Celcius

14. Banyak kalor yang dibutuhkan oleh 1kg zat sehingga suhunya naik 1 °C disebut…?

a. Kapasitas kalor

b. Satu kalori

c. Satu kilo kalori

d. Kalor jenis

e. Massa jenis zat

15. Suhu air °C dengan massa 10 kg dipanaskan sehingga suhunya menjadi 40 °C. Apabila

diketahui kalor jenis air 1 kkal/kg°C maka kalor yang diperlukan sebesar…?

a. 2 kkal

b. 20 kkal

c. 200 kkal

d. 80 kkal

e. 800 kkal

16. Besi bermassa 10 kg dinaikkan suhunya dari 2 °C menjadi 12 °C, ternyata kalor yang

dibutuhkan sebesar 11 kkal. Kalor jenis besi tersebut sebesar…?

a. 0,11 kkal/kg°C

b. 1,1 kkal/kg°C

c. 1,10 kkal/kg°C

d. 1,11 kkal/kg°C

e. 1,12 kkal/kg°C

17. Minyak wangi cair tercium harum saat tertumpah di air, hal ini menunjukkan terjadi

perubahan wujud dari zat cair menjadi…?

a. Padat

b. Gas

c. Es

d. Embun

e. Cair

P h y s i c f o r s c i e n c e

106

18. Perpindahan kalor melalui zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikelnya disebut…?

a. Konveksi

b. Isolator

c. Konduktor

d. Radiasi

e. Transistor

19. Contoh perpindahan kalor secara konveksi adalah…?

a. Terjadinya angina darat dan angina laut

b. Panas api unggun sampai kebadan

c. Setrika listrik menjadi panas, setelah dialiri arus listrik

d. Jemuran menjadi kering di jemur di bawah sinar matahari

e. Semua benar

20. Alat yang digunakan untuk menyelidiki sifat radiasi berbagai bermukaan benda

disebut…?

a. Termos

b. Termoskop differensial

c. Thermometer

d. Thermostat

e. Barometer

P h y s i c f o r s c i e n c e

107

KUNCI JAWABAN SOAL POST-TEST

NO JAWABAN

1 B

2 D

3 E

4 D

5 A

6 C

7 A

8 C

9 C

10 A

11 A

12 C

13 C

14 C

15 C

16 A

17 B

18 C

19 A

20 B

P h y s i c f o r s c i e n c e

108

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menerapkan konsep dan prinsip kalor, konversi

energi, dan sumber energi berbagai perubahannya

dalam mesin kalor

a. Melakukan pebocaan yang berkaitan

dengan kalor seperti pengukuran kalor

jenis, atau pengukuran suhu, pemuaian,

dan perubahan wujud.

b. Mendeskripsikan cara perpindahan kalor.

Pada suhu berapa air mendidih ? Pada suhu berapa air

membeku ? Mengapa suatu zat mengalami pemuaian ?

Mengapa pencampuran air panas dan air dingin

menyebabkan perubahan suhu ?

Setelah mempelajari bahan ajar ini, siswa dapat menjawab

pertanyaan di atas. Siswa akan mempelajari suhu, cara

pengukurannya, akibat perubahan suhu, kalor dan perubahan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

P h y s i c f o r s c i e n c e

109

P h y s i c f o r s c i e n c e

110

Mengkalibrasikan termometer dengan

skala sembarang.

Memaparkan faktor-faktor yang

mempengaruhi besar pemuaian zat

padat, zat cair, dan gas.

Membedakan besar pemuaian (panjang,

luas dan volume) pada berbagai zat

secara kuantitatif.

A. SUHU

1. TERMOMETER

Coba kita sentuh es batu! Terasa

dingin, bukan? Coba pegang lampu bolam

yang sedang menyala! Terasa panas,

bukan? Benda yang panas kita katakan

suhunya lebih tinggi dari benda yang

hangat atau benda yang dingin. Benda yang

hangat suhunya lebih tinggi dari benda

yang dingin.

Dengan alat perasa kita hanya dapat

membedakan suhu suatu benda secara

kualitatif. Akan tetapi di dalam fisika kita perlu

menyatakan panas, hangat, dingin dan

sebagainya secara kuantitatif (dengan angka-

angka).

Secara sederhana suhu didefinisikan sebagai derajad panas dinginnya suatu benda.Ada

beberapa sifat benda yang berubah apabila benda itu dipanaskan, antara lain adalah volume zat

cair, panjang logam, ,tekanan gas pada volume tetap dan warna pijar kawat. Sifat-sifat benda

yang berubah karena dipanaskan disebut sifat termometrik.

Suhu termasuk besaran pokok dalam fisika yang dalam S.I. bersatuan Kelvin. Untuk

menyatakan suhu suatu benda secara kuantitatif diperlukan alat ukur yang disebut termometer.

DEFINISI DAN SATUAN SUHU

Suhu adalah suatu besaran yang

menunjukan derajad panas dinginya

suatu benda. Satuan Suhu dalam SI

P h y s i c f o r s c i e n c e

111

a. Jenis-jenis termometer

Termometer yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari hari adalah

termometer yang terbuat dari kaca dan diisi dengan zat cair.

1. Termometer zat cair yaitu termometer raksa, termometer alkohol, termometer

klinis, termometer dinding, dan termometer maksimum-minimum six.

2. Termometer zat padat yaitu termometer bimetal, termometer hambatan, pyrometer

optic.

3. Termometer gas.

Proses pemberian skala pada termometer dinamakan kalibrasi. Bagiamana

caranya? Kalian dapat mengkalibrasi termometer dengan langkah-langkah

berikut.

a. Menentukan titik tetap bawah (titik lebur). Masukkan ujung bawah

termometer secara tegak lurus ke dalam bejana yang berisi air murni.

Tunggu beberapa saat sehingga permukaan air raksa atau alkohol

pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi.Tuliskan skala yang

ditunjukan pada termometer Celcius(termometer pembanding) dan

berilah tanda pada termometer yang belum berskala dengan spidol

sebagai titik tetap bawah.

b. Menetukan titik tetap atas(titik didih) Masukkan ujung bawah

termometer secara tegak lurus ke dalam bejana yang berisi air panas.

Tunggu beberapa saat sehingga permukaan air raksa atau alkohol

pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi.Tuliskan skala yang

ditunjukan pada termometer Celcius(termometer pembanding) dan

berilah tanda pada termometer yang belum berskala dengan spidol

sebagai titik tetap atas.

c. Setelah diberikan titik tetap atas dan titik tetap bawah, langkah

selanjutnya adalah menghitung jarak antara titik tetap atas dan titik

tetap bawah dengan memperhatikan pada kertas millimeter yang telah

ditempel pada termometer tidak berskala.

d. Selanjutnya menetapkan konversi skala millimeter ke dalam skala

suhu (misalnya 1 mm = 20C). Kemudian tetapkan titik tetap atas dan

titik tetap bawah, dimana selisih suhu antara titik tetap atas dan titik

bawah merupakan hasil konversi skala millimeter ke dalam skala suhu

sebelumnya.

P h y s i c f o r s c i e n c e

112

Rian hendak mengukur suhu suatu benda menggunakan termometer, tetapi ia tidak

dapat menggunakan termometer tersebut karena termometer ingin gunakan belum

berskala. Dapatkah kalian membantu Rian untuk memberi skala pada termometer

tersebut?

Tidakkah kamu penasaran bagaimana ilmuwan kita memberi skala pada termometer

mereka?

P h y s i c f o r s c i e n c e

113

Alat dan Bahan

1. Termometer Celcius dan termometer X(tidak berskala).

2. Air panas

3. Kertas millimeter.

4. Air keran

5. Spidol.

Prosedur Percobaan

1. Siapkan semua alat yang digunakan dalam percobaan.

2. Masukan temometer Celcius dan termometer air raksa yang belum

berskala (X) ke dalam wadah pertama berupa air panas yang sudah

disediakan terlebih dahulu.

3. Diamkan beberapa saat sehingga permukaan air raksa pada kedua

termometer tidak naik lagi, catat suhu yang ditunjukan pada

termometer Celcius(ta) dan tandai suhu yang ditunjukan oleh

termometer X dengan spidol pada kertas millimeter yang tertempel

pada termometer X (ta’).

4. Keluarkan termometer dan bersihkan termometer, masukkan ke dalam

wadah kedua berupa air keran yang sudah disediakan.

5. Diamkan beberapa saat sehingga permukaan air raksa pada kedua

termometer tidak turun lagi, catat suhu yang ditunjukan pada

termometer Celcius(tb) dan tandai suhu yang ditunjukan oleh

termometer X dengan spidol pada kertas millimeter yang tertempel

pada termometer X (tb’).

6. Hitunglah jarak antara ta’ dan tb’ yang ditunjukan oleh termometer X

dengan melihat pada skala termometer X (misalnya 17 mm). Pada

skala ini dimana 1 mm = 20X, jika 17 mm berarti 340X.

7. Tetapkan besar suhu atas (ta’) dan suhu bawah(tb’), dengan selisih

skala suhu atas dan bawah sesuai dengan pada langkah enam(6).

8. Campurkan air panas dan air keran kemudian masukkan termometer ke

dalam wadah tersebut dan diamkan beberapa saat, catat skala yang

ditunjukan pada termometer X dan konversikan ke dalam

suhu(misalanya 12 mm berarti sama dengan 240X).

9. Hitunglah besar suhu tersebut dengan rumus yang sudah anda peroleh.

10. Bandingkan suhu pada langkah 8 dan 9.

11. Ulangi percobaan sebanyak 2 kali. Keterangan: ta = titik tetap atas

termometer Celcius ta’ = titik tetap atas termometer X tb = titik tetap

bawah termometer Celcius tb’ = titik tetap atas termometer Celcius

Kegiatan 1. Memberi skala termometer

P h y s i c f o r s c i e n c e

114

b. Skala termometer

Pada tingkat SMP kita sudah pernah diberikan materi tentang suhu, pada tingkat

SMA ini kita akan mendalami lagi materi tersebut ditambah mencari nilai suhu dengan

perbandingan suhu termometer yang belum diketahui. Kita ketahui bahwa macam-macam

termometer suhu yaitu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Adapun titik didih dan titik

beku masing-masing termometer suhu adalah sebagai berikut:

Termometer skala Celsius

Memiliki titik didik air 100 dan titik bekunya 0 Rentang temperaturnya

berada pada temperature 0 -10 dan dibagi dengan 100 skala.

Temometer skala Reamur

Memiliki titik didih air 80°R dan titik bekunya 0°R. Rentang temperaturnya

berada pada temperatur 0°R – 80°R dan dibagi dalam 80 skala.

Termometer skala Fahrenheit

Memiliki titik didih air 212°F dan titik bekunya 32°F. Rentang temperaturnya

berada pada temperatur 32°F – 212°F dan dibagi dalam 180 skala.

Termometer skala Kelvin

Memiliki titik didih air 373,15 K dan titik bekunya 273,15 K. Rentang

temperaturnya berada pada temperatur 273,15 K – 373,15 K dan dibagi dalam

100 skala.

P h y s i c f o r s c i e n c e

115

Berdasarkan penetapan skala beberapa termometer di atas, maka dapat dibuat

perbandingan skala termometer Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin yaitu sebagai

berikut.

Tabel 1. Hubungan antara termomter Celcius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin.

Jenis Termometer Titik Tetap Bawah Titik Tetap Atas Selisih

(Jumlah Skala)

Celcius 0 100 100

Reamur 0 80 80

Fahrenheit 32 212 180

Kelvin 273 373 100

Dari nilai titik tetap atas dan titik tetap bawah keempat jenis termometer pada tabel di

atas, diperoleh rumus-rumus berikut ini.

a) Rumus Perbandingan Skala Celcius dan Reamur

Pada tabel di atas, telah diketahui bahwa titik tetap bawah skala Celcius dan skala

Reamur adalah 0oC dan 0

oR. Adapun titik tetap atas skala Celcius dan skala Reamur adalah

100oC dan 80

oR. Jadi, 100 skala Celcius = 80 skala Reamur. Sehingga dapat dinyatakan

persamaan berikut.

𝑡 −

𝑡 𝑅 −

𝑡

𝑡 𝑅

P h y s i c f o r s c i e n c e

116

Dengan demikian diperoleh rumus hubungan antara skala Celcius dan skala Reamur sebagai

berikut.

b) Rumus Perbandingan Skala Celcius dan Fahrenheit

Dari tabel diketahui bahwa 0oC = 32

oF dan 100

oC = 212

oF, serta 100 skala Celcius = 180

skala Fahrenheit, sehingga dapat dinyatakan persamaan sebagai berikut.

Dengan demikian diperoleh rumus hubungan antara skala Celcius dan skala Fahrenheit

sebagai berikut.

c) Rumus Perbandingan Skala Celcius dan Kelvin

Kelvin adalah satuan suhu dalam Sistem Internasional (SI). Dari tabel di atas, kita ketahui

bahwa 0oC = 273 K dan 100

oC = 373 K. Skala Celcius dan skala Kelvin sama-sama

mempunyai 100 skala sehingga diperoleh rumus hubungan skala sebagai berikut.

𝑡

𝑥 𝑡 𝑅…… … 𝑃𝑒𝑟𝑠 ( )

𝑡 𝑅

𝑥 𝑡 …… …𝑃𝑒𝑟𝑠 ( )

𝑡 −

𝑡 𝐹 −

𝑡

𝑡 𝐹 −

𝑡

𝑥 (𝑡 𝐹 − ) … … … 𝑃𝑒𝑟𝑠 ( )

𝑡 𝐹

𝑥 𝑡 + …… …𝑃𝑒𝑟𝑠 ( )

𝑡𝐾 𝑡 + … … …𝑃𝑒𝑟𝑠( )

𝑡 𝑡𝐾 − … … …𝑃𝑒𝑟𝑠( )

P h y s i c f o r s c i e n c e

117

2. PEMUAIAN

Dapatkah anda membayangkan apa yang terjadi pada

sebuah benda apabila suhunya berubah? Salah satu yang

terjadi adalah perubahan ukuran benda tersebut. Jika suhu

benda naik, secara umum ukuran benda bertambah. Peristiwa

ini disebut pemuaian.

Anda telah mengetahui bahwa setiap zat (padat, cair dan

gas) disusun oleh partikel-partikel yang bergetar. Jika sebuah

benda dipanaskan maka partikel-partikel di dalamnya bergetar

lebih kuat hingga saling menjauh. Kita katakan memuai. Jika

benda didinginkan,getaran-getaran partikel lebih lemah,dan

partikel-partikel saling mendekat,akibatnya benda menyusut.

Karena bentuk zat padat tetap, maka pada pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga yaitu :

pemuaian panjang, pemuaian luas dan pemuaian volume.

Muai panjang dialami oleh zat padat yang luas penampangnya sangat kecil bila

dibandingkan dengan panjangnya. Perubahan panjang per satuan panjang tiap derajat perubahan

suhu disebut koefisien muai panjang zat padat. Secara matematis:

Panjang akhir suatu benda yang mengalami muai panjang dirumuskan dengan:

DEFINISI PEMUAIAN

Pemuaian adalah pertambahan ukuran

zat akibat pemanasan. Pemuaian terjadi

pada zat padat,cair dan gas

𝛼 ∆𝐿

𝐿 ∆𝑡𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝐿 𝛼𝐿 ∆𝑡

𝐿𝑡 𝐿 + ∆𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐿𝑡 𝐿 ( + 𝛼 ∆𝑡)

𝐿 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 (𝑚)

𝐿𝑡 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑚)

Dimana : 𝛼 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑢𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ( )

∆𝐿 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚)

∆𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢 ( )

P h y s i c f o r s c i e n c e

118

Koefisien muai luas suatu zat adalah perubahan luas per satuan luas tiap derajat

perubahan suhu. Secara matematis:

Luas akhir suatu benda yang mengalami muai luas dirumuskan dengan:

Koefisien muai volume adalah perubahan volume per satuan volume tiap derajat

perubahan suhu. Secara matematis:

Volume akhir suatu benda yang mengalami muai volume dirimuskan dengan :

𝛽 ∆𝐴

𝐴 ∆𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝐴 𝛽𝐴 ∆𝑡

𝐴𝑡 𝐴 + ∆𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐴𝑡 𝐴 ( + 𝛽 ∆𝑡)

𝛽 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑢𝑎𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑠 ( ) 𝑎

∆𝐴 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑎𝑠 (𝑚2)

𝐴 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 (𝑚2)

Dimana :

𝐴𝑡 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑚2)

∆𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢 ( )

𝛾 ∆𝑉

𝑉 ∆𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑉 𝛾𝑉 ∆𝑡

𝑉𝑡 𝑉 + ∆𝑉 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉𝑡 𝑉 ( + 𝛾 ∆𝑡)

𝛾 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑢𝑎𝑖 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ( ) 𝑎

∆𝑉 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑚3)

𝑉 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 (𝑚3)

Dimana :

𝑉𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 ( )

∆𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢 ( )

P h y s i c f o r s c i e n c e

119

.

Sifat zat cair adalah selalu

mengikuti wadahnya. Jika air

dituangkan ke dalam botol, bentuk air

mengikuti bentuk botol. Oleh karena itu

zat cair hanya memiliki muai volume.

Persamaan untuk pemuaian volume zat

cair sama dengan pemuain volume zat

padat.

Tabel 3. Koefisien muai volum zat cair untuk beberapa jenis zat dalam satuan K-1

Jika gas dipanaskan, maka dapat mengalami pemuaian volum dan juga terjadi

pemuaian tekanan. Dengan demikian pada pemuaian gas terdapat beberapa persamaan,

sesuai dengan proses pemanasannya.

a. Pemuaian volume pada tekanan tetap (isobarik).

Gambar Proses Isobarik

No Jenis zat cair Koefisien muai ruang

1

2

3

4

5

Alcohol

Air

Gliserin

Minyak 119araffin

Raksa

0,0012

0,0004

0,0005

0,0009

0,0002

Pernahkan kalian memanaskan air? Pernahkan anda

mengalami air yang tumpah dari wadahya ketika

dipanaskan pada suhu tertentu?.

Hal tersebut terjadi karena pemuaian volume zat cair

lebih besar daripada pemuaian volume zat padat untuk

P h y s i c f o r s c i e n c e

120

Gambar 6a. gas di dalam ruang tertutup dengan tutup yang bebas begerak. Gambar 6b. gas

di dalam ruang tertutup tersebut dipanasi dan ternyata volume gas memuai sebanding dengan

suhu mutlak. Secara matematik dinyatakan : V~ T atau

= tetap atau

2

2

b. Pemuaian tekanan pada volume tetap (isokhorik).

Gambar Proses Isokhorik

Gambar . gas di dalam ruang tertutup rapat sedang dipanasi. Jika pemanasan terus dilakukan

maka dapat terjadi ledakan. Hal tersebut dapat terjadi karena selama proses pemanasan,

tekanan gas dalam ruang tutup tersebut terus memuai. Pemuaian tekanan gas tersebut

sebanding dengan kenaikan suhu gas. Jadi, pada volum tetap tekanan gas sebanding dengan

suhu mutlak gas. Secara matematik dinyatakan : P~ T atau

2

2

c. Pemuaian volume gas pada suhu tetap(isotermis).

Gambar Proses Isotermis

Gambar Gas di dalam ruang tertutup dengan tutup yang dapat digerakkan dengan bebas.

Gambar Pada saat tutup tabung digerakkan secara perlahan-lahan, agar suhu gas di dalam

tabung tetap maka pada saat volum gas diperkecil ternyata tekanan gas dalam tabung

bertambah besar dan bila volum gas diperbesar ternyata tekanan gas dalam tabung mengecil.

P h y s i c f o r s c i e n c e

121

Jadi, pada suhu tetap, tekanan gas berbanding terbalik dengan volume gas. Pernyataan itu

disebut hukum Boyle. Salah satu penerapan hukum Boyle yaitu pada pompa sepeda. Dari

hukum Boyle tersebut diperoleh:

Jika pada proses pemuaian gas terjadi dengan tekanan berubah, volum berubah dan suhu

berubah maka dapat diselesaikan dengan persamaan hukum Boyle - Gay Lussac, dimana:

𝑃 𝑉 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃 𝑉 𝑃 𝑉

𝑃 𝑉

𝑇 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑎𝑡𝑎𝑢

𝑃 𝑉

𝑇 𝑃 𝑉

𝑇

P h y s i c f o r s c i e n c e

122

B. KALOR

Sendok yang digunakan untuk menyeduh kopi panas,

akan terasa hangat. Leher anda jika disentuh akan terasa

hangat. Apa sebenarnya yang berpindah dari kopi panas ke

sendok dan dari leher ke syaraf kulit? Sesuatu yang berpindah

tersebut merupakan energi/kalor.Pada dasarnya kalor adalah

perpindahan energi kinetik dari satu benda yang bersuhu

lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Pada waktu

zat mengalami pemanasan, partikel-partikel benda akan

bergetar dan menumbuk partikel tetangga yang bersuhu

rendah. Hal ini berlangsung terus menerus membentuk energi

kinetik rata-rata sama antara benda panas dengan benda yang

semula dingin. Pada kondisi seperti ini terjadi kesetimbangan

termal dan suhu kedua benda akan sama.

Satuan kalor dalam S.I. adalah Joule dan dalam CGS adalah erg. 1 Joule = 107 erg.

Dahulu sebelum orang mengetahui bahwa kalor merupakan suatu bentuk energi, maka orang

sudah mempunyai satuan untuk kalor adalah kalori. 1 kalori = 4,18 joule atau 1 Joule = 0,24 kal.

DEFINISI KALOR

Kalor adalah perpindahan energi kinetik

dari satu benda yang bersuhu lebih tinggi

ke benda yang bersuhu lebih rendah.

Menganalisis pengaruh kalor

tehadap suhu dan wujud benda.

Menerapkan Azas Black secara

kuantitatif.

Dapatkah anda menjelaskan perbedaan suhu dan kalor?

INGIN TAHU??

P h y s i c f o r s c i e n c e

123

a. Pengaruh Kalor Terhadap Suhu.

Gambar Pengaruh kalor tehadap suhu benda.

Dari gambar terlihat bahwa jika satu gelas air panas dicampur dengan satu gelas air

dingin, setelah terjadi keseimbangan termal menjadi air hangat.Hal tersebut dapat terjadi

karena pada saat air panas dicampur dengan air dingin maka air panas melepaskan kalor

sehingga suhunya turun dan air dingin menyerap kalor sehingga suhunya naik. Dengan

demikian jika terdapat suatu benda yang menerima kalor suhunya akan naik.

Pernahkan kalian memanaskan air?

Sebagian besar pasti pernah melakukannya. Semakin lama air dipanaskan maka suhu

air semakin meningkat. Artinya banyaknya kalor(∆Q) diterima sebanding dengan perubahan

suhu (∆T) air. Demikian juga ketika memanaskan air dengan massa yang berbeda. Untuk

mencapai perubahan suhu (∆T) yang sama, semakin sedikit massa air yang dipanaskan

semakin cepat perubahan suhu tercapai. Ini berarti kalor yang diserap (∆Q ) semakin sedikit

dibandingakan ketika memanaskan air yang massanya lebih banyak.Hal ini juga menunjukan

bahwa massa air berpengaruh terhadap kalor Q yang dibutuhkan.(air yang bervolume lebih

banyak, mempunyai massa yang lebih besar).Perubahan kalor (∆Q) diukur dari lamanya

waktu untuk mencapai perubahan suhu tertentu (∆T). Bagaimana jika kalian memanaskan air

dan minyak goreng dengan selang waktu pemanasan yang sama ,apakah kalor yang

P h y s i c f o r s c i e n c e

124

b. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor.

Kalor dapat diberikan kepada benda atau diambil darinya. Kalor dapat diberikan

pada suatu benda dengan cara pemanasan dan sebagai salah satu dampak adalah kenaikan

suhunya. Kalor dapat diambil dari suatu benda dengan cara pendinginan dan sebagai

salah satu dampak adalah penurunan suhu.Jadi, salah satu dampak dari pemberian atau

pengurangan kalor adalah perubahan suhu yang

diberi lambang Δt.

Hasil percobaan di atas menunjukkan

bahwa, dari pemanasan air dan minyak goreng

dengan massa air dan minyak goreng yang sama,

dengan selang waktu pemanasan yang sama

ternyata banyaknya kalor yang diserap oleh air

DEFINISI KALOR JENIS DAN

KAPASITAS KALOR

Kalor jenis adalah kalor yang diperlukan

untuk menaikkan suhu 1 kg suatu zat

sebesar 10C. Kapasitas kalor adalah

banyaknya kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu suatu benda sebesar 10C.

Alat dan Bahan

- Termometer Celcius. - Neraca .

- Zat cair (air atau minyak goreng). - Stopwatch.

- Gelas pengukur suhu. - Pemanas air.

Prosedur Percobaan

a. Siapakan alat yang digunakan dalam praktikum dan rangkai terlebi

dahulu,(minta petunjuk guru)

b. Tuangkan zat cair ke dalam wadah pemanas dengan massa tertentu (100 gram),

untuk minyak goreng timbang terlebih dahulu dengan neraca sebanyak 100

gram.

c. Masukkan termometer ke dalam wadah berisi air atau ke dalam wadah berisi

minyak goreng,diamkan beberapa saat dan catat suhu sebagai suhu awal (To).

d. Nyalakan Bunsen dengan korek api, letakkan wadah berisi air atau minyak

goreng di atas rangkaian Bunsen, panaskan zat cair tersebut selama 3 menit

dan catat suhu yang ditunjukan pada skala termometer, selanjutnya catat suhu

pada 4 menit dan 5 menit berikutnya.

e. Hitunglah perubahan suhu dengan menghitung selisih suhu awal dan suhu

akhir.

f. Catat kalor yang diterima (∆Q) dengan mengalikan lamanya waktu pemanasan

dengan label Q yang ada pada Bunsen (misalnya 3 menit X 100 J = 300 J).

Kegiatan 2.Hubungan Kalor dan Kalor Jenis

P h y s i c f o r s c i e n c e

125

dan minyak kelapa tidak sama.Jadi selain faktor massa m dan dan perubahan suhu ∆T,

kalor juga bergantung pada kalor jenis.

Untuk membedakan zat-zat dalam hubungannya dengan pengaruh kalor pada zat-

zat itu digunakan konsep kalor jenis yang diberi lambang “c”. Kalor jenis suatu zat

didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk menaikkan

atau menurunkan suhu satu satuan massa zat itu sebesar satu satuan suhu. Jika suatu zat

yang massanya m memerlukan atau melepaskan kalor sebesar Q untuk mengubah

suhunya sebesar ΔT, maka kalor jenis zat itu dapat dinyatakan dengan persamaan:

Tabel 4. Kalor Jenis Beberapa Zat

Zat Kalor Jenis Zat Kalor Jenis

Air

Air laut

Alumunium

Besi

Es

Kaca

4.180

3.900

903

450

2.060

670

Kuningan

Raksa

Seng

Spiritus

Tembaga

Timbal

376

140

388

240

385

130

Selain kalor jenis, terdapat istilah lain dari kalor yaitu kapasitas kalor. Kapasitas kalor

(C) merupakan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk mengubah

suhu benda sebesar satu satuan suhu. Secara matematis rumus dari kapasitas kalor dapat

ditulis sebagai berikut:

c. Perhitungan kalor perubahan zat

Kalor dapat berakibat pada perubahan suhu atau wujud suatu zat. Penerimaan kalor

akan meningkatkan suhu dan dapat mengubah zat padat menjadi cair atau zat cair

menjadi gas, sedangkan pelepasan kalor akan menurunkan suhu dan dapat mengubah zat

𝐶 ∆𝑄

𝑚 ∆𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝑄 𝑚 𝑐 ∆𝑇

𝐶 𝑄

∆𝑇

𝐶 𝑚 𝑐

P h y s i c f o r s c i e n c e

126

cair menjadi padat atau zat gas menjadi zat cair. Kalor yang diterima atau dilepas oleh

suatu benda dapat dihitung dengan rumus berikut.

Dimana Q adalah banyak kalor (J), m adalah massa benda (Kg), c adalah kalor

jenis (J/KgoC) dan adalah perubahan suhu (

oC). Apabila benda mengalami perubahan

wujud, maka jumlah energi yang digunakan tersebut dihitung dengan rumus m.L, dimana

L adalah kalor jenis perubahan wujud zat. Satuan ukur kalor adalah kalori, dimana satu

kalori adalah jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air

sebesar 1oC. 1 Kalori disetarakan dengan 4.2 Joule.

d. Asas Black

Anda ketahui bahwa kalor

berpindah dari satu benda yang

bersuhu tinggi ke benda yang

bersuhu rendah. Perpindahan ini

mengakibatkan terbentuknya suhu

akhir yang sama antara kedua benda

tersebut. Pernahkah Anda membuat

susu atau kopi? Sewaktu susu diberi

air panas, kalor akan menyebar ke

seluruh cairan susu yang dingin,

sehingga susu terasa hangat.

𝑄 𝑚 𝑐 ∆𝑇 + 𝑚 𝐿

DEFINISI HUKUM KEKEKALAN

ENERGI

Hukum kekekalan energi yaitu kalor yang

dilepaskan oleh air panas (Q lepas) sama

dengan kalor yang diterima oleh air dingin (Q

terima).

P h y s i c f o r s c i e n c e

Suhu akhir setelah percampuran antara susu dengan air panas disebut suhu termal

(keseimbangan). Kalor yang dilepaskan air panas akan sama besarnya dengan kalor yang

diterima susu yang dingin. Kalor merupakan energi yang dapat berpindah, prinsip ini

merupakan prinsip hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan energi di rumuskan

pertama kali oleh Joseph Black (1728 – 1899). Hukum kekekalan energi yaitu kalor yang

dilepaskan oleh air panas (Q lepas) sama dengan kalor yang diterima oleh air dingin (Q

terima). Oleh karena itu, pernyataan tersebut juga di kenal sebagai asas Black. Joseph

Black merumuskan perpindahan kalor antara dua benda yang membentuk suhu termal

sebagai berikut.

Asas Black adalah hukum yang menyatakan bahwa untuk semua pertukaran energi

panas (kalor), maka kalor yang diterima materi bersuhu lebih rendah akan sama besar

dengan kalor yang dilepas oleh materi bersuhu lebih tinggi. Secara matematis, Asas Black

dinyatakan sebagai berikut.

Jika terdapat dua materi dengan suhu berbeda dicampurkan menjadi satu, asas black

dapat digunakan untuk mengetahui suhu akhir campuran. Penerapannya

secara matematis adalah sebagai berikut.

Keterangan:

m1 = Massa materi bersuhu lebih tinggi

c1 = Kalor jenis materi bersuhu lebih tinggi

T1 = Suhu materi bersuhu lebih tinggi

m2 = Massa materi bersuhu lebih rendah

c2 = Kalor jenis materi bersuhu lebih rendah

T2 = Suhu materi bersuhu lebih rendah

Tm = Suhu akhir campuran

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

𝑚 𝑐 (𝑇 − 𝑇𝑚) 𝑚2 𝑐2 (𝑇𝑚 − 𝑇2)

P h y s i c f o r s c i e n c e

e. Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor dari suatu benda terjadi jika ada perubahan atau perbedaan suhu,

sedangkan jika suhunya sama akan terjadi keseimbangan yang berarti tidak ada perpindahan

kalor atau energi. Perpindahan kalor dapat 3 kelompok yaitu:

a) Konduksi

Konduksi adalah proses transformasi panas di dalam zat perantara dimana energi

panas berpindah dari molekul yang satu ke molekul yang ada di dekatnya hanya dengan jalan

getaran termal berkala, tanpa ada pemindahan massa zat perantara sama sekali.

Contoh :

Benda yang terbuat dari logam akan terasa hangat atau panas jika ujung benda

dipanaskan, misalnya ketika memegang kembang api yang sedang dibakar.

Knalpon motor menjadi panas saat mesin dihidupkan

Tutup panci menjadi panas saat dipakai untuk menutup rebusan air.

Mentega yang dipanaskan diwajan menjadi meleleh karena panas.

Contoh Konduksi (Sumber: belajarbagus.net)

b) Konveksi

Konveksi adalah proses pemindahan panas dari suatu tempat ke tempat lain melalui

perpindahan massa zat cair atau gas yang dipanasi dari tempat satu ke tempat yang lain.

Hanya terjadi pada zat cair dan gas.

Contoh :

Gerakan naik dan turun air ketika dipanaskan.

Terjadinya angin darat dan angina laut.

P h y s i c f o r s c i e n c e

Gerakan balon udara.

Asap cerobong pabrik yang membumbung tinggi.

Contoh konveksi (Sumber: wonderfulengineering.com)

c) Radiasi

Radiasi adalah transformasi energi panas lantaran gelombang elektromagnetik, tidak

ada zat perantara yang memegang peranan dalam proses pemindahan ini.

Contoh :

Panas matahari sampai ke bumi walau melalui ruang hampa.

Tubuh terah hangat ketika berada didekat sumber api.

Menetaskan telur ungags dalam lampu.

Pakaian menjadi kering ketika dijemur dibawah terik matahari.

Contoh radiasi (Sumber: cuacajateng.com)

P h y s i c f o r s c i e n c e

KESIMPULAN

Suhu atau temperatur adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau

dingin suatu benda. Ketika kita memanaskan atau mendinginkan suatu benda

sampai pada suhu tertetu,beberapa sifat fisik benda berubah. Sebagai contoh: ketika

memanaskan sebatang besi,besi akan memuai,begitu pula ketika mendinginkan air

sampai suhu dibawah nol,air tersebut akan menjadi es.

Pengaruh kalor terhadap benda berbeda-beda sesuai dengan benda tersebut.

Besarnya kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sebuah benda bergantung pada

beberapa factor. Antara lain massa benda, jenis benda, dan perubahan suhu pada

benda tersebut.

P h y s i c f o r s c i e n c e

DAFTAR PUSTAKA

Supianto, 2006. FISIKA Untuk SMA kelas X. Jakarta: Phibeta

Bandura,A.(1969).fisika alam.jakarta: erlangga.

Widodo.Tri.2009.Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional

Karyono, dkk.2009.Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X.Jakarta: Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Zainuri Iman.2006.Tips n Trik Fisika SMA. Jakarta: Erlangga

P h y s i c f o r s c i e n c e

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nurhasanah lahir di Pasar Terusan pada tanggal 20 April 1997. Penulis

merupakan anak keempat dari lima bersaudara yaitu putri dari

Ayahanda A. Rahman dan Ibunda Rumiyati. Penulis memulai

pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004 di Sekolah Dasar Negeri

133/1 Pasar Terusan, selanjutnya penulis melanjutkan sekolah

menengah pertama di MTs Negeri 2 Batanghari selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2012.

Setelah itu pada tahun 2012, penulis melanjutkan kejenjang sekolah menengah atas di MAN 1

Batanghari dan penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah tersebut pada tahun 2015. Penulis

terdaftar sebagai Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika pada tahun 2015. Untuk memperoleh gelar

Serjana Strata Satu (S1) penulis mengembangkan produk “Pengembangan Bahan Ajar Fisika

Berbasis Investigasi pada Materi Suhu dan Kalor untuk Siswa Kelas X MAN 3 Batanghari”

P h y s i c f o r s c i e n c e

P h y s i c f o r s c i e n c e

P h y s i c f o r s c i e n c e

P h y s i c f o r s c i e n c e

P h y s i c f o r s c i e n c e

P h y s i c f o r s c i e n c e

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(CIRRICULUM VITAE)

Pendidikan Formal :

1. SDN 133/1 Pasar Terusan Tamat : Tahun 2009

2. MTsN 2 Batanghari Tamat : Tahun 2012

3. MAN 1 Batanghari Tamat : Tahun 2015

Pengalaman Organisasi : 1. Bendahara Osis MAN 1 Batanghari

2. HMJ Fisika

Motto Hidup : “Engkau mengharapkan keselamatan, namun tidak

menempuh jalan-jalan keselamatan. Sesungguhnya

kapal itu tidak mungkin berlayar di atas daratan.”

Jambi, 23 Juni 2019

NURHASANAH

NIM.TF.151099

Nama : Nurhasanah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Pasar Terusan/20 April 1997

Nama Ayah : A. Rahman

Nama Ibu : Rumiyati

Anak Ke : Anak ke-4 dari 5 bersaudara

Alamat : Pasar Terusan RT.09, Kec. Muara

Bulian, Kab. Batanghari, Prov.Jambi.

Pekerjaan : Mahasiswa UIN STS Jambi

Alamat E-Mail : [email protected]

No Kontak : 081266242270

P h y s i c f o r s c i e n c e