pengembangan model pembelajaran cooperative
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVEORIENTED PROBLEM (COP) PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
DISERTASI
Ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkanGelar Doktor Pendididkan Teknologi dan Kejuruan
Oleh:YOGI YUNEFRI
NIM 15193033
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
i
ABSTRACT
Yogi Yunefri, 2020. Development of Cooperative Oriented Problem LearningModels in the Data Structure Course.
Based on preliminary studies and needs analysis (needs analysis) conductedin the Data Structure course, it was found that learning outcomes and problem-solving skills in the Data Structure course were still low, so it was necessary todevelop a learning model that was relevant to the current learning situation. Thisstudy aims to develop a cooperative oriented problem (COP) learning model inthe Data Structure course that is valid, effective and practical.
This type of research is Research and Development, methods andprocedures for developing the application of the ADDIE model (Analysis, Design,Development, Implementation and Evaluation). Cooperative Oriented Problemlearning model uses 7 steps; 1) Delivery of goals and motivation, 2) IntelligentGrouping, 3) Define the Problem, 4) Discussion, 5) Presentation, 6) Evaluation,7) Reward. The analysis technique uses the Aiken'V test, and the validity uses theexpert test and Focus Group Discussion (FGD). The practicality test was carriedout by applying the product to educators and students in the form of a productpracticality questionnaire and to test the effectiveness of the product with theTwo-Group Pretest and Posttest Design experiments.
The research finding is a Learning Model Cooperative Oriented Problem(COP) in the Data Structure course. This Cooperative Oriented ProblemLearning Model makes students able to improve the 4C (Critical Thinking,Communication, Collaboration, and Creativity) of students by working with theirstudy groups, models and systems that support meeting validity criteria, compiledbased on research and development models ( Research-Based Model) andsuitable for use according to experts. The implication of this research is that thedeveloped Cooperative Oriented Problem (COP) Model can improve learningoutcomes in the Data Structure course. There was a change in attitude, botheducators and students in achieving learning objectives. Change becomes themain condition in achieving an innovation. The increase in the average increaseis actually 11% in the competencies of students, it can be assumed that theCooperative Oriented Problem learning model is able to increase the competenceof critical thinking, communication, collaboration, and creativity owned bystudents simultaneously. For the data structure model, the Cooperative OrientedProblem (COP) course makes it easier for abstract theories in data structurecourses to apply to students, so that understanding this data structure theory canproduce reliable programmers who can advance technological development inIndonesia.
Keywords: Cooperative Oriented Problem (COP) Model, Data Structure.
ii
ABSTRAK
Yogi Yunefri, 2020. Pengembangan Model Pembelajaran CooperativeOriented Problem pada Mata Kuliah Struktur Data. Disertasi PascasarjanaFakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
Berdasarkan studi pendahuluan dan analisis kebutuhan (need analysis) yangdilakukan pada mata kuliah Struktur Data, ditemukan hasil belajar dankemampuan memecahkan masalah dalam mata kuliah Struktur Data yang masihrendah, sehingga perlu pengembangan model pembelajaran yang relevan dengansituasi pembelajaran saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkansebuah model pembelajaran Cooperative Oriented Problem (COP) pada matakuliah Struktur Data yang valid, efektif dan praktis.
Jenis Penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research andDevelopment), metode dan prosedur pengembangan menerapkan model ADDIE(Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation). Modelpembelajaran Cooperative Oriented Problem menggunakan 7 langkah; 1)Submission of goals and motivation, 2) Smart Grouping, 3) Define Problems, 4)Discussion, 5) Present, 6) Evaluation, 7) Reward. Teknik analisis menggunanakanuji Aiken’V, dan validitas menggunakan uji pakar dan Focus Group Discussion(FGD). Uji kepraktisan dilakukan penerapan produk kepada tenaga pendidik danpeserta didik dalam bentuk angket kepraktisan produk dan untuk mengujiefektifitas produk dengan eksperimen Two-Group Pretest dan Posttest Design.
Temuan penelitian adalah sebuah Model Pembelajaran CooperativeOriented Problem (COP) pada mata kuliah Struktur Data. Model PembelajaranCooperative Oriented Problem ini mampu meningkatkan kemampuan 4C(Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Creativity) peserta didikdengan cara bekerja sama dengan kelompok belajarnya, model dan sistempendukung memenuhi kriteria validitas, disusun berbasis model penelitian danpengembangan (Research-Based Model) dan layak digunakan menurut para pakar.Implikasi penelitian ini bahwa Model Cooperative Oriented Problem (COP) yangdikembangkan mampu meningkatkan hasil belajar mata kuliah Struktur Data.Terjadi perubahan sikap, baik tenaga pendidik maupun peserta didik dalammencapai tujuan pembelajaran. Perubahan sikap menjadi syarat utama dalammencapai keberhasilan sebuah inovasi. Terjadi peningkatan rata-rata sebenar 11%pada kompetensi yang dimiliki peserta didik, hal ini dapat di asumsikan bahwadengan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem mampumeningkatkan kompetensi critical thinking, communication, collaboration, dancreativity yang dimiliki peserta didik secara simultan. Bagi mata kuliah strukturdata model Cooperative Oriented Problem (COP) ini mempermudah teori-teoriabstrak dalam mata kuliah struktur data untuk dipahami peserta didik, sehinggadengan pemahaman teori struktur data ini dapat melahirkan programmer handalyang dapat memajukan perkembangan teknologi di Indonesia.
Kata kunci: Model Cooperative Oriented Problem (COP), Struktur Data.
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, disertasi dengan judul “Pengembangan ModelPembelajaran Cooperative Oriented Problem (COP) Pada Mata KuliahStruktur Data” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelarakademik, baik di Universitas Negeri Padang maupun di Perguruan Tinggilainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpabantuan tidak sah dari pihak lain kecuali arahan tim promotor dan timpembahas.
3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telahditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis denganjelas dan dicantumkan pada daftar rujukan.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hariterdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini maka saya bersediamenerima sanksi akademik, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma danketentuan hukum yang berlaku.
Padang, 24 Agustus 2020Saya yang menyatakan,
Yogi YunefriNIM. 15193033
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan disertasi ini dapat diselesaikan.
Teriring salam dan salawat kepada junjungan Rasulullah Nabi Muhammad SAW.,
yang telah menyampaikan risalah kehidupan untuk menuntun umat manusia ke
arah yang lebih baik. Disertasi ini berjudul Pengembangan Model Pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada Mata Kuliah Struktur Data. Disertasi ini
disusun dengan tujuan mengembangkan sebuah model pembelajaran pada mata
kuliah Struktur Data di Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang
Kuning sebagai salah satu pilihan model pembelajaran pada mata kuliah Struktur
Data.
Disertasi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Doktor S3 Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Ganefri, M.Pd, Ph.D, selaku Rektor Universitas Negeri.
2. Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed selaku Promotor I dan Drs. Syahril, ST,
MSCE, Ph.D, selaku Promotor II yang telah membimbing, memotivasi dan
memberikan arahan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
3. Dr. Dedy Irfan, S.Pd, M.Kom selaku Pembahas yang telah membimbing,
motivasi, memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan disertasi ini.
4. Dr. Fahmi Rizal, M.Pd., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang.
5. Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd selaku Ketua Program Studi Doktor S3 Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri.
6. Prof. Dr. Ivan Hanafi, M.Pd selaku Penguji Luar Institusi yang telah
memberikan pengarahan dan masukan dalam penyempurnaan penelitian
disertasi ini.
vii
7. Rektor Universitas Lancang Kuning, Dekan Fakultas Ilmu Komputer, Ketua
Program Studi dan rekan-rekan sejawat pada Program Studi Teknik
Informatika Universitas Lancang Kuning yang memberikan dorongan moril
kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan disertasi ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Doktor Pascasarjana Universitas Negeri
Padang khususnya angkatan 2015 yang telah memberikan sumbangan pikiran
dan dukungan moril, balk selama perkuliahan maupun selama pelaksanaan
penelitian sampai pada penyusunan naskah disertasi ini.
9. Disertasi ini saya persembahkan kepada Ayahanda Jufrinata, SH, Ibunda
Yunidasti, SH, istri tercinta Adinda Bunga Aprilliani, S. Kom., serta anakku
Arrazka Makayla Yukai, Adinda Mayzen Yunefri, M.Pd, AIFO, Ayahanda
Syahril, Mama Umi Reyhan, adinda Yunnike Sabrina dan sahabat Sutejo,
M.Kom atas segala cinta, pengorbanan, doa serta harapannya kepada peneliti
semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada
mereka semua. Ucapan terima kasih ini sekaligus merupakan ungkapan rasa
sayang yang dalam atas pengorbanannya merelakan kebahagiaan kebersamaan
dalam rangka menyelesaikan studi ini, saudara-saudara peneliti di Universitas
Lancang Kuning yang tidak bisa peneliti sebutkan satu demi satu, terima kasih
atas segala dukungan, semangat serta doa yang telah diberikan. Karya
sederhana ini merupakan bagian dedikasi peneliti untuk mereka semua.
10. Semoga disertasi ini dapat menjadi salah satu bagian yang berguna dalam
pembelajaran mata kuliah teknologi informasi di negeri tercinta ini. Peneliti
menyadari bahwa disertasi ini masih terdapat banyak kekurangan, dengan
demikian peneliti mengharapkan saran, masukan terutama dari dosen dan
mahasiswa yang mempelajari Struktur Data, oleh karena itu saran dan
masukan yang konstruktif dapat dikirimkan ke email
Padang, 24 Agustus 2020
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
PERSETUJUAN AKHIR DISERTASI ...................................................... iii
PERSETUJUAN KOMISI UJIAN DISERTASI ....................................... iv
PERNYATAAN ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 17
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 18
D. Perumusan Masalah ................................................................... 18
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 19
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 19
G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ......................................... 19
H. Pentingnya Pengembangan ........................................................ 20
I. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ................................. 21
J. Definisi Operasional .................................................................. 22
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ............................................. 24
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .................................... 24
2. Model Pembelajaran .............................................................. 26
B. Model Problem Based Learning ................................................ 27
1. Pengertian Problem Based Learning .................................... 29
2. Jenis Masalah Pada Problem Based Learning ...................... 32
ix
3. Penerapan Model Problem Based Learning di Berbagai Kampus
dan Negara ............................................................................ 36
4. Ciri-ciri Khusus Problem Based Learning ............................ 40
C. Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD .......................... 44
1. Karakteristik dan Komponen Model Cooperative
Tipe STAD ............................................................................ 44
2. Langkah-Langkah (Sintak) Pembelajaran
Cooperative Tipe STAD ....................................................... 47
3. Model Pembelajaran Cooperative Based Learning .............. 49
D. Karakteristik Mata Kuliah Struktur Data ................................... 50
E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ....................................... 55
F. Kerangka Konseptual ................................................................. 61
G. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 64
BAB III. METODE PENGEMBANGAN
A. Model Pengembangan ................................................................ 65
B. Prosedur Pengembangan ............................................................ 66
C. Uji Coba Produk ......................................................................... 74
D. Subjek Uji Coba ......................................................................... 75
E. Jenis Data ................................................................................... 75
F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 77
1. Instrument Pre-Research ...................................................... 77
2. Instrument Validitas Produk ................................................. 78
3. Analisa Data Pada Tahap Pre-Research ............................... 82
4. Analisis Data Validitas .......................................................... 82
5. Analisis Kepraktisan ............................................................. 83
6. Analisis Efektivitas ............................................................... 84
BAB IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses dan Hasil Pengembangan ............................................... 89
1. Analisis .................................................................................. 89
2. Desain .................................................................................... 91
3. Pengembangan ...................................................................... 92
x
4. Implementasi ......................................................................... 112
5. Evaluasi ................................................................................. 119
B. Analisis Data .............................................................................. 121
1. Validitas ................................................................................ 121
2. Efektifitas .............................................................................. 129
3. Praktikalitas ........................................................................... 133
C. Pembahasan ............................................................................... 141
D. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative
Oriented Problem ...................................................................... 157
E. Kebaruan Penelitian ................................................................... 159
F. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 162
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 164
B. Implikasi .................................................................................... 165
C. Saran .......................................................................................... 168
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 170
LAMPIRAN ................................................................................................... 175
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Kuliah Struktur Data
Tahun Akademik 2016/2017 ................................................................. 9
1.2. Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal yang Diharapkan ........................ 14
1.3. Penelitian tentang Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD dan
Problem Based Learning ....................................................................... 15
2.1. Perbedaan antara Masalah Terstruktur dan Masalah Tidak
Terstruktur ............................................................................................. 33
2.2. Model-Model Problem Based Learning ................................................ 36
2.3. Perhitungan Skor Kemajuan STAD ...................................................... 47
2.4. Tingkat Rekognisi Tim STAD .............................................................. 47
2.5. Karakteristik Struktur Data .................................................................... 51
2.6. Sintak Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem ................ 53
3.1. Kisi-Kisi Instrumen Analisis ................................................................. 68
3.2. Jenis Data Penelitian .............................................................................. 75
3.3. Instrumen Pre-Research ........................................................................ 77
3.4. Instrumen Validitas Buku Model ........................................................... 78
3.5. Instrumen Validitas Perangkat Pembelajaran ........................................ 78
3.6. Instrumen Validitas Modul .................................................................... 79
3.7. Instrumen Validitas Media E-Learning ................................................. 80
3.8. Instrumen Validitas Model (Sintak) ...................................................... 80
3.9. Angket Respon Tenaga Pendidik ........................................................... 81
3.10. Angket Respon Peserta Didik ................................................................ 81
3.11. Kategori Praktikalitas ............................................................................. 83
3.12. Kategori Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik ..................................... 85
3.13. Indeks Reliabilitas Soal .......................................................................... 87
3.14. Klasifikasi Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik .................................. 87
4.1. Perbandingan Model Belajar Problem Based Learning,
Cooperative Tipe STAD dengan Cooperative Oriented Problem ........... 98
xii
4.2. Revisi Produk Buku Model (Sintak) Cooperative Oriented Problem ..... 120
4.3. Revisi Produk Awal Media E-Learning ................................................... 120
4.4. Revisi Produk Awal Panduan Mengajar .................................................. 121
4.5. Revisi Produk Awal Modul Struktur Data ............................................... 121
4.6. Daftar Nama Validator dan Bidang Keahlian .......................................... 122
4.7. Hasil Validitas Modul Mata Kuliah Struktur Data .................................. 128
4.8. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................ 131
4.9. Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............ 132
4.10. Uji T Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................. 132
4.11. Uji Praktikalitas Pengembangan Model COP oleh Tenaga Pendidik .... 134
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Konseptual Pengembangan Model Pembelajaran
Cooperative Oriented Problem ................................................................ 64
4.1. Analisa Kebutuhan Tenaga Pendidik terhadap pengembangan
Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem .............................. 90
4.2. Analisa Kebutuhan Tenaga Peserta Pendidik terhadap Pengembangan
Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem .............................. 91
4.3. Halaman Utama Web Smart Cooperative Oriented Problem .................. 113
4.4. Halaman Input Nilai ................................................................................. 113
4.5. Halaman Upload Materi ........................................................................... 114
4.6. Halaman input Tugas ............................................................................... 114
4.7. Halaman Input Soal Online....................................................................... 115
4.8. Halaman Pembagian Kelompok ............................................................... 115
4.9. Menu Mengaktifkan Ujian Tengah Semester (Online) ............................ 117
4.10. Format Rekapitulasi Penilaian Nilai Akhir Mata Kuliah Struktur
Data ........................................................................................................ 119
4.11. Hasil Analisis Sintak ............................................................................. 123
4.12. Validitas Modul ..................................................................................... 124
4.13. Validitas Media Pembelajaran ............................................................... 125
4.14. Validitas Panduan Aplikasi SCOP ......................................................... 126
4.15. Panduan Mengajar Cooperative Oriented Problem .............................. 126
4.16. Buku Model Cooperative Oriented Problem ........................................ 127
4.17. Grafik Tingkat Validitas Produk Pengembangan Model Cooperative
Oriented Problem .................................................................................. 128
4.18. Grafik Penilaian Kompetensi Abad 21 Menggunakan Model Cooperative
Oriented Problem .................................................................................. 129
4.19. Pratikalitas Produk Pengembangan Model Cooperative Oriented Problem
dari Aspek Tenaga Pendidik .................................................................. 135
4.20. Praktikalitas Modul Pembelajaran pada Skala Kecil ............................. 136
xiv
4.21. Praktikalitas Modul Pembelajaran Skala Besar ..................................... 137
4.22. Praktikalitas Aplikasi SCOP pada Skala Kecil ...................................... 138
4.23. Praktikalitas Aplikasi SCOP Skala Besar .............................................. 138
4.24. Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP pada Skala Kecil .............. 139
4.25. Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP pada Skala Besar .............. 140
4.26. Grafik Tingkat Praktikalitas Produk Pengembangan Model COP
dari Aspek Peserta Didik ....................................................................... 140
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Analisis Kebutuhan Pengembangan Model Pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada Mata Kuliah Struktur Data .............. 175
2. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model
Cooperative Oriented Problem (Kondisi saat ini oleh Peserta Didik) ....... 180
3. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model
Cooperative Oriented Problem (Prioritas dalam Pembelajaran
oleh Peserta Didik) ..................................................................................... 181
4. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model
Cooperative Oriented Problem (Kondisi saat ini oleh Pendidik) .............. 182
5. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model
Cooperative Oriented Problem (Prioritas dalam Pembelajaran
oleh Peserta Didik) ..................................................................................... 183
6. Daftar Hadir FGD ....................................................................................... 184
7. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Model Cooperative
Oriented Problem ....................................................................................... 185
8. Hasil Penilaian Validator terhadap Model Cooperative Oriented
Problem ...................................................................................................... 190
9. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Modul ............................ 191
10. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Media Pembelajaran ...... 195
11. Hasil Penilaian Validator terhadap Media Pembelajaran Mata Kuliah Struktur
Data dengan Model Cooperative Oriented Problem ............................... 196
12. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Panduan Mengajar ......... 200
13. Hasil Penilaian Validator terhadap Panduan Mengajar pada Mata Kuliah
Struktur Data dengan Model Cooperative Oriented Problem ................. 201
14. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Buku Model.................... 205
15. Lembar Penilaian Validator terhadap Buku Model Cooperative Oriented
Problem .................................................................................................... 206
16. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Modul ............. 210
xvi
17. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Panduan
Mengajar .................................................................................................. 211
18. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga pendidik terhadap Kepraktisan
Panduan Mengajar Mata Kuliah Struktur Data dengan Model
Cooperative Oriented Problem ................................................................ 214
19. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap
Media Pembelajaran.................................................................................. 211
20. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik.............................. 218
21. Foto Kegiatan............................................................................................ 232
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Hasil survei dilakukan oleh Education For All (EFA) Global
Monitoring Report (2011) yang dikeluarkan oleh UNESCO dan diluncurkan di
New York, menunjukkan bahwa indeks pembangunan pendidikan Indonesia
pada urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Indonesia masih tertinggal dari
Brunei yang berada di peringkat 34 yang masuk kelompok prestasi belajar
tinggi bersama Jepang yang mencapai posisi nomor satu di dunia (Winahya,
2012), Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal peningkatan
kompetensi tenaga pendidik melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat
pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan
peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun hingga saat ini mutu pendidikan
belum menunjukkan peningkatan yang berarti (Suyanto, 2008).
Masalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenis jenjang
pendidikan merupakan salah satu permasalahan utama dalam bidang
pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. masyarakat dan banyak pakar
pendidikan menyatakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia belum sesuai
dengan harapan (Roza, 2007). Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat
dibuktikan antara lain dari rendahnya standar kelulusan yang ditetapkan untuk
pelajar sekolah menengah yang menjadi calon peserta didik untuk perguruan
tinggi. Sehubungan dengan hal itu, kualitas pada pendidikan tinggi di Indonesia
masih kalah bersaing dibanding dengan bangsa-bangsa lain, baik ditingkat
serumpun maupun internasional. peringkat pendidikan.
Indonesia akhir-akhir ini berada pada urutan 109 dari 134 lembaga
pendidikan yang ada di negara Asia (Dwirahmah, 2013). Di sisi lain,
2
pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih banyak diperdebatkan oleh
berbagai kalangan pemerhati pendidikan. Kesenjangan pemerataan pendidikan
masih menjadi fakta yang ditemukan di berbagai pelosok wilayah di Indonesia,
dengan berbagai kendala yang muncul ke permukaan dan menjadi isu hangat
tentang pendidikan di Indonesia (Prihantoro, 2011). Menurut Podhorsky (2006)
menyatakan bahwa perbaikan pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya
penciptaan program-program yang berfokus pada perbaikan praktik mengajar
dan belajar, bukan semata-mata berfokus pada perancangan kelas dengan
menyampaikan kurikulum.
Program pendidikan dan pembelajaran harus diarahkan dan berorientasi
pada program-program pengembangan potensi peserta didik. Hal ini secara
implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005-2025, yaitu “Pendidikan untuk menyiapkan masyarakat
yang demokratis, yang mampu menghadapi kehidupan global yang kompetitif,
dan inovatif serta mampu mengembangkan keberagaman menuju terciptanya
suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebudayaan
sehingga merasa bangga jadi bangsa Indonesia”(Bappenas, 2005).
Menurut Nizwardi (2016) perkembangan teknologi abad ke 21 menuntut
manusia memasuki era transisi, perubahan kemampuan manusia akan
menimbulkan kemampuan manual (Manual Skills) menuju kemampuan otak
(Brain Skills). Apapun jenis pekerjaan dan profesi yang dijalani, semuanya
membutuhkan keterampilan berpikir (Thinking Skills). Apapun jenis pekerjaan
dan profesi yang dijalani, membutuhkan kemampuan untuk mengumpulkan
informasi, menggunakan informasi, dan menganalisis informasi. Pekerjaan
akan berkecimpung dengan berbagai masalah dan membutuhkan kemampuan
untuk memecahkan masalah itu sendiri, kemampuan kreativitas dan sikap kritis
untuk melakukan berbagai inovasi dan perubahan, sebagai tantangan dari daya
saing yang tinngi dalam dunia usaha dan industri. Abad ke 21 membutuhkan
orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk berani mengambil keputusan,
agar fungsi dan hasil pekerjaan yang dilaksanakan akan menjadi lebih baik,
efektif dan efisien.
3
Tantangan Pendidikan Teknologi di Indonesia menjadi sangat penting
karena akan hadirnya Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic
Community). Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakankan bentuk
integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. MEA merupakan babak baru bagi
perkembangan perekonomian yang memberikan peluang serta tantangan bagi
Negara anggotanya. Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya
membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja
profesional, seperti pengacara, dokter dan lainnya. Tantangan bagi
pengembangan tenaga kerja produktif menjadi hal yang mutlak yang harus
mampu bersaing, secara kuantitas mereka yang berada dalam usia muda akan
mendominasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara satu atau dua dekade
kedepan. Bila generasi muda kita menjadi tenaga kerja dengan keterampilan
rendah (Low Skilled), mereka akan kalah bersaing dengan tenaga kerja luar.
Oleh karena itu perguruan tinggi harus berperan untuk mempersiapkan tenaga
kerja yang siap bersaing, memiliki kompetensi yang mampu menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (Wangke, 2015).
Relevansi pendidikan adalah kesesuain antara pendidikan dengan
perkembangan di masyarakat. Program keahlian dan jurusan banyak sekali
yang tidak relevan dengan dunia industri yang dibutuhkan, yang lebih
memperhatikan adalah yang tidak relevannya kualitas pendidikan dengan
persyaratan lapangan kerja. Indikasi untuk melihat tidak relevansi antara
pendidikan dengan dunia kerja ini dapat diketahui dengan mudah oleh orang
awam, yaitu melihat banyaknya jumlah pengangguran intelektual saat
sekarang. Pada dalam kenyataannya, banyak pula lowongan atau posisi dalam
perusahaan tidak terisi karena tidak ada lulusan atau output pendidikan yang
mengisinya. Persyaratan atau kriteria yang dimintanya tidak ada yang
memenuhi, akibatnya untuk memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan itu,
perusahaan tidak jarang harus sampai melakukan pembajakan tenaga kerja
(Hijacking of Man Power). Maka sangat diperlukan sinkronisasi dan sinergi
tiga elemen yaitu pemerintah dalam kebijakan dibidang pendidikan, kualitas
tamatan sarjana yang dicetak perguruan tinggi dan lapangan pekerjaan.
4
Pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi serta pendidikan tinggi
lainnya dapat bersama-sama merumuskan mengenai perencanaan jumlah serta
kualifikasi lulusan perguruan tinggi yang dibutuhkan di lapangan kerja.
Pendidikan memberikan lingkungan bagi berkembangnya inovasi teknologi,
sosial dan kebudayaan (Wijaya, 2016)
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas menunjukan bahwa
lulusan pendidikan perguruan tinggi belum siap untuk memasuki dunia kerja.
Kompetensi dapat diartikan sebagai knowledge, skill dan personal qualities
(antusiasme) yang meliputi motive, attitude, value, self image dan trait yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan secara efektif sejalan
dengan tujuan pendidikan. Kesenjangan kompetensi yang dihasilkan lembaga
pendidikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan dunia kerja, apalagi untuk
menciptakan lapangan kerja sendiri menjadi wirausaha yang membutuhkan
kompetensi yang mampu dalam produksi. Mereka juga dituntut untuk kreatif,
berani mengambil resiko, mampu memecahkan masalah, pandai mencari
peluang serta memanfaatkannya. Kompetensi ini masih kurang terakomodasi
dalam pembelajaran yang berlangsung di dunia pendidikan pada saat ini.
Pembelajaran di perguruan tinggi selain menuntut kemampuan akademik
(hard skill), peserta didik juga dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan
personal (soft skills) sehingga peserta didik siap memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya setelah menyelesaikan studi. Pendidikan bidang Ilmu Komputer,
seperti pendidikan teknik informatika, hendaknya selain memberikan teori-
teori yang cukup, juga perlu memberikan praktik dan contoh-contoh
pemecahan proyek-proyek nyata dengan memanfaatkan model, strategi,
metode, dan media pembelajaran yang mendukung. Pada abad pengetahuan
saat ini, paradigma belajar berorientasi pada proyek, masalah, penyelidikan
(inquiry), penemuan dan penciptaan” (Wilson, 1996:34). Hal ini berarti
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengarungi seluruh ranah
pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor), serta mengembangkan
seluruh kecerdasannya (emosional, spiritual, sosial, dan sebagainya).
5
Pembelajaran praktik belum secara serius dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip yang sahih untuk memberikan peluang peserta didik belajar
cerdas, kritis, kreatif, inovatif, dan memecahkan masalah. Pembelajaran praktik
yang diupayakan tenaga pendidik pendidikan teknik informatika belum
menunjukkan sebagai suatu proses pengembangan kreativitas peserta didik.
Hasil pengamatan awal menunjukkan adanya kecenderungan tenaga pendidik
dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran praktik yang bersifat
spekulatif, yang berakibat kegiatan pembelajaran praktik kurang menarik,
membosankan, tidak menantang, produk yang dihasilkan tidak maksimal,dan
kecenderungan gagal,
Permasalahan utama dalam pembelajaran di perguruan tinggi adalah
bagaimana perencanaan dan Kesiapan tenaga pendidik untuk mengelola
pembelajaran agar tercapai kompetensi yang diinginkan dalam diri peserta
didik. Secara konseptual, barangkali pengembangan strategi pembelajaran
dapat diakui sebagai salah satu sarana bagi lembaga pendidikan untuk
memberikan dan memperluas wawasan pembelajar tentang pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar lainnya dengan harapan dapat direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Peningkatan kualitas dan proses
pembelajaran di perguruan tinggi perlu secara kreatif mengembangkan konsep-
konsep pendidikan baru yang lebih komprehensif sekaligus kompetitif. Hal ini
dapat dilakukan dengan pembaharuan metode pembelajaran yang lebih
fleksibel, dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek (Student-Centered
Learning), dibandingkan sebagai objek pendidikan. Konsep pendidikan juga
perlu didesain untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan peningkatan
soft skills serta success skills sehingga lulusan perguruan tinggi mempunyai
karakter percaya diri yang tinggi, memiliki kearifan terhadap nilai-nilai sosial
dan kultural bangsa, kemandirian serta leadership yang kuat (Kezar, 2000)
Perguruan tinggi mengacu pada standarisasi proses pembelajaran yang
diharapkan ada pembaharuan pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu,
penelitian ini berupaya mengembangkan model pembelajaran untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik, terutama aspek berpikir kreatif,
6
inovatif, dan produktif, yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran dan pendidikan, sekaligus mampu meningkatkan kompetensi
praktik peserta didik di bidang Ilmu Komputer.
Pengembangan inovasi pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan
perguruan tinggi harus dilakukan oleh para pengelola pendidikan supaya
kualitas serta mutu lulusannya sesuai dengan tuntutan pasar dunia kerja.
Institusi pendidikan harus bisa mengantisipasi dan menghadapi perubahan yang
terjadi dengan memanfaatkan berbagai kapabilitas yang ada. Perguruan tinggi
adalah sebagai penyedia calon tenaga kerja, harus bisa memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki dan jaringan sumber-sumber kemitraan bersama pihak luar
secara efektif, dimana tantangan dunia kerja semakin tinggi seiring dengan
kemajuan zaman dan teknologi yang akan memasuki Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA), yang mana menuntut perguruan tinggi harus bisa
mengantisipasi serta menghadapi perubahan yang terjadi dengan
memanfaatkan seluruh kemampuan yang ada (Wangke, 2015).
Inovasi dan pengembangan proses pembelajaran adalah sebagai proses
yang melibatkan manajemen, tenaga tenaga pendidik atau instruktur serta
seluruh komunitas institusi termasuk pemangku kepentingan serta dapat
melahirkan ide-ide baru dalam penyelenggaraan pada perguruan tinggi. Untuk
itu usaha untuk mengatasi masalah tersebut peranan yang nyata yang dapat
dilakukan adalah memfasilitasi sumber daya manusia yang memiliki
keterampilan untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran yang ada.
Dalam proses ini yang dilakukan dengan menciptakan suatu model
pembelajaran serta dapat merangsang sekaligus memudahkan terjadinya
tindakan belajar, yaitu perbaikan proses pembelajaran. Wujud dari konkret ini
supaya adanya interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, baik yang
dirancang maupun yang dimanfaatkannya sehingga menghasilkan pengalaman
belajar. Pengalaman belajar dapat berwujud pengetahuan, keterampilan, sikap
terhadap satu bidang dan unjuk kerja profesional (Nurhayati, 2011).
Menurut Maksum (2018) prestasi belajar yang diperoleh peserta didik
dalam usaha menyelesaikan tugas-tugas selama ini mengikuti program
7
pembelajaran bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melainkan mempunyai
kaitan erat dengan faktor-faktor lain. Banyak pakar berpendapat bahwa tingkat
berprestasi belajar yang diperoleh peserta didik berkaitan erat dengan proses
pembelajaran yang selalu menekankan kepada penyampaian informasi. Hal ini
sejalan dengan pendapat Nur dan Wikandri (2000) yang mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan proses pembelajaran yang berkait dengan masalah
pembelajaran, antara lain pedagogi yang berpusatkan kepada tenaga pendidik,
kurangnya variasi dalam pembelajaran, tidak melihat keberagaman potensi
peserta didik, metode evaluasi yang sekedar menguji ingatan dan rendahnya
pengetahuan mengenai diri peserta didik dan strategi-strategi pembelajaran.
Seterusnya, Maksum (2018) berpendapat ciri-ciri pembelajaran di atas
memperlihatkan pengalaman pendidikan yang rusak (Deformation of Practice
of Education) dan telah terjadi lapisan-lapisan pengalaman yang tidak teratur
(Inverse Hierarchical Practice). Selanjutnya model pembelajaran yang terlalu
berpusat kan kepada tenaga pendidik yang gagal dalam melatih peserta didik
didalam keterampilan skill utama seperti prestasi akademik, keterampilan
berpikir kritis, penyelesaian masalah, kerjasama dan keterampilan komunikasi.
Pendapat yang sama juga diperkuat dan dikemukakan oleh Suyanto
(2008) yang menyatakan bahwa masalah yang mendasar yang dihadapi oleh
pendidikan di Indonesia saat ini tercermin dalam realitas pendidikan yang
dijalani, yaitu dalam konteks model dan strategi pembelajaran di sekolah-
sekolah dan perguruan tinggi, sebagai tenaga pendidik masih kurang kreatif,
kurang inovatif, karena masih memakai model dan strategi yang konservatif
dan tradisional. Selayaknya tenaga pendidik sudah membaca kondisi zaman
yang sangat dinamis, sehingga output pendidikan sudah memiliki mental yang
bersifat mandiri, pemikiran kritis dan kreatif Sanjaya (2008). Pemikiran kritis
dan kreatif adalah kunci sukses bagi peserta didik dalam mencapai
keberhasilan akademik. Memiliki kemampuan pemikiran kritis dan kreatif akan
sangat diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, oleh sebab itu sudah waktunya pembelajaran pada masa yang akan
8
datang diarahkan kepada penumbuhan dan pengembangan kemampuan
berpikir dan kreatif.
Salah satu mata kuliah yang mengalami persoalan dalam pembelajaran
adalah mata kuliah struktur data. mata kuliah ini wajib diberikan kepada
peserta didik program studi teknik informatika pada jenjang sarjana strata 1.
namun dalam pelaksanaan pembelajaran struktur data selama ini peserta didik
dan tenaga pendidik telah menghadapi permasalahan. melalui observasi dalam
pelaksanaan pembelajaran saat perkuliahan berlangsung terdapat persoalan
rendahnya interaksi belajar peserta didik. persoalan ini ditunjukkan dengan
fakta bahwa peserta didik masih merasa canggung untuk aktif dalam mata
kuliah struktur data, sifat belajar peserta didik yang masih kaku dan hanya
mengharapkan materi yang diberikan dari tenaga pendidik melalui
pembelajaran konvensional merupakan tanda bahwa pembelajaran yang
dilakukan baru bersifat satu arah (Nurhadi, 2002).
Penulis memperhatikan bahwa keikutsertaan peserta didik dalam
pembelajaran masih bermasalah, diperlihatkan bahwa ketekunan peserta didik
dalam memperhatikan pembelajaran masih rendah. persoalan lain yang
dihadapi adalah permasalahan motivasi belajar peserta didik yang terlihat
rendah, di sisi lain, dalam kegiatan pembelajaran masih berpusat kepada tenaga
pendidik sebagai penyaji informasi. tenaga pendidik belum mampu melibatkan
peserta didik secara aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan motivasi
peserta didik dalam proses pembelajaran agar semakin tinggi minat peserta
didik untuk memahami pelajaran yang diberikan, model pembelajaran yang
terlalu berpusat kepada tenaga pendidik gagal dalam melatih keterampilan
utama seperti keterampilan berpikir, penyelesaian masalah dan keterampilan
komunikasi (Maksum, 2018).
Masalah hasil belajar peserta didik pada mata kuliah struktur data yang
telah dikemukakan di atas berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta
didik pada mata kuliah struktur data. Dokumentasi hasil belajar peserta didik
pada program studi teknik informatika pada tahun akademik 2016/2017 dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
9
Tabel. 1.1. Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Kuliah Struktur Data Tahun
Akademik 2016/2017
TahunAkademik
KelasNilai Peserta
didikBobotNilai
Jumlah Persentase Keterangan
2016/2017 TI.1
A 4 2 5% Sangat Baik
B 3 10 25% Baik
C 2 20 50% Sedang
D 1 4 10% Buruk
E 0 4 10% Sangat Buruk
T O T A L 40
TahunAkademik
KelasNilai Peserta
didikBobotNilai
Jumlah Persentase Keterangan
2016/2017 TI.2
A 4 6 15% Sangat Baik
B 3 7 18% Baik
C 2 19 48% Sedang
D 1 6 15% Buruk
E 0 2 5% Sangat Buruk
T O T A L 40Tahun
AkademikKelas
Nilai Pesertadidik
BobotNilai
Jumlah Persentase Keterangan
2016/2017 TI.3
A 4 4 12% Sangat Baik
B 3 6 18% Baik
C 2 15 44% Sedang
D 1 5 15% Buruk
E 0 4 12% Sangat Buruk
T O T A L 34
Sumber: Sistem Informasi Akademik Universitas Lancang Kuning.
Berdasarkan hasil belajar pada Tabel 1.1 di atas maka dapat di ketahui
bahwa Peserta didik masih membutuhkan peningkatan optimalisasi proses
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. upaya dalam peningkatan hasil
belajar tersebut harus menyesuaikan dengan persoalan-persoalan yang terjadi
dalam pembelajaran. Hasil wawancara menguatkan dari analisis materi dari
perolehan nilai sumatif peserta didik. Dari 15 peserta didik, semua peserta
didik menjawab bahwa Struktur Data merupakan materi dari Ilmu Komputer
yang sulit dipahami dengan alasan Struktur Data merupakan pelajaran yang
10
materinya saling berkesinambungan sehingga peserta didik harus menguasai
semua tahap Struktur Data. Padahal, tidak semua peserta didik mampu
menguasai semua tahapan Teori Struktur Data. Akibatnya, peserta didik
merasa tuntutan dalam kegiatan belajar-mengajar Struktur Data menjadi
momok yang sangat besar dan tidak dapat dinikmati.
Selain wawancara, peneliti juga mengumpulkan informasi melalui
observasi pada awal bulan Agustus 2016. Dalam observasi yang dilakukan
bersama rekan sejawat yang pengampu mata kuliah struktur data yang berasal
dari Universitas Kuantan Singingi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim, Universitas Islam Riau dan AMIK Mitra Gama. ternyata ditemukan
permasalahan lain dalam pembelajaran, yaitu kurangnya keterampilan sosial
diantara peserta didik di dalam mempelajari Struktur Data. Usaha yang
dilakukan dalam penyempurnaan kegiatan pembelajaran mata kuliah Struktur
Data ini adalah yang akan dilaksanakan akan difokuskan kepada upaya
pengembangan Model Cooperative Oriented Problem, yaitu model
pembelajaran yang merupakan elaborasi antara Problem Based Learning (PBL)
dengan Cooperative Tipe STAD. Penggelaborasian dua model ini diperlukan
untuk mensinergikan antara antara model Problem Based Learning (PBL)
dengan Cooperative Tipe STAD dalam pembelajaran. Seperti diketahui bahwa
model PBL memerlukan penguasaan konsep pengetahuan yang baik, sehingga
hal ini menjadi kelemahan model ini untuk peserta didik yang berkemampuan
rendah. Oleh karena itu, keterbatasan tersebut akan teratasi oleh integrasi
antara model antara Problem Based Learning (PBL) Cooperative Tipe STAD,
dengan Cooperative Tipe STAD peserta didik mampu berkooperatif satu sama
lainnya dalam kelompok kecil untuk dapat berkompetitif dengan kelompok
kecil lainnya. Elaborasi antara dua model ini diharapkan juga mampu
memotivasi siswa dalam proses belajar karna peserta didik yang memiliki
peningkatan prestasi belajar di setiap topik akan mendapatkan penghargaan.
Selanjutnya Barrows (1996) menyatakan bahwa rasional model PBL
dilaksanakan karena dalam metode tradisional peserta didik mempunyai
kelemahan dalam keterampilan penyelesaian masalah secara kolaboratif dan
11
berpikir kritis. Mereka hanya bergantung kepada tenaga pendidik sebagai
sumber informasi dan tidak mempunyai kesadaran tentang kelemahan diri
mereka. Pendekatan tradisional hanya melahirkan peserta didik yang tidak
kritis dan belajar secara pasif dan mereka kurang memahami informasi yang
disampaikan. Oleh sebab itu, PBL berpotensi dapat menyelesaikan kelemahan
yang terdapat dalam pendekatan tradisional. Selanjutnya menurut Savin-Baden
(2003) untuk melihat pengalaman peserta didik di dalam PBL, umumnya
menunjukan peserta didik lebih puas dan senang hati menimba pengalaman
dengan pembelajaran PBL dibanding dengan program pembelajaran
konvensional.
Pengembangan model Problem Based Learning (PBL) untuk
pembelajaran mata kuliah Struktur Data pada perguruan tinggi dilakukan
mengacu kepada model PBL Torp and Sage (2002) dari 8 (delapan) langkah,
yaitu: (1) Meet the problem, (2) Understand the problem, (3) Define the
problem statement, (4) Gather and share the information, (5) Generate
Possible Solutions, (6) Determine the best fit of solutions, (7) Present the
solutions, (8) Defrief the problem. Alasan model ini dipilih untuk
dikembangkan, karena berdasarkan referensi yang ada bahwa model ini
merupakan model PBL terbaru dan cocok untuk pendidikan orang dewasa,
cocok untuk pembelajaran diluar medis dan kedokteran dan banyak
diimplementasikan di Amerika Serikat untuk pendidikan K-16 atau untuk Post
Secondary Education, walaupun model PBL ini sangat bagus dalam
implementasi di Perguruan Tinggi di Amerika Serikat, namun tidak dapat
diterapkan begitu saja di Indonesia, karena karakteristik masyarakat Indonesia
sangatlah berbeda dengan penduduk di Amerika Serikat. Sebab dalam memilih
model pembelajaran terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya; (1) peserta didik atau peserta didik yang menjadi target, (2)
infrastruktur dan sarana pendukung, (3) hasil pembelajaran yang diharapkan,
dan (4) sosial ekonomi.
Selanjutnya pengembangan Modul Cooperative Tipe STAD untuk
pembelajaran mengacu kepada model STAD yang dikembangkan oleh Rusman
12
(2005) dengan sintak yang terdiri dari 6 langkah yaitu: (1) Menyampaikan
tujuan dan motivasi (2) Pembagian Kelompok (3) Presentasi Tenaga pendidik
(4) Kegiatan dalam Tim (Kerja Tim); (5) Kuis (Evaluasi) dan (6) Penghargaan
Prestasi Tim. Alasan model ini dipilih untuk dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya pengembangan model
Cooperative Oriented Problem (COP) diimplementasikan dan dilaksanakan
dalam pembelajaran. Maka karena itu Cooperative Oriented Problem dapat
berpotensi mengembangkan berbagai skill seperti keterampilan, prestasi
akademik, pemecahan masalah, keupayaan metakognisi, pemecahan masalah
dan kemampuan bekerja sama. Mata kuliah struktur data merupakan satu mata
kuliah keahlian yang memiliki peran yang besar dalam perkembangan
teknologi informasi (TI), Struktur data adalah salah satu ilmu di bidang
rekayasa piranti lunak komputer yang dapat mendukung potensi industri kreatif
khususnya subsektor piranti lunak. Sehingga model pembelajaran Struktur
Data sangat penting untuk dikembangkan agar dapat memberikan bekal dan
keterampilan kepada peserta didik Perguruan Tinggi.
Hasil tinjauan menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada
Program Studi Teknik Informatika yang dilaksanakan selama ini pada
umumnya memberikan penjelasan secara teoritis dengan menggunakan
metode ceramah serta media power point yang diselang seling dengan soal
tanya jawab. Dan dari hasil pengamatan selama membina mata kuliah ini,
masalah yang sering dihadapi peserta didik sukar untuk mengaplikasikan
konsep-konsep yang ada pada mata kuliah struktur data kedalam bahasa
pemrograman, serta rendahnya kemampuan penyelesaian masalah,
terbatasnya keterampilan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik, dan
rendahnya motivasi peserta didik dengan mata kuliah yang berkaitan dengan
tugas yang memerlukan kreativitas. Diduga kemungkinan faktor penyebab
kendala ini antara lain kurangnya perhatian peserta didik saat tenaga pendidik
menerangkan materi pembelajaran, karena model pembelajaran yang
digunakan kurang tepat. dikarenakan model pembelajarannya selalu berpusat
kepada tenaga pendidik yang cenderung gagal dalam mengembangkan
13
berbagai skill seperti kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
pemikiran kritis, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama
(Chen, 2008). Yang mana gambaran kelas yang dihadapi tersebut
menunjukan adanya kesenjangan antara kondisi aktual yang dihadapi dengan
kondisi optimal yang harus dicapai.
Dari aspek lain penulis meninjau terhadap 40 peserta didik Teknik
Informatika Universitas Lancang Kuning menunjukan para peserta didik ini
menilai frekuensi metode ceramah yang digunakan tenaga pendidik dalam
pembelajaran mata kuliah struktur data sekitar 75 persen. Di samping itu 65
persen peserta didik menyatakan bahwa pembelajaran mata kuliah struktur data
kurang menarik serta kurang membuat peserta didik berpikir kritis, karena
masih didominasi oleh model pembelajaran yang tradisional (Teacher
Centered). Kenyataannya ini diperkuat oleh Taufiq Amir (2009) yang
menyatakan bahwa kebanyakan anak didik mengalami keterbatasan dalam
penyelesaian masalah, sebagian besar karena faktor didaktik, termasuk model
pembelajaran yang berpusat pada tenaga pendidik (ceramah). Selanjutnya
ditambahkan oleh Trianto (2009), bahwa sistem pendidikan di Indonesia pada
umumnya masih menerapkan pola satu arah, sehingga pembelajaran seperti ini
cenderung menjadi dogmatis, dominan hafalan, dan mengurangi kreativitas dan
pemikiran kritis anak didik.
Pengaruh dari fenomena ini adalah tingginya tingkat kegagalan peserta
didik dalam mengikuti ujian labor, dimana peserta didik gagal dalam
menerapkan teori struktur data kedalam bahasa pemrograman. Hal ini
memberikan gambaran bahwa prestasi belajar peserta didik di dalam mata
kuliah struktur data masih rendah serta menunjukan kondisi pembelajaran yang
belum efektif dan optimal. Karena kenyataan ini menggambarkan bahwa
prestasi belajar peserta didik dari berbagai aspek ini masih sangat perlu
ditingkatkan.
Beberapa faktor yang telah diidentifikasi penyebab terjadinya
kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi optimal, yang seharus terjadi
adalah di dalam pembelajaran masih berpusat pada tenaga pendidik sebagai
14
penyaji informasi. Yang mana tenaga pendidik belum mampu melibatkan
peserta didik secara aktif dalam pembelajaran serta meningkatkan motivasi
peserta didik dalam proses pembelajaran agar semakin tinggi minat peserta
didik untuk memahami pembelajaran yang diberikan. model pembelajaran
terlalu terpusatkan kepada tenaga pendidik sehingga gagal dalam melatih
keterampilan utama seperti menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir serta
berkomunikasi (Mossuto, 2009 dan Gabbin, 2002).
Tabel 1.2. Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal yang Diharapkan
No. Kondisi Aktual Kondisi Optimal Yang diharapkan
1.Peserta didik pasif dan tidakkritis
Peserta didik aktif dan berpikiran kritis
2.Peserta didik kurang aktifdalam mencari sumberbelajar
Punya inisiatif sendiri mencari sumberbelajar
3.
Peserta didik tidak terbiasamenyelesaikan masalahsendiri dalam prosespembelajaran
Peserta didik terbiasa menyelesaikanmasalah sendiri dalam prosespemelajaran
4.Peserta didik tidak memilikikemampuan kolaborasi dankomunikasi yang baik
Peserta didik memiliki kemampuankolaborasi dan komunikasi yang baik
5.
Peserta didik belummempunyai inisiatif untukmengemukakan pendapatdalam menghadapipermasalahan pemahamanpembelajaran
Peserta didik mempunyai inisiatif untukmengemukakan pendapat dalammenghadapi permasalahan pemahamanpembelajaran
6.Peserta didik lebih cendrungbekerja sendiri-sendiri
Peserta didik terbiasa dengan kerjakelompok (team work)
7.
Peserta didik belummendapat pengalamanbermakna (kongkrit) ketikabelajar Struktur Data
Peserta didik mendapat pengalamanbermakna (kongkrit) ketika belajarStruktur Data
Peserta didik kurang kritis didalam memecahkan masalah sehingga pada
akhirnya menyebabkan prestasi peserta didik menjadi rendah. Serta disisi lain
juga tenaga pendidik kurang terbiasa menuntut peserta didik supaya lebih aktif
dan kreatif untuk mendapatkan jawaban serta informasi terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang dimunculkan didalam pembelajaran sehingga menyebabkan
peserta didik kurang kritis. Apabila kondisi pembelajaran yang digambarkan
15
berlangsung terus menerus maka implikasinya adalah tidak terlaksana aktifitas
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran didalam mata kuliah yang
telah ditetapkan. Beberapa peserta didik yang mengikuti pembelajaran akan
merasakan hambatan antara lain pembelajaran berpusat pada tenaga pendidik,
belum optimalnya bimbingan serta interaksi edukatif antara tenaga pendidik
dan peserta didik-peserta didik yang kurang optimal.
Walaupun sudah banyak penelitian yang dilakukan tentang penerapan
PBL dalam pembelajaran berbagai mata kuliah namum penelitian tentang
pengembangan dengan mengelaborasikan Model Problem Baseb Learning dan
Cooperative Tipe STAD dalam pembelajaran Struktur Data, belum pernah
dilakukan di Indonesia. Pemilihan model Cooperative Oriented Problem yang
akan dikembangkan dengan alasan bahwa hasil penelitian sebelumnya
menujukan bahwa model Problem Based Learning (PBL) dan Cooperative
Tipe STAD secara terpisah dapat mencari jalan keluarnya untuk memperbaiki
permasalahan yang dihadapi yaitu terjadi kondisi aktual dan kondisi optimal
yang bisa diharapkan pada pelaksanaan pembelajaran.
Tabel 1.3. Penelitian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
dan Problem Based Learning
No Judul Penelitian Penelitian Keterangan
1Problem Based Learningin Engineering Education
(Dahms, 2014)Problem Based Learningbidang pendidikan teknik.
2
Teaching of the conceptof Enthalpy UsingProblem Based LearningAprroach
(Gurses, Dogarand Geyik, 2015)
Problem Based LearningBidang Thermodinamika
3
The Effects of Problem-Based-Learning on theAcademic Achievementsof Medical Students inOne Japanese MedicalSchool, Over a Twenty-Year Period
(Niwa et al.,2016)
Problem Based Learningpada mata kuliah Basic andClinic Science
4
Cultivatingcommunicationthrough PBL with ICTSimranjeet
(Judge, Osmanand Yassin,
2011)
Problem Based LearningBidang Biologi
5Cognitive and SocialFactors Influencing
(Mubuuke, Louwand Van
Contextual Problem Basedlearning.
16
No Judul Penelitian Penelitian KeteranganStudents' Response andUtilization of FacilitatorFeedback in a ProblemBased Learning Context
Schalkwyk,2016)
6
Facilitating problem-based learning amongundergraduate nursingstudents: A qualitativesystematic review
(Wosinski et al.,2017)
Problem Based learningBidang Keperawatan.
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pengembangan model pembelajaran
berbasis masalah sangat penting karena metode Problem Based Learning
memiliki banyak kelebihan antara lain: (1) Melibatkan peserta didik secara
kompleks dan sesuai dengan dunia nyata, (2) Mendorong menyelesaikan
permasalahan secara kompleks, (3) meningkatkan motivasi belajar, (4)
menggunakan informasi dari beberapa disiplin ilmu, (5) adanya kerjasama dan
kolaborasi, (6) Suasana kelas lebih menyenangkan (Gagne and Wager, 1992).
Langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini
sangat perlu sekali dikembangkan sehingga dapat menjadi sebua model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang valid, praktis serta efektif
pada pendidikan vokasi, khusunya pada mata kuliah struktur data yang mana
diharapkan dapat mencapai hasil pemeblajaran yang lebih efektif dan optimal.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan secara komprehensif melalui
studi literatur, observasi dan analisi kebuthan pembelajaran saat ini maka dapat
diasumsikan bahwa diperlukan sebuah pembaharuan dan pengembangan model
pembelajaran yang mampu merespon kebutuhan saat ini, terutama pada era
revolusi industri 4.0 ini. Di era ini selain peserta didik diharapkan mampu
memiliki kompetensi dan mahir dalam bidang yang digeluti tetapi tidak kalah
penting diharapkan haruslah mampu mengkawinkan dua kompetensi ini dalam
kehidupan sehari-hari yaitu kompetensi bidang dan berpikir kritis. Oleh sebab
itu diperlukan sebuah penelitian dan kajian tentang model pembelajaran yang
berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Cooperative Oriented
Problem pada Mata Kuliah Struktur Data”.
17
B. Identifikasi Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat serta
kebutuhan keahlian tenaga kerja yang handal mengharuskan adanya perubahan
penyesuaian pembelajaran. Pembelajaran secara konvensional tidak efektif
dalam menghasilkan lulusan Perguruan Tinggi yang kompetitif dan siap
bekerja (Mursid, 2015). Keterbatasan waktu pembelajaran di kelas dan metode
pembelajaran yang ada perlu dilakukan penyesuaian strategis pengelolaan
pembelajaran, pengorganisasian isi pembelajaran dan peningkatan relevansi
materi pembelajaran dengan kebutuhan dunia kerja. Perubahan dan
penyesuaian tersebut erat kaitannya dengan kreativitas peserta didik,
kemampuan berpikir kritis, menyelesaikan masalah kolaborasi, motivasi dan
komunikasi serta technical skill peserta didik dan pembelajaran Struktur Data
sangat berkaitan dengan variabel-variabel tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran Struktur Data pada Program Studi Teknik Informatika di
Universitas Lancang Kuning adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran Struktur Data menggunakan model konvensional,
tenaga pendidik menjadi pusat peran dalam mencapai hasil pembelajaran
(Lecturer Centered) sehingga proses pembelajaran kurang mengembangkan
kreativitas peserta didik dan cenderung membosankan.
2. Proses pembelajaran belum berorientasi pada peran peserta didik dalam
menggunakan teori-teori Struktur Data dalam bahasa pemrograman
sehingga data yang digunakan tidak tersimpan secara efisien.
3. Motivasi dan aktivitas belajar peserta didik rendah dalam pembelajaran
Struktur Data.
4. Peserta didik kurang terlatih untuk berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan
kerjasama.
5. Hasil belajar peserta didik dalam matakuliah Struktur Data masih belum
memuaskan sehingga perlu ditingkatkan.
18
6. Tenaga pendidik belum menerapkan alternatif dan metode pembelajaran
yang menantang dalam mengelola pembelajaran di kelas sehingga belum
menghasilkan kualitas dan efektivitas pembelajaran secara optimal.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan yang ada, maka
penelitian ini hanya berfokus pada pengembangan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data serta perangkat
pembelajaran pada mata kuliah Struktur Data tersebut. Persoalan-persoalan
yang lain yang ada selama proses penelitian ini dibatasi dan dikesampingkan.
Cooperative Oriented Problem ini dikembangkan untuk melatih
kemampuan berpikir peserta didik dengan mengintegrasikan aspek Problem
Based Learning ke dalam komponen model pembelajaran Cooperative Tipe
STAD dan perangkat pembelajarannya. Tujuannya adalah agar meningkatkan
kemampuan peserta didik dan menumbuhkan ide dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam bahasa pemrograman.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem pada mata kuliah Struktur Data bisa memenuhi kriteria valid di
Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning?
2. Bagaimana hasil pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem pada mata kuliah Struktur Data bisa memenuhi kriteria praktis di
Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning?
3. Bagaimana hasil pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem pada mata kuliah Struktur Data bisa memenuhi kriteria efekktif di
Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning?
19
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dan pengembangan yang hendak dicapai adalah:
1. Menghasilkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada
mata kuliah Struktur Data yang memenuhi kriteria valid untuk digunakan
pada program studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.
2. Menghasilkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada
mata kuliah Struktur Data yang memenuhi kriteria efektif di program studi
Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.
3. Menghasilkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada
mata kuliah Struktur Data yang memenuhi kriteria praktis di program studi
Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.
4. Menghasilkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
4C (Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Creativity) pada
mata kuliah struktur data.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dan pengembangan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Struktur Data di Perguruan
Tinggi.
2. Meningkatkan kolaborasi, berpikir kritis, berkreasi inovatif, dan kreatif,
kemampuan berkomunikasi, rasa bertanggung jawab, serta motivasi belajar
peserta didik.
3. Memberikan kontribusi perbaikan kualitas pembelajaran Struktur Data pada
Prodi Teknik Informatika di Universitas Lancang Kuning.
G. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah suatu model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang praktis dan efektif dapat
20
digunakan untuk membantu tenaga pendidik dan peserta didik dalam
pembelajaran Struktur Data. Produk tersebut berupa:
1. Buku model Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur
Data.
2. Buku panduan pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata
kuliah Struktur Data.
3. Buku ajar mata kuliah Struktur Data menggunakan model Cooperative
Oriented Problem.
4. E-learning Cooperative Oriented Problem.
H. Pentingnya Pengembangan
1. Secara Teoritis
Pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
dapat memberikan kontribusi positif dalam pembelajaran Struktur Data di
Perguruan Tinggi.
2. Secara Praktis
a. Bagi peserta didik model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
yang dikembangkan diharapkan dapat memberikan manfaat kemudahan
belajar bagi peserta didik dengan membekali pengetahuan dan
keterampilan tentang pembelajaran Struktur Data. Meningkatkan
kompetensi, kolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif.
b. Bagi tenaga pendidik model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem yang dikembangkan dapat membantu tenaga pendidik dalam
mengoptimalkan pembelajaran Struktur Data, sebagai tambahan metode
pembelajaran bidang ilmu komputer dan sebagai acuan model
pembelajaran bagi matakuliah sejenis namun dengan tetap dilakukan
pengkajian terlebih dahulu.
c. Bagi Universitas model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
yang dikembangkan dapat sebagai bahan masukan dalam rangka
21
perbaikan model pembelajaran pada berbagai matakuliah yang ada di
Prodi Teknik Informatika sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
d. Bagi peneliti lain, model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
yang dikembangkan dapat sebagai bahan masukan dalam
mengembangkan model-model dalam pembelajaran.
I. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
didasari atas asumsi:
1. Peserta didik belum memiliki motivasi yang kuat dan persiapan yang
memadai dalam mengikuti matakuliah Struktur Data, sehingga diperlukan
strategi khusus dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem.
2. Pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem terbatas
pada matakuliah Struktur Data untuk mengatasi permasalahan dalam
matakuliah tersebut dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta
meningkatkan kompetensi peserta didik yang relevan dengan kebutuhan
tenaga kerja dan dunia industri piranti lunak komputer.
3. Penelitian lebih berfokus pada penerapan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem dengan target peserta didik dapat menguasai materi
kuliah Struktur Data dengan cepat melalui masalah-masalah.
Sedangkan keterbatasan pengembangan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem ini adalah hanya mengkaji model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem dengan membuat panduan pelaksanaan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem dan perangkat pembelajaran mata kuliah
Struktur Data.
22
J. Defenisi Operasional
Defenisi Istilah dalam penelitian ini untuk menjelaskan istilah yang
digunakan dan bersifat khas pada tulisan. Istilah tersebut adalah:
1. Model
Pola yang digunakan dalam proses penyelenggaraan pembelajaran dan
pengajaran berbasis masalah dengan konsep yang jelas yang terdiri atas
struktur, komponen, isi komponen, langkah-langkah penggunaan, serta
memiliki spesifikasi.
2. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan tenaga pendidik sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran (instruksional) dikelas. Sehubungan dengan hal itu, ada lima
istilah yang digunakan dan berfungsi sebagai unsur penyusunan model yaitu
sintak, sistem-sosial, prinsip-prinsip reaksi, sistem pendukung dan efek
instruksional dan pengiring. Model menggambarkan kesamaan antara
sejumlah item yang serupa, model menggambarkan proses, sebuah model
mempresentasikan sesuatu. Trianto (2010:43) menyatakan bahwa model
pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola
aturannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
3. Validitas
Menurut Sugiono (2009:43) bahwa validitas merupakan proses,
kegiatan untuk menilai rancangan produk, dalam hal ini model pembelajaran
Problem Based Learning baru secara rasional dan efektif dari yang lama
atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validitas disini masih bersifat
penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.
23
4. Praktikalitas
Menurut kamus bahasa Indonesia (2002), praktikalitas berarti bahwa
bersifat praktis, artinya mudah dan senang memakainya. Praktikalitas
merupakan tingkat kemudahan dan kepraktisan produk yang dikembangkan
dapat membantu tenaga pendidik dan peserta didik, sehingga kegiatan
pembelajaran dapat mengembangkan kreativitas peserta didik.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan perilaku fisik dan mental manusia dalam
memahami lingkungan yang dinamis berupa fenomena alam, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan hal-hal yang bisa dijadikan bahan
belajar. Gagne and Wager (1992) mengemukakan bahwa, “learning is a
change in human disposition or capacity, wich persist over a period time,
and wich is not simply ascribable to process of growth”. Belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara
terus menerus, serta merupakan suatu kegiatan kompleks yang melibatkan
stimulasi lingkungan dan proses kognitif peserta didik.
Pengertian belajar telah banyak didefinisikan dan ditejemahkan oleh
para ahli sebelumnya. Hariyanto (2014) mendefinisikan bahwa belajar
adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan , memperbaiki perilaku dan sikap. Sedangkan
menurut Andrews (2001) belajar merupakan proses dimana suatu organisme
mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Sama halnya dengan
Slavin (2011) mengartikan juga bahwa belajar merupakan perubahan
individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman dalam pengertian
belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial, namun perilaku
yang diakibatkan oleh pertumbuhan fisik dikarenakan karena pertambahan
umur dan kematangan fisik tidak termasuk hasil belajar.
Beberapa ahli pendidikan lainnya, mengemukakan pandangan yang
berbeda terhadap pengertian belajar. Kelompok ahli behavioristik yang
dipelopori House and Elliot (2007) memandang bahwa belajar itu adalah
perubahan perilaku (tingkah laku) sebagai hasil dari interaksi antara
stimulus dan respon. Para penganut aliran kognitif, antara lain Peaget,
25
Brunner, dan Ausubel (House and Elliot, 2007) memandang bahwa belajar
tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi
juga melibatkan persepsi dan pemahaman peserta didik.
Pada sisi lain penganut teori kontruktivisme, memandang bahwa
belajar adalah usaha pemberian makna oleh peserta didik terhadap
pengalaman yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi yang
mutakhir (Budiningsih, 2005). Slavin (2011) menyatakan, “Peserta didik
harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Sementara
para ahli teori belajar humanistik memandang bahwa manusia memiliki
potensi diri yang harus dikembangkan dan dihargai (Ansyar, 1989).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.
Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan
tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta
wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa
belajarnya belum sempurna. Untuk mengukur seseorang telah belajar atau
belum belajar perlu dilakukan perbandingan antara perilaku sebelum belajar
dan setelah melakukan kegiatan belajar.
Pembelajaran menurut Anni (2009) adalah seperangkat peristiwa
(events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta
didik itu memperoleh kemudahan. Berliner & Calfee (1996) menyatakan
bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta
didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa
belajar dirancang agar peserta didik mampu memproses informasi nyata
dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuan
belajar hendaknya setiap komponen pembelajaran dapat saling berhubungan
dan berkaitan dengan baik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku peserta didik yang relatif menetap, sebagai hasil dari adanya
26
pengalaman bermakna dalam interaksi dengan linkungannya. Sedangkan
pembelajaran lebih kepada interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta
didik. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, secara eksplisit dinyatakan dalam pasal 1 ayat 1
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiksecara aktif
mengembangkan potensi dirinya. Oleh sebab itu pembelajaran haruslah
dipandang sebagai serangkaian usaha sadar dan terencana oleh pendidik
agar peserta didik bisa mencapai tujuan pendidikan itu.
2. Model Pembelajaran
Model secara sederhana diartikan sebagai objek atau konsep yang
digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan
dikonversi menjadi sebuah bentuk yang lebih komperhensif (Meyers, 2004).
Dapat dimaknai juga bahwa model adalah suatu struktur konseptual yang ,
telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan dapat diterapkan,
terutama untuk membimbing penelitian dan berfikir dalam bidang lain,
biasanya dalam bidang yang belum berkembang (Marx & Goodson,
1976:235).
Meyers (2004:95) mengungkapkan bahwa “models of teaching is an
overall plan, or patern for helping student to learn specific kinds of
knowledge, attitudes or skill”. Senada dengan hal tersebut Joyce and Weil
(2015:385) menyatakan bahwa: “A models of teaching is a plan or pattern
that we can use to design facce teaching ini classroom , film, tapes, and
computer-mediated program and curiculums (long term courses of study)”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa model merupakan
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran yang disiapkan untuk membantu peserta didik
belajar lebih spesifik berbagai ilmu pengetahuan, sikap ataupun
keterampilan.
27
Model pembelajaran menurut Hariyanto (2014:19) adalah seluruh
perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran
termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Model
pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang
teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.
Sedangkan model merupakan rangkaian satu-kesatuan dari pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran
menggambarkan suatu proses pembelajaran dari awal sampai akhir
pembelajaran. Pada intinya di semua model, tenaga pendidik harus terbuka
dengan peserta didik. Bagian dari tugasnya tidak hanya untuk mempelajari
materi tetapi untuk menjadi semakin mampu mengarahkan kegiatan mereka
sendiri. Dengan kata lain, para peserta didik secara bertahap mempelajari
model itu sendiri.
Arends, (1997:7) menyatakan, “The term teaching model refer to
particular approach to instruction that includes its goals sytanx,
environtment, and management systems”. Istilah model pembelajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengolahannya. Selanjutnya menurut
Arends, (1997:7) menyatakan bahwa model pembelajaran terdiri dari model
pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif
(Cooperatif Learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning), model pembelajaran diskusi (Discussion), model
pembelajaran strategi (Strategy Learning).
B. Model Problem Based Learning
Problem Based Learing (PBL) sudah dikenal sejak era Plato dan
Socrates, yang telah meminta peserta didiknya menilai, mencari informasi dan
ide baru serta membahasnya sewaktu aktifitas pembelajaran (Mossuto 2009).
Barrow (1999) menyatakan ide PBL telah diperkenalkan oleh Sockrates (469-
399 SM) yang mana beliau percaya bahwa belajar melalui usaha sendiri
28
merupakan satu belajar yang benar. PBL kemudian memasuki aliran
pendidikan utama pada tahun 1960-an pada sekolah Kedokteran di Universitas
MCMaster di Ontario Kanada, memperkenalkannya dalam kurikulum
kedokteran (Neville,1999). Hal ini diikuti oleh Uniersitas Maastricht, belanda
pada tahun1974 (Spencer 1999). Kemudian PBL telah berkembang ke seluruh
Amerika Utara dan seluruh dunia (Albanase & Mitchell 1993).
Dalam ungkapan sederhana Problem Based Learning (PBL) merupakan
model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau siswa,
menggunakan permasalahan dan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari
(real-life) untuk mendorong peserta didik belajar. Chen (2008) menyatakan
bahwa Problem Based Learning (PBL) memenuhi tuntutan paradigma baru
dunia pendidikan yang muncul pada era ekonomi yang berdasarkan
pengetahuan dengan ledakan informasi dan globalisasi. PBL yang pada
mulanya diperkenalkan untuk program kedokteran di University McMaster,
Kanada terus diperbaiki dan dimantapkan untuk dilaksanakan di enam puluh
sekolah kedokteran yang lain (Savery & Duffy 1995) dan disebar di bidang-
bidang lain seperti bidang perdangan, pendidikan, arsitek, fakultas hukum,
teknik, dan kerja sosial (Massuto 2009). Ia juga diimplementasikan dalam
lingkungan pembelajaran yang lain seperti pendidikan jarak jauh, pembelajaran
secara on-line, program diploma, sekolah menengah dan sekolah dasar (Wee
2004). Sehingga kini, PBL terus diperkenalkan untuk bidanh-bidang baru yang
lebih spesifik seperti ilmu keolahragaan (hui Shinet al. 2007), sekolah polisi
(Pare & Gillis 2007), untuk sekolah perwira angkatan udara (Wei & Jansen
2007), biologi molekular (Nachamma et al.2007), dan radiografi (pope 2007).
PBL memungkinkan peserta didik untuk mempelajari prinsip-prinsip
dasar dari suatu subjek pelajaran atau kompetensi dalam konteks pentingnya,
untuk menyelesaikan situasi dan masalah yang nyata (Hmelo-Silver 2004;
Barrow dan Tombly 1980). Peserta didik menganalisis masalah dan
menyelesaikan masalah tersebut secara efektif dan efisien. Semua itu dilakukan
dengan mempratekkan, mengunakan, dan mengembangkan keterampilan
penguasaan, keterampilan kerjasama kelompok, keterampilan berfikir kritis,
29
dan keterampilan belajar sendiri yang natinya mengacu kepada pemecahan
masalah. Suksenya PBL tergantung pada peserta didik untuk
mengkombinasikan semua keterampilan di bawah fasilitasi oleh seorang
fasilitator tenaga pendidik. Level keterikatan mereka dengan pembelajaran
mempunyai efek yang besar untuk hasil akhir untuk menampilkan dan
memberikan solusi dan masalah apapun yang mereka hadapi dikehidupan
nyata.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan
model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh peserta
didik atau tenaga pendidik), kemudian peserta didik memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Peserta didik dapat
memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka
terdorong berperanan aktif dalam belajar. Masalah yang dijadikan sebagai
fokus pembelajaran dapat diselesaikan peserta didik melalui kerja kelompok
sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada
peserta didik seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
1. Pengertian Problem Based Learning
Pengertian Problem Based Learning (PBL) pada awalnya berdasarkan
model PBL klasik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Barrow &
Tamblyn 1980), yaitu; (1) situasi dunia nyata yang kompleks yang tidak
mngandungi hanya satu jawaban benar merupakan fokus kepada
pembelajaran yang direncanakan, (2) peserta didik-peserta didik bekerja
dalam kelompok untuk menghadapi masalah,mengenal masalah dalam
pembelajaran, dan membina penjelasan yang sudah diterima, (3) peserta
didik memperoleh informasi baru melalui pembelajaran terarah dengan cara
mandiri, (4) guru/tenaga pendidik berperan sebagai fasillitator, (5) masalah
membawa kepada pengembangan kompetensi penyelesaian masalah.
Pengertian berikutnya adalah bahwa PBL adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan masalah (problem) sabagai langkah awal
30
dalam mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Selanjutnya
(Pauline et al. 2001) menyatakan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang
terfokus pada penyajian permasalahan (nyata ataupun simulasi) kepada
peserta didik diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian kajian
berdasarkan teori, konsep,prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang
ilmu.Pendapat yang sama Torp dan Sage (2002, 276) menyatakan “Problem
Based Learning (PBL) is a pedagogical strategi of “ aktive learning” often
used in higher education,but it can be adapted for use in K-16 education”.
Dengan kata lain PBL adalah strategi pedagogi dan pembelajaran aktif yang
sering digunakan dalam pendidikan dasar.
Problem Based Learning merupakan satu model pembelajaran yang
mengunakan masalah nyata yang relevan serta bermakna sebagai fokus
dalam proses pembelajaran. PBL sesuai digunakan bukan saja dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik tetapi juga
mampu mendukung kepada pembangunan keterampilan soft skill seperti
keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan bekerja dalam
kelompok, keterampilan berkomunikasi dan sebagainya (Barrows &
Tamblyn, 1980). Hall (2006) menyatakan bahwa PBL adalah teknik yang
terbentuk dari pada masalah-masalah tanpa disadari yang berlaku dalam
kehidupan seharian kita. Selanjutnya bagi Torp dan Sage (2002), PBL
terfokus kepada pengalaman pembelajaran yang melibatkan mind-on dan
Hand-on yang disediakan melalui strategi dan keputusan dari pada masalah
yang nyata. Dalam PBL, para peserta didik diberikan suatu masalah atau
situasi nyata dan dikehendaki menyelesaikannya dengan mencari input dari
pada buku, jurnal, surat kabar, risalah, internet dan organisasi-organisasi
yang terlibat. Di sini tenaga pendidik bertindak sebagai pembimbing atau
sebagai fasilitator kepada penyelesaian yang dilakukan oleh para peserta
didik.
Sungur (2004) mengemukakan PBL adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
31
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang essensial dari materi pelajaran. Di sisi lain menurut Savery &
Duffy (1995:175) bahwa;
“Problem-based learning is a student centered process and it is theresponsibility of the individual student to participate fully, not only forhis or her own learning, but also to aid the learning of others in thegroup, Although much time is spent alone in the library or at thecomputer, the full benefits of PBL cannot be realized in isolation”.
Dapat dikemukakan bahwa PBL adalah proses yang berpusat pada
peserta didik dan tanggung jawab individu untuk berpartisipasi secara
penuh, tidak hanya dalam pembelajarannya, tetapi juga untuk kelompok.
Meskipun banyak menghabiskan waktu sendiri di perpustakaan atau
komputer, PBL sangat bermanfaat, karena PBL dapat membentuk peserta
didik berfikir kritis, bekerjasama dalam kelompok, menumbuhkan dan
mengembangkan kebiasaan belajar mandiri.
Selanjutnya Savery & Duffy (1995,182) Menyatakan “Problem-based
learning (PBL) is a learning strategithat execemlifes student centered
learning. It emphasizes solving complex problem in rich contexts and aims
at developing higher-order thinking skills”. Dapat dikatakan bahwa PBL
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mencontohkan pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang menekankan pemecahan
masalah komplek kaya konteks dan tujuan mengembangkan keterampilan
berfikir tingkat tinggi. Sejalan dengan itu, Boud & Felleti (1991)
menyatakan bahwa “Problem based learning is a way of constructing and
learning using problem as a stimulus and focus on student activity.
Problem-based learning (PBL) is an learning strategy that challenges
students to “how learn to learn,” working coorperatively in groups to seek
solutions to real world problems”.
Ronis (2000,76) mengatakan bahwa “Problem Based Learning (PBL)
is on idea that individuals fashion their understanding largely through what
they experience”. Seterusnya Ronis (2000) menyatakan variasi dari PBL
adalah inqury contact, case study, simulations, workshops, and study
32
questions. Sejalan dengan itu, Sungur (2004) menegaskan problem based
learning memungkinkan peserta didik bertanya, berdiskusi, berdebat,
menyortir informasi dan kegiatan sejenisnya yang menuju terjadinya proses
penemuan (discovery) dalam proses pembelajaran. Sungur (2004)
menyatakan siklus inquiry sebagai berikut: a) observasi (observation), b)
bertanya (Questioning), c) mengajukan dugaan (hypotesis), d) pengumpulan
data (data gathering).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa
Problem-Based learning adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dunia nyata sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru melalui bekerja kelompok (working
cooperatively in groups) dalam mengembangkan keterampilan berfikir
tingkat tinggi dan keterampilan pemecahan masalah komplek yang kaya
konteks, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial
dari materi pembelajaran.
Kesimpulan adalah bahwa PBL dapat didefenisikan berdasarkan dua
perspektif, yaitu perspektif falsafah yang mendasari proses merancang
kurikulum dan dari perspektif model untuk tenaga pendidik yang akan
melaksanakan pembelajaran dalam kelas. Selain itu, oleh karena wujud dari
PBL dalam berbagai versi yang dilaksanakan dalam berbagai disiplin ilmu.
Maka usaha untuk mendefenisikan PBL tidak harus terfokus hanya pada
cara masalah dipersembahkan pada awal pembelajaran, bahkan perlu
merangkum tata cara pengimplimentasiakan PBL untuk disesuaikan dengan
karakteristik disiplin ilmu tersebut.
2. Jenis Masalah pada Problem Based Learning
Jenis masalah yang digunakan dalam PBL adalah kurang terstruktur
(Delisle 1997; Lambros 2004; Torp & Sage 2002). Selanjutnya Torp & Sage
(2002) mendefenisikan masalah kurang terstukutur sebagai masalah yang
mengandung situasi yang komplek dan tidak mengandungi informasi yang
lengkap untuk ditentukan jalan penyelesaian. Apabila informasi terkumpul
33
dan dinilai, pemahaman terhadap masalah akan berubah yang seterusnya
membuka ruang baru untuk strategi dan pembelajaran (Delisle 1997).
Selanjutnya Delisle (1997) juga menjelaskan bahwa masalah yang kurang
terstruktur dalam PBL bukan diberikan setelah peserta didik mempelajari
pengetahuan sebagaimana yang dilakukan model pemberian tugas dan tugas
proyek. Sebaliknya masalah yang digunakan dalam PBL berfungsi sebagai
pencetus untuk peserta didik membuat kajian serta mengumpul informasi
yang diperlukan untuk menggali beberapa penyelesaian yang mungkin bagi
masalah tersebut (Lambros 2004). Selain itu, masalah dalam PBL bukan
hanya tidak mengandung satu penyelesaian yang betul tetapi sebaliknya
terbuka peluang kepada kreativitas dan kritis dari peserta didik sehingga
mampu menggunakan dan mengintegrasikan pengetahuan yang dipelajari
bagi menggali beberapa penyelesaian (Torp & Sage 2002).
Berbeda dengan Delisle (1997), Lambros (2004) serta Torp dan Sage
(2002) yang mendefenisikan secara langsung masalah kurang terstruktur,
Hong (1998) menggunakan tiga kriteria untuk membedakan masalah
terstruktur dan masalah kurang terstruktur. Tiga kriteria berkenanan ialah
sifat masalah, proses penyelesaian masalah dan komponen penyelesaian
masalah. Tabel 2.1 memaparkan uraian yang lebih lengkap tentang kriteria-
kriteria yang digunakan oleh Hong (1998) bagi membedakan masalah
terstruktur dan kurang terstruktur.
Tabel 2.1. Perbedaan antara Masalah Terstruktur dengan Masalah Kurang
Terstruktur
KRITERIA MASALAHTERSTRUKTUR
MASALAH KURANGTERSTRUKTUR
Sifat Masalah
Komponenpernyataanmasalah
1. Tujuan yang sudahdiketahui denganjelas
2. Keadaanpermulaan masalahyang jelas
1. Tujuan yg tidak didefenisikan denganjelas
2. Informasi yang tidak lengkap
Penyelesaian
Hanya satujawaban yg betuldan bersifatterfokus dalam
Beberapa penyelesaian atau tiadapenyelesaian langsung
34
KRITERIA MASALAHTERSTRUKTUR
MASALAH KURANGTERSTRUKTUR
mencapai bataswaktupenyelesaian akhir
Proses Menyelesaikan MasalahRepresentaseMasalah
Pengaktifan skema1. Pencarian informasi2. Pemilihan informasi
ProsesPenyelesaianMasalah.
Mencaripenyelesaian.
1. Menghasilakan justifikasi untukpemilihan
2. Mendalami beberapa penyelesaian3. Pemilihan penyelesaian
PemantauanPengimplimentasikanpenyelesaian
Penilaian terhadap penyelesaian,pemantaun proses penyelesaian, danmenghasilakn justifikasi
Komponen Penyelesaian Masalah
KognitifPengetahuan domainspesifik
Pengetahuan domain spesipik
Metakognisi Pengetahuan structural Pengetahuan struktural
Variabelbukan kognitif
Pengetahuan Kognitif
1. Pengetahuan kognitif2. Kontrol kognitif3. Niai/Sikap/Kepercayaan4. Kemampuan bercerita
Sumber: Slavin.
Selain daripada menyangkut tentang perbedaan masalah terstruktur
dan kurang terstruktur, isu proses merancang masalah dalam model PBL
juga perlu diberi perhatian agar mendapatkan suatu masalah benar-benar
sesuai digunakan untuk tujuan PBL. Savin-Baden dan Major (2004)
menjelaskan bahwa masalah PBL bukan dirancang terikat berdasarkan asas
taksonomi Bloom yang dimulai dengan asas pengetahuan, dan diikuti
dengan asas pemahaman sebelum mencapai tahap yang lebih tinggi. Hal ini
karena masalah yang dirancang berasaskan taksonomi Bloom jika
digunakan dalam PBL hanya akan menjadikan peserta didik untuk
cenderung memberi fokus kepada aspek mendapatkan pengetahuan (Savin-
Baden & Major 2004). Sebaliknya, masalah yang digunakan dalam PBL
seharusnya menuntut peserta didik untuk berfikir secara kritis sebagaimana
tujuan mereka semula terlibat dengan PBL. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk medorong peserta didik mempunyai persepsi bahwa penglibatan
mereka dengan penyelesaian masalah dalam model PBL bukanlah untuk
35
mendapatkan satu jawaban yang betul, tetapi sebaliknya sebagai suatu usaha
untuk mendorong peserta didik berfikir secara inkuiri dn mengembangkan
pendirian mereka tentang kerasionalan mempelajari sesuatu ilmu
pengetahuan (Barnett 1994).
Disisi lain, Duch Groh et al. (2001) mengemukakan jenis masalah
yang disampaikan dalam kelas PBL disamping kurang terstruktur, juga
kompleks dan realistik. Masalah memerlukan kreativitas peserta didik
menentukan apa diinginkan yang diperlukan, kenapa, apakah informasi yang
berkaitan dan apa langkah-langkah yang diperlukan bagi penyelesaian
masalah. Peserta didik perlu memilih informasi yang ada karena tidak
semua informasi yang diperoleh berkaitan dengan dengan masalah-masalah
dalam PBL yang akan diselesaikan.
Masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya
jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap peserta didik, bahkan
tenaga pendidik, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan
demikian, PBL memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
bereksplorasi megumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL
adalah keterampilan peserta didik untuk berfikir kritis, analitis, sistematis,
dan logis untuk menemukan alternatif untuk memecahkan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah
(Barnett 1994).
Dalam penelitian ini, rancangan masalah dibuat berdasarkan format
dan panduan PBL yang dikemukakan oleh Torp dan Sage (2002) yang
mengkhususkan kepada pelaksanaan PBL di tingkat universitas. Peserta
didik-peserta didik jenjang universitas akan senang dan bersemangat apabila
ditantang dan bersedia bukan saja untuk mendapat informasi baru tetapi
menentukan kerelevanannya dan mengaplikasikannya (Lambors 2004).
Bagaimanapun masalah yang dipersembahkan perlu disesuaikan dengan
tahap keperluan pengetahuan peserta didik, memberi motivasi kepada
peserta didik untuk melakukan kajian lebih lanjut, sesuai untuk dianalisis
36
dan diaplikasikan serta memenuhi tujuan pembelajaran (Duch Groh et al,
2001). Kesimpulannya adalah penggunan masalah kurang terstruktur dalam
PBL memungkinkan masalah berfungsi sebagai titik permulaan
pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan masalah kurang terstruktur
dalam PBL dengan model pembelajaran lainnya. Contohnya aktivitas
penyelesaian masalah konvensional biasanya hanya dilakukan setelah
peserta didik mempelajari sesuatu pengetahuan.
3. Penerapan Model Problem Based Learning di Berbagai Kampus dan
Negara
Menurut Wee (2004), Torp & Sage (2002) dan Detty Aryani (2016),
terdapat berbagai model sintak untuk melaksanakan proses PBL. Tabel 2.2
memaparkan contoh-contoh model proses PBL yang diterapkan oleh
beberapa lembaga institusi pendidikan.
Tabel 2.2. Model-Model Problem Based Learning (PBL)
No Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)
1
SekolahTeknikKimia,Universitas McMaster,Kanada
a. Mengamati masalah, mengajukan hipotesis danmengenal pasti isu pembelajaran.
b. Menyelesaikan masalah berdasarkan apa yang pesertadidik ketahui.
c. Mengenal kekurangan pengetahuan yang diperlukanuntuk menyelesaiakan masalah.
d. Menentukan keperluan pembelajaran utama,menetapkan tujuan pembelajaran dan mengenal pastisumber untuk pembelajaran mandiri.
e. Bekerja sama dengna ahli pengetahuan yang lain.f. Menyelesaikan masalah dengan mengunakan
pengetahuan.g. Menyediakan kritikan atau tangapan.
2UniversitasSamford,AmerikaSyarikat
a. Peserta didik langsung berhadapan dengan masalah.b. Dalam berkelompok peserta didik menentukan
pengetahuan yang relevan dan mengenal pasti sifatmasalah.
c. Peserta didik akan menimbulkan masalah apa yangtidak diketahui oleh mereka.
d. Peserta didik merangkai tindakan untukmenyelesaikan masalah dan mengenal pasti sumberyang diperlukan.
e. Peserta didik harus mengumpulkan imformasi untukmenyelesaikan masalah.
37
No Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)f. Fasilitatot akan memandu dengan bertanya masalah.
3
SekolahKedokteran,UniversitasSouthernIllinois,AmerikaSyarikat
a. Memperkenalkan anggota kelompok.b. Menetapkan lingkungan.c. Menetapkan tujuan.d. Bertemu masalah.e. Mengenal pasti fakta.f. Mendalami dan mengamati ide.g. Mengenal pasti isu pembelajaran.h. Membuat rancangan tindakan.i. Memberi tumpuan terhadap hasil pembelajaran.j. Mengenal pasti sumber.k. Mengendalikan pembelajaran secara mandiri.l. Mengkritik sumber.m. Menjawab masalah berdasarkan pengetahuan baru
yang diperoleh.n. Menyelesaikan masalah.o. Mengkritisi masalah secara sendiri dan melalui rekan.
4UniversitasNewcatle,Autralia
a. Peserta didik diberi masalah.b. Memahami masalah melalui sumber secara online.c. Mengenal pasti masalah.d. Mengenal pasti itu isu pembelajaran.e. Mengendalikan pembelajaran mandiri.f. Mengaplikasikan penegtahuan dan penyerahan
laporan tertulis.g. Menghasilkan rangkaian penilaian mandiri dengan
criteria kepada “apa”, “kenapa” dan “bagaimana”masalah diselesaikan. Serahkan laporan.
h. Fasilatator memberikan tangapan.i. Peserta didik menyerahkan semula berdasarkan
tanggapan.
5UniversitasMaastricht,Netherlands
a. Mengenal pasti terminology yang tidak diketahui dankonsep masalah.
b. Mendefenisikan masalah.c. Menganalisis masalah, menghasilkan penjelasan dan
mengaktifkan pengetahuan yang relevan.d. Mengkririk penjelasan dan menhasilkan uraian
tentang proses yang terkandung dalam masalah.e. Mendesain isu pembelajaran.f. Mengendalikan pembelajaran secara mandiri.g. Bekerja sama temuan dengan kelompok bagi yang
membentuk penjelasan yang komprehensif.
6PoliteknikRepublikSingapura
a. Mempersembahakan masalah kurang terstruktur.b. Penambahan pemikiran dan mengaktifkan
pengetahuan yang relevan.c. Mengenal pasti apa yang diketahui dan telah
diketahui.d. Fasilatator memandu peserta didik kepada persoalan
penting dan tujuan pembelajaran. Kemudian pesertadidik belajar secara mandiri
38
No Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)e. Bekerja sama pembelajaran dengan anggota-anggota
kelompok.f. Pemahaman bersama terhadap pengetahuan
digunakan untuk merujuk kepada masalah awal.Menyelesaikan masalah.
g. Melakukan refleksi.
7PolteknikTemasek,Singapura
a. Menentukan kelompok pembelajaran.b. Mengenal pasti masalah.c. Mendalami ide.d. Menghasilkan isu pembelajaran.e. Pembelajaran secara mandiri.f. Mensitensis dan mengaplikasikan pengetahuan.g. Refleksi dan tanggapan.
Sumber: Wee (2004).
Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)
Universitas Andalas(FakultasKedokteran) Metode“Seven Jump”
a. Clarify unfamiliar termsb. Define the problemsc. Brainstorm possible hypothesis or explanationd. Arrange explanation into a tentative solutione. Define learning objectivef. Imformation gathering and private studyg. Share the results of information gathering and
private studySumber: Detty Aryani (2016).
Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)
Model PBL Ronis2001
a. Clarifyb. Definec. Analysed. Reviewe. Identifly learning objectivesf. Self studyg. report dan synthesis
Sumber: Ronis, Diane (2001).
Model PBL Torp &Sage 2002
a. Meet the problemb. Understand the problemc. Define the problem statementd. Gather and share the informatione. Generate Possible Solutionsf. Determine the best fit of solutionsg. Present the solutionsh. Debrief the problem
Sumber: Torp & Sage (2002).
39
Dalam penelitian ini, grand teori model PBL yang akan dikembangkan
adalah berdasarkan format dan panduan PBL yang kemukakan oleh Torp &
Sage (2002) dengan sintak 10 langkah, yang mengkhususkan kepada
pelaksanaan PBL di tingkat universitas. Dalam model Torp & Sage (2002)
masalah yang diidentifikasi perlu disesuaikan dengan tahap keperluan
pengetahuan peserta didik, memberi motivasi kepada peserta didik untuk
melakukan kajian lebih lanjut, untuk dianalisis dan diaplikasikan serta
memenuhi tujuan pembelajaran.
Langkah pertama dalam model PBL Torp & Sage ini merujuk kepada
dukungan peserta didik dan mempunyai kepentingn dalam memunculkan
dan mengidentifikasikan masalah. Seterusnya, peserta didik didukung dalam
membangunkan kesadaran tentang apa yang mereka tahu, perlu tahu, dan
ide-ide yang mereka miliki sehubungan dengan pemecahan masalah
tersebut. Langkah ketiga mendefenisikan pernyataan masalah dalam rangka
untuk mendorong peserta didik dalam menyatakan masalah dalam keadaan
yang mereka temui dan mengenal pasti penyelesaian untuk memecahkan
masalah tersebut. Setelah itu adalah menghimpun dan bekerjasama untuk
mendapatkan informasi. Langkah kelima memberi tumpuan kepada
dukungan peserta didik dengan berbagai penyelesaian yang mungkin untuk
menyelesaikan masalah tersebut (Torp & Sage, 2002).
Langkah seterusnya berkaitan untuk mendorong peserta didik dalam
menggunakan pemikiran mereka untuk menilai kebaikan dan keburukan
setiap penyelesaian yang dihasilkan oleh anggota kelompok mereka. Dalam
memperesentasikan langkah penyelesaian, peserta didik didorong untuk
menunjukan penyelesaian kepada masalah. Langkah terakhir, Peserta didik
setiap kelompok melakukan refleksi secara bersama-sama atas apa yang
mereka pelajari pada akhir sesi PBL. Berdasarkan uraian di atas,
menunjukan bahwa model PBL yang dilaksanakan selama ini, di berbagai
perguruan tinggi dan model PBL menurut para pakar sangat beragam,
namun dengan sasaran dan langkah yang hampir sama. Namun dalam
40
penelitian ini akan menggunakan model PBL yang dikembangkan oleh Torp
& Sage (2002).
4. Ciri-Ciri Khusus Problem Based Learning
a. Konsep Dasar Problem Based Learning
Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berpusat
kepada kelompok-kelompok kecil dengan seorang fasilitator dan
mengajar satu langkah khas yang teratur dalam menyelesaikan masalah.
Barrow telah memperioritaskan taksonomi PBL yang mana model PBL
dikategorikan berdasarkan keefektifan dalam objek pembelajaran. PBL
telah dianggap sebagai satu proses pembelajaran di mana peserta didik
dari jenjang sekolah dasar hingga program pendidikan tinggi
dipersembahkan dengan masalah yang menantang mereka
mengaplikasikan keterampilan penyelidikan, pemberian masalah,
memberi sebab dan pemikiran kritis alam sekitar secara individu atau
dalam kelompok dalam usaha mencari penyelesaian. Masalah dijadikan
sebagai asas untuk memotivasikan peserta didik mempelajari
keterampilan dan pengetahuan. Model pembelajaran ini berpusatkan
kepada peserta didik dan berasaskan inkuiri (Schwartz et al.2001).
Menurut Lambros (2004) PBL adalah model pembelajaran berdasarkan
prinsip menggunakan masalah sebagai titik permulaan untuk
mendapatkan pengetahuan baru. Pengaruh pembelajaran terpusat kepada
penggunaan masalah yang menciptakan pembelajaran melalui
pengelaman baru, memperoleh materi baru dan pengukuhan kepada
pengetahuan alam sekitar. Lingkungan pembelajaran peserta didik berada
pada dunia yang nyata atau mereka kenali.
PBL sering dikelirukan dengan pembelajaran berasaskan projek
(projec based learning), pembelajaran penyelesaian masalah (problem
solving learning) (Savin Beden & Major 2004). Pembelajaran berasaskan
proyek mengandung tugas penyelesaian masalah yang terstruktur yang
disediakan oleh fasilitator atau tutor. Peserta didik berperan menyiapkan
41
sesuatu projek atau menjadi anggota dari sebuah kelompok untuk
membangun strategi ke arah penyelesaian masalah. Pembelajaran
penyelesaian masalah (problem-solving learning) adalah dilaksanakan
melalui bimbingan langkah demi langkah model penyelesaian masalah
secara logis yang disediakan oleh seorang tenaga pendidik. Para peserta
didik dalam pembelajaran ini mendapatkan pengetahuan awal terlebih
dahulu, sebelum merancang aktivitas-aktivitas penyelesaian masalah
(Savin Beden & Major 2004).
PBL adalah dicirikan dengan situasi pembelajaran terbuka (open-
ended situation), ia menantang dan relevan dengan tingkat inkuiri peserta
didik. Fasilitator dalam PBL membimbing pembelajaran dengan cara
bertanya dan membiarkan para peserta melakukan pembelajaran sendiri
dengan mengenal pasti apa yang telah diketahui dan belum diketahui. Hal
ini membawa kepada masalah apa yang perlu diketahui bagi
mendapatkan pemahaman khusus tentang sesuatu perkara (Savin Beden
& Major 2004).
b. Karakteristik PBL
Menurut Ronis (2001), tahap awal dalam melaksanakan PBL
adalah memastikan ada tidaknya permasalahan yang akan dipecahkan
oleh perserta didik (determening whether a problem exists). Hal ini
didukung oleh Wina Sanjaya (2007) mengatakan bahwa untuk
mengimplementasikan PBL, tenaga pendidik perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Senada
dengan itu Ronis (2002,79) mengemukakan bahwa “Teacher can begin
locating problem by looking through textbooks, curriculum guides,
newspapers, and magazines to finf situations, dilemmas and issues that
need resolution” Lebih lanjut Ronis (2001,81) menyatakan bahwa “in the
problem design phase, the problem my be voiced as question, a case
study, an example, a charge, a hypothesis, or a situation”. Jadi
permasalahan yang diberikan kepada peserta didik dapat dalam bentuk
42
pertanyaan, studi kasus, contoh, perintah, hipotesis atau situasi
permasalahan yang berasal dari berbagai sumber.
Setelah permasalahan diberikan kepada peserta didik, peserta didik
membuat pernyataan permasalahan secara tepat (creating an exact
statement of the problem), selanjutkan menentukan informasi yang
dibutuhkan (identifying information needed to understand the problem)
kemudian melakukan identifikasi terhadap berbagai sumber guna
mendapatkan informasi (identifying resources for gathering
information)dan seterusnya menganalisis dan menentukan solusi
permasalahan (analyzing the solution) dan diakhiri dengan
mempresentasikan solusi permasalahan secara tertulis maupun lisan
(presenting the solution,orally and or in writing).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
dari PBL adalah peserta didik dihadapkan pada tantangan, open-ended
problems, bekerja dalam kelompok kecil, pendidik berperan sebagai
fasilitator pembelajaran. Melalui PBL akan dapat mengembangkan
berbagai keterampilan peserta didik seperti keterampilan berfikir kritis,
analisis, memecahkan masalah komplek, yang kaya konteks dan
mengembangkan keterampilan komunikasi verbal dan tertulis serta
mampu menggunakan berbagai sumber belajar seperti buku, jurnal,
laporan, informasi online dan lain sebagainya. Ada tujuh langkah dalam
implementasi PBL yaitu: clarify, define, analyse, review, identify
learning objectives, self study, report dan synthesis. Ada empat faktor
kunci efektifnya proses implementasi PBL yaitu Ideas, Facts, Learning
Issue dan Action Plant (Ronis, 2001).
c. Tujuan PBL
Menurut Barrow & Tamblyn (1980) bahwa tujuan pembelajaran
model PBL adalah sebagai berikut;
1) Mengukuhkan keterampilan peserta didik untuk mempelajari sesuatu
prinsip, konsep dan belajar menggunakan informasi dalam berbagai
situasi.
43
2) Mengembangkan keterampilan peserta didik memberi nasehat dan
pendapat, berfikir kritis, serta keterampilan membuat keputusan.
3) Mengembangkan keterampilan peserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu dan pemahaman yang baik
tentang peranan sikap kemanusian terhadap kemajuan
profesionalisme.
4) Menyediakan peserta didik kepada konsep pembelajaran sepanjang
hayat.
5) Menggalakkan pembelajaran kelompok kecil, keperluan kepada
pengaruh kerja tim dan pembelajaran secara kolaborasi.
d. Manfaat PBL
Problem Based Learning (PBL) tidak dirancang untuk membantu
tenaga pendidik memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
peserta didik, PBL dikembangkan untuk membantu peserta didik
mengembangkan; keterampilan berfikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui
pengamatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi
pembelajaran yang otonom dan mandiri (Sudarman, 2007).
Menurut Wina Sanjaya (2008) manfaat khusus yang diperoleh dari
kaedah Dewey adalah adanya model pembelajaran PBL.Tugas tenaga
pendidik adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan
bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pembelajaran tidak
dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya. Selain
manfaat. model PBL memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
PBL sebagai model pembelajaran adalah: (1) realistik dengan kehidupan
peserta didik; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan peserta didik;(3)
memupuk, sifat inquri peserta didik; (4) retensi konsep jadi kuat; dan (5)
memupuk keterampilan Problem solving. Selain kelebihan tersebut PBL
juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: (1) persiapan
pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) sulitnya
mencari masalah yang relevan; (3) sering terjadi miss-konsepsi; dan (4)
44
konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup
dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang
tersita untuk proses tersebut.
C. Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
Model pembelajaran Strudent Team Achievement Division (STAD)
dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya di Universitas John Hopkin.
Model pembelajran STAD merupakan model pembelajaran Kooperatif yang
paling sederhana. Model STAD digunakan untuk memberikan pemahaman
konsep materi yang sulit kepada peserta didik. Tenaga pendidik
mempersiapkan materi melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran lain.
Menurut Slavin (2010:11), dalam model pembelajaran STAD, peserta
didik dibagi kedalam kelompok belajar terdiri atas 3-4 orang yang memiliki
perbedaan tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Tenaga
pendidik menyapaikan pelajaran dan permasalahan. Peserta didik bekerja sama
dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah, Tenaga pendidik memberikan
kuis untuk mengetahui hasil belajar, peserta didik mengerjakan kuis yang
diberikan secara mandiri. Model pembelajaran STAD merupakan model
pembelajaran yang paling baik diterapkan sebagai permulaan bagi Tenaga
pendidik dalam menggunakan pendekatan Kooperatif.
1. Karakteristik dan Komponen Model Cooperatif Tipe STAD
Gagasan utama STAD menurut Slavin (2010:12) adalah untuk
memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu
satu sama lain dalam menguasai kemampuan-kemampuan yang diajarkan
oleh Tenaga pendidik. Jika peserta didik ingin agar timnya mendapatkan
Reward, maka peserta didik harus membantu teman satu tim untuk
mempelajari bahan ajar dan melakukan kegiatan terbaik. Peserta didik harus
menyadari bahwa belajar adalah penting, berharga, menyenangkan dan
relevan dengan dunia kerja.
45
Karakteristik model pembelajaran STAD, yaitu 1) Tenaga pendidik
menyampaikan materi pembelajaran; 2) Tenaga pendidik membagi peserta
didik dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 3-5 peserta didik; 3)
Tenaga pendidik menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok; 4) Tenaga
pendidik membimbing peserta didik dalam kerja kelompok; 5) Tenaga
pendidik memberi tugas kepada peserta didik melaporkan hasil kerja
kelompok; 6) Tenaga pendidik membimbing peserta didik menyimpulkan
pembelajaran.
Slavin (2010:143) memberikan 5 (Lima) komponen utama yang
menyusun rangkaian kegiatan dalam model pembelajaran STAD yaitu:
a. Presentasi Kelas
Penjelasan materi dalam pelaksanaan model pembelajaran STAD
pertama-tama dilakukan dengan presentasi kelas yang dipimpin langsung
oleh Tenaga pendidik. Presentasi berfokus pada pemahaman materi
setiap anggota kelompok sehingga peserta didik akan menyadari bahwa
persentasi penting untuk membantu peserta didik dalam mengerjakan
kuis.
Dalam tahap presentasi kelas, Tenaga pendidik memulai dengan
menyampaikan indikator yang harus dicapai pada pembelajaran dan
memotivasi rasa ingin tahu peserta didik tentang materi yang dipelajari.
Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan meningkatkan
peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar peserta
didik dapat menghubungkan materi yang disajikan dengan pengetahuan
peserta didik.
Hal yang perlu ditekankan adalah: 1) mengembangkan materi
pembelajaran dalam kelompok; 2) menekankan bahwa belajar adalah
menjelaskan makna, dan bukan hafalan; 3) sering memberikan umpan
balik (feedback) untuk mengontrol pemahaman peserta didik; 4)
memberikan penjelasan; dan 5) melanjutkan materi bila peserta didik
telah menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan.
46
b. Tim
Borich (2007:388) menyatakan: in STAD, the teachers assign
students to 3-5member learning teams. Each teams is as heterogeneous
as possible to represent the competition of the entire class (boy/girls,
higher, perfoming/lower performing). Dalam model Cooperative STAD,
Tenaga pendidik mengelompokkan peserta didik menjadi 3-5 anggota
dalam setiap kelompok belajar. Setiap tim adalah heterogen agar terjadi
persaingan dari seluruh kelas (laki-laki/perempuan, berkinerja
tinggi/berkinerja rendah).
Fungsi utama persaingan antar kelompok adalah setiap anggota tim
benar-benar belajar dan menguasai materi sehingga peserta didik mampu
mengerjakan tugas proyek atau kuis dengan baik. Tenaga pendidik
berperan sebagai fasilitator dan motivator. Semua anggita tim akan
belajar berinteraksi, melatih keterampilan sosial, dan saling berbagi
tugas. Pembelajaran dalam tim melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan jawaban, mengoreksi kesalahan, pemahaman
dan meyelesaikan masalah. Tim adalah komponen yang paling penting
dalam model pembelajaran STAD. Anggota tim harus melakukan yang
terbaik untuk tim. Tim memberikan dukungan kinerja akademik setiap
anggotanya.
c. Kuis
Kuis berfungsi untuk mengetahui kemajuan setiap anggota dalam
tim. Soal kuis dikerjakan mandiri setelah presentasi dan diskusi
kelompok. Kuis diberikan agar peserta didik mandiri dan bertanggung
jawab menjelaskan materi.
d. Skor Kemajuan Individu
Skor kemajuan individu bertujuan memberikan konstribusi point
maksimal kepada tim dan untuk mengetahui perkembangan belajar
peserta didik. Skor/point kemajuan peserta didik berdasarkan tingkat
kenaikan skor kuis. Penghitungan skor kemajuan individu dilakukan agar
peserta didik terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik. Berikut adalah
47
tabel perhitungan skor kemajuan individu dan tim menurut Slavin
(2010;159).
Tabel 2.3 Perhitungan Skor Kemajuan STAD
Skor Kuis/Ujian Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 51-10 poin di bawah skor awal 10Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20Lebih dari 10 point di atas skor awal 30Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 35
Sumber: Slavin.
Tujuan memberikan skor awal dan point kemajuan adalah untuk
memotivasi peserta didik memberikan kontribusi poin maksimum bagi
kelompok belajar dan mengoptimalkan peserta didik dalam penugasan
materi pembelajaran.
e. Rekognisi Tim
Tahap rekognisi tim adalah pemberian skor sesuai dengan kriteria
yang diharapkan. Rekognisi tim berfungsi untuk memotivasi peserta
didik agar lebih giat dalam belajar. Tim akan mendapatkan penghargaan
sesuai jenis penghargaan yang Tenaga pendidik inginkan. Berikut adalah
3 macam tingkatan pernghargaan yang diberikan menurut Slavin (2010)
yang telah dikembangkan dan dimodifikasi.
Tabel 2.4. Tingkatan Rekognisi Tim STAD
Perolehan Skor Predikat15-19 Good Team20-24 Great Team25-30 Super Team
Sumber: Slavin.
2. Langkah-Langkah (Sintak) Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
Pelaksanaan pembelajaran Cooperative Tipe STAD haruslah dengan
mengikuti langkah-langkah atau prosedur STAD, menurut Rusman
(2012:115-117) langkah-langkah pembelajaran STAD yaitu:
48
a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran (learning outcomes) dan
memotivasi peserta didik untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok
Peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 3-5 peserta didik yang memprioritaskan keberagaman
(heterogenitas) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras
atau etnik.
c. Presentasi Tenaga pendidik
Tenaga pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan materi pelajaran serta pentingnya pokok bahasan tersebut
dipelajari.
d. Kegiatan dalam Tim (Kerja Tim)
Peserta didik belajar dalam kelompok dan saling memberikan
kontribusi. Tenaga pendidik menyampaikan lembar kerja sebagai
pedoman bagi kerja kelompok. Selama tim bekerja, Tenaga pendidik
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan
bila diperlukan. Kerja tim merupakan faktor penting dari STAD.
e. Kuis (Evaluasi)
Tenaga pendidik mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian
kuis, Tenaga pendidik melakukan penilaian terhadap prestasi kerja
masing-masing kelompok.
f. Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, Tenaga pendidik memeriksa hasil kerja
peserta didik dan memberikan nilai angka 0 s/d 100, Tenaga pendidik
memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok.
g. Pemberian hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok
Tenaga pendidik memberikan predikat kelompok dan memberikan
penghargaan kepada masing-masing tim.
49
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Tipe STAD
Kelebihan model pembelajaran Tipe STAD dibandingkan dengan
model konvensional adalah:
a. Peserta didik saling membantu secara efektif dan efisien.
b. Peserta didik saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan
bersama.
c. Peserta didik memproses informasi bersama secara lebih efektif dan
efisien.
d. Peserta didik saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan.
e. Peserta didik saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.
Selain kelebihan tersebut model pembelajaran STAD juga memiliki
kekurangan sebagai berikut:
a. STAD membutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih lama, peserta didik
harus belajar intensif untuk mencapai tujuan sesuai kurikulum.
b. Tenaga pendidik harus menggunakan kemampuan dan strategi
pengelolaan belajar yang khusus dalam menerapkan pembelajaran
Cooperative STAD.
c. Menuntut karakter kreatif dan sifat suka bekerja sama dari peserta didik.
Menurut Isjoni (2008), pembelajaran Cooperative STAD memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan model konvensional. Dengan
melaksanakan model pembelajaran kooperatif peserta didik dapat meraih
prestasi belajar cermelang. Melatih peserta didik memiliki keterampilan
berpikir kritis (critical thingking skill). Dan keterampilan sosial (sosial
skill). Bentuk keterampilan sosial seperti keterampilan mengemukan
pendapat, komunikasi, kreativitas, menerima saran dan masukan dari orang
lain, bekerja sama kelompok, rasa setia kawan, dan mengurangi tumbuhnya
sebuah perilaku yang menyimpang dalam kehidupan ruang kelas (Stahl,
1994). Metode Cooperative STAD memungkinkan peserta didik saat untuk
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan serta penuh
dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Peserta didik bukan
50
sebagai objek pembelajaran, dan peserta didik berperan sebagai tutor bagi
rekan sebayanya (Isjoni, 2008:157). Metode STAD dapat memberikan
keuntungan baik bagi peserta didik kemampuan menengah, rendah maupun
tinggi yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas akademik. Peserta
didik yang kelompok atas akan menjadi tutor dari peserta didik dari
kelompok bawah dan memberikan bantuan melalui bahasa yang mudah
dipahami. Dalam proses ini, peserta didik kelompok atas meningkatkan
kemampuan akademiknya karna sebagai tutor membutuhkan pemikiran
lebih mendalam tentang materi tertentu agar dapat menjelaskan kepada
anggota yang membutuhkan bantuan serta menumbuhkan jiwa
kepemimpinan dalam diri peserta didik. Peserta didik yang kelompok
menengah dan bawah bisa memperoleh bantuan ide-ide dan saran untuk
menyelesaikan tugas dan proyek dalam kelompok.
D. Karakteristik Matakuliah Struktur Data
Struktur Data adalah representasi struktural hubungan logis antar elemen
data. Dengan kata lain, struktur data adalah cara mengatur item data dengan
mempertimbangkan hubungannya satu sama lain. Struktur data terutama
menentukan organisasi terstruktur data, dengan menyediakan metode akses
dengan tingkat associativity yang benar. Struktur data mempengaruhi desain
aspek struktural dan fungsional sebuah program (Das, 2006).
Sedangkan data adalah blok bangunan suatu program, disini pemilihan
struktur data tertentu akan membantu programmer untuk merancang program
yang lebih efisien karena kompleksitas dan volume masalah yang dipecahkan
oleh komputer terus meningkat dari hari ke hari. Para programer harus
berusaha keras untuk mengatasi masalah ini. Jika masalah dianalisis dan dibagi
menjadi sub masalah, tugas akan jauh lebih mudah yaitu, membagi,
menaklukkan dan menggabungkan. Masalah kompleks biasanya tidak dapat
dibagi dan diprogram oleh rangkaian modul kecuali solusinya terstruktur atau
diatur. Hal ini karena ketika kita membagi masalah besar menjadi sub masalah,
51
sub masalah ini akan diprogram oleh pemrogram atau pemrogram yang
berbeda. Tapi semua programmer harus mengikuti metode struktural standar
sehingga memudahkan integrasi modul ini. Penataan hierarki seperti modul
program dan modul sub seharusnya tidak hanya mengurangi kompleksitas dan
mengendalikan aliran pernyataan program namun juga mempromosikan
penataan informasi yang tepat. Dengan memilih struktur tertentu (atau struktur
data) untuk item data, item data tertentu menjadi teman sementara yang lain
kehilangan hubungannya (Das, 2006).
Menurut (Lafore, 2002) Struktur Data memiliki beberapa kelemahan dan
kelebihan, hal ini yang harus dipahami seorang programer dalam membuat
sebuah aplikasi. Struktur Data juga memiliki beberapa karakteristik
diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5. Karakteristik Struktur Data
Sumber: Das (2006).
52
1. Tahap Pembuatan Struktur Data
a. Tahap Pertama: Spesifikasi
Pendeskripsian/spesifikasi struktur data menyatakan apa yang dapat
dilakukan struktur data, bukan cara penerapannya. Pendeskripsian ini
melibatkan level logic sehingga dapat digunakan konvensi matematika
untuk menyatakan sifat-sifat struktur data yang dikehendaki.
Spesifikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Spesifikasi secara formal
2) Spesifikasi secara informal
b. Tahap Kedua: Implementasi
Implementasi menyatakan cara penerapan struktur data dengan
struktur data yang telah ada.Implementasi struktur data adalah proses
pendefinisian tipe data abstrak sehingga semua operasi dapat dieksekusi
komputer. Implementasi struktur penyinpanan item-item data serta
algoritma-algoritma untuk implementasi operasi-operasi sehingga
menjamin terpenuhinya karakteristik struktur data, relasi item-item data
atau invarian pada struktur data itu.
c. Tahap Ketiga: Pemrograman
Pemrograman terstruktur adalah penerjemahan menjadi pernyataan
di bahasa pemrograman tertentu. Prosesnya terdiri dari:
1) Deklarasi yang mendefinisikan objek-objek data dan hubungannya.
2) Pembuatan prosedur / rutin untuk operasi-operasi dasar yang menjaga
invariant pada struktur data itu.
Sesuai dengan relasi yang didefinisikan di spesifikasi perancangan
harus memilih tipe-tipe data yang telah ada untuk merepresentasikan
struktur data. Struktur data di bangun menggunakan fasilitas
pembentukan atau pembuatan struktur data yang disediakan bahasa
seperti array, record, dan sebagainya atau yang telah dibuat seperti stack,
queue, atau himpunan menggunakan linked list. Pembuatan struktur data
adalah pembentukan tipe data lengkap yang mempunyai empat properti
berikut:
53
1) Nama : Identifier tipe data
2) Domain : Domain / himpunan semesta nilai di tipe data
3) Konstanta (penyebutan anggota-anggotanya) : Cara penyebutan
anggota-anggota tipe data
4) Operasi-operasi terhadap tipe data itu (operator) : Daftar operasi
terhadap anggota tipe data sehingga kelakuan objek data sesuai
spesifikasi
2. Pengembangan Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem
Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem merupakan
model pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur
dan standar kerja yang dikembangkan dari kombinasi dari Cooperative Tipe
STAD dan Problem Based Learning. Kombinasi ini tidak hanya melibatkan
antara peserta didik dalam satu tim saja, melainkan melibatkan tenaga
pendidik sebagai fasilitator pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang model pembelajaran
Problem Based Learning dan Student Team Achievement Division (STAD).
Maka dalam penelitian ini dilaksanakan model kombinasi Problem Based
Learning dan Student Team Achievement Division yang dilaksanakan
dengan sintaks seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.6. Sintak Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem
No.Fase
PelaksanaanModel COP
Interaksi Peserta Didikdalam Model COP
Peran Tenaga Pendidik dalamModel COP
1.Submission ofgoals andmotivation
Memperhatikan danbertanya kepada tenagapendidik.
Menjelaskan kepada pesertadidik tentang teori dari topikyang akan dipelajari.
2.SmartGrouping
1. Peserta didik loginkedalam aplikasi SmartCooperative OrientedProblem (SCOP) mentukmendapatkan kelompokbelajar.
2. Masing-masing kelompokbelajar menerima studi
1. Tenaga pendidik megarahkanpeserta didik untuk login kedalam aplikasi SmartCooperative Oriented Problem(SCOP) untuk mendapatkankelompok belajar secaraheterogen dan berbedaKaraktersitik.
2. Tenaga pendidik memfasilitasidan mengkoordikasi pesertadidik belajar berkelompok
54
No.Fase
PelaksanaanModel COP
Interaksi Peserta Didikdalam Model COP
Peran Tenaga Pendidik dalamModel COP
kasus permasalahan yangterkait dengan materi ajarStruktur Data untukdiselesaikan dan dicarisolusinya.
dalam menyelesaikan tugas.
3. Define Problems
Melihat dan bertanyatentang tugas yangdiberikan tenagapendidik.
Tenaga pendidik menjelaskandeskripsi tugas yang diberikankepada peserta didik
4. Discussion
Menganalisis danberdiskusi dengankelompok untuk mencarisolusi terkait dengantugas yang diberikantenaga pendidik.
Tenaga pendidik melakukanpendampingan, diskusi danmelayani konsultasi pesertadidik.
5. Present
1. Presentasi kelompok,peserta didikmemaparkan danmenjelaskan hasil solusidari tugas yang diberikandi depan kelas.
2. Peserta didik berdiskusi,membahas, danmenanggapi presentasidari kelompak yangsedang presentasi.
1. Tenaga pendidik menugaskansetiap kelompok untukpresentasi solusi daripermasalahan yang telahdiberikan.
2. Tenaga pendidik mengamatiaktivitas peserta didik ,menguji dan membahas solusiyang dipaparkan.
6. Evaluation
Peserta didikmengerjakan tugas, danmenerima penilaianterhadap hasil belajarkelompok.
Tenaga pendidik memberikanpenilaian terhadap hasil kerjainduvidu kelompok pesertadidik yang mempresentasikanhasil diskusi mereka
7. RewardPeserta didik menerimapenghargaan terhadaphasil belajar kelompok
Tenaga pendidik memberikanpenghargaan terhadapkelompok belajar.
Penerapan model Cooperative Oriented Problem dalam matakuliah
Struktur Data sangat penting untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam hal kerjasama tim, berpikir kritis, dan memberi rasa kemandirian
dalam belajar, serta meningkatkan rasa tanggung jawab individu terhadap
masalah yang diberikan. Diharapkan pengembangan model Cooperative
Oriented Problem ini dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen
bagi peserta didik yang mereka peroleh dalam bentuk kerjasama yang saling
bertanggung jawab.
55
E. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil-hasil penelitian tentang pengembangan model Cooperative
Oriented Problem yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Jalani and Sern (2015) melakukan penelitian yang berjudul “The Example-
Problem-Based Learning Model: Applying Cognitive Load Theory”
menyimpulkan bahwa Cognitive Load Theory (CLT) menunjukkan bahwa
pembelajaran terbaik terjadi dalam situasi yang setara dengan desain
kognitif individual. Dengan demikian, artikel ini mengusulkan sebuah
model pembelajaran yang disebut Example-Problem Based Learning
(EPBL) yang merupakan kombinasi dari dua strategi pembelajaran: contoh-
contoh dan pemecahan masalah. Metode pengajaran ini membimbing
peserta didik untuk mengalami beberapa perkembangan kognitif. Pada tahap
awal peserta didik pemula mendapatkan keuntungan lebih dari contoh kerja,
yang merupakan model pemecahan masalah. Setelah mereka memperoleh
pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu, pembelajaran melalui pemecahan
masalah harus diterapkan karena peserta didik telah melengkapi diri dengan
pengetahuan domain yang mendalam. Sehingga metode pengajaran EPBL
dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik.
2. Penelitian Gurses, Dogar, and Geyik (2015) menghasilkan bahwa untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi
akademik peserta didik berkenaan dengan konsep entalpi, yang merupakan
salah satu yang paling penting dalam termodinamika, dan konsep kesulitan
dalam pengajaran, dan sikap terhadap aplikasi laboratorium. Subjek
penelitian ini adalah 31 peserta didik program sarjana tahun ketiga yang
terdaftar di laboratorium kimia di Departemen Pendidikan Kimia pada
semester musim semi tahun ajaran 2011/12 di Fakultas Pendidikan dari
Universitas Turki. Para peserta didik dalam kelompok tunggal dan ganda,
setiap minggu sepuluh minggu untuk dua kelompok berpartisipasi dalam
studi eksperimental yang sama. Uji konsep entalpi diadministrasikan pada
awal dan akhir setiap penelitian eksperimental pra- dan pasca uji dan ulangi
pengujiannya untuk mengetahui tingkat keandalan dan daya tahannya. Uji t
56
berpasangan diterapkan pada interval kepercayaan 0,05. Pada akhir
penerapan model pengajaran berbasis masalah, kesenjangan prestasi
akademik peserta didik antara nilai tes awal dan skor pasca tes ternyata
berbeda secara statistik.
3. Penelitian Phungsuk, Viriyavejakul and Ratanaolarn (2017) menghasilkan
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah
melalui lingkungan belajar virtual meningkatkan kemampuan belajar dan
kemampuan memecahkan masalah di kalangan peserta didik dalam kursus
Seni Fotografi dan Komunikasi. Umpan balik peserta didik terhadap model
itu positif, karena mengikuti minat mereka dan menggunakan pemecahan
masalah untuk merangsang pembelajaran. Aspek kerja kelompok cenderung
membuat mereka merasa bebas dari kelas. Model ini terinspirasi dengan
mempelajari konsep, teori, dokumen dan penelitian yang relevan mengenai
pembelajaran berbasis masalah melalui lingkungan belajar virtual.
Selanjutnya, pedoman untuk kegiatan pembelajaran diciptakan dengan
menganalisis konsep utama model yang dikembangkan. Hal ini diikuti
dengan pengembangan proses pembelajaran dan pengajaran, serta dengan
mengukur dan menilai format pembelajaran.
4. Gorghiu et al (2015) melakukan penelitian dengan judul “Problem-Based
Learning - An Efficient Learning Strategy In The Science” Karena PBL
mewakili metode pendidikan yang menggunakan masalah dunia nyata
seperti konteks yang penting, agar peserta didik berpikir kritis dan untuk
mencapai keterampilan memecahkan masalah yang diajukan, hasil yang
diperoleh dalam kerangka proyek PROFILES menekankan bahwa kualitas
komunikasi antara Tenaga pendidik dan peserta didik sangat penting,
Tenaga pendidik dianggap sebagai pasangan, sebagai peserta aktif selama
kegiatan pelatihan. Lebih banyak lagi, para Tenaga pendidik harus lebih
memperhatikan umpan balik yang diterima dari para peserta didik, untuk
mengendalikan dan menyesuaikan dengan benar proses pelatihan.
5. Penelitian Alrahlah (2016) mengatakan bahwa melalui PBL, peserta didik
belajar menjadi associate dalam proses belajar mengajar, mereka
57
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka, berhasil bekerja sebagai
bagian dari sebuah tim, mengatasi keadaan baru dan berubah, dan
mendapatkan keterampilan belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, PBL
dapat memperbaiki pemikiran kritis peserta didik kedokteran gigi, mengajari
mereka untuk menganalisis dan memecahkan masalah nyata, yang
mempersiapkan mereka untuk karir masa depan mereka. Perkembangan
yang luar biasa dalam pendekatan pengajaran ini telah meningkatkan
keefektifan pengajaran di lembaga pendidikan umum.
6. Yusof et al (2012) melakukan penelitian dengan judul “Cooperative
Problem-based Learning (CPBL): Framework for Integrating Cooperative
Learning and Problem-based Learning” hasil penelitian tersebut
mengatakan dari ilustrasi studi kasus suatu kelompok dalam kursus
Pengendalian Proses, integrasi elemen pembelajaran kooperatif memberikan
perancangan yang dibutuhkan untuk mengembangkan ketrampilan kerja tim
dalam mengimplementasikan PBL di kelas yang terdiri dari kelompok kecil
dalam kelas menengah sampai kelas besar. Penekanan kuat pada
pembelajaran kooperatif pada CPBL mendorong peserta didik untuk belajar
bersama dengan anggota tim, dan juga seluruh kelas. Pentingnya bekerja
dalam tim dilaporkan oleh semua peserta didik yang menjalani CPBL dalam
kursus Kontrol Proses dan Dinamika. Meskipun peserta didik pada awalnya
dapat mengalami masalah yang sulit saat menjalani CPBL, maka elemen
kooperatif yang ada dalam kerangka kerja akan memberi mereka sarana
untuk mengatasi tantangan tersebut. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
bila peserta didik yang awalnya tidak suka bekerja dalam tim untuk
menghargai dan benar-benar memperoleh dan menikmati pengalaman
setelah menjalani satu semester model pembelaran CPBL.
7. Kassab et al (2017) dalam penelitiannya mengatakan Analisis skor kuisioner
dalam tiga PBL di sekolah kedokteran menghasilkan tiga subskala motivasi
yang berkorelasi secara signifikan, memberi bimbingan tentang kemandirian
diri, minat les dan nilai les. Selain itu, instrumen tersebut menunjukkan
keandalan konsistensi internal yang tinggi dari keseluruhan skala dan tiga
58
subskala mendasar. Selanjutnya, motivasi untuk nilai les sangat berkorelasi
dengan skor keterampilan bimbingan mandiri dan meningkat dengan
pengalaman les. Temuan ini menunjukkan bahwa motivasi untuk mengajar
dalam PBL menunjukkan sifat psikometrik yang dapat diterima. Motivasi
untuk kuesioner bimbingan belajar PBL yang dibahas dalam penelitian ini
menawarkan jalur yang muncul untuk memperbaiki lebih lanjut
operasionalisasi konstruksi ini dalam konteks berbasis masalah yang
berbeda.
8. Harun et al (2012) dalam penelitian yang berjudul “Motivation in Problem-
Based Learning Implementation” dalm penelitian tersebut mengakatan
motivasi peserta didik merupakan kunci sukses dalam pembelajaran berbasis
masalah (PBL). Transisi dari metode pengajaran konvensional ke PBL
menanamkan pola pikir negatif terhadap PBL diantara peserta didik yang
tidak terbiasa dengan metode pembelajaran induktif. Makalah ini
menjelaskan pendekatan dalam memotivasi peserta didik untuk belajar
dalam lingkungan pembelajaran berbasis masalah kooperatif (CPBL).
Implementasi PBL dalam pembelajaran teknik kimia di Universiti
Teknologi Malaysia (UTM) diambil sebagai studi kasus untuk menunjukkan
efek motivasi. Terungkap bahwa melalui motivasi sistematis yang diberikan
oleh fasilitator, tingkat motivasi peserta didik dapat ditingkatkan untuk
mendorong mereka untuk mencapai pembelajaran yang dalam. Tanggapan
peserta didik tentang motivasi yang mereka dapatkan melalui kursus
disertakan untuk menunjukkan dampak motivasi terhadap proses belajar di
PBL.
9. Harasym, Tsai and Munshi (2013) Pembuatan keputusan adalah proses yang
kompleks, yang melibatkan interaksi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran tentang penalaran etika,
beberapa strategi pengajaran harus diterapkan. Model penalaran etik medis
(MER) berfungsi sebagai kerangka pengembangan penalaran etika dan
strategi instruksional yang mereka tawarkan. Problem-based learning (PBL),
yang digunakan untuk memfasilitasi pemikiran kritis peserta didik,
59
pembelajaran mandiri, kolaborasi, dan kemampuan komunikasi, telah
dianggap efektif pada pendidikan etika, terutama bila digabungkan dengan
pengalaman-pengalaman. Tidak seperti ceramah yang terutama
menyebarkan pengetahuan dan mengaktifkan otak kiri, PBL mendorong
pembelajaran "otak utuh". Namun, PBL memiliki beberapa kelemahan,
seperti inefisiensinya, kurangnya presepsi yang cukup terlatih, dan
pembelajaran yang mendalam dalam jumlah kasus yang relatif kecil. Karena
setiap sekolah cenderung menggunakan PBL dengan cara yang berbeda,
baik perancang kurikulum atau strategi pembelajaran, penting untuk
memaksimalkan keuntungan dari sesi PBL, PBL kemudian menjadi format
ideal untuk memperbaiki keputusan dan perilaku etis peserta didik.
10. Uzunboylu and Birinci (2014) penelitian yang berjudul “Assessment of the
Studies on Problem Based Learning Studies Through the Content
Analysis” dapat ditarik kesimpulan bahwa Ada sejumlah poin yang dicapai
dalam studi signifikan ini yang telah diolah dengan tujuan menganalisa
penelitian berdasarkan pembelajaran berbasis masalah. 101 artikel telah
mendukung penelitian ini. Dengan meninjau artikel yang dipublikasikan
dalam 5 tahun terakhir, penelitian ini menjadi lebih kualitatif, realistis,
mutakhir dan dapat diandalkan. Dalam jurnal yang diulas, sebagian besar
penelitian tentang Subjek Pembelajaran Berbasis Masalah telah disiapkan
pada tahun 2012. Di sisi lain, sebagian besar penelitian (70) dibuat dengan
metode kualitatif. Menurut hasil penelitian telah ditemukan bahwa 33
penelitian, terlihat bahwa studi utama yang diulas (28) dilakukan di Turki.
Selain itu, peserta didik merupakan sampel utama dalam sebagian besar
penelitian. Artinya, subjek khusus ini umumnya berhubungan dengan
peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik harus menjadi aspek utama
dalam penelitian yang akan dilakukan.
11. Amornsinlaphachai (2014) dalam penelitian yang berjudul “Designing a
learning model using the STAD technique with a suggestion system to
decrease learners' weakness”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mensintesis model pembelajaran dengan menggunakan teknik Student
60
Team Achievement Division (STAD) dengan sistem saran sesuai
kemampuan peserta didik untuk mengurangi kelemahan peserta didik.
Metodologi penelitian dan pengembangan digunakan dalam penelitian ini.
Namun hanya tahap perancangan model yang disajikan disini. Metodologi
terdiri dari 6 langkah sebagai berikut: a) Mempelajari dan menganalisa
prinsip dan teori terkait, b) Menyelidiki konteks lingkungan perancangan
dan pembelajaran, c) Menyelaraskan kerangka model pembelajaran, d)
Mendesain model pembelajaran berbasis kerangka kerja, e) Mengevaluasi
model pembelajaran oleh 6 ahli dan f) Meningkatkan model. Beberapa
teori dan prinsip pembelajaran seperti teori konstruktivis, teori taksonomi
Bloom dan prinsip tentang sistem simbol media digunakan dalam karya
ini. Dua hasil menunjukkan sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran
terdiri dari 5 modul yaitu a) Modul Uji, b) modul evaluasi, c) modul saran,
d) modul masyarakat dan e) modul bank pengetahuan. Kedua, hasil
penilaian dari 6 ahli tersebut mengungkapkan bahwa model tersebut sesuai
dengan prinsip dan teori pembelajaran dan para ahli menerima kegunaan
model pada tingkat tinggi secara keseluruhan sebesar 70,27%.
12. Rianawati (2017) melakukan penelitian dengan judul “Implementation
Strategy Cooperative Learning Type of Student Achievement Division
Team (STAD) to Improve Social Skills Students on Learning Morals in
Man 2 Pontianak Learning the Year 2016/2017” menyimpulkan bahwa
penerapan strategi pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan
keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran moral di MAN 2
Pontianak dilakukan secara verbal dan non verbal sesuai dengan
keterampilan sosial. Secara lebih rinci, penelitian ini menyimpulkan
bahwa: a) Kondisi keterampilan sosial peserta didik belajar MAN 2 Moral
di Pontianak, b) Penerapan strategi pembelajaran kooperatif Tipe STAD
dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran
Moral di MAN 2 Pontianak, c) Meningkatnya peningkatan keterampilan
sosial peserta didik melalui strategi pembelajaran kooperatif Tipe STAD
pada pembelajaran Moral di MAN 2 Pontianak.
61
13. Yusuf et al (2015) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa penelitian ini
melihat implementasi model Student Achievement Division Team (STAD)
dari pendekatan kualitatif dengan mengamati dan mewawancarai seorang
Tenaga pendidik yang berhasil meningkatkan prestasi membaca peserta
didik EFL dengan teknik ini. Prosedur oleh Shaaban dan Ghaith (2005)
adalah dasar penerapan STAD, dan melakukan sebuah wawancara untuk
menunjukkan sikap Tenaga pendidik tentang penggunaan STAD.
Berdasarkan pengamatannya selama mengajar di kelas membaca dengan
menerapkan STAD, ditemukan bahwa ada beberapa prosedur yang tidak
diterapkan. Dari wawancara tersebut, dia menginformasikan bahwa dia
tidak melakukan prosedur ini karena dia yakin bahwa pemberian peran
harus dipercayakan kepada peserta didik untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab mereka terhadap pemenuhan tugas kelompok.
Selanjutnya, ia juga memodifikasi lima prosedur dari sembilan prosedur
STAD yang diajukan oleh Shaaban dan Ghaith (2005). Prosedur yang
dimodifikasi terkait dengan cara kuis diberikan kepada peserta didik,
memberikan kunci jawaban tercetak, cara mengoreksi kuis peserta didik,
memberikan bentuk pengakuan tim, dan cara mengenali prestasi peserta
didik. Dia menginformasikan bahwa mereka dimodifikasi karena khasiat
peserta didik, keterbatasan waktu dan masalah keuangan sekolah.
F. Kerangka Konseptual
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, Pemerintah melakukan
berbagai usaha. Usaha tersebut antara lain melalui pengembangan dan
penyempurnaan kurikulum, perbaikan sistem evaluasi, perbaikan sarana
prasarana pendidikan serta pengembangan materi dan model pembelajaran.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
secara dinamis dan berkesinambungan sebagai upaya pencapaian tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Program peningkatan kualitas pendidikan
adalah tercapainya tujuan pendidikan nasional secara substantif, yang
diwujudkan dalam kompetensi yang utuh pada diri peserta didik (Zamroni,
62
2005). Usaha peningkatan kualitas pendidikan tersebut dilakukan sebagai
upaya merealisasikan tujuan pendidikan nasional.
Dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut maka
digunakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pembelajaran seperti yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
kurikulum yang di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia termasuk
kurikulum pada prodi Teknik Informatika yang memuat mata kuliah bidang
teknologi informasi (IT).
Teknologi informasi merupakan bidang yang saat ini digunakan di
berbagai sektor kehidupan karena teknologi ini telah merambah seluruh aspek
kehidupan (Istianto, 2010) Penguasaan IT merupakan merupakan hal yang
mutlak karena tanpa penguasaan IT bangsa Indonesia akan menjadi tersisih
dari persaingan global. Pembelajaran pemrograman web (web programming)
salah satu bidang yang memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan
IT. Kecenderungan perkembangan teknologi ICT saat ini antara lain meliputi
cloud computing, mobile device, social networking dan big data (Surjono,
2015) tidak bisa terlepas dari peranan besar dunia internet dimana website
termasuk aplikasi internet paling populer saat ini. Oleh karena itu pembelajaran
pemrograman web merupakan suatu hal yang penting untuk dikaji dan
dikembangkan.
Proses pembelajaran Struktur Data yang dipraktekkan di prodi Teknik
Informatika dari hasil pengamatan peneliti sebagian besar masih berbentuk
ceramah (lecturing) dan praktikum. Mata kuliah Struktur Data menggunakan
metode praktikum dan belum menerapkan model yang berorientasi pada
produk akhir. Selain bentuk perkuliahan yang cenderung bersifat lecturing,
peserta didik masih belajar atas petunjuk tenaga pendidik dan bukan atas
kesadaran sendiri mencari sumber-sumber belajar yang ada walaupun sumber
belajar Struktur Data di internet tersedia cukup banyak, belum optimalnya
bantuan teman sejawat (Hwang, 2008) serta motivasi peserta didik dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya.
63
Sedangkan kondisi ideal yang diharapkan dalam pelaksanaan perkuliahan
Struktur Data pada prodi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning
adalah tidak lagi bertumpu pada menerapan model lectruring namun berfokus
pada proses pembelajaran, peserta didik menjadi subjek dalam pembelajaran,
peserta didik dapat membangkitkan kemampuannya secara optimal, serta
pembelajaran Struktur data menjadi lebih menarik.
Seperti yang dikemukakan pada latar belakang dalam penelitian ini
berkaitan dengan pelaksanaan perkuliahan Struktur Data maka Elaborasi
Problem Based Learning dan Cooperative Tipe STAD sangat relevan untuk
diaplikasikan dalam perkuliahan Struktur Data. Model pembelajaran Struktur
Data tidak lagi bertumpu pada menerapan orientasi nilai akhir yang dilakukan
secara tradisional namun sudah berfokus hard skill dan softskill, sehingga
Model Cooperative Oriented Problem dapat membangkitkan kemampuan
peserta didik secara optimal.
Cooperative Oriented Problem merupakan sebuah model pembelajaran
yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan
yang kompleks. PBL adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta
didik secara penuh dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas
bermakna lainya, memberi peluang peserta didik bekerja secant mandiri
mengkonstrulcsi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan pnxiuk
karya peserta didik benilai, dan realistik.
64
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Pengembangan Model PembelajaranCooperative Oriented Problem
G. Pertanyaan Peneliti
Berdasarkan kajian teoritis, penelitian yang relevan serta kerangka pikir
maka dapat dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta didik
menggunakan model konvensional dengan model Cooperative Oriented
Problem dalam mata kuliah Struktur Data.
2. Apakah model Cooperative Oriented Problem efektif dalam meningkatkan
hasil belajar dan kreativitas peserta didik.
3. Bagaimana persepsi peserta didik tentang penggunaan model Cooperative
Oriented Problem.
65
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
A. Model Pengembangan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
dan pengembangan (Research and Development), penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk Berdasarkan
kajian yang diuraikan pada latar belakang dan rumusan masalah dalam
penelitian ini, maka jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian
pengembangan atau disebut dengan Research and Development (R&D) dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian pengembangan model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini diberlakukan metode
penelitan eksperimen, yaitu “metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan” (Sugiyono, 2010:107). Sehingga dapat diketahui apakah
pengembangan model pembelajaran ini baik untuk penigkatan kualitas
pembelajaran Struktur Data.
Metode penelitian eksperimen merupakan metode yang lekat dengan
R&D, disebabkan karena metode eksperimen merupakan metode yang akurat
untuk membuktikan keberhasilan R&D tersebut. Seperti dikemukakan oleh
Putra (2011:129):
“Kelekatan R&D dan eksperimen didasarkan pada kenyataan bahwametode penelitian eksperimen adalah metode yang paling tepat danakurat untuk memenuhi fungsi ilmu yaitu menjelaskan, memprediksi,dan mengontrol. Metode eksperimen memiliki unsur yang ketat,sistematis, terstruktur dan terukur untuk menguji hubungan kausalatau pengaruh dengan pengontrolan yang ketat dan transparan, danperhitungan statistik yang tepat dan akurat”.
Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan True Experimental Design jenis Two-Group Pretest-Posttest
Design. Sugiyono, (2010) mengemukakan bahwa: dalam penelitian ini terdapat
dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk
66
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen
dengan kontrol tidak berbeda secara signifikan.
Penelitian dan pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem ini menggunakan model ADDIE yang merupakan singkatan dari
Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and
Evaluations.
B. Prosedur Pengembangan
Pengembangan dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan kompetensi lulusan Teknik Informatika khususnya pada mata
kuliah Struktur Data di Universitas Lancang Kuning yang perlu ditingkatkan
dengan mengembangkan sebuah model pembelajaran, sehingga dapat
menciptakan pengetahuan baru yang kompetitif dalam rangka meningkatkan
dan mengembangkan kemampuan Kognitif dan Afektif seperti Critical
Thinking, Communication, Collaboration, Creativity. Berikut ini disajikan
gambar model ADDIE yang digunakan dalam pengembangan model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data.
Gambar 3.1. Tahapan Pengembangan Model ADDIE
Pengembangan model dalam penelitian ini, dilakukan dengan mengikuti
langkah kerja model ADDIE yang telah dijelaskan sebelumnya. Model ADDIE
dipilih karena sesuai dengan situasi dan kondisi peningkatan kompetensi
67
profesional guru yang membutuhkan evaluasi terus menerus dalam
mengembangkan sebuah model. Masing-masing fase dari ADDIE sebagai
berikut:
1. Fase Analisis (Analysis)
Tahapan analisis kebutuhan ini bertujuan untuk melihat kondisi saat ini
dan kebutuhan peserta didik serta tenaga pendidik dalam pembelajaran
Struktur Data. Sehingga pada tahap ini dapat menggambarkan descrapancy
antara keadaan saat ini dan prioiritas/kebutuhan peserta didik mengenai
kompetensi distrubsi dan proses pembelajaran yang diharapkan dalam
pembelajaran Struktur Data pada pendidikan tinggi. Subjek penelitian ini
adalah peserta didik di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Lancang
Kuning.
Proses pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem dibutuhkan perencanaan yang baik sehingga akan diperoleh hasil
yang baik dan maksimal. Untuk memaksimalkan proses pengembangan
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem, maka diperlukan
analisis kebutuhan terhadap tenaga pendidik dan peserta didik di program
studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.
Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah need analysis: Contextual
Analysis; dan Theory Analysis. Dick, Carey & Carey (2001:10)
mendefinisikan konteks adalah “the environment (this could be a classroom
setting, a work setting, or the real world), I which the instructional design
or system will exist”. Analisis konteks perlu dilakukan karena menurut Dick,
Carey & Carey (2001:10) analisis konteks “..will help to avoid the pitfill or
your instruction occuring in a vacuum and no learning being transferred”.
Analisis kebutuhan (need analysis) dilakukan bertujuan agar model
pembelajaran yang akan dikembangkan dapat menjawab kebutuhan yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran mata kuliah Struktur Data. Hal ini
penting dilakukan agar kebutuhan model pembelajaran ini sesuai dengan
kebutuhan tenaga pendidik dan peserta didik.
68
Untuk mengetahui dan memastikan kebutuhan tenaga pendidik dan
peserta didik terhadap model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
pada mata kuliah Struktur Data ini, responden yang digunakan dalam
pengisian angket analisis kebutuhan ini adalah tenaga pendidik dan peserta
didik di program studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.
Kisi-kisi instrumen untuk analisis kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Analisis Kebutuhan
Aspek Validasi Indikator No Item
Critical thinking Menganalisis 1, 2, 3
Mengevaluasi 4, 5
Mengkreasi 6, 7
Communication Kode Verbal 8, 9Kode Nonverbal 10, 11
Collaboration 12,13,14,15
Creativity Berfikir Lancar (Fluency) 16, 17
Berfikir Luwes (Flexibilty) 18Keaslian (originality) 19Elaborasi 20
Dari kisi-kisi pada Tabel 3.1 di atas, dikembangkan instrumen yang
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dari model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah struktur data untuk tenaga
pendidik dan peserta didik di program studi Teknik Informatika Universitas
Lancang Kuning. Hasil dari fase analisis ini menjadi dasar untuk ke fase
desain (design).
2. Fase Desain (Design)
Dalam Fase ini dilakukan suatu proses yang sistematis untuk
menentukan tujuan, merencanakan suatu strategi, menjelaskan bagaimana
upaya untuk mencapai tujuan, termasuk sekuensi kegiatan. Dalam fase ini
memungkinkan peneliti untuk menyiapkan blueprint atau kerangka acuan
model yang diterapkan. Fase ini menjadi masukan untuk fase
pengembangan (development).
69
Gambar 3.2. Tahapan Desain Pembelajaran Cooperative Oriented ProblemPada Mata Kuliah Struktur Data
Adapun penjelasan dari masing-masing tahap desain sebagai berikut:
a. Tahap 1 Merancang Produk
Pada tahap 1 merancang produk ini dilakukan perancangan
terhadap produk pendukung pada model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data yang terdiri dari:
1) Buku Panduan Mengajar
Buku panduan pelaksanaan pada model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data ini berisi pedoman
dan informasi tentang penyelenggaraan model pembelajaran
70
Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data. Buku
ini terdiri atas 3 (tiga) bab, yaitu (1) Bab 1 Pendahuluan; (2) Bab 2
Implementasi Cooperative Oriented Problem dan (3) Bab 3 Penutup.
2) Modul Struktur Data
Buku materi Struktur Data pada model pembelajaran Struktur Data ini
berisi materi-materi yang berhubungan dengan keahlian Struktur Data.
Buku materi ini terdiri dari 4 (Topik), yaitu:
a) Topik 1 (Struktur Data C++, Perulangan, Percabangan).
b) Topik 2 (Array, Rekursif, Teknik Searching, Teknik Sort).
c) Topik 3 (Teknik List, Stack, Queue).
d) Topik 4 (Tree, Grap).
3) Buku Panduan Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem (SCOP)
Buku ini berisi tentang petunjuk penggunaan aplikasi SCOP, SCOP
merupakan aplikasi E-Learning yang memiliki beberapa keunggulan
seperti fitur pembagian kelompok yang menggunakan algoritma K-
Means Klastering, Sehingga pembagian kelompok pembelajaran yang
dalam proses penerapan Cooperative Oriented Problem dalam
dilakukan Secara Efektif dan Efisien.
4) Aplikasi SCOP
Perangkat lunak Smart Cooperative Oriented Problem (SCOP) ini
berbasis web dan dirancang dengan menggunakan bahasa
pemrograman HTML (HyperText Markup Language), Javascript, CSS
(Cascading Style Sheet), PHP (Hypertext Preprocessor), Fremwork CI
dan menggunakan MySQL sebagai database serta menggunakan
Apache sebagai web server nya. Dengan memanfaatkan teknologi
internet, aplikasi ini akan dapat diakses dimanapun penggunanya
berada.
Perancangan terhadap produk di atas dirancang dan dikembangkan
berdasarkan aspek konstruk buku, aspek isi, aspek format dan aspek
bahasa.
71
b. Tahap 2 Merancang Model Pembelajaran Cooperative Oriented
Problem pada Mata Kuliah Struktur Data
Pada tahap 2 ini dilakukan perancangan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data, buku
panduan model, sintak model, konstruk dan isi model serta teori
pendukung dari model. Dalam perancangan model ini menurut (Joyce &
Weil, 2009:117-122) unsur dalam membangun sebuah model terdiri atas
lima unsur, yaitu (1) Syntax, (2) Sosial System, (3) Principles of Reaction
(4) Support System dan (5) Instructional dan Nurturant Effects.
Konstruksi dari model pelatihan ini dapat dilihat pada Gambar 3.3
berikut ini.
Gambar 3.3. Konstruksi Model Pembelajaran Cooperative OrientedProblem pada Mata Kuliah Struktur Data
Buku panduan model ini berisi tentang pedoman model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur
Data. Buku ini terdiri dari 3 (empat) bab, yaitu: (1) Bab 1 Rasional
Pengembangan Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada
mata kuliah Struktur Data; (2) Bab 2 Teori Pendukung Model
Pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur
Data; (3) Bab 3 Penutup.
72
c. Tahap 3 Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD)
Tahapan selanjutnya yaitu tahap 3 melaksanakan Focus Group
Discussion (FGD), pada tahap FGD ini dilakukan dengan mengundang
pakar atau ahli di bidang vokasional, desain dan media pembelajaran,
bahasa, dan ilmu komputer. Tahap FGD dilaksanakan bertujuan untuk
menggali informasi, memberikan masukan dan saran, serta
mendiskusikan perangkat dan produk-produk yang ada pada model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur
Data.
d. Tahap 4 Finalisasi Desain
Pada tahap 4 finalisasi desain, dilakukanlah finalisasi desain
model-model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata
kuliah Struktur Data beserta produk pendukungnya berdasarkan hasil
masukan dan saran perbaikan dari pelaksanaan kegiatan FGD.
3. Fase Pengembangan (Development)
Thiagarajan, Semmel, & Semmel (1974:8) menjelaskan bahwa
validasi pakar adalah “a technique for obtaining suggestions for the
improvement of the materials”. Pada tahap ini, setelah melakukan Focus
Group Discussion (FGD), dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur
Data yang telah dikembangkan dan dilakukan validasi oleh ahli atau pakar.
Dalam hal ini, penulis meminta validasi oleh pakar vokasional, pakar desain
pembelajaran dan teknologi pendidikan, pakar bahasa Indonesia dan pakar
teknologi informasi sebagai validator untuk model pembelajaran ini.
4. Fase Implementasi (Implementation)
Mengimplementasikan model yang sudah dikembangkan dengan cara
melakukan uji coba model untuk mengetahui validitas, praktikalitas dan
efektivitas model. Pakar memvalidasi model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data yang telah dikembangkan
73
dan produk berupa buku model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem pada mata kuliah Struktur Data, buku modul struktur data, buku
panduan mengajar, buku panduan aplikasi SCOP. Melaksanakan uji
praktikalitas dengan memberikan angket kepada peserta (Tenaga pendidik
dan peserta didik). Melakukan uji pretest dan posttest untuk mengetahui
efektivitas model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata
kuliah Struktur Data. Sugiyono (2012:417-418) menyampaikan pengujian
efektivitas dilakukan untuk melihat keadaan “before-after” berdasarkan
hasil pelatihan. Pada tahap implementasi ini, peneliti langsung terjun ke
lapangan untuk mengamati implementasi model ini.
5. Fase Evaluasi (Evaluation)
Adalah untuk melihat proses hasil uji coba model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data yang sedang
dibangun, dan melakukan perbaikan pada hal-hal yang perlu direvisi dan
dikembangkan. Model yang sudah diuji coba dan direvisi inilah yang
merupakan hasil penelitian dan pengembangan model yang sudah valid,
praktis dan efektif.
Dari prosedur pengembangan research and development di atas, dapat
digambarkan secara sistematis alur pelaksanaan penelitian pengembangan
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah
Struktur Data seperti Gambar 3.4.
74
Gambar 3.4. Tahapan Pengembangan Model Pembelajaran CooperativeOriented Problem pada Mata Kuliah Struktur Data
C. Uji Coba Produk
Pada dasarnya penelitian dan pengembangan yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui kevalidan, keparaktisan, dan keefektifan dari model yang
dikembangkan. Menurut Branch (2009:123) Uji coba yang dilakukan dalam
model ADDIE ini disebut formative evaluation yang terdiri dari beberapa
fase/tahapan diantaranya; one to one trial, small group trial, dan field trial
75
(Branch, 2009:123). Sedangkan untuk menentukan jumlah masing-masing
percobaan dalam penelitian ini merujuk pada Dick and Carey bahwa tahap uji
coba one to one trial (3 orang), kelompok small group trial (6 orang) dan
kelompok besar atau field trial (15-30 orang) (Punaji, 2013:233).
D. Subjek Uji Coba
Subjek uji coba pada penelitian ini adalah tenaga pendidik dan peserta
didik. Validator dalam pengembangan model pembelajaran ini adalah pakar
kurikulum/model pembelajaran, pakar media pembelajaran, pakar evaluasi, dan
pakar bahasa. Untuk uji coba terbatas praktikalitas diberikan kepada 3 dan
6 peserta didik yang terdaftar pada mata kuliah struktur data semester
ganjil 2018/2019. Uji coba terbatas ini merupakan bagian dari evaluasi
formatif dalam pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem. Sedangkan uji coba luas ( praktikalitas dan efektifitas) dilakukan
pada peserta didik yang terdaftar pada mata kuliah struktur data di semester
ganjil 2019/2020. Pada program studi S-1 Teknik Informatika berjumlah 30
orang peserta didik.
E. Jenis Data
Jenis data penelitian ini terdiri dari data kuantitif dan data kualitatif. Data
kuantitatif terdiri dari instrumen validasi, instrumen praktikalitas, dan
instrumen efektifitas. Sedangkan data kualitatif terdiri dari hasil diskusi,
observasi atau pengematan, dan wawancara yang dilakukan. Untuk lebih jelas
data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Jenis Data Penelitian
No Tahapan Jenis Data Subjek
1 Analysis
1. Data mengenai pelaksanaanpembelajaran pendidikan StrukturData yang telah berlangsungselama ini
2. Kebutuhan dan harapan terhadap
Tenagapendidik Mata
Kuliah,Peserta didik,APTIKOM
76
No Tahapan Jenis Data Subjek
pelaksanaan mata kuliah StrukturData
2 Design
1. Silabus dan SAP yang digunakansebelumnya
2. Analisis literatur modelpembelajaran CooperativeOriented Problem
Pakar atau ahlipembelajarandan Literatur
3 Development
1. Focus Group Discussion (FGD)2. Validasi model, buku model, buku
panduan tenaga pendidik, modul,dan e-learning COP
3. Wawancara dengan Pakarmengenai produk penelitian(model, buku panduan tenagapendidik, modul, dan e-learning)
4. Data praktikalitas kelompok kecil5. Data praktikalitas Kelompok
sedang
Pakar atau ahlimateri,
bahasa, danmedia
4 Implementation
1. Data Praktikalitas dan efektifitaskelompok besar atau kelaseksperimen dan kelas kontrol
2. Penyebaran instrumen kepadapeserta didik dan tenaga pendidikmengenai keterpakaian model,buku panduan tenaga pendidik,modul, e-learning dan test hasilbelajar
Peserta didikdan Tenaga
pendidik
5 Evaluation1. Evaluasi Formatif dari observasi
dan portofolio2. Hasil belajar peserta didik (UAS)
Ahli, tenagapendidik danpeserta didik
Penelitian pengembangan merupakan metode untuk menghasilkan
produk tertentu atau menyempurnakan produk yang telah ada serta menguji
keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini
berupa model pembelajaran Cooperative Oriented Problem untuk
meningkatkan kompetensi peserta didik pada matakuliah Struktur Data.
Pengembangan suatu model pembelajaran harus melalui proses uji coba dan
perbaikan sedemikian sehingga produk yang di hasilkan sesuai dengan rencana
dan tujuan pengembangan (Joyce & Weil, 1996).
77
F. Instrumen Pengumpulan Data
Jenis data penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualititatif,
untuk mendapatkan data-data tersebut dalam penelitian ini terdiri dari
instrumen pre-research, validasi, praktikalitas, yang telah dihitung tingkat
validitasnya terlebih dahulu. Sedangkan instrumen efektifitas berupa soal tes
dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas butir soal, daya beda, tingkat
kesukaran soal, dan reliabilitas tes, dan juga panduan observasi dan wawancara
juga digunakan untuk menemukan praktikalitas produk pengembangan.
Adapun instrumen pengumpulan data yang dikembangkan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Pre Research
Pre research dilakukan untuk mendapatkan data berupa informasi
mengenai kebutuhan tenaga pendidik dan peserta didik mengenai kebutuhan
dan harapan dalam pembelajaran Struktur Data. Dan istrumen ini
dikembangkan berdasarkan indikator prinsip-prinsip dan hakikat
pembelajaran di pendidikan tinggi dan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Instrumen pre-research berupa angket tentang pembelajaran Struktur Data
yang selama ini dilaksanakan, dan analisis kebutuhan pembelajaran Struktur
Data pada saat ini.
Tabel 3.3. Instrumen Pre Research
Aspek Validasi Indikator No Item
Critical thinking Menganalisis 1, 2, 3
Mengevaluasi 4, 5
Mengkreasi 6, 7
Communication Kode Verbal 8, 9Kode Nonverbal 10, 11
Collaboration 12,13,14,15
Creativity Berfikir Lancar (Fluency) 16, 17
Berfikir Luwes (Flexibilty) 18Keaslian (originality) 19Elaborasi 20
78
2. Instrumen Validasi Produk
Instrumen lembar validasi produk adalah angket yang diisi oleh
pakar. Instrumen ini terdiri dari lembar validasi model pembelajaran, lembar
validasi modul, lembar validasi media pembelajaran, dan lebar validasi
perangkat pembelajaran. Lembar validasi disusun berdasarkan kisi-kisi
instrumen sebagai berikut.
Tabel 3.4. Instrumen Validasi Buku Model
Nama Validitas Indikator No Item
Validitas BukuModel
a. Organisasi Materi 1, 2, 3, 4b. Format Penulisan 5, 6, 7, 8c. Penggunaan Bahasa 8, 9, 10, 11d. Aspek Isi 12, 13, 14, 15, 16
Buku model pembelajaran Cooperative Oriented Problem memiliki 4
aspek penilaian yakni; a) Organisasi materi, b) Format Penulisan, c)
Penggunaan bahasa dan d) Aspek isi. Ada 16 indikator yang dinilai dari 4
aspek dari isi buku model pembelajaran Cooperative Oriented Problem.
Buku model divalidasi oleh 5 validator ahli yaitu; a) Prof. Dr. Yasnur Asri,
M.Pd, b) Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd, c) Dr. Hansi Effendi, ST., M.Kom,
d) Dr. Wahyudi, M.Kom, e) Dr. Ridwan, M.Sc.Ed. Hasil analisis dan
tabulasi penilaian angket masing-masing validator dinyatakan 15 Butir soal
dinyatakan valid dan 1 butir soal dinyatakan tidak valid dengan nilai 0,51.
Uji validasi ini dilakukan dengan mentabulasi data seluruh pakar serta
melakukan analisis menggunakan Aiken V.
Tabel 3.5. Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran
Nama Validitas Indikator No Item
Validitas PanduanMengajar
a. Format Penulisan 1, 2, 3, 4b. Penggunaan Bahasa 5, 6, 7, 8c. Pendahuluan 9, 10, 11, 12, 13, 14d. Aspek Isi 15, 16, 17, 18, 19e. Sistem Evaluasi 20, 21, 22, 23, 24, 25
Perangkat pembelajaran Cooperative Oriented Problem memiliki 5
aspek penilaian yakni; a) Format Penulisan, b) Penggunaan Bahasa, c)
Pendahuluan, d) Aspek isi, e) Sistem Evaluasi. Ada 25 indikator yang dinilai
79
dari 5 aspek dari isi buku perangkat pembelajaran Cooperative Oriented
Problemperangkat pembelajaran divalidasi oleh 5 validator ahli yaitu; a)
Prof. Dr. Yasnur Asri, M.Pd, b) Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd, c) Dr. Hansi
Effendi, ST., M.Kom, d) Dr. Wahyudi, M.Kom, e) Dr. Ridwan, M.Sc.Ed.
Hasil analisis dan tabulasi penilaian angket masing-masing validator
dinyatakan 25 Butir soal dinyatakan valid. Uji validasi ini dilakukan dengan
mentabulasi data seluruh pakar serta melakukan analisis menggunakan
Aiken V.
Tabel 3.6. Instrumen Validasi Modul
Nama Validitas Indikator No Item
Validitas Modul
a. Self Intruction 1, 2, 3, 4, 5, 6b. Self Contained 7, 8, 9,10c. Berdiri Sendiri 11, 12, 13, 14d. Adaptif 15, 16, 17, 18e. Bersahabat 19, 20, 21, 22f. Aspek Kegrafisan 23, 24, 25, 26, 27
g. Aspek Bahasa28, 29, 30, 31, 32, 33,34, 35, 36, 37
h. Sistem Evaluasi 37, 38, 39, 40
Buku modul Struktur Data memiliki 8 aspek penilaian yakni; a) Self
Intruction, b) Self Contained, c) Berdiri Sendiri, d) Adaptif, e) Bersahabat,
f) Aspek Kegrafisan, g) Aspek Bahasa dan h) Sistem Evaluasi. Ada 40
indikator yang dinilai dari 8 aspek dari isi buku modul Strukutr Data. Buku
modul Strukutr Data divalidasi oleh 5 validator ahli yaitu; a) Prof. Dr.
Yasnur Asri, M.Pd, b) Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd, c) Dr. Hansi Effendi,
ST., M.Kom, d) Dr. Wahyudi, M.Kom, e) Dr. Ridwan, M.Sc.Ed. Hasil
analisis dan tabulasi penilaian angket masing-masing validator dinyatakan
40 Butir soal dinyatakan valid. Uji validasi ini dilakukan dengan
mentabulasi data seluruh pakar serta melakukan analisis menggunakan
Aiken V.
80
Tabel 3.7. Instrumen Validasi Media E-Learning/Aplikasi SCOP
Nama Validitas Indikator No Item
Validitas MediaE-Leaning
a. Komponen Website1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 11
b. Aspek Tampilan 12, 13, 14, 15, 16, 17c. Aspek Multimedia 18, 19d. Aspek Kebahasaan 20, 21, 22
Aplikasi SCOP (Smart Cooperative Oriented Problem) memiliki 4
aspek penilaian yakni; a) Komponen Website, b) Aspek tampilan, c) Aspek
multimedia dan d) Aspek kebahasaan. Ada 22 indikator yang dinilai dari 4
aspek dari isi Aplikasi SCOP (Smart Cooperative Oriented Problem).
Aplikasi SCOP (Smart Cooperative Oriented Problem) divalidasi oleh 5
validator ahli yaitu; a) Prof. Dr. Yasnur Asri, M.Pd, b) Prof. Dr.
Wakhinuddin, M.Pd, c) Dr. Hansi Effendi, ST., M.Kom, d) Dr. Wahyudi,
M.Kom, e) Dr. Ridwan, M.Sc.Ed. Hasil analisis dan tabulasi penilaian
angket masing-masing validator dinyatakan 20 Butir soal dinyatakan valid
dan 2 butir soal dinyatakan tidak valid dengan nilai 0,57 dan 0,55. Uji
validasi ini dilakukan dengan mentabulasi data seluruh pakar serta
melakukan analisis menggunakan Aiken V.
Tabel 3.8. Instrumen Validasi Model (Sintak)
Nama Validitas Indikator No Item
Validitas SintakModel
1. Submission of goalsand motivation
1, 2, 3, 4, 5
2. Smart Grouping 6, 7, 83. Define Problems 9, 10, 11, 12
4. Discussion13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,20, 21
5. Present 22, 23, 246. Evaluation 25, 26, 27, 287. Reward 29, 30
Sebelum digunakan, semua instrumen validasi terlebih dahulu
divalidasi oleh ahli. Validitas instrumen (angket) bertujuan untuk
mengetahui kehandalan atau kesaihan suatu instrumen. Lembar praktikalitas
meliputi persepsi tenaga pendidik dan peserta didik terhadap model
pembelajaran, modul, dan media pembelajaran Struktur Data Cooperative
81
Oriented Problem. Lembar praktikalitas disusun berdasarkan kisi-kisi
instrumen sebagai berikut.
Tabel 3.9. Angket Respon Tenaga Pendidik
Variabel Indikator No Item
Modul
Variasi Penyajian 1, 2, 3
Relevansi 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15
Keterbacaan 16, 17Bahasa 18
MediaPembelajaran(Website)
Komponen website 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12Tampilan 13, 14, 15, 16, 17, 18,19, 20Multimedia 21, 22Bahasa 23
Silabus danSAP
Komponen silabus 1, 2, 3, 4, 5, 6Komponen SAP 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15Bahasa 16, 17
Tabel 3.10. Angket Respon Peserta Didik
Variabel Indikator No Item
Modul
Variasi Penyajian 1, 2, 3Relevansi 4, 5, 6Tingkat Tantangan 7, 8, 9, 10Keterbacaan 11, 12, 13Format 14, 15
MediaPembelajaran(Website)
Komponen website1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12
Tampilan 13, 14, 15, 16, 17, 18,19, 20Multimedia 21, 22Bahasa 23
Sebelum digunakan, semua instrumen praktikalitas produk terlebih
dahulu divalidasi oleh ahli. Validitas instrumen (angket) bertujuan untuk
mengetahui kehandalan atau kesahihan suatu instrumen. Teknik Analisis
Data, data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil validasi,
data hasil uji coba praktikalitas, dan data hasil uji coba efektivitas. Analisis
data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik
deskriptif dan teknik deskriptif. Statistik deskriptif untuk menganalisis tes
hasil belajar. Sedangkan teknik deskriptif untuk menganalisis hasil angket.
82
3. Analisis Data pada Tahap Pre-Research
Teknik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data hasil analisis
pre-research. Data yang terkumpul berupa data hasil analisis pembelajaran
Struktur Data yang selama ini dilakukan dan analisis kebutuhan dalam
pembelajaran Struktur Data saat ini. Ada empat tahapan dalam menganalisis
data ini, yaitu mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data dan
menarik kesimpulan.
4. Analisis Data Validitas
Data validitas diperoleh dari para ahli (expert judgement) yang
memberi masukan-masukan dalam rangka perbaikan model pembelajaran
yang dikembangkan beserta perangkatnya. Dalam analilis validitas ini
digunakan skala Likert, sedangkan untuk analisis validasi konstruk model
pembelajaran berbasis produk menggunakaan program Lisrel 9.30. Model
dikatakan valid jika memiliki kriteria goodness of fit yaitu jika nilai p-value
> 0,05 dan nilai loading factor setiap indikator besar dari 0,5. Sedangkan
analisis validasi isi produk pembelajaran (modul, media, dan perangkat
pembelajaran) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberikan skor jawaban dengan kriteria sebagai berikut:
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup baik
2 = tidak baik
1 = sangat tidak baik.
b. Pemberian nilai kevalidan dengan rumus dari Aiken`s V (dalam
2014:113) yaitu:
Keterangan:
n : Jumlah panel penilaian (expert)S : r – lolo: angka penilaian validitas terendah (dalam hal ini = 1)c : angka penilaian validitas tertinggi (dalam hal ini = 5)r : angka yang diberikan penilai
83
c. Untuk menentukan tingkat kevalidan menurut Azwar (2014:113), rentang
angka V yang didapat akan diperoleh antara 0 sampai 1,00 sehingga
untuk rentang ≥ 0,667 dapat diinterprestasikan sebagai koofisien yang
cukup tinggi, sehingga dapat dikategorikan bahwa katergori validitasnya
berada dalam kategori “valid”.
5. Analisis Kepraktisan
Data uji praktikalitas model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem pada mata kuliah Struktur Data di pendidikan tinggi diperoleh dari
pengunaan tabulasi dan hasilnya dipresentasikan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Memberikan skor jawaban dengan kriteria sebagai berikut:
5 = Sangat setuju
4 = Setuju
3 = Netral
2 = Tidak setuju
1 = Sangat tidak setuju
b. Menjumlahkan nilai seluruh aspek yang dinilai.
c. Pemberian nilai praktikalitas dengan rumus (Purwanto:2009):
d. Untuk menentukan tingkat kepraktisan adalah dengan kriteria berikut:
Tabel 3.11. Kategori Praktikalitas
No. Tingkat Pencapaian Kategori1 90-100 Sangat praktis2 80-89 Praktis3 65-79 Cukup praktis4 55-64 Kurang praktis5 0-54 Tidak praktis
Sumber: Purwanto (2009).
Kemudian data tersebut ditrianggulasi menggunakan data-data
kualitatif hasil pengamatan dan angket berupa tanggapan, pesan, saran dan
84
masukan yang diperoleh dari responden setelah menggunakan model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur
Data dipendidikan tinggi.
6. Analisis Efektivitas
Data mengenai efektivitas perangkat pembelajaran dapat diperoleh
dari analisis terhadap beberapa instrumen pengumpul data antara lain:
a. Analisis Hasil Belajar Peserta didik
1) Hasil belajar aspek kognitif (pengetahuan)
Penilai hasil belajar dari aspek kognitif seacara umum adalah
kemampuan intelektual peserta didik yang dapat dikelompokan seperti
Higher Order Thinking Levels, Middle Order Thinking Levels, Lower
Order Thinking Levels. Yang terdiri dari 6 level yang direvisi
anderson’s diantaranya Mengingat, Memahami, Menerapkan,
Menganalisis, Evaluasi, Menciptakan
2) Hasil belajar aspek afektif (sikap)
Penelilaian hasil belajar peserta didik mata kuliah Struktur Data yang
menggunakan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
pada ranah afektif (sikap) ini terdiri dari beberapa kategori
diantaranya; Critical Thinking, Communication, Collaboration,
creativity.
3) Hasil belajar aspek psikomotor
Hasil belajar pada aspek psikomotor adalah kemampuan yang
menyangkut kegiatan otot dan fisik. E.J. Simpson’s (1972)
mengemukakan aspek psikomotorik terdiri dari tujuh tingkatan tujuan
pembelajaran seperti origination (new movement patterns/creativity),
adaptation (modifies for spesial problem), complex over response
(skillfull permormance actsof complex), mechanism (performs simple
acts well), guided response (performs as demonstrated, set (relates
cues/knows), perception (awareness of sensory stimulus). Hasil
belajaran aspek psikomor dalam penelitian ini dimulai dari peserta
85
didik menemukan masalah sampai peserta didik mengambil sebuah
keputusan.
Skor hasil belajar peserta didik yang didapat setelah menggunakan
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem dianalisis untuk
melihat tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik dan masing-
masing nilai peserta didik dikonversikan menjadi nilai depan
rentangan 0 – 100. Hasil belajar peserta didik dapat dikategorikan
sebagai berikut.
Tabel 3.12. Kategori Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
No. Tingkat Pencapaian Kategori1. 90 – 100 Sangat Baik2. 80 – 89 Baik3. 65 – 79 Cukup4. 55 – 64 Kurang5. 0 – 54 Tidak Lulus
Sumber: Purwanto (2009:82).
4) Uji t
Uji t dalam penelitian eksprimen ini adalah untuk melihat tingkat
perbedaan hasil belajar kelas eksprimen dengan kelas kontrol.
Sebelum dilakukan uji t maka dilakukan uji persyaratan analisis yaitu
uji normalitas dan homogenitas. Uji t dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 22.
Sebelum tes dilaksanakan, soal tes yang akan digunakan terlebih
dahulu divalidasi, kemudian diujicobakan kepada peserta didik. Soal
yang diujicobakan kemudian dianalisis tingkat kesukaran, daya beda,
dan reliabilitasnya sehingga didapatkan soal yang benar-benar dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik.
a) Validitas butir soal
Validitas butir soal tes berbentuk pilihan ganda (multiple choice)
disini kita gunakan rumus point biserial, yaitu (Arikunto, dkk
(2014);
86
Keterangan:
γ�bi = Koefisien korelasi biserialMp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item
yang dicari validitasnyaMi = Rerata skor totalSt = Standar deviasi dari skor total proporsiP = Proporsi peserta didik yang menjawab benar
q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q=1-p)
Apabila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke
atas maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat dan dapat
disimpulkan bahwa butir instrumen valid. Dan sebaliknya apabila
nilai korelasinya dibawah 0,3 dapat disimpulkan bahwa butir
instrumen tidak valid (Sugiyono, 2011).
b) Reliabiitas soal
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat
pengumpul data yang digunakan. Uji reliabilitas dilakukan pada
soal-soal yang dikategorikan dipakai atau direvisi. Untuk
menentukan reliabilitas tes dipakai rumus Spearmen-Brown yang
dikemukakan oleh Sudijono (2012:216) yaitu:
Untuk mencari:
Keterangan:
= Koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan
= Koefisien korelasi produk moment antara separuh(bagian pertama) tes dengan separuh (bagian kedua)dari tes tersebut.
87
N = jumlah subjek (sampel/testee)X = Skor-skor hasil tes pada separoh belahan pertamaY = Skor-skor hasil tes pada separoh belahan kedua
Kemudian hasil perhitungan direfleksikan pada indeks reliabilitas
berdasarkan Tabel 3.13.
Tabel 3.13. Indeks Reliabilitas Soal
No Indeks Reliabilitas Klasifikasi1. 0,00-0,20 Sangat Rendah2. 0,20-0,40 Rendah3. 0,40-0,60 Sedang4. 0,60-0,80 Tinggi5. 0,80-1,00 Sangat Tinggi
c) Daya pembeda soal
Rumus untuk menghitung daya pembeda adalah:
D =
Keterangan:
D = Daya pembeda soalJA = Banyaknya peserta kelompok atasJB = Banyaknya peserta kelompok bawahBA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab dengan
benarBB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab dengan
benarPA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benarPB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kemudian hasil perhitungan direfleksikan pada indeks daya beda
berdasarkan tabel berikut.
Tabel 3.14. Klasifikasi Daya Pembeda Soal
No. lndeks Daya Pembeda Klasifikasi1 0,00 ≤ D <0,20 Jelek2 0,20 ≤ D <0,40 Cukup3 0,40 ≤ D <0,70 Baik
4 0,70 ≤ D <1,00 BaikSekali5 Negatif Tidak Baik
Sumber: (Suharsimi Arikunto, 2009).
88
d) Tingkat kesukaran soal
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah
soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran
adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu
soal. Menurut Arikunto (2003:208) untuk mengetahui indeks
kesukaran tes digunakan rumus:
Keterangan:
P : Indeks kesukaranB : Jumlah peserta didik yang menjawab dengan benarJs : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Kemudian hasil perhitungan direfleksikan pada indeks tingkat
kesukaran berikut:
Soal dengan P 0.10 sampai 0.30 adalah sukar
Soal dengan P 0.30 sampai 0.70 adalah sedang
Soal dengan P 0.70 sampai 1.00 adalah mudah
89
BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses dan Hasil Pengembangan
Pada tahapan ini menjelaskan proses pengembangan dan hasil
Pengembangan Model Coopertive Oriented Problem Pada Mata Kuliah
Struktur Data, meliputi lima langkah sesuai dengan model pengembangan
ADDIE diantaranya analisis, desain, pengembangan, implementasi dan
evaluasi.
1. Analisis
Tahapan analisis kebutuhan ini bertujuan untuk melihat kondisi saat ini
dan kebutuhan peserta didik serta tenaga pendidik dalam pembelajaran
Struktur Data. Sehingga pada tahap ini dapat menggambarkan descrapancy
antara keadaan saat ini dan prioiritas/kebutuhan peserta didik mengenai
kompetensi distrubsi dan proses pembelajaran yang diharapkan dalam
pembelajaran Struktur Data pada pendidikan tinggi. Subjek penelitian ini
adalah peserta didik di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Lancang
Kuning.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
berupa angket yang telah diuji kevalidtan dan relibilitas angketnya. Sampel
penelitian need analysis ini adalah sebanyak 40 orang peserta didik Fakultas
Ilmu Komputer Universitas Lancang Kuning yang telah mengambil mata
kuliah Struktur Data.
Angket untuk pengumpulan data dapat dilihat pada lampiran 1,
sedangkan hasil penilaian angket need analysis mengenai gambaran kondisi
saat ini dan gambaran prioiritas/kebutuhan proses pembelajaran mata kuliah
struktur data dapat dilihat pada lampiran 2, 3, 4 Berdasarkan analisis data
hasil penelitian need analysis menjelaskan bahwa:
a. Prioiritas/kebutuhan tenaga pendidik dalam proses pembelajaran struktur
data terlihat bahwa tenaga pendidik memiliki ekspektasi yang tinggi
90
terhadap proses pembelajaran. Dimana ekspektasi mereka terhadap
proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi abad 21
(critical thinking, communication, collaboration, creativity). Gambaran
descrapancy antara keadaan saat ini dan prioiritas/kebutuhan tenaga
pendidik adalah 4,70 yang dapat diasumsikan bahwa tenaga pendidik
membutuhkan sebuah model pembelajaran yang inovatif dalam menggali
kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Seperti yang
dijelaskan pada grafik di bawah ini.
0
2
4
6
Critical ThinkingCommunication Collaboration CreativityCurrently Learning Priority
Gambar 4.1. Analisis Kebutuhan Tenaga Pendidik terhadapPengembangan Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem
b. Prioiritas/kebutuhan peserta didik terhadap proses pembelajaran Struktur
Data sangat memiliki ekspektasi yang tinggi dalam proses pembelajaran
Struktur Data. Dimana ekspektasi mereka terhadap kompetensi abad 21
(Collaboration, Communication, Critical Thinking, Creativity) ini dalam
kategori tinggi dengan rata-rata 4,59 yang artinya peserta didik
membutuhkan pengembangan model pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien dalam mengembangkan potensi akademik mereka.
91
0,00
2,00
4,00
6,00
Critical Thinking Communication Collaboration Creativity
Currently Learning Priority
Gambar 4.2. Analisis Kebutuhan Peserta Didik terhadap PengembanganModel Pembelajaran Cooperative Oriented Problem
2. Desain
Tahap ini merupakan proses dalam menyelesaikan masalah yang
ditemukan pada tahap analysis untuk merancang skenario atau model
pembelajaran yang dikembangkan. kegiatan pada proses ini peneliti
merumuskan model pembelajaran yang akan dikembangkan dengan
mengembangkan tahapan (sintak) model Cooperative Oriented Problem.
Dalam tahap ini penyusunan rencana penelitian telah peneliti lakukan mulai
tahap proposal penelitian yang dilakukan pada tanggal 13 September 2018.
Selanjutnya berdasarkan masukan dan revisi yang diperoleh dalam seminar
proposal terdapat perbaikan yang bertujuan untuk menyempurnakan
penelitian dalam pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem pada mata kuliah Struktur Data. terkait pengembangan model
dengan produk yang dirancang yaitu: a) Sintak model Cooperative Oriented
Problem, b) Buku model Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah
Struktur Data beserta kajian tentang pengembangan rasional model, teori
pendukung, susunan sintak, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung
dan dampak penerapan model, c) Buku Modul Struktur Data menggunakan
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem, d) Buku Pedoman
Tenaga pendidik dalam pembelajaran Struktur Data, e) Buku Panduan
Penggunaan Media Pembelajaran, f) Media pembelajaran.
92
3. Pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pengembangan produk model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem dan perangkat pendukung penerapan model,
setiap produk yang dikembangkan kemudian dilakukan pengukuran
validitas pakar melalui prosedur yang tersusun dan teruji. kegiatan hasil
rancangan produk model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
adalah sebagai berikut:
a. Buku Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem.
1) Rasional Pengembangan
Implementasi program peningkatan kualitas lulusan perguruan tinggi
salah satunya dilakukan dengan mengembangkan konsep/model
pembelajaran yang relevan dengan kondisi dan situasi institusi
pendidikan, khususnya pada Program Studi Teknik Informatika.
sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih baik secara efektif
dan efisien untuk mendapatkan hasil capaian pembelajaran yang
diharapkan.
Konsep tersebut dibangun secara sistematis dengan menekankan
bagaimana proses pembelajaran dikembangkan agar lebih berorientasi
kepada kebutuhan dunia kerja. melalui pengembangan model
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas perguruan tinggi
merupakan hal yang sangat strategis untuk meningkatkan daya saing
tenaga kerja secara nasional maupun internasional. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk tujuan tersebut, namun masih harus
dikembangkan dengan berbagai terobosan secara sistematik yang
dapat meningkatkan kompetensi lulusan baik dari aspek keterampilan
(Hardskill) maupun dari aspek sikap/prilaku hidup (Softskill).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2016 tentang mekanisme penilaian aspek sikap
dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain
yang relevan. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes
tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang
93
dinilai dan penilaian keterampilan dilakukan melalui pemecahan
masalah secara kooperatif, dan atau teknik lain sesuai dengan
kompetensi yang dinilai harus sesuai dengan antara kompetensi yang
disiapkan oleh perguruan tinggi dengan kompetensi yang dibutuhkan
oleh dunia industri. Hal ini sesuai yang dikembangkan model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem.
Konsep Problem Based Learning bukanlah suatu hal yang baru dalam
dunia pendidikan pada saat ini, pencetus konsep ini adalah Celestine
Freinet. tentang konsep secara terminologi dikenal dengan learning by
doing yaitu proses perolehan hasil belajar dengan memecahkan
masalah dari kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari.
Dengan model Problem Based Learning diharapkan peserta didik
mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang
dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan
berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan
interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan
pengolahan informasi. Cara ini akan menanamkan suatu pengalaman
yang nyata pula dalam pelaksanaan proses pembelajaran, untuk
meningkatkan kemampuan kerjasama peserta didik model
pembelajaran Problem Based Learning ini di elaborasikan dengan
model Cooperative Tipe STAD, model pembelajaran Cooperative
Tipe STAD ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa.
Belakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual,
bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman
sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri,
dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan
dihasilkan warga negara yang egois, pendiam dan tertutup, kurang
bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan
lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima
kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai
94
terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main
keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi.
Proses pembelajaran merupakan perkembangan perubahan positif
yang diperoleh dari perguruan tinggi. tenaga pengajar, orang tua dan
masyarakat. Setelah itu, kualitas pembelajaran tidak dapat dipisahkan
model pembelajaran yang dikembangkan pengajar dalam menyiapkan
dan menyelesaikan seluruh aktivitas kegiatan pembelajaran di dalam
maupun di luar kelas. Sebagai seorang yang memiliki kompetensi
pedagogik, harus mampu merancang kebutuhan belajar, menyiapkan
materi ajar atau bahan ajar, menyiapkan rencana belajar,
menyelesaikan rencana belajar, pelaksanaan belajar, penilaian sampai
melakukan evaluasi terhadap hasil dari proses pembelajaran.
Pada abad ke-21 ini, dunia pendidikan di seluruh dunia berada pada
era teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis internet,
berbasis pengetahuan dengan istilah revolusi 4.0. Dapat dikatakan
bahwa revolusi industri 4.0 merupakan paradigma yang terjadi ketika
lingkungan belajar dan lingkungan industri sudah seharusnya diadopsi
ke dalam dunia pendidikan. Salah satunya dengan mengembangkan
sebuah konsep model pembelajaran Problem Based Learning dan
dielaborasikan dengan model pembelajaran Cooperative Tipe STAD
dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan
sebuah proses pembelajaran yang lebih baik, lebih efektif dan efisien,
dan juga dapat dijadikan sebagai contoh atau role model untuk
melakukan terobosan terhadap suatu perubahan yang terjadi pada
perguruan tinggi.
Disisi lain, kesulitan untuk menentukan standar kompetensi minimal
yang harus dikuasai oleh peserta didik. membuat ketidak harmonisan
kompetensi yang diajarkan di perguruan tinggi dengan yang
dibutuhkan di dunia kerja. Hal ini terbukti bahwa kompetensi yang di
pelajari di perguruan tinggi dengan kompetensi yang dibutuhkan di
dunia kerja tidak terpenuhi secara baik dan benar. Artinya, ada
95
kesenjangan antara hasil proses pembelajaran di perguruan tinggi
dengan kebutuhan oleh industri belum sesuai, sehingga diperlukan
adanya upaya dalam meningkatkan mutu dan relavansi pada proses
pembelajaran untuk dapat menghasilkan dan membentuk sumber daya
manusia (SMD) yang berkualitas dan berdaya saing sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam dunia kerja.
Berdasarkan situasi dan kondisi yang telah dipaparkan di atas, di
Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning
fenomena ini merupakan suatu hal yang nyata yang tidak berbeda
jauh. Tenaga pendidik mengajar pada kelas praktik hanya sebatas
ketercapaian standar yang terdapat pada kurikulum yang telah disusun
sebelumnya, belum mengarah kepada kemampuan pemecahan
masalah, tanpa adanya upaya untuk melakukan pengembangan ke arah
tersebut terhadap model pembelajaran baik untuk tindakan kelas
maupun praktik. Konstribusi yang diharapkan pada model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem adalah melakukan
inovasi pelaksanaan pembelajaran praktik dengan mengkonstrak
prilaku pembelajaran agar lebih mandiri dalam melaksanakan
pembelajaran praktik sehingga dapat mengubah keadaan dari semua
komponen model yang di prasyaratkan yakni dari aspek pendekatan,
strategi, metode, dan teknik pembelajaran dapat terpenuhi dengan
baik.
2) Teori Pendukung Pengembangan Cooperative Oriented Problem
Teori belajar behaviourist adalah belajar terjadi dari prilaku manusia
yang sangat kompleks. Ikatan yang terbentuk antara stimulus dan
respon akan tergantung pada keberadaan lingkungan yang saling
berinteraksi. Hal ini terlihat dari prilaku “mencoba dan salah” yang
sering terjadi (Illeris, 2015) Teori belajar kognitivisme berpendapat
bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman seseorang tentang
bagaimana proses dalam memahami informasi baru, bagaimana
mengakses, menafsirkan, mengintegrasikan, mengatur dan mengelola
96
pengetahuan, dan telah memberi kita pemahaman yang lebih baik dari
kondisi yang mempengaruhi keadaan mental seseorang (Beck dan
Haigh, 2014). Constructivisme percaya bahwa makna atau
pemahaman dicapai dengan mengasimilasi data menjadi informasi,
menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada, dan
memprosesnya untuk memperoleh pemahaman yang unik (Khalil dan
Elkhider, 2016). Ketiga teori belajar yang dikemukakan menjadi dasar
dalam membangun membuat dan mengembangkan sintak model
Cooperative Oriented Problem yang dilakukan. Aspek behaviorisme
akan dapat diamati atau terlihat dari indikator perubahan perilaku,
aspek kognitif dari perubahan pengetahuan dari peningkatan hasil
posttest. Serta constructivisme akan dapat diketahui dari aspek
keterampilan. Keuntungan menggunakan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem dari sisi peserta didik sebagai berikut:
a) Peserta didik dapat diarahkan untuk mempelajari mata kuliah
dengan cara yang paling efektif, mudah dan efisien.
b) Peserta didik sepenuhnya terlibat dalam proses pembelajaran
c) Peserta didik memperoleh peningkatan pengetahuan dan
keterampilan secara langsung
d) Peserta didik akan semakin tertantang dan tertarik dalam proses
pembelajaran
Dari sudut lainnya dapat disimpulkan bahwa, bagi pendidik (tenaga
pendidik) memanfaatkan yang diperoleh dari penggunaan model
Cooperative Oriented Problem ini adalah sebagai berikut:
a) Kemudahan dalam mencapai tujuan mata kuliah yang diinginkan.
b) Efisiensi waktu pembelajaran.
c) Efektivitas interaksi antara peserta didik terhadap kesempurnaan
dalam mentransformasikan informasi yang terkait dengan materi
ajar pada proses pembelajaran struktur data.
97
3) Petunjuk Pelaksanaan Model Pembelajaran Cooperative Oriented
Problem
Berdasarkan pada rasionalitas latar belakang masalah dan analisis
terhadap model tersebut diatas maka dilakukan desain pengembangan
model pembelajaran yang disebut dengan model Cooperative Oriented
Problem, yang fokus pada mata kuliah struktur data. pengembangan
model Cooperative Oriented Problem, dengan melakukan analisa dan
identifikasi sehingga menghasilkan model Cooperative Oriented
Problem, yang diupayakan mampu memberikan kontribusi terhadap
proses pembelajaran mata kuliah struktur data dengan perlakuan yang
spesifik pada setiap sintak yang dibangun sesuai dengan karakteristik
mata kuliah yang diajarkan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada awal sebelumnya bahwa
model Cooperative Oriented Problem dikembangkan dengan
mengelaborasikan model Problem Based Learning dengan
Cooperative Tipe STAD, sehingga menghasilkan sintak dengan fase
yang baru, fase ini dirancang dengan karakteristik mata kuliah yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagaimana yang direncanakan
sebelumnya. Sebuah model pengembangan setidaknya terdapat
komponen pengajaran peserta didik, materi ajar seperti buku bahan
ajar dan sebagainya serta infrastruktur.
Aktivitas ini menggambarkan suatu sistem yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Aktivitas pengembangan model
pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang terencana, sistematis
sesuai dengan kaidah pengembangan itu sendiri. sintak yang
direncanakan terdiri atas 7 langkah yang muncul dari hasil kajian dan
evaluasi baik secara kelemahan dan keunggulan masing-masing kedua
model pembelajaran tersebut di atas, dan disesuaikan dengan
karakteristik serta tujuan dari pelaksanaan proses pembelajaran yang
telah direncanakan terlebih dahulu. Langkah-langkah yang
dikembangkan memiliki kesesuaian dengan tujuan pembelajaran pada
98
mata kuliah struktur data, dari awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran dengan harapan peserta didik mengerti dan memahami
pengertian struktur data dan mampu menerapkan teori-teori struktur
data ke dalam bahasa pemrograman sehingga memberikan kompetensi
pada peserta didik untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. Pada tabel
berikut merupakan komparasi atau studi banding dari elaborasi sintak
Problem Based Learning dengan sintak Cooperative Tipe STAD dan
model Cooperative Oriented Problem.
Tabel 4.1. Perbandingan model pembelajaran Problem Based
Learning, Cooperative Tipe STAD dengan
Cooperative Oriented Problem
PBL STAD COP
Meet the problemPenyampaian tujuandan motivasi
Submission of goals andmotivation (STAD)
Understand theproblem
Pembagian KelompokSmart Grouping(STAD)
Define the problemstatement
Presentasi Tenagapendidik
Define Problems (PBL)
Gather and share theinformation
Kegiatan dalam Tim(Kerja Tim)
Discussion (STAD)
Generate PossibleSolutions
Kuis (Evaluasi) Present (PBL)
Determine the bestfit of solutions
Penghargaan PrestasiTim
Evaluation (STAD)
Present the solutionsPemberian hadiah danPengakuan SkorKelompok.
Reward (STAD)
Trop & Sage 2002 R.Slavin 2008 Y.Yunefri 2019
a) Sintak 1 (Submission of goals and motivation)
Dalam pengembanganya tahapan/sintak orientasi proses
pembelajaran ini pada prosesnya lebih menekankan perumusan
capaian dan kegiatan pembelajaran selama 1 (satu) semester.
Dimana tenaga pendidik menyampaikan informasi-informasi terkait
dengan kontrak perkuliahan (Yusuf, 2015), capaian pembelajaran,
tugas, materi ajar, dan penilaian proses pembelajaran yang
dilakukan oleh tenaga pendidik.
99
b) Sintak 2 (Smart Grouping)
Pada sintak Smart Grouping ini peserta didik dibagi menjadi
beberapa kelompok, untuk mempermudah proses pembagian
kelompok belajar, menurut Li, Luo and Chen (2015) pelompokkan
peserta didik adalah masalah penting yang sangat mempengaruhi
efektivitas pengajaran dan pembelajaran. Dalam pembagian
kelompok pada model ini peserta didik dibantu dengan
menggunakan aplikasi SCOP. Aplikasi SCOP ini dapat membagi
kelompok bejalar dengan efektif, efisien dan heterogen. Pada
pembagian kelompok tersebut aplikasi menerapkan algoritma K-
Means Klastering. Dimana aplikasi dapat mengklasterkan peserta
didik yang memiliki kemampuan kompeten, cukup kompeten dan
kurang kompeten dalam satu kelompok.
c) Sintak 3 (Define Problems)
Dalam pengembanganya tahapan/sintak 3 ini peserta didik diminta
untuk mengidentifikasi masalah yang diberikan tenaga pendidik
pengumpulan data berupa informasi terkait dengan masalah
diberikan (Gagne and Wager, 1992). Agar peserta didik mampu
melatih kemampuan pemecahan masalah berdasarkan analisis yang
telah dilakukan. pendekatan yang lebih dominan pada tahap ini
adalah student centered learning.
d) Sintak 4 (Discussion)
Sintak 4 Coopertive Oriented Problem adalah proses literasi
infromasi, pada prosesnya menekankan kepada peserta didik untuk
mengasah kemampuan peserta didik (high order thinking skill)
dalam mengelaborasi data dan informasi yang didapatkan dari
berbagai sumber yang ditemukan (Harun et al., 2012). Kemudian
peserta didik diberi keleluasaan dalam mengemukakan masalah,
beserta teknik penyelesaianya secara sistematis dan terstruktur.
100
e) Sintak 5 (Present)
Dalam pengembanganya tahapan/sintak 5 model Coopertive
Oriented Problem ini pada prosesnya menekankan kepada peserta
didik untuk presentasi laporan (masalah) dan teknik penyelesaianya
yang telah dianalisis pada sintak sebelumnya, kemudia tenaga
pendidik melakukan menginstruksikan agar masing-masing anggota
kelompok mampu mempresentasikan hasil laporan dari tugas atau
topik yang telah dibagikan kepada masing-masing kelompok.
Pendekatan yang dilakukan pada tahapan ini, tenaga pendidik
sebagai fasilitator dan administrator (student centered learning)
pada saat peserta didik melakukan presentasi tugas kelompok.
Berdasarkan hasil analisis terhadap penilaian presentasi bahwa
terdapat perbedaan perkembangan kemampuan presentasi antara
peserta didik kelas eksperimen yaitu yang menggunakan model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem beserta sistem
pendukungnya dengan peserta didik kelas kontrol yang tidak
menerapkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem.
Dari analisis hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan peserta
didik dapat diidentifikasi perkembangan kemampuan presentasi
(sharing) (Yusof et al., 2012). Dilihat dari hasil presentasi nilai
kemampuan peserta didik dalam mempertahankan ide-ide pada
kelas eksperimen dapat dikategorikan baik atau dengan bahasa lain
sudah ada melaksanakan aspek-aspek yang telah ditetapkan sebagai
indikator keberhasilan. Peserta didik sudah mempunyai kemampuan
menyajikan sesuatu, mempertahankan ide-ide atau gagasan dan
berani mempertanggung jawabkannya di depan kelas.
f) Sintak 6 (Evaluation)
Penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah pada penerapan
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata
kulih struktur data ini dapat dilihat dari beberapa aspek,
diantaranya; 1) kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang
101
harus diketahui dari suatu permasalahan nyata (real problems), 2)
kemampuan membuat perumusan dari permasalahan yang telah
diidentifikasi, 3) kemampuan menentukan strategi atau langkah-
langkah yang tepat dalam penyelesaian suatu permasalahan, 4)
mampu memberikan interprestasi data dari permasalahan nyata
(real problems), dan 5) kemampuan menyelesaikan masalah dengan
kelompok belajar (Yusof et al., 2012). Peserta didik akan
membangun suatu keseimbangan baru ketika mengdadapi suatu
permasalahan, mereka akan berusaha berfikir mencari solusi
terhadap permasalahan yang ada, yaitu memberikan solusi terhadap
masalah yang dihadapi, sehingga akhirnya akan terbentuk
kemampuan-kemampuan baru dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis terhadap kemampuan pemecahan
masalah bahwa terdapat perbedaan perkembangan kemampuan
pemecahan antara peserta didik kelas eksperimen yaitu yang
menggunakan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
beserta sistem pendukungnya dengan peserta didik kelas kontrol
yang tidak menerapkan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem. Dari analisis hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan
peserta didik dapat diidentifikasi perkembangan kemampuan
pemecahan masalah. Dilihat dari hasil diskusi kelompok nilai
kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas
eksperimen dapat dikategorikan baik atau dengan bahasa lain sudah
ada melaksanakan aspek-aspek yang telah ditetapkan sebagai
indikator keberhasilan. Peserta didik sudah mempunyai kemampuan
mengidentifikasi unsur-unsur yang harus diketahui dari suatu
permasalahan nyata sampai dengan menyelesaikan permasalahan
tersebut
g) Sintak 7 (Reward)
Dalam pengembanganya tahapan/sintak 7 model Coopertive
Oriented Problem ini pada prosesnya peserta didik menerima
102
penghargaan terhadap hasil belajar kelompok. Penghargaan ini
mampu meningkatkan motivasi bejalar siswa pada mata kuliah
struktur data (Kalnins et al., 2014).
4) Sistem Sosial
Sistem sosial pada pengembangan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem dapat diartikan sebagai sistem yang terdiri dari
sekumpulan tindakan dimana terjadinya interaksi antara satu individu
dengan individu lainnya dan selalu tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah lingkungan belajar. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
model pembelajaran Cooperative Oriented problem ini merupakan
pengembangan dari pendekatan pembelajaran berbasis masalah
(Probelm Baseb Learning) yang dielaborasikan dengan model
pembelajaran Cooperatie Tipe STAD yang memuat beberapa hal yang
dapat dipandang sebagai karakteristik pembelajaran yang meliputi ; a)
tema tugas berbasis masalah, b) peserta didik dibentuk dalam
kelompok kecil, c) menggunakan modul ajar.
Sistem sosial yang diharapkan adalah terjadinya kerjasama antara
peserta didik, saling bantu membantu antara sesama peserta didik,
bantuan bimbingan tenaga pendidik, dan terjadinya interaksi antara
peserta didik dengan peserta didik serta tenaga pendidik dan peserta
didik karena peserta didik berada dalam kelompok yang heterogen.
Terjadinya interaksi di kelas, ketika dilakukan presentasi dan diskusi,
akan tercipta tukar pendapat antara peserta didik dalam memecahkan
suatu masalah, peserta didik yang lebih mengerti akan memberikan
bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan berupa
petunjuk menyelesaikan masalah tersebut, maka akan terjadi interaksi
karena peserta didik tersebut akan terbantu oleh temannya sendiri.
Sistem sosial akan sangat terasa apabila peserta didik berada ada pada
tahap diskusi kelas, diskusi kelompok dalam menyelesaikan masalah
selama pembelajaran berlangsung baik di kelas maupun di
laboratorium, tenaga pendidik bertindak sebagai pembimbing yang
103
siap memberikan masukan bila diperlukan. Ketika tenaga pendidik
membantu seperlunya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar, maka akan terjadi interaksi. Menurut Vygotsky dalam
Santrock (2010) dorongan pendidikan sangat dibutuhkan agar
pencapaian peserta didik ke jenjang yang lebih tinggi menjadi
optimum. Interaksi dapat disimpulkan bahwa memberikan bantuan
kepada peserta didik pada tahap awal kemudian mengurangi bantuan
tersebut serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk mengambil alih tanggung jawab setelah dirasakan
mampu mengerjakan sendiri atau belajar mandiri. Vygotsky dalam
Santrock (2010) mengatakan ada 3 teori pencapaian peserta didik
dalam upaya memecahkan masalah dalam belajar diantaranya : 1)
peserta didik mencapai keberhasilan dengan baik, 2) peserta didik
mencapai keberhasilan dengan bantuan, 3) peserta didik gagal meraih
keberhasilan pada proses pembelajaran.
a) Faktor Tenaga Pendidik (Pengajar)
Apa yang dikemukakan oleh (Wuna Sanjaya, 2005), keberhasilan
sebuah proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan
dan kualitas seorang tenaga pendidik. Hal ini disebabkan karena
tenaga pendidik merupakan individu yang secara langsung
berhadapan dengan peserta didiknya. Disamping itu tenaga
pendidik juga berperan sebagai perencana atau mendesain. Oleh
sebab itu, tenaga pendidik dituntut untuk memahami secara tepat
materi modul ajar, karakteristik peserta didik, fasilitas dan sumber
daya yang ada. sehingga komponen-komponen yang tergabung
dalam sistem sosial akan berinteraksi secara sempurna. Oleh
karenanya, efektif dari proses pembelajaran terletak di pundak
seorang pengajar.
Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
ini bertujuan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menyelesaikan masalah, berpikir kreatif dan inovatif, dan berani
104
mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini
memungkinkan dapat merubah perilaku, sikap, dan pengetahuan
peserta didik dari aktivitas penyelesaian masalah. Pelaksanaan pada
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini peserta
didik lebih banyak belajar mandiri secara berkelompok, namun
tetap butuh arahan dan bimbingan sehingga tenaga pendidik
bersifat sebagai pembimbing (fasilitator) dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik seluas-luasnya untuk
mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
b) Faktor Peserta Didik (Pembelajar)
Peserta didik merupakan organisme yang akan dikembangkan
sesuai dengan tujuan dan tahapannya, termasuk seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi waktu dan kemampuannya masing-
masing dari setiap aspek tidak selalu sama. oleh karenanya harus
dilihat aspek tersebut diantaranya latar belakang peserta didik yang
meliputi jenis kelaminnya, tempat lahir (asal), tempat tinggal,
faktor ekonomi peserta didik, keluarga dan sebagainya. Sedangkan
dari aspek sifat dapat dilihat dari kemampuan dasar, pengetahuan
dan sikap. Dari perbedaan aspek ini maka akan sangat
mempengaruhi proses sistem sosial yang dibangun pada suatu
proses pembelajaran. setiap peserta didik akan memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan dari yang
rendah, sedang dan tinggi. Peserta didik yang memiliki kemampuan
yang tinggi akan mengumpulkan motivasi belajar yang tinggi pula,
sedangkan peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan yang
rendah akan mengumpulkan motivasi belajar yang rendah,
perhatian dan keseriusannya dalam belajar juga rendah termasuk
dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan sebagainya
(Wina Sanjaya, 2015).
105
c) Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terdapat kelancaran proses pembelajaran baik berupa media
pembelajaran, alat-alat pembelajaran dan perlengkapan lainnya.
sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak
langsung dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran
diantaranya laboratorium kampus, kursi dan meja, lampu
penerangan, projector, komputer dan sebagainya. Kelengkapan
sarana dan prasarana ini akan menentukan optimisasi proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian sarana
dan prasarana dapat menunjang terbentuknya sistem sosial yang
baik dalam proses pembelajaran yang direncanakan. sarana dan
prasarana ini juga dapat memberikan motivasi dalam penyampaian
materi pembelajaran dan pengaturan lingkungan belajar yang dapat
memperbaiki minat dan kemauan peserta didik untuk belajar lebih
efektif dan efisien (Wina Sanjaya, 2015)
d) Faktor Lingkungan
Lingkungan pembelajaran dimana didalamnya terdiri dari peserta
didik tertentu. apabila jumlah peserta didik terlalu banyak maka
akan mempengaruhi terhadap keharmonisan dan proses
pembelajaran kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Wina Sanjaya 2015). Jumlah lingkungan belajar yang terlalu besar
akan membuat waktu yang tersedia semakin sempit untuk masing-
masing individu dalam menerima materi pembelajaran, tenaga
pendidik melayani dan memberikan perhatian bagi setiap individu
akan terpecah, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu lingkungan
belajar harus juga direncanakan dengan sebaik-baiknya agar
interaksi sistem sosial dalam proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
106
5) Prinsip Reaksi
Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem adalah model
pembelajaran dengan pendekatan berpusat kepada peserta didik
(student center). Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem ini di mana peserta didik dibagi dalam kelompok
kecil dan pada tahap diskusi peserta didik dituntut aktif dalam
kelompok masing-masing, sementara tenaga pendidik bertindak
sebagai pembimbing (fasilitator) yang siap memberikan bantuan.
selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik berada dalam
kelompok kecil, dan tenaga pendidik sebagai pembimbing mendatangi
setiap kelompok dan memperhatikan cara peserta didik bekerja dan
berdiskusi serta siap membantu jika peserta didik mengalami
kesulitan.
Adapun prinsip reaksi adalah untuk menggambarkan bagaimana
seharusnya tenaga pendidik memandang, memperlakukan, dan
merespon peserta didik selama proses pembelajaran. Pada model
Cooperatif Oriented Problem yang dikembangkan, prinsip reaksi yang
terjadi dilihat dari tahap peserta didik memahami dan menyelesaikan
masalah. peserta didik diajak berdiskusi dan memunculkan beberapa
pengetahuan penting seputar materi yang terkait dengan masalah
tersebut. pada tahap ini tenaga pendidik memposisikan peserta didik
sebagai teman diskusi sehingga memunculkan kenyamanan bagi
peserta didik dalam berdiskusi.
6) Sistem Pendukung
Pada Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem, sistem pendukung yang dibutuhkan adalah sejumlah
perangkat pembelajaran untuk mendukung terlaksananya proses
pembelajaran. Oleh karena itu, tenaga pendidik sebagai pembelajar
berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang berlangsung
secara interaktif, inspiratif, sehingga proses pembelajaran
menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi peserta didik
107
(Devi, dkk ,2009). Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam
mengelola proses mengajar dapat berupa: RPS, SAP, modul bahan
ajar, panduan tenaga pendidik, media pembelajaran dan panduan
media pembelajaran. rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan yang
berorientasi pembelajaran dengan menerapkan perangkat
pembelajaran berbasis masalah yang menjadi pedoman bagi tenaga
pendidik dalam proses pembelajaran.
Menurut Agus Suprijono (2010) perangkat pembelajaran ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas maupun tutorial, model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran. Tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas. Melalui perangkat pembelajaran tenaga pendidik
dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Macam-macam
perangkat pembelajaran tersebut antara lain:
a) Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
Rencana pembelajaran semester (RPS) adalah program pengajaran
satu mata kuliah untuk diajarkan selama satu semester. RPS
memberikan petunjuk secara keseluruhan mengenai tujuan dan
ruang lingkup materi yang harus diajarkan. Dengan berpedoman
pada RPS, pengajar akan mengajar lebih baik, tanpa khawatir akan
keluar dari ruang lingkup materi, keluar dari strategi belajar-
mengajar untuk pencapaian tujuan pembelajaran, atau keluar dari
sistem evaluasi yang seharusnya dilakukan.
b) Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen program pengajaran
yang meliputi satu atau beberapa pokok bahasan, atau sub pokok
bahasan untuk diajarkan selama 1 kali pertemuan dalam kelas. SAP
108
memberikan petunjuk secara rinci pertemuan demi pertemuan,
mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang akan diajarkan.
Kegiatan belajar mengajar, media dan evaluasi yang akan
digunakan.
7) Dampak Instruksional Penggiring
Dampak instruksional model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem dengan pendekatan yang berpusat pada peserta didik
merupakan hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Sedangkan dampak penggiring adalah
hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran
sebagai akibat terjadinya suasana belajar yang dialami langsung oleh
peserta didik.
Dampak instruksional dari pelaksanaan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem tidak hanya mendapatkan pengetahuan
dan keterampilan tentang materi bersifat otoritis saja, namun juga
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis, kemampuan
berpikir tingkat tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif, berpikir
kritis, mampu memecahkan masalah dan terampil dalam mengambil
keputusan. disamping itu model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem memberikan peluang bagi peserta didik untuk lebih terlatih
dalam reaksi dan berinovasi untuk mengembangkan dirinya secara
mandiri melalui masalah-masalah yang diberikan oleh tenaga pendidik
untuk di cari pemecahan masalahnya. sehingga memberikan
kesempatan peserta didik untuk mengubah budaya belajar dari
memberi pengetahuan menjadi mengkonstruksi sendiri pengetahuan
tersebut.
Sedangkan dampak pengiring dari pelaksanaan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem adalah menambah motivasi belajar dan
memupuk nilai-nilai pendidikan karakter. model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem ini memberikan motivasi kepada
peserta didik dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada model
109
ini membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah masalah
yang diberikan oleh tenaga pendidik dan mampu bekerja sama. Hal ini
sangat baik untuk proses pembelajaran. nilai-nilai pendidikan karakter
dapat tumbuh dengan baik dan berkembang melalui interaksi dalam
menyelesaikan masalah dibimbing oleh pendidik dengan menerapkan
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem.
b. Buku Modul Struktur Data Dengan Model Pembelajaran Cooperative
Oriented Problem
Modul struktur data merupakan satuan program belajar mengajar
komponen kecil, yang dipelajari oleh peserta didik secara mandiri atau
perseorangan yang mana sifat pembelajarannya adalah modul ajar yang
disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode
dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010). Menurut Goldschmid,
model pembelajaran ataupun sejenis satuan kegiatan belajar yang
terencana, yang sudah di desain guna membantu peserta didik
menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu dalam pembelajaran itu sendiri.
Vembriarto (1987) menyatakan bahwa suatu model pembelajaran
merupakan suatu paket pengajaran yang memuat suatu unit konsep
daripada bahan pembelajaran. dalam proses pembelajaran modul
merupakan usaha penyelenggaraan pembelajaran individual yang
memungkinkan peserta didik menguasai satu unit bahan pelajaran
sebelum dia beralih pada unit berikutnya. berdasarkan beberapa
pengertian muncul di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan
menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.
c. Buku Panduan Tenaga Pendidik dengan Model Pembelajaran
Cooperative Oriented Problem
Pedoman tenaga pendidik adalah panduan yang digunakan oleh
tenaga pendidik untuk melakukan kegiatan pendidikan atau pemecahan
masalah. pedoman penggunaan penggunaan oleh tenaga pendidik dapat
110
berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun
panduan untuk mengembangkan semua aspek pembelajaran dalam
bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi. pedoman penggunaan oleh
tenaga pendidik memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus
dilakukan oleh tenaga pendidik untuk memaksimalkan proses
pembelajaran dalam upaya pembentukan kompetensi peserta didik sesuai
dengan tujuan maupun capaian pembelajaran atau hasil belajar yang
ditempuh.
d. Buku Panduan Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
mendorong sejumlah progresifitas dalam dunia pendidikan. Salah
satunya adalah strategi pembelajaran berbasis teknologi komputer yaitu
e-learning. Strategi e-learning sangat mendukung Implementasi dari
paradigma Student Centered Learning yang saat ini semakin diperlukan
dalam rangka membentuk peserta didik yang lebih mandiri dan disiplin
dalam proses pembelajarannya. E-learning mengatasi keterbatasan ruang
dan hambatan waktu yang seringkali terjadi dalam interaksi tenaga
pendidik dan peserta didik, dan sebaliknya menyediakan ruang yang luas
bagi kreatifitas pengajaran dan aktifitas-aktifitas belajar selain tatap
muka.
Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan
Pengembangan (The American Society for Training and Development/
ASTD) (2009) (dalam Rusman, 2013) menyebutkan definisi e-learning
adalah sebagai berikut : “E-Learning is a broad set of applications and
processes which include web-based learning, computer based learning,
virtual and digital classrooms. Much of this is delivered via the internet,
intranets, audio, and videotape, satellite broadcast, interactive TV, and
CD ROM. The definition of E-Learning varies depending on the
organization and how it is used but basically it is involves electronics
means communication, education, and training”.
111
Definisi diatas menyebutkan bahwa e-learning adalah proses dan
kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-based learning),
pembelajaran berbasis komputer (computer based learning), kelas virtual
(virtual classrooms), dan/atau kelas digital (digital classroom). Materi-
materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan
dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio,
penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-ROM. Definisi ini
juga menyatakan bahwa e-learning itu bisa bervariasi tergantung dari
penyelenggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana cara
penggunaannya, termasuk apa tujuan penggunaannya.
E-Learning memiliki 4 karakteristik yang membedakannya dengan
pembelajaran konvensional, antara lain sebagai berikut:
1) Interactivity (Interaktivitas)
E-Learning yang bersifat interactivity adalah tersedianya jalur
komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous),
seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous),
seperti forum, mailing list, atau buku tamu.
2) Independency (Kemandirian)
Independency pada E-Learning adalah fleksibilitas dalam aspek
penyediaan waaktu, tempat, pengajar, dan bahan ajar. Hal ini
menyebabkan pembelajaran menjadi lebih terpusat kepada siswa
(student-centered learning).
3) Accessibility (Aksesibilitas)
E-Learning yang memiliki karakteristik accessibility yaitu sumber-
sumber belajarnya menjadi lebih mudah diakses melalui
pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas
daripada pendistribusian sumber belajar konvensional.
4) Enrichment (Pengayaan)
Karakteristik enrichment dalam E-Learning adalah kegiatan
pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai
112
pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi
informasi seperti video streaming, simulasi, dan animasi.
Definisi ini sejalan dengan Sochorová & Materová, (2013:49) yang
mendefinisikan e-learning sebagai aplikasi yang mengintegrasikan
berbagai (tools) atau alat untuk mengorganisasikan pembelajaran (forum
diskusi, kalender, tugas, evaluasi), menawarkan komunikasi online
(obrolan, pesan, dan konferensi) dan juga menyediakan materi
pembelajaran.
Portal e-learning merupakan tempat penyimpan yang memadai
untuk sumber-sumber pengajaran sekaligus untuk tugas-tugas peserta
didik. Pemanfaatan e-learning secara optimal oleh tenaga pendidik dan
peserta didik akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Buku panduaan
ini disusun sebagai pedoman bagi tenaga pendidik dan peserta didik
dalam mengaplikasikan e-learning secara baik dan benar, sehingga akan
dicapai manfaat yang optimal. Buku panduan penggunaan e-learning
berisi tentang bagaimana e-learning digunakan. Buku panduan ini
memuat langkah-langkah penggunaan menu-menu yang disediakan
dalam e-learning yang disajikan dengan singkat jelas dan terstruktur
sehingga dengan kehadiran buku ini dapat memudahkan pengguna dalam
memanfaatkan sistem e-learning.
4. Implementasi
Tahapan ini untuk mengujicobakan model Coopertive Oriented
Problem yang dikembangkan pada Fakultas Ilmu Komputer Program Studi
Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning. Peneliti
mengimplementasikan model pembelajaran Coopertive Oriented Problem
yang telah divalidasi tersebut selama 1 (satu) semester sebanyak 16 kali
pertemuan yang terdiri 4 topik besar.
Model pembelajaran ini pada prosesnya juga ditunjang dengan
penggunaan e-learning dengan alamat domain SCOP-indonesia.com, media
e-learning ini mampu menunjang proses pembelajaran dengan menyediakan
113
konten atu menu yang dapat mempermudah tenaga pendidik dalam proses
pembelajaran seperti; absen online, ujian online, pembagian kelompok,
penilaian tugas dan nilai akhir yang sudah dikalkulasikan secara online,
sehingga dalam setiap aktivitas dan proses pembelajaran yang
dikembangkan dapat terukur dan terkalulasikan secara efektif. Menu-menu
unggulan dalam e-learning ini dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah
ini.
Gambar 4.3. Halaman Utama Web Smart Cooperative Oriented Problem
Pada Halaman Utama dari aplikasi Smart Cooperative Oriented
Problem ini terdapat beberapa menu utama yang dapat mempermudah
peserta didik dan tenaga pendidik dalam proses pembelajaran pada mata
kuliah Struktur Data dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem.
Gambar 4.4. Halaman Input Nilai
114
Pada halaman ini, peserta didik dapat melakukan penginputan nilai
sebagai bahan dasar untuk perhitungan syarat pengelompokkan per
pertemuan, penginputan nilai hanya dilakukan sekali untuk 1 mata kuliah.
Gambar 4.5. Halaman Upload Materi
Pada halaman ini, peserta didik dapat melihat materi perkuliahan per
pertemuan. Materi perkuliahan yang dimaksudkan berupa video serta file
pdf.
Gambar 4.6. Halaman Input Tugas
Pada halaman ini, peserta didik dapat melihat tugas perkuliahan per
pertemuan. Tugas perkuliahan yang dimaksudkan berupa video serta file
pdf.
115
Gambar 4.7. Halaman Input Soal Online
Pada halaman input tugas, sama seperti melakukan input materi
kuliah, admin/tenaga pendidik dapat melakukan penambahan serta
pengelolaan tugas yang akan diberikan kepada mahsiswa baik berupa video
maupun file pdf.
Gambar 4.8. Halaman Pembagian Kelompok
Pada halaman pembagian kelompok ini, tenaga pendidik dengan
mudah mengelompokkan peserta didik dalam proses pembagian kelompok
belajar, dengan menggunakan algoritme K-Means Clustering.
Berikut deskripsi proses perkuliahan Struktur Data yang
dikembangkan berbasis Cooperative Oriented Problem:
116
a. Pertemuan 1-3 (Topik 1)
Pada minggu 1 sampai minggu ke 3 proses pembelajaran di desain
berfokus pada topik “Tipe data, variabel dan percabangan ” yang terdiri
dari 5 (lima) sintak model pembelajaran Coopertive Oriented Problem
yang dikembangkan diantaranya; (1) Submission of goals and motivation,
(2) Smart Grouping, (3) Define Problems, (4) Discussion, (5) Present,
(6) Evaluation, (7) Reward. Penyajian penyelesaian masalah. Dengan
sintak (langkah) pembelajaran tersebut diharapkan;
1) Mampu menggunakan IDE Borland C++.
2) Mampu membuat program console sederhana dalam Bahasa C++ dan
mencetak konstanta bilangan, karakter dan string dalam Bahasa C++.
3) Mampu memberi nilai ke dalam variabel bertipe data bilangan integer
dan float serta menampilkan nilai variabel bilangan integer dan float.
4) Mampu menggunakan struktur kondisi IF dalam bahasa pemrograman
C++.Mampu menggunakan struktur kondisi Switch Case dalam
bahasa pemrograman C++.
5) Mampu menggunakan struktur perulangan dengan for, do‐while dan
while dalam Bahasa Pemrograman C++.
6) Mampu memanfaatkan struktur perulangan untuk memecahkan
soal‐soal matematika dan fisika.
b. Pertemuan 4 - 7 (Topik 2)
Pada minggu 4 sampai minggu ke 7 proses pembelajaran di desain
berfokus pada topik “Array dan Teknik Searching”. Sama dengan
pertemuan sebelumnya langkah atau kegiatan dalam pembelajaran ini
terdiri dari 7 (Tujuh) langkah model pembelajaran Coopertive Oriented
Problemyang dikembangkan diantaranya; (1) Submission of goals and
motivation, (2) Smart Grouping, (3) Define Problems, (4) Discussion, (5)
Present, (6) Evaluation, (7) Reward. Penyajian penyelesaian masalah.
Dengan sintak pembelajaran tersebut diharapkan:
1) Mampu membuat program untuk menginisialisasi array satu dimensi
dan array dua dimensi.
117
2) Mampu membuat program untuk mengisi elemen array satu dimensi
dan array dua dimensi menggunakan struktur perulangan
3) Mampu menjelaskan konsep fungsi rekursif.
4) Mampu mengimplementasikan masalah matematika yang solusinya
bersifat rekursif dengan program yang mengandung fungsi rekursif.
5) Mampu menerapkan teknik search dalam Bahasa pemograman C++.
6) Mampu menerapkan teknik buble sort dalam bahasa pemograman.
7) Mampu menerapkan teknik insertion sort dalam bahasa pemograman,
8) Mampu menerapkan teknik selection sort dalam Bahasa pemograman.
c. Pertemuan 8 (Ujian Tengah Semester)
Pada pertemuan ke-8 ini tenaga pendidik melakukan evaluasi
sumatif berupa ujian tengah semester untuk melihat kemampuan Peserta
didik mampu memahami dan menguasai konsep materi yang telah
mereka diskusikan pada pertemuan sebelumnya. Berikut adalah tampilan
ujian tengah semester (online) pada media WEB yang telah
dikembangkan:
Gambar 4.9. Menu Mengaktifkan Ujian Tengah Semester (Online)
Sifat ujian tengah semester yang dilakukan menggunakan media e-
learning melalui akun masing-masing peserta didik sesuai dengan batas
waktu yang telah disetting oleh tenaga pendidik mata kuliah.
118
d. Pertemuan 9-12 (Topik 3)
Pada minggu 9 sampai minggu ke 12 proses pembelajaran di desain
berfokus pada topik “ Linked, Queue, Stack ”. Sama dengan pertemuan
sebelumnya langkah atau kegiatan dalam pembelajaran ini terdiri dari 7
(Tujuh) langkah model pembelajaran Coopertive Oriented Problemyang
dikembangkan diantaranya; (1) Submission of goals and motivation, (2)
Smart Grouping, (3) Define Problems, (4) Discussion, (5) Present, (6)
Evaluation, (7) Reward. Dengan sintak pembelajaran tersebut
diharapkan;
1) Peserta didik mampu memahami konsep linked list.
2) Peserta didik mampu menerapkan konsep linked list non circular
dalam program C++.
3) Mampu menjelaskan apayang dimaksud dengan Stack.
4) Mampu membuat program yang diimplementasikan dengan Array.
5) Mampu menjelaskan yang dimakksud dengan ADT Queue.
6) Mampu membuat program yang mengimplementasikan Queue dengan
Array Linear dan Sirkular.
7) Mampu membuat program yang mengimplementasikan Queue dengan
Linked- List.
e. Pertemuan 13-15 (Topik 4)
Pada minggu 9 sampai minggu ke 12 proses pembelajaran di desain
berfokus pada topik “Binary Tree dan Grap”. Sama dengan pertemuan
sebelumnya langkah atau kegiatan dalam pembelajaran ini terdiri dari 7
(Tujuh) langkah model pembelajaran Coopertive Oriented Problemyang
dikembangkan diantaranya; (1) Submission of goals and motivation, (2)
Smart Grouping, (3) Define Problems, (4) Discussion, (5) Present, (6)
Evaluation, (7) Reward. Dengan sintak pembelajaran tersebut
diharapkan:
1) Mampu menjelaskan yang dimaksud dengan ADT Binary Tree.
2) Mampu mengimplementasikan Binary Tree dengan Linked-List.
119
3) Mampu mengimplementasikan operasi dan manipulasi terhadap
Binary Tree.
4) Peserta didik memahami konsep dari sebuah Grap.
5) Peserta didik mampu menerapkan konsep Grap dalam Bahasa
pemograman.
f. Pertemuan 16 (Ujian Akhir Semester)
Kegiatan atau proses pembelajaran pada pertemuan ke 16 ini
peserta didik melakukan ujian akhir semester secara online dan ujian
praktik untuk melihat pemahaman peserta didik terhadap konsep teori
dan praktik yang dipelajari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Gambar 4.10 menampilkan format rekapitulasi penilaian nilai akhir mata
kuliah.
Gambar 4.10. Format Rekapitulasi Penilaian Nilai Akhir MataKuliah Struktur Data
Setelah peserta didik melaksanakan ujian teori dan praktik setelah
diinputkan kemudian sistem melakukan pengkalkulasian nilai akhir
semester dengan menjumlahkan perolehan nilai yang didapatkan masing-
masing peserta didik pada setiap topik.
5. Evaluasi
Evaluasi dalam model ADDIE terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif (Branch, 2009:122). Evaluasi formatif
dilakukan selama proses mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk
merevisi produk sebelum diimplementasikan. Evaluasi formatif dilakukan
120
dengan uji coba kelompok kecil (one-to-one trial), kelompok sedang (small
group trial) dan kelompok besar (field trial) serta dengan melakukan
observasi. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk mengumpulkan data
hasil implementasi dalam mengukur keefektifitasan model Cooperative
Oriented Problem.
Berdasarkan penilaian dan diskusi dengan validator/pakar terhadap
buku model (sintak), panduan mengajar, modul dan media E-Learning pada
mata kuliah Struktur Data diakukan evaluasi sumatif terhadap produk yang
sudah dikembangkan. Penyajian data evaluasi produk penelitian dipaparkan
berikut ini:
a. Model (sintaks) Cooperative Oriented Problem
Berdasarkan hasil validasi, terdapat beberapa item yang perlu
direvisi pada model (sintak) Cooperative Oriented Problem. Berikut
peneliti sajikan revisi pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Revisi Produk Buku Model (sintak) Cooperative Oriented Problem
ItemPerbaikan
Produk Awal Perbaikan
SintakKalimat sintak lebihkepada tahapan-tahapanpembelajaran
Kalimat sudah mengacu padacapaian pembelajaran
Kajian Teori
Teori didalam bukumodel membahas tentangteori belajarkonstruktivisme
Teori didalam buku modelmembahas tentang teoribelajar konstruktivisme dankognitivisme
b. Media Pembelajaran
Berdasarkan hasil validasi, terdapat beberapa item yang perlu
direvisi pada e-learning. Berikut peneliti sajikan revisi e-learning pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Revisi Produk Awal Media E-Learnig
Item Perbaikan Produk Awal Perbaikan
Ujian OnlineTampilan ujian onlinetidak ada
Tampilan ujian online sudahditampilkan
BackgroundLogin
Background LoginKurang bagus
Background Login sudahdiganti.
121
c. Panduan Mengajar Cooperative Oriented Problem
Berdasarkan hasil validasi, terdapat beberapa item yang perlu
direvisi pada buku panduan mengajar Cooperative Oriented Problem.
Berikut peneliti sajikan revisi produk pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Revisi Produk Awal Panduan Mengajar
ItemPerbaikan
Produk Awal Perbaikan
Tugaspeserta didik
Deskripsi tugas tidakterperinci
Deskripsi tugas sudahdiperbaiki dan dibuat lebihdetail.
Indikatorinstrumenpenilaian
Instrumen penilaian tidakdilengkapi dengan indikatorpenilaian
Instrumen penilaiandilengkapi dengan indikatorpenilaian
d. Modul Struktur Data
Berdasarkan hasil validasi, terdapat beberapa item yang perlu
direvisi pada modul. Berikut peneliti sajikan revisi produk pada Tabel
4.5.
Tabel 4.5. Revisi Produk Awal Modul Struktur Data
Item Perbaikan Produk Awal Perbaikan
Isi modulModul tidak sesuaidengan format
Modul sudah direvisi dansesuai dengan format.
B. Analisis Data
1. Validitas
Validator dalam penelitian ini sebanyak 5 (lima) orang pakar yang
terdiri dari pakar bahasa, pakar media pembelajaran dan pakar materi
atau kurikulum. Validator diminta memberikan penilaian serta saran-saran
perbaikan model pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang telah
dirancang. Nama-nama validator yang terlibat dalam memvalidasi produk
peneliti seperti Tabel 4.6.
122
Tabel 4.6. Daftar Nama Validator dan Bidang Keahliannya
No. Nama Bidang Keahlian1. Prof. Dr. Yasnur Asri, M.Pd Bahasa2. Dr. Ridwan, M.Sc.Ed Kurikulum dan Model Pembelajaran3. Dr. Wahyudi, M.Kom Media Pembelajaran4. Dr. Hansi Hefendi, ST., M.Kom Materi pembelajaran5. Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd Model dan Evaluasi
Berdasarkan penilaian validator terhadap model pembelajaran dan
perangkat perkuliahan pada mata kuliah Struktur Data diperoleh nilai
validasi seperti yang dipaparkan berikut ini:
a. Validasi Model
Validasi konstruk pada model yang dikembangkan dinilai dari 5
(lima) indikator diantaranya; sintak model, sistem sosial, prinsip rekasi,
dampak pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. Analisis
terhadap validasi konstruk sintak model ini dilakukan dengan
menggunakan program software LISREL 8.8. Penilaian model secara
keseluruhan dapat diperoleh berdasarkan indeks kecocokan model
(Goodness Of Fit Statistics) yang dihasilkan LISREL. Indeks ketepatan
model paling umum adalah nilai Chi-Square (Joreskog & Sorbom, 1993).
Untuk menilai model fit maka diharapkan nilai Chi-Square tidak
signifikan (p-value > 0.05) karena hasil tersebut menandakan bahwa
tidak ada perbedaan antara model dengan data (Joreskog & Sorbom,
1993). Selain itu, dari hasil tersebut kita juga berjumpa dengan
interpretasi dari loading factor. Secara definisi loading factor adalah
besar korelasi antara indikator dengan konstruk latennya. Besar referensi
bobot faktor sebesar 0,50 atau lebih dianggap memiliki validasi yang
cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten (Hair et al, 2010; Ghozali,
2008).
123
Gambar 4.11. Hasil Analisis Sintak
Dari gambar di atas terlihat bahwa nilai p-value adalah 1,00 artinya
nilai p-value > 0,05 sehingga model pembelajaran Cooperative Oriented
124
Problem memenuhi kriteria goodness of fit models, jadi validitas
konstruknya diklasifikasikan fit atau valid. Selain itu, berdasarkan
tampilan data hasil dari tiap-tiap indikator dari variabel latennya sudah
memenuhi syarat yaitu loading factor diatas 0.50 sehingga dapat
diterima, artinya item-item yang digunakan sudah cukup baik dalam
mengukur konstrak sintak model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem.
1) Validasi Modul
Validasi modul pembelajaran pada mata kuliah Struktur Data dinilai
dari aspek organisasi materi, penulisan, bahasa dan isi. Secara
keseluruhan, hasil validasi modul mata kuliah Struktur Data dengan
menggunakan model Cooperative Oriented Problem, dapat dilihat
pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12. Validitas Modul
Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.12, validasi
modul memperoleh nilai 0,86. Merujuk kepada Azwar (2014:113)
bahwa jika rentang angka V yang didapat ≥ 0,667 dapat
diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup tinggi, sehingga dapat
dikategorikan bahwa katergori validitasnya berada dalam kategori
“valid”.
125
2) Validasi Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem (SCOP)
Validasi aplikasi SCOP pada mata kuliah Struktur Data dinilai dari
aspek komponen media, tampilan, multimedia, dan bahasa. Hasil
validasi aplikasi SCOP pada Struktur Data dengan menggunakan
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem dapat dilihat pada
Gambar 4.13.
Gambar 4.13. Validitas Media Pembeajaran
Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.13 validasi
media pembelajaran memperoleh nilai 0,85. Merujuk kepada Azwar
(2014:113) bahwa jika rentang angka V yang didapat ≥ 0,667 dapat
diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup tinggi, sehingga dapat
dikategorikan bahwa katergori validitasnya berada dalam kategori
“valid”.
3) Validasi Panduan Aplikasi SCOP
Validasi aplikasi SCOP pada mata kuliah Struktur Data dinilai dari
aspek komponen, bahasa dan kontruksi buku. Hasil validasi aplikasi
SCOP pada model pembelajaran Cooperative Oriented Problem dapat
dilihat pada Gambar 4.14.
126
Gambar 4.14. Validitas Panduan Aplikasi SCOP
Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.14 validasi
aplikasi SCOP memperoleh nilai 0,80. Merujuk kepada Azwar
(2014:113) bahwa jika rentang angka V yang didapat ≥ 0,667 dapat
diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup tinggi, sehingga dapat
dikategorikan bahwa katergori validitasnya berada dalam kategori
“valid”.
4) Validasi Panduan Mengajar
Buku pedoman tenaga pendidik mata kuliah Struktur Data dinilai
dari aspek komponen RPS, komponen SAP, bahasa dan sistem
evaluasi. Hasil validasi pedoman tenaga pendidik pada mata kuliah
Struktur Data dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem, dapat dilihat pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15. Panduan Mengajar COP
127
Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.15 validasi
RPS dan SAP memperoleh nilai 0,82. Merujuk kepada Azwar
(2014:113) bahwa jika rentang angka V yang didapat ≥ 0,667 dapat
diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup tinggi, sehingga dapat
dikategorikan bahwa katergori validitasnya berada dalam kategori
“valid”.
5) Validasi Buku Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem
Validasi buku model pembelajaran Coopertive Oriented Problem
dinilai dari aspek organisasi materi, penulisan, bahasa dan isi. Hasil
validasi buku model pembelajaran Coopertive Oriented Problem,
dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16. Buku Model COP
Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.16, validasi
buku model Coopertive Oriented Problem memperoleh nilai 0,85.
Merujuk kepada Azwar (2014:113) bahwa jika rentang angka V yang
didapat ≥ 0,667 dapat diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup
tinggi, sehingga dapat dikategorikan bahwa katergori validitasnya
berada dalam kategori “valid”.
128
Tabel 4.7. Uji Validasi Pengembangan Model Coopertive Oriented
Problem
Produk Jumlah Validator Rata-Rata KeteranganModul 5 0,86 ValidAplikasi SCOP 5 0,85 ValidBuku Panduan SCOP 5 0,80 ValidBuku Panduan Mengajar 5 0,82 ValidBuku Model 5 0,85 Valid
Berikut peneliti sajikan data tingkat kevalidan produk pengembangan
model Coopertive Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data.
Gambar 4.17. Grafik Tingkat Validasi Produk Pengembangan ModelCoopertive Oriented Problem
Gambar 4.17 menggambarkan tingkat validasi produk pengembangan
model pembelajaran Coopertive Oriented Problem pada mata kuliah
Struktur Data berupa model, modul, media pembelajaran, perangkat
pembelajaran dan buku model Cooperative Oriented Problem. Dari
grafik tersebut dapat dilihat bahwa tingkat validasi produk berada
pada rentang 0,80-0,90. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
produk pengembangan model Coopertive Oriented Problem ini valid
dan bisa digunakan pada mata kuliah Struktur Data di pendidikan
tinggi.
129
2. Efektifitas
Selain mengukur keterpakaian panduan mengajar seperti modul, media
pembelajaran, dan RPS dan SAP, peneliti juga melakukan penilaian
efektivitas melalui evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap
pelaksanaan pembelajaran Struktur Data dengan model Cooperative
Oriented Problem. Hasil penilaian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif dilakukan dengan melakukan penilaian dan
melihat perkembangan kompetensi peserta didik dari 4 topik yang
dibahas selama 1 semester. Laporan aktivitas peserta didik dalam setiap
topik pembelajaran dapat dijabarkan pada grafik sebagai berikut.
Gambar 4.18. Grafik Penilaian Kompetensi Abad 21 Menggunakan ModelCooperative Oriented Problem
Berdasarkan grafik di atas dapat diasumsikan bahwa pada setiap
topik pembelajaran selama satu semester terjadi peningkatan yang
signifikan pada kompetensi yang dimiliki peserta didik, hal ini dapat
diasumsikan bahwa dengan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem mampu meningkatkan kompetensi critical thinking,
communication, collaboration, dan creativity yang dimiliki peserta didik
secara simultan. Sehingga dengan proses pembelajaran yang mampu
meningkatkan kompetensi 4C peserta didik dapat menggali kemampuan
mereka dalam proses pembelajaran. Analisis penilaian kompetensi 4C
peserta didik dapat dilihat pada lampiran 35.
130
b. Evaluasi Sumatif
Sebelum melakukan evaluasi sumatif, dilakukan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik. Pretest ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui bahwa subjek uji coba memiliki kompetensi
dan kemampuan yang sama, dan berasal dari sampel yang sama.
Analisis terhadap hasil belajar pretest peserta didik dengan
menggunakan SPSS menunjukkan bahwa data hasil belajar kelas kontrol
(peserta didik S1 Teknik Informatika) dan kelas eksperimen (peserta
didik S1 Teknik Informatika) berdistribusi normal dengan nilai sig
0,200/0,393 > 0,05 untuk kelas kontrol, dan nilai sig 0,48/0,62 > 0,05
untuk kelas eksperimen.
Hasil uji homogenitas diperoleh nilai sig 0,277 > 0,05 yang artinya
data tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen. Berdasarkan
hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas
eksperimen berasal dari sampel yang sama. Data hasil belajar kognitif
(pretest) peserta didik dapat dilihat pada lampiran 27, dan analisis data
hasil belajar kognitif (pretest) peserta didik dapat dilihat pada lampiran
27.
Hasil belajar tersebut (kelas eksperimen) kemudian dibandingkan
dengan hasil belajar kelas yang tidak menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip model Coopertive
Oriented Problem (kelas kontrol). Hal tersebut bertujuan untuk melihat
apakah model Coopertive Oriented Problem berpengaruh terhadap hasil
belajar kognitif peserta didik. Hasil belajar kelas kontrol dan kelas
eksperimen (posttest) dapat dilihat pada lampiran 27.
Uji t digunakan untuk melihat tingkat perbedaan hasil belajar kelas
eksprimen dengan kelas kontrol dalam penelitian ini. Sebelum dilakukan
uji t maka dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan
homogenitas. Hasil uji t tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
131
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan statistik
Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk dengan taraf signifikan α =
0,05. Hasil pengujian dapat lihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Tests of Normality
KelasKolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasilbelajar
Pre-Test Eksperimen ,160 30 ,048 ,934 30 ,062
Post-TestEksperimen
,142 30 ,127 ,967 30 ,460
Pre-Test Kontrol ,154 20 .200* ,952 20 ,393
Post-Test Kontrol ,158 20 .200* ,962 20 ,578
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil SPSS yang disajikan pada tabel 4.9, dapat dilihat:
a) Untuk kelas kontrol, nilai sig 0,200/0,393 > 0,05 yang artinya data
berdistribusi normal.
b) Untuk kelas eksperimen, nilai sig 0,48/0,62 > 0,05 yang artinya
data berdistribusi normal.
Jadi, dapat disimpulkan kedua data berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan terhadap nilai hasil belajar peserta didik
dengan menggunakan uji levene dengan software SPSS dengan
kriteria data dikatakan homogen jika taraf signifikansinya lebih besar
dari 0,05. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.9.
132
Tabel 4.9. Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Test of Homogeneity of VarianceLeveneStatistic
df1 df2 Sig.
Hasilbelajar
Based on Mean 1,305 3 96 ,277
Based on Median 1,343 3 96 ,265Based on Median andwith adjusted df
1,343 3 91,360 ,265
Based on trimmedmean
1,296 3 96 ,280
Dari hasil SPSS yang disajikan pada Tabel 4.9, diperoleh nilai sig
0,277 > 0,05 yang artinya data tersebut mempunyai varians yang sama
atau homogen.
3) Uji t
Uji t yang dilakukan yaitu uji beda dua mean independen. Uji t
dilakukan dengan menggunakan software SPSS dengan taraf
signifikan α = 0,05. Hasil pengujian dapat lihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Uji t Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Dari hasil SPSS yang disajikan pada Tabel 4.10, pada equal variaces
assumed (sampel homogen) memiliki nilai sig 0,00 < 0,05 yang
artinya terdapat perbedaan hasil belajar kelas kontrol dengan kelas
133
eksperimen yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang menggunakan model
Coopertive Oriented Problem dibandingkan dengan peserta didik yang
tidak menggunakan model Coopertive Oriented Problem pada mata
kuliah Struktur Data.
3. Praktikalitas
Setelah produk penelitian valid, uji selanjutnya adalah uji pratikalitas.
Uji coba praktis ini dilakukan untuk menentukan keterpakaian atau
keterlaksanaan dari perangkat pembelajaran yang digunakan oleh tenaga
pendidik dan peserta didik. Data praktikalitas diperoleh dari angket
praktikalitas oleh tenaga pendidik dan peserta didik terhadap pelaksanaan
pembelajaran Struktur Data dengan menggunakan model Cooperative
Oriented Problem. Tenaga pendidik dan peserta didik diminta memberikan
penilaian serta saran-saran perbaikan terhadap penggunaan modul, media
pembelajaran, dan perangkat pembelajaran (RPS dan SAP) yang digunakan
pada mata kuliah Struktur Data. Hasil uji lapangan untuk melihat
praktikalitas model Coopertive Oriented Problem ini diuraikan sebagai
berikut:
a. Hasil angket kepraktisan oleh Tenaga pendidik
Angket praktikalitas oleh tenaga pendidik ini diberikan kepada 5
orang tenaga pendidik. Uji praktikalitas produk pengembangan meliputi
modul pembelajaran, media pembelajaran dan RPS dan SAP.
Berdasarkan penilaian tenaga pendidik terhadap keterpakaian modul,
media pembelajaran dan RPS dan SAP pada mata kuliah Struktur Data
dapat dipaparkan berikut ini:
1) Praktikalitas Modul
Instrumen uji praktis oleh tenaga pendidik terhadap modul diperoleh
nilai praktis sebesar 86% dengan kategori praktis. Merujuk kepada
Purwanto (2009) bahwa rentang nilai 80-89 diinterpretasikan praktis.
Instrumen penilaian praktikalitas terhadap modul oleh tenaga pendidik
134
dapat dilihat pada lampiran 17. Sedangkan hasil analisis data terhadap
penilaian praktikalitas terhadap modul oleh tenaga pendidik ini dapat
dilihat pada lampiran 18.
2) Praktikalitas Aplikasi SCOP
Instrumen uji praktis oleh tenaga pendidik terhadap Aplikasi SCOP
diperoleh nilai praktis sebesar 91% dengan kategori sangat praktis.
Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa rentang nilai 90-100
diinterpretasikan sangat praktis. Instrumen penilaian praktikalitas
terhadap e-learning oleh tenaga pendidik dapat dilihat pada lampiran
19. Sedangkan hasil analisis data terhadap penilaian praktikalitas
terhadap modul oleh tenaga pendidik ini dapat dilihat pada lampiran
20.
3) Praktikalitas Panduan Mengajar
Instrumen uji praktis oleh tenaga pendidik terhadap panduan mengajar
diperoleh nilai praktis sebesar 84% dengan kategori praktis.
Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa rentang nilai 80-89
diinterpretasikan praktis. Instrumen penilaian praktikalitas terhadap
panduan mengajar oleh tenaga pendidik dapat dilihat pada lampiran 21.
Sedangkan hasil analisis data terhadap penilaian praktikalitas terhadap
modul oleh tenaga pendidik ini dapat dilihat pada lampiran 22.
Hasil tabulasi penilaian terhadap angket kepraktisan oleh tenaga
pendidik dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Uji Praktikalitas Pengembangan Model COP oleh Tenaga
Pendidik
Produk Jumlah Validator Rata-Rata KeteranganModul 5 0,86 PraktisAplikasi SCOP 5 0,91 PraktisBuku Panduan SCOP 5 0,81 PraktisBuku Panduan Mengajar 5 0,84 PraktisBuku Model 5 0,80 Praktis
Hasil uji praktis tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.19.
135
Gambar 4.19. Praktikalitas Produk Pengembangan Model COP dariAspek Tenaga Pendidik
Berdasarkan Gambar 4.19, dapat dilihat bahwa uji praktis produk
pengembangan model Coopertive Oriented Problem pada mata kuliah
Struktur Data dari aspek tenaga pendidik yang terdiri dari modul,
aplikasi SCOP, panduan aplikasi SCOP dan panduan mengajar berada
pada rentang 80% sampai dengan 95% dengan kriteria praktis dan
sangat praktis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk
pengembangan model Coopertive Oriented Problem ini praktis
digunakan pada mata kuliah Struktur Data di peeguruan tinggi.
b. Hasil Angket Kepraktisan oleh Peserta didik
Angket praktikalitas oleh peserta didik diberikan kepada 15 orang
peserta didik dalam skala kecil dan 30 oraang peserta didik dalam skala
besar. Uji praktikalitas produk pengembangan terhadap peserta didik
meliputi modul pembelajaran dan aplikasi SCOP, buku panduan aplikasi
SCOP, buku panduan mengajar. Instrumen penilaian praktikalitas modul
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 23 dan media pembelajaran
dapat dilihat pada lampiran 24. Berdasarkan penilaian peserta didik
terhadap keterpakaian modul dan media pembelajaran pada mata kuliah
Struktur Data dapat dipaparkan berikut ini:
136
1) Praktikalitas Modul Pembelajaran
a) Uji Praktikalitas Skala Kecil
Uji praktis kelompok kecil dilakukan setelah menggunakan modul
pembelajaran struktur data. Intrumen diberikan kepada 15 orang
peserta didik dan diperoleh nilai praktis sebesar 79% dengan
kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa
rentang nilai 70-80 diinterpretasikan cukup praktis. Rekapitulasi
hasil penilaian praktikalitas pada kelompok kecil ini dapat
dilihat pada Gambar 4.20.
Gambar 4.20. Praktikalitas Modul Pembelajaran pada Skala Kecil
b) Uji Praktikalitas Skala Besar
Instrumen uji praktis skala besar diberikan kepada 30 orang
peserta didik dan diperoleh nilai praktis sebesar 84% dengan
kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa
rentang nilai 80-89 diinterpretasikan praktis. Rekapitulasi hasil
penilaian praktikalitas pada skala besar ini dapat dilihat pada
Tabel 4.21.
137
Gambar 4.21. Praktikalitas Modul Pembelajaran Pada Skala Besar
Pada uji skala besar penulis melakukan revisi terhadap kekurang
modul pembelajaran, dimana hasil dari uji skala kecil di peroleh
praktikalitas sebesar 79%, revisi yang penulis lakukan adalah
dengan menambahkan contoh soal pada buku modul pembelajaran
struktur data, sehingga terjadi peninggkatan praktikalitas pada uji
skala besar.
2) Praktikalitas Aplikasi SCOP
a) Uji Praktikalitas Skala Kecil
Uji praktis kelompok kecil dilakukan setelah menggunakan
aplikasi SCOP. Intrumen diberikan kepada 15 orang peserta didik
dan diperoleh nilai praktis sebesar 81% dengan kategori praktis.
Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa rentang nilai 80-89
diinterpretasikan praktis. Rekapitulasi hasil penilaian praktikalitas
pada kelompok kecil ini dapat dilihat pada Gambar 4.22.
138
Gambar 4.22. Praktikalitas Aplikasi SCOP pada Skala Kecil
b) Uji Praktikalitas Skala Besar
Instrumen uji praktis skala besar diberikan kepada 30 orang
peserta didik dan diperoleh nilai praktis sebesar 85% dengan
kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa
rentang nilai 80-89 diinterpretasikan praktis. Rekapitulasi hasil
penilaian praktikalitas pada skala besar ini dapat dilihat pada
Gambar 4.23.
Gambar 4.23. Praktikalitas Aplikasi SCOP pada Skala Besar
Pada uji skala besar penulis melakukan revisi terhadap kekurang
modul pembelajaran, dimana hasil dari uji skala kecil diperoleh
praktikalitas sebesar 81%, revisi yang penulis lakukan adalah
139
dengan menambahkan fitur grafik dalam aplikasi tersebut, sehingga
peserta didik dengan mudah melihat perkembangan hasil belajarnya.
3) Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP
a) Uji Praktikalitas Skala Kecil
Uji praktis kelompok kecil dilakukan setelah menggunakan
panduan aplikasi SCOP. Intrumen diberikan kepada 15 orang
peserta didik dan diperoleh nilai cukup praktis sebesar 78%
dengan kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa
rentang nilai 70-80 diinterpretasikan cukup praktis. Rekapitulasi
hasil penilaian praktikalitas pada skala kecil ini dapat dilihat
pada Gambar 4.24.
Gambar 4.24. Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP pada SkalaKecil
Dengan perolehan nilai yang didapat dari Uji skala kecil
praktikalitas sebesar 78%, penulis mencoba melakukan wawancara
kepada peserta didik dalam uji skala kecil terkait kekurangan pada
panduan aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem dalam
penelitian ini, hasil dari wawancara tersebut didapat kekurangan
penjelasan terkait menu dari fitur aplikasi SCOP tersebut.
b) Uji Praktikalitas Skala Besar
Instrumen uji praktis skala besar diberikan kepada 30 orang
peserta didik dan diperoleh nilai praktis sebesar 85% dengan
140
kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa
rentang nilai 80-89 diinterpretasikan praktis. Rekapitulasi hasil
penilaian praktikalitas pada skala besar ini dapat dilihat pada
Gambar 4.25.
Gambar 4.25. Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP pada SkalaBesar
Pada uji skala besar penulis melakukan revisi terhadap kekurang
panduan aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem, dimana
hasil dari uji skala kecil di peroleh praktikalitas sebesar 79%, revisi
yang penulis lakukan adalah dengan dengan menambahkan
penjelasan menu terkait aplikasi yang digunakan, sehingga
mempermudah peserta didik dalam menggunakan aplikasi tersebut.
Hasil uji praktis tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.26.
Gambar 4.26. Grafik Tingkat Praktikalitas Produk Pengembangan ModelCoopertive Oriented Problem dari Aspek Peserta Didik
141
Berdasarkan Gambar 4.26, dapat dilihat bahwa uji praktis produk
pengembangan model Coopertive Oriented Problem dari aspek
peserta didik yang terdiri dari modul dan Aplikasi SCOP dan
panduan Aplikasi SCOP berada pada rentang 80% sampai dengan
90% dengan kriteria praktis. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa produk pengembangan model Coopertive Oriented Problem
ini praktis digunakan pada mata kuliah Struktur Data di perguruan
tinggi.
C. Pembahasan
Penelitian ini menghasilkan model Pembelajaran Cooperative Oriented
Problem (COP) dalam pembelajaran struktur data pada perguruan tinggi.
Pengembangan model ini menggunakan tahapan-tahapan pengembangan secara
prosedural yang didasarkan pada analisis kebutuhan sehingga diketahui
masalah yang terdapat dalam pembelajaran. Untuk mengatasi masalah yang
telah diidentifikasi maka diusulkan solusi untuk membantu mengatasi masalah
tersebut. Sebelum pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem, perlu dilakukan analisis kurikulum dan analisis kebutuhan agar
proses pengembangan dapat dilakukan secara optimal hasil. Analisis ini
dijadikan acuan dalam tahap pengembangan model pembelajaran ini.
Untuk menghasilkan model pembelajaran yang valid maka tahap
pengembangan perlu didasarkan pada komponen model pembelajaran. menurut
pendapat rusman (2012) bahwa komponen model pembelajaran terdiri dari
sintak, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung. maka dalam
pengembangan model pembelajaran COP pada penelitian ini juga didasarkan
pada 4 komponen tersebut. berdasarkan hasil uji validitas yang diberikan ahli
dapat disimpulkan bahwa model teoritik pembelajaran Cooperative Oriented
Problem yang dikembangkan ini pada keempat komponen model pembelajaran
tersebut.
142
1. Penelitian Pendahuluan (Analysis)
Dalam konteks pengembangan model pembelajaran McNeil (1985)
mendefinisikan need assessment sebagai: “The Process by which one definis
educational needs and decides what their priorities are” sejalan dengan
pendapat McNeil et al (1990) menjelaskan tentang pengertian need
assessment : “It means a plan for gathering information about discrepancies
and for using that information to make decisions about priorities”. Need
Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk
mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya atau
diharapkan dengan kondisi yang ada. kondisi yang diinginkan seringkali
disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali
disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diperoleh kesimpulan
bahwa proses pembelajaran pada mata kuliah struktur data belum efektif.
hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik program studi Teknik Informatika berdasarkan
pendapat peserta didik dan alumni relatif sama yaitu masih pada tingkat
cukup. Bahkan apabila dianalisis berdasarkan item, maka ada kesenjangan
kompetensi yang besar antara kondisi saat ini dengan kondisi yang
diharapkan.
Tingginya kesenjangan yang besar antara kondisi saat ini dengan
kondisi yang diharapkan disebabkan karena perkembangan ilmu komputer
yang berlangsung dengan pesat. yang tidak selalu diikuti dengan kesiapan
sumber daya di program studi Teknik Informatika Universitas Lancang
Kuning.
2. Tahapan Pengembangan Produk
Tahapan pengembangan produk dalam penelitian ini meliputi lima
langkah sesuai dengan model pengembangan ADDIE diantaranya analisis,
desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem harus memperhatikan pengembangan materi
143
atau isi. aspek isi yang dikembangkan dalam model pembelajaran kooperatif
oriented problem ini harus mengacu kepada panduan pengembangan bahan
ajar dari Depdiknas yang menjelaskan bahwa prinsip pengembangan bahan
ajar adalah; (a) dimulai dari konkrit ke abstrak, (b) disajikan secara cepat
dan bervariasi, (c) dapat memotivasi peserta didik untuk belajar, (d) memuat
indikator pencapaian, dan (e) memperhatikan keragaman kemampuan
peserta didik (Depdiknas, 2008). Oleh sebab itu, dalam mengembangkan
materi atau isi model pembelajaran yang valid maka pengembangan harus
memperhatikan aspek kualitas isi dan kualitas pembelajaran. Pada penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa materi/isi yang dikembangkan pada model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem termasuk pada kategori valid.
Komponen penting lainnya dari tahap pengembangan model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem adalah penyajian model.
penyajian ini dinilai dari aspek penggunaan bahasa dan kalimat pada buku
panduan tenaga pendidik dan peserta didik. dalam penyajian ini diperlukan
penggunaan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh
peserta didik. Penggunaan kalimat kalimat dalam penyajian model ini juga
harus memperhatikan kaidah-kaidah dalam penulisan atau EYD.
berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan ahli maka dapat
disimpulkan bahwa penyajian model yang dikembangkan pada model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem termasuk pada kategori valid.
Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem memiliki banyak
keunggulan jika dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based
Learning yang diterapkan kan pada proses sebelumnya, ada beberapa
kegunaan praktis dari penggunaan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem dalam pembelajaran yaitu mampu meningkatkan prestasi
akademik peserta didik dan mempunyai dampak pengiring dapat
menciptakan interaksi yang baik antar sesama peserta didik sehingga
kondisi ini dapat; a) meningkatkan sifat positif terhadap materi
pembelajaran, b) sangat baik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta
didik, c) dapat meningkatkan partisipasi belajar peserta didik karena semua
144
anggota tim mempunyai tanggung jawab sama dalam penguasaan materi, d)
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik, e) dapat
meningkatkan keupayaan metakognisi, dan f) meningkatkan kompetisi
secara sehat karena adanya penghargaan tim meningkatkan motivasi belajar
melalui pemberian penghargaan, akan memberi peluang belajar seluas-
luasnya melalui kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan kajian teori yang relevan dan hasil penelitian
pendahuluan yang telah dilaksanakan, maka dihasilkan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem dan produk pendukungnya (Support System)
yang berupa buku model, modul buku, panduan tenaga pendidik,
aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem dan panduan aplikasi Smart
Cooperative Oriented Problem. Selanjutnya perlu melihat ketercapaian
model dan produk yang dikembangkan melalui uji validitas, praktikalitas
dan efektivitas model.
a. Validitas Model
Langkah selanjutnya adalah melakukan validasi terhadap model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem, yang memiliki beberapa
aspek yang perlu dinilai antara lain: teori pendukung, tujuan, model,
sintak, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak
instruksional dan penggiring serta format model dan bahasa yang
digunakan. Selanjutnya, penilaian atau validasi buku model, modul, buku
panduan tenaga pendidik, aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem,
buku panduan aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem perlu dinilai
dari beberapa aspek antara lain: organisasi, format buku, materi dan
bahasa yang digunakan.
Validitas sebuah model pembelajaran dalam penelitian
pengembangan merupakan hal yang mutlak dibuktikan, hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan
dinyatakan tetap dan tepat untuk diaplikasikan dalam pembelajaran
peserta didik di Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang
Kuning. pernyataan valid diberikan oleh lima orang pakar dengan bidang
145
yang relevan untuk menilai validitas isi (Content Validity) dengan
memberikan penilaian melalui instrumen yang telah valid dan reliabel.
Hasil analisis data menunjukkan nilai p-value adalah 1,00 artinya
nilai p-value > 0,05 sehingga model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem memenuhi kriteria goodness of fit models, jadi validitas
konstruknya diklasifikasikan fit atau valid. Selain itu, berdasarkan
tampilan data hasil dari tiap-tiap indikator dari variabel latennya sudah
memenuhi syarat yaitu loading factor diatas 0.50 sehingga dapat
diterima, artinya item-item yang digunakan sudah cukup baik dalam
mengukur konstruk sintak model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem.
Analisis terhadap validitas konstruk model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem dilakukan dengan analisis faktor
konfirmasi (CFA/Confirmatory Factor Analysis). hasil analisis data
menunjukkan bahwa konstruksi model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem dengan 7 komponennya memenuhi kriteria goodness-
of-fit models, sehingga validitas konstruk nya diklarifikasikan fit atau
valid. Selain itu terlihat bahwa koefisien korelasi indikator setelah
dihubungkan secara bersama. Termasuk hubungan atau jalur yang kokoh
dari komponen ke variabel dan indikator masing-masing.
Hasil analisis data validitas konstruk buku model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem yang dilakukan dengan CFA, maka
seluruh Konstruk dapat dikategorikan memenuhi kriteria goodness-of-fit
models, sehingga validitas konstruknya diklarifikasikan fit atau valid.
Semua sintak dan indikatornya dapat memenuhi kriteria Steven (2009)
dan Mayers (2003), yaitu goodness-of-fit models dan memenuhi kriteria
yaitu (X2/df) < 2.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa produk penelitian telah
memenuhi aspek penelitian yang prinsip dalam pengembangan model,
yaitu adanya konsistensi logis antara model harapan dengan model
kenyataan dan hasil ini sesuai dengan pendapat Nieeven (1999).
146
selanjutnya uji validitas ini telah menggunakan teknik evaluasi produk
yang dikembangkan oleh Tessmer (1993) dalam Plomp (2013) yaitu
expert review dan focus group discussion. Berdasarkan teori ini validitas
pakar (expert review) dikategorikan pada level pertama dalam teknik
evaluasi formatif yang telah dikembangkan. Hasil validitas pakar (expert
review) memiliki tingkat resistensi yang lebih baik dari teknik validasi
yang lain. Tetapi produk yang telah dilakukan validasi pakar, tetap harus
dilakukan revisi agar produk memiliki resistensi yang lebih kuat.
selanjutnya hasil uji validitas memperlihatkan bahwa produk-produk
telah memenuhi kriteria ilmiah dalam pengembangan produk dan adanya
relevansi diantara produk-produk yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil tersebut maka model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem memiliki tujuh sintak yang dikembangkan sesuai
dengan kajian teoritis yaitu memiliki (1) Sintak, yaitu langkah-langkah
operasional pembelajaran, (2) Social System, adalah suasana dan norma
yang berlaku dalam pembelajaran, (3) Principles Of Reaction,
menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,
memperlakukan, dan merespon siswa, (4) Support System, segala sarana,
bahan, alat atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran. dan
(5) Instructional dan Nurturant Effect adalah hasil belajar yang diperoleh
langsung berdasarkan tujuan yang ditetapkan dan hasil belajar diluar
yang ditetapkan (Joyce & Weil. 2003).
b. Validitas Sintak
Analisis terhadap validitas Sintak model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem dilakukan dengan analisis faktor konfirmasi
(CFA/Confirmatory Factor Analysis). hasil analisis data menunjukkan
bahwa konstruksi Sintak pada model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem dengan 7 indikatornya, memenuhi kriteria goodness-of-fit
models, sehingga validitas konstruk nya diklasifikasikan fit atau valid.
Selain itu, terlihat bawah koefisien korelasi indikator setelah
dihubungkan secara bersama semua dengan indeks korelasi lebih besar
147
dari 0,57. Hal ini berarti bahwa secara faktual, ketujuh sintak memiliki
hubungan yang erat dengan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem. fakta ini menunjukkan semua indikator Sintak model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem memiliki loading faktor
diatas 0,57., termasuk hubungan atau jalur yang kokoh dari komponen
ke-7 variabel dan indikator masing-masing.
Hasil analisis data validitas konstruk Sintak model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem dengan 7 langkah dan 35 indikatornya
dilakukan dengan CFA, Maka seluruh konstruk dapat dikategorikan
memenuhi kriteria goodness-of-fit models, sehingga validitas konstruk
diklasifikasikan fit atau valid semua bintang dan indikatornya dapat
memenuhi kriteria Stevens (2009) dan Mayers (2003), yaitu goodness-of-
fit models dan memenuhi kriteria yaitu (x2/df) < 2 dan model
diklarifikasikan fit
c. Praktikalitas Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem
Langkah berikutnya setelah semua perangkat pembelajaran
divalidasi, direvisi dan hasilnya sudah dinyatakan valid, uji praktikalitas
yang dipakai dalam proses penelitian dan pengembangan (R&D) ini
diperoleh dengan cara berdasarkan penilaian praktisi dan pengamat oleh
tenaga pendidik dan peserta didik. Instrumen praktikalitas model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem meliputi aspek
praktikalitas, yaitu : aspek daya tarik, aspek kemudahan pengguna,
keberfungsian dan kegunaan, reliabilitas, ketercukupan waktu, tingkat
kesulitan dalam mempresentasikan, dan respon peserta didik.
Penilaian dan pengujian praktikalitas dilakukan pada semua produk
pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem,
yaitu ; (1) buku model pembelajaran Cooperative Oriented Problem, (2)
Sintak model pembelajaran Cooperative Oriented Problem, (3) buku
panduan tenaga pendidik, (4) buku panduan aplikasi Smart Cooperative
Oriented Problem, (5) aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem.
hasil uji praktikalitas produk penelitian ini memperlihatkan, bahwa
148
tingkat praktikalitas semua produk dengan kategori sangat baik (sangat
praktis). hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terpenuhinya kualitas
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang telah dipilih
dan diterapkan dalam metode pengembangan.
1) Kepraktisan Buku Model Pembelajaran COP
Hasil penelitian tentang kepraktisan buku model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem menunjukkan rata-rata penilaian
praktikalitas buku motor tersebut menurut respon tenaga pendidik
adalah 4,3 dengan tingkat capaian sebesar 81 dan berada pada kriteria
sangat baik (sangat praktis). artinya praktikalitas buku model
pembelajaran telah dapat diterapkan karena mudah dipahami dan
mudah dimengerti.
Selanjutnya hasil penelitian tentang kepraktisan buku model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem menunjukkan rata-rata
penilaian praktikalitas komodo tersebut menurut respon peserta didik
adalah 4,47 dengan tingkat capaian sebesar 89 dan berada pada
kriteria sangat baik (sangat praktis). Artinya praktikalitas buku model
pembelajaran telah diterapkan, karena mudah dipahami dan
dimengerti.
2) Kepraktisan Sintak Model Pembelajaran COP
Hasil penelitian tentang praktikalitas tentang model Cooperative
Oriented Problem menunjukkan bahwa rata-rata penilaian
praktikalitas Sintak model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem adalah 4,58 dengan tingkat kecapaian sebesar 80% dan
berada pada kriteria sangat baik (sangat praktis). artinya praktikalitas
Sintak model pembelajaran telah dapat diterapkan dan dilaksanakan,
karena mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.
3) Kepraktisan Buku Panduan Tenaga Pendidik
Hasil penelitian tentang kepraktisan buku panduan tenaga pendidik
bahwa rata-rata penilaian praktikalitas buku panduan tenaga pendidik
pembelajaran adalah 4,4 dengan tingkat capaian sebesar 88% dan
149
berada pada kriteria sangat baik (sangat praktis), artinya praktikalitas
buku panduan tenaga pendidik telah dapat diterapkan karena mudah
dipahami dan dimengerti.
4) Kepraktisan Modul Pembelajaran
Hasil penelitian tentang praktikalitas modul pembelajaran Cooperative
Oriented Problem bahwa rata-rata penilaian praktikalitas modul
pembelajaran struktur data adalah 4,2 dengan tingkat capaian sebesar
86,7 % dan berada pada kriteria sangat baik (sangag praktis). artinya
praktikalitas modul pembelajaran struktur data telah dapat diterapkan
karena mudah dipahami dan dimengerti.
Berdasarkan hasil analisis pengembangan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada tahap uji praktikalitas
memperlihatkan bahwa semua produk penilaian memperoleh nilai
persentase kepraktisan dengan kategori sangat baik (sangat praktis),
artinya telah memenuhi kriteria-kriteria yang diajukan sebelumnya,
sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem layak digunakan.
5) Kepraktisan Panduan Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem
Hasil penelitian tentang praktikalitas model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem bahwa rata-rata penilaian praktikalitas Panduan
Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem adalah 4,5 dengan
tingkat capaian sebesar 81 % dan berada pada kriteria sangat baik
(sangag praktis). artinya praktikalitas panduan aplikasi Smart
Cooperative Oriented Problem telah dapat diterapkan karena mudah
dipahami dan dimengerti.
Berdasarkan hasil analisis pengembangan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada tahap uji praktikalitas
memperlihatkan bahwa semua produk penilaian memperoleh nilai
persentase kepraktisan dengan kategori sangat baik (sangat praktis),
artinya telah memenuhi kriteria-kriteria yang diajukan sebelumnya,
150
sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem layak digunakan.
6) Kepraktisan Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem
Hasil penelitian tentang praktikalitas Aplikasi Smart Cooperative
Oriented Problem bahwa rata-rata penilaian praktikalitas model
pembelajaran struktur data adalah 4,4 dengan tingkat capaian sebesar
90 % dan berada pada kriteria sangat baik (sangag praktis). artinya
praktikalitas Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem telah
dapat diterapkan karena mudah dipahami dan dimengerti.
Berdasarkan hasil analisis pengembangan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem pada tahap uji praktikalitas
memperlihatkan bahwa semua produk penilaian memperoleh nilai
persentase kepraktisan dengan kategori sangat baik (sangat praktis),
artinya telah memenuhi kriteria-kriteria yang diajukan sebelumnya,
sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem layak digunakan.
d. Efektifitas Model Pembelajaran COP
Reigeluth (1999) berpendapat bahwa aspek yang paling penting
dalam keefektifan adalah untuk mengetahui tingkat atau derajat
penerapan teori atau model dalam situasi tertentu. Berkaitan dengan
keefektifan dalam penelitian. Akker (1999) menyatakan bahwa
"Effectiveness refer to the extent that the experience and outcomes with
the intervention are consistent with intended aims." Keefektifan mengacu
kepada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten
dengan tujuan yang dimaksud. Dari pendapat di atas, maka dapat
diketahui bahwa suatu produk dikatakan efektif apabila produk tersebut
tepat guna dalam pemakaian dan pemanfaatannya.
Uji efektivitas didasarkan pada aspek penilaian hasil belajar peserta
didik, berdasarkan data penilaian pembelajaran mata kuliah struktur data
peserta didik program studi teknik informatika Universitas Lancang
Kuning yang dicapai setelah diberikan tes sampel sebanyak 15 orang
151
responden diperoleh rentang skor minimum 0 dan maksimum 100. Hasil
nilai empiris menunjukkan bahwa skor minimum 71 dan skor maksimum
91.
Berdasarkan perhitungan yang tertera menunjukkan bahwa 17. 65%
skor hasil belajar mata kuliah struktur data (posttest). hasil penilaian
psikomotor peserta didik pada pembelajaran mata kuliah struktur data
pada kelas kontrol dengan menggunakan model Cooperative Tipe STAD
nilai rata-rata 79,82 (B+) dan berada pada kategori baik. sedangkan
penilaian psikomotor peserta didik pada pembelajaran struktur data untuk
kelas eksperimen menggunakan model Cooperative Oriented Problem
diperoleh nilai rata-rata 87% dan berada pada kategori sangat baik (A),
sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan psikomotor siswa kelas
eksperimen lebih baik dibanding dengan psikomotor peserta didik kelas
kontrol.
Hasil penelitian afektif peserta didik meliputi critical thinking,
communication, collaboration, dan creativity pada pembelajaran mata
kuliah struktur data yang berada pada kelas kontrol diperoleh nilai
dengan tingkat capaian sebesar 79,3% dengan kategori baik. Sedangkan
penilaian afektif peserta didik pada pembelajaran mata kuliah struktur
data pada kelas eksperimen diperoleh nilai dengan tingkat capaian
sebesar 91,75% dan berada dikategori sangat baik. sehingga dapat
disimpulkan bahwa afektif peserta didik pada kelas eksperimen lebih
baik dibanding dengan afektif peserta didik pada kelas kontrol.
Berdasarkan pengamatan langsung pada penerapan model
pembelajaran COP ini aktivitas peserta didik mulai meningkat terlihat
dari kemampuan mengidentifikasi sebuah masalah menulis dan
mengumpulkan informasi mengajukan pertanyaan, kerjasama, disiplin
komitmen dengan tanggung jawab, berkomunikasi, gotong royong
percaya diri dan minat belajar menjadi meningkat. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem benar-benar dapat menumbuhkan kreativitas aktivitas
152
dan kemandirian pada peserta didik, sesuai dengan prinsip model-model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem dapat memberikan ruang
gerak kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam menemukan
cara yang produktif untuk menyelesaikan masalah, mengkonstruksi dan
membangun pengetahuan baru, menggambarkan masalah spesifik dengan
kata lain bahwa peserta didik dapat memahami dan menyimpulkan
sebuah masalah dan menemukan pola lain untuk menyelesaikan sebuah
masalah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Cole (1995) mengatakan
bahwa kegiatan investigasi memberikan kemungkinan kepada peserta
didik untuk mengembangkan pemahaman melalui berbagai kegiatan dan
hasilnya sesuai dengan pengembangan yang dilalui peserta didik atau
proses membangun pemahaman secara mandiri.
Evaluasi formatif dilakukan dengan melakukan penilaian dan
melihat perkembangan kompetensi peserta didik dari 4 topik yang
dibahas selama 1 semester. Laporan aktivitas peserta didik dalam setiap
topik pembelajaran dapat dijabarkan pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4.27. Grafik Penilaian Kompetensi Abad 21 Menggunakan ModelCooperative Oriented Problem
Berdasarkan grafik diatas dapat diasumsikan bahwa pada setiap
topik pembelajaran selama satu semester terjadi peningkatan yang
signifikan pada kompetensi yang dimiliki peserta didik, hal ini dapat
diasumsikan bahwa dengan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem mampu meningkatkan kompetensi critical thinking,
153
communication, collaboration, dan creativity yang dimiliki peserta didik
secara simultan. Sehingga dengan proses pembelajaran yang mampu
meningkatkan kompetensi 4C peserta didik dapat menggali kemampuan
mereka dalam proses pembelajaran.
3. Persepsi Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran Cooperative Oriented
Problem
Dalam penelitian ini akan melihat bagaimana persepsi atau pandangan
peserta didik terhadap model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
dalam pembelajaran struktur data pada pendidikan program studi teknik
informatika Universitas Lancang Kuning. Hasil penilaian persepsi peserta
didik terhadap model pembelajaran Cooperative Oriented Problem untuk
empat aspek praktikalitas, yaitu suasana belajar dan minat belajar,
kemudahan penggunaan, interaksi dan efektivitas dalam belajar, dan
kemandirian, pada capaian 87,6% yang termasuk pada kategori sangat
praktis dalam mengimplementasikan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem pada mata kuliah struktur data pendidikan program studi
teknik informatika Universitas Lancang Kuning.
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa harapan mereka sangat
tinggi terhadap hasil pengembangan model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem yang telah mengkonstruksi pemahaman peserta didik
terhadap proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
4. Persepsi Tenaga Pendidik terhadap Model Pembelajaran Cooperative
Oriented Problem
Hasil penilaian praktikalitas model pembelajaran Cooperative
Oriented Problem berdasarkan respon tenaga pendidik diperoleh bahwa
komponen modal terdiri dari 7 aspek yaitu; aspek daya tarik, kemudahan
penggunaan, keberfungsian dan kegunaan, reliabilitas, ketercukupan waktu,
tingkat kesulitan dalam mengimplementasikan, dan respon tenaga pendidik
154
pada capaian 92,73% dan termasuk pada kategori sangat praktis dalam
mengimplementasikan model Cooperative Oriented Problem dalam
pembelajaran mata kuliah struktur data pada pendidikan program studi
teknik informatika Universitas Lancang Kuning.
Angka praktikalitas ini menunjukkan bahwa Cooperative Oriented
Problem sangat cocok di implementasikan pada pembelajaran mata kuliah
struktur data. Hal ini dikarenakan model Cooperative Oriented Problem
tersebut telah memenuhi 5 unsur dasar sebuah model pembelajaran Joyce &
Weil (2003) yaitu: (1) Sintak, adalah langkah-langkah operasional
pembelajaran, (2) Social System, adalah suasana dan norma yang berlaku
dalam pembelajaran. (3) Principles of reaction, menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang memperlakukan dan merespon siswa, (4)
Support System, segala sarana, bahan, alat atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran, dan (5) instruktional dan nurturant effects, hasil
belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang ditetapkan
(nurturant effect). Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
merupakan model pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar pada mata kuliah struktur
data di program studi teknik informatika Universitas Lancang Kuning.
Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem sangat cocok
diterapkan pada perguruan tinggi. Perkembangan teknologi yang sangat
pesat maka harus diupayakan agar perguruan tinggi tidak tertinggal dengan
perkembangan teknologi yang ada pada dunia kerja atau industri. Salah satu
cara untuk menanggulangi atau mempersempit kesenjangan adalah dengan
menerapkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem dan
mengikutsertakan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah dan
masalah terbaru di dalam bahasa pemograman dalam bentuk masalah-
masalah yang diberikan.
Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang dipilih dan
digunakan secara tepat akan memberikan pengaruh baik terhadap
pencapaian kompetensi peserta didik. model pembelajaran yang disusun
155
secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut seperti
yang disampaikan Eggan (2012) mengatakan bahwa "model pembelajaran,
merupakan cetak biru dalam mengajar bagi seorang tenaga pendidik" cetak
biru dalam hal ini adalah memberikan struktur dan arahan kepada tenaga
pendidik dalam proses belajar mengajar. Diperkuat dengan pendapat joyce
& Weil (2003), bahwa "model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-
bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lainnya". Selanjutnya Eggan (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran
harus memiliki ciri-ciri spesifik antara lain: (1) Tujuan: model pembelajaran
dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifikasi
materi, (2) fase: model pembelajaran mencakup serangkaian langkah atau
sering disebut "fase" yang bertujuan membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran yang spesifik, dan (3) Fondasi: model pembelajaran
didukung oleh teori dan penelitian tentang pembelajaran dan motivasi.
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa harapan tenaga pendidik
sangat tinggi terhadap hasil pengembangan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem ini, Hasil tersebut menjelaskan bahwa model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem dapat mengkonstruksi
pemahaman peserta didik terhadap proses pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
5. Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang Dikembangkan
dengan Penelitian Relevan
Hasil uji efektivitas model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem yang dilaksanakan pada mahasiswa program studi teknik
informatika menunjukkan bawa pembelajaran sangat efektif untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata kuliah struktur data.
temuan ini sejalan dengan berbagai temuan yang menyatakan bahwa
kualitas hasil belajar sangat ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran
156
(Chu 2017; chen 2017; Sudi Prayitno, 2008; dan Khairiyah, 2012).
Melakukan intervensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Misalnya
dengan menerapkan problem based learning (PBL) secara optimal telah
meningkatkan hasil belajar peserta didik (Chen, 2008; Khairiyah et al., 2012
dan Sudi Prayitno, 2006). proses pembelajaran ditandai oleh adanya
interaksi tenaga pendidik atau pengajar dengan peserta didik. Kualitas
interaksi tenaga pendidik-peserta didik ditentukan oleh status kesiapan
tenaga pendidik untuk melaksanakan proses pembelajaran dan status
kesiapan peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran (Zamroni,
2007) demikian juga dengan melakukan peningkatan kualitas pembelajaran
dengan berbagai metode dan modal akan meningkatkan kualitas hasil
belajar (Chen 2008). Semua itu menjelaskan bahwa intervensi model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar.
Polanco et al (2004) menyatakan bahwa implementasi model PBL
dalam program pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar yang
lebih tinggi dari aspek pengetahuan (kognitif) terhadap konsep fisika
dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti program model
tradisional. Sejalan dengan hal itu Zaharatul Laili Abdul Rahim (2010)
menemukan bahwa dengan penerapan model PBL keterampilan
berkolaborasi meningkat setiap siklus, prestasi akademik semakin baik dan
muncul sikap positif terhadap PBL. Hasil penelitian model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem yang telah dilakukan sejalan dengan temuan
Palanco (2004) dan Zahratul Laili (2010), bahwa penerapan model
pembelajaran COP dapat meningkatkan hasil belajar (kognitif, afektif dan
psikomotor) peserta didik.
Muhibbudin (2016) menggunakan pengembangan model
kooperatif/kolaboratif berarti berbasis proyek dalam meningkatkan hasil
belajar dan percaya diri peserta didik di diploma 3 teknik mesin. Selanjutnya
Dhami (2012) yang meneliti pengaruh penggunaan project based learning
terhadap peningkatan hasil belajar dan kompetensi. Hasil penelitian
157
Muhibbudin (2016) dan Broker ternyata sejalan dengan hasil temuan
penelitian model Cooperative Oriented Problem ini, yaitu dapat
meningkatkan hasil belajar dan memotivasi peserta didik dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
model pembelajaran Cooperative Oriented Problem mampu meningkatkan
hasil belajar peserta didik. Meningkatkan percaya diri, kemampuan
berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, integritas dan sikap peserta didik
dalam belajar.
D. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Oriented
Problem
1. Keunggulan
Pengembangan model pembelajaran COP diperlukan untuk
mensinergikan antara keunggulan model PBL dengan model Cooperative
Tipe STAD dalam pembelajaran, menurut Lyfa & Megan (2002) bahwa
PBL memiliki komponen penting antara lain: a) Developing problem-
solving skill, b) Developing Self-Directed Learning, c) Acquiring Integrated
Information, d) Ensuring a learning-centred approach, e) Collaboration in
small Group. Sedangkan keunggulan model Cooperative Tipe STAD
menurut slavin sebagai berikut:
a. Peserta didik saling membantu secara efektif dan efisien.
b. Peserta didik saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan
bersama.
c. Peserta didik memproses informasi bersama secara lebih efektif dan
efisien.
d. Peserta didik saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan.
e. Peserta didik saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan
argumentasi serta meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.
Dalam implementasi model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem mempunyai dampak instruksional yang mampu meningkatkan
prestasi akademik peserta didik dan mempunyai dampak softskill yang dapat
158
menciptakan interaksi yang baik diantara sesama peserta didik, sehingga
dengan kondisi ini maka model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem Dapat menciptakan; a) meningkatkan sifat positif terhadap materi
pembelajaran, b) sangat baik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta
didik, c) dapat meningkatkan partisipasi belajar peserta didik karena semua
tim mempunyai tanggung jawab yang Saman dalam penguasaan materi, d)
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik, e) dapat
meningkatkan minat belajar, dan f) meningkatkan kompetisi secara sehat
karena adanya penghargaan tim. Melalui pemberian penghargaan akan
memberikan peluang belajar seluas-luasnya melalui kegiatan pembelajaran.
2. Kelemahan
Berdasarkan pengalaman yang ditemukan di lapangan bawah model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem juga memiliki beberapa
kekurangan dan keterbatasan antara lain:
a. Kondisi pengelolaan kelas relatif sulit dikontrol sehingga peserta didik
mudah menjadi ribut saat pelaksanaan sintak "Mengidentifikasi masalah,
berdiskusi" hal ini karena adanya kebebasan pada peserta didik
berdiskusi saat pelaksanaan sintak-sintak tersebut,sehingga memberi
peluang kepada peserta didik untuk berekspresi oleh sebab itu diperlukan
kecakapan tenaga pendidik dalam penguasaan dan pengelolaan kelas
yang baik sehingga menjadi tertib.
b. Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan pembelajaran
dengan kelas Model pembelajaran PBL.
c. Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem sulit dilaksanakan
jika ukuran kelas pembelajaran terlalu besar, sehingga tenaga pendidik
akan kesulitan dalam mengelola kelas.
d. Implementasi model pembelajaran Cooperative Oriented Problem
memberikan penekanan kepada keseriusan tenaga pendidik dan peserta
didik dalam melaksanakan tahapan sintak.
159
E. Kebaruan Penelitian
Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem merupakan model
pembelajaran dengan konstruksi sintak yang baru, yang dikembangkan bertitik
tolak dari model pembelajaran problem based Learning dan model
pembelajaran kooperatif Tipe STAD. model ini mampu mensinergikan antara
kekuatan model PBL dengan keunggulan model kooperatif Tipe STAD.
Penelitian ini telah mengasilkan model pembelajaran yang mampu
mengintegrasikan pembelajaran teori dengan praktek dalam satu kesatuan
sistem pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan terobosan
pembelajaran di program studi teknik informatika Universitas Lancang
Kuning. Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini setelah
melalui beberapa tahap validasi dan uji coba sehingga menghasilkan model
pembelajaran yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Mudah Diterapkan (Aplicable)
Model ini mudah diterapkan dan disesuaikan pada peserta didik di
Universitas Lancang Kuning dengan kondisi latar belakang dan kemampuan
peserta didik yang bervariasi. Selain pada mata kuliah struktur dat, model
ini juga dapat digunakan pada mata kuliah pemograman lainnya. Model
pembelajaran ini mempunyai sintak pembelajaran yang sifatnya agak umum
untuk peserta didik di program studi teknik informatika yang terdiri dari
kegiatan teori dan praktik. Dari hasil uji coba kelompok kecil dan uji coba
kelompok besar dapat dilihat bahwa model bisa diterapkan pada mata kuliah
yang memiliki konsep pemrograman.
2. Mudah Disesuaikan
Mudah disesuaikan di sini dimaksudkan bahwa model ini tidak
terpaku pada satu jenis keadaan peserta didik dan mata kuliah. Oleh sebab
itu model ini bisa diterapkan pada semua mata kuliah dengan konsep
pemrograman. Selain itu juga sesuai untuk peserta didik dengan latar
belakang dan kemampuan awal yang berbeda. Model ini memerlukan
peranan tenaga pendidik dalam memahami keberagaman peserta didik.
160
Perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta kadang mempunyai
beberapa aspek perbedaan baik dalam kebijakan internal perguruan tinggi,
kemampuan dan kualifikasi tenaga pendidik ataupun kondisi peserta didik
yang belajar. Pada kenyataannya perguruan tinggi swasta dan negeri
mempunyai karakteristik yang berbeda ditinjau dari kondisi kemampuan
peserta didik, latar belakang sosio-ekonomi dari peserta didik yang agak
berbeda serta kebijakan yang berbeda dengan perguruan tinggi negeri. Oleh
sebab itu model pembelajaran Cooperative Oriented Problem di perguruan
tinggi ini sudah terbukti bisa diterapkan pada perguruan tinggi dengan
peserta didik dengan kondisi yang bervariasi.
3. Model Mampu Mendorong Keaktifan Peserta Didik dalam Proses
Pembelajaran
Model mampu mendorong keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Peserta didik bisa termotivasi untuk lebih aktif mencari tahu
lebih banyak informasi terkait dengan materi pembelajaran dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah yang diberikan. Dengan
peran aktif tenaga pendidik yang selalu mendampingi peserta didik selama
proses pembelajaran, tenaga pendidik selalu menstimulasi peserta didik
untuk berpikir kritis dan kreatif dalam proses belajar.
Tenaga pendidik secara langsung bersama peserta didik dalam
melakukan tugas-tugas yang diberikan. Peserta didik di arahkan untuk aktif
dan selalu menghubungkan materi pelajaran dengan dunia kerja/nyata.
Peserta didik berpikir kritis dan kreatif agar materi pelajaran bisa diterapkan
dalam memecahkan permasalahan yang biasa dihadapi peserta didik diluar
proses pembelajaran. Dengan pemahaman yang menyeluruh terhadap materi
pelajaran, peserta didik akan mampu memecahkan masalah yang ada.
161
4. Model Cooperative Oriented Problem dapat Menciptakan Proses
Pembelajaran yang Mampu Menumbuhkan Cara Berpikir Kritis, dan
Berpikir Kreatif, Komunikatif dan Kerja Sama
Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini mampu
mendorong dan memotivasi peserta didik agar mampu berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Berfikir kritis dengan cara mengarahkan peserta didik
mencari info secara detail dan sebanyak-banyaknya terhadap suatu objek
atau materi perkuliahan. Sehingga peserta didik berpikir lebih mendalam
(berfikir konvergen) terhadap suatu hal/masalah. Mendorong peserta didik
berpikir kreatif artinya peserta didik diarahkan dan dimotivasi untuk
berpikir lebih luas (berpikir divergen) terhadap suatu topik pembelajaran,
mencari hal-hal diluar objek yang terkait. Sehingga peserta didik mampu
mencari alternatif lain jika dihadapkan pada permasalahan terkait dengan
objek atau bahan/materi perkuliahan.
Tenaga pendidik dalam mata kuliah struktur data dituntut mampu
menciptakan proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan cara berpikir
kritis, berpikir kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan permasalahan
dengan cara yang berbeda tapi masih dalam koridor yang diperbolehkan,
seperti SOP yang ada. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif ini sangat
penting bagi peserta didik sebagai bekal nanti mereka dalam melanjutkan
studi, berkarir dalam pekerjaannya dan mengembangkan wirausaha yang
akan mereka geluti di masa depan. Menurut hasil survei beberapa
perusahaan menunjukkan bahwa seorang programmer perlu mempunyai
kemampuan berpikir kritis untuk memudahkan mereka dalam beradaptasi
terhadap perubahan teknologi yang berkembang semakin pesat. Programmer
yang mampu berpikir kritis lebih mudah mempelajari hal-hal yang baru,
sedangkan kemampuan berpikir kreatif akan membantu programmer dalam
mengatasi dan memecahkan masalah pekerjaan yang dihadapi.
Kemampuan komunikasi dan kerjasama menjadi unsur utama pada
model ini, perserta didik dituntut untuk berkerja sama dengan kelompok
belajar agak masalah-masalah yang diberikan oleh tenaga pendidik dapat
162
terselesaikan, komunikasi juga terbangun melalui diskusi dengan kelompok
belajar dan kelompok lainnya ketika melakukan presentasi terkait masalah
yang sudah mereka selesaikan. Kemampuan bekerja sama ini tentunya
menjadi kemampuan yang penting untuk dimiliki peserta didik, dikarenakan
seorang lulusan teknik informatika khususnya bidang programmer harus
mampu bekerja sama dengan tim.
5. Model bisa Mempermudah Peserta Didik dalam Membuat Keterkaitan
dengan Dunia Kerja/Nyata
Dalam model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini peserta
didik selalu diarahkan untuk menghubungkan materi pelajaran dengan dunia
nyata yang sering dihadapi oleh peserta didik diluar perkuliahan. Tenaga
pendidik berusaha menfasilitasi peserta didik dalam mengaitkan topik mata
kuliah dengan realitas di luar perkuliahan. Peserta didik juga diberikan
kesempatan untuk melakukan ekplorasi dalam mencari informasi dan
membuat keterkaitan materi perkuliahan dengan kenyataan sebenarnya.
Dengan demikian akan mempermudah peserta didik dalam membuat
keterkaitan dengan dunia kerja/nyata, materi lain yang mendukungnya dan
bisa memadukannya menjadi sebuah hubungan yang bersinergi. Proses
pembelajaran memberikan keterampilan dalam menghubungkan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki.
F. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian pengembangan model pembelajaran
Coopertive Oriented Problemini terdapat beberapa batasan penelitian,
diantaranya:
1. Uji coba produk yang dilakukan terbatas pada pada mata kuliah Struktur
Data dan belum dilakukan pada mata kuliah lain yang memiliki tujuan dan
karakteristik mata kuliah yang berbeda.
163
2. Dalam mengimplementasikan model Coopertive Oriented Problem pada
mata kuliah Struktur Data, belum ditunjang dengan perlengkapan labor yang
memadai sehingga diperlukan sebuah kajian apakah ada pengaruh hasil
belajar peserta didik terhadap perlengkapan labor (praktik).
3. Model model pembelajaran Coopertive Oriented Problem yang
dikembangkan memerlukan team teaching dalam mengimplentasikanya hal
ini dikararenakan instrumen penilaian yang digunakan menggunakan
autentik assessment.
Berdasarkan kajian yang telah diimplementasikan dan dampak yang
ditimbulkan dalam proses pembelajaran, sehingga untuk penyempurnaan model
pembelajaran dan kualitas pembelajaran diperlukan memperhatikan
keterbatasan yang telah diuraikan tersebut.
164
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur
Data. Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang
dikembangkan memenuhi kriteria valid dari penilaian pakar dengan nilai p-
value adalah 1,00 artinya nilai p-value > 0,05 sehingga model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem memenuhi kriteria goodness of fit models,
jadi validitas konstruknya diklasifikasikan fit atau valid. Selain itu,
berdasarkan tampilan data hasil dari tiap-tiap indikator dari variabel latennya
sudah memenuhi syarat yaitu loading factor diatas 0.50 sehingga dapat
dinyatakan valid; Buku model Cooperative Oriented Problem rerata
penilaian validator adalah 4,4 (skor maksimal 5,0) pada nilai koofisien kaffa
0,813; Modul Struktur Data dengan rerata penilaian validator adalah 4,4
(skor maksimal 5,0) pada nilai koofisien kaffa 0,857; Panduan mengajar
dengan rerata penilaian validator adalah 4,4 (skor maksimal 5,0) pada nilai
koofisien kaffa 0,824; Panduan Aplikasi SCOP dengan rerata penilaian
validator adalah 4,0 (skor maksimal 5,0) pada nilai koofisien kaffa 0,800;
dan untuk Aplikasi SCOP dengan rerata penilaian validator adalah 4,5 (skor
maksimal 5,0) pada nilai koofisien kaffa 0,848.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai akhir kelas Eksperimen
dengan kelas kontrol dengan nilai t-test hitung sebesar 2,818 lebih tinggi
dari t-test tabel 2,048 dan hasil mean kelas eksperimen lebih tinggi 81,10
dari pada nilai rata-rata kelas kelas kontrol pada angka 77,05 dengan
demikian model pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang
dikembangkan memenuhi kriteria efektif.
3. Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah
165
Struktur Data yang dikembangkan setelah melalui uji coba perorangan
diperoleh persentase 76,78%, uji coba kelompok kecil 82,14% dan uji coba
diperluas 87,50% yang berarti hampir semua kriteria dapat dilaksanakan.
Berdasarkan hasil analisis kepraktisan model maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Cooperative Oriented Problem memenuhi
kriteria praktis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu model
pembelajaran Struktur Data di Program Studi Teknik Informatika
Universitas Lancang Kuning.
4. Terjadi peningkatan yang signifikan pada kompetensi yang dimiliki peserta
didik, hal ini dapat diasumsikan bahwa dengan model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem mampu meningkatkan kompetensi 4C
(Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Creativity) yang
dimiliki peserta didik secara simultan. Sehingga dengan proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi 4C peserta didik
dapat menggali kemampuan mereka dalam proses pembelajaran.
B. Implikasi
Pengembangan model pembelajaran Coopertive Oriented Problem ini
bertujuan untuk sebagai referensi yang empiris untuk dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dimana
mereka seharusnya berperan sebagai subjek dari proses pembelajaran itu sendiri
agar peserta didik mampu membangun pengetahuan mereka sendiri. Model
pembelajaran Coopertive Oriented Problem yang dikembangkan dirumuskan
melalui tahapan-tahapan (sintaks) yang lebih menitik beratkan proses
pembelajaran didesain melalui pendekatan-pendekatan masalah nyata (real
problem) kemudian proses penyelesaianya dilakukan secara kooperative
bersama kelompok belajar.
Buku panduan mengajar, modul Struktur Data yang sudah valid, praktis,
dan efektif hanya dapat digunakan pada mata kuliah Struktur Data. Namun e-
learning yang dikembangkan bisa diterapkan oleh semua pendidik pada mata
166
kuliah manapun Karena e-learning di desain sesuai dengan seluruh karakteristik
mata kuliah yang ada. Penerapan model pembelajaran Cooperative Oriented
Problem memiliki implikasi secara detail dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagi Tenaga Pendidik, Kepraktisan Produk Modul dan Panduan Sebagai
Pengayaan Bahan Ajar
Produk dari hasil pengembangan yang telah tervalidasi isi memiliki
kepraktisan sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan
model dan strategi yang dikembangkan lebih lanjut untuk memperbaiki
keterbatasan yang dimiliki dari pengembangan model Cooperative Oriented
Problem (seperti yang telah diuraikan pada bagian keterbatasan penelitian).
Produk-produk yang dihasilkan dapat membantu Peserta didik untuk
mengetahui garis besar pembelajaran sebelum pembelajaran tersebut
dilaksanakan, sehingga Peserta didik mudah untuk memanajemen diri dalam
menghadapi pembelajaran Struktur Data. Bagi tenaga pendidik produk yang
dihasilkan dapat membantu untuk mengelaborasi strategi dan pendekatan
pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan secara
efisien untuk mengoptimalkan percepatan capaian tujuan pembelajaran
seperti yang diharapkan. Hal ini dapat ditemui dari isi buku panduan tenaga
pendidik dan buku modul yang disertai dengan struktur capaian
pembelajaran yang jelas, serta pada buku panduan tenaga pendidik memiliki
bagan hubungan antar satu bahan kajian terhadap bahan kajian lain yang
disampaikan secara jelas. Sehingga skenario pembelajaran dapat dibuat
dengan bagan yang lebih konstruktif memudahkan pengguna untuk
memanjemen pembelajaran pada matakuliah struktur data berdasarkan pada
materi-materi yang disampaikan pada setiap pertemuan perkuliahan.
2. Bagi Peserta Didik, Kepraktisan Panduan Aplikasi dan Buku Modul dan
Model Cooperative Oriented Problem
Kepraktisan buku model dengan Sintak Cooperative Oriented Problem
menjadi acuan dalam pengayaan beragam model pembelajaran yang telah
ada. Sintak Cooperative Oriented Problem dengan karakteristik Berpikir
167
Kritis terlihat pada strategi Cooperative Oriented Problem. Peserta didik
memiliki dominasi dalam mengemban tugas mereka untuk melakukan
konstruksi terhadap pengetahuan, bersumber dari gejala fenomena yang di
diskusikan oleh peserta didik. Budaya diskusi diterapkan dalam
pembelajaran Cooperative Oriented Problem karena proses tahapan akhir
pembelajaran yaitu assessment (penilaian). Melalui tahapan diskusi
kelompok menjadi dasar kuat untuk mengembangkan budaya active learning
yang dibutuhkan oleh Peserta didik tingkat S-1 Bidang Teknik Informatika.
Pola-pola pendekatan “Problem Solving” pada model Cooperative Oriented
Problem tentu akan memberikan peluang besar bagi Peserta didik untuk
menyelesaikan studi tingkat S-1. Peserta didik yang tepat waktu dalam
menyelesaikan studi S-1 adalah Peserta didik yang memiliki kemampuan
analisis dan berpikir tingkat tinggi yang cukup baik. Sehingga pada saat
melakukan penulisan skripsi tidak mengalami hambatan dalam proses
penyelesaian studi.
3. Implikasi bagi Penyelenggara (Prodi)
Pencapaian hasil belajar pada kelas eksperimen dengan produk-produk
dari model yang dikembangkan memberikan dampak yang positif dalam
menunjang capai pembelajaran yang telah ditetapkan oleh program studi
dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Model Cooperative Oriented
Problem dinilai oleh tenaga pendidik sebagai model yang dapat membantu
secara praktis, menghubungkan materi yang disajikan dalam modul dengan
skenario yang disusun secara prosedural pada buku panduan tenaga pendidik,
berdampak terhadap percepatan informasi pembelajaran baik strategi
pembelajaran, skenario dan cara-cara penilaian disusun dengan konstruktif.
Penyelenggara dapat memberikan koordinasi kepada tenaga pendidik
pengampu lain dalam memberikan standar minimal pembelajaran. Sehingga
tujuan dan capaian pembelajaran (learning outcome) yang diharapkan oleh
program studi dapat berjalan dengan baik. Komunikasi ini dapat dilakukan
manakala dokumen-dokumen yang menghubungkan antara materi,
168
kompetensi, mekanisme penilaian, strategi pembelajaran telah disusun
dengan baik. Model Cooperative Oriented Problem telah diujicoba dalam
pembelajaran dan memperoleh respon yang baik dari pengguna (tenaga
pendidik dan peserta didik), sehingga program studi teknik informatika dapat
menyebar luaskan model ini untuk pengembangan strategi belajar dan
pengayaan model pembelajaran yang relevan digunakan pada mata kuliah
struktur data menunjukkan hasil yang baik (dapat dilihat dari hasil uji
analisis praktikalitas).
4. Implikasi bagi Mata Kuliah Struktur Data
Implikasi hasil penelitian ini pun terdapat pada keaktifan dan motivasi
belajar bahasa pemrograman khususnya para mahasiswa. Para mahasiswa
tidak lagi “meremehkan” pembelajaran yang akan diikutinya, karena mereka
menemukan pembelajaran yang “menantang” pengetahuan dan kemampuan
berpikir mereka selaku manusia dewasa. Mereka juga diberi kesempatan
untuk melatih keterampilan berpikir kritis mereka yang juga berarti
memperkaya pengetahuan yang sudah mereka miliki, melalui langkah-
langkah yang ada dalam model pembelajaran ini. Dalam model pembelajaran
ini, pada langkah diskusi, para mahasiswa diajak untuk mampu
mengidentifikasi lalu membedakan masalah yang ada pada bahasa
pemrograman yang mereka pelajari, dengan adanya model pembelajaran
Cooperative Oriented Problem (COP) akan memudahkan mahasiswa untuk
mempelajari teori-teori abstrak yang di bahasa pemrograman khususnya
struktur data. Sehingga dengan pemahaman teori struktur data ini dapat
melahirkan programmer handal yang dapat memajukan perkembangan
teknologi di Indonesia.
C. Saran
1. Bagi kampus (Fakultas atau Prodi) sebagai penyelenggara pendidikan untuk
dapat mengoptimalkan penggunaan e-learning sesuai dengan kebutuhan
169
peserta didik dan pendidik. Hal ini dikarenakan peran teknologi informasi
dalam proses pembelajaran merupakan sangat penting untuk mempermudah
tenaga pendidik dalam mengelola proses pembelajaran abad 21.
2. Sebagai pendidik, tenaga pendidik-tenaga pendidik yang merupakan subjek
untuk mewujudkan kualitas pendidikan dan pengajaran, maka tenaga
pendidik dituntut untuk terus dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengembangkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan sesuai karakteristik mata kuliah. Karena proses
pembelajaran merupakan rekayasa bagaimana peserta didik memperoleh
pengalaman yang nyata dalam kehidupan dan disimulasikan didalam kelas.
Sehingga tenaga pendidik harus memiliki kemampuan dalam merancang dan
mengelola proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti terkait dengan model pembelajaran atau e-learning, diperlukan
sebuah kajian secara empiris agar model yang dikembangkan dapat
memenuhi kebutuhan pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran abad
21 dimana pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, yang artinya proses
pembelajaran tidak berfokus kepada hasil semata tetapi lebih mengutamakan
proses dan interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran.
170
DAFTAR RUJUKAN
Alrahlah, A. 2016. ‘How Effective the Problem-Based Learning (PBL) in DentalEducation. A Critical Review’, The Saudi Dental Journal. King SaudUniversity, 28(4), pp. 155–161. doi: 10.1016/j.sdentj.2016.08.003.
Amornsinlaphachai, P. 2014. ‘Designing a Learning Model Using the STADTechnique with a Suggestion System to Decrease Learners’ Weakness’.Procedia-Social and Behavioral Sciences. Elsevier B.V., 116, pp. 431–435.doi: 10.1016/j.sbspro.2014.01.235.
Andrews, J. J. W. 2001. Psychoeducational Assessment. San Diego: AcademicPress.
Anni, A. R. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri SemarangPres.
Ansyar, M. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Edited byP2LPTK.
Arikunto et al. 2014. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Barrows, H. S. and Robyn M. Tamblyn, B. S. N. 1980. Problem-Based Learning:An Approach to Medical Education. Springer Publishing Company(Springer Series on Medical Education).
Berliner, D. C. and Calfee, R. C. 1996. Handbook of Educational Psychology.Lawrence Erlbaum Associates, Incorporated (Educational PsychologyHandbook Series).
Branch, R. M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. 1st edn.Springer-Verlag. US: Springer Science.
Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
C Podhorsky, V. M. 2006. ‘Issues in Curriculum: Improving Instructional PracticeThrough Lesson Study’.
Dahms, M. L. 2014. ‘Problem Based Learning in Engineering Education’. 12thActive Learning in Engineering Education, pp. 4–14.
Das, V. V. 2006. Principles of Data Structures Using C and C++. doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
171
Dwirahmah, E. 2013. ‘Peningkatan Kreativitas Melalui Pendekatan Inquiri dalamPembelajaran Sains’.
Gagne, R. M. and Wager, W. W. 1992. ‘Principles of Instructional Design (4thed.)’. Forth Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers., p.153.
Gorghiu, G. et al. 2015. ‘Problem-based Learning-An Efficient Learning Strategyin the Science Lessons Context’. Procedia-Social and Behavioral Sciences,191, pp. 1865–1870. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.04.570.
Gurses, A., Dogar, C. and Geyik, E. 2015. ‘Teaching of The Concept of EnthalpyUsing Problem Based Learning Approach’. Procedia-Social and BehavioralSciences. Elsevier B.V., 197(February), pp. 2390–2394. doi:10.1016/j.sbspro.2015.07.298.
Harasym, P. H., Tsai, T. C. and Munshi, F. M. 2013. ‘Is Problem-Based Learningan Ideal Format for Developing Ethical Decision Skills?’. KaohsiungJournal of Medical Sciences. Published by Elsevier Taiwan LLC, 29(10),pp. 523–529. doi: 10.1016/j.kjms.2013.05.005.
Hariyanto, S. 2014. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung,Jawa Barat: Remaja Rosdakarya.
Harun, N. F. et al. 2012. ‘Motivation in Problem-based Learning Implementation’.Procedia-Social and Behavioral Sciences, 56(Ictlhe), pp. 233–242. doi:10.1016/j.sbspro.2012.09.650.
House, M. and Elliot, J. G. 2007. ‘The Treatment of Serious Juvenile Delinquents inMassachusetts’. (March 2015), pp. 37–41. doi: 10.1080/0266736870030210.
Jalani, N. H. and Sern, L. C. (2015) ‘The Example-Problem-Based Learning Model:Applying Cognitive Load Theory’. Procedia-Social and Behavioral Sciences.Elsevier B.V., 195, pp. 872–880. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.06.366.
Jalinus, Nizwardi, Ambiyar. 2016. Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta:Kencana.
Joyce, B. and Weil, M. 2015. ‘Models of Teaching Fifth Edition’. p. 478.
Judge, S. K., Osman, K. and Yassin, S. F. M. 2011. ‘Cultivating communicationthrough PBL with ICT’. Procedia-Social and Behavioral Sciences. ElsevierB.V., 15, pp. 1546–1550. doi: 10.1016/j.sbspro.2011.03.328.
Kalnins, S. N. et al. 2014. ‘Cooperative Problem-Based Learning Approach inEnvironmental Engineering Studies’. Agronomy Research, 12(2), pp. 663–672.
172
Kassab, S. E. et al. 2017. ‘Development and Validation of the Motivation forTutoring Questionnaire in Problem-Based Learning Programs’. HealthProfessions Education. Elsevier B.V. 3(1), pp. 50–58. doi:10.1016/j.hpe.2017.03.001.
Kezar, A. 2000. ‘The Effect of Institutional Culture on Change Strategies inHigher Education: Universal Principles or Culturally ResponsiveConcepts?’.
Lafore, R. 2002. Data Structures and Algorithms in Java. Available at:http://scholar.google.com/scholar?hl=en&q=%22Data+Structures+&+Algorithms+in+Java%22&btnG=Search&as_sdt=2000&as_ylo=&as_vis=0#0.
Li, L., Luo, X. and Chen, H. 2015. ‘Clustering Students for Group-BasedLearning in Foreign Language Learning’. International Journal of CognitiveInformatics and Natural Intelligence, 9(2), pp. 55–72. doi:10.4018/IJCINI.2015040104.
Maksum, H. and Falasifah, F. 2018. Model Pembelajaran. Al Qalam.
Marx, M. H. and Goodson, F. E. 1976. Theories in Contemporary Psychology.Macmillan.
Meyers, R. 2004. Review of Educational Reserach. New York: Mc.Millan.
Mubuuke, A. G., Louw, A. J. N. and Van Schalkwyk, S. 2016. ‘Cognitive andSocial Factors Influencing Students׳ Response and Utilization of FacilitatorFeedback in a Problem Based Learning Context’. Health ProfessionsEducation. Elsevier B.V., 3(2), pp. 85–98. doi: 10.1016/j.hpe.2016.09.003.
Niwa, M. et al. 2016. ‘The Effects of Problem-Based-Learning on the AcademicAchievements of Medical Students in One Japanese Medical School, Over aTwenty-Year Period’. Health Professions Education. Elsevier, 2(1), pp. 3–9.doi: 10.1016/j.hpe.2016.01.003.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning(CTL). Jakarta: Dirjendikdasmen Depdiknas.
Nurhayati, E. 2011. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Phungsuk, R., Viriyavejakul, C. and Ratanaolarn, T. 2017. ‘Development of aProblem-Based Learning Model via a Virtual Learning Environment’.Kasetsart Journal of Social Sciences. Elsevier Ltd, 38(3), pp. 297–306. doi:10.1016/j.kjss.2017.01.001.
173
Prihantoro, C. R. 2011. ‘Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui ModelLesson Study’, 17, pp. 100–108.
Putra, N. 2012. Research & Development Penelitian dan Pengembangan: SuatuPengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
R.Mursid. 2015. ‘Pengembangan Model Pembelajaran Praktik BerbasisKompetensi Berorientasi Produksi’, pp. 27–40.
Rianawati. 2017. ‘Implementation Strategy Cooperative Learning Type of StudentAchievement Division Team (STAD) to Improve Social Skills Students onLearning Morals in Man 2 Pontianak Learning the Year 2016/2017’, 8(3),pp. 165–174.
Richard I Arends. 1997. Classroom Instruction and Management. McGraw-HillCompanies.
Roza, P. 2007. ‘Pendidikan Dan Mutu Manusia’. Jurnal Sosioteknologi, 6(12), pp.303–308.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan.
Slavin, R. 2011. ‘Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik’, in.
Sugiyono. 2011. Metode Peneltian Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, S. 2008. ‘Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional MelaluiOrganisasi Belajar : Konsep dan Implementasi’. Cakrawala Pendidikan.
Uzunboylu, H. and Birinci, C. M. 2014. ‘Assessment of the Studies on Problembased Learning Studies through the Content Analysis’. Procedia-Social andBehavioral Sciences. Elsevier B.V., 143(1978), pp. 1192–1199. doi:10.1016/j.sbspro.2014.07.576.
Wangke, H. 2015. ‘Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015’.Info Singkat Hubungan Internasional, VI (10), pp. 5–8. Available at:http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info Singkat-VI-10-II-P3DI-April-2014-4.pdf.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A. and Nyoto, A. 2016. ‘Transformasi PendidikanAbad 21 Sebagai Tuntutan’. Jurnal Pendidikan, 1, pp. 263–278. Availableat: http://repository.unikama.ac.id/840/32/263-278 Transformasi PendidikanAbad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di EraGlobal .pdf. diakses pada; hari/tgl; sabtu, 3 November 2018. jam; 00:26,wib.
174
Winahya, A. E. 2012. ‘Evaluasi Pembelajaran berbasis Karakter di SekolahMenengah Kejuruan’. Teknologi dan kejuruan, 35(2), pp. 155–162.
Wosinski, J. et al. 2017. ‘Facilitating Problem-Based Learning AmongUndergraduate Nursing Students: A Qualitative Systematic Review’. NurseEducation Today. Elsevier, 60 (February 2017), pp. 67–74. doi:10.1016/j.nedt.2017.08.015.
Yusof, K. M. et al. 2012. ‘Cooperative Problem-based Learning (CPBL): Framework forIntegrating Cooperative Learning and Problem-based Learning’. Procedia-Socialand Behavioral Sciences, 56 (Ictlhe), pp. 223–232. doi:10.1016/j.sbspro.2012.09.649.
Yusuf, Y. Q. 2015. ‘A Teacher’s Experience in Teaching with Student Teams-Achievement’, 8(2).
175
Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan pada Mata Kuliah Struktur Data
INSTRUMEN ANALISIS KEBUTUHANPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE ORIENTED PROBLEMPADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Dengan Hormat,
Terlebih dahulu kami mendoakan semoga bapak/ibuk/peserta didik/i selaluberada dalam keadaan sehat wal’afiat serta selalu dalam lindungan Allah SWT,amin. Pada kesempatan ini kami mohon bantuan dari bapak/ibuk/peserta didik/isekalian untuk dapat meluangkan waktunya mengisi angket ini dengan tujuanuntuk mendapatkan data mengenai “Analisis Kebutuhan Pengembangan ModelCoopertive Oriented Problem Pada Mata Kuliah Struktur Data”.
Kami berharap bapak/ibuk/peserta didik/i mengisi angket ini sesuai dengankeadaan dan kondisi yang sebenarnya. Bapak/ibuk/peserta didik/i tidak perlumerasa takut atau ragu-ragu, karena setiap keterangan yang diberikan dijaminkerahasiannya.
Demikianlah harapan kami, dan atas bantuan serta partisipasi peserta didik/isekalian peneliti ucapkan terima kasih.
Padang, November 2018
Peneliti
176
ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN
PENGEMBANGAN MODEL COOPERATIVE ORIENTED PROBLEM
Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NIP/NIDN/NIM : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Perguruan Tinggi Asal : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Petunjuk Pengisian:
1) “Kondisi saat ini” diisi sesuai dengan keadaan/situasi setiap indikator padasetiap keadaan yang ada pada satuan pendidikan, dengan alternatif pilihan:“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Sangat Baik”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Baik”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Cukup Baik”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Tidak Baik”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Sangat Tidak Baik”
2) Kesesuaian dengan SNP diisi (dicentang) dengan alternatif pilihan:“Ya “ : jika sesuai dengan yang di atur dalam standar proses (SNP)“Tidak” : jika tidak sesuai dengan yang di atur dalam standar proses(SNP)
3) “Prioritas dalam Pembelajaran” diisi sesuai dengan prioritas kebutuhankompetensi setiap indikator pada mata kuliah Struktur Data, denganalternatif pilihan:“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Sangat Dibutuhkan”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Dibutuhkan”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Cukup Dibutuhan”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Tidak Dibutuhkan”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Sangat Tidak dibutuhkan”
KompetensiAbad 21
IndikatorSub Indikator
KondisiSaat ini
ProiritasDalam
Pembelajaran
Criticalthinking
1. Menganalisis 1. Dalam prosespembelajaranMata Kuliah
177
KompetensiAbad 21
IndikatorSub Indikator
KondisiSaat ini
ProiritasDalam
PembelajaranStruktur Datatenaga pendidikmemberikan ruangkepada pesertadidik dalammengidentifikasiatau merumuskanpertanyaan
2. Peserta didikmampu mengenaliserta membedakanfaktor penyebabdan akibat darisebuah skenarioyang rumit
3. Peserta didikmampumengelompokaninformasi kedalambagian yang lebihkecil untukmenggali pola atauhubunganya
2. Mengevaluasi 4. Peserta didikmampu Membuathipotesis,mengkritik danmelakukanpengujian
5. Memberikanpenilaian terhadapsolusi, gagasan,dan metodologidenganmenggunakankriteria yang cocokatau standar yangada untukpenyelesaianya
3. Mengkreasi 6. Peserta didikmampu membuatgeneralisasi suatuide atau carapandang terhadapsesuatu masalah
7. Peserta didikmampu merancangsuatu cara untukmenyelesaikanmasalah
178
KompetensiAbad 21
IndikatorSub Indikator
KondisiSaat ini
ProiritasDalam
Pembelajaran
Communication
1. Kode Verbal 8. Prosespembelajaran MataKuliah StrukturData yangdikembangkanmembuatkomunikasi yangterjalin antaratenaga pendidikdan peserta didikterjadi dua arah
9. Dengan polainteraksi yangefektif dapatmembantu pesertadidik dalammeningkatkankemampuan tatabahasa baik
2. KodeNonverbal
10. Dalammendemonstrasikan peserta didikmampumeyakinkan apayang dikatakan
11. Peserta didikmampumengendalikanemosi dalamberkomunikasi
Collaboration 12. Dalam prosespembelajaran MataKuliah StrukturData setiap pesertadidik memiliki rasaketergantungansecara positif danterikat dengan antarsesama anggotakelompoknya
13. Peserta didik salingberhadapan dansaling membantudalam pencapaiantujuan belajar
14. Setiap anggotakelompokbertanggung jawabuntuk mempelajari
179
KompetensiAbad 21
IndikatorSub Indikator
KondisiSaat ini
ProiritasDalam
Pembelajaranpokok bahasan danbertanggung jawabpula terhadap hasilbelajar kelompok
15. Dalam kelompoktercipta interaksiyang dinamis untuksaling belajar danmembelajarkansebagai bagian dariproses belajarkolaboratif
Creativity 1. BerfikirLancar(Fluency)
16. Peserta didikmemiliki banyakperencanaanmasalah yang akandiselesaikan
17. Peserta didikmemiliki banyakpertanyaan dalamprosespembelajaran
2. BerfikirLuwes(Flexibilty)
18. Peserta didikmemiliki banyakalternatifpenyelesaian dalamsatu masalah
3. Keaslian(originality)
19. Peserta didikmemilikikemampuan untukmelahirkangagasan-gagasandalammenyelesaikanmasalah
4. Elaborasi 20. Peserta didikmampumengumpulkaninformasi untukmenghasilkangagasan baru tanpabantuan orang lain
180
Lampiran 2. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan (Kondisi saat ini
oleh Peserta Didik)
Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model CoopertiveOriented Problem (Kondisi Saat Ini oleh Peserta Didik)
181
Lampiran 3. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan (Prioritas dalam
Pembelajaran oleh Peserta Didik)
Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model CoopertiveOriented Problem (Prioritas dalam Pembelajaran oleh Peserta Didik )
182
Lampiran 4. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan (Kondisi saat ini
oleh Pendidik)
Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model CoopertiveOriented Problem (Kondisi Saat Ini oleh Tenaga Pendidik)
183
Lampiran 5. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan (Prioritas dalam
Pembelajaran oleh Peserta Didik)
Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model CoopertiveOriented Problem (Prioritas dalam Pembelajaran oleh Tenaga pendidik)
185
Lampiran 7. Lembar Validasi para Ahli (Expert) terhadap Model Cooperative
Oriented Problem
LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP MODEL COOPERATIVE ORIENTED PROBLEM
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM
PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..
Petunjuk Pengisian Lembar Validasi
Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
tentang kualitas model “Pengembangan Model Pembelajaran CoopertiveOriented Problem (COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”. Pendapat,penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untukmemperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini. Untuk itu kami mohonBapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan sesuaidengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannya berkisar dari 1 sampai dengan 5(Sangat Tidak Baik sampai dengan Sangat Baik).
1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik
186
Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dan koreksi)yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakan semata-mata untukkepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasama Bapak/Ibu, disampaikan terimakasih.
Padang, Januari 2019
Peneliti
187
NoIndikator Validasi
Model Pembelajaran COPAlternatif Skor Penilaian1 2 3 4 5
I. Submission of goals and motivation1. Fase ini bermanfaat untuk membuka
wawasan peserta didik tentang manfaatStruktur Data
2. Fase ini bermanfaat untuk memberikanarahan pada pembelajaran Struktur Data
3. Fase ini dapat meningkatkan ketertarikanpeserta didik untuk menerapkan TeoriStruktur Data pada Bahasa pemrograman.
4. Fase ini penting dilakukan untukmemotivasi peserta didik dalammempelajari Struktur Data.
5. Fase ini layak menjadi fase awal memulaikegiatan pembelajaran menggunakanmodel Cooperative Oriented Problem.
II. Smart Grouping1. Fase ini tenaga pendidik mengarahkan
peserta didik dalam pembagian kelompok.2. Fase ini Aplikasi SCOP mengelompokkan
peserta didik yang memiliki kemampuansangat kompeten, kompeten dan kurangkompeten dalam satu kelompok belajar.
3. Fase ini dapat meningkatkan kerja samatim
4. Fase ini dapat membagi kelompak dengandengan efektif
5. Fase ini dapat membagi kelompok denganpraktis
III. Define Problems1. Fase ini adalah fase yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman terhadapmasalah yang diberikan.
2. Fase ini menjadi menunjang faseselanjutnya
3. Fase ini menggambarkan prinsippembelajaran berbasis masalah danCooperative Learning
4. Fase ini dapat mengurangi kesalahan yangdilakukan dalam proses pembelajaran
5. Fase ini menjadi tahap dimana pesertadidik menganalisa masalah dandirumaskan tahapan penyelesaian
188
masalahnyaIV. Discussion
1. Fase ini memberikan kesempatan kepadapeserta didik untuk mengeluarkanpendapat dan berdiskusi.
2. Fase ini adalah fase yang bertujuan untukmemantau proses pemecahan masalah.
3. Fase ini dapat membuat peserta didikdapat menghargai dan menerimaperbedaan (pendapat)
4. Fase ini tenaga pendidik mendorongpeserta didik bekerja sama dan berdiskusi
5. Fase ini membuat tenaga pendidik dapatlebih mengembangkan kemampuanpeserta didik dalam pemecahan masalahpada teori struktur data.
V. Present
1. Pada fase ini peserta didikmempresentasikan hasil diskusi darimasalah yang diberikan
2. Peserta didik dapat berdiskusi dengananggota kelompok dan anggota kelasdalam meningatkan kemampuan StrukturData
3. Fase ini menjadi tahapan yang memotivasipeserta didik dalam berbagi pengalamanselama proses pemecahan masalah.
4. Peserta didik bertukar pendapat denganpeserta kelompok lain
5. Fase ini meningkatkan kemampuankomunikasi peserta kelompok
VI. Evaluation1. Fase ini menjadi tahapan dimana tenaga
pendidik mengukur kemampuan akhirpeserta didik dalam melakukan pemechanmasalah.
2. Fase ini fase yang baik untukmendapatkan umpan balik dari prosespembelajaran yang telah dilakukan
3. Fase ini dapat menjadi proses dalammenentukan nilai hasil belajar pesertadidik dalam mata kuliah Struktur Data.
4. Fase ini menjadi tahapan dimana tenagapendidik mengukur kemampuan akhirpeserta didik dalam melakukan
189
pemecahan masalah.5. Fase ini menjadi menunjang fase
selanjutnyaVII. Reward
1. Fase ini tenaga pendidik memberikanpenghargaan kepada peserta didik yangmemiliki nilai yang tinggi.
2. Fase ini mampu meningkatkan motivasibelajar peserta didik.
3. Fase ini memperlihatkan kepeduliantenaga pendidik pada proses pembelajaranstruktur data.
4. Fase ini dapat meningkatkan kepercayaandiri peserta didik.
5. Fase ini dapat meningkakan jiwakompetitif peserta didik
Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap model“Pengembangan Model Coopertive Oriented Problem (COP) Pada MataKuliah Struktur Data”. dengan ini menyatakan bahwa model ini (lingkari salahsatu):
1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat
banyak
Padang, Januari 2019Validator,
(..............................................)
190
Lampiran 8. Hasil Penilaian Validator terhadap Model Cooperative Oriented
Problem
Hasil Penilaian Validator terhadap Model Cooperative Oriented Problem
NO SINTAKBUTIR VALIDATOR
PERTANYAAN 1 2 3 4 51
Submission of goalsand motivation
A1 4 3 5 4 22 A2 3 4 5 4 33 A3 4 4 3 4 24 A4 3 4 5 4 35 A5 5 4 3 5 46
Smart Grouping
B1 4 3 4 5 47 B2 3 4 3 4 28 B3 4 5 4 3 49 B4 5 4 3 5 4
10 B5 4 5 4 5 411
Define Problems
C1 4 5 4 5 412 C2 3 5 4 3 413 C3 5 4 3 4 214 C4 4 5 4 5 415 C5 5 4 3 5 416
Discussion
D1 3 5 4 5 417 D2 5 4 3 5 418 D3 4 5 4 5 419 D4 5 4 3 4 520 D5 5 2 4 3 421
Present
E1 4 5 4 5 422 E2 3 5 4 3 423 E3 5 4 3 4 224 E4 4 5 4 5 425 E5 5 4 3 5 426
Evaluation
F1 3 2 4 5 427 F2 5 4 5 5 428 F3 4 5 4 5 429 F4 3 4 5 4 530 F5 5 4 5 4 531
Reward
G1 5 4 5 4 532 G2 5 4 5 5 433 G3 5 4 5 4 534 G4 5 4 5 4 535 G5 3 5 4 5 4
191
Lampiran 9. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Modul
LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP MODUL
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM
PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..
Petunjuk Pengisian Lembar Validasi
Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
tentang kualitas konstruk modul “Pengembangan Model PembelajaranCoopertive Oriented Problem (COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”.Pendapat, penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akan sangat bermanfaatuntuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini. Untuk itu kami mohonBapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan sesuaidengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannya berkisar dari 1 sampai dengan 5(Sangat Tidak Baik sampai dengan Sangat Baik).
1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik
192
Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dankoreksi) yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakansemata-mata untuk kepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasamaBapak/Ibu, disampaikan terima kasih.
Padang, Januari 2019
Peneliti
193
No Aspek Kualitas KonstrukModul Mata Kuliah Struktur Data
Alternatif Skor Penilaian1 2 3 4 5
I. Organisasi Materi1. Desain sampul menarik dan menggambarkan
model Cooperative Oriented Problem
2. Kerangka isi modul terstruktur dan sistematisdengan baik
3. Modul dilengkapi dengan petunjukpenggunaan modul
4. Referensi dan sumber bahan bacaan yangmemadai dan jelas.
II. Format Penulisan5. Materi dan bahan ajar dalam modul dapat
terbaca dengan jelas.
6. Tata letak materi jelas dan rinci.
7. Tata letak (layout) sesuai kebutuhan dankaedah penulisan.
III. Penggunaan Bahasa8. Tata tulis sesuai dengan kaedah bahasa
indonesia (EYD)
9. Penggunaan kalimat tidak berbelit-belitsehingga mudah dipahami
1 0 . Paragraf tersusun dengan jelas dan rapiIV. Aspek Isi
11.Materi ajar sesuai dengan silabus
12.Materi sesuai dengan SAP
13.Terdapat penjelasan deskripsi modul matakuliah yang dikembangkan.
14.Petunjuk penggunaan modul sangat jelas dankonkrit.
15.Kegiatan tenaga pendidik dan peserta didiktergambar dengan jelas.
16.Materi tersusun dengan sistematis17.Modul dilengkapi dengan rangkuman18.Cakupan materi pada modul sesuai dengan
tujuan pembelajaran dan kebutuhankurikulum.
19.Modul menerapkan prinsip motivasi bagi pesertadidik untuk mempertahankan daya baca
20.Tugas dan tes dapat menguji kemampuanpengguna dalam menguasai konsep
21.Pesan pada modul mengandung unsurperubahan sikap peserta didik
22.Modul dilengkapi dengan rangkuman
194
Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap modul“Pengembangan Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP)Pada Mata Kuliah Struktur Data”. dengan ini menyatakan bahwa model ini(lingkari salah satu):
1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat
banyak
Padang, Januari 2019Validator,
(..............................................)
195
Lampiran 10. Lembar Validasi para Ahli (Experts) terhadap Media Pembelajaran
Penilaian Validator terhadap Modul Mata Kuliah Struktur Data dengan Model
Pembelajaran Cooperative Oriented Problem
No. Aspek YangDinilai
∑s n(c-1)
Aiken'sV
Ket
1 Item 1 17 20 0,85 Valid
2 Item 2 14 20 0,70 Valid
3 Item 3 18 20 0,90 Valid
4 Item 4 16 20 0,80 Valid
5 Item 5 15 20 0,75 Valid
6 Item 6 15 20 0,75 Valid
7 Item 7 16 20 0,80 Valid
8 Item 8 17 20 0,85 Valid
9 Item 9 18 20 0,90 Valid
10 Item 10 15 20 0,75 Valid
11 Item 11 17 20 0,85 Valid
12 Item 12 16 20 0,80 Valid
13 Item 13 17 20 0,85 Valid
14 Item 14 16 20 0,80 Valid
15 Item 15 15 20 0,75 Valid
16 Item 16 18 20 0,90 Valid
17 Item 17 19 20 0,95 Valid
18 Item 18 16 20 0,80 Valid
19 Item 19 17 20 0,85 Valid
20 Item 20 16 20 0,80 Valid
21 Item 21 14 20 0,70 Valid
22 Item 22 18 20 0,90 ValidJumlah 485 18,00
ValidRata-Rata 22,05 0,86
196
Lampiran 11. Hasil Penilaian Validator terhadap Media Pembelajaran Mata
Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative Oriented
Problem
LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM
PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..
Petunjuk Pengisian Lembar Validasi
Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
tentang kualitas konstruk media pembelajaran “Pengembangan ModelPembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP) Pada Mata KuliahStruktur Data”. Pendapat, penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akansangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini.Untuk itu kami mohon Bapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yangtelah disediakan sesuai dengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannyaberkisar dari 1 sampai dengan 5 (Sangat Tidak Baik sampai dengan SangatBaik).
1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik
197
Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dankoreksi) yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakansemata-mata untuk kepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasamaBapak/Ibu, disampaikan terima kasih.
Padang, Januari 2019
Peneliti
198
No Aspek Kualitas Media (Website)Alternatif Skor Penilaian
1 2 3 4 5
I. Komponen Website1. Menu dan konten website sesuai
dengan kebutuhan2. Halaman website mempermudah
peserta didik untuk mendapatkaninformasi
3. Materi pada website pembelajaranmudah diakses
4. Website menerapkan prinsip motivasibagi peserta didik dalammempertahankan daya baca
5. Tugas yang disajikan pada websitemendorong peserta didik untukberaktivitas
6. Pesan pembelajaran pada websitemembantu peningkatan keterlibatankognisi peserta didik
7. Pesan website membantu peserta didikbelajar konsep
8. Website membelajarkan peserta didikagar mampu memecahkan masalah
9. Website menyediakan fasilitas untukpengguna melakukan umpan balik
10. Konten pada website memandupengguna untuk melakukan tindakan
11. Panduan membantu penggunaberinteraksi dengan website
II. Aspek Tampilan12. Desain dan tampilan visual website
menarik13. Desain grafis yang terdapat pada
website sesuai dengan materi pelajaran14. Link yang digunakan pada website
dibuat dengan jelas15. Teks yang digunakan dalam website
memenuhi aspek keterbacaan16. Ukuran dan jenis huruf yang
digunakan pada website memenuhistandar keterbacaan sebuah mediawebsite
17. Warna yang digunakan website tidakmenggangu penglihatan (konsisten)
199
III. Aspek Multimedia18. Penggunaan animasi yang terdapat
pada website mempermudah pesertadidik memahami materi ajar
19. Animasi yang digunakan pada websitemenarik
IV. Aspek Kebahasaan20. Bahasa yang digunakan pada website
mudah dipahami21. Bahasa yang digunakan dalam website
bersifat komunikatif22. Bahasa pada website menggunakan
kaedah bahasa Indonesia yang baikdan benar (EYD)
Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap mediapembelajaran“Pengembangan Model Pembelajaran Coopertive OrientedProblem (COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”. dengan ini menyatakanbahwa model ini (lingkari salah satu):
1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat
banyak
Padang, Januari 2019Validator,
(..............................................)
200
Lampiran 12. Lembar Validasi para Ahli (Experts) terhadap Panduan Mengajar
Hasil Penilaian Validator terhadap Media Pembelajaran Mata Kuliah StrukturData dengan Model Cooperative Oriented Problem
No.Aspek yang
DinilaiPenilaian Validator ∑s Aiken's
VKet
1 2 3 4 51 Item 1 4 4 4 5 5 17 0,85 Valid2 Item 2 3 4 4 4 5 15 0,75 Valid3 Item 3 4 4 5 5 4 17 0,85 Valid4 Item 4 4 5 5 4 4 17 0,85 Valid5 Item 5 4 4 5 5 4 17 0,85 Valid6 Item 6 4 5 5 5 4 18 0,90 Valid7 Item 7 4 5 4 4 4 16 0,80 Valid8 Item 8 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid9 Item 9 4 5 5 4 4 17 0,85 Valid10 Item 10 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid11 Item 11 4 4 5 4 5 17 0,85 Valid12 Item 12 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid13 Item 13 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid14 Item 14 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid15 Item 15 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid16 Item 16 4 4 4 5 4 16 0,80 Valid17 Item 17 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid18 Item 18 4 4 4 5 5 17 0,85 Valid19 Item 19 3 4 4 5 4 15 0,75 Valid20 Item 20 4 4 5 5 5 18 0,90 Valid21 Item 21 4 4 5 5 5 18 0,90 Valid22 Item 22 4 5 4 5 5 18 0,90 Valid
Jumlah 87 100 103 104 104 498 18,65Valid
Rata-Rata 3,955 4,545 4,682 4,727 4,727 22,64 0,85
201
Lampiran 13. Hasil Penilaian Validator terhadap Panduan Mengajar pada
Mata Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative
Oriented Problem
LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP PANDUAN MENGAJAR
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM
PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..
Petunjuk Pengisian Lembar Validasi
Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
tentang kualitas konstruk panduan mengajar “Pengembangan ModelPembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP) Pada Mata KuliahStruktur Data”. Pendapat, penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akansangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini.Untuk itu kami mohon Bapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yangtelah disediakan sesuai dengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannyaberkisar dari 1 sampai dengan 5 (Sangat Tidak Baik sampai dengan Sangat Baik).
1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik
202
Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dankoreksi) yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakansemata-mata untuk kepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasamaBapak/Ibu, disampaikan terima kasih.
Padang, Januari 2019
Peneliti
203
No Aspek Kualitas KonstrukPerangkat Pembelajaran
Alternatif Skor Penilaian1 2 3 4 5
I. Komponen Silabus
1. Silabus dilengkapi dengan identitas silabus
2. Silabus memuat pokok-pokok bahasan setiappertemuan
3. Silabus mata kuliah memuat rubrik kegiatanpembelajaran.
4. Silabus mencantumkan strategi pembelajaranyang bervariasi
5. Silabus dilengkapi dengan daftar bacaanyang relevan dengan materi perkuliahan
II. Kompenen SAP6. SAP dilengkapi dengan identitas SAP7. Kesesuaian SAP dengan silabus8. SAP dikembangkan didasari kaedah model
pembelajaran Cooperative Oriented Problem
9. Media pembelajaran digunakan secarabervariasi
10. SAP dilengkapi dengan kegiatan evaluasiformatif
11. SAP dilengkapi dengan kegiatan evaluasisumatif
III. Bahasa12. Bahasa yang digunakan sesuai dengan EYD
13. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
14. Bahasa yang digunakan terstruktur sistematis
IV. Sistem Evaluasi15. Petujuk tes mudah dipahami dan dapat
dilaksanakan.16. Tujuan tes tersampaikan dengan baik dan
jelas.17. Soal tes dapat mengukur kemampuan peserta
didik.18. Indikator kompetensi yang ingin dicapai
jelas dan dapat diukur.19. Kriteria dalam penilaian jelas dan dapat
dilaksanakan.
20. Aspek-aspek yang dinilai jelas dan terukur.
21. Penilaian mencakup hasil kognitif, afektifdan psikomotor.
204
Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap panduanmengajar “Pengembangan Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem(COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”. dengan ini menyatakan bahwamodel ini (lingkari salah satu):
1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat
banyak
Padang, Januari 2019Validator,
(..............................................)
205
Lampiran 14. Lembar Validasi para Ahli (Experts) terhadap Buku Model
Hasil Penilaian Validator terhadap Panduan Mengajar pada Mata Kuliah StrukturData dengan Model Cooperative Oriented Problem
No.Aspekyang
Dinilai
Penilaian Validator ∑s Aiken's V Ket
1 2 3 4 5
1 Item 1 4 4 5 4 5 17 0,85 Valid
2 Item 2 3 4 4 4 4 14 0,70 Valid
3 Item 3 4 4 5 5 5 18 0,90 Valid
4 Item 4 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid
5 Item 5 3 4 5 4 4 15 0,75 Valid
6 Item 6 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid
7 Item 7 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid
8 Item 8 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid
9 Item 9 4 4 5 5 5 18 0,90 Valid
10 Item 10 3 4 4 4 5 15 0,75 Valid
11 Item 11 4 4 5 5 4 17 0,85 Valid
12 Item 12 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid
13 Item 13 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid
14 Item 14 4 5 4 4 4 16 0,80 Valid
15 Item 15 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid
16 Item 16 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid
17 Item 17 4 5 5 5 5 19 0,95 Valid
18 Item 18 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid
19 Item 19 4 5 4 4 5 17 0,85 Valid
20 Item 20 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid
21 Item 21 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid
Jumlah 82 93 96 94 101 466 17,30Valid
Rata-Rata 3,727 4,227
4,364 4,273 4,591 21,18 0,82
206
Lampiran 15. Hasil Penilaian Validator terhadap Buku Model Cooperative Oriented
Problem
LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP BUKU MODEL
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM
PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..
Petunjuk Pengisian Lembar Validasi
Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
tentang kualitas konstruk buku model “Pengembangan Model PembelajaranCoopertive Oriented Problem (COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”.Pendapat, penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akan sangat bermanfaatuntuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini. Untuk itu kami mohonBapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan sesuaidengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannya berkisar dari 1 sampai dengan 5(Sangat Tidak Baik sampai dengan Sangat Baik).
1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik
207
Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dankoreksi) yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakansemata-mata untuk kepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasamaBapak/Ibu, disampaikan terima kasih.
Padang, Januari 2019
Peneliti
208
No Aspek Kualitas Konstruk Buku Model MataKuliah Struktur Data
Alternatif Skor Penilaian1 2 3 4 5
I. Organisasi Materi1. Desain sampul menarik dan
menggambarkan buku model CooperativeOriented Problem
2. Kerangka isi buku model terstruktur dansistematis dengan baik
3. Referensi dan sumber bahan bacaan yangmemadai dan jelas.
II. Format Penulisan4. Materi dan kajian dalam buku model dapat
terbaca dengan jelas.
5. Tata letak materi jelas dan rinci.
6. Tata letak (layout) sesuai kebutuhan dankaedah penulisan.
III. Penggunaan Bahasa7. Tata tulis sesuai dengan kaedah bahasa
indonesia (EYD)
8. Penggunaan kalimat tidak berbelit-belitsehingga mudah dipahami
9 . Paragraf tersusun dengan jelas dan rapi
IV. Aspek Isi10. Menggunakan teori dasar yang relevan
sebagai penguatan model11. Penggunaan teori cukup dan memadai untuk
sebuah model12. Cakupan teori tentang model pembelajaran
Coopertive Oriented Problem dikemukakandengan jelas
13. Penjelasan masing-masing teori dapatdipahami dan cakupan luas
14. Kajian materi sangat komprehensif
15. Fase-fase atau sintaks model terurai denganjelas dan mudah dilakukan.
209
Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap buku model“Pengembangan Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP)Pada Mata Kuliah Struktur Data”. Dengan ini menyatakan bahwa model ini(lingkari salah satu):
1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat
banyak
Padang, Januari 2019Validator,
(..........................................................)
210
Lampiran 16. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Modul
Hasil Penilaian Validator terhadap Buku Model Cooperative Oriented Problem
1 2 3 4 51 Item 1 4 4 5 4 5 17 0,85 Valid2 Item 2 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid3 Item 3 4 4 4 5 4 16 0,80 Valid4 Item 4 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid5 Item 5 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid6 Item 6 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid7 Item 7 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid8 Item 8 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid9 Item 9 4 4 5 4 5 17 0,85 Valid10 Item 10 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid11 Item 11 4 4 4 5 5 17 0,85 Valid12 Item 12 4 4 5 5 4 17 0,85 Valid13 Item 13 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid14 Item 14 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid15 Item 15 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid
61 65 70 69 69 334 12,204,067 4,333 4,667 4,6 4,6 22,27 81%
JumlahValid
Rata-Rata
No.Aspek Yang
DinilaiPenilaian Validator ∑s Aiken's
VKet
211
Lampiran 17. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Modul
LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON TENAGA PENDIDIKTERHADAP MODUL
PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitas modul“Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP) Pada MataKuliah Struktur Data”.
B. Petunjuk Penilaian
1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatanyang dilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yangtersedia.
2. Makna point praktikalitas adalah:
5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju
3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.
Padang, Januari 2020
Peneliti
212
INSTURMEN PRAKTIKALITAS MODUL PEMBELAJARANMATA KULIAH STRUKTUR DATA
No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian
SS S CS TS STS1. Variasi penyajian materi pada modul
mengkombinasikan teks, bagan dan gambar2. Urutan penyajian materi pada modul dapat
meningkatkan perhatian peserta didik terhadapperkuliahan
3. Modul dapat membantu tenaga pendidik dalammembangkitkan motivasi dan partisipasi peserta didik
4. Penyajian materi dengan modul ini dapat menujangkegiatan pembelajaran peserta didik
5. Modul ini dapat membantu kelancaran prosespembelajaran
6. Interaksi antara tenaga pendidik dan peserta didikdalam modul ini mudah diterapkan
7. Langkah-langkah dalam modul ini mudah diterapkan
8. Penggunaan modul dapat membantu pengontrolanpeserta didik dalam proses pembelajaran
9. Penggunaan modul dapat membantu tenaga pendidiksharing ilmu baik sesama tenaga pendidik atau pundengan peserta didik dalam pembelajaran
10. Penggunaan modul dapat membantu peningkatankemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran
11. Penggunaan modul dapat membantu menumbuhkanpengalaman belajar peserta didik dalam prosespembelajaran
12. Penggunaan modul dapat membantu meningkatanaktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran
13. Penggunaan modul dapat membantu peserta didikmemahami konsep tentang kegiatan perkuliahan yangdilakukan
14. Penyajian materi dalam modul sesuai dengan tujuanpembelajaran
15. Materi dalam modul ini dapat memenuhi LearningOutcomes yang diharapkan dalam pembelajaran
16. Modul menggunakan istilah-istilah yang mudahdipahami
17. Modul menggunakan jenis teks yang mudah dibaca
18. Bahasa penyajian pada modul mudah dipahami
213
Saran/Komentar
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Padang, Januari 2019Pengguna,
(Tanda Tangan)
214
Lampiran 18. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik terhadap
Kepraktisan Modul Mata Kuliah Struktur Data
Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga pendidik terhadap Kepraktisan ModulMata Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative Oriented Problem
215
Lampiran 19. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Media
Pembelajaran
LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON TENAGA PENDIDIKTERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitas mediapembelajaran “Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP)Pada Mata Kuliah Struktur Data”.
B. Petunjuk Penilaian
1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatan yangdilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia.
2. Makna point praktikalitas adalah:
5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju
3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.
Padang, Januari 2020
Peneliti
216
INSTURMEN PRAKTIKALITAS MEDIA PEMBELAJARAN (WEBSITE)MATA KULIAH STRUKTUR DATA
No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian
SS S CS TS STS1. Materi pada website sesuai dengan pokok
bahasan pada silabus2. Petunjuk pada halaman website dapat
membantu dalam mengakses materi3. Materi pada website pembelajaran mudah
diakses4. Materi pada web sesuai dengan kebutuhan
peserta didik5. Urutan materi yang disajikan pada website
dapat meningkatkan perhatian terhadapperkuliahan
6. Tidak membutuhkan waktu yang lama dalammemahami materi pada website
7. Penyajian materi pada website menarik
8. Tugas yang disajikan pada websitemendorong peserta didik untuk beraktivitas
9. Website dapat dengan mudah digunakandalam proses pembelajaran
10. Tugas-tugas yang ada dalam website dapatdiselesaikan oleh mahasiwa
11. Akses website mudah dilakukan
12. Panduan dapat membantu berinteraksidengan website
13. Tampilan website fleksibel
14. Desain visual website menarik
15. Desain grafis yang terdapat pada websitesesuai dengan materi pelajaran
16. Istilah-istilah yang digunakan dalam websitemudah dipahami
17. Jenis huruf yang digunakan pada websitemudah dibaca
18. Ukuran huruf yang digunakan pada websitemudah dibaca
19. Warna yang digunakan website tidakmenggangu penglihatan
20. Tata letak penyajian materi pada websitedapat meningkatkan perhatian peserta didikuntuk membaca materi
21. Animasi yang digunakan pada website
217
menarik
22. Animasi yang terdapat pada websitemendukung materi ajar
23. Bahasa penyajian materi pada website mudahdipahami
Saran/Komentar
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Padang, Januari 2019Pengguna,
(Tanda Tangan)
218
Lampiran 20. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik
Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik terhadap Kepraktisan MediaPembelajaran pada Mata Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative
Oriented Problem
219
Lampiran 21. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Panduan
Mengajar
LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON TENAGA PENDIDIKTERHADAP PANDUAN MENGAJAR
PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitaspanduan mengajar “Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem(COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”.
B. Petunjuk Penilaian
1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatan yangdilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia.
2. Makna poin praktikalitas adalah:
5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju
3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.
Padang, Januari 2020
Peneliti
220
INSTRUMEN PRAKTIKALITAS PANDUAN MENGAJAR (SILABUSDAN SAP) MATA KULIAH STRUKTUR DATA
No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian
SS S CS TS STS1. Identitas silabus jelas dan lengkap
2. Tujuan mata kuliah pada silabus mudah dipahami
3. Urutan materi pada silabus sesuai dengan tujuanmata kuliah
4. Strategi pembelajaran pada silabus mudahdilaksanakan
5. Strategi pembelajaran pada silabus sesuai dengantujuan pembelajaran
6. Daftar bacaan pada silabus relevan dengan materipembelajaran
7. Identitas SAP jelas dan lengkap
8. Tujuan mata kuliah pada SAP mudah dipahami
9. SAP sesuai dengan silabus
10. Urutan materi pada SAP sesuai dengan tujuanmata kuliah
11. SAP menggunakan pendekatan pembelajaranberbasis kompetensi
12. Media pembelajaran mudah digunakan
13. Kegiatan evaluasi formatif pada SAP jelas, rinci,mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan
14. Kegiatan evaluasi sumatif pada SAP jelas, rinci,mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan
15. SAP membantu saya dalam melaksanakanpembelajaran berbasis kompetensi
16. Bahasa yang digunakan pada silabus dan SAPmudah dipahami
17. Bahasa yang digunakan pada silabus dan SAPsesuai EYD
221
Saran/Komentar
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Padang, Januari 2019Pengguna,
(Tanda Tangan)
222
Lampiran 22. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik terhadap
Kepaktisan Panduan Mengajar Mata Kuliah Struktur Data
Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga pendidik terhadap KepraktisanPanduan Mengajar Mata Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative
Oriented Problem
1 2 3 4 51 Pernyataan 1 4 5 5 5 4 23 92% Sangat Praktis2 Pernyataan 2 5 4 5 4 5 23 92% Sangat Praktis3 Pernyataan 3 4 5 4 5 4 22 88% Praktis4 Pernyataan 4 4 3 4 4 5 20 80% Praktis5 Pernyataan 5 5 4 4 5 4 22 88% Praktis6 Pernyataan 6 4 4 5 4 5 22 88% Praktis7 Pernyataan 7 5 4 5 4 5 23 92% Sangat Praktis8 Pernyataan 8 4 4 5 5 4 22 88% Praktis9 Pernyataan 9 4 4 5 5 4 22 88% Praktis10 Pernyataan 10 5 5 4 5 4 23 92% Sangat Praktis11 Pernyataan 11 4 4 5 5 5 23 92% Sangat Praktis12 Pernyataan 12 4 4 4 4 5 21 84% Praktis13 Pernyataan 13 5 4 5 4 5 23 92% Sangat Praktis14 Pernyataan 14 4 5 4 4 5 22 88% Praktis15 Pernyataan 15 4 4 5 4 5 22 88% Praktis16 Pernyataan 16 4 4 5 4 5 22 88% Praktis17 Pernyataan 17 4 4 5 4 4 21 84% Praktis
1504%84%
Kategori
JumlahPraktis
Rata-Rata
No. PernyataanDosen
Jumlah Persentase
223
Lampiran 23. Lembar Praktikalitas Respon Peserta Didik terhadap Media
Pembelajaran
LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON PESERTA DIDIKTERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitas modul“Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP) Pada MataKuliah Struktur Data”.
B. Petunjuk Penilaian
1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatan yangdilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia.
2. Makna poin praktikalitas adalah:
5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju
3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.
Padang, Januari 2020
Peneliti
224
INSTURMEN PRAKTIKALITAS MODUL PEMBELAJARAN
MATA KULIAH STRUKTUR DATA
No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian
SS S CS TS STS1. Variasi penyajian materi pada modul
mengkombinasikan teks, bagan dan gambar2. Urutan penyajian materi pada modul dapat
meningkatkan perhatian saya terhadap perkuliahan
3. Saya tidak membutuhkan waktu yang lama untukmemahami materi yang mengkombinasikan teks,bagan dan gambar
4. Materi pada modul sesuai dengan pokok bahasanpertemuan pada silabus
5. Materi pada modul sesuai dengan kebutuhan saya6. Materi pada modul berkaitan dengan pengetahuan
saya sebelumnya7. Penyajian materi pada modul tidak menyulitkan
saya dalam memahaminya8. Modul tidak menuntut saya bekerja lebih keras
untuk memahaminya9. Kegiatan pada modul pembelajaran ini mudah
dimengerti10. Kegiatan pada modul pembelajaran ini mudah
dilaksanakan11. Modul menggunakan jenis teks yang mudah saya
baca12. Modul menggunakan istilah-istilah yang mudah
saya pahami13. Bahasa penyajian pada modul mudah saya pahami
14. Tata letak penyajian modul meningkatkan perhatiansaya untuk membacanya
15. Warna teks modul tidak menggangu kenyamananmata saya
Saran/Komentar
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Padang, Januari 2019Pengguna,
(Tanda Tangan)
225
Lampiran 24. Hasil Analisis Data Angket Respon Peserta Didik terhadap
Kepraktisan Modul Mata Kuliah Struktur Data
Hasil Analisis Data Angket Respon Peserta Didik terhadap Kepraktisan ModulMata Kuliah Struktur Data dengan Model Pembelajaran Cooperative Oriented
Problem
226
Lampiran 25. Lembar Praktikalitas Respon Peserta Didik terhadap Media
Pembelajaran
LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON PESERTA DIDIKTERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA
Oleh: Yogi Yunefri
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitas mediapembelajaran “Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP)Pada Mata Kuliah Struktur Data”.
B. Petunjuk Penilaian
1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatan yangdilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia.
2. Makna poin praktikalitas adalah:
5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju
3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.
Padang, Januari 2020
Peneliti
227
INSTURMEN PRAKTIKALITAS MEDIA PEMBELAJARAN (WEBSITE)
MATA KULIAH STRUKTUR DATA
No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian
SS S CS TS STS1. Materi pada website sesuai dengan pokok
bahasan pada silabus2. Petunjuk pada halaman website membantu
saya dalam mengakses materi3. Materi pada website pembelajaran mudah
diakses4. Materi pada web sesuai dengan kebutuhan
saya5. Urutan materi yang disajikan pada website
meningkatkan perhatian saya terhadapperkuliahan
6. Saya tidak membutuhkan waktu yang lebihlama dalam memahami materi pada website
7. Penyajian materi pada website menarikperhatian saya untuk mengikuti kegiatanperkuliahan
8. Tugas yang disajikan pada Websitemendorong saya untuk beraktivitas
9. Website dapat dengan mudah saya gunakandalam proses pembelajaran
10. Tugas-tugas yang ada dalam website dapatsaya selesaikan
11. Akses website mudah dilakukan
12. Panduan membantu saya berinteraksi denganwebsite
13. Tampilan website fleksibel
14. Desain visual website menarik
15. Desain grafis yang terdapat pada websitesesuai dengan materi pelajaran
16. Saya dapat membaca teks yang ada di dalamwebsite
17. Jenis huruf yang digunakan pada websitemudah saya baca
18. Ukuran huruf yang digunakan pada websitetidak mengganggu saya dalam membaca
19. Warna yang digunakan website tidakmenggangu penglihatan
20. Tata letak penyajian materi pada websitemeningkatkan perhatian saya untuk membaca
228
materi
21. Animasi yang digunakan pada websitemenarik
22. Animasi yang terdapat pada websitemendukung materi ajar
23. Bahasa penyajian materi pada website mudahsaya pahami
Saran/Komentar
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Padang, Januari 2019
Pengguna,
(Tanda Tangan)
229
Lampiran 26. Hasil Analisis Data Angket Respon Peserta Didik terhadap
Kepraktisan Media Pembelajaran pada Kuliah Struktur
Data
Hasil Analisis Data Angket Respon Peserta didik terhadap Kepraktisan MediaPembelajaran Mata pada Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative
Oriented Problem
230
Lampiran 27. Data Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik
Data Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik
NOKELAS EKPERIMEN KELAS KONTROL
PRETEST POSTTEST PRETEST POSTTEST1 33 82 22 752 24 74 31 773 33 83 33 674 26 74 24 615 31 79 33 756 37 78 37 707 35 81 33 778 24 79 31 689 28 73 35 77
10 33 74 31 7511 31 78 26 6012 24 82 28 6513 35 79 35 7514 26 67 26 7115 28 79 28 6516 33 81 33 7717 24 83 28 6318 40 74 37 8219 26 74 35 8420 37 69 28 8221 28 8322 35 8123 26 7924 37 8525 28 7926 26 8127 22 8228 33 7829 24 7830 33 83
231
Lampiran 28. Analisis Data Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasilbelajar
Pre-Test Eksperimen(COP)
.160 30 .048 .934 30 .062
Post-Test Eksperimen(COP)
.142 30 .127 .967 30 .460
Pre-Test Kontrol(Konvensional)
.154 20 .200* .952 20 .393
Post-Test Kontrol(Konvensional)
.158 20 .200* .962 20 .578
*. This is a lower bound of the true significance.a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
LeveneStatistic
df1 df2 Sig.
Hasilbelajar
Based on Mean 1.305 3 96 .277
Based on Median 1.343 3 96 .265
Based on Median andwith adjusted df
1.343 3 91.360
.265
Based on trimmed mean 1.296 3 96 .280
(Barrows and Robyn M. Tamblyn, 1980)