pengembangan model pembelajaran cooperative

249
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE ORIENTED PROBLEM (COP) PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA DISERTASI Ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan Gelar Doktor Pendididkan Teknologi dan Kejuruan Oleh: YOGI YUNEFRI NIM 15193033 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020

Upload: khangminh22

Post on 12-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVEORIENTED PROBLEM (COP) PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

DISERTASI

Ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkanGelar Doktor Pendididkan Teknologi dan Kejuruan

Oleh:YOGI YUNEFRI

NIM 15193033

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020

i

ABSTRACT

Yogi Yunefri, 2020. Development of Cooperative Oriented Problem LearningModels in the Data Structure Course.

Based on preliminary studies and needs analysis (needs analysis) conductedin the Data Structure course, it was found that learning outcomes and problem-solving skills in the Data Structure course were still low, so it was necessary todevelop a learning model that was relevant to the current learning situation. Thisstudy aims to develop a cooperative oriented problem (COP) learning model inthe Data Structure course that is valid, effective and practical.

This type of research is Research and Development, methods andprocedures for developing the application of the ADDIE model (Analysis, Design,Development, Implementation and Evaluation). Cooperative Oriented Problemlearning model uses 7 steps; 1) Delivery of goals and motivation, 2) IntelligentGrouping, 3) Define the Problem, 4) Discussion, 5) Presentation, 6) Evaluation,7) Reward. The analysis technique uses the Aiken'V test, and the validity uses theexpert test and Focus Group Discussion (FGD). The practicality test was carriedout by applying the product to educators and students in the form of a productpracticality questionnaire and to test the effectiveness of the product with theTwo-Group Pretest and Posttest Design experiments.

The research finding is a Learning Model Cooperative Oriented Problem(COP) in the Data Structure course. This Cooperative Oriented ProblemLearning Model makes students able to improve the 4C (Critical Thinking,Communication, Collaboration, and Creativity) of students by working with theirstudy groups, models and systems that support meeting validity criteria, compiledbased on research and development models ( Research-Based Model) andsuitable for use according to experts. The implication of this research is that thedeveloped Cooperative Oriented Problem (COP) Model can improve learningoutcomes in the Data Structure course. There was a change in attitude, botheducators and students in achieving learning objectives. Change becomes themain condition in achieving an innovation. The increase in the average increaseis actually 11% in the competencies of students, it can be assumed that theCooperative Oriented Problem learning model is able to increase the competenceof critical thinking, communication, collaboration, and creativity owned bystudents simultaneously. For the data structure model, the Cooperative OrientedProblem (COP) course makes it easier for abstract theories in data structurecourses to apply to students, so that understanding this data structure theory canproduce reliable programmers who can advance technological development inIndonesia.

Keywords: Cooperative Oriented Problem (COP) Model, Data Structure.

ii

ABSTRAK

Yogi Yunefri, 2020. Pengembangan Model Pembelajaran CooperativeOriented Problem pada Mata Kuliah Struktur Data. Disertasi PascasarjanaFakultas Teknik Universitas Negeri Padang.

Berdasarkan studi pendahuluan dan analisis kebutuhan (need analysis) yangdilakukan pada mata kuliah Struktur Data, ditemukan hasil belajar dankemampuan memecahkan masalah dalam mata kuliah Struktur Data yang masihrendah, sehingga perlu pengembangan model pembelajaran yang relevan dengansituasi pembelajaran saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkansebuah model pembelajaran Cooperative Oriented Problem (COP) pada matakuliah Struktur Data yang valid, efektif dan praktis.

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research andDevelopment), metode dan prosedur pengembangan menerapkan model ADDIE(Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation). Modelpembelajaran Cooperative Oriented Problem menggunakan 7 langkah; 1)Submission of goals and motivation, 2) Smart Grouping, 3) Define Problems, 4)Discussion, 5) Present, 6) Evaluation, 7) Reward. Teknik analisis menggunanakanuji Aiken’V, dan validitas menggunakan uji pakar dan Focus Group Discussion(FGD). Uji kepraktisan dilakukan penerapan produk kepada tenaga pendidik danpeserta didik dalam bentuk angket kepraktisan produk dan untuk mengujiefektifitas produk dengan eksperimen Two-Group Pretest dan Posttest Design.

Temuan penelitian adalah sebuah Model Pembelajaran CooperativeOriented Problem (COP) pada mata kuliah Struktur Data. Model PembelajaranCooperative Oriented Problem ini mampu meningkatkan kemampuan 4C(Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Creativity) peserta didikdengan cara bekerja sama dengan kelompok belajarnya, model dan sistempendukung memenuhi kriteria validitas, disusun berbasis model penelitian danpengembangan (Research-Based Model) dan layak digunakan menurut para pakar.Implikasi penelitian ini bahwa Model Cooperative Oriented Problem (COP) yangdikembangkan mampu meningkatkan hasil belajar mata kuliah Struktur Data.Terjadi perubahan sikap, baik tenaga pendidik maupun peserta didik dalammencapai tujuan pembelajaran. Perubahan sikap menjadi syarat utama dalammencapai keberhasilan sebuah inovasi. Terjadi peningkatan rata-rata sebenar 11%pada kompetensi yang dimiliki peserta didik, hal ini dapat di asumsikan bahwadengan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem mampumeningkatkan kompetensi critical thinking, communication, collaboration, dancreativity yang dimiliki peserta didik secara simultan. Bagi mata kuliah strukturdata model Cooperative Oriented Problem (COP) ini mempermudah teori-teoriabstrak dalam mata kuliah struktur data untuk dipahami peserta didik, sehinggadengan pemahaman teori struktur data ini dapat melahirkan programmer handalyang dapat memajukan perkembangan teknologi di Indonesia.

Kata kunci: Model Cooperative Oriented Problem (COP), Struktur Data.

iii

iv

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, disertasi dengan judul “Pengembangan ModelPembelajaran Cooperative Oriented Problem (COP) Pada Mata KuliahStruktur Data” adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelarakademik, baik di Universitas Negeri Padang maupun di Perguruan Tinggilainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpabantuan tidak sah dari pihak lain kecuali arahan tim promotor dan timpembahas.

3. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telahditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis denganjelas dan dicantumkan pada daftar rujukan.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hariterdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini maka saya bersediamenerima sanksi akademik, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma danketentuan hukum yang berlaku.

Padang, 24 Agustus 2020Saya yang menyatakan,

Yogi YunefriNIM. 15193033

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan disertasi ini dapat diselesaikan.

Teriring salam dan salawat kepada junjungan Rasulullah Nabi Muhammad SAW.,

yang telah menyampaikan risalah kehidupan untuk menuntun umat manusia ke

arah yang lebih baik. Disertasi ini berjudul Pengembangan Model Pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada Mata Kuliah Struktur Data. Disertasi ini

disusun dengan tujuan mengembangkan sebuah model pembelajaran pada mata

kuliah Struktur Data di Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang

Kuning sebagai salah satu pilihan model pembelajaran pada mata kuliah Struktur

Data.

Disertasi ini peneliti susun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Doktor S3 Pendidikan Teknologi

dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Ganefri, M.Pd, Ph.D, selaku Rektor Universitas Negeri.

2. Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed selaku Promotor I dan Drs. Syahril, ST,

MSCE, Ph.D, selaku Promotor II yang telah membimbing, memotivasi dan

memberikan arahan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.

3. Dr. Dedy Irfan, S.Pd, M.Kom selaku Pembahas yang telah membimbing,

motivasi, memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan disertasi ini.

4. Dr. Fahmi Rizal, M.Pd., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Padang.

5. Prof. Dr. Ambiyar, M.Pd selaku Ketua Program Studi Doktor S3 Pendidikan

Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri.

6. Prof. Dr. Ivan Hanafi, M.Pd selaku Penguji Luar Institusi yang telah

memberikan pengarahan dan masukan dalam penyempurnaan penelitian

disertasi ini.

vii

7. Rektor Universitas Lancang Kuning, Dekan Fakultas Ilmu Komputer, Ketua

Program Studi dan rekan-rekan sejawat pada Program Studi Teknik

Informatika Universitas Lancang Kuning yang memberikan dorongan moril

kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan disertasi ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program Doktor Pascasarjana Universitas Negeri

Padang khususnya angkatan 2015 yang telah memberikan sumbangan pikiran

dan dukungan moril, balk selama perkuliahan maupun selama pelaksanaan

penelitian sampai pada penyusunan naskah disertasi ini.

9. Disertasi ini saya persembahkan kepada Ayahanda Jufrinata, SH, Ibunda

Yunidasti, SH, istri tercinta Adinda Bunga Aprilliani, S. Kom., serta anakku

Arrazka Makayla Yukai, Adinda Mayzen Yunefri, M.Pd, AIFO, Ayahanda

Syahril, Mama Umi Reyhan, adinda Yunnike Sabrina dan sahabat Sutejo,

M.Kom atas segala cinta, pengorbanan, doa serta harapannya kepada peneliti

semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada

mereka semua. Ucapan terima kasih ini sekaligus merupakan ungkapan rasa

sayang yang dalam atas pengorbanannya merelakan kebahagiaan kebersamaan

dalam rangka menyelesaikan studi ini, saudara-saudara peneliti di Universitas

Lancang Kuning yang tidak bisa peneliti sebutkan satu demi satu, terima kasih

atas segala dukungan, semangat serta doa yang telah diberikan. Karya

sederhana ini merupakan bagian dedikasi peneliti untuk mereka semua.

10. Semoga disertasi ini dapat menjadi salah satu bagian yang berguna dalam

pembelajaran mata kuliah teknologi informasi di negeri tercinta ini. Peneliti

menyadari bahwa disertasi ini masih terdapat banyak kekurangan, dengan

demikian peneliti mengharapkan saran, masukan terutama dari dosen dan

mahasiswa yang mempelajari Struktur Data, oleh karena itu saran dan

masukan yang konstruktif dapat dikirimkan ke email

[email protected].

Padang, 24 Agustus 2020

Peneliti

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT .................................................................................................... i

ABSTRAK ..................................................................................................... ii

PERSETUJUAN AKHIR DISERTASI ...................................................... iii

PERSETUJUAN KOMISI UJIAN DISERTASI ....................................... iv

PERNYATAAN ............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................... 17

C. Pembatasan Masalah .................................................................. 18

D. Perumusan Masalah ................................................................... 18

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 19

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 19

G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ......................................... 19

H. Pentingnya Pengembangan ........................................................ 20

I. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ................................. 21

J. Definisi Operasional .................................................................. 22

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ............................................. 24

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .................................... 24

2. Model Pembelajaran .............................................................. 26

B. Model Problem Based Learning ................................................ 27

1. Pengertian Problem Based Learning .................................... 29

2. Jenis Masalah Pada Problem Based Learning ...................... 32

ix

3. Penerapan Model Problem Based Learning di Berbagai Kampus

dan Negara ............................................................................ 36

4. Ciri-ciri Khusus Problem Based Learning ............................ 40

C. Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD .......................... 44

1. Karakteristik dan Komponen Model Cooperative

Tipe STAD ............................................................................ 44

2. Langkah-Langkah (Sintak) Pembelajaran

Cooperative Tipe STAD ....................................................... 47

3. Model Pembelajaran Cooperative Based Learning .............. 49

D. Karakteristik Mata Kuliah Struktur Data ................................... 50

E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ....................................... 55

F. Kerangka Konseptual ................................................................. 61

G. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 64

BAB III. METODE PENGEMBANGAN

A. Model Pengembangan ................................................................ 65

B. Prosedur Pengembangan ............................................................ 66

C. Uji Coba Produk ......................................................................... 74

D. Subjek Uji Coba ......................................................................... 75

E. Jenis Data ................................................................................... 75

F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................... 77

1. Instrument Pre-Research ...................................................... 77

2. Instrument Validitas Produk ................................................. 78

3. Analisa Data Pada Tahap Pre-Research ............................... 82

4. Analisis Data Validitas .......................................................... 82

5. Analisis Kepraktisan ............................................................. 83

6. Analisis Efektivitas ............................................................... 84

BAB IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses dan Hasil Pengembangan ............................................... 89

1. Analisis .................................................................................. 89

2. Desain .................................................................................... 91

3. Pengembangan ...................................................................... 92

x

4. Implementasi ......................................................................... 112

5. Evaluasi ................................................................................. 119

B. Analisis Data .............................................................................. 121

1. Validitas ................................................................................ 121

2. Efektifitas .............................................................................. 129

3. Praktikalitas ........................................................................... 133

C. Pembahasan ............................................................................... 141

D. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative

Oriented Problem ...................................................................... 157

E. Kebaruan Penelitian ................................................................... 159

F. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 162

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 164

B. Implikasi .................................................................................... 165

C. Saran .......................................................................................... 168

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 170

LAMPIRAN ................................................................................................... 175

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Kuliah Struktur Data

Tahun Akademik 2016/2017 ................................................................. 9

1.2. Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal yang Diharapkan ........................ 14

1.3. Penelitian tentang Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD dan

Problem Based Learning ....................................................................... 15

2.1. Perbedaan antara Masalah Terstruktur dan Masalah Tidak

Terstruktur ............................................................................................. 33

2.2. Model-Model Problem Based Learning ................................................ 36

2.3. Perhitungan Skor Kemajuan STAD ...................................................... 47

2.4. Tingkat Rekognisi Tim STAD .............................................................. 47

2.5. Karakteristik Struktur Data .................................................................... 51

2.6. Sintak Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem ................ 53

3.1. Kisi-Kisi Instrumen Analisis ................................................................. 68

3.2. Jenis Data Penelitian .............................................................................. 75

3.3. Instrumen Pre-Research ........................................................................ 77

3.4. Instrumen Validitas Buku Model ........................................................... 78

3.5. Instrumen Validitas Perangkat Pembelajaran ........................................ 78

3.6. Instrumen Validitas Modul .................................................................... 79

3.7. Instrumen Validitas Media E-Learning ................................................. 80

3.8. Instrumen Validitas Model (Sintak) ...................................................... 80

3.9. Angket Respon Tenaga Pendidik ........................................................... 81

3.10. Angket Respon Peserta Didik ................................................................ 81

3.11. Kategori Praktikalitas ............................................................................. 83

3.12. Kategori Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik ..................................... 85

3.13. Indeks Reliabilitas Soal .......................................................................... 87

3.14. Klasifikasi Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik .................................. 87

4.1. Perbandingan Model Belajar Problem Based Learning,

Cooperative Tipe STAD dengan Cooperative Oriented Problem ........... 98

xii

4.2. Revisi Produk Buku Model (Sintak) Cooperative Oriented Problem ..... 120

4.3. Revisi Produk Awal Media E-Learning ................................................... 120

4.4. Revisi Produk Awal Panduan Mengajar .................................................. 121

4.5. Revisi Produk Awal Modul Struktur Data ............................................... 121

4.6. Daftar Nama Validator dan Bidang Keahlian .......................................... 122

4.7. Hasil Validitas Modul Mata Kuliah Struktur Data .................................. 128

4.8. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ................ 131

4.9. Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............ 132

4.10. Uji T Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................. 132

4.11. Uji Praktikalitas Pengembangan Model COP oleh Tenaga Pendidik .... 134

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Konseptual Pengembangan Model Pembelajaran

Cooperative Oriented Problem ................................................................ 64

4.1. Analisa Kebutuhan Tenaga Pendidik terhadap pengembangan

Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem .............................. 90

4.2. Analisa Kebutuhan Tenaga Peserta Pendidik terhadap Pengembangan

Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem .............................. 91

4.3. Halaman Utama Web Smart Cooperative Oriented Problem .................. 113

4.4. Halaman Input Nilai ................................................................................. 113

4.5. Halaman Upload Materi ........................................................................... 114

4.6. Halaman input Tugas ............................................................................... 114

4.7. Halaman Input Soal Online....................................................................... 115

4.8. Halaman Pembagian Kelompok ............................................................... 115

4.9. Menu Mengaktifkan Ujian Tengah Semester (Online) ............................ 117

4.10. Format Rekapitulasi Penilaian Nilai Akhir Mata Kuliah Struktur

Data ........................................................................................................ 119

4.11. Hasil Analisis Sintak ............................................................................. 123

4.12. Validitas Modul ..................................................................................... 124

4.13. Validitas Media Pembelajaran ............................................................... 125

4.14. Validitas Panduan Aplikasi SCOP ......................................................... 126

4.15. Panduan Mengajar Cooperative Oriented Problem .............................. 126

4.16. Buku Model Cooperative Oriented Problem ........................................ 127

4.17. Grafik Tingkat Validitas Produk Pengembangan Model Cooperative

Oriented Problem .................................................................................. 128

4.18. Grafik Penilaian Kompetensi Abad 21 Menggunakan Model Cooperative

Oriented Problem .................................................................................. 129

4.19. Pratikalitas Produk Pengembangan Model Cooperative Oriented Problem

dari Aspek Tenaga Pendidik .................................................................. 135

4.20. Praktikalitas Modul Pembelajaran pada Skala Kecil ............................. 136

xiv

4.21. Praktikalitas Modul Pembelajaran Skala Besar ..................................... 137

4.22. Praktikalitas Aplikasi SCOP pada Skala Kecil ...................................... 138

4.23. Praktikalitas Aplikasi SCOP Skala Besar .............................................. 138

4.24. Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP pada Skala Kecil .............. 139

4.25. Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP pada Skala Besar .............. 140

4.26. Grafik Tingkat Praktikalitas Produk Pengembangan Model COP

dari Aspek Peserta Didik ....................................................................... 140

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Analisis Kebutuhan Pengembangan Model Pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada Mata Kuliah Struktur Data .............. 175

2. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model

Cooperative Oriented Problem (Kondisi saat ini oleh Peserta Didik) ....... 180

3. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model

Cooperative Oriented Problem (Prioritas dalam Pembelajaran

oleh Peserta Didik) ..................................................................................... 181

4. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model

Cooperative Oriented Problem (Kondisi saat ini oleh Pendidik) .............. 182

5. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model

Cooperative Oriented Problem (Prioritas dalam Pembelajaran

oleh Peserta Didik) ..................................................................................... 183

6. Daftar Hadir FGD ....................................................................................... 184

7. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Model Cooperative

Oriented Problem ....................................................................................... 185

8. Hasil Penilaian Validator terhadap Model Cooperative Oriented

Problem ...................................................................................................... 190

9. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Modul ............................ 191

10. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Media Pembelajaran ...... 195

11. Hasil Penilaian Validator terhadap Media Pembelajaran Mata Kuliah Struktur

Data dengan Model Cooperative Oriented Problem ............................... 196

12. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Panduan Mengajar ......... 200

13. Hasil Penilaian Validator terhadap Panduan Mengajar pada Mata Kuliah

Struktur Data dengan Model Cooperative Oriented Problem ................. 201

14. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Buku Model.................... 205

15. Lembar Penilaian Validator terhadap Buku Model Cooperative Oriented

Problem .................................................................................................... 206

16. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Modul ............. 210

xvi

17. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Panduan

Mengajar .................................................................................................. 211

18. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga pendidik terhadap Kepraktisan

Panduan Mengajar Mata Kuliah Struktur Data dengan Model

Cooperative Oriented Problem ................................................................ 214

19. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap

Media Pembelajaran.................................................................................. 211

20. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik.............................. 218

21. Foto Kegiatan............................................................................................ 232

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Hasil survei dilakukan oleh Education For All (EFA) Global

Monitoring Report (2011) yang dikeluarkan oleh UNESCO dan diluncurkan di

New York, menunjukkan bahwa indeks pembangunan pendidikan Indonesia

pada urutan 69 dari 127 negara yang disurvei. Indonesia masih tertinggal dari

Brunei yang berada di peringkat 34 yang masuk kelompok prestasi belajar

tinggi bersama Jepang yang mencapai posisi nomor satu di dunia (Winahya,

2012), Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal peningkatan

kompetensi tenaga pendidik melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat

pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan

peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun hingga saat ini mutu pendidikan

belum menunjukkan peningkatan yang berarti (Suyanto, 2008).

Masalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenis jenjang

pendidikan merupakan salah satu permasalahan utama dalam bidang

pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. masyarakat dan banyak pakar

pendidikan menyatakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia belum sesuai

dengan harapan (Roza, 2007). Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat

dibuktikan antara lain dari rendahnya standar kelulusan yang ditetapkan untuk

pelajar sekolah menengah yang menjadi calon peserta didik untuk perguruan

tinggi. Sehubungan dengan hal itu, kualitas pada pendidikan tinggi di Indonesia

masih kalah bersaing dibanding dengan bangsa-bangsa lain, baik ditingkat

serumpun maupun internasional. peringkat pendidikan.

Indonesia akhir-akhir ini berada pada urutan 109 dari 134 lembaga

pendidikan yang ada di negara Asia (Dwirahmah, 2013). Di sisi lain,

2

pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih banyak diperdebatkan oleh

berbagai kalangan pemerhati pendidikan. Kesenjangan pemerataan pendidikan

masih menjadi fakta yang ditemukan di berbagai pelosok wilayah di Indonesia,

dengan berbagai kendala yang muncul ke permukaan dan menjadi isu hangat

tentang pendidikan di Indonesia (Prihantoro, 2011). Menurut Podhorsky (2006)

menyatakan bahwa perbaikan pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya

penciptaan program-program yang berfokus pada perbaikan praktik mengajar

dan belajar, bukan semata-mata berfokus pada perancangan kelas dengan

menyampaikan kurikulum.

Program pendidikan dan pembelajaran harus diarahkan dan berorientasi

pada program-program pengembangan potensi peserta didik. Hal ini secara

implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) Tahun 2005-2025, yaitu “Pendidikan untuk menyiapkan masyarakat

yang demokratis, yang mampu menghadapi kehidupan global yang kompetitif,

dan inovatif serta mampu mengembangkan keberagaman menuju terciptanya

suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebudayaan

sehingga merasa bangga jadi bangsa Indonesia”(Bappenas, 2005).

Menurut Nizwardi (2016) perkembangan teknologi abad ke 21 menuntut

manusia memasuki era transisi, perubahan kemampuan manusia akan

menimbulkan kemampuan manual (Manual Skills) menuju kemampuan otak

(Brain Skills). Apapun jenis pekerjaan dan profesi yang dijalani, semuanya

membutuhkan keterampilan berpikir (Thinking Skills). Apapun jenis pekerjaan

dan profesi yang dijalani, membutuhkan kemampuan untuk mengumpulkan

informasi, menggunakan informasi, dan menganalisis informasi. Pekerjaan

akan berkecimpung dengan berbagai masalah dan membutuhkan kemampuan

untuk memecahkan masalah itu sendiri, kemampuan kreativitas dan sikap kritis

untuk melakukan berbagai inovasi dan perubahan, sebagai tantangan dari daya

saing yang tinngi dalam dunia usaha dan industri. Abad ke 21 membutuhkan

orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk berani mengambil keputusan,

agar fungsi dan hasil pekerjaan yang dilaksanakan akan menjadi lebih baik,

efektif dan efisien.

3

Tantangan Pendidikan Teknologi di Indonesia menjadi sangat penting

karena akan hadirnya Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic

Community). Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakankan bentuk

integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. MEA merupakan babak baru bagi

perkembangan perekonomian yang memberikan peluang serta tantangan bagi

Negara anggotanya. Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak hanya

membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja

profesional, seperti pengacara, dokter dan lainnya. Tantangan bagi

pengembangan tenaga kerja produktif menjadi hal yang mutlak yang harus

mampu bersaing, secara kuantitas mereka yang berada dalam usia muda akan

mendominasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara satu atau dua dekade

kedepan. Bila generasi muda kita menjadi tenaga kerja dengan keterampilan

rendah (Low Skilled), mereka akan kalah bersaing dengan tenaga kerja luar.

Oleh karena itu perguruan tinggi harus berperan untuk mempersiapkan tenaga

kerja yang siap bersaing, memiliki kompetensi yang mampu menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN (Wangke, 2015).

Relevansi pendidikan adalah kesesuain antara pendidikan dengan

perkembangan di masyarakat. Program keahlian dan jurusan banyak sekali

yang tidak relevan dengan dunia industri yang dibutuhkan, yang lebih

memperhatikan adalah yang tidak relevannya kualitas pendidikan dengan

persyaratan lapangan kerja. Indikasi untuk melihat tidak relevansi antara

pendidikan dengan dunia kerja ini dapat diketahui dengan mudah oleh orang

awam, yaitu melihat banyaknya jumlah pengangguran intelektual saat

sekarang. Pada dalam kenyataannya, banyak pula lowongan atau posisi dalam

perusahaan tidak terisi karena tidak ada lulusan atau output pendidikan yang

mengisinya. Persyaratan atau kriteria yang dimintanya tidak ada yang

memenuhi, akibatnya untuk memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan itu,

perusahaan tidak jarang harus sampai melakukan pembajakan tenaga kerja

(Hijacking of Man Power). Maka sangat diperlukan sinkronisasi dan sinergi

tiga elemen yaitu pemerintah dalam kebijakan dibidang pendidikan, kualitas

tamatan sarjana yang dicetak perguruan tinggi dan lapangan pekerjaan.

4

Pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi serta pendidikan tinggi

lainnya dapat bersama-sama merumuskan mengenai perencanaan jumlah serta

kualifikasi lulusan perguruan tinggi yang dibutuhkan di lapangan kerja.

Pendidikan memberikan lingkungan bagi berkembangnya inovasi teknologi,

sosial dan kebudayaan (Wijaya, 2016)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas menunjukan bahwa

lulusan pendidikan perguruan tinggi belum siap untuk memasuki dunia kerja.

Kompetensi dapat diartikan sebagai knowledge, skill dan personal qualities

(antusiasme) yang meliputi motive, attitude, value, self image dan trait yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan secara efektif sejalan

dengan tujuan pendidikan. Kesenjangan kompetensi yang dihasilkan lembaga

pendidikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan dunia kerja, apalagi untuk

menciptakan lapangan kerja sendiri menjadi wirausaha yang membutuhkan

kompetensi yang mampu dalam produksi. Mereka juga dituntut untuk kreatif,

berani mengambil resiko, mampu memecahkan masalah, pandai mencari

peluang serta memanfaatkannya. Kompetensi ini masih kurang terakomodasi

dalam pembelajaran yang berlangsung di dunia pendidikan pada saat ini.

Pembelajaran di perguruan tinggi selain menuntut kemampuan akademik

(hard skill), peserta didik juga dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan

personal (soft skills) sehingga peserta didik siap memasuki dunia kerja yang

sesungguhnya setelah menyelesaikan studi. Pendidikan bidang Ilmu Komputer,

seperti pendidikan teknik informatika, hendaknya selain memberikan teori-

teori yang cukup, juga perlu memberikan praktik dan contoh-contoh

pemecahan proyek-proyek nyata dengan memanfaatkan model, strategi,

metode, dan media pembelajaran yang mendukung. Pada abad pengetahuan

saat ini, paradigma belajar berorientasi pada proyek, masalah, penyelidikan

(inquiry), penemuan dan penciptaan” (Wilson, 1996:34). Hal ini berarti

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengarungi seluruh ranah

pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor), serta mengembangkan

seluruh kecerdasannya (emosional, spiritual, sosial, dan sebagainya).

5

Pembelajaran praktik belum secara serius dikembangkan berdasarkan

prinsip-prinsip yang sahih untuk memberikan peluang peserta didik belajar

cerdas, kritis, kreatif, inovatif, dan memecahkan masalah. Pembelajaran praktik

yang diupayakan tenaga pendidik pendidikan teknik informatika belum

menunjukkan sebagai suatu proses pengembangan kreativitas peserta didik.

Hasil pengamatan awal menunjukkan adanya kecenderungan tenaga pendidik

dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran praktik yang bersifat

spekulatif, yang berakibat kegiatan pembelajaran praktik kurang menarik,

membosankan, tidak menantang, produk yang dihasilkan tidak maksimal,dan

kecenderungan gagal,

Permasalahan utama dalam pembelajaran di perguruan tinggi adalah

bagaimana perencanaan dan Kesiapan tenaga pendidik untuk mengelola

pembelajaran agar tercapai kompetensi yang diinginkan dalam diri peserta

didik. Secara konseptual, barangkali pengembangan strategi pembelajaran

dapat diakui sebagai salah satu sarana bagi lembaga pendidikan untuk

memberikan dan memperluas wawasan pembelajar tentang pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai dasar lainnya dengan harapan dapat direfleksikan

dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Peningkatan kualitas dan proses

pembelajaran di perguruan tinggi perlu secara kreatif mengembangkan konsep-

konsep pendidikan baru yang lebih komprehensif sekaligus kompetitif. Hal ini

dapat dilakukan dengan pembaharuan metode pembelajaran yang lebih

fleksibel, dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek (Student-Centered

Learning), dibandingkan sebagai objek pendidikan. Konsep pendidikan juga

perlu didesain untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan dan peningkatan

soft skills serta success skills sehingga lulusan perguruan tinggi mempunyai

karakter percaya diri yang tinggi, memiliki kearifan terhadap nilai-nilai sosial

dan kultural bangsa, kemandirian serta leadership yang kuat (Kezar, 2000)

Perguruan tinggi mengacu pada standarisasi proses pembelajaran yang

diharapkan ada pembaharuan pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu,

penelitian ini berupaya mengembangkan model pembelajaran untuk

mengembangkan kreativitas peserta didik, terutama aspek berpikir kreatif,

6

inovatif, dan produktif, yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran dan pendidikan, sekaligus mampu meningkatkan kompetensi

praktik peserta didik di bidang Ilmu Komputer.

Pengembangan inovasi pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan

perguruan tinggi harus dilakukan oleh para pengelola pendidikan supaya

kualitas serta mutu lulusannya sesuai dengan tuntutan pasar dunia kerja.

Institusi pendidikan harus bisa mengantisipasi dan menghadapi perubahan yang

terjadi dengan memanfaatkan berbagai kapabilitas yang ada. Perguruan tinggi

adalah sebagai penyedia calon tenaga kerja, harus bisa memanfaatkan sumber

daya yang dimiliki dan jaringan sumber-sumber kemitraan bersama pihak luar

secara efektif, dimana tantangan dunia kerja semakin tinggi seiring dengan

kemajuan zaman dan teknologi yang akan memasuki Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA), yang mana menuntut perguruan tinggi harus bisa

mengantisipasi serta menghadapi perubahan yang terjadi dengan

memanfaatkan seluruh kemampuan yang ada (Wangke, 2015).

Inovasi dan pengembangan proses pembelajaran adalah sebagai proses

yang melibatkan manajemen, tenaga tenaga pendidik atau instruktur serta

seluruh komunitas institusi termasuk pemangku kepentingan serta dapat

melahirkan ide-ide baru dalam penyelenggaraan pada perguruan tinggi. Untuk

itu usaha untuk mengatasi masalah tersebut peranan yang nyata yang dapat

dilakukan adalah memfasilitasi sumber daya manusia yang memiliki

keterampilan untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran yang ada.

Dalam proses ini yang dilakukan dengan menciptakan suatu model

pembelajaran serta dapat merangsang sekaligus memudahkan terjadinya

tindakan belajar, yaitu perbaikan proses pembelajaran. Wujud dari konkret ini

supaya adanya interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, baik yang

dirancang maupun yang dimanfaatkannya sehingga menghasilkan pengalaman

belajar. Pengalaman belajar dapat berwujud pengetahuan, keterampilan, sikap

terhadap satu bidang dan unjuk kerja profesional (Nurhayati, 2011).

Menurut Maksum (2018) prestasi belajar yang diperoleh peserta didik

dalam usaha menyelesaikan tugas-tugas selama ini mengikuti program

7

pembelajaran bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melainkan mempunyai

kaitan erat dengan faktor-faktor lain. Banyak pakar berpendapat bahwa tingkat

berprestasi belajar yang diperoleh peserta didik berkaitan erat dengan proses

pembelajaran yang selalu menekankan kepada penyampaian informasi. Hal ini

sejalan dengan pendapat Nur dan Wikandri (2000) yang mengidentifikasi

kelemahan-kelemahan proses pembelajaran yang berkait dengan masalah

pembelajaran, antara lain pedagogi yang berpusatkan kepada tenaga pendidik,

kurangnya variasi dalam pembelajaran, tidak melihat keberagaman potensi

peserta didik, metode evaluasi yang sekedar menguji ingatan dan rendahnya

pengetahuan mengenai diri peserta didik dan strategi-strategi pembelajaran.

Seterusnya, Maksum (2018) berpendapat ciri-ciri pembelajaran di atas

memperlihatkan pengalaman pendidikan yang rusak (Deformation of Practice

of Education) dan telah terjadi lapisan-lapisan pengalaman yang tidak teratur

(Inverse Hierarchical Practice). Selanjutnya model pembelajaran yang terlalu

berpusat kan kepada tenaga pendidik yang gagal dalam melatih peserta didik

didalam keterampilan skill utama seperti prestasi akademik, keterampilan

berpikir kritis, penyelesaian masalah, kerjasama dan keterampilan komunikasi.

Pendapat yang sama juga diperkuat dan dikemukakan oleh Suyanto

(2008) yang menyatakan bahwa masalah yang mendasar yang dihadapi oleh

pendidikan di Indonesia saat ini tercermin dalam realitas pendidikan yang

dijalani, yaitu dalam konteks model dan strategi pembelajaran di sekolah-

sekolah dan perguruan tinggi, sebagai tenaga pendidik masih kurang kreatif,

kurang inovatif, karena masih memakai model dan strategi yang konservatif

dan tradisional. Selayaknya tenaga pendidik sudah membaca kondisi zaman

yang sangat dinamis, sehingga output pendidikan sudah memiliki mental yang

bersifat mandiri, pemikiran kritis dan kreatif Sanjaya (2008). Pemikiran kritis

dan kreatif adalah kunci sukses bagi peserta didik dalam mencapai

keberhasilan akademik. Memiliki kemampuan pemikiran kritis dan kreatif akan

sangat diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari, oleh sebab itu sudah waktunya pembelajaran pada masa yang akan

8

datang diarahkan kepada penumbuhan dan pengembangan kemampuan

berpikir dan kreatif.

Salah satu mata kuliah yang mengalami persoalan dalam pembelajaran

adalah mata kuliah struktur data. mata kuliah ini wajib diberikan kepada

peserta didik program studi teknik informatika pada jenjang sarjana strata 1.

namun dalam pelaksanaan pembelajaran struktur data selama ini peserta didik

dan tenaga pendidik telah menghadapi permasalahan. melalui observasi dalam

pelaksanaan pembelajaran saat perkuliahan berlangsung terdapat persoalan

rendahnya interaksi belajar peserta didik. persoalan ini ditunjukkan dengan

fakta bahwa peserta didik masih merasa canggung untuk aktif dalam mata

kuliah struktur data, sifat belajar peserta didik yang masih kaku dan hanya

mengharapkan materi yang diberikan dari tenaga pendidik melalui

pembelajaran konvensional merupakan tanda bahwa pembelajaran yang

dilakukan baru bersifat satu arah (Nurhadi, 2002).

Penulis memperhatikan bahwa keikutsertaan peserta didik dalam

pembelajaran masih bermasalah, diperlihatkan bahwa ketekunan peserta didik

dalam memperhatikan pembelajaran masih rendah. persoalan lain yang

dihadapi adalah permasalahan motivasi belajar peserta didik yang terlihat

rendah, di sisi lain, dalam kegiatan pembelajaran masih berpusat kepada tenaga

pendidik sebagai penyaji informasi. tenaga pendidik belum mampu melibatkan

peserta didik secara aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan motivasi

peserta didik dalam proses pembelajaran agar semakin tinggi minat peserta

didik untuk memahami pelajaran yang diberikan, model pembelajaran yang

terlalu berpusat kepada tenaga pendidik gagal dalam melatih keterampilan

utama seperti keterampilan berpikir, penyelesaian masalah dan keterampilan

komunikasi (Maksum, 2018).

Masalah hasil belajar peserta didik pada mata kuliah struktur data yang

telah dikemukakan di atas berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta

didik pada mata kuliah struktur data. Dokumentasi hasil belajar peserta didik

pada program studi teknik informatika pada tahun akademik 2016/2017 dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

9

Tabel. 1.1. Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Kuliah Struktur Data Tahun

Akademik 2016/2017

TahunAkademik

KelasNilai Peserta

didikBobotNilai

Jumlah Persentase Keterangan

2016/2017 TI.1

A 4 2 5% Sangat Baik

B 3 10 25% Baik

C 2 20 50% Sedang

D 1 4 10% Buruk

E 0 4 10% Sangat Buruk

T O T A L 40

TahunAkademik

KelasNilai Peserta

didikBobotNilai

Jumlah Persentase Keterangan

2016/2017 TI.2

A 4 6 15% Sangat Baik

B 3 7 18% Baik

C 2 19 48% Sedang

D 1 6 15% Buruk

E 0 2 5% Sangat Buruk

T O T A L 40Tahun

AkademikKelas

Nilai Pesertadidik

BobotNilai

Jumlah Persentase Keterangan

2016/2017 TI.3

A 4 4 12% Sangat Baik

B 3 6 18% Baik

C 2 15 44% Sedang

D 1 5 15% Buruk

E 0 4 12% Sangat Buruk

T O T A L 34

Sumber: Sistem Informasi Akademik Universitas Lancang Kuning.

Berdasarkan hasil belajar pada Tabel 1.1 di atas maka dapat di ketahui

bahwa Peserta didik masih membutuhkan peningkatan optimalisasi proses

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. upaya dalam peningkatan hasil

belajar tersebut harus menyesuaikan dengan persoalan-persoalan yang terjadi

dalam pembelajaran. Hasil wawancara menguatkan dari analisis materi dari

perolehan nilai sumatif peserta didik. Dari 15 peserta didik, semua peserta

didik menjawab bahwa Struktur Data merupakan materi dari Ilmu Komputer

yang sulit dipahami dengan alasan Struktur Data merupakan pelajaran yang

10

materinya saling berkesinambungan sehingga peserta didik harus menguasai

semua tahap Struktur Data. Padahal, tidak semua peserta didik mampu

menguasai semua tahapan Teori Struktur Data. Akibatnya, peserta didik

merasa tuntutan dalam kegiatan belajar-mengajar Struktur Data menjadi

momok yang sangat besar dan tidak dapat dinikmati.

Selain wawancara, peneliti juga mengumpulkan informasi melalui

observasi pada awal bulan Agustus 2016. Dalam observasi yang dilakukan

bersama rekan sejawat yang pengampu mata kuliah struktur data yang berasal

dari Universitas Kuantan Singingi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim, Universitas Islam Riau dan AMIK Mitra Gama. ternyata ditemukan

permasalahan lain dalam pembelajaran, yaitu kurangnya keterampilan sosial

diantara peserta didik di dalam mempelajari Struktur Data. Usaha yang

dilakukan dalam penyempurnaan kegiatan pembelajaran mata kuliah Struktur

Data ini adalah yang akan dilaksanakan akan difokuskan kepada upaya

pengembangan Model Cooperative Oriented Problem, yaitu model

pembelajaran yang merupakan elaborasi antara Problem Based Learning (PBL)

dengan Cooperative Tipe STAD. Penggelaborasian dua model ini diperlukan

untuk mensinergikan antara antara model Problem Based Learning (PBL)

dengan Cooperative Tipe STAD dalam pembelajaran. Seperti diketahui bahwa

model PBL memerlukan penguasaan konsep pengetahuan yang baik, sehingga

hal ini menjadi kelemahan model ini untuk peserta didik yang berkemampuan

rendah. Oleh karena itu, keterbatasan tersebut akan teratasi oleh integrasi

antara model antara Problem Based Learning (PBL) Cooperative Tipe STAD,

dengan Cooperative Tipe STAD peserta didik mampu berkooperatif satu sama

lainnya dalam kelompok kecil untuk dapat berkompetitif dengan kelompok

kecil lainnya. Elaborasi antara dua model ini diharapkan juga mampu

memotivasi siswa dalam proses belajar karna peserta didik yang memiliki

peningkatan prestasi belajar di setiap topik akan mendapatkan penghargaan.

Selanjutnya Barrows (1996) menyatakan bahwa rasional model PBL

dilaksanakan karena dalam metode tradisional peserta didik mempunyai

kelemahan dalam keterampilan penyelesaian masalah secara kolaboratif dan

11

berpikir kritis. Mereka hanya bergantung kepada tenaga pendidik sebagai

sumber informasi dan tidak mempunyai kesadaran tentang kelemahan diri

mereka. Pendekatan tradisional hanya melahirkan peserta didik yang tidak

kritis dan belajar secara pasif dan mereka kurang memahami informasi yang

disampaikan. Oleh sebab itu, PBL berpotensi dapat menyelesaikan kelemahan

yang terdapat dalam pendekatan tradisional. Selanjutnya menurut Savin-Baden

(2003) untuk melihat pengalaman peserta didik di dalam PBL, umumnya

menunjukan peserta didik lebih puas dan senang hati menimba pengalaman

dengan pembelajaran PBL dibanding dengan program pembelajaran

konvensional.

Pengembangan model Problem Based Learning (PBL) untuk

pembelajaran mata kuliah Struktur Data pada perguruan tinggi dilakukan

mengacu kepada model PBL Torp and Sage (2002) dari 8 (delapan) langkah,

yaitu: (1) Meet the problem, (2) Understand the problem, (3) Define the

problem statement, (4) Gather and share the information, (5) Generate

Possible Solutions, (6) Determine the best fit of solutions, (7) Present the

solutions, (8) Defrief the problem. Alasan model ini dipilih untuk

dikembangkan, karena berdasarkan referensi yang ada bahwa model ini

merupakan model PBL terbaru dan cocok untuk pendidikan orang dewasa,

cocok untuk pembelajaran diluar medis dan kedokteran dan banyak

diimplementasikan di Amerika Serikat untuk pendidikan K-16 atau untuk Post

Secondary Education, walaupun model PBL ini sangat bagus dalam

implementasi di Perguruan Tinggi di Amerika Serikat, namun tidak dapat

diterapkan begitu saja di Indonesia, karena karakteristik masyarakat Indonesia

sangatlah berbeda dengan penduduk di Amerika Serikat. Sebab dalam memilih

model pembelajaran terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,

diantaranya; (1) peserta didik atau peserta didik yang menjadi target, (2)

infrastruktur dan sarana pendukung, (3) hasil pembelajaran yang diharapkan,

dan (4) sosial ekonomi.

Selanjutnya pengembangan Modul Cooperative Tipe STAD untuk

pembelajaran mengacu kepada model STAD yang dikembangkan oleh Rusman

12

(2005) dengan sintak yang terdiri dari 6 langkah yaitu: (1) Menyampaikan

tujuan dan motivasi (2) Pembagian Kelompok (3) Presentasi Tenaga pendidik

(4) Kegiatan dalam Tim (Kerja Tim); (5) Kuis (Evaluasi) dan (6) Penghargaan

Prestasi Tim. Alasan model ini dipilih untuk dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya pengembangan model

Cooperative Oriented Problem (COP) diimplementasikan dan dilaksanakan

dalam pembelajaran. Maka karena itu Cooperative Oriented Problem dapat

berpotensi mengembangkan berbagai skill seperti keterampilan, prestasi

akademik, pemecahan masalah, keupayaan metakognisi, pemecahan masalah

dan kemampuan bekerja sama. Mata kuliah struktur data merupakan satu mata

kuliah keahlian yang memiliki peran yang besar dalam perkembangan

teknologi informasi (TI), Struktur data adalah salah satu ilmu di bidang

rekayasa piranti lunak komputer yang dapat mendukung potensi industri kreatif

khususnya subsektor piranti lunak. Sehingga model pembelajaran Struktur

Data sangat penting untuk dikembangkan agar dapat memberikan bekal dan

keterampilan kepada peserta didik Perguruan Tinggi.

Hasil tinjauan menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada

Program Studi Teknik Informatika yang dilaksanakan selama ini pada

umumnya memberikan penjelasan secara teoritis dengan menggunakan

metode ceramah serta media power point yang diselang seling dengan soal

tanya jawab. Dan dari hasil pengamatan selama membina mata kuliah ini,

masalah yang sering dihadapi peserta didik sukar untuk mengaplikasikan

konsep-konsep yang ada pada mata kuliah struktur data kedalam bahasa

pemrograman, serta rendahnya kemampuan penyelesaian masalah,

terbatasnya keterampilan berpikir kritis yang dimiliki peserta didik, dan

rendahnya motivasi peserta didik dengan mata kuliah yang berkaitan dengan

tugas yang memerlukan kreativitas. Diduga kemungkinan faktor penyebab

kendala ini antara lain kurangnya perhatian peserta didik saat tenaga pendidik

menerangkan materi pembelajaran, karena model pembelajaran yang

digunakan kurang tepat. dikarenakan model pembelajarannya selalu berpusat

kepada tenaga pendidik yang cenderung gagal dalam mengembangkan

13

berbagai skill seperti kemampuan memecahkan masalah, kemampuan

pemikiran kritis, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama

(Chen, 2008). Yang mana gambaran kelas yang dihadapi tersebut

menunjukan adanya kesenjangan antara kondisi aktual yang dihadapi dengan

kondisi optimal yang harus dicapai.

Dari aspek lain penulis meninjau terhadap 40 peserta didik Teknik

Informatika Universitas Lancang Kuning menunjukan para peserta didik ini

menilai frekuensi metode ceramah yang digunakan tenaga pendidik dalam

pembelajaran mata kuliah struktur data sekitar 75 persen. Di samping itu 65

persen peserta didik menyatakan bahwa pembelajaran mata kuliah struktur data

kurang menarik serta kurang membuat peserta didik berpikir kritis, karena

masih didominasi oleh model pembelajaran yang tradisional (Teacher

Centered). Kenyataannya ini diperkuat oleh Taufiq Amir (2009) yang

menyatakan bahwa kebanyakan anak didik mengalami keterbatasan dalam

penyelesaian masalah, sebagian besar karena faktor didaktik, termasuk model

pembelajaran yang berpusat pada tenaga pendidik (ceramah). Selanjutnya

ditambahkan oleh Trianto (2009), bahwa sistem pendidikan di Indonesia pada

umumnya masih menerapkan pola satu arah, sehingga pembelajaran seperti ini

cenderung menjadi dogmatis, dominan hafalan, dan mengurangi kreativitas dan

pemikiran kritis anak didik.

Pengaruh dari fenomena ini adalah tingginya tingkat kegagalan peserta

didik dalam mengikuti ujian labor, dimana peserta didik gagal dalam

menerapkan teori struktur data kedalam bahasa pemrograman. Hal ini

memberikan gambaran bahwa prestasi belajar peserta didik di dalam mata

kuliah struktur data masih rendah serta menunjukan kondisi pembelajaran yang

belum efektif dan optimal. Karena kenyataan ini menggambarkan bahwa

prestasi belajar peserta didik dari berbagai aspek ini masih sangat perlu

ditingkatkan.

Beberapa faktor yang telah diidentifikasi penyebab terjadinya

kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi optimal, yang seharus terjadi

adalah di dalam pembelajaran masih berpusat pada tenaga pendidik sebagai

14

penyaji informasi. Yang mana tenaga pendidik belum mampu melibatkan

peserta didik secara aktif dalam pembelajaran serta meningkatkan motivasi

peserta didik dalam proses pembelajaran agar semakin tinggi minat peserta

didik untuk memahami pembelajaran yang diberikan. model pembelajaran

terlalu terpusatkan kepada tenaga pendidik sehingga gagal dalam melatih

keterampilan utama seperti menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir serta

berkomunikasi (Mossuto, 2009 dan Gabbin, 2002).

Tabel 1.2. Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal yang Diharapkan

No. Kondisi Aktual Kondisi Optimal Yang diharapkan

1.Peserta didik pasif dan tidakkritis

Peserta didik aktif dan berpikiran kritis

2.Peserta didik kurang aktifdalam mencari sumberbelajar

Punya inisiatif sendiri mencari sumberbelajar

3.

Peserta didik tidak terbiasamenyelesaikan masalahsendiri dalam prosespembelajaran

Peserta didik terbiasa menyelesaikanmasalah sendiri dalam prosespemelajaran

4.Peserta didik tidak memilikikemampuan kolaborasi dankomunikasi yang baik

Peserta didik memiliki kemampuankolaborasi dan komunikasi yang baik

5.

Peserta didik belummempunyai inisiatif untukmengemukakan pendapatdalam menghadapipermasalahan pemahamanpembelajaran

Peserta didik mempunyai inisiatif untukmengemukakan pendapat dalammenghadapi permasalahan pemahamanpembelajaran

6.Peserta didik lebih cendrungbekerja sendiri-sendiri

Peserta didik terbiasa dengan kerjakelompok (team work)

7.

Peserta didik belummendapat pengalamanbermakna (kongkrit) ketikabelajar Struktur Data

Peserta didik mendapat pengalamanbermakna (kongkrit) ketika belajarStruktur Data

Peserta didik kurang kritis didalam memecahkan masalah sehingga pada

akhirnya menyebabkan prestasi peserta didik menjadi rendah. Serta disisi lain

juga tenaga pendidik kurang terbiasa menuntut peserta didik supaya lebih aktif

dan kreatif untuk mendapatkan jawaban serta informasi terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang dimunculkan didalam pembelajaran sehingga menyebabkan

peserta didik kurang kritis. Apabila kondisi pembelajaran yang digambarkan

15

berlangsung terus menerus maka implikasinya adalah tidak terlaksana aktifitas

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran didalam mata kuliah yang

telah ditetapkan. Beberapa peserta didik yang mengikuti pembelajaran akan

merasakan hambatan antara lain pembelajaran berpusat pada tenaga pendidik,

belum optimalnya bimbingan serta interaksi edukatif antara tenaga pendidik

dan peserta didik-peserta didik yang kurang optimal.

Walaupun sudah banyak penelitian yang dilakukan tentang penerapan

PBL dalam pembelajaran berbagai mata kuliah namum penelitian tentang

pengembangan dengan mengelaborasikan Model Problem Baseb Learning dan

Cooperative Tipe STAD dalam pembelajaran Struktur Data, belum pernah

dilakukan di Indonesia. Pemilihan model Cooperative Oriented Problem yang

akan dikembangkan dengan alasan bahwa hasil penelitian sebelumnya

menujukan bahwa model Problem Based Learning (PBL) dan Cooperative

Tipe STAD secara terpisah dapat mencari jalan keluarnya untuk memperbaiki

permasalahan yang dihadapi yaitu terjadi kondisi aktual dan kondisi optimal

yang bisa diharapkan pada pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 1.3. Penelitian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD

dan Problem Based Learning

No Judul Penelitian Penelitian Keterangan

1Problem Based Learningin Engineering Education

(Dahms, 2014)Problem Based Learningbidang pendidikan teknik.

2

Teaching of the conceptof Enthalpy UsingProblem Based LearningAprroach

(Gurses, Dogarand Geyik, 2015)

Problem Based LearningBidang Thermodinamika

3

The Effects of Problem-Based-Learning on theAcademic Achievementsof Medical Students inOne Japanese MedicalSchool, Over a Twenty-Year Period

(Niwa et al.,2016)

Problem Based Learningpada mata kuliah Basic andClinic Science

4

Cultivatingcommunicationthrough PBL with ICTSimranjeet

(Judge, Osmanand Yassin,

2011)

Problem Based LearningBidang Biologi

5Cognitive and SocialFactors Influencing

(Mubuuke, Louwand Van

Contextual Problem Basedlearning.

16

No Judul Penelitian Penelitian KeteranganStudents' Response andUtilization of FacilitatorFeedback in a ProblemBased Learning Context

Schalkwyk,2016)

6

Facilitating problem-based learning amongundergraduate nursingstudents: A qualitativesystematic review

(Wosinski et al.,2017)

Problem Based learningBidang Keperawatan.

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pengembangan model pembelajaran

berbasis masalah sangat penting karena metode Problem Based Learning

memiliki banyak kelebihan antara lain: (1) Melibatkan peserta didik secara

kompleks dan sesuai dengan dunia nyata, (2) Mendorong menyelesaikan

permasalahan secara kompleks, (3) meningkatkan motivasi belajar, (4)

menggunakan informasi dari beberapa disiplin ilmu, (5) adanya kerjasama dan

kolaborasi, (6) Suasana kelas lebih menyenangkan (Gagne and Wager, 1992).

Langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini

sangat perlu sekali dikembangkan sehingga dapat menjadi sebua model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang valid, praktis serta efektif

pada pendidikan vokasi, khusunya pada mata kuliah struktur data yang mana

diharapkan dapat mencapai hasil pemeblajaran yang lebih efektif dan optimal.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan secara komprehensif melalui

studi literatur, observasi dan analisi kebuthan pembelajaran saat ini maka dapat

diasumsikan bahwa diperlukan sebuah pembaharuan dan pengembangan model

pembelajaran yang mampu merespon kebutuhan saat ini, terutama pada era

revolusi industri 4.0 ini. Di era ini selain peserta didik diharapkan mampu

memiliki kompetensi dan mahir dalam bidang yang digeluti tetapi tidak kalah

penting diharapkan haruslah mampu mengkawinkan dua kompetensi ini dalam

kehidupan sehari-hari yaitu kompetensi bidang dan berpikir kritis. Oleh sebab

itu diperlukan sebuah penelitian dan kajian tentang model pembelajaran yang

berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Cooperative Oriented

Problem pada Mata Kuliah Struktur Data”.

17

B. Identifikasi Masalah

Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat serta

kebutuhan keahlian tenaga kerja yang handal mengharuskan adanya perubahan

penyesuaian pembelajaran. Pembelajaran secara konvensional tidak efektif

dalam menghasilkan lulusan Perguruan Tinggi yang kompetitif dan siap

bekerja (Mursid, 2015). Keterbatasan waktu pembelajaran di kelas dan metode

pembelajaran yang ada perlu dilakukan penyesuaian strategis pengelolaan

pembelajaran, pengorganisasian isi pembelajaran dan peningkatan relevansi

materi pembelajaran dengan kebutuhan dunia kerja. Perubahan dan

penyesuaian tersebut erat kaitannya dengan kreativitas peserta didik,

kemampuan berpikir kritis, menyelesaikan masalah kolaborasi, motivasi dan

komunikasi serta technical skill peserta didik dan pembelajaran Struktur Data

sangat berkaitan dengan variabel-variabel tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pembelajaran Struktur Data pada Program Studi Teknik Informatika di

Universitas Lancang Kuning adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran Struktur Data menggunakan model konvensional,

tenaga pendidik menjadi pusat peran dalam mencapai hasil pembelajaran

(Lecturer Centered) sehingga proses pembelajaran kurang mengembangkan

kreativitas peserta didik dan cenderung membosankan.

2. Proses pembelajaran belum berorientasi pada peran peserta didik dalam

menggunakan teori-teori Struktur Data dalam bahasa pemrograman

sehingga data yang digunakan tidak tersimpan secara efisien.

3. Motivasi dan aktivitas belajar peserta didik rendah dalam pembelajaran

Struktur Data.

4. Peserta didik kurang terlatih untuk berpikir kritis, kreatif, kolaboratif dan

kerjasama.

5. Hasil belajar peserta didik dalam matakuliah Struktur Data masih belum

memuaskan sehingga perlu ditingkatkan.

18

6. Tenaga pendidik belum menerapkan alternatif dan metode pembelajaran

yang menantang dalam mengelola pembelajaran di kelas sehingga belum

menghasilkan kualitas dan efektivitas pembelajaran secara optimal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan yang ada, maka

penelitian ini hanya berfokus pada pengembangan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data serta perangkat

pembelajaran pada mata kuliah Struktur Data tersebut. Persoalan-persoalan

yang lain yang ada selama proses penelitian ini dibatasi dan dikesampingkan.

Cooperative Oriented Problem ini dikembangkan untuk melatih

kemampuan berpikir peserta didik dengan mengintegrasikan aspek Problem

Based Learning ke dalam komponen model pembelajaran Cooperative Tipe

STAD dan perangkat pembelajarannya. Tujuannya adalah agar meningkatkan

kemampuan peserta didik dan menumbuhkan ide dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam bahasa pemrograman.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem pada mata kuliah Struktur Data bisa memenuhi kriteria valid di

Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning?

2. Bagaimana hasil pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem pada mata kuliah Struktur Data bisa memenuhi kriteria praktis di

Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning?

3. Bagaimana hasil pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem pada mata kuliah Struktur Data bisa memenuhi kriteria efekktif di

Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning?

19

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dan pengembangan yang hendak dicapai adalah:

1. Menghasilkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada

mata kuliah Struktur Data yang memenuhi kriteria valid untuk digunakan

pada program studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.

2. Menghasilkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada

mata kuliah Struktur Data yang memenuhi kriteria efektif di program studi

Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.

3. Menghasilkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada

mata kuliah Struktur Data yang memenuhi kriteria praktis di program studi

Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.

4. Menghasilkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

4C (Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Creativity) pada

mata kuliah struktur data.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dan pengembangan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem adalah sebagai berikut:

1. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Struktur Data di Perguruan

Tinggi.

2. Meningkatkan kolaborasi, berpikir kritis, berkreasi inovatif, dan kreatif,

kemampuan berkomunikasi, rasa bertanggung jawab, serta motivasi belajar

peserta didik.

3. Memberikan kontribusi perbaikan kualitas pembelajaran Struktur Data pada

Prodi Teknik Informatika di Universitas Lancang Kuning.

G. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah suatu model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang praktis dan efektif dapat

20

digunakan untuk membantu tenaga pendidik dan peserta didik dalam

pembelajaran Struktur Data. Produk tersebut berupa:

1. Buku model Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur

Data.

2. Buku panduan pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata

kuliah Struktur Data.

3. Buku ajar mata kuliah Struktur Data menggunakan model Cooperative

Oriented Problem.

4. E-learning Cooperative Oriented Problem.

H. Pentingnya Pengembangan

1. Secara Teoritis

Pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

dapat memberikan kontribusi positif dalam pembelajaran Struktur Data di

Perguruan Tinggi.

2. Secara Praktis

a. Bagi peserta didik model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

yang dikembangkan diharapkan dapat memberikan manfaat kemudahan

belajar bagi peserta didik dengan membekali pengetahuan dan

keterampilan tentang pembelajaran Struktur Data. Meningkatkan

kompetensi, kolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif.

b. Bagi tenaga pendidik model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem yang dikembangkan dapat membantu tenaga pendidik dalam

mengoptimalkan pembelajaran Struktur Data, sebagai tambahan metode

pembelajaran bidang ilmu komputer dan sebagai acuan model

pembelajaran bagi matakuliah sejenis namun dengan tetap dilakukan

pengkajian terlebih dahulu.

c. Bagi Universitas model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

yang dikembangkan dapat sebagai bahan masukan dalam rangka

21

perbaikan model pembelajaran pada berbagai matakuliah yang ada di

Prodi Teknik Informatika sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran.

d. Bagi peneliti lain, model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

yang dikembangkan dapat sebagai bahan masukan dalam

mengembangkan model-model dalam pembelajaran.

I. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

didasari atas asumsi:

1. Peserta didik belum memiliki motivasi yang kuat dan persiapan yang

memadai dalam mengikuti matakuliah Struktur Data, sehingga diperlukan

strategi khusus dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem.

2. Pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem terbatas

pada matakuliah Struktur Data untuk mengatasi permasalahan dalam

matakuliah tersebut dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta

meningkatkan kompetensi peserta didik yang relevan dengan kebutuhan

tenaga kerja dan dunia industri piranti lunak komputer.

3. Penelitian lebih berfokus pada penerapan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem dengan target peserta didik dapat menguasai materi

kuliah Struktur Data dengan cepat melalui masalah-masalah.

Sedangkan keterbatasan pengembangan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem ini adalah hanya mengkaji model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem dengan membuat panduan pelaksanaan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem dan perangkat pembelajaran mata kuliah

Struktur Data.

22

J. Defenisi Operasional

Defenisi Istilah dalam penelitian ini untuk menjelaskan istilah yang

digunakan dan bersifat khas pada tulisan. Istilah tersebut adalah:

1. Model

Pola yang digunakan dalam proses penyelenggaraan pembelajaran dan

pengajaran berbasis masalah dengan konsep yang jelas yang terdiri atas

struktur, komponen, isi komponen, langkah-langkah penggunaan, serta

memiliki spesifikasi.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan tenaga pendidik sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran (instruksional) dikelas. Sehubungan dengan hal itu, ada lima

istilah yang digunakan dan berfungsi sebagai unsur penyusunan model yaitu

sintak, sistem-sosial, prinsip-prinsip reaksi, sistem pendukung dan efek

instruksional dan pengiring. Model menggambarkan kesamaan antara

sejumlah item yang serupa, model menggambarkan proses, sebuah model

mempresentasikan sesuatu. Trianto (2010:43) menyatakan bahwa model

pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat

diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola

aturannya), dan sifat lingkungan belajarnya.

3. Validitas

Menurut Sugiono (2009:43) bahwa validitas merupakan proses,

kegiatan untuk menilai rancangan produk, dalam hal ini model pembelajaran

Problem Based Learning baru secara rasional dan efektif dari yang lama

atau tidak. Dikatakan secara rasional, karena validitas disini masih bersifat

penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.

23

4. Praktikalitas

Menurut kamus bahasa Indonesia (2002), praktikalitas berarti bahwa

bersifat praktis, artinya mudah dan senang memakainya. Praktikalitas

merupakan tingkat kemudahan dan kepraktisan produk yang dikembangkan

dapat membantu tenaga pendidik dan peserta didik, sehingga kegiatan

pembelajaran dapat mengembangkan kreativitas peserta didik.

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan perilaku fisik dan mental manusia dalam

memahami lingkungan yang dinamis berupa fenomena alam, benda-benda,

hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan hal-hal yang bisa dijadikan bahan

belajar. Gagne and Wager (1992) mengemukakan bahwa, “learning is a

change in human disposition or capacity, wich persist over a period time,

and wich is not simply ascribable to process of growth”. Belajar adalah

perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara

terus menerus, serta merupakan suatu kegiatan kompleks yang melibatkan

stimulasi lingkungan dan proses kognitif peserta didik.

Pengertian belajar telah banyak didefinisikan dan ditejemahkan oleh

para ahli sebelumnya. Hariyanto (2014) mendefinisikan bahwa belajar

adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,

meningkatkan keterampilan , memperbaiki perilaku dan sikap. Sedangkan

menurut Andrews (2001) belajar merupakan proses dimana suatu organisme

mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Sama halnya dengan

Slavin (2011) mengartikan juga bahwa belajar merupakan perubahan

individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman dalam pengertian

belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial, namun perilaku

yang diakibatkan oleh pertumbuhan fisik dikarenakan karena pertambahan

umur dan kematangan fisik tidak termasuk hasil belajar.

Beberapa ahli pendidikan lainnya, mengemukakan pandangan yang

berbeda terhadap pengertian belajar. Kelompok ahli behavioristik yang

dipelopori House and Elliot (2007) memandang bahwa belajar itu adalah

perubahan perilaku (tingkah laku) sebagai hasil dari interaksi antara

stimulus dan respon. Para penganut aliran kognitif, antara lain Peaget,

25

Brunner, dan Ausubel (House and Elliot, 2007) memandang bahwa belajar

tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi

juga melibatkan persepsi dan pemahaman peserta didik.

Pada sisi lain penganut teori kontruktivisme, memandang bahwa

belajar adalah usaha pemberian makna oleh peserta didik terhadap

pengalaman yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi yang

mutakhir (Budiningsih, 2005). Slavin (2011) menyatakan, “Peserta didik

harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Sementara

para ahli teori belajar humanistik memandang bahwa manusia memiliki

potensi diri yang harus dikembangkan dan dihargai (Ansyar, 1989).

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan

pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.

Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan

tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta

wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa

belajarnya belum sempurna. Untuk mengukur seseorang telah belajar atau

belum belajar perlu dilakukan perbandingan antara perilaku sebelum belajar

dan setelah melakukan kegiatan belajar.

Pembelajaran menurut Anni (2009) adalah seperangkat peristiwa

(events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

didik itu memperoleh kemudahan. Berliner & Calfee (1996) menyatakan

bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta

didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa

belajar dirancang agar peserta didik mampu memproses informasi nyata

dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuan

belajar hendaknya setiap komponen pembelajaran dapat saling berhubungan

dan berkaitan dengan baik.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku peserta didik yang relatif menetap, sebagai hasil dari adanya

26

pengalaman bermakna dalam interaksi dengan linkungannya. Sedangkan

pembelajaran lebih kepada interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta

didik. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, secara eksplisit dinyatakan dalam pasal 1 ayat 1

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiksecara aktif

mengembangkan potensi dirinya. Oleh sebab itu pembelajaran haruslah

dipandang sebagai serangkaian usaha sadar dan terencana oleh pendidik

agar peserta didik bisa mencapai tujuan pendidikan itu.

2. Model Pembelajaran

Model secara sederhana diartikan sebagai objek atau konsep yang

digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan

dikonversi menjadi sebuah bentuk yang lebih komperhensif (Meyers, 2004).

Dapat dimaknai juga bahwa model adalah suatu struktur konseptual yang ,

telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan dapat diterapkan,

terutama untuk membimbing penelitian dan berfikir dalam bidang lain,

biasanya dalam bidang yang belum berkembang (Marx & Goodson,

1976:235).

Meyers (2004:95) mengungkapkan bahwa “models of teaching is an

overall plan, or patern for helping student to learn specific kinds of

knowledge, attitudes or skill”. Senada dengan hal tersebut Joyce and Weil

(2015:385) menyatakan bahwa: “A models of teaching is a plan or pattern

that we can use to design facce teaching ini classroom , film, tapes, and

computer-mediated program and curiculums (long term courses of study)”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa model merupakan

suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran yang disiapkan untuk membantu peserta didik

belajar lebih spesifik berbagai ilmu pengetahuan, sikap ataupun

keterampilan.

27

Model pembelajaran menurut Hariyanto (2014:19) adalah seluruh

perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran

termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Model

pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang

teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.

Sedangkan model merupakan rangkaian satu-kesatuan dari pendekatan,

strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran

menggambarkan suatu proses pembelajaran dari awal sampai akhir

pembelajaran. Pada intinya di semua model, tenaga pendidik harus terbuka

dengan peserta didik. Bagian dari tugasnya tidak hanya untuk mempelajari

materi tetapi untuk menjadi semakin mampu mengarahkan kegiatan mereka

sendiri. Dengan kata lain, para peserta didik secara bertahap mempelajari

model itu sendiri.

Arends, (1997:7) menyatakan, “The term teaching model refer to

particular approach to instruction that includes its goals sytanx,

environtment, and management systems”. Istilah model pembelajaran

mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,

sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengolahannya. Selanjutnya menurut

Arends, (1997:7) menyatakan bahwa model pembelajaran terdiri dari model

pembelajaran langsung (direct instruction), model pembelajaran kooperatif

(Cooperatif Learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning), model pembelajaran diskusi (Discussion), model

pembelajaran strategi (Strategy Learning).

B. Model Problem Based Learning

Problem Based Learing (PBL) sudah dikenal sejak era Plato dan

Socrates, yang telah meminta peserta didiknya menilai, mencari informasi dan

ide baru serta membahasnya sewaktu aktifitas pembelajaran (Mossuto 2009).

Barrow (1999) menyatakan ide PBL telah diperkenalkan oleh Sockrates (469-

399 SM) yang mana beliau percaya bahwa belajar melalui usaha sendiri

28

merupakan satu belajar yang benar. PBL kemudian memasuki aliran

pendidikan utama pada tahun 1960-an pada sekolah Kedokteran di Universitas

MCMaster di Ontario Kanada, memperkenalkannya dalam kurikulum

kedokteran (Neville,1999). Hal ini diikuti oleh Uniersitas Maastricht, belanda

pada tahun1974 (Spencer 1999). Kemudian PBL telah berkembang ke seluruh

Amerika Utara dan seluruh dunia (Albanase & Mitchell 1993).

Dalam ungkapan sederhana Problem Based Learning (PBL) merupakan

model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau siswa,

menggunakan permasalahan dan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari

(real-life) untuk mendorong peserta didik belajar. Chen (2008) menyatakan

bahwa Problem Based Learning (PBL) memenuhi tuntutan paradigma baru

dunia pendidikan yang muncul pada era ekonomi yang berdasarkan

pengetahuan dengan ledakan informasi dan globalisasi. PBL yang pada

mulanya diperkenalkan untuk program kedokteran di University McMaster,

Kanada terus diperbaiki dan dimantapkan untuk dilaksanakan di enam puluh

sekolah kedokteran yang lain (Savery & Duffy 1995) dan disebar di bidang-

bidang lain seperti bidang perdangan, pendidikan, arsitek, fakultas hukum,

teknik, dan kerja sosial (Massuto 2009). Ia juga diimplementasikan dalam

lingkungan pembelajaran yang lain seperti pendidikan jarak jauh, pembelajaran

secara on-line, program diploma, sekolah menengah dan sekolah dasar (Wee

2004). Sehingga kini, PBL terus diperkenalkan untuk bidanh-bidang baru yang

lebih spesifik seperti ilmu keolahragaan (hui Shinet al. 2007), sekolah polisi

(Pare & Gillis 2007), untuk sekolah perwira angkatan udara (Wei & Jansen

2007), biologi molekular (Nachamma et al.2007), dan radiografi (pope 2007).

PBL memungkinkan peserta didik untuk mempelajari prinsip-prinsip

dasar dari suatu subjek pelajaran atau kompetensi dalam konteks pentingnya,

untuk menyelesaikan situasi dan masalah yang nyata (Hmelo-Silver 2004;

Barrow dan Tombly 1980). Peserta didik menganalisis masalah dan

menyelesaikan masalah tersebut secara efektif dan efisien. Semua itu dilakukan

dengan mempratekkan, mengunakan, dan mengembangkan keterampilan

penguasaan, keterampilan kerjasama kelompok, keterampilan berfikir kritis,

29

dan keterampilan belajar sendiri yang natinya mengacu kepada pemecahan

masalah. Suksenya PBL tergantung pada peserta didik untuk

mengkombinasikan semua keterampilan di bawah fasilitasi oleh seorang

fasilitator tenaga pendidik. Level keterikatan mereka dengan pembelajaran

mempunyai efek yang besar untuk hasil akhir untuk menampilkan dan

memberikan solusi dan masalah apapun yang mereka hadapi dikehidupan

nyata.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan

model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh peserta

didik atau tenaga pendidik), kemudian peserta didik memperdalam

pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka

perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Peserta didik dapat

memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka

terdorong berperanan aktif dalam belajar. Masalah yang dijadikan sebagai

fokus pembelajaran dapat diselesaikan peserta didik melalui kerja kelompok

sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada

peserta didik seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping

pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

1. Pengertian Problem Based Learning

Pengertian Problem Based Learning (PBL) pada awalnya berdasarkan

model PBL klasik yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Barrow &

Tamblyn 1980), yaitu; (1) situasi dunia nyata yang kompleks yang tidak

mngandungi hanya satu jawaban benar merupakan fokus kepada

pembelajaran yang direncanakan, (2) peserta didik-peserta didik bekerja

dalam kelompok untuk menghadapi masalah,mengenal masalah dalam

pembelajaran, dan membina penjelasan yang sudah diterima, (3) peserta

didik memperoleh informasi baru melalui pembelajaran terarah dengan cara

mandiri, (4) guru/tenaga pendidik berperan sebagai fasillitator, (5) masalah

membawa kepada pengembangan kompetensi penyelesaian masalah.

Pengertian berikutnya adalah bahwa PBL adalah suatu model

pembelajaran yang menggunakan masalah (problem) sabagai langkah awal

30

dalam mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Selanjutnya

(Pauline et al. 2001) menyatakan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang

terfokus pada penyajian permasalahan (nyata ataupun simulasi) kepada

peserta didik diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian kajian

berdasarkan teori, konsep,prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang

ilmu.Pendapat yang sama Torp dan Sage (2002, 276) menyatakan “Problem

Based Learning (PBL) is a pedagogical strategi of “ aktive learning” often

used in higher education,but it can be adapted for use in K-16 education”.

Dengan kata lain PBL adalah strategi pedagogi dan pembelajaran aktif yang

sering digunakan dalam pendidikan dasar.

Problem Based Learning merupakan satu model pembelajaran yang

mengunakan masalah nyata yang relevan serta bermakna sebagai fokus

dalam proses pembelajaran. PBL sesuai digunakan bukan saja dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik tetapi juga

mampu mendukung kepada pembangunan keterampilan soft skill seperti

keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan bekerja dalam

kelompok, keterampilan berkomunikasi dan sebagainya (Barrows &

Tamblyn, 1980). Hall (2006) menyatakan bahwa PBL adalah teknik yang

terbentuk dari pada masalah-masalah tanpa disadari yang berlaku dalam

kehidupan seharian kita. Selanjutnya bagi Torp dan Sage (2002), PBL

terfokus kepada pengalaman pembelajaran yang melibatkan mind-on dan

Hand-on yang disediakan melalui strategi dan keputusan dari pada masalah

yang nyata. Dalam PBL, para peserta didik diberikan suatu masalah atau

situasi nyata dan dikehendaki menyelesaikannya dengan mencari input dari

pada buku, jurnal, surat kabar, risalah, internet dan organisasi-organisasi

yang terlibat. Di sini tenaga pendidik bertindak sebagai pembimbing atau

sebagai fasilitator kepada penyelesaian yang dilakukan oleh para peserta

didik.

Sungur (2004) mengemukakan PBL adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan

31

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang essensial dari materi pelajaran. Di sisi lain menurut Savery &

Duffy (1995:175) bahwa;

“Problem-based learning is a student centered process and it is theresponsibility of the individual student to participate fully, not only forhis or her own learning, but also to aid the learning of others in thegroup, Although much time is spent alone in the library or at thecomputer, the full benefits of PBL cannot be realized in isolation”.

Dapat dikemukakan bahwa PBL adalah proses yang berpusat pada

peserta didik dan tanggung jawab individu untuk berpartisipasi secara

penuh, tidak hanya dalam pembelajarannya, tetapi juga untuk kelompok.

Meskipun banyak menghabiskan waktu sendiri di perpustakaan atau

komputer, PBL sangat bermanfaat, karena PBL dapat membentuk peserta

didik berfikir kritis, bekerjasama dalam kelompok, menumbuhkan dan

mengembangkan kebiasaan belajar mandiri.

Selanjutnya Savery & Duffy (1995,182) Menyatakan “Problem-based

learning (PBL) is a learning strategithat execemlifes student centered

learning. It emphasizes solving complex problem in rich contexts and aims

at developing higher-order thinking skills”. Dapat dikatakan bahwa PBL

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mencontohkan pembelajaran

berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang menekankan pemecahan

masalah komplek kaya konteks dan tujuan mengembangkan keterampilan

berfikir tingkat tinggi. Sejalan dengan itu, Boud & Felleti (1991)

menyatakan bahwa “Problem based learning is a way of constructing and

learning using problem as a stimulus and focus on student activity.

Problem-based learning (PBL) is an learning strategy that challenges

students to “how learn to learn,” working coorperatively in groups to seek

solutions to real world problems”.

Ronis (2000,76) mengatakan bahwa “Problem Based Learning (PBL)

is on idea that individuals fashion their understanding largely through what

they experience”. Seterusnya Ronis (2000) menyatakan variasi dari PBL

adalah inqury contact, case study, simulations, workshops, and study

32

questions. Sejalan dengan itu, Sungur (2004) menegaskan problem based

learning memungkinkan peserta didik bertanya, berdiskusi, berdebat,

menyortir informasi dan kegiatan sejenisnya yang menuju terjadinya proses

penemuan (discovery) dalam proses pembelajaran. Sungur (2004)

menyatakan siklus inquiry sebagai berikut: a) observasi (observation), b)

bertanya (Questioning), c) mengajukan dugaan (hypotesis), d) pengumpulan

data (data gathering).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa

Problem-Based learning adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan

permasalahan dunia nyata sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru melalui bekerja kelompok (working

cooperatively in groups) dalam mengembangkan keterampilan berfikir

tingkat tinggi dan keterampilan pemecahan masalah komplek yang kaya

konteks, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial

dari materi pembelajaran.

Kesimpulan adalah bahwa PBL dapat didefenisikan berdasarkan dua

perspektif, yaitu perspektif falsafah yang mendasari proses merancang

kurikulum dan dari perspektif model untuk tenaga pendidik yang akan

melaksanakan pembelajaran dalam kelas. Selain itu, oleh karena wujud dari

PBL dalam berbagai versi yang dilaksanakan dalam berbagai disiplin ilmu.

Maka usaha untuk mendefenisikan PBL tidak harus terfokus hanya pada

cara masalah dipersembahkan pada awal pembelajaran, bahkan perlu

merangkum tata cara pengimplimentasiakan PBL untuk disesuaikan dengan

karakteristik disiplin ilmu tersebut.

2. Jenis Masalah pada Problem Based Learning

Jenis masalah yang digunakan dalam PBL adalah kurang terstruktur

(Delisle 1997; Lambros 2004; Torp & Sage 2002). Selanjutnya Torp & Sage

(2002) mendefenisikan masalah kurang terstukutur sebagai masalah yang

mengandung situasi yang komplek dan tidak mengandungi informasi yang

lengkap untuk ditentukan jalan penyelesaian. Apabila informasi terkumpul

33

dan dinilai, pemahaman terhadap masalah akan berubah yang seterusnya

membuka ruang baru untuk strategi dan pembelajaran (Delisle 1997).

Selanjutnya Delisle (1997) juga menjelaskan bahwa masalah yang kurang

terstruktur dalam PBL bukan diberikan setelah peserta didik mempelajari

pengetahuan sebagaimana yang dilakukan model pemberian tugas dan tugas

proyek. Sebaliknya masalah yang digunakan dalam PBL berfungsi sebagai

pencetus untuk peserta didik membuat kajian serta mengumpul informasi

yang diperlukan untuk menggali beberapa penyelesaian yang mungkin bagi

masalah tersebut (Lambros 2004). Selain itu, masalah dalam PBL bukan

hanya tidak mengandung satu penyelesaian yang betul tetapi sebaliknya

terbuka peluang kepada kreativitas dan kritis dari peserta didik sehingga

mampu menggunakan dan mengintegrasikan pengetahuan yang dipelajari

bagi menggali beberapa penyelesaian (Torp & Sage 2002).

Berbeda dengan Delisle (1997), Lambros (2004) serta Torp dan Sage

(2002) yang mendefenisikan secara langsung masalah kurang terstruktur,

Hong (1998) menggunakan tiga kriteria untuk membedakan masalah

terstruktur dan masalah kurang terstruktur. Tiga kriteria berkenanan ialah

sifat masalah, proses penyelesaian masalah dan komponen penyelesaian

masalah. Tabel 2.1 memaparkan uraian yang lebih lengkap tentang kriteria-

kriteria yang digunakan oleh Hong (1998) bagi membedakan masalah

terstruktur dan kurang terstruktur.

Tabel 2.1. Perbedaan antara Masalah Terstruktur dengan Masalah Kurang

Terstruktur

KRITERIA MASALAHTERSTRUKTUR

MASALAH KURANGTERSTRUKTUR

Sifat Masalah

Komponenpernyataanmasalah

1. Tujuan yang sudahdiketahui denganjelas

2. Keadaanpermulaan masalahyang jelas

1. Tujuan yg tidak didefenisikan denganjelas

2. Informasi yang tidak lengkap

Penyelesaian

Hanya satujawaban yg betuldan bersifatterfokus dalam

Beberapa penyelesaian atau tiadapenyelesaian langsung

34

KRITERIA MASALAHTERSTRUKTUR

MASALAH KURANGTERSTRUKTUR

mencapai bataswaktupenyelesaian akhir

Proses Menyelesaikan MasalahRepresentaseMasalah

Pengaktifan skema1. Pencarian informasi2. Pemilihan informasi

ProsesPenyelesaianMasalah.

Mencaripenyelesaian.

1. Menghasilakan justifikasi untukpemilihan

2. Mendalami beberapa penyelesaian3. Pemilihan penyelesaian

PemantauanPengimplimentasikanpenyelesaian

Penilaian terhadap penyelesaian,pemantaun proses penyelesaian, danmenghasilakn justifikasi

Komponen Penyelesaian Masalah

KognitifPengetahuan domainspesifik

Pengetahuan domain spesipik

Metakognisi Pengetahuan structural Pengetahuan struktural

Variabelbukan kognitif

Pengetahuan Kognitif

1. Pengetahuan kognitif2. Kontrol kognitif3. Niai/Sikap/Kepercayaan4. Kemampuan bercerita

Sumber: Slavin.

Selain daripada menyangkut tentang perbedaan masalah terstruktur

dan kurang terstruktur, isu proses merancang masalah dalam model PBL

juga perlu diberi perhatian agar mendapatkan suatu masalah benar-benar

sesuai digunakan untuk tujuan PBL. Savin-Baden dan Major (2004)

menjelaskan bahwa masalah PBL bukan dirancang terikat berdasarkan asas

taksonomi Bloom yang dimulai dengan asas pengetahuan, dan diikuti

dengan asas pemahaman sebelum mencapai tahap yang lebih tinggi. Hal ini

karena masalah yang dirancang berasaskan taksonomi Bloom jika

digunakan dalam PBL hanya akan menjadikan peserta didik untuk

cenderung memberi fokus kepada aspek mendapatkan pengetahuan (Savin-

Baden & Major 2004). Sebaliknya, masalah yang digunakan dalam PBL

seharusnya menuntut peserta didik untuk berfikir secara kritis sebagaimana

tujuan mereka semula terlibat dengan PBL. Hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk medorong peserta didik mempunyai persepsi bahwa penglibatan

mereka dengan penyelesaian masalah dalam model PBL bukanlah untuk

35

mendapatkan satu jawaban yang betul, tetapi sebaliknya sebagai suatu usaha

untuk mendorong peserta didik berfikir secara inkuiri dn mengembangkan

pendirian mereka tentang kerasionalan mempelajari sesuatu ilmu

pengetahuan (Barnett 1994).

Disisi lain, Duch Groh et al. (2001) mengemukakan jenis masalah

yang disampaikan dalam kelas PBL disamping kurang terstruktur, juga

kompleks dan realistik. Masalah memerlukan kreativitas peserta didik

menentukan apa diinginkan yang diperlukan, kenapa, apakah informasi yang

berkaitan dan apa langkah-langkah yang diperlukan bagi penyelesaian

masalah. Peserta didik perlu memilih informasi yang ada karena tidak

semua informasi yang diperoleh berkaitan dengan dengan masalah-masalah

dalam PBL yang akan diselesaikan.

Masalah dalam PBL adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya

jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap peserta didik, bahkan

tenaga pendidik, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan

demikian, PBL memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

bereksplorasi megumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk

memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL

adalah keterampilan peserta didik untuk berfikir kritis, analitis, sistematis,

dan logis untuk menemukan alternatif untuk memecahkan masalah melalui

eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah

(Barnett 1994).

Dalam penelitian ini, rancangan masalah dibuat berdasarkan format

dan panduan PBL yang dikemukakan oleh Torp dan Sage (2002) yang

mengkhususkan kepada pelaksanaan PBL di tingkat universitas. Peserta

didik-peserta didik jenjang universitas akan senang dan bersemangat apabila

ditantang dan bersedia bukan saja untuk mendapat informasi baru tetapi

menentukan kerelevanannya dan mengaplikasikannya (Lambors 2004).

Bagaimanapun masalah yang dipersembahkan perlu disesuaikan dengan

tahap keperluan pengetahuan peserta didik, memberi motivasi kepada

peserta didik untuk melakukan kajian lebih lanjut, sesuai untuk dianalisis

36

dan diaplikasikan serta memenuhi tujuan pembelajaran (Duch Groh et al,

2001). Kesimpulannya adalah penggunan masalah kurang terstruktur dalam

PBL memungkinkan masalah berfungsi sebagai titik permulaan

pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan masalah kurang terstruktur

dalam PBL dengan model pembelajaran lainnya. Contohnya aktivitas

penyelesaian masalah konvensional biasanya hanya dilakukan setelah

peserta didik mempelajari sesuatu pengetahuan.

3. Penerapan Model Problem Based Learning di Berbagai Kampus dan

Negara

Menurut Wee (2004), Torp & Sage (2002) dan Detty Aryani (2016),

terdapat berbagai model sintak untuk melaksanakan proses PBL. Tabel 2.2

memaparkan contoh-contoh model proses PBL yang diterapkan oleh

beberapa lembaga institusi pendidikan.

Tabel 2.2. Model-Model Problem Based Learning (PBL)

No Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)

1

SekolahTeknikKimia,Universitas McMaster,Kanada

a. Mengamati masalah, mengajukan hipotesis danmengenal pasti isu pembelajaran.

b. Menyelesaikan masalah berdasarkan apa yang pesertadidik ketahui.

c. Mengenal kekurangan pengetahuan yang diperlukanuntuk menyelesaiakan masalah.

d. Menentukan keperluan pembelajaran utama,menetapkan tujuan pembelajaran dan mengenal pastisumber untuk pembelajaran mandiri.

e. Bekerja sama dengna ahli pengetahuan yang lain.f. Menyelesaikan masalah dengan mengunakan

pengetahuan.g. Menyediakan kritikan atau tangapan.

2UniversitasSamford,AmerikaSyarikat

a. Peserta didik langsung berhadapan dengan masalah.b. Dalam berkelompok peserta didik menentukan

pengetahuan yang relevan dan mengenal pasti sifatmasalah.

c. Peserta didik akan menimbulkan masalah apa yangtidak diketahui oleh mereka.

d. Peserta didik merangkai tindakan untukmenyelesaikan masalah dan mengenal pasti sumberyang diperlukan.

e. Peserta didik harus mengumpulkan imformasi untukmenyelesaikan masalah.

37

No Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)f. Fasilitatot akan memandu dengan bertanya masalah.

3

SekolahKedokteran,UniversitasSouthernIllinois,AmerikaSyarikat

a. Memperkenalkan anggota kelompok.b. Menetapkan lingkungan.c. Menetapkan tujuan.d. Bertemu masalah.e. Mengenal pasti fakta.f. Mendalami dan mengamati ide.g. Mengenal pasti isu pembelajaran.h. Membuat rancangan tindakan.i. Memberi tumpuan terhadap hasil pembelajaran.j. Mengenal pasti sumber.k. Mengendalikan pembelajaran secara mandiri.l. Mengkritik sumber.m. Menjawab masalah berdasarkan pengetahuan baru

yang diperoleh.n. Menyelesaikan masalah.o. Mengkritisi masalah secara sendiri dan melalui rekan.

4UniversitasNewcatle,Autralia

a. Peserta didik diberi masalah.b. Memahami masalah melalui sumber secara online.c. Mengenal pasti masalah.d. Mengenal pasti itu isu pembelajaran.e. Mengendalikan pembelajaran mandiri.f. Mengaplikasikan penegtahuan dan penyerahan

laporan tertulis.g. Menghasilkan rangkaian penilaian mandiri dengan

criteria kepada “apa”, “kenapa” dan “bagaimana”masalah diselesaikan. Serahkan laporan.

h. Fasilatator memberikan tangapan.i. Peserta didik menyerahkan semula berdasarkan

tanggapan.

5UniversitasMaastricht,Netherlands

a. Mengenal pasti terminology yang tidak diketahui dankonsep masalah.

b. Mendefenisikan masalah.c. Menganalisis masalah, menghasilkan penjelasan dan

mengaktifkan pengetahuan yang relevan.d. Mengkririk penjelasan dan menhasilkan uraian

tentang proses yang terkandung dalam masalah.e. Mendesain isu pembelajaran.f. Mengendalikan pembelajaran secara mandiri.g. Bekerja sama temuan dengan kelompok bagi yang

membentuk penjelasan yang komprehensif.

6PoliteknikRepublikSingapura

a. Mempersembahakan masalah kurang terstruktur.b. Penambahan pemikiran dan mengaktifkan

pengetahuan yang relevan.c. Mengenal pasti apa yang diketahui dan telah

diketahui.d. Fasilatator memandu peserta didik kepada persoalan

penting dan tujuan pembelajaran. Kemudian pesertadidik belajar secara mandiri

38

No Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)e. Bekerja sama pembelajaran dengan anggota-anggota

kelompok.f. Pemahaman bersama terhadap pengetahuan

digunakan untuk merujuk kepada masalah awal.Menyelesaikan masalah.

g. Melakukan refleksi.

7PolteknikTemasek,Singapura

a. Menentukan kelompok pembelajaran.b. Mengenal pasti masalah.c. Mendalami ide.d. Menghasilkan isu pembelajaran.e. Pembelajaran secara mandiri.f. Mensitensis dan mengaplikasikan pengetahuan.g. Refleksi dan tanggapan.

Sumber: Wee (2004).

Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)

Universitas Andalas(FakultasKedokteran) Metode“Seven Jump”

a. Clarify unfamiliar termsb. Define the problemsc. Brainstorm possible hypothesis or explanationd. Arrange explanation into a tentative solutione. Define learning objectivef. Imformation gathering and private studyg. Share the results of information gathering and

private studySumber: Detty Aryani (2016).

Institusi Sintak Problem Based Learning (PBL)

Model PBL Ronis2001

a. Clarifyb. Definec. Analysed. Reviewe. Identifly learning objectivesf. Self studyg. report dan synthesis

Sumber: Ronis, Diane (2001).

Model PBL Torp &Sage 2002

a. Meet the problemb. Understand the problemc. Define the problem statementd. Gather and share the informatione. Generate Possible Solutionsf. Determine the best fit of solutionsg. Present the solutionsh. Debrief the problem

Sumber: Torp & Sage (2002).

39

Dalam penelitian ini, grand teori model PBL yang akan dikembangkan

adalah berdasarkan format dan panduan PBL yang kemukakan oleh Torp &

Sage (2002) dengan sintak 10 langkah, yang mengkhususkan kepada

pelaksanaan PBL di tingkat universitas. Dalam model Torp & Sage (2002)

masalah yang diidentifikasi perlu disesuaikan dengan tahap keperluan

pengetahuan peserta didik, memberi motivasi kepada peserta didik untuk

melakukan kajian lebih lanjut, untuk dianalisis dan diaplikasikan serta

memenuhi tujuan pembelajaran.

Langkah pertama dalam model PBL Torp & Sage ini merujuk kepada

dukungan peserta didik dan mempunyai kepentingn dalam memunculkan

dan mengidentifikasikan masalah. Seterusnya, peserta didik didukung dalam

membangunkan kesadaran tentang apa yang mereka tahu, perlu tahu, dan

ide-ide yang mereka miliki sehubungan dengan pemecahan masalah

tersebut. Langkah ketiga mendefenisikan pernyataan masalah dalam rangka

untuk mendorong peserta didik dalam menyatakan masalah dalam keadaan

yang mereka temui dan mengenal pasti penyelesaian untuk memecahkan

masalah tersebut. Setelah itu adalah menghimpun dan bekerjasama untuk

mendapatkan informasi. Langkah kelima memberi tumpuan kepada

dukungan peserta didik dengan berbagai penyelesaian yang mungkin untuk

menyelesaikan masalah tersebut (Torp & Sage, 2002).

Langkah seterusnya berkaitan untuk mendorong peserta didik dalam

menggunakan pemikiran mereka untuk menilai kebaikan dan keburukan

setiap penyelesaian yang dihasilkan oleh anggota kelompok mereka. Dalam

memperesentasikan langkah penyelesaian, peserta didik didorong untuk

menunjukan penyelesaian kepada masalah. Langkah terakhir, Peserta didik

setiap kelompok melakukan refleksi secara bersama-sama atas apa yang

mereka pelajari pada akhir sesi PBL. Berdasarkan uraian di atas,

menunjukan bahwa model PBL yang dilaksanakan selama ini, di berbagai

perguruan tinggi dan model PBL menurut para pakar sangat beragam,

namun dengan sasaran dan langkah yang hampir sama. Namun dalam

40

penelitian ini akan menggunakan model PBL yang dikembangkan oleh Torp

& Sage (2002).

4. Ciri-Ciri Khusus Problem Based Learning

a. Konsep Dasar Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah pembelajaran yang berpusat

kepada kelompok-kelompok kecil dengan seorang fasilitator dan

mengajar satu langkah khas yang teratur dalam menyelesaikan masalah.

Barrow telah memperioritaskan taksonomi PBL yang mana model PBL

dikategorikan berdasarkan keefektifan dalam objek pembelajaran. PBL

telah dianggap sebagai satu proses pembelajaran di mana peserta didik

dari jenjang sekolah dasar hingga program pendidikan tinggi

dipersembahkan dengan masalah yang menantang mereka

mengaplikasikan keterampilan penyelidikan, pemberian masalah,

memberi sebab dan pemikiran kritis alam sekitar secara individu atau

dalam kelompok dalam usaha mencari penyelesaian. Masalah dijadikan

sebagai asas untuk memotivasikan peserta didik mempelajari

keterampilan dan pengetahuan. Model pembelajaran ini berpusatkan

kepada peserta didik dan berasaskan inkuiri (Schwartz et al.2001).

Menurut Lambros (2004) PBL adalah model pembelajaran berdasarkan

prinsip menggunakan masalah sebagai titik permulaan untuk

mendapatkan pengetahuan baru. Pengaruh pembelajaran terpusat kepada

penggunaan masalah yang menciptakan pembelajaran melalui

pengelaman baru, memperoleh materi baru dan pengukuhan kepada

pengetahuan alam sekitar. Lingkungan pembelajaran peserta didik berada

pada dunia yang nyata atau mereka kenali.

PBL sering dikelirukan dengan pembelajaran berasaskan projek

(projec based learning), pembelajaran penyelesaian masalah (problem

solving learning) (Savin Beden & Major 2004). Pembelajaran berasaskan

proyek mengandung tugas penyelesaian masalah yang terstruktur yang

disediakan oleh fasilitator atau tutor. Peserta didik berperan menyiapkan

41

sesuatu projek atau menjadi anggota dari sebuah kelompok untuk

membangun strategi ke arah penyelesaian masalah. Pembelajaran

penyelesaian masalah (problem-solving learning) adalah dilaksanakan

melalui bimbingan langkah demi langkah model penyelesaian masalah

secara logis yang disediakan oleh seorang tenaga pendidik. Para peserta

didik dalam pembelajaran ini mendapatkan pengetahuan awal terlebih

dahulu, sebelum merancang aktivitas-aktivitas penyelesaian masalah

(Savin Beden & Major 2004).

PBL adalah dicirikan dengan situasi pembelajaran terbuka (open-

ended situation), ia menantang dan relevan dengan tingkat inkuiri peserta

didik. Fasilitator dalam PBL membimbing pembelajaran dengan cara

bertanya dan membiarkan para peserta melakukan pembelajaran sendiri

dengan mengenal pasti apa yang telah diketahui dan belum diketahui. Hal

ini membawa kepada masalah apa yang perlu diketahui bagi

mendapatkan pemahaman khusus tentang sesuatu perkara (Savin Beden

& Major 2004).

b. Karakteristik PBL

Menurut Ronis (2001), tahap awal dalam melaksanakan PBL

adalah memastikan ada tidaknya permasalahan yang akan dipecahkan

oleh perserta didik (determening whether a problem exists). Hal ini

didukung oleh Wina Sanjaya (2007) mengatakan bahwa untuk

mengimplementasikan PBL, tenaga pendidik perlu memilih bahan

pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Senada

dengan itu Ronis (2002,79) mengemukakan bahwa “Teacher can begin

locating problem by looking through textbooks, curriculum guides,

newspapers, and magazines to finf situations, dilemmas and issues that

need resolution” Lebih lanjut Ronis (2001,81) menyatakan bahwa “in the

problem design phase, the problem my be voiced as question, a case

study, an example, a charge, a hypothesis, or a situation”. Jadi

permasalahan yang diberikan kepada peserta didik dapat dalam bentuk

42

pertanyaan, studi kasus, contoh, perintah, hipotesis atau situasi

permasalahan yang berasal dari berbagai sumber.

Setelah permasalahan diberikan kepada peserta didik, peserta didik

membuat pernyataan permasalahan secara tepat (creating an exact

statement of the problem), selanjutkan menentukan informasi yang

dibutuhkan (identifying information needed to understand the problem)

kemudian melakukan identifikasi terhadap berbagai sumber guna

mendapatkan informasi (identifying resources for gathering

information)dan seterusnya menganalisis dan menentukan solusi

permasalahan (analyzing the solution) dan diakhiri dengan

mempresentasikan solusi permasalahan secara tertulis maupun lisan

(presenting the solution,orally and or in writing).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

dari PBL adalah peserta didik dihadapkan pada tantangan, open-ended

problems, bekerja dalam kelompok kecil, pendidik berperan sebagai

fasilitator pembelajaran. Melalui PBL akan dapat mengembangkan

berbagai keterampilan peserta didik seperti keterampilan berfikir kritis,

analisis, memecahkan masalah komplek, yang kaya konteks dan

mengembangkan keterampilan komunikasi verbal dan tertulis serta

mampu menggunakan berbagai sumber belajar seperti buku, jurnal,

laporan, informasi online dan lain sebagainya. Ada tujuh langkah dalam

implementasi PBL yaitu: clarify, define, analyse, review, identify

learning objectives, self study, report dan synthesis. Ada empat faktor

kunci efektifnya proses implementasi PBL yaitu Ideas, Facts, Learning

Issue dan Action Plant (Ronis, 2001).

c. Tujuan PBL

Menurut Barrow & Tamblyn (1980) bahwa tujuan pembelajaran

model PBL adalah sebagai berikut;

1) Mengukuhkan keterampilan peserta didik untuk mempelajari sesuatu

prinsip, konsep dan belajar menggunakan informasi dalam berbagai

situasi.

43

2) Mengembangkan keterampilan peserta didik memberi nasehat dan

pendapat, berfikir kritis, serta keterampilan membuat keputusan.

3) Mengembangkan keterampilan peserta didik mengintegrasikan

pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu dan pemahaman yang baik

tentang peranan sikap kemanusian terhadap kemajuan

profesionalisme.

4) Menyediakan peserta didik kepada konsep pembelajaran sepanjang

hayat.

5) Menggalakkan pembelajaran kelompok kecil, keperluan kepada

pengaruh kerja tim dan pembelajaran secara kolaborasi.

d. Manfaat PBL

Problem Based Learning (PBL) tidak dirancang untuk membantu

tenaga pendidik memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada

peserta didik, PBL dikembangkan untuk membantu peserta didik

mengembangkan; keterampilan berfikir, pemecahan masalah, dan

keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui

pengamatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi

pembelajaran yang otonom dan mandiri (Sudarman, 2007).

Menurut Wina Sanjaya (2008) manfaat khusus yang diperoleh dari

kaedah Dewey adalah adanya model pembelajaran PBL.Tugas tenaga

pendidik adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan

bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pembelajaran tidak

dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya. Selain

manfaat. model PBL memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

PBL sebagai model pembelajaran adalah: (1) realistik dengan kehidupan

peserta didik; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan peserta didik;(3)

memupuk, sifat inquri peserta didik; (4) retensi konsep jadi kuat; dan (5)

memupuk keterampilan Problem solving. Selain kelebihan tersebut PBL

juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: (1) persiapan

pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) sulitnya

mencari masalah yang relevan; (3) sering terjadi miss-konsepsi; dan (4)

44

konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup

dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang

tersita untuk proses tersebut.

C. Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD

Model pembelajaran Strudent Team Achievement Division (STAD)

dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya di Universitas John Hopkin.

Model pembelajran STAD merupakan model pembelajaran Kooperatif yang

paling sederhana. Model STAD digunakan untuk memberikan pemahaman

konsep materi yang sulit kepada peserta didik. Tenaga pendidik

mempersiapkan materi melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran lain.

Menurut Slavin (2010:11), dalam model pembelajaran STAD, peserta

didik dibagi kedalam kelompok belajar terdiri atas 3-4 orang yang memiliki

perbedaan tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Tenaga

pendidik menyapaikan pelajaran dan permasalahan. Peserta didik bekerja sama

dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah, Tenaga pendidik memberikan

kuis untuk mengetahui hasil belajar, peserta didik mengerjakan kuis yang

diberikan secara mandiri. Model pembelajaran STAD merupakan model

pembelajaran yang paling baik diterapkan sebagai permulaan bagi Tenaga

pendidik dalam menggunakan pendekatan Kooperatif.

1. Karakteristik dan Komponen Model Cooperatif Tipe STAD

Gagasan utama STAD menurut Slavin (2010:12) adalah untuk

memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu

satu sama lain dalam menguasai kemampuan-kemampuan yang diajarkan

oleh Tenaga pendidik. Jika peserta didik ingin agar timnya mendapatkan

Reward, maka peserta didik harus membantu teman satu tim untuk

mempelajari bahan ajar dan melakukan kegiatan terbaik. Peserta didik harus

menyadari bahwa belajar adalah penting, berharga, menyenangkan dan

relevan dengan dunia kerja.

45

Karakteristik model pembelajaran STAD, yaitu 1) Tenaga pendidik

menyampaikan materi pembelajaran; 2) Tenaga pendidik membagi peserta

didik dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 3-5 peserta didik; 3)

Tenaga pendidik menjelaskan langkah-langkah kerja kelompok; 4) Tenaga

pendidik membimbing peserta didik dalam kerja kelompok; 5) Tenaga

pendidik memberi tugas kepada peserta didik melaporkan hasil kerja

kelompok; 6) Tenaga pendidik membimbing peserta didik menyimpulkan

pembelajaran.

Slavin (2010:143) memberikan 5 (Lima) komponen utama yang

menyusun rangkaian kegiatan dalam model pembelajaran STAD yaitu:

a. Presentasi Kelas

Penjelasan materi dalam pelaksanaan model pembelajaran STAD

pertama-tama dilakukan dengan presentasi kelas yang dipimpin langsung

oleh Tenaga pendidik. Presentasi berfokus pada pemahaman materi

setiap anggota kelompok sehingga peserta didik akan menyadari bahwa

persentasi penting untuk membantu peserta didik dalam mengerjakan

kuis.

Dalam tahap presentasi kelas, Tenaga pendidik memulai dengan

menyampaikan indikator yang harus dicapai pada pembelajaran dan

memotivasi rasa ingin tahu peserta didik tentang materi yang dipelajari.

Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan meningkatkan

peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar peserta

didik dapat menghubungkan materi yang disajikan dengan pengetahuan

peserta didik.

Hal yang perlu ditekankan adalah: 1) mengembangkan materi

pembelajaran dalam kelompok; 2) menekankan bahwa belajar adalah

menjelaskan makna, dan bukan hafalan; 3) sering memberikan umpan

balik (feedback) untuk mengontrol pemahaman peserta didik; 4)

memberikan penjelasan; dan 5) melanjutkan materi bila peserta didik

telah menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan.

46

b. Tim

Borich (2007:388) menyatakan: in STAD, the teachers assign

students to 3-5member learning teams. Each teams is as heterogeneous

as possible to represent the competition of the entire class (boy/girls,

higher, perfoming/lower performing). Dalam model Cooperative STAD,

Tenaga pendidik mengelompokkan peserta didik menjadi 3-5 anggota

dalam setiap kelompok belajar. Setiap tim adalah heterogen agar terjadi

persaingan dari seluruh kelas (laki-laki/perempuan, berkinerja

tinggi/berkinerja rendah).

Fungsi utama persaingan antar kelompok adalah setiap anggota tim

benar-benar belajar dan menguasai materi sehingga peserta didik mampu

mengerjakan tugas proyek atau kuis dengan baik. Tenaga pendidik

berperan sebagai fasilitator dan motivator. Semua anggita tim akan

belajar berinteraksi, melatih keterampilan sosial, dan saling berbagi

tugas. Pembelajaran dalam tim melibatkan pembahasan permasalahan

bersama, membandingkan jawaban, mengoreksi kesalahan, pemahaman

dan meyelesaikan masalah. Tim adalah komponen yang paling penting

dalam model pembelajaran STAD. Anggota tim harus melakukan yang

terbaik untuk tim. Tim memberikan dukungan kinerja akademik setiap

anggotanya.

c. Kuis

Kuis berfungsi untuk mengetahui kemajuan setiap anggota dalam

tim. Soal kuis dikerjakan mandiri setelah presentasi dan diskusi

kelompok. Kuis diberikan agar peserta didik mandiri dan bertanggung

jawab menjelaskan materi.

d. Skor Kemajuan Individu

Skor kemajuan individu bertujuan memberikan konstribusi point

maksimal kepada tim dan untuk mengetahui perkembangan belajar

peserta didik. Skor/point kemajuan peserta didik berdasarkan tingkat

kenaikan skor kuis. Penghitungan skor kemajuan individu dilakukan agar

peserta didik terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik. Berikut adalah

47

tabel perhitungan skor kemajuan individu dan tim menurut Slavin

(2010;159).

Tabel 2.3 Perhitungan Skor Kemajuan STAD

Skor Kuis/Ujian Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 51-10 poin di bawah skor awal 10Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20Lebih dari 10 point di atas skor awal 30Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 35

Sumber: Slavin.

Tujuan memberikan skor awal dan point kemajuan adalah untuk

memotivasi peserta didik memberikan kontribusi poin maksimum bagi

kelompok belajar dan mengoptimalkan peserta didik dalam penugasan

materi pembelajaran.

e. Rekognisi Tim

Tahap rekognisi tim adalah pemberian skor sesuai dengan kriteria

yang diharapkan. Rekognisi tim berfungsi untuk memotivasi peserta

didik agar lebih giat dalam belajar. Tim akan mendapatkan penghargaan

sesuai jenis penghargaan yang Tenaga pendidik inginkan. Berikut adalah

3 macam tingkatan pernghargaan yang diberikan menurut Slavin (2010)

yang telah dikembangkan dan dimodifikasi.

Tabel 2.4. Tingkatan Rekognisi Tim STAD

Perolehan Skor Predikat15-19 Good Team20-24 Great Team25-30 Super Team

Sumber: Slavin.

2. Langkah-Langkah (Sintak) Pembelajaran Cooperative Tipe STAD

Pelaksanaan pembelajaran Cooperative Tipe STAD haruslah dengan

mengikuti langkah-langkah atau prosedur STAD, menurut Rusman

(2012:115-117) langkah-langkah pembelajaran STAD yaitu:

48

a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pembelajaran (learning outcomes) dan

memotivasi peserta didik untuk belajar.

b. Pembagian Kelompok

Peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 3-5 peserta didik yang memprioritaskan keberagaman

(heterogenitas) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras

atau etnik.

c. Presentasi Tenaga pendidik

Tenaga pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, dan

menyampaikan materi pelajaran serta pentingnya pokok bahasan tersebut

dipelajari.

d. Kegiatan dalam Tim (Kerja Tim)

Peserta didik belajar dalam kelompok dan saling memberikan

kontribusi. Tenaga pendidik menyampaikan lembar kerja sebagai

pedoman bagi kerja kelompok. Selama tim bekerja, Tenaga pendidik

melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan

bila diperlukan. Kerja tim merupakan faktor penting dari STAD.

e. Kuis (Evaluasi)

Tenaga pendidik mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian

kuis, Tenaga pendidik melakukan penilaian terhadap prestasi kerja

masing-masing kelompok.

f. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, Tenaga pendidik memeriksa hasil kerja

peserta didik dan memberikan nilai angka 0 s/d 100, Tenaga pendidik

memberikan penghargaan atas keberhasilan kelompok.

g. Pemberian hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok

Tenaga pendidik memberikan predikat kelompok dan memberikan

penghargaan kepada masing-masing tim.

49

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Tipe STAD

Kelebihan model pembelajaran Tipe STAD dibandingkan dengan

model konvensional adalah:

a. Peserta didik saling membantu secara efektif dan efisien.

b. Peserta didik saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan

bersama.

c. Peserta didik memproses informasi bersama secara lebih efektif dan

efisien.

d. Peserta didik saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan.

e. Peserta didik saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.

Selain kelebihan tersebut model pembelajaran STAD juga memiliki

kekurangan sebagai berikut:

a. STAD membutuhkan waktu pelaksanaan yang lebih lama, peserta didik

harus belajar intensif untuk mencapai tujuan sesuai kurikulum.

b. Tenaga pendidik harus menggunakan kemampuan dan strategi

pengelolaan belajar yang khusus dalam menerapkan pembelajaran

Cooperative STAD.

c. Menuntut karakter kreatif dan sifat suka bekerja sama dari peserta didik.

Menurut Isjoni (2008), pembelajaran Cooperative STAD memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan dengan model konvensional. Dengan

melaksanakan model pembelajaran kooperatif peserta didik dapat meraih

prestasi belajar cermelang. Melatih peserta didik memiliki keterampilan

berpikir kritis (critical thingking skill). Dan keterampilan sosial (sosial

skill). Bentuk keterampilan sosial seperti keterampilan mengemukan

pendapat, komunikasi, kreativitas, menerima saran dan masukan dari orang

lain, bekerja sama kelompok, rasa setia kawan, dan mengurangi tumbuhnya

sebuah perilaku yang menyimpang dalam kehidupan ruang kelas (Stahl,

1994). Metode Cooperative STAD memungkinkan peserta didik saat untuk

mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan serta penuh

dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Peserta didik bukan

50

sebagai objek pembelajaran, dan peserta didik berperan sebagai tutor bagi

rekan sebayanya (Isjoni, 2008:157). Metode STAD dapat memberikan

keuntungan baik bagi peserta didik kemampuan menengah, rendah maupun

tinggi yang bekerja sama dalam menyelesaikan tugas akademik. Peserta

didik yang kelompok atas akan menjadi tutor dari peserta didik dari

kelompok bawah dan memberikan bantuan melalui bahasa yang mudah

dipahami. Dalam proses ini, peserta didik kelompok atas meningkatkan

kemampuan akademiknya karna sebagai tutor membutuhkan pemikiran

lebih mendalam tentang materi tertentu agar dapat menjelaskan kepada

anggota yang membutuhkan bantuan serta menumbuhkan jiwa

kepemimpinan dalam diri peserta didik. Peserta didik yang kelompok

menengah dan bawah bisa memperoleh bantuan ide-ide dan saran untuk

menyelesaikan tugas dan proyek dalam kelompok.

D. Karakteristik Matakuliah Struktur Data

Struktur Data adalah representasi struktural hubungan logis antar elemen

data. Dengan kata lain, struktur data adalah cara mengatur item data dengan

mempertimbangkan hubungannya satu sama lain. Struktur data terutama

menentukan organisasi terstruktur data, dengan menyediakan metode akses

dengan tingkat associativity yang benar. Struktur data mempengaruhi desain

aspek struktural dan fungsional sebuah program (Das, 2006).

Sedangkan data adalah blok bangunan suatu program, disini pemilihan

struktur data tertentu akan membantu programmer untuk merancang program

yang lebih efisien karena kompleksitas dan volume masalah yang dipecahkan

oleh komputer terus meningkat dari hari ke hari. Para programer harus

berusaha keras untuk mengatasi masalah ini. Jika masalah dianalisis dan dibagi

menjadi sub masalah, tugas akan jauh lebih mudah yaitu, membagi,

menaklukkan dan menggabungkan. Masalah kompleks biasanya tidak dapat

dibagi dan diprogram oleh rangkaian modul kecuali solusinya terstruktur atau

diatur. Hal ini karena ketika kita membagi masalah besar menjadi sub masalah,

51

sub masalah ini akan diprogram oleh pemrogram atau pemrogram yang

berbeda. Tapi semua programmer harus mengikuti metode struktural standar

sehingga memudahkan integrasi modul ini. Penataan hierarki seperti modul

program dan modul sub seharusnya tidak hanya mengurangi kompleksitas dan

mengendalikan aliran pernyataan program namun juga mempromosikan

penataan informasi yang tepat. Dengan memilih struktur tertentu (atau struktur

data) untuk item data, item data tertentu menjadi teman sementara yang lain

kehilangan hubungannya (Das, 2006).

Menurut (Lafore, 2002) Struktur Data memiliki beberapa kelemahan dan

kelebihan, hal ini yang harus dipahami seorang programer dalam membuat

sebuah aplikasi. Struktur Data juga memiliki beberapa karakteristik

diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5. Karakteristik Struktur Data

Sumber: Das (2006).

52

1. Tahap Pembuatan Struktur Data

a. Tahap Pertama: Spesifikasi

Pendeskripsian/spesifikasi struktur data menyatakan apa yang dapat

dilakukan struktur data, bukan cara penerapannya. Pendeskripsian ini

melibatkan level logic sehingga dapat digunakan konvensi matematika

untuk menyatakan sifat-sifat struktur data yang dikehendaki.

Spesifikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Spesifikasi secara formal

2) Spesifikasi secara informal

b. Tahap Kedua: Implementasi

Implementasi menyatakan cara penerapan struktur data dengan

struktur data yang telah ada.Implementasi struktur data adalah proses

pendefinisian tipe data abstrak sehingga semua operasi dapat dieksekusi

komputer. Implementasi struktur penyinpanan item-item data serta

algoritma-algoritma untuk implementasi operasi-operasi sehingga

menjamin terpenuhinya karakteristik struktur data, relasi item-item data

atau invarian pada struktur data itu.

c. Tahap Ketiga: Pemrograman

Pemrograman terstruktur adalah penerjemahan menjadi pernyataan

di bahasa pemrograman tertentu. Prosesnya terdiri dari:

1) Deklarasi yang mendefinisikan objek-objek data dan hubungannya.

2) Pembuatan prosedur / rutin untuk operasi-operasi dasar yang menjaga

invariant pada struktur data itu.

Sesuai dengan relasi yang didefinisikan di spesifikasi perancangan

harus memilih tipe-tipe data yang telah ada untuk merepresentasikan

struktur data. Struktur data di bangun menggunakan fasilitas

pembentukan atau pembuatan struktur data yang disediakan bahasa

seperti array, record, dan sebagainya atau yang telah dibuat seperti stack,

queue, atau himpunan menggunakan linked list. Pembuatan struktur data

adalah pembentukan tipe data lengkap yang mempunyai empat properti

berikut:

53

1) Nama : Identifier tipe data

2) Domain : Domain / himpunan semesta nilai di tipe data

3) Konstanta (penyebutan anggota-anggotanya) : Cara penyebutan

anggota-anggota tipe data

4) Operasi-operasi terhadap tipe data itu (operator) : Daftar operasi

terhadap anggota tipe data sehingga kelakuan objek data sesuai

spesifikasi

2. Pengembangan Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem

Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem merupakan

model pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur

dan standar kerja yang dikembangkan dari kombinasi dari Cooperative Tipe

STAD dan Problem Based Learning. Kombinasi ini tidak hanya melibatkan

antara peserta didik dalam satu tim saja, melainkan melibatkan tenaga

pendidik sebagai fasilitator pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang model pembelajaran

Problem Based Learning dan Student Team Achievement Division (STAD).

Maka dalam penelitian ini dilaksanakan model kombinasi Problem Based

Learning dan Student Team Achievement Division yang dilaksanakan

dengan sintaks seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.6. Sintak Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem

No.Fase

PelaksanaanModel COP

Interaksi Peserta Didikdalam Model COP

Peran Tenaga Pendidik dalamModel COP

1.Submission ofgoals andmotivation

Memperhatikan danbertanya kepada tenagapendidik.

Menjelaskan kepada pesertadidik tentang teori dari topikyang akan dipelajari.

2.SmartGrouping

1. Peserta didik loginkedalam aplikasi SmartCooperative OrientedProblem (SCOP) mentukmendapatkan kelompokbelajar.

2. Masing-masing kelompokbelajar menerima studi

1. Tenaga pendidik megarahkanpeserta didik untuk login kedalam aplikasi SmartCooperative Oriented Problem(SCOP) untuk mendapatkankelompok belajar secaraheterogen dan berbedaKaraktersitik.

2. Tenaga pendidik memfasilitasidan mengkoordikasi pesertadidik belajar berkelompok

54

No.Fase

PelaksanaanModel COP

Interaksi Peserta Didikdalam Model COP

Peran Tenaga Pendidik dalamModel COP

kasus permasalahan yangterkait dengan materi ajarStruktur Data untukdiselesaikan dan dicarisolusinya.

dalam menyelesaikan tugas.

3. Define Problems

Melihat dan bertanyatentang tugas yangdiberikan tenagapendidik.

Tenaga pendidik menjelaskandeskripsi tugas yang diberikankepada peserta didik

4. Discussion

Menganalisis danberdiskusi dengankelompok untuk mencarisolusi terkait dengantugas yang diberikantenaga pendidik.

Tenaga pendidik melakukanpendampingan, diskusi danmelayani konsultasi pesertadidik.

5. Present

1. Presentasi kelompok,peserta didikmemaparkan danmenjelaskan hasil solusidari tugas yang diberikandi depan kelas.

2. Peserta didik berdiskusi,membahas, danmenanggapi presentasidari kelompak yangsedang presentasi.

1. Tenaga pendidik menugaskansetiap kelompok untukpresentasi solusi daripermasalahan yang telahdiberikan.

2. Tenaga pendidik mengamatiaktivitas peserta didik ,menguji dan membahas solusiyang dipaparkan.

6. Evaluation

Peserta didikmengerjakan tugas, danmenerima penilaianterhadap hasil belajarkelompok.

Tenaga pendidik memberikanpenilaian terhadap hasil kerjainduvidu kelompok pesertadidik yang mempresentasikanhasil diskusi mereka

7. RewardPeserta didik menerimapenghargaan terhadaphasil belajar kelompok

Tenaga pendidik memberikanpenghargaan terhadapkelompok belajar.

Penerapan model Cooperative Oriented Problem dalam matakuliah

Struktur Data sangat penting untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam hal kerjasama tim, berpikir kritis, dan memberi rasa kemandirian

dalam belajar, serta meningkatkan rasa tanggung jawab individu terhadap

masalah yang diberikan. Diharapkan pengembangan model Cooperative

Oriented Problem ini dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen

bagi peserta didik yang mereka peroleh dalam bentuk kerjasama yang saling

bertanggung jawab.

55

E. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil-hasil penelitian tentang pengembangan model Cooperative

Oriented Problem yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Jalani and Sern (2015) melakukan penelitian yang berjudul “The Example-

Problem-Based Learning Model: Applying Cognitive Load Theory”

menyimpulkan bahwa Cognitive Load Theory (CLT) menunjukkan bahwa

pembelajaran terbaik terjadi dalam situasi yang setara dengan desain

kognitif individual. Dengan demikian, artikel ini mengusulkan sebuah

model pembelajaran yang disebut Example-Problem Based Learning

(EPBL) yang merupakan kombinasi dari dua strategi pembelajaran: contoh-

contoh dan pemecahan masalah. Metode pengajaran ini membimbing

peserta didik untuk mengalami beberapa perkembangan kognitif. Pada tahap

awal peserta didik pemula mendapatkan keuntungan lebih dari contoh kerja,

yang merupakan model pemecahan masalah. Setelah mereka memperoleh

pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu, pembelajaran melalui pemecahan

masalah harus diterapkan karena peserta didik telah melengkapi diri dengan

pengetahuan domain yang mendalam. Sehingga metode pengajaran EPBL

dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik.

2. Penelitian Gurses, Dogar, and Geyik (2015) menghasilkan bahwa untuk

mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap prestasi

akademik peserta didik berkenaan dengan konsep entalpi, yang merupakan

salah satu yang paling penting dalam termodinamika, dan konsep kesulitan

dalam pengajaran, dan sikap terhadap aplikasi laboratorium. Subjek

penelitian ini adalah 31 peserta didik program sarjana tahun ketiga yang

terdaftar di laboratorium kimia di Departemen Pendidikan Kimia pada

semester musim semi tahun ajaran 2011/12 di Fakultas Pendidikan dari

Universitas Turki. Para peserta didik dalam kelompok tunggal dan ganda,

setiap minggu sepuluh minggu untuk dua kelompok berpartisipasi dalam

studi eksperimental yang sama. Uji konsep entalpi diadministrasikan pada

awal dan akhir setiap penelitian eksperimental pra- dan pasca uji dan ulangi

pengujiannya untuk mengetahui tingkat keandalan dan daya tahannya. Uji t

56

berpasangan diterapkan pada interval kepercayaan 0,05. Pada akhir

penerapan model pengajaran berbasis masalah, kesenjangan prestasi

akademik peserta didik antara nilai tes awal dan skor pasca tes ternyata

berbeda secara statistik.

3. Penelitian Phungsuk, Viriyavejakul and Ratanaolarn (2017) menghasilkan

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah

melalui lingkungan belajar virtual meningkatkan kemampuan belajar dan

kemampuan memecahkan masalah di kalangan peserta didik dalam kursus

Seni Fotografi dan Komunikasi. Umpan balik peserta didik terhadap model

itu positif, karena mengikuti minat mereka dan menggunakan pemecahan

masalah untuk merangsang pembelajaran. Aspek kerja kelompok cenderung

membuat mereka merasa bebas dari kelas. Model ini terinspirasi dengan

mempelajari konsep, teori, dokumen dan penelitian yang relevan mengenai

pembelajaran berbasis masalah melalui lingkungan belajar virtual.

Selanjutnya, pedoman untuk kegiatan pembelajaran diciptakan dengan

menganalisis konsep utama model yang dikembangkan. Hal ini diikuti

dengan pengembangan proses pembelajaran dan pengajaran, serta dengan

mengukur dan menilai format pembelajaran.

4. Gorghiu et al (2015) melakukan penelitian dengan judul “Problem-Based

Learning - An Efficient Learning Strategy In The Science” Karena PBL

mewakili metode pendidikan yang menggunakan masalah dunia nyata

seperti konteks yang penting, agar peserta didik berpikir kritis dan untuk

mencapai keterampilan memecahkan masalah yang diajukan, hasil yang

diperoleh dalam kerangka proyek PROFILES menekankan bahwa kualitas

komunikasi antara Tenaga pendidik dan peserta didik sangat penting,

Tenaga pendidik dianggap sebagai pasangan, sebagai peserta aktif selama

kegiatan pelatihan. Lebih banyak lagi, para Tenaga pendidik harus lebih

memperhatikan umpan balik yang diterima dari para peserta didik, untuk

mengendalikan dan menyesuaikan dengan benar proses pelatihan.

5. Penelitian Alrahlah (2016) mengatakan bahwa melalui PBL, peserta didik

belajar menjadi associate dalam proses belajar mengajar, mereka

57

bertanggung jawab atas pembelajaran mereka, berhasil bekerja sebagai

bagian dari sebuah tim, mengatasi keadaan baru dan berubah, dan

mendapatkan keterampilan belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, PBL

dapat memperbaiki pemikiran kritis peserta didik kedokteran gigi, mengajari

mereka untuk menganalisis dan memecahkan masalah nyata, yang

mempersiapkan mereka untuk karir masa depan mereka. Perkembangan

yang luar biasa dalam pendekatan pengajaran ini telah meningkatkan

keefektifan pengajaran di lembaga pendidikan umum.

6. Yusof et al (2012) melakukan penelitian dengan judul “Cooperative

Problem-based Learning (CPBL): Framework for Integrating Cooperative

Learning and Problem-based Learning” hasil penelitian tersebut

mengatakan dari ilustrasi studi kasus suatu kelompok dalam kursus

Pengendalian Proses, integrasi elemen pembelajaran kooperatif memberikan

perancangan yang dibutuhkan untuk mengembangkan ketrampilan kerja tim

dalam mengimplementasikan PBL di kelas yang terdiri dari kelompok kecil

dalam kelas menengah sampai kelas besar. Penekanan kuat pada

pembelajaran kooperatif pada CPBL mendorong peserta didik untuk belajar

bersama dengan anggota tim, dan juga seluruh kelas. Pentingnya bekerja

dalam tim dilaporkan oleh semua peserta didik yang menjalani CPBL dalam

kursus Kontrol Proses dan Dinamika. Meskipun peserta didik pada awalnya

dapat mengalami masalah yang sulit saat menjalani CPBL, maka elemen

kooperatif yang ada dalam kerangka kerja akan memberi mereka sarana

untuk mengatasi tantangan tersebut. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

bila peserta didik yang awalnya tidak suka bekerja dalam tim untuk

menghargai dan benar-benar memperoleh dan menikmati pengalaman

setelah menjalani satu semester model pembelaran CPBL.

7. Kassab et al (2017) dalam penelitiannya mengatakan Analisis skor kuisioner

dalam tiga PBL di sekolah kedokteran menghasilkan tiga subskala motivasi

yang berkorelasi secara signifikan, memberi bimbingan tentang kemandirian

diri, minat les dan nilai les. Selain itu, instrumen tersebut menunjukkan

keandalan konsistensi internal yang tinggi dari keseluruhan skala dan tiga

58

subskala mendasar. Selanjutnya, motivasi untuk nilai les sangat berkorelasi

dengan skor keterampilan bimbingan mandiri dan meningkat dengan

pengalaman les. Temuan ini menunjukkan bahwa motivasi untuk mengajar

dalam PBL menunjukkan sifat psikometrik yang dapat diterima. Motivasi

untuk kuesioner bimbingan belajar PBL yang dibahas dalam penelitian ini

menawarkan jalur yang muncul untuk memperbaiki lebih lanjut

operasionalisasi konstruksi ini dalam konteks berbasis masalah yang

berbeda.

8. Harun et al (2012) dalam penelitian yang berjudul “Motivation in Problem-

Based Learning Implementation” dalm penelitian tersebut mengakatan

motivasi peserta didik merupakan kunci sukses dalam pembelajaran berbasis

masalah (PBL). Transisi dari metode pengajaran konvensional ke PBL

menanamkan pola pikir negatif terhadap PBL diantara peserta didik yang

tidak terbiasa dengan metode pembelajaran induktif. Makalah ini

menjelaskan pendekatan dalam memotivasi peserta didik untuk belajar

dalam lingkungan pembelajaran berbasis masalah kooperatif (CPBL).

Implementasi PBL dalam pembelajaran teknik kimia di Universiti

Teknologi Malaysia (UTM) diambil sebagai studi kasus untuk menunjukkan

efek motivasi. Terungkap bahwa melalui motivasi sistematis yang diberikan

oleh fasilitator, tingkat motivasi peserta didik dapat ditingkatkan untuk

mendorong mereka untuk mencapai pembelajaran yang dalam. Tanggapan

peserta didik tentang motivasi yang mereka dapatkan melalui kursus

disertakan untuk menunjukkan dampak motivasi terhadap proses belajar di

PBL.

9. Harasym, Tsai and Munshi (2013) Pembuatan keputusan adalah proses yang

kompleks, yang melibatkan interaksi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran tentang penalaran etika,

beberapa strategi pengajaran harus diterapkan. Model penalaran etik medis

(MER) berfungsi sebagai kerangka pengembangan penalaran etika dan

strategi instruksional yang mereka tawarkan. Problem-based learning (PBL),

yang digunakan untuk memfasilitasi pemikiran kritis peserta didik,

59

pembelajaran mandiri, kolaborasi, dan kemampuan komunikasi, telah

dianggap efektif pada pendidikan etika, terutama bila digabungkan dengan

pengalaman-pengalaman. Tidak seperti ceramah yang terutama

menyebarkan pengetahuan dan mengaktifkan otak kiri, PBL mendorong

pembelajaran "otak utuh". Namun, PBL memiliki beberapa kelemahan,

seperti inefisiensinya, kurangnya presepsi yang cukup terlatih, dan

pembelajaran yang mendalam dalam jumlah kasus yang relatif kecil. Karena

setiap sekolah cenderung menggunakan PBL dengan cara yang berbeda,

baik perancang kurikulum atau strategi pembelajaran, penting untuk

memaksimalkan keuntungan dari sesi PBL, PBL kemudian menjadi format

ideal untuk memperbaiki keputusan dan perilaku etis peserta didik.

10. Uzunboylu and Birinci (2014) penelitian yang berjudul “Assessment of the

Studies on Problem Based Learning Studies Through the Content

Analysis” dapat ditarik kesimpulan bahwa Ada sejumlah poin yang dicapai

dalam studi signifikan ini yang telah diolah dengan tujuan menganalisa

penelitian berdasarkan pembelajaran berbasis masalah. 101 artikel telah

mendukung penelitian ini. Dengan meninjau artikel yang dipublikasikan

dalam 5 tahun terakhir, penelitian ini menjadi lebih kualitatif, realistis,

mutakhir dan dapat diandalkan. Dalam jurnal yang diulas, sebagian besar

penelitian tentang Subjek Pembelajaran Berbasis Masalah telah disiapkan

pada tahun 2012. Di sisi lain, sebagian besar penelitian (70) dibuat dengan

metode kualitatif. Menurut hasil penelitian telah ditemukan bahwa 33

penelitian, terlihat bahwa studi utama yang diulas (28) dilakukan di Turki.

Selain itu, peserta didik merupakan sampel utama dalam sebagian besar

penelitian. Artinya, subjek khusus ini umumnya berhubungan dengan

peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik harus menjadi aspek utama

dalam penelitian yang akan dilakukan.

11. Amornsinlaphachai (2014) dalam penelitian yang berjudul “Designing a

learning model using the STAD technique with a suggestion system to

decrease learners' weakness”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mensintesis model pembelajaran dengan menggunakan teknik Student

60

Team Achievement Division (STAD) dengan sistem saran sesuai

kemampuan peserta didik untuk mengurangi kelemahan peserta didik.

Metodologi penelitian dan pengembangan digunakan dalam penelitian ini.

Namun hanya tahap perancangan model yang disajikan disini. Metodologi

terdiri dari 6 langkah sebagai berikut: a) Mempelajari dan menganalisa

prinsip dan teori terkait, b) Menyelidiki konteks lingkungan perancangan

dan pembelajaran, c) Menyelaraskan kerangka model pembelajaran, d)

Mendesain model pembelajaran berbasis kerangka kerja, e) Mengevaluasi

model pembelajaran oleh 6 ahli dan f) Meningkatkan model. Beberapa

teori dan prinsip pembelajaran seperti teori konstruktivis, teori taksonomi

Bloom dan prinsip tentang sistem simbol media digunakan dalam karya

ini. Dua hasil menunjukkan sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran

terdiri dari 5 modul yaitu a) Modul Uji, b) modul evaluasi, c) modul saran,

d) modul masyarakat dan e) modul bank pengetahuan. Kedua, hasil

penilaian dari 6 ahli tersebut mengungkapkan bahwa model tersebut sesuai

dengan prinsip dan teori pembelajaran dan para ahli menerima kegunaan

model pada tingkat tinggi secara keseluruhan sebesar 70,27%.

12. Rianawati (2017) melakukan penelitian dengan judul “Implementation

Strategy Cooperative Learning Type of Student Achievement Division

Team (STAD) to Improve Social Skills Students on Learning Morals in

Man 2 Pontianak Learning the Year 2016/2017” menyimpulkan bahwa

penerapan strategi pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan

keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran moral di MAN 2

Pontianak dilakukan secara verbal dan non verbal sesuai dengan

keterampilan sosial. Secara lebih rinci, penelitian ini menyimpulkan

bahwa: a) Kondisi keterampilan sosial peserta didik belajar MAN 2 Moral

di Pontianak, b) Penerapan strategi pembelajaran kooperatif Tipe STAD

dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran

Moral di MAN 2 Pontianak, c) Meningkatnya peningkatan keterampilan

sosial peserta didik melalui strategi pembelajaran kooperatif Tipe STAD

pada pembelajaran Moral di MAN 2 Pontianak.

61

13. Yusuf et al (2015) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa penelitian ini

melihat implementasi model Student Achievement Division Team (STAD)

dari pendekatan kualitatif dengan mengamati dan mewawancarai seorang

Tenaga pendidik yang berhasil meningkatkan prestasi membaca peserta

didik EFL dengan teknik ini. Prosedur oleh Shaaban dan Ghaith (2005)

adalah dasar penerapan STAD, dan melakukan sebuah wawancara untuk

menunjukkan sikap Tenaga pendidik tentang penggunaan STAD.

Berdasarkan pengamatannya selama mengajar di kelas membaca dengan

menerapkan STAD, ditemukan bahwa ada beberapa prosedur yang tidak

diterapkan. Dari wawancara tersebut, dia menginformasikan bahwa dia

tidak melakukan prosedur ini karena dia yakin bahwa pemberian peran

harus dipercayakan kepada peserta didik untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab mereka terhadap pemenuhan tugas kelompok.

Selanjutnya, ia juga memodifikasi lima prosedur dari sembilan prosedur

STAD yang diajukan oleh Shaaban dan Ghaith (2005). Prosedur yang

dimodifikasi terkait dengan cara kuis diberikan kepada peserta didik,

memberikan kunci jawaban tercetak, cara mengoreksi kuis peserta didik,

memberikan bentuk pengakuan tim, dan cara mengenali prestasi peserta

didik. Dia menginformasikan bahwa mereka dimodifikasi karena khasiat

peserta didik, keterbatasan waktu dan masalah keuangan sekolah.

F. Kerangka Konseptual

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, Pemerintah melakukan

berbagai usaha. Usaha tersebut antara lain melalui pengembangan dan

penyempurnaan kurikulum, perbaikan sistem evaluasi, perbaikan sarana

prasarana pendidikan serta pengembangan materi dan model pembelajaran.

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang dilaksanakan

secara dinamis dan berkesinambungan sebagai upaya pencapaian tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien. Program peningkatan kualitas pendidikan

adalah tercapainya tujuan pendidikan nasional secara substantif, yang

diwujudkan dalam kompetensi yang utuh pada diri peserta didik (Zamroni,

62

2005). Usaha peningkatan kualitas pendidikan tersebut dilakukan sebagai

upaya merealisasikan tujuan pendidikan nasional.

Dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut maka

digunakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pembelajaran seperti yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang

kurikulum yang di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia termasuk

kurikulum pada prodi Teknik Informatika yang memuat mata kuliah bidang

teknologi informasi (IT).

Teknologi informasi merupakan bidang yang saat ini digunakan di

berbagai sektor kehidupan karena teknologi ini telah merambah seluruh aspek

kehidupan (Istianto, 2010) Penguasaan IT merupakan merupakan hal yang

mutlak karena tanpa penguasaan IT bangsa Indonesia akan menjadi tersisih

dari persaingan global. Pembelajaran pemrograman web (web programming)

salah satu bidang yang memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan

IT. Kecenderungan perkembangan teknologi ICT saat ini antara lain meliputi

cloud computing, mobile device, social networking dan big data (Surjono,

2015) tidak bisa terlepas dari peranan besar dunia internet dimana website

termasuk aplikasi internet paling populer saat ini. Oleh karena itu pembelajaran

pemrograman web merupakan suatu hal yang penting untuk dikaji dan

dikembangkan.

Proses pembelajaran Struktur Data yang dipraktekkan di prodi Teknik

Informatika dari hasil pengamatan peneliti sebagian besar masih berbentuk

ceramah (lecturing) dan praktikum. Mata kuliah Struktur Data menggunakan

metode praktikum dan belum menerapkan model yang berorientasi pada

produk akhir. Selain bentuk perkuliahan yang cenderung bersifat lecturing,

peserta didik masih belajar atas petunjuk tenaga pendidik dan bukan atas

kesadaran sendiri mencari sumber-sumber belajar yang ada walaupun sumber

belajar Struktur Data di internet tersedia cukup banyak, belum optimalnya

bantuan teman sejawat (Hwang, 2008) serta motivasi peserta didik dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya.

63

Sedangkan kondisi ideal yang diharapkan dalam pelaksanaan perkuliahan

Struktur Data pada prodi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning

adalah tidak lagi bertumpu pada menerapan model lectruring namun berfokus

pada proses pembelajaran, peserta didik menjadi subjek dalam pembelajaran,

peserta didik dapat membangkitkan kemampuannya secara optimal, serta

pembelajaran Struktur data menjadi lebih menarik.

Seperti yang dikemukakan pada latar belakang dalam penelitian ini

berkaitan dengan pelaksanaan perkuliahan Struktur Data maka Elaborasi

Problem Based Learning dan Cooperative Tipe STAD sangat relevan untuk

diaplikasikan dalam perkuliahan Struktur Data. Model pembelajaran Struktur

Data tidak lagi bertumpu pada menerapan orientasi nilai akhir yang dilakukan

secara tradisional namun sudah berfokus hard skill dan softskill, sehingga

Model Cooperative Oriented Problem dapat membangkitkan kemampuan

peserta didik secara optimal.

Cooperative Oriented Problem merupakan sebuah model pembelajaran

yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan

yang kompleks. PBL adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta

didik secara penuh dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas

bermakna lainya, memberi peluang peserta didik bekerja secant mandiri

mengkonstrulcsi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan pnxiuk

karya peserta didik benilai, dan realistik.

64

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Pengembangan Model PembelajaranCooperative Oriented Problem

G. Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan kajian teoritis, penelitian yang relevan serta kerangka pikir

maka dapat dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta didik

menggunakan model konvensional dengan model Cooperative Oriented

Problem dalam mata kuliah Struktur Data.

2. Apakah model Cooperative Oriented Problem efektif dalam meningkatkan

hasil belajar dan kreativitas peserta didik.

3. Bagaimana persepsi peserta didik tentang penggunaan model Cooperative

Oriented Problem.

65

BAB III

METODE PENGEMBANGAN

A. Model Pengembangan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

dan pengembangan (Research and Development), penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk Berdasarkan

kajian yang diuraikan pada latar belakang dan rumusan masalah dalam

penelitian ini, maka jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian

pengembangan atau disebut dengan Research and Development (R&D) dengan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian pengembangan model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini diberlakukan metode

penelitan eksperimen, yaitu “metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan” (Sugiyono, 2010:107). Sehingga dapat diketahui apakah

pengembangan model pembelajaran ini baik untuk penigkatan kualitas

pembelajaran Struktur Data.

Metode penelitian eksperimen merupakan metode yang lekat dengan

R&D, disebabkan karena metode eksperimen merupakan metode yang akurat

untuk membuktikan keberhasilan R&D tersebut. Seperti dikemukakan oleh

Putra (2011:129):

“Kelekatan R&D dan eksperimen didasarkan pada kenyataan bahwametode penelitian eksperimen adalah metode yang paling tepat danakurat untuk memenuhi fungsi ilmu yaitu menjelaskan, memprediksi,dan mengontrol. Metode eksperimen memiliki unsur yang ketat,sistematis, terstruktur dan terukur untuk menguji hubungan kausalatau pengaruh dengan pengontrolan yang ketat dan transparan, danperhitungan statistik yang tepat dan akurat”.

Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan True Experimental Design jenis Two-Group Pretest-Posttest

Design. Sugiyono, (2010) mengemukakan bahwa: dalam penelitian ini terdapat

dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk

66

mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen

dengan kontrol tidak berbeda secara signifikan.

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem ini menggunakan model ADDIE yang merupakan singkatan dari

Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and

Evaluations.

B. Prosedur Pengembangan

Pengembangan dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang

berkaitan dengan kompetensi lulusan Teknik Informatika khususnya pada mata

kuliah Struktur Data di Universitas Lancang Kuning yang perlu ditingkatkan

dengan mengembangkan sebuah model pembelajaran, sehingga dapat

menciptakan pengetahuan baru yang kompetitif dalam rangka meningkatkan

dan mengembangkan kemampuan Kognitif dan Afektif seperti Critical

Thinking, Communication, Collaboration, Creativity. Berikut ini disajikan

gambar model ADDIE yang digunakan dalam pengembangan model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data.

Gambar 3.1. Tahapan Pengembangan Model ADDIE

Pengembangan model dalam penelitian ini, dilakukan dengan mengikuti

langkah kerja model ADDIE yang telah dijelaskan sebelumnya. Model ADDIE

dipilih karena sesuai dengan situasi dan kondisi peningkatan kompetensi

67

profesional guru yang membutuhkan evaluasi terus menerus dalam

mengembangkan sebuah model. Masing-masing fase dari ADDIE sebagai

berikut:

1. Fase Analisis (Analysis)

Tahapan analisis kebutuhan ini bertujuan untuk melihat kondisi saat ini

dan kebutuhan peserta didik serta tenaga pendidik dalam pembelajaran

Struktur Data. Sehingga pada tahap ini dapat menggambarkan descrapancy

antara keadaan saat ini dan prioiritas/kebutuhan peserta didik mengenai

kompetensi distrubsi dan proses pembelajaran yang diharapkan dalam

pembelajaran Struktur Data pada pendidikan tinggi. Subjek penelitian ini

adalah peserta didik di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Lancang

Kuning.

Proses pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem dibutuhkan perencanaan yang baik sehingga akan diperoleh hasil

yang baik dan maksimal. Untuk memaksimalkan proses pengembangan

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem, maka diperlukan

analisis kebutuhan terhadap tenaga pendidik dan peserta didik di program

studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.

Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah need analysis: Contextual

Analysis; dan Theory Analysis. Dick, Carey & Carey (2001:10)

mendefinisikan konteks adalah “the environment (this could be a classroom

setting, a work setting, or the real world), I which the instructional design

or system will exist”. Analisis konteks perlu dilakukan karena menurut Dick,

Carey & Carey (2001:10) analisis konteks “..will help to avoid the pitfill or

your instruction occuring in a vacuum and no learning being transferred”.

Analisis kebutuhan (need analysis) dilakukan bertujuan agar model

pembelajaran yang akan dikembangkan dapat menjawab kebutuhan yang

dibutuhkan dalam proses pembelajaran mata kuliah Struktur Data. Hal ini

penting dilakukan agar kebutuhan model pembelajaran ini sesuai dengan

kebutuhan tenaga pendidik dan peserta didik.

68

Untuk mengetahui dan memastikan kebutuhan tenaga pendidik dan

peserta didik terhadap model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

pada mata kuliah Struktur Data ini, responden yang digunakan dalam

pengisian angket analisis kebutuhan ini adalah tenaga pendidik dan peserta

didik di program studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning.

Kisi-kisi instrumen untuk analisis kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Analisis Kebutuhan

Aspek Validasi Indikator No Item

Critical thinking Menganalisis 1, 2, 3

Mengevaluasi 4, 5

Mengkreasi 6, 7

Communication Kode Verbal 8, 9Kode Nonverbal 10, 11

Collaboration 12,13,14,15

Creativity Berfikir Lancar (Fluency) 16, 17

Berfikir Luwes (Flexibilty) 18Keaslian (originality) 19Elaborasi 20

Dari kisi-kisi pada Tabel 3.1 di atas, dikembangkan instrumen yang

bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dari model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah struktur data untuk tenaga

pendidik dan peserta didik di program studi Teknik Informatika Universitas

Lancang Kuning. Hasil dari fase analisis ini menjadi dasar untuk ke fase

desain (design).

2. Fase Desain (Design)

Dalam Fase ini dilakukan suatu proses yang sistematis untuk

menentukan tujuan, merencanakan suatu strategi, menjelaskan bagaimana

upaya untuk mencapai tujuan, termasuk sekuensi kegiatan. Dalam fase ini

memungkinkan peneliti untuk menyiapkan blueprint atau kerangka acuan

model yang diterapkan. Fase ini menjadi masukan untuk fase

pengembangan (development).

69

Gambar 3.2. Tahapan Desain Pembelajaran Cooperative Oriented ProblemPada Mata Kuliah Struktur Data

Adapun penjelasan dari masing-masing tahap desain sebagai berikut:

a. Tahap 1 Merancang Produk

Pada tahap 1 merancang produk ini dilakukan perancangan

terhadap produk pendukung pada model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data yang terdiri dari:

1) Buku Panduan Mengajar

Buku panduan pelaksanaan pada model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data ini berisi pedoman

dan informasi tentang penyelenggaraan model pembelajaran

70

Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data. Buku

ini terdiri atas 3 (tiga) bab, yaitu (1) Bab 1 Pendahuluan; (2) Bab 2

Implementasi Cooperative Oriented Problem dan (3) Bab 3 Penutup.

2) Modul Struktur Data

Buku materi Struktur Data pada model pembelajaran Struktur Data ini

berisi materi-materi yang berhubungan dengan keahlian Struktur Data.

Buku materi ini terdiri dari 4 (Topik), yaitu:

a) Topik 1 (Struktur Data C++, Perulangan, Percabangan).

b) Topik 2 (Array, Rekursif, Teknik Searching, Teknik Sort).

c) Topik 3 (Teknik List, Stack, Queue).

d) Topik 4 (Tree, Grap).

3) Buku Panduan Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem (SCOP)

Buku ini berisi tentang petunjuk penggunaan aplikasi SCOP, SCOP

merupakan aplikasi E-Learning yang memiliki beberapa keunggulan

seperti fitur pembagian kelompok yang menggunakan algoritma K-

Means Klastering, Sehingga pembagian kelompok pembelajaran yang

dalam proses penerapan Cooperative Oriented Problem dalam

dilakukan Secara Efektif dan Efisien.

4) Aplikasi SCOP

Perangkat lunak Smart Cooperative Oriented Problem (SCOP) ini

berbasis web dan dirancang dengan menggunakan bahasa

pemrograman HTML (HyperText Markup Language), Javascript, CSS

(Cascading Style Sheet), PHP (Hypertext Preprocessor), Fremwork CI

dan menggunakan MySQL sebagai database serta menggunakan

Apache sebagai web server nya. Dengan memanfaatkan teknologi

internet, aplikasi ini akan dapat diakses dimanapun penggunanya

berada.

Perancangan terhadap produk di atas dirancang dan dikembangkan

berdasarkan aspek konstruk buku, aspek isi, aspek format dan aspek

bahasa.

71

b. Tahap 2 Merancang Model Pembelajaran Cooperative Oriented

Problem pada Mata Kuliah Struktur Data

Pada tahap 2 ini dilakukan perancangan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data, buku

panduan model, sintak model, konstruk dan isi model serta teori

pendukung dari model. Dalam perancangan model ini menurut (Joyce &

Weil, 2009:117-122) unsur dalam membangun sebuah model terdiri atas

lima unsur, yaitu (1) Syntax, (2) Sosial System, (3) Principles of Reaction

(4) Support System dan (5) Instructional dan Nurturant Effects.

Konstruksi dari model pelatihan ini dapat dilihat pada Gambar 3.3

berikut ini.

Gambar 3.3. Konstruksi Model Pembelajaran Cooperative OrientedProblem pada Mata Kuliah Struktur Data

Buku panduan model ini berisi tentang pedoman model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur

Data. Buku ini terdiri dari 3 (empat) bab, yaitu: (1) Bab 1 Rasional

Pengembangan Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada

mata kuliah Struktur Data; (2) Bab 2 Teori Pendukung Model

Pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur

Data; (3) Bab 3 Penutup.

72

c. Tahap 3 Melaksanakan Focus Group Discussion (FGD)

Tahapan selanjutnya yaitu tahap 3 melaksanakan Focus Group

Discussion (FGD), pada tahap FGD ini dilakukan dengan mengundang

pakar atau ahli di bidang vokasional, desain dan media pembelajaran,

bahasa, dan ilmu komputer. Tahap FGD dilaksanakan bertujuan untuk

menggali informasi, memberikan masukan dan saran, serta

mendiskusikan perangkat dan produk-produk yang ada pada model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur

Data.

d. Tahap 4 Finalisasi Desain

Pada tahap 4 finalisasi desain, dilakukanlah finalisasi desain

model-model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata

kuliah Struktur Data beserta produk pendukungnya berdasarkan hasil

masukan dan saran perbaikan dari pelaksanaan kegiatan FGD.

3. Fase Pengembangan (Development)

Thiagarajan, Semmel, & Semmel (1974:8) menjelaskan bahwa

validasi pakar adalah “a technique for obtaining suggestions for the

improvement of the materials”. Pada tahap ini, setelah melakukan Focus

Group Discussion (FGD), dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur

Data yang telah dikembangkan dan dilakukan validasi oleh ahli atau pakar.

Dalam hal ini, penulis meminta validasi oleh pakar vokasional, pakar desain

pembelajaran dan teknologi pendidikan, pakar bahasa Indonesia dan pakar

teknologi informasi sebagai validator untuk model pembelajaran ini.

4. Fase Implementasi (Implementation)

Mengimplementasikan model yang sudah dikembangkan dengan cara

melakukan uji coba model untuk mengetahui validitas, praktikalitas dan

efektivitas model. Pakar memvalidasi model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data yang telah dikembangkan

73

dan produk berupa buku model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem pada mata kuliah Struktur Data, buku modul struktur data, buku

panduan mengajar, buku panduan aplikasi SCOP. Melaksanakan uji

praktikalitas dengan memberikan angket kepada peserta (Tenaga pendidik

dan peserta didik). Melakukan uji pretest dan posttest untuk mengetahui

efektivitas model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata

kuliah Struktur Data. Sugiyono (2012:417-418) menyampaikan pengujian

efektivitas dilakukan untuk melihat keadaan “before-after” berdasarkan

hasil pelatihan. Pada tahap implementasi ini, peneliti langsung terjun ke

lapangan untuk mengamati implementasi model ini.

5. Fase Evaluasi (Evaluation)

Adalah untuk melihat proses hasil uji coba model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data yang sedang

dibangun, dan melakukan perbaikan pada hal-hal yang perlu direvisi dan

dikembangkan. Model yang sudah diuji coba dan direvisi inilah yang

merupakan hasil penelitian dan pengembangan model yang sudah valid,

praktis dan efektif.

Dari prosedur pengembangan research and development di atas, dapat

digambarkan secara sistematis alur pelaksanaan penelitian pengembangan

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah

Struktur Data seperti Gambar 3.4.

74

Gambar 3.4. Tahapan Pengembangan Model Pembelajaran CooperativeOriented Problem pada Mata Kuliah Struktur Data

C. Uji Coba Produk

Pada dasarnya penelitian dan pengembangan yang dilakukan bertujuan

untuk mengetahui kevalidan, keparaktisan, dan keefektifan dari model yang

dikembangkan. Menurut Branch (2009:123) Uji coba yang dilakukan dalam

model ADDIE ini disebut formative evaluation yang terdiri dari beberapa

fase/tahapan diantaranya; one to one trial, small group trial, dan field trial

75

(Branch, 2009:123). Sedangkan untuk menentukan jumlah masing-masing

percobaan dalam penelitian ini merujuk pada Dick and Carey bahwa tahap uji

coba one to one trial (3 orang), kelompok small group trial (6 orang) dan

kelompok besar atau field trial (15-30 orang) (Punaji, 2013:233).

D. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba pada penelitian ini adalah tenaga pendidik dan peserta

didik. Validator dalam pengembangan model pembelajaran ini adalah pakar

kurikulum/model pembelajaran, pakar media pembelajaran, pakar evaluasi, dan

pakar bahasa. Untuk uji coba terbatas praktikalitas diberikan kepada 3 dan

6 peserta didik yang terdaftar pada mata kuliah struktur data semester

ganjil 2018/2019. Uji coba terbatas ini merupakan bagian dari evaluasi

formatif dalam pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem. Sedangkan uji coba luas ( praktikalitas dan efektifitas) dilakukan

pada peserta didik yang terdaftar pada mata kuliah struktur data di semester

ganjil 2019/2020. Pada program studi S-1 Teknik Informatika berjumlah 30

orang peserta didik.

E. Jenis Data

Jenis data penelitian ini terdiri dari data kuantitif dan data kualitatif. Data

kuantitatif terdiri dari instrumen validasi, instrumen praktikalitas, dan

instrumen efektifitas. Sedangkan data kualitatif terdiri dari hasil diskusi,

observasi atau pengematan, dan wawancara yang dilakukan. Untuk lebih jelas

data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Jenis Data Penelitian

No Tahapan Jenis Data Subjek

1 Analysis

1. Data mengenai pelaksanaanpembelajaran pendidikan StrukturData yang telah berlangsungselama ini

2. Kebutuhan dan harapan terhadap

Tenagapendidik Mata

Kuliah,Peserta didik,APTIKOM

76

No Tahapan Jenis Data Subjek

pelaksanaan mata kuliah StrukturData

2 Design

1. Silabus dan SAP yang digunakansebelumnya

2. Analisis literatur modelpembelajaran CooperativeOriented Problem

Pakar atau ahlipembelajarandan Literatur

3 Development

1. Focus Group Discussion (FGD)2. Validasi model, buku model, buku

panduan tenaga pendidik, modul,dan e-learning COP

3. Wawancara dengan Pakarmengenai produk penelitian(model, buku panduan tenagapendidik, modul, dan e-learning)

4. Data praktikalitas kelompok kecil5. Data praktikalitas Kelompok

sedang

Pakar atau ahlimateri,

bahasa, danmedia

4 Implementation

1. Data Praktikalitas dan efektifitaskelompok besar atau kelaseksperimen dan kelas kontrol

2. Penyebaran instrumen kepadapeserta didik dan tenaga pendidikmengenai keterpakaian model,buku panduan tenaga pendidik,modul, e-learning dan test hasilbelajar

Peserta didikdan Tenaga

pendidik

5 Evaluation1. Evaluasi Formatif dari observasi

dan portofolio2. Hasil belajar peserta didik (UAS)

Ahli, tenagapendidik danpeserta didik

Penelitian pengembangan merupakan metode untuk menghasilkan

produk tertentu atau menyempurnakan produk yang telah ada serta menguji

keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini

berupa model pembelajaran Cooperative Oriented Problem untuk

meningkatkan kompetensi peserta didik pada matakuliah Struktur Data.

Pengembangan suatu model pembelajaran harus melalui proses uji coba dan

perbaikan sedemikian sehingga produk yang di hasilkan sesuai dengan rencana

dan tujuan pengembangan (Joyce & Weil, 1996).

77

F. Instrumen Pengumpulan Data

Jenis data penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualititatif,

untuk mendapatkan data-data tersebut dalam penelitian ini terdiri dari

instrumen pre-research, validasi, praktikalitas, yang telah dihitung tingkat

validitasnya terlebih dahulu. Sedangkan instrumen efektifitas berupa soal tes

dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas butir soal, daya beda, tingkat

kesukaran soal, dan reliabilitas tes, dan juga panduan observasi dan wawancara

juga digunakan untuk menemukan praktikalitas produk pengembangan.

Adapun instrumen pengumpulan data yang dikembangkan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Pre Research

Pre research dilakukan untuk mendapatkan data berupa informasi

mengenai kebutuhan tenaga pendidik dan peserta didik mengenai kebutuhan

dan harapan dalam pembelajaran Struktur Data. Dan istrumen ini

dikembangkan berdasarkan indikator prinsip-prinsip dan hakikat

pembelajaran di pendidikan tinggi dan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Instrumen pre-research berupa angket tentang pembelajaran Struktur Data

yang selama ini dilaksanakan, dan analisis kebutuhan pembelajaran Struktur

Data pada saat ini.

Tabel 3.3. Instrumen Pre Research

Aspek Validasi Indikator No Item

Critical thinking Menganalisis 1, 2, 3

Mengevaluasi 4, 5

Mengkreasi 6, 7

Communication Kode Verbal 8, 9Kode Nonverbal 10, 11

Collaboration 12,13,14,15

Creativity Berfikir Lancar (Fluency) 16, 17

Berfikir Luwes (Flexibilty) 18Keaslian (originality) 19Elaborasi 20

78

2. Instrumen Validasi Produk

Instrumen lembar validasi produk adalah angket yang diisi oleh

pakar. Instrumen ini terdiri dari lembar validasi model pembelajaran, lembar

validasi modul, lembar validasi media pembelajaran, dan lebar validasi

perangkat pembelajaran. Lembar validasi disusun berdasarkan kisi-kisi

instrumen sebagai berikut.

Tabel 3.4. Instrumen Validasi Buku Model

Nama Validitas Indikator No Item

Validitas BukuModel

a. Organisasi Materi 1, 2, 3, 4b. Format Penulisan 5, 6, 7, 8c. Penggunaan Bahasa 8, 9, 10, 11d. Aspek Isi 12, 13, 14, 15, 16

Buku model pembelajaran Cooperative Oriented Problem memiliki 4

aspek penilaian yakni; a) Organisasi materi, b) Format Penulisan, c)

Penggunaan bahasa dan d) Aspek isi. Ada 16 indikator yang dinilai dari 4

aspek dari isi buku model pembelajaran Cooperative Oriented Problem.

Buku model divalidasi oleh 5 validator ahli yaitu; a) Prof. Dr. Yasnur Asri,

M.Pd, b) Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd, c) Dr. Hansi Effendi, ST., M.Kom,

d) Dr. Wahyudi, M.Kom, e) Dr. Ridwan, M.Sc.Ed. Hasil analisis dan

tabulasi penilaian angket masing-masing validator dinyatakan 15 Butir soal

dinyatakan valid dan 1 butir soal dinyatakan tidak valid dengan nilai 0,51.

Uji validasi ini dilakukan dengan mentabulasi data seluruh pakar serta

melakukan analisis menggunakan Aiken V.

Tabel 3.5. Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran

Nama Validitas Indikator No Item

Validitas PanduanMengajar

a. Format Penulisan 1, 2, 3, 4b. Penggunaan Bahasa 5, 6, 7, 8c. Pendahuluan 9, 10, 11, 12, 13, 14d. Aspek Isi 15, 16, 17, 18, 19e. Sistem Evaluasi 20, 21, 22, 23, 24, 25

Perangkat pembelajaran Cooperative Oriented Problem memiliki 5

aspek penilaian yakni; a) Format Penulisan, b) Penggunaan Bahasa, c)

Pendahuluan, d) Aspek isi, e) Sistem Evaluasi. Ada 25 indikator yang dinilai

79

dari 5 aspek dari isi buku perangkat pembelajaran Cooperative Oriented

Problemperangkat pembelajaran divalidasi oleh 5 validator ahli yaitu; a)

Prof. Dr. Yasnur Asri, M.Pd, b) Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd, c) Dr. Hansi

Effendi, ST., M.Kom, d) Dr. Wahyudi, M.Kom, e) Dr. Ridwan, M.Sc.Ed.

Hasil analisis dan tabulasi penilaian angket masing-masing validator

dinyatakan 25 Butir soal dinyatakan valid. Uji validasi ini dilakukan dengan

mentabulasi data seluruh pakar serta melakukan analisis menggunakan

Aiken V.

Tabel 3.6. Instrumen Validasi Modul

Nama Validitas Indikator No Item

Validitas Modul

a. Self Intruction 1, 2, 3, 4, 5, 6b. Self Contained 7, 8, 9,10c. Berdiri Sendiri 11, 12, 13, 14d. Adaptif 15, 16, 17, 18e. Bersahabat 19, 20, 21, 22f. Aspek Kegrafisan 23, 24, 25, 26, 27

g. Aspek Bahasa28, 29, 30, 31, 32, 33,34, 35, 36, 37

h. Sistem Evaluasi 37, 38, 39, 40

Buku modul Struktur Data memiliki 8 aspek penilaian yakni; a) Self

Intruction, b) Self Contained, c) Berdiri Sendiri, d) Adaptif, e) Bersahabat,

f) Aspek Kegrafisan, g) Aspek Bahasa dan h) Sistem Evaluasi. Ada 40

indikator yang dinilai dari 8 aspek dari isi buku modul Strukutr Data. Buku

modul Strukutr Data divalidasi oleh 5 validator ahli yaitu; a) Prof. Dr.

Yasnur Asri, M.Pd, b) Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd, c) Dr. Hansi Effendi,

ST., M.Kom, d) Dr. Wahyudi, M.Kom, e) Dr. Ridwan, M.Sc.Ed. Hasil

analisis dan tabulasi penilaian angket masing-masing validator dinyatakan

40 Butir soal dinyatakan valid. Uji validasi ini dilakukan dengan

mentabulasi data seluruh pakar serta melakukan analisis menggunakan

Aiken V.

80

Tabel 3.7. Instrumen Validasi Media E-Learning/Aplikasi SCOP

Nama Validitas Indikator No Item

Validitas MediaE-Leaning

a. Komponen Website1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 11

b. Aspek Tampilan 12, 13, 14, 15, 16, 17c. Aspek Multimedia 18, 19d. Aspek Kebahasaan 20, 21, 22

Aplikasi SCOP (Smart Cooperative Oriented Problem) memiliki 4

aspek penilaian yakni; a) Komponen Website, b) Aspek tampilan, c) Aspek

multimedia dan d) Aspek kebahasaan. Ada 22 indikator yang dinilai dari 4

aspek dari isi Aplikasi SCOP (Smart Cooperative Oriented Problem).

Aplikasi SCOP (Smart Cooperative Oriented Problem) divalidasi oleh 5

validator ahli yaitu; a) Prof. Dr. Yasnur Asri, M.Pd, b) Prof. Dr.

Wakhinuddin, M.Pd, c) Dr. Hansi Effendi, ST., M.Kom, d) Dr. Wahyudi,

M.Kom, e) Dr. Ridwan, M.Sc.Ed. Hasil analisis dan tabulasi penilaian

angket masing-masing validator dinyatakan 20 Butir soal dinyatakan valid

dan 2 butir soal dinyatakan tidak valid dengan nilai 0,57 dan 0,55. Uji

validasi ini dilakukan dengan mentabulasi data seluruh pakar serta

melakukan analisis menggunakan Aiken V.

Tabel 3.8. Instrumen Validasi Model (Sintak)

Nama Validitas Indikator No Item

Validitas SintakModel

1. Submission of goalsand motivation

1, 2, 3, 4, 5

2. Smart Grouping 6, 7, 83. Define Problems 9, 10, 11, 12

4. Discussion13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,20, 21

5. Present 22, 23, 246. Evaluation 25, 26, 27, 287. Reward 29, 30

Sebelum digunakan, semua instrumen validasi terlebih dahulu

divalidasi oleh ahli. Validitas instrumen (angket) bertujuan untuk

mengetahui kehandalan atau kesaihan suatu instrumen. Lembar praktikalitas

meliputi persepsi tenaga pendidik dan peserta didik terhadap model

pembelajaran, modul, dan media pembelajaran Struktur Data Cooperative

81

Oriented Problem. Lembar praktikalitas disusun berdasarkan kisi-kisi

instrumen sebagai berikut.

Tabel 3.9. Angket Respon Tenaga Pendidik

Variabel Indikator No Item

Modul

Variasi Penyajian 1, 2, 3

Relevansi 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

Keterbacaan 16, 17Bahasa 18

MediaPembelajaran(Website)

Komponen website 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12Tampilan 13, 14, 15, 16, 17, 18,19, 20Multimedia 21, 22Bahasa 23

Silabus danSAP

Komponen silabus 1, 2, 3, 4, 5, 6Komponen SAP 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15Bahasa 16, 17

Tabel 3.10. Angket Respon Peserta Didik

Variabel Indikator No Item

Modul

Variasi Penyajian 1, 2, 3Relevansi 4, 5, 6Tingkat Tantangan 7, 8, 9, 10Keterbacaan 11, 12, 13Format 14, 15

MediaPembelajaran(Website)

Komponen website1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12

Tampilan 13, 14, 15, 16, 17, 18,19, 20Multimedia 21, 22Bahasa 23

Sebelum digunakan, semua instrumen praktikalitas produk terlebih

dahulu divalidasi oleh ahli. Validitas instrumen (angket) bertujuan untuk

mengetahui kehandalan atau kesahihan suatu instrumen. Teknik Analisis

Data, data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil validasi,

data hasil uji coba praktikalitas, dan data hasil uji coba efektivitas. Analisis

data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik

deskriptif dan teknik deskriptif. Statistik deskriptif untuk menganalisis tes

hasil belajar. Sedangkan teknik deskriptif untuk menganalisis hasil angket.

82

3. Analisis Data pada Tahap Pre-Research

Teknik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data hasil analisis

pre-research. Data yang terkumpul berupa data hasil analisis pembelajaran

Struktur Data yang selama ini dilakukan dan analisis kebutuhan dalam

pembelajaran Struktur Data saat ini. Ada empat tahapan dalam menganalisis

data ini, yaitu mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data dan

menarik kesimpulan.

4. Analisis Data Validitas

Data validitas diperoleh dari para ahli (expert judgement) yang

memberi masukan-masukan dalam rangka perbaikan model pembelajaran

yang dikembangkan beserta perangkatnya. Dalam analilis validitas ini

digunakan skala Likert, sedangkan untuk analisis validasi konstruk model

pembelajaran berbasis produk menggunakaan program Lisrel 9.30. Model

dikatakan valid jika memiliki kriteria goodness of fit yaitu jika nilai p-value

> 0,05 dan nilai loading factor setiap indikator besar dari 0,5. Sedangkan

analisis validasi isi produk pembelajaran (modul, media, dan perangkat

pembelajaran) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberikan skor jawaban dengan kriteria sebagai berikut:

5 = sangat baik

4 = baik

3 = cukup baik

2 = tidak baik

1 = sangat tidak baik.

b. Pemberian nilai kevalidan dengan rumus dari Aiken`s V (dalam

2014:113) yaitu:

Keterangan:

n : Jumlah panel penilaian (expert)S : r – lolo: angka penilaian validitas terendah (dalam hal ini = 1)c : angka penilaian validitas tertinggi (dalam hal ini = 5)r : angka yang diberikan penilai

83

c. Untuk menentukan tingkat kevalidan menurut Azwar (2014:113), rentang

angka V yang didapat akan diperoleh antara 0 sampai 1,00 sehingga

untuk rentang ≥ 0,667 dapat diinterprestasikan sebagai koofisien yang

cukup tinggi, sehingga dapat dikategorikan bahwa katergori validitasnya

berada dalam kategori “valid”.

5. Analisis Kepraktisan

Data uji praktikalitas model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem pada mata kuliah Struktur Data di pendidikan tinggi diperoleh dari

pengunaan tabulasi dan hasilnya dipresentasikan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Memberikan skor jawaban dengan kriteria sebagai berikut:

5 = Sangat setuju

4 = Setuju

3 = Netral

2 = Tidak setuju

1 = Sangat tidak setuju

b. Menjumlahkan nilai seluruh aspek yang dinilai.

c. Pemberian nilai praktikalitas dengan rumus (Purwanto:2009):

d. Untuk menentukan tingkat kepraktisan adalah dengan kriteria berikut:

Tabel 3.11. Kategori Praktikalitas

No. Tingkat Pencapaian Kategori1 90-100 Sangat praktis2 80-89 Praktis3 65-79 Cukup praktis4 55-64 Kurang praktis5 0-54 Tidak praktis

Sumber: Purwanto (2009).

Kemudian data tersebut ditrianggulasi menggunakan data-data

kualitatif hasil pengamatan dan angket berupa tanggapan, pesan, saran dan

84

masukan yang diperoleh dari responden setelah menggunakan model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur

Data dipendidikan tinggi.

6. Analisis Efektivitas

Data mengenai efektivitas perangkat pembelajaran dapat diperoleh

dari analisis terhadap beberapa instrumen pengumpul data antara lain:

a. Analisis Hasil Belajar Peserta didik

1) Hasil belajar aspek kognitif (pengetahuan)

Penilai hasil belajar dari aspek kognitif seacara umum adalah

kemampuan intelektual peserta didik yang dapat dikelompokan seperti

Higher Order Thinking Levels, Middle Order Thinking Levels, Lower

Order Thinking Levels. Yang terdiri dari 6 level yang direvisi

anderson’s diantaranya Mengingat, Memahami, Menerapkan,

Menganalisis, Evaluasi, Menciptakan

2) Hasil belajar aspek afektif (sikap)

Penelilaian hasil belajar peserta didik mata kuliah Struktur Data yang

menggunakan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

pada ranah afektif (sikap) ini terdiri dari beberapa kategori

diantaranya; Critical Thinking, Communication, Collaboration,

creativity.

3) Hasil belajar aspek psikomotor

Hasil belajar pada aspek psikomotor adalah kemampuan yang

menyangkut kegiatan otot dan fisik. E.J. Simpson’s (1972)

mengemukakan aspek psikomotorik terdiri dari tujuh tingkatan tujuan

pembelajaran seperti origination (new movement patterns/creativity),

adaptation (modifies for spesial problem), complex over response

(skillfull permormance actsof complex), mechanism (performs simple

acts well), guided response (performs as demonstrated, set (relates

cues/knows), perception (awareness of sensory stimulus). Hasil

belajaran aspek psikomor dalam penelitian ini dimulai dari peserta

85

didik menemukan masalah sampai peserta didik mengambil sebuah

keputusan.

Skor hasil belajar peserta didik yang didapat setelah menggunakan

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem dianalisis untuk

melihat tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik dan masing-

masing nilai peserta didik dikonversikan menjadi nilai depan

rentangan 0 – 100. Hasil belajar peserta didik dapat dikategorikan

sebagai berikut.

Tabel 3.12. Kategori Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

No. Tingkat Pencapaian Kategori1. 90 – 100 Sangat Baik2. 80 – 89 Baik3. 65 – 79 Cukup4. 55 – 64 Kurang5. 0 – 54 Tidak Lulus

Sumber: Purwanto (2009:82).

4) Uji t

Uji t dalam penelitian eksprimen ini adalah untuk melihat tingkat

perbedaan hasil belajar kelas eksprimen dengan kelas kontrol.

Sebelum dilakukan uji t maka dilakukan uji persyaratan analisis yaitu

uji normalitas dan homogenitas. Uji t dilakukan dengan menggunakan

SPSS versi 22.

Sebelum tes dilaksanakan, soal tes yang akan digunakan terlebih

dahulu divalidasi, kemudian diujicobakan kepada peserta didik. Soal

yang diujicobakan kemudian dianalisis tingkat kesukaran, daya beda,

dan reliabilitasnya sehingga didapatkan soal yang benar-benar dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik.

a) Validitas butir soal

Validitas butir soal tes berbentuk pilihan ganda (multiple choice)

disini kita gunakan rumus point biserial, yaitu (Arikunto, dkk

(2014);

86

Keterangan:

γ�bi = Koefisien korelasi biserialMp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item

yang dicari validitasnyaMi = Rerata skor totalSt = Standar deviasi dari skor total proporsiP = Proporsi peserta didik yang menjawab benar

q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q=1-p)

Apabila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke

atas maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat dan dapat

disimpulkan bahwa butir instrumen valid. Dan sebaliknya apabila

nilai korelasinya dibawah 0,3 dapat disimpulkan bahwa butir

instrumen tidak valid (Sugiyono, 2011).

b) Reliabiitas soal

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat

pengumpul data yang digunakan. Uji reliabilitas dilakukan pada

soal-soal yang dikategorikan dipakai atau direvisi. Untuk

menentukan reliabilitas tes dipakai rumus Spearmen-Brown yang

dikemukakan oleh Sudijono (2012:216) yaitu:

Untuk mencari:

Keterangan:

= Koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan

= Koefisien korelasi produk moment antara separuh(bagian pertama) tes dengan separuh (bagian kedua)dari tes tersebut.

87

N = jumlah subjek (sampel/testee)X = Skor-skor hasil tes pada separoh belahan pertamaY = Skor-skor hasil tes pada separoh belahan kedua

Kemudian hasil perhitungan direfleksikan pada indeks reliabilitas

berdasarkan Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Indeks Reliabilitas Soal

No Indeks Reliabilitas Klasifikasi1. 0,00-0,20 Sangat Rendah2. 0,20-0,40 Rendah3. 0,40-0,60 Sedang4. 0,60-0,80 Tinggi5. 0,80-1,00 Sangat Tinggi

c) Daya pembeda soal

Rumus untuk menghitung daya pembeda adalah:

D =

Keterangan:

D = Daya pembeda soalJA = Banyaknya peserta kelompok atasJB = Banyaknya peserta kelompok bawahBA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab dengan

benarBB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab dengan

benarPA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benarPB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kemudian hasil perhitungan direfleksikan pada indeks daya beda

berdasarkan tabel berikut.

Tabel 3.14. Klasifikasi Daya Pembeda Soal

No. lndeks Daya Pembeda Klasifikasi1 0,00 ≤ D <0,20 Jelek2 0,20 ≤ D <0,40 Cukup3 0,40 ≤ D <0,70 Baik

4 0,70 ≤ D <1,00 BaikSekali5 Negatif Tidak Baik

Sumber: (Suharsimi Arikunto, 2009).

88

d) Tingkat kesukaran soal

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah

soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran

adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu

soal. Menurut Arikunto (2003:208) untuk mengetahui indeks

kesukaran tes digunakan rumus:

Keterangan:

P : Indeks kesukaranB : Jumlah peserta didik yang menjawab dengan benarJs : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Kemudian hasil perhitungan direfleksikan pada indeks tingkat

kesukaran berikut:

Soal dengan P 0.10 sampai 0.30 adalah sukar

Soal dengan P 0.30 sampai 0.70 adalah sedang

Soal dengan P 0.70 sampai 1.00 adalah mudah

89

BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses dan Hasil Pengembangan

Pada tahapan ini menjelaskan proses pengembangan dan hasil

Pengembangan Model Coopertive Oriented Problem Pada Mata Kuliah

Struktur Data, meliputi lima langkah sesuai dengan model pengembangan

ADDIE diantaranya analisis, desain, pengembangan, implementasi dan

evaluasi.

1. Analisis

Tahapan analisis kebutuhan ini bertujuan untuk melihat kondisi saat ini

dan kebutuhan peserta didik serta tenaga pendidik dalam pembelajaran

Struktur Data. Sehingga pada tahap ini dapat menggambarkan descrapancy

antara keadaan saat ini dan prioiritas/kebutuhan peserta didik mengenai

kompetensi distrubsi dan proses pembelajaran yang diharapkan dalam

pembelajaran Struktur Data pada pendidikan tinggi. Subjek penelitian ini

adalah peserta didik di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Lancang

Kuning.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

berupa angket yang telah diuji kevalidtan dan relibilitas angketnya. Sampel

penelitian need analysis ini adalah sebanyak 40 orang peserta didik Fakultas

Ilmu Komputer Universitas Lancang Kuning yang telah mengambil mata

kuliah Struktur Data.

Angket untuk pengumpulan data dapat dilihat pada lampiran 1,

sedangkan hasil penilaian angket need analysis mengenai gambaran kondisi

saat ini dan gambaran prioiritas/kebutuhan proses pembelajaran mata kuliah

struktur data dapat dilihat pada lampiran 2, 3, 4 Berdasarkan analisis data

hasil penelitian need analysis menjelaskan bahwa:

a. Prioiritas/kebutuhan tenaga pendidik dalam proses pembelajaran struktur

data terlihat bahwa tenaga pendidik memiliki ekspektasi yang tinggi

90

terhadap proses pembelajaran. Dimana ekspektasi mereka terhadap

proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi abad 21

(critical thinking, communication, collaboration, creativity). Gambaran

descrapancy antara keadaan saat ini dan prioiritas/kebutuhan tenaga

pendidik adalah 4,70 yang dapat diasumsikan bahwa tenaga pendidik

membutuhkan sebuah model pembelajaran yang inovatif dalam menggali

kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Seperti yang

dijelaskan pada grafik di bawah ini.

0

2

4

6

Critical ThinkingCommunication Collaboration CreativityCurrently Learning Priority

Gambar 4.1. Analisis Kebutuhan Tenaga Pendidik terhadapPengembangan Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem

b. Prioiritas/kebutuhan peserta didik terhadap proses pembelajaran Struktur

Data sangat memiliki ekspektasi yang tinggi dalam proses pembelajaran

Struktur Data. Dimana ekspektasi mereka terhadap kompetensi abad 21

(Collaboration, Communication, Critical Thinking, Creativity) ini dalam

kategori tinggi dengan rata-rata 4,59 yang artinya peserta didik

membutuhkan pengembangan model pembelajaran yang lebih efektif dan

efisien dalam mengembangkan potensi akademik mereka.

91

0,00

2,00

4,00

6,00

Critical Thinking Communication Collaboration Creativity

Currently Learning Priority

Gambar 4.2. Analisis Kebutuhan Peserta Didik terhadap PengembanganModel Pembelajaran Cooperative Oriented Problem

2. Desain

Tahap ini merupakan proses dalam menyelesaikan masalah yang

ditemukan pada tahap analysis untuk merancang skenario atau model

pembelajaran yang dikembangkan. kegiatan pada proses ini peneliti

merumuskan model pembelajaran yang akan dikembangkan dengan

mengembangkan tahapan (sintak) model Cooperative Oriented Problem.

Dalam tahap ini penyusunan rencana penelitian telah peneliti lakukan mulai

tahap proposal penelitian yang dilakukan pada tanggal 13 September 2018.

Selanjutnya berdasarkan masukan dan revisi yang diperoleh dalam seminar

proposal terdapat perbaikan yang bertujuan untuk menyempurnakan

penelitian dalam pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem pada mata kuliah Struktur Data. terkait pengembangan model

dengan produk yang dirancang yaitu: a) Sintak model Cooperative Oriented

Problem, b) Buku model Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah

Struktur Data beserta kajian tentang pengembangan rasional model, teori

pendukung, susunan sintak, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung

dan dampak penerapan model, c) Buku Modul Struktur Data menggunakan

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem, d) Buku Pedoman

Tenaga pendidik dalam pembelajaran Struktur Data, e) Buku Panduan

Penggunaan Media Pembelajaran, f) Media pembelajaran.

92

3. Pengembangan

Pada tahap ini dilakukan pengembangan produk model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem dan perangkat pendukung penerapan model,

setiap produk yang dikembangkan kemudian dilakukan pengukuran

validitas pakar melalui prosedur yang tersusun dan teruji. kegiatan hasil

rancangan produk model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

adalah sebagai berikut:

a. Buku Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem.

1) Rasional Pengembangan

Implementasi program peningkatan kualitas lulusan perguruan tinggi

salah satunya dilakukan dengan mengembangkan konsep/model

pembelajaran yang relevan dengan kondisi dan situasi institusi

pendidikan, khususnya pada Program Studi Teknik Informatika.

sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih baik secara efektif

dan efisien untuk mendapatkan hasil capaian pembelajaran yang

diharapkan.

Konsep tersebut dibangun secara sistematis dengan menekankan

bagaimana proses pembelajaran dikembangkan agar lebih berorientasi

kepada kebutuhan dunia kerja. melalui pengembangan model

pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas perguruan tinggi

merupakan hal yang sangat strategis untuk meningkatkan daya saing

tenaga kerja secara nasional maupun internasional. Berbagai upaya

telah dilakukan untuk tujuan tersebut, namun masih harus

dikembangkan dengan berbagai terobosan secara sistematik yang

dapat meningkatkan kompetensi lulusan baik dari aspek keterampilan

(Hardskill) maupun dari aspek sikap/prilaku hidup (Softskill).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2016 tentang mekanisme penilaian aspek sikap

dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain

yang relevan. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes

tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang

93

dinilai dan penilaian keterampilan dilakukan melalui pemecahan

masalah secara kooperatif, dan atau teknik lain sesuai dengan

kompetensi yang dinilai harus sesuai dengan antara kompetensi yang

disiapkan oleh perguruan tinggi dengan kompetensi yang dibutuhkan

oleh dunia industri. Hal ini sesuai yang dikembangkan model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem.

Konsep Problem Based Learning bukanlah suatu hal yang baru dalam

dunia pendidikan pada saat ini, pencetus konsep ini adalah Celestine

Freinet. tentang konsep secara terminologi dikenal dengan learning by

doing yaitu proses perolehan hasil belajar dengan memecahkan

masalah dari kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari.

Dengan model Problem Based Learning diharapkan peserta didik

mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang

dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan

berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan

interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan

pengolahan informasi. Cara ini akan menanamkan suatu pengalaman

yang nyata pula dalam pelaksanaan proses pembelajaran, untuk

meningkatkan kemampuan kerjasama peserta didik model

pembelajaran Problem Based Learning ini di elaborasikan dengan

model Cooperative Tipe STAD, model pembelajaran Cooperative

Tipe STAD ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa.

Belakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual,

bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman

sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri,

dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan

dihasilkan warga negara yang egois, pendiam dan tertutup, kurang

bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan

lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima

kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai

94

terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main

keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi.

Proses pembelajaran merupakan perkembangan perubahan positif

yang diperoleh dari perguruan tinggi. tenaga pengajar, orang tua dan

masyarakat. Setelah itu, kualitas pembelajaran tidak dapat dipisahkan

model pembelajaran yang dikembangkan pengajar dalam menyiapkan

dan menyelesaikan seluruh aktivitas kegiatan pembelajaran di dalam

maupun di luar kelas. Sebagai seorang yang memiliki kompetensi

pedagogik, harus mampu merancang kebutuhan belajar, menyiapkan

materi ajar atau bahan ajar, menyiapkan rencana belajar,

menyelesaikan rencana belajar, pelaksanaan belajar, penilaian sampai

melakukan evaluasi terhadap hasil dari proses pembelajaran.

Pada abad ke-21 ini, dunia pendidikan di seluruh dunia berada pada

era teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis internet,

berbasis pengetahuan dengan istilah revolusi 4.0. Dapat dikatakan

bahwa revolusi industri 4.0 merupakan paradigma yang terjadi ketika

lingkungan belajar dan lingkungan industri sudah seharusnya diadopsi

ke dalam dunia pendidikan. Salah satunya dengan mengembangkan

sebuah konsep model pembelajaran Problem Based Learning dan

dielaborasikan dengan model pembelajaran Cooperative Tipe STAD

dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan

sebuah proses pembelajaran yang lebih baik, lebih efektif dan efisien,

dan juga dapat dijadikan sebagai contoh atau role model untuk

melakukan terobosan terhadap suatu perubahan yang terjadi pada

perguruan tinggi.

Disisi lain, kesulitan untuk menentukan standar kompetensi minimal

yang harus dikuasai oleh peserta didik. membuat ketidak harmonisan

kompetensi yang diajarkan di perguruan tinggi dengan yang

dibutuhkan di dunia kerja. Hal ini terbukti bahwa kompetensi yang di

pelajari di perguruan tinggi dengan kompetensi yang dibutuhkan di

dunia kerja tidak terpenuhi secara baik dan benar. Artinya, ada

95

kesenjangan antara hasil proses pembelajaran di perguruan tinggi

dengan kebutuhan oleh industri belum sesuai, sehingga diperlukan

adanya upaya dalam meningkatkan mutu dan relavansi pada proses

pembelajaran untuk dapat menghasilkan dan membentuk sumber daya

manusia (SMD) yang berkualitas dan berdaya saing sesuai dengan

yang dipersyaratkan dalam dunia kerja.

Berdasarkan situasi dan kondisi yang telah dipaparkan di atas, di

Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning

fenomena ini merupakan suatu hal yang nyata yang tidak berbeda

jauh. Tenaga pendidik mengajar pada kelas praktik hanya sebatas

ketercapaian standar yang terdapat pada kurikulum yang telah disusun

sebelumnya, belum mengarah kepada kemampuan pemecahan

masalah, tanpa adanya upaya untuk melakukan pengembangan ke arah

tersebut terhadap model pembelajaran baik untuk tindakan kelas

maupun praktik. Konstribusi yang diharapkan pada model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem adalah melakukan

inovasi pelaksanaan pembelajaran praktik dengan mengkonstrak

prilaku pembelajaran agar lebih mandiri dalam melaksanakan

pembelajaran praktik sehingga dapat mengubah keadaan dari semua

komponen model yang di prasyaratkan yakni dari aspek pendekatan,

strategi, metode, dan teknik pembelajaran dapat terpenuhi dengan

baik.

2) Teori Pendukung Pengembangan Cooperative Oriented Problem

Teori belajar behaviourist adalah belajar terjadi dari prilaku manusia

yang sangat kompleks. Ikatan yang terbentuk antara stimulus dan

respon akan tergantung pada keberadaan lingkungan yang saling

berinteraksi. Hal ini terlihat dari prilaku “mencoba dan salah” yang

sering terjadi (Illeris, 2015) Teori belajar kognitivisme berpendapat

bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman seseorang tentang

bagaimana proses dalam memahami informasi baru, bagaimana

mengakses, menafsirkan, mengintegrasikan, mengatur dan mengelola

96

pengetahuan, dan telah memberi kita pemahaman yang lebih baik dari

kondisi yang mempengaruhi keadaan mental seseorang (Beck dan

Haigh, 2014). Constructivisme percaya bahwa makna atau

pemahaman dicapai dengan mengasimilasi data menjadi informasi,

menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada, dan

memprosesnya untuk memperoleh pemahaman yang unik (Khalil dan

Elkhider, 2016). Ketiga teori belajar yang dikemukakan menjadi dasar

dalam membangun membuat dan mengembangkan sintak model

Cooperative Oriented Problem yang dilakukan. Aspek behaviorisme

akan dapat diamati atau terlihat dari indikator perubahan perilaku,

aspek kognitif dari perubahan pengetahuan dari peningkatan hasil

posttest. Serta constructivisme akan dapat diketahui dari aspek

keterampilan. Keuntungan menggunakan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem dari sisi peserta didik sebagai berikut:

a) Peserta didik dapat diarahkan untuk mempelajari mata kuliah

dengan cara yang paling efektif, mudah dan efisien.

b) Peserta didik sepenuhnya terlibat dalam proses pembelajaran

c) Peserta didik memperoleh peningkatan pengetahuan dan

keterampilan secara langsung

d) Peserta didik akan semakin tertantang dan tertarik dalam proses

pembelajaran

Dari sudut lainnya dapat disimpulkan bahwa, bagi pendidik (tenaga

pendidik) memanfaatkan yang diperoleh dari penggunaan model

Cooperative Oriented Problem ini adalah sebagai berikut:

a) Kemudahan dalam mencapai tujuan mata kuliah yang diinginkan.

b) Efisiensi waktu pembelajaran.

c) Efektivitas interaksi antara peserta didik terhadap kesempurnaan

dalam mentransformasikan informasi yang terkait dengan materi

ajar pada proses pembelajaran struktur data.

97

3) Petunjuk Pelaksanaan Model Pembelajaran Cooperative Oriented

Problem

Berdasarkan pada rasionalitas latar belakang masalah dan analisis

terhadap model tersebut diatas maka dilakukan desain pengembangan

model pembelajaran yang disebut dengan model Cooperative Oriented

Problem, yang fokus pada mata kuliah struktur data. pengembangan

model Cooperative Oriented Problem, dengan melakukan analisa dan

identifikasi sehingga menghasilkan model Cooperative Oriented

Problem, yang diupayakan mampu memberikan kontribusi terhadap

proses pembelajaran mata kuliah struktur data dengan perlakuan yang

spesifik pada setiap sintak yang dibangun sesuai dengan karakteristik

mata kuliah yang diajarkan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada awal sebelumnya bahwa

model Cooperative Oriented Problem dikembangkan dengan

mengelaborasikan model Problem Based Learning dengan

Cooperative Tipe STAD, sehingga menghasilkan sintak dengan fase

yang baru, fase ini dirancang dengan karakteristik mata kuliah yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagaimana yang direncanakan

sebelumnya. Sebuah model pengembangan setidaknya terdapat

komponen pengajaran peserta didik, materi ajar seperti buku bahan

ajar dan sebagainya serta infrastruktur.

Aktivitas ini menggambarkan suatu sistem yang saling berkaitan

antara satu dengan yang lainnya. Aktivitas pengembangan model

pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang terencana, sistematis

sesuai dengan kaidah pengembangan itu sendiri. sintak yang

direncanakan terdiri atas 7 langkah yang muncul dari hasil kajian dan

evaluasi baik secara kelemahan dan keunggulan masing-masing kedua

model pembelajaran tersebut di atas, dan disesuaikan dengan

karakteristik serta tujuan dari pelaksanaan proses pembelajaran yang

telah direncanakan terlebih dahulu. Langkah-langkah yang

dikembangkan memiliki kesesuaian dengan tujuan pembelajaran pada

98

mata kuliah struktur data, dari awal pembelajaran sampai akhir

pembelajaran dengan harapan peserta didik mengerti dan memahami

pengertian struktur data dan mampu menerapkan teori-teori struktur

data ke dalam bahasa pemrograman sehingga memberikan kompetensi

pada peserta didik untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. Pada tabel

berikut merupakan komparasi atau studi banding dari elaborasi sintak

Problem Based Learning dengan sintak Cooperative Tipe STAD dan

model Cooperative Oriented Problem.

Tabel 4.1. Perbandingan model pembelajaran Problem Based

Learning, Cooperative Tipe STAD dengan

Cooperative Oriented Problem

PBL STAD COP

Meet the problemPenyampaian tujuandan motivasi

Submission of goals andmotivation (STAD)

Understand theproblem

Pembagian KelompokSmart Grouping(STAD)

Define the problemstatement

Presentasi Tenagapendidik

Define Problems (PBL)

Gather and share theinformation

Kegiatan dalam Tim(Kerja Tim)

Discussion (STAD)

Generate PossibleSolutions

Kuis (Evaluasi) Present (PBL)

Determine the bestfit of solutions

Penghargaan PrestasiTim

Evaluation (STAD)

Present the solutionsPemberian hadiah danPengakuan SkorKelompok.

Reward (STAD)

Trop & Sage 2002 R.Slavin 2008 Y.Yunefri 2019

a) Sintak 1 (Submission of goals and motivation)

Dalam pengembanganya tahapan/sintak orientasi proses

pembelajaran ini pada prosesnya lebih menekankan perumusan

capaian dan kegiatan pembelajaran selama 1 (satu) semester.

Dimana tenaga pendidik menyampaikan informasi-informasi terkait

dengan kontrak perkuliahan (Yusuf, 2015), capaian pembelajaran,

tugas, materi ajar, dan penilaian proses pembelajaran yang

dilakukan oleh tenaga pendidik.

99

b) Sintak 2 (Smart Grouping)

Pada sintak Smart Grouping ini peserta didik dibagi menjadi

beberapa kelompok, untuk mempermudah proses pembagian

kelompok belajar, menurut Li, Luo and Chen (2015) pelompokkan

peserta didik adalah masalah penting yang sangat mempengaruhi

efektivitas pengajaran dan pembelajaran. Dalam pembagian

kelompok pada model ini peserta didik dibantu dengan

menggunakan aplikasi SCOP. Aplikasi SCOP ini dapat membagi

kelompok bejalar dengan efektif, efisien dan heterogen. Pada

pembagian kelompok tersebut aplikasi menerapkan algoritma K-

Means Klastering. Dimana aplikasi dapat mengklasterkan peserta

didik yang memiliki kemampuan kompeten, cukup kompeten dan

kurang kompeten dalam satu kelompok.

c) Sintak 3 (Define Problems)

Dalam pengembanganya tahapan/sintak 3 ini peserta didik diminta

untuk mengidentifikasi masalah yang diberikan tenaga pendidik

pengumpulan data berupa informasi terkait dengan masalah

diberikan (Gagne and Wager, 1992). Agar peserta didik mampu

melatih kemampuan pemecahan masalah berdasarkan analisis yang

telah dilakukan. pendekatan yang lebih dominan pada tahap ini

adalah student centered learning.

d) Sintak 4 (Discussion)

Sintak 4 Coopertive Oriented Problem adalah proses literasi

infromasi, pada prosesnya menekankan kepada peserta didik untuk

mengasah kemampuan peserta didik (high order thinking skill)

dalam mengelaborasi data dan informasi yang didapatkan dari

berbagai sumber yang ditemukan (Harun et al., 2012). Kemudian

peserta didik diberi keleluasaan dalam mengemukakan masalah,

beserta teknik penyelesaianya secara sistematis dan terstruktur.

100

e) Sintak 5 (Present)

Dalam pengembanganya tahapan/sintak 5 model Coopertive

Oriented Problem ini pada prosesnya menekankan kepada peserta

didik untuk presentasi laporan (masalah) dan teknik penyelesaianya

yang telah dianalisis pada sintak sebelumnya, kemudia tenaga

pendidik melakukan menginstruksikan agar masing-masing anggota

kelompok mampu mempresentasikan hasil laporan dari tugas atau

topik yang telah dibagikan kepada masing-masing kelompok.

Pendekatan yang dilakukan pada tahapan ini, tenaga pendidik

sebagai fasilitator dan administrator (student centered learning)

pada saat peserta didik melakukan presentasi tugas kelompok.

Berdasarkan hasil analisis terhadap penilaian presentasi bahwa

terdapat perbedaan perkembangan kemampuan presentasi antara

peserta didik kelas eksperimen yaitu yang menggunakan model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem beserta sistem

pendukungnya dengan peserta didik kelas kontrol yang tidak

menerapkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem.

Dari analisis hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan peserta

didik dapat diidentifikasi perkembangan kemampuan presentasi

(sharing) (Yusof et al., 2012). Dilihat dari hasil presentasi nilai

kemampuan peserta didik dalam mempertahankan ide-ide pada

kelas eksperimen dapat dikategorikan baik atau dengan bahasa lain

sudah ada melaksanakan aspek-aspek yang telah ditetapkan sebagai

indikator keberhasilan. Peserta didik sudah mempunyai kemampuan

menyajikan sesuatu, mempertahankan ide-ide atau gagasan dan

berani mempertanggung jawabkannya di depan kelas.

f) Sintak 6 (Evaluation)

Penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah pada penerapan

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata

kulih struktur data ini dapat dilihat dari beberapa aspek,

diantaranya; 1) kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang

101

harus diketahui dari suatu permasalahan nyata (real problems), 2)

kemampuan membuat perumusan dari permasalahan yang telah

diidentifikasi, 3) kemampuan menentukan strategi atau langkah-

langkah yang tepat dalam penyelesaian suatu permasalahan, 4)

mampu memberikan interprestasi data dari permasalahan nyata

(real problems), dan 5) kemampuan menyelesaikan masalah dengan

kelompok belajar (Yusof et al., 2012). Peserta didik akan

membangun suatu keseimbangan baru ketika mengdadapi suatu

permasalahan, mereka akan berusaha berfikir mencari solusi

terhadap permasalahan yang ada, yaitu memberikan solusi terhadap

masalah yang dihadapi, sehingga akhirnya akan terbentuk

kemampuan-kemampuan baru dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kemampuan pemecahan

masalah bahwa terdapat perbedaan perkembangan kemampuan

pemecahan antara peserta didik kelas eksperimen yaitu yang

menggunakan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

beserta sistem pendukungnya dengan peserta didik kelas kontrol

yang tidak menerapkan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem. Dari analisis hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan

peserta didik dapat diidentifikasi perkembangan kemampuan

pemecahan masalah. Dilihat dari hasil diskusi kelompok nilai

kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas

eksperimen dapat dikategorikan baik atau dengan bahasa lain sudah

ada melaksanakan aspek-aspek yang telah ditetapkan sebagai

indikator keberhasilan. Peserta didik sudah mempunyai kemampuan

mengidentifikasi unsur-unsur yang harus diketahui dari suatu

permasalahan nyata sampai dengan menyelesaikan permasalahan

tersebut

g) Sintak 7 (Reward)

Dalam pengembanganya tahapan/sintak 7 model Coopertive

Oriented Problem ini pada prosesnya peserta didik menerima

102

penghargaan terhadap hasil belajar kelompok. Penghargaan ini

mampu meningkatkan motivasi bejalar siswa pada mata kuliah

struktur data (Kalnins et al., 2014).

4) Sistem Sosial

Sistem sosial pada pengembangan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem dapat diartikan sebagai sistem yang terdiri dari

sekumpulan tindakan dimana terjadinya interaksi antara satu individu

dengan individu lainnya dan selalu tumbuh dan berkembang di

tengah-tengah lingkungan belajar. Seperti yang telah dijelaskan bahwa

model pembelajaran Cooperative Oriented problem ini merupakan

pengembangan dari pendekatan pembelajaran berbasis masalah

(Probelm Baseb Learning) yang dielaborasikan dengan model

pembelajaran Cooperatie Tipe STAD yang memuat beberapa hal yang

dapat dipandang sebagai karakteristik pembelajaran yang meliputi ; a)

tema tugas berbasis masalah, b) peserta didik dibentuk dalam

kelompok kecil, c) menggunakan modul ajar.

Sistem sosial yang diharapkan adalah terjadinya kerjasama antara

peserta didik, saling bantu membantu antara sesama peserta didik,

bantuan bimbingan tenaga pendidik, dan terjadinya interaksi antara

peserta didik dengan peserta didik serta tenaga pendidik dan peserta

didik karena peserta didik berada dalam kelompok yang heterogen.

Terjadinya interaksi di kelas, ketika dilakukan presentasi dan diskusi,

akan tercipta tukar pendapat antara peserta didik dalam memecahkan

suatu masalah, peserta didik yang lebih mengerti akan memberikan

bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan berupa

petunjuk menyelesaikan masalah tersebut, maka akan terjadi interaksi

karena peserta didik tersebut akan terbantu oleh temannya sendiri.

Sistem sosial akan sangat terasa apabila peserta didik berada ada pada

tahap diskusi kelas, diskusi kelompok dalam menyelesaikan masalah

selama pembelajaran berlangsung baik di kelas maupun di

laboratorium, tenaga pendidik bertindak sebagai pembimbing yang

103

siap memberikan masukan bila diperlukan. Ketika tenaga pendidik

membantu seperlunya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam

belajar, maka akan terjadi interaksi. Menurut Vygotsky dalam

Santrock (2010) dorongan pendidikan sangat dibutuhkan agar

pencapaian peserta didik ke jenjang yang lebih tinggi menjadi

optimum. Interaksi dapat disimpulkan bahwa memberikan bantuan

kepada peserta didik pada tahap awal kemudian mengurangi bantuan

tersebut serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada

peserta didik untuk mengambil alih tanggung jawab setelah dirasakan

mampu mengerjakan sendiri atau belajar mandiri. Vygotsky dalam

Santrock (2010) mengatakan ada 3 teori pencapaian peserta didik

dalam upaya memecahkan masalah dalam belajar diantaranya : 1)

peserta didik mencapai keberhasilan dengan baik, 2) peserta didik

mencapai keberhasilan dengan bantuan, 3) peserta didik gagal meraih

keberhasilan pada proses pembelajaran.

a) Faktor Tenaga Pendidik (Pengajar)

Apa yang dikemukakan oleh (Wuna Sanjaya, 2005), keberhasilan

sebuah proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan

dan kualitas seorang tenaga pendidik. Hal ini disebabkan karena

tenaga pendidik merupakan individu yang secara langsung

berhadapan dengan peserta didiknya. Disamping itu tenaga

pendidik juga berperan sebagai perencana atau mendesain. Oleh

sebab itu, tenaga pendidik dituntut untuk memahami secara tepat

materi modul ajar, karakteristik peserta didik, fasilitas dan sumber

daya yang ada. sehingga komponen-komponen yang tergabung

dalam sistem sosial akan berinteraksi secara sempurna. Oleh

karenanya, efektif dari proses pembelajaran terletak di pundak

seorang pengajar.

Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

ini bertujuan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

menyelesaikan masalah, berpikir kreatif dan inovatif, dan berani

104

mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini

memungkinkan dapat merubah perilaku, sikap, dan pengetahuan

peserta didik dari aktivitas penyelesaian masalah. Pelaksanaan pada

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini peserta

didik lebih banyak belajar mandiri secara berkelompok, namun

tetap butuh arahan dan bimbingan sehingga tenaga pendidik

bersifat sebagai pembimbing (fasilitator) dan memberikan

kesempatan kepada peserta didik seluas-luasnya untuk

mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

b) Faktor Peserta Didik (Pembelajar)

Peserta didik merupakan organisme yang akan dikembangkan

sesuai dengan tujuan dan tahapannya, termasuk seluruh aspek

kepribadiannya, akan tetapi waktu dan kemampuannya masing-

masing dari setiap aspek tidak selalu sama. oleh karenanya harus

dilihat aspek tersebut diantaranya latar belakang peserta didik yang

meliputi jenis kelaminnya, tempat lahir (asal), tempat tinggal,

faktor ekonomi peserta didik, keluarga dan sebagainya. Sedangkan

dari aspek sifat dapat dilihat dari kemampuan dasar, pengetahuan

dan sikap. Dari perbedaan aspek ini maka akan sangat

mempengaruhi proses sistem sosial yang dibangun pada suatu

proses pembelajaran. setiap peserta didik akan memiliki tingkat

kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan dari yang

rendah, sedang dan tinggi. Peserta didik yang memiliki kemampuan

yang tinggi akan mengumpulkan motivasi belajar yang tinggi pula,

sedangkan peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan yang

rendah akan mengumpulkan motivasi belajar yang rendah,

perhatian dan keseriusannya dalam belajar juga rendah termasuk

dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan sebagainya

(Wina Sanjaya, 2015).

105

c) Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terdapat kelancaran proses pembelajaran baik berupa media

pembelajaran, alat-alat pembelajaran dan perlengkapan lainnya.

sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak

langsung dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran

diantaranya laboratorium kampus, kursi dan meja, lampu

penerangan, projector, komputer dan sebagainya. Kelengkapan

sarana dan prasarana ini akan menentukan optimisasi proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian sarana

dan prasarana dapat menunjang terbentuknya sistem sosial yang

baik dalam proses pembelajaran yang direncanakan. sarana dan

prasarana ini juga dapat memberikan motivasi dalam penyampaian

materi pembelajaran dan pengaturan lingkungan belajar yang dapat

memperbaiki minat dan kemauan peserta didik untuk belajar lebih

efektif dan efisien (Wina Sanjaya, 2015)

d) Faktor Lingkungan

Lingkungan pembelajaran dimana didalamnya terdiri dari peserta

didik tertentu. apabila jumlah peserta didik terlalu banyak maka

akan mempengaruhi terhadap keharmonisan dan proses

pembelajaran kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Wina Sanjaya 2015). Jumlah lingkungan belajar yang terlalu besar

akan membuat waktu yang tersedia semakin sempit untuk masing-

masing individu dalam menerima materi pembelajaran, tenaga

pendidik melayani dan memberikan perhatian bagi setiap individu

akan terpecah, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu lingkungan

belajar harus juga direncanakan dengan sebaik-baiknya agar

interaksi sistem sosial dalam proses pembelajaran dapat berjalan

dengan baik.

106

5) Prinsip Reaksi

Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem adalah model

pembelajaran dengan pendekatan berpusat kepada peserta didik

(student center). Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem ini di mana peserta didik dibagi dalam kelompok

kecil dan pada tahap diskusi peserta didik dituntut aktif dalam

kelompok masing-masing, sementara tenaga pendidik bertindak

sebagai pembimbing (fasilitator) yang siap memberikan bantuan.

selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik berada dalam

kelompok kecil, dan tenaga pendidik sebagai pembimbing mendatangi

setiap kelompok dan memperhatikan cara peserta didik bekerja dan

berdiskusi serta siap membantu jika peserta didik mengalami

kesulitan.

Adapun prinsip reaksi adalah untuk menggambarkan bagaimana

seharusnya tenaga pendidik memandang, memperlakukan, dan

merespon peserta didik selama proses pembelajaran. Pada model

Cooperatif Oriented Problem yang dikembangkan, prinsip reaksi yang

terjadi dilihat dari tahap peserta didik memahami dan menyelesaikan

masalah. peserta didik diajak berdiskusi dan memunculkan beberapa

pengetahuan penting seputar materi yang terkait dengan masalah

tersebut. pada tahap ini tenaga pendidik memposisikan peserta didik

sebagai teman diskusi sehingga memunculkan kenyamanan bagi

peserta didik dalam berdiskusi.

6) Sistem Pendukung

Pada Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem, sistem pendukung yang dibutuhkan adalah sejumlah

perangkat pembelajaran untuk mendukung terlaksananya proses

pembelajaran. Oleh karena itu, tenaga pendidik sebagai pembelajar

berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran yang berlangsung

secara interaktif, inspiratif, sehingga proses pembelajaran

menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi peserta didik

107

(Devi, dkk ,2009). Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam

mengelola proses mengajar dapat berupa: RPS, SAP, modul bahan

ajar, panduan tenaga pendidik, media pembelajaran dan panduan

media pembelajaran. rencana pelaksanaan pembelajaran yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan yang

berorientasi pembelajaran dengan menerapkan perangkat

pembelajaran berbasis masalah yang menjadi pedoman bagi tenaga

pendidik dalam proses pembelajaran.

Menurut Agus Suprijono (2010) perangkat pembelajaran ialah pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

di kelas maupun tutorial, model pembelajaran mengacu pada

pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran. Tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan

pengelolaan kelas. Melalui perangkat pembelajaran tenaga pendidik

dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Macam-macam

perangkat pembelajaran tersebut antara lain:

a) Rencana Pembelajaran Semester (RPS)

Rencana pembelajaran semester (RPS) adalah program pengajaran

satu mata kuliah untuk diajarkan selama satu semester. RPS

memberikan petunjuk secara keseluruhan mengenai tujuan dan

ruang lingkup materi yang harus diajarkan. Dengan berpedoman

pada RPS, pengajar akan mengajar lebih baik, tanpa khawatir akan

keluar dari ruang lingkup materi, keluar dari strategi belajar-

mengajar untuk pencapaian tujuan pembelajaran, atau keluar dari

sistem evaluasi yang seharusnya dilakukan.

b) Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen program pengajaran

yang meliputi satu atau beberapa pokok bahasan, atau sub pokok

bahasan untuk diajarkan selama 1 kali pertemuan dalam kelas. SAP

108

memberikan petunjuk secara rinci pertemuan demi pertemuan,

mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang akan diajarkan.

Kegiatan belajar mengajar, media dan evaluasi yang akan

digunakan.

7) Dampak Instruksional Penggiring

Dampak instruksional model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem dengan pendekatan yang berpusat pada peserta didik

merupakan hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan. Sedangkan dampak penggiring adalah

hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran

sebagai akibat terjadinya suasana belajar yang dialami langsung oleh

peserta didik.

Dampak instruksional dari pelaksanaan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem tidak hanya mendapatkan pengetahuan

dan keterampilan tentang materi bersifat otoritis saja, namun juga

mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis, kemampuan

berpikir tingkat tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif, berpikir

kritis, mampu memecahkan masalah dan terampil dalam mengambil

keputusan. disamping itu model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem memberikan peluang bagi peserta didik untuk lebih terlatih

dalam reaksi dan berinovasi untuk mengembangkan dirinya secara

mandiri melalui masalah-masalah yang diberikan oleh tenaga pendidik

untuk di cari pemecahan masalahnya. sehingga memberikan

kesempatan peserta didik untuk mengubah budaya belajar dari

memberi pengetahuan menjadi mengkonstruksi sendiri pengetahuan

tersebut.

Sedangkan dampak pengiring dari pelaksanaan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem adalah menambah motivasi belajar dan

memupuk nilai-nilai pendidikan karakter. model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem ini memberikan motivasi kepada

peserta didik dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada model

109

ini membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah masalah

yang diberikan oleh tenaga pendidik dan mampu bekerja sama. Hal ini

sangat baik untuk proses pembelajaran. nilai-nilai pendidikan karakter

dapat tumbuh dengan baik dan berkembang melalui interaksi dalam

menyelesaikan masalah dibimbing oleh pendidik dengan menerapkan

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem.

b. Buku Modul Struktur Data Dengan Model Pembelajaran Cooperative

Oriented Problem

Modul struktur data merupakan satuan program belajar mengajar

komponen kecil, yang dipelajari oleh peserta didik secara mandiri atau

perseorangan yang mana sifat pembelajarannya adalah modul ajar yang

disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode

dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010). Menurut Goldschmid,

model pembelajaran ataupun sejenis satuan kegiatan belajar yang

terencana, yang sudah di desain guna membantu peserta didik

menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu dalam pembelajaran itu sendiri.

Vembriarto (1987) menyatakan bahwa suatu model pembelajaran

merupakan suatu paket pengajaran yang memuat suatu unit konsep

daripada bahan pembelajaran. dalam proses pembelajaran modul

merupakan usaha penyelenggaraan pembelajaran individual yang

memungkinkan peserta didik menguasai satu unit bahan pelajaran

sebelum dia beralih pada unit berikutnya. berdasarkan beberapa

pengertian muncul di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan

menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.

c. Buku Panduan Tenaga Pendidik dengan Model Pembelajaran

Cooperative Oriented Problem

Pedoman tenaga pendidik adalah panduan yang digunakan oleh

tenaga pendidik untuk melakukan kegiatan pendidikan atau pemecahan

masalah. pedoman penggunaan penggunaan oleh tenaga pendidik dapat

110

berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun

panduan untuk mengembangkan semua aspek pembelajaran dalam

bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi. pedoman penggunaan oleh

tenaga pendidik memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus

dilakukan oleh tenaga pendidik untuk memaksimalkan proses

pembelajaran dalam upaya pembentukan kompetensi peserta didik sesuai

dengan tujuan maupun capaian pembelajaran atau hasil belajar yang

ditempuh.

d. Buku Panduan Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah

mendorong sejumlah progresifitas dalam dunia pendidikan. Salah

satunya adalah strategi pembelajaran berbasis teknologi komputer yaitu

e-learning. Strategi e-learning sangat mendukung Implementasi dari

paradigma Student Centered Learning yang saat ini semakin diperlukan

dalam rangka membentuk peserta didik yang lebih mandiri dan disiplin

dalam proses pembelajarannya. E-learning mengatasi keterbatasan ruang

dan hambatan waktu yang seringkali terjadi dalam interaksi tenaga

pendidik dan peserta didik, dan sebaliknya menyediakan ruang yang luas

bagi kreatifitas pengajaran dan aktifitas-aktifitas belajar selain tatap

muka.

Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan

Pengembangan (The American Society for Training and Development/

ASTD) (2009) (dalam Rusman, 2013) menyebutkan definisi e-learning

adalah sebagai berikut : “E-Learning is a broad set of applications and

processes which include web-based learning, computer based learning,

virtual and digital classrooms. Much of this is delivered via the internet,

intranets, audio, and videotape, satellite broadcast, interactive TV, and

CD ROM. The definition of E-Learning varies depending on the

organization and how it is used but basically it is involves electronics

means communication, education, and training”.

111

Definisi diatas menyebutkan bahwa e-learning adalah proses dan

kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-based learning),

pembelajaran berbasis komputer (computer based learning), kelas virtual

(virtual classrooms), dan/atau kelas digital (digital classroom). Materi-

materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan

dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio,

penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-ROM. Definisi ini

juga menyatakan bahwa e-learning itu bisa bervariasi tergantung dari

penyelenggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana cara

penggunaannya, termasuk apa tujuan penggunaannya.

E-Learning memiliki 4 karakteristik yang membedakannya dengan

pembelajaran konvensional, antara lain sebagai berikut:

1) Interactivity (Interaktivitas)

E-Learning yang bersifat interactivity adalah tersedianya jalur

komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous),

seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous),

seperti forum, mailing list, atau buku tamu.

2) Independency (Kemandirian)

Independency pada E-Learning adalah fleksibilitas dalam aspek

penyediaan waaktu, tempat, pengajar, dan bahan ajar. Hal ini

menyebabkan pembelajaran menjadi lebih terpusat kepada siswa

(student-centered learning).

3) Accessibility (Aksesibilitas)

E-Learning yang memiliki karakteristik accessibility yaitu sumber-

sumber belajarnya menjadi lebih mudah diakses melalui

pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas

daripada pendistribusian sumber belajar konvensional.

4) Enrichment (Pengayaan)

Karakteristik enrichment dalam E-Learning adalah kegiatan

pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai

112

pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi

informasi seperti video streaming, simulasi, dan animasi.

Definisi ini sejalan dengan Sochorová & Materová, (2013:49) yang

mendefinisikan e-learning sebagai aplikasi yang mengintegrasikan

berbagai (tools) atau alat untuk mengorganisasikan pembelajaran (forum

diskusi, kalender, tugas, evaluasi), menawarkan komunikasi online

(obrolan, pesan, dan konferensi) dan juga menyediakan materi

pembelajaran.

Portal e-learning merupakan tempat penyimpan yang memadai

untuk sumber-sumber pengajaran sekaligus untuk tugas-tugas peserta

didik. Pemanfaatan e-learning secara optimal oleh tenaga pendidik dan

peserta didik akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Buku panduaan

ini disusun sebagai pedoman bagi tenaga pendidik dan peserta didik

dalam mengaplikasikan e-learning secara baik dan benar, sehingga akan

dicapai manfaat yang optimal. Buku panduan penggunaan e-learning

berisi tentang bagaimana e-learning digunakan. Buku panduan ini

memuat langkah-langkah penggunaan menu-menu yang disediakan

dalam e-learning yang disajikan dengan singkat jelas dan terstruktur

sehingga dengan kehadiran buku ini dapat memudahkan pengguna dalam

memanfaatkan sistem e-learning.

4. Implementasi

Tahapan ini untuk mengujicobakan model Coopertive Oriented

Problem yang dikembangkan pada Fakultas Ilmu Komputer Program Studi

Teknik Informatika Universitas Lancang Kuning. Peneliti

mengimplementasikan model pembelajaran Coopertive Oriented Problem

yang telah divalidasi tersebut selama 1 (satu) semester sebanyak 16 kali

pertemuan yang terdiri 4 topik besar.

Model pembelajaran ini pada prosesnya juga ditunjang dengan

penggunaan e-learning dengan alamat domain SCOP-indonesia.com, media

e-learning ini mampu menunjang proses pembelajaran dengan menyediakan

113

konten atu menu yang dapat mempermudah tenaga pendidik dalam proses

pembelajaran seperti; absen online, ujian online, pembagian kelompok,

penilaian tugas dan nilai akhir yang sudah dikalkulasikan secara online,

sehingga dalam setiap aktivitas dan proses pembelajaran yang

dikembangkan dapat terukur dan terkalulasikan secara efektif. Menu-menu

unggulan dalam e-learning ini dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah

ini.

Gambar 4.3. Halaman Utama Web Smart Cooperative Oriented Problem

Pada Halaman Utama dari aplikasi Smart Cooperative Oriented

Problem ini terdapat beberapa menu utama yang dapat mempermudah

peserta didik dan tenaga pendidik dalam proses pembelajaran pada mata

kuliah Struktur Data dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem.

Gambar 4.4. Halaman Input Nilai

114

Pada halaman ini, peserta didik dapat melakukan penginputan nilai

sebagai bahan dasar untuk perhitungan syarat pengelompokkan per

pertemuan, penginputan nilai hanya dilakukan sekali untuk 1 mata kuliah.

Gambar 4.5. Halaman Upload Materi

Pada halaman ini, peserta didik dapat melihat materi perkuliahan per

pertemuan. Materi perkuliahan yang dimaksudkan berupa video serta file

pdf.

Gambar 4.6. Halaman Input Tugas

Pada halaman ini, peserta didik dapat melihat tugas perkuliahan per

pertemuan. Tugas perkuliahan yang dimaksudkan berupa video serta file

pdf.

115

Gambar 4.7. Halaman Input Soal Online

Pada halaman input tugas, sama seperti melakukan input materi

kuliah, admin/tenaga pendidik dapat melakukan penambahan serta

pengelolaan tugas yang akan diberikan kepada mahsiswa baik berupa video

maupun file pdf.

Gambar 4.8. Halaman Pembagian Kelompok

Pada halaman pembagian kelompok ini, tenaga pendidik dengan

mudah mengelompokkan peserta didik dalam proses pembagian kelompok

belajar, dengan menggunakan algoritme K-Means Clustering.

Berikut deskripsi proses perkuliahan Struktur Data yang

dikembangkan berbasis Cooperative Oriented Problem:

116

a. Pertemuan 1-3 (Topik 1)

Pada minggu 1 sampai minggu ke 3 proses pembelajaran di desain

berfokus pada topik “Tipe data, variabel dan percabangan ” yang terdiri

dari 5 (lima) sintak model pembelajaran Coopertive Oriented Problem

yang dikembangkan diantaranya; (1) Submission of goals and motivation,

(2) Smart Grouping, (3) Define Problems, (4) Discussion, (5) Present,

(6) Evaluation, (7) Reward. Penyajian penyelesaian masalah. Dengan

sintak (langkah) pembelajaran tersebut diharapkan;

1) Mampu menggunakan IDE Borland C++.

2) Mampu membuat program console sederhana dalam Bahasa C++ dan

mencetak konstanta bilangan, karakter dan string dalam Bahasa C++.

3) Mampu memberi nilai ke dalam variabel bertipe data bilangan integer

dan float serta menampilkan nilai variabel bilangan integer dan float.

4) Mampu menggunakan struktur kondisi IF dalam bahasa pemrograman

C++.Mampu menggunakan struktur kondisi Switch Case dalam

bahasa pemrograman C++.

5) Mampu menggunakan struktur perulangan dengan for, do‐while dan

while dalam Bahasa Pemrograman C++.

6) Mampu memanfaatkan struktur perulangan untuk memecahkan

soal‐soal matematika dan fisika.

b. Pertemuan 4 - 7 (Topik 2)

Pada minggu 4 sampai minggu ke 7 proses pembelajaran di desain

berfokus pada topik “Array dan Teknik Searching”. Sama dengan

pertemuan sebelumnya langkah atau kegiatan dalam pembelajaran ini

terdiri dari 7 (Tujuh) langkah model pembelajaran Coopertive Oriented

Problemyang dikembangkan diantaranya; (1) Submission of goals and

motivation, (2) Smart Grouping, (3) Define Problems, (4) Discussion, (5)

Present, (6) Evaluation, (7) Reward. Penyajian penyelesaian masalah.

Dengan sintak pembelajaran tersebut diharapkan:

1) Mampu membuat program untuk menginisialisasi array satu dimensi

dan array dua dimensi.

117

2) Mampu membuat program untuk mengisi elemen array satu dimensi

dan array dua dimensi menggunakan struktur perulangan

3) Mampu menjelaskan konsep fungsi rekursif.

4) Mampu mengimplementasikan masalah matematika yang solusinya

bersifat rekursif dengan program yang mengandung fungsi rekursif.

5) Mampu menerapkan teknik search dalam Bahasa pemograman C++.

6) Mampu menerapkan teknik buble sort dalam bahasa pemograman.

7) Mampu menerapkan teknik insertion sort dalam bahasa pemograman,

8) Mampu menerapkan teknik selection sort dalam Bahasa pemograman.

c. Pertemuan 8 (Ujian Tengah Semester)

Pada pertemuan ke-8 ini tenaga pendidik melakukan evaluasi

sumatif berupa ujian tengah semester untuk melihat kemampuan Peserta

didik mampu memahami dan menguasai konsep materi yang telah

mereka diskusikan pada pertemuan sebelumnya. Berikut adalah tampilan

ujian tengah semester (online) pada media WEB yang telah

dikembangkan:

Gambar 4.9. Menu Mengaktifkan Ujian Tengah Semester (Online)

Sifat ujian tengah semester yang dilakukan menggunakan media e-

learning melalui akun masing-masing peserta didik sesuai dengan batas

waktu yang telah disetting oleh tenaga pendidik mata kuliah.

118

d. Pertemuan 9-12 (Topik 3)

Pada minggu 9 sampai minggu ke 12 proses pembelajaran di desain

berfokus pada topik “ Linked, Queue, Stack ”. Sama dengan pertemuan

sebelumnya langkah atau kegiatan dalam pembelajaran ini terdiri dari 7

(Tujuh) langkah model pembelajaran Coopertive Oriented Problemyang

dikembangkan diantaranya; (1) Submission of goals and motivation, (2)

Smart Grouping, (3) Define Problems, (4) Discussion, (5) Present, (6)

Evaluation, (7) Reward. Dengan sintak pembelajaran tersebut

diharapkan;

1) Peserta didik mampu memahami konsep linked list.

2) Peserta didik mampu menerapkan konsep linked list non circular

dalam program C++.

3) Mampu menjelaskan apayang dimaksud dengan Stack.

4) Mampu membuat program yang diimplementasikan dengan Array.

5) Mampu menjelaskan yang dimakksud dengan ADT Queue.

6) Mampu membuat program yang mengimplementasikan Queue dengan

Array Linear dan Sirkular.

7) Mampu membuat program yang mengimplementasikan Queue dengan

Linked- List.

e. Pertemuan 13-15 (Topik 4)

Pada minggu 9 sampai minggu ke 12 proses pembelajaran di desain

berfokus pada topik “Binary Tree dan Grap”. Sama dengan pertemuan

sebelumnya langkah atau kegiatan dalam pembelajaran ini terdiri dari 7

(Tujuh) langkah model pembelajaran Coopertive Oriented Problemyang

dikembangkan diantaranya; (1) Submission of goals and motivation, (2)

Smart Grouping, (3) Define Problems, (4) Discussion, (5) Present, (6)

Evaluation, (7) Reward. Dengan sintak pembelajaran tersebut

diharapkan:

1) Mampu menjelaskan yang dimaksud dengan ADT Binary Tree.

2) Mampu mengimplementasikan Binary Tree dengan Linked-List.

119

3) Mampu mengimplementasikan operasi dan manipulasi terhadap

Binary Tree.

4) Peserta didik memahami konsep dari sebuah Grap.

5) Peserta didik mampu menerapkan konsep Grap dalam Bahasa

pemograman.

f. Pertemuan 16 (Ujian Akhir Semester)

Kegiatan atau proses pembelajaran pada pertemuan ke 16 ini

peserta didik melakukan ujian akhir semester secara online dan ujian

praktik untuk melihat pemahaman peserta didik terhadap konsep teori

dan praktik yang dipelajari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Gambar 4.10 menampilkan format rekapitulasi penilaian nilai akhir mata

kuliah.

Gambar 4.10. Format Rekapitulasi Penilaian Nilai Akhir MataKuliah Struktur Data

Setelah peserta didik melaksanakan ujian teori dan praktik setelah

diinputkan kemudian sistem melakukan pengkalkulasian nilai akhir

semester dengan menjumlahkan perolehan nilai yang didapatkan masing-

masing peserta didik pada setiap topik.

5. Evaluasi

Evaluasi dalam model ADDIE terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif (Branch, 2009:122). Evaluasi formatif

dilakukan selama proses mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk

merevisi produk sebelum diimplementasikan. Evaluasi formatif dilakukan

120

dengan uji coba kelompok kecil (one-to-one trial), kelompok sedang (small

group trial) dan kelompok besar (field trial) serta dengan melakukan

observasi. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk mengumpulkan data

hasil implementasi dalam mengukur keefektifitasan model Cooperative

Oriented Problem.

Berdasarkan penilaian dan diskusi dengan validator/pakar terhadap

buku model (sintak), panduan mengajar, modul dan media E-Learning pada

mata kuliah Struktur Data diakukan evaluasi sumatif terhadap produk yang

sudah dikembangkan. Penyajian data evaluasi produk penelitian dipaparkan

berikut ini:

a. Model (sintaks) Cooperative Oriented Problem

Berdasarkan hasil validasi, terdapat beberapa item yang perlu

direvisi pada model (sintak) Cooperative Oriented Problem. Berikut

peneliti sajikan revisi pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Revisi Produk Buku Model (sintak) Cooperative Oriented Problem

ItemPerbaikan

Produk Awal Perbaikan

SintakKalimat sintak lebihkepada tahapan-tahapanpembelajaran

Kalimat sudah mengacu padacapaian pembelajaran

Kajian Teori

Teori didalam bukumodel membahas tentangteori belajarkonstruktivisme

Teori didalam buku modelmembahas tentang teoribelajar konstruktivisme dankognitivisme

b. Media Pembelajaran

Berdasarkan hasil validasi, terdapat beberapa item yang perlu

direvisi pada e-learning. Berikut peneliti sajikan revisi e-learning pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Revisi Produk Awal Media E-Learnig

Item Perbaikan Produk Awal Perbaikan

Ujian OnlineTampilan ujian onlinetidak ada

Tampilan ujian online sudahditampilkan

BackgroundLogin

Background LoginKurang bagus

Background Login sudahdiganti.

121

c. Panduan Mengajar Cooperative Oriented Problem

Berdasarkan hasil validasi, terdapat beberapa item yang perlu

direvisi pada buku panduan mengajar Cooperative Oriented Problem.

Berikut peneliti sajikan revisi produk pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Revisi Produk Awal Panduan Mengajar

ItemPerbaikan

Produk Awal Perbaikan

Tugaspeserta didik

Deskripsi tugas tidakterperinci

Deskripsi tugas sudahdiperbaiki dan dibuat lebihdetail.

Indikatorinstrumenpenilaian

Instrumen penilaian tidakdilengkapi dengan indikatorpenilaian

Instrumen penilaiandilengkapi dengan indikatorpenilaian

d. Modul Struktur Data

Berdasarkan hasil validasi, terdapat beberapa item yang perlu

direvisi pada modul. Berikut peneliti sajikan revisi produk pada Tabel

4.5.

Tabel 4.5. Revisi Produk Awal Modul Struktur Data

Item Perbaikan Produk Awal Perbaikan

Isi modulModul tidak sesuaidengan format

Modul sudah direvisi dansesuai dengan format.

B. Analisis Data

1. Validitas

Validator dalam penelitian ini sebanyak 5 (lima) orang pakar yang

terdiri dari pakar bahasa, pakar media pembelajaran dan pakar materi

atau kurikulum. Validator diminta memberikan penilaian serta saran-saran

perbaikan model pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang telah

dirancang. Nama-nama validator yang terlibat dalam memvalidasi produk

peneliti seperti Tabel 4.6.

122

Tabel 4.6. Daftar Nama Validator dan Bidang Keahliannya

No. Nama Bidang Keahlian1. Prof. Dr. Yasnur Asri, M.Pd Bahasa2. Dr. Ridwan, M.Sc.Ed Kurikulum dan Model Pembelajaran3. Dr. Wahyudi, M.Kom Media Pembelajaran4. Dr. Hansi Hefendi, ST., M.Kom Materi pembelajaran5. Prof. Dr. Wakhinuddin, M.Pd Model dan Evaluasi

Berdasarkan penilaian validator terhadap model pembelajaran dan

perangkat perkuliahan pada mata kuliah Struktur Data diperoleh nilai

validasi seperti yang dipaparkan berikut ini:

a. Validasi Model

Validasi konstruk pada model yang dikembangkan dinilai dari 5

(lima) indikator diantaranya; sintak model, sistem sosial, prinsip rekasi,

dampak pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. Analisis

terhadap validasi konstruk sintak model ini dilakukan dengan

menggunakan program software LISREL 8.8. Penilaian model secara

keseluruhan dapat diperoleh berdasarkan indeks kecocokan model

(Goodness Of Fit Statistics) yang dihasilkan LISREL. Indeks ketepatan

model paling umum adalah nilai Chi-Square (Joreskog & Sorbom, 1993).

Untuk menilai model fit maka diharapkan nilai Chi-Square tidak

signifikan (p-value > 0.05) karena hasil tersebut menandakan bahwa

tidak ada perbedaan antara model dengan data (Joreskog & Sorbom,

1993). Selain itu, dari hasil tersebut kita juga berjumpa dengan

interpretasi dari loading factor. Secara definisi loading factor adalah

besar korelasi antara indikator dengan konstruk latennya. Besar referensi

bobot faktor sebesar 0,50 atau lebih dianggap memiliki validasi yang

cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten (Hair et al, 2010; Ghozali,

2008).

123

Gambar 4.11. Hasil Analisis Sintak

Dari gambar di atas terlihat bahwa nilai p-value adalah 1,00 artinya

nilai p-value > 0,05 sehingga model pembelajaran Cooperative Oriented

124

Problem memenuhi kriteria goodness of fit models, jadi validitas

konstruknya diklasifikasikan fit atau valid. Selain itu, berdasarkan

tampilan data hasil dari tiap-tiap indikator dari variabel latennya sudah

memenuhi syarat yaitu loading factor diatas 0.50 sehingga dapat

diterima, artinya item-item yang digunakan sudah cukup baik dalam

mengukur konstrak sintak model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem.

1) Validasi Modul

Validasi modul pembelajaran pada mata kuliah Struktur Data dinilai

dari aspek organisasi materi, penulisan, bahasa dan isi. Secara

keseluruhan, hasil validasi modul mata kuliah Struktur Data dengan

menggunakan model Cooperative Oriented Problem, dapat dilihat

pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Validitas Modul

Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.12, validasi

modul memperoleh nilai 0,86. Merujuk kepada Azwar (2014:113)

bahwa jika rentang angka V yang didapat ≥ 0,667 dapat

diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup tinggi, sehingga dapat

dikategorikan bahwa katergori validitasnya berada dalam kategori

“valid”.

125

2) Validasi Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem (SCOP)

Validasi aplikasi SCOP pada mata kuliah Struktur Data dinilai dari

aspek komponen media, tampilan, multimedia, dan bahasa. Hasil

validasi aplikasi SCOP pada Struktur Data dengan menggunakan

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem dapat dilihat pada

Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Validitas Media Pembeajaran

Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.13 validasi

media pembelajaran memperoleh nilai 0,85. Merujuk kepada Azwar

(2014:113) bahwa jika rentang angka V yang didapat ≥ 0,667 dapat

diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup tinggi, sehingga dapat

dikategorikan bahwa katergori validitasnya berada dalam kategori

“valid”.

3) Validasi Panduan Aplikasi SCOP

Validasi aplikasi SCOP pada mata kuliah Struktur Data dinilai dari

aspek komponen, bahasa dan kontruksi buku. Hasil validasi aplikasi

SCOP pada model pembelajaran Cooperative Oriented Problem dapat

dilihat pada Gambar 4.14.

126

Gambar 4.14. Validitas Panduan Aplikasi SCOP

Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.14 validasi

aplikasi SCOP memperoleh nilai 0,80. Merujuk kepada Azwar

(2014:113) bahwa jika rentang angka V yang didapat ≥ 0,667 dapat

diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup tinggi, sehingga dapat

dikategorikan bahwa katergori validitasnya berada dalam kategori

“valid”.

4) Validasi Panduan Mengajar

Buku pedoman tenaga pendidik mata kuliah Struktur Data dinilai

dari aspek komponen RPS, komponen SAP, bahasa dan sistem

evaluasi. Hasil validasi pedoman tenaga pendidik pada mata kuliah

Struktur Data dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem, dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Panduan Mengajar COP

127

Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.15 validasi

RPS dan SAP memperoleh nilai 0,82. Merujuk kepada Azwar

(2014:113) bahwa jika rentang angka V yang didapat ≥ 0,667 dapat

diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup tinggi, sehingga dapat

dikategorikan bahwa katergori validitasnya berada dalam kategori

“valid”.

5) Validasi Buku Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem

Validasi buku model pembelajaran Coopertive Oriented Problem

dinilai dari aspek organisasi materi, penulisan, bahasa dan isi. Hasil

validasi buku model pembelajaran Coopertive Oriented Problem,

dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Buku Model COP

Berdasarkan penilaian pakar yang disajikan pada gambar 4.16, validasi

buku model Coopertive Oriented Problem memperoleh nilai 0,85.

Merujuk kepada Azwar (2014:113) bahwa jika rentang angka V yang

didapat ≥ 0,667 dapat diinterprestasikan sebagai koofisien yang cukup

tinggi, sehingga dapat dikategorikan bahwa katergori validitasnya

berada dalam kategori “valid”.

128

Tabel 4.7. Uji Validasi Pengembangan Model Coopertive Oriented

Problem

Produk Jumlah Validator Rata-Rata KeteranganModul 5 0,86 ValidAplikasi SCOP 5 0,85 ValidBuku Panduan SCOP 5 0,80 ValidBuku Panduan Mengajar 5 0,82 ValidBuku Model 5 0,85 Valid

Berikut peneliti sajikan data tingkat kevalidan produk pengembangan

model Coopertive Oriented Problem pada mata kuliah Struktur Data.

Gambar 4.17. Grafik Tingkat Validasi Produk Pengembangan ModelCoopertive Oriented Problem

Gambar 4.17 menggambarkan tingkat validasi produk pengembangan

model pembelajaran Coopertive Oriented Problem pada mata kuliah

Struktur Data berupa model, modul, media pembelajaran, perangkat

pembelajaran dan buku model Cooperative Oriented Problem. Dari

grafik tersebut dapat dilihat bahwa tingkat validasi produk berada

pada rentang 0,80-0,90. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

produk pengembangan model Coopertive Oriented Problem ini valid

dan bisa digunakan pada mata kuliah Struktur Data di pendidikan

tinggi.

129

2. Efektifitas

Selain mengukur keterpakaian panduan mengajar seperti modul, media

pembelajaran, dan RPS dan SAP, peneliti juga melakukan penilaian

efektivitas melalui evaluasi formatif dan evaluasi sumatif terhadap

pelaksanaan pembelajaran Struktur Data dengan model Cooperative

Oriented Problem. Hasil penilaian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif dilakukan dengan melakukan penilaian dan

melihat perkembangan kompetensi peserta didik dari 4 topik yang

dibahas selama 1 semester. Laporan aktivitas peserta didik dalam setiap

topik pembelajaran dapat dijabarkan pada grafik sebagai berikut.

Gambar 4.18. Grafik Penilaian Kompetensi Abad 21 Menggunakan ModelCooperative Oriented Problem

Berdasarkan grafik di atas dapat diasumsikan bahwa pada setiap

topik pembelajaran selama satu semester terjadi peningkatan yang

signifikan pada kompetensi yang dimiliki peserta didik, hal ini dapat

diasumsikan bahwa dengan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem mampu meningkatkan kompetensi critical thinking,

communication, collaboration, dan creativity yang dimiliki peserta didik

secara simultan. Sehingga dengan proses pembelajaran yang mampu

meningkatkan kompetensi 4C peserta didik dapat menggali kemampuan

mereka dalam proses pembelajaran. Analisis penilaian kompetensi 4C

peserta didik dapat dilihat pada lampiran 35.

130

b. Evaluasi Sumatif

Sebelum melakukan evaluasi sumatif, dilakukan pretest untuk

mengetahui kemampuan awal peserta didik. Pretest ini dilakukan

bertujuan untuk mengetahui bahwa subjek uji coba memiliki kompetensi

dan kemampuan yang sama, dan berasal dari sampel yang sama.

Analisis terhadap hasil belajar pretest peserta didik dengan

menggunakan SPSS menunjukkan bahwa data hasil belajar kelas kontrol

(peserta didik S1 Teknik Informatika) dan kelas eksperimen (peserta

didik S1 Teknik Informatika) berdistribusi normal dengan nilai sig

0,200/0,393 > 0,05 untuk kelas kontrol, dan nilai sig 0,48/0,62 > 0,05

untuk kelas eksperimen.

Hasil uji homogenitas diperoleh nilai sig 0,277 > 0,05 yang artinya

data tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen. Berdasarkan

hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas

eksperimen berasal dari sampel yang sama. Data hasil belajar kognitif

(pretest) peserta didik dapat dilihat pada lampiran 27, dan analisis data

hasil belajar kognitif (pretest) peserta didik dapat dilihat pada lampiran

27.

Hasil belajar tersebut (kelas eksperimen) kemudian dibandingkan

dengan hasil belajar kelas yang tidak menggunakan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip model Coopertive

Oriented Problem (kelas kontrol). Hal tersebut bertujuan untuk melihat

apakah model Coopertive Oriented Problem berpengaruh terhadap hasil

belajar kognitif peserta didik. Hasil belajar kelas kontrol dan kelas

eksperimen (posttest) dapat dilihat pada lampiran 27.

Uji t digunakan untuk melihat tingkat perbedaan hasil belajar kelas

eksprimen dengan kelas kontrol dalam penelitian ini. Sebelum dilakukan

uji t maka dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan

homogenitas. Hasil uji t tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

131

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan statistik

Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk dengan taraf signifikan α =

0,05. Hasil pengujian dapat lihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Tests of Normality

KelasKolmogorov-

Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasilbelajar

Pre-Test Eksperimen ,160 30 ,048 ,934 30 ,062

Post-TestEksperimen

,142 30 ,127 ,967 30 ,460

Pre-Test Kontrol ,154 20 .200* ,952 20 ,393

Post-Test Kontrol ,158 20 .200* ,962 20 ,578

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Dari hasil SPSS yang disajikan pada tabel 4.9, dapat dilihat:

a) Untuk kelas kontrol, nilai sig 0,200/0,393 > 0,05 yang artinya data

berdistribusi normal.

b) Untuk kelas eksperimen, nilai sig 0,48/0,62 > 0,05 yang artinya

data berdistribusi normal.

Jadi, dapat disimpulkan kedua data berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan terhadap nilai hasil belajar peserta didik

dengan menggunakan uji levene dengan software SPSS dengan

kriteria data dikatakan homogen jika taraf signifikansinya lebih besar

dari 0,05. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.9.

132

Tabel 4.9. Uji Homogenitas Posttest Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Test of Homogeneity of VarianceLeveneStatistic

df1 df2 Sig.

Hasilbelajar

Based on Mean 1,305 3 96 ,277

Based on Median 1,343 3 96 ,265Based on Median andwith adjusted df

1,343 3 91,360 ,265

Based on trimmedmean

1,296 3 96 ,280

Dari hasil SPSS yang disajikan pada Tabel 4.9, diperoleh nilai sig

0,277 > 0,05 yang artinya data tersebut mempunyai varians yang sama

atau homogen.

3) Uji t

Uji t yang dilakukan yaitu uji beda dua mean independen. Uji t

dilakukan dengan menggunakan software SPSS dengan taraf

signifikan α = 0,05. Hasil pengujian dapat lihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Uji t Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Dari hasil SPSS yang disajikan pada Tabel 4.10, pada equal variaces

assumed (sampel homogen) memiliki nilai sig 0,00 < 0,05 yang

artinya terdapat perbedaan hasil belajar kelas kontrol dengan kelas

133

eksperimen yang signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang menggunakan model

Coopertive Oriented Problem dibandingkan dengan peserta didik yang

tidak menggunakan model Coopertive Oriented Problem pada mata

kuliah Struktur Data.

3. Praktikalitas

Setelah produk penelitian valid, uji selanjutnya adalah uji pratikalitas.

Uji coba praktis ini dilakukan untuk menentukan keterpakaian atau

keterlaksanaan dari perangkat pembelajaran yang digunakan oleh tenaga

pendidik dan peserta didik. Data praktikalitas diperoleh dari angket

praktikalitas oleh tenaga pendidik dan peserta didik terhadap pelaksanaan

pembelajaran Struktur Data dengan menggunakan model Cooperative

Oriented Problem. Tenaga pendidik dan peserta didik diminta memberikan

penilaian serta saran-saran perbaikan terhadap penggunaan modul, media

pembelajaran, dan perangkat pembelajaran (RPS dan SAP) yang digunakan

pada mata kuliah Struktur Data. Hasil uji lapangan untuk melihat

praktikalitas model Coopertive Oriented Problem ini diuraikan sebagai

berikut:

a. Hasil angket kepraktisan oleh Tenaga pendidik

Angket praktikalitas oleh tenaga pendidik ini diberikan kepada 5

orang tenaga pendidik. Uji praktikalitas produk pengembangan meliputi

modul pembelajaran, media pembelajaran dan RPS dan SAP.

Berdasarkan penilaian tenaga pendidik terhadap keterpakaian modul,

media pembelajaran dan RPS dan SAP pada mata kuliah Struktur Data

dapat dipaparkan berikut ini:

1) Praktikalitas Modul

Instrumen uji praktis oleh tenaga pendidik terhadap modul diperoleh

nilai praktis sebesar 86% dengan kategori praktis. Merujuk kepada

Purwanto (2009) bahwa rentang nilai 80-89 diinterpretasikan praktis.

Instrumen penilaian praktikalitas terhadap modul oleh tenaga pendidik

134

dapat dilihat pada lampiran 17. Sedangkan hasil analisis data terhadap

penilaian praktikalitas terhadap modul oleh tenaga pendidik ini dapat

dilihat pada lampiran 18.

2) Praktikalitas Aplikasi SCOP

Instrumen uji praktis oleh tenaga pendidik terhadap Aplikasi SCOP

diperoleh nilai praktis sebesar 91% dengan kategori sangat praktis.

Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa rentang nilai 90-100

diinterpretasikan sangat praktis. Instrumen penilaian praktikalitas

terhadap e-learning oleh tenaga pendidik dapat dilihat pada lampiran

19. Sedangkan hasil analisis data terhadap penilaian praktikalitas

terhadap modul oleh tenaga pendidik ini dapat dilihat pada lampiran

20.

3) Praktikalitas Panduan Mengajar

Instrumen uji praktis oleh tenaga pendidik terhadap panduan mengajar

diperoleh nilai praktis sebesar 84% dengan kategori praktis.

Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa rentang nilai 80-89

diinterpretasikan praktis. Instrumen penilaian praktikalitas terhadap

panduan mengajar oleh tenaga pendidik dapat dilihat pada lampiran 21.

Sedangkan hasil analisis data terhadap penilaian praktikalitas terhadap

modul oleh tenaga pendidik ini dapat dilihat pada lampiran 22.

Hasil tabulasi penilaian terhadap angket kepraktisan oleh tenaga

pendidik dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Uji Praktikalitas Pengembangan Model COP oleh Tenaga

Pendidik

Produk Jumlah Validator Rata-Rata KeteranganModul 5 0,86 PraktisAplikasi SCOP 5 0,91 PraktisBuku Panduan SCOP 5 0,81 PraktisBuku Panduan Mengajar 5 0,84 PraktisBuku Model 5 0,80 Praktis

Hasil uji praktis tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.19.

135

Gambar 4.19. Praktikalitas Produk Pengembangan Model COP dariAspek Tenaga Pendidik

Berdasarkan Gambar 4.19, dapat dilihat bahwa uji praktis produk

pengembangan model Coopertive Oriented Problem pada mata kuliah

Struktur Data dari aspek tenaga pendidik yang terdiri dari modul,

aplikasi SCOP, panduan aplikasi SCOP dan panduan mengajar berada

pada rentang 80% sampai dengan 95% dengan kriteria praktis dan

sangat praktis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk

pengembangan model Coopertive Oriented Problem ini praktis

digunakan pada mata kuliah Struktur Data di peeguruan tinggi.

b. Hasil Angket Kepraktisan oleh Peserta didik

Angket praktikalitas oleh peserta didik diberikan kepada 15 orang

peserta didik dalam skala kecil dan 30 oraang peserta didik dalam skala

besar. Uji praktikalitas produk pengembangan terhadap peserta didik

meliputi modul pembelajaran dan aplikasi SCOP, buku panduan aplikasi

SCOP, buku panduan mengajar. Instrumen penilaian praktikalitas modul

pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 23 dan media pembelajaran

dapat dilihat pada lampiran 24. Berdasarkan penilaian peserta didik

terhadap keterpakaian modul dan media pembelajaran pada mata kuliah

Struktur Data dapat dipaparkan berikut ini:

136

1) Praktikalitas Modul Pembelajaran

a) Uji Praktikalitas Skala Kecil

Uji praktis kelompok kecil dilakukan setelah menggunakan modul

pembelajaran struktur data. Intrumen diberikan kepada 15 orang

peserta didik dan diperoleh nilai praktis sebesar 79% dengan

kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa

rentang nilai 70-80 diinterpretasikan cukup praktis. Rekapitulasi

hasil penilaian praktikalitas pada kelompok kecil ini dapat

dilihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20. Praktikalitas Modul Pembelajaran pada Skala Kecil

b) Uji Praktikalitas Skala Besar

Instrumen uji praktis skala besar diberikan kepada 30 orang

peserta didik dan diperoleh nilai praktis sebesar 84% dengan

kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa

rentang nilai 80-89 diinterpretasikan praktis. Rekapitulasi hasil

penilaian praktikalitas pada skala besar ini dapat dilihat pada

Tabel 4.21.

137

Gambar 4.21. Praktikalitas Modul Pembelajaran Pada Skala Besar

Pada uji skala besar penulis melakukan revisi terhadap kekurang

modul pembelajaran, dimana hasil dari uji skala kecil di peroleh

praktikalitas sebesar 79%, revisi yang penulis lakukan adalah

dengan menambahkan contoh soal pada buku modul pembelajaran

struktur data, sehingga terjadi peninggkatan praktikalitas pada uji

skala besar.

2) Praktikalitas Aplikasi SCOP

a) Uji Praktikalitas Skala Kecil

Uji praktis kelompok kecil dilakukan setelah menggunakan

aplikasi SCOP. Intrumen diberikan kepada 15 orang peserta didik

dan diperoleh nilai praktis sebesar 81% dengan kategori praktis.

Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa rentang nilai 80-89

diinterpretasikan praktis. Rekapitulasi hasil penilaian praktikalitas

pada kelompok kecil ini dapat dilihat pada Gambar 4.22.

138

Gambar 4.22. Praktikalitas Aplikasi SCOP pada Skala Kecil

b) Uji Praktikalitas Skala Besar

Instrumen uji praktis skala besar diberikan kepada 30 orang

peserta didik dan diperoleh nilai praktis sebesar 85% dengan

kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa

rentang nilai 80-89 diinterpretasikan praktis. Rekapitulasi hasil

penilaian praktikalitas pada skala besar ini dapat dilihat pada

Gambar 4.23.

Gambar 4.23. Praktikalitas Aplikasi SCOP pada Skala Besar

Pada uji skala besar penulis melakukan revisi terhadap kekurang

modul pembelajaran, dimana hasil dari uji skala kecil diperoleh

praktikalitas sebesar 81%, revisi yang penulis lakukan adalah

139

dengan menambahkan fitur grafik dalam aplikasi tersebut, sehingga

peserta didik dengan mudah melihat perkembangan hasil belajarnya.

3) Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP

a) Uji Praktikalitas Skala Kecil

Uji praktis kelompok kecil dilakukan setelah menggunakan

panduan aplikasi SCOP. Intrumen diberikan kepada 15 orang

peserta didik dan diperoleh nilai cukup praktis sebesar 78%

dengan kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa

rentang nilai 70-80 diinterpretasikan cukup praktis. Rekapitulasi

hasil penilaian praktikalitas pada skala kecil ini dapat dilihat

pada Gambar 4.24.

Gambar 4.24. Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP pada SkalaKecil

Dengan perolehan nilai yang didapat dari Uji skala kecil

praktikalitas sebesar 78%, penulis mencoba melakukan wawancara

kepada peserta didik dalam uji skala kecil terkait kekurangan pada

panduan aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem dalam

penelitian ini, hasil dari wawancara tersebut didapat kekurangan

penjelasan terkait menu dari fitur aplikasi SCOP tersebut.

b) Uji Praktikalitas Skala Besar

Instrumen uji praktis skala besar diberikan kepada 30 orang

peserta didik dan diperoleh nilai praktis sebesar 85% dengan

140

kategori praktis. Merujuk kepada Purwanto (2009) bahwa

rentang nilai 80-89 diinterpretasikan praktis. Rekapitulasi hasil

penilaian praktikalitas pada skala besar ini dapat dilihat pada

Gambar 4.25.

Gambar 4.25. Praktikalitas Buku Panduan Aplikasi SCOP pada SkalaBesar

Pada uji skala besar penulis melakukan revisi terhadap kekurang

panduan aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem, dimana

hasil dari uji skala kecil di peroleh praktikalitas sebesar 79%, revisi

yang penulis lakukan adalah dengan dengan menambahkan

penjelasan menu terkait aplikasi yang digunakan, sehingga

mempermudah peserta didik dalam menggunakan aplikasi tersebut.

Hasil uji praktis tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.26.

Gambar 4.26. Grafik Tingkat Praktikalitas Produk Pengembangan ModelCoopertive Oriented Problem dari Aspek Peserta Didik

141

Berdasarkan Gambar 4.26, dapat dilihat bahwa uji praktis produk

pengembangan model Coopertive Oriented Problem dari aspek

peserta didik yang terdiri dari modul dan Aplikasi SCOP dan

panduan Aplikasi SCOP berada pada rentang 80% sampai dengan

90% dengan kriteria praktis. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa produk pengembangan model Coopertive Oriented Problem

ini praktis digunakan pada mata kuliah Struktur Data di perguruan

tinggi.

C. Pembahasan

Penelitian ini menghasilkan model Pembelajaran Cooperative Oriented

Problem (COP) dalam pembelajaran struktur data pada perguruan tinggi.

Pengembangan model ini menggunakan tahapan-tahapan pengembangan secara

prosedural yang didasarkan pada analisis kebutuhan sehingga diketahui

masalah yang terdapat dalam pembelajaran. Untuk mengatasi masalah yang

telah diidentifikasi maka diusulkan solusi untuk membantu mengatasi masalah

tersebut. Sebelum pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem, perlu dilakukan analisis kurikulum dan analisis kebutuhan agar

proses pengembangan dapat dilakukan secara optimal hasil. Analisis ini

dijadikan acuan dalam tahap pengembangan model pembelajaran ini.

Untuk menghasilkan model pembelajaran yang valid maka tahap

pengembangan perlu didasarkan pada komponen model pembelajaran. menurut

pendapat rusman (2012) bahwa komponen model pembelajaran terdiri dari

sintak, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung. maka dalam

pengembangan model pembelajaran COP pada penelitian ini juga didasarkan

pada 4 komponen tersebut. berdasarkan hasil uji validitas yang diberikan ahli

dapat disimpulkan bahwa model teoritik pembelajaran Cooperative Oriented

Problem yang dikembangkan ini pada keempat komponen model pembelajaran

tersebut.

142

1. Penelitian Pendahuluan (Analysis)

Dalam konteks pengembangan model pembelajaran McNeil (1985)

mendefinisikan need assessment sebagai: “The Process by which one definis

educational needs and decides what their priorities are” sejalan dengan

pendapat McNeil et al (1990) menjelaskan tentang pengertian need

assessment : “It means a plan for gathering information about discrepancies

and for using that information to make decisions about priorities”. Need

Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk

mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya atau

diharapkan dengan kondisi yang ada. kondisi yang diinginkan seringkali

disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali

disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diperoleh kesimpulan

bahwa proses pembelajaran pada mata kuliah struktur data belum efektif.

hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa tingkat pencapaian

kompetensi peserta didik program studi Teknik Informatika berdasarkan

pendapat peserta didik dan alumni relatif sama yaitu masih pada tingkat

cukup. Bahkan apabila dianalisis berdasarkan item, maka ada kesenjangan

kompetensi yang besar antara kondisi saat ini dengan kondisi yang

diharapkan.

Tingginya kesenjangan yang besar antara kondisi saat ini dengan

kondisi yang diharapkan disebabkan karena perkembangan ilmu komputer

yang berlangsung dengan pesat. yang tidak selalu diikuti dengan kesiapan

sumber daya di program studi Teknik Informatika Universitas Lancang

Kuning.

2. Tahapan Pengembangan Produk

Tahapan pengembangan produk dalam penelitian ini meliputi lima

langkah sesuai dengan model pengembangan ADDIE diantaranya analisis,

desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem harus memperhatikan pengembangan materi

143

atau isi. aspek isi yang dikembangkan dalam model pembelajaran kooperatif

oriented problem ini harus mengacu kepada panduan pengembangan bahan

ajar dari Depdiknas yang menjelaskan bahwa prinsip pengembangan bahan

ajar adalah; (a) dimulai dari konkrit ke abstrak, (b) disajikan secara cepat

dan bervariasi, (c) dapat memotivasi peserta didik untuk belajar, (d) memuat

indikator pencapaian, dan (e) memperhatikan keragaman kemampuan

peserta didik (Depdiknas, 2008). Oleh sebab itu, dalam mengembangkan

materi atau isi model pembelajaran yang valid maka pengembangan harus

memperhatikan aspek kualitas isi dan kualitas pembelajaran. Pada penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa materi/isi yang dikembangkan pada model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem termasuk pada kategori valid.

Komponen penting lainnya dari tahap pengembangan model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem adalah penyajian model.

penyajian ini dinilai dari aspek penggunaan bahasa dan kalimat pada buku

panduan tenaga pendidik dan peserta didik. dalam penyajian ini diperlukan

penggunaan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami oleh

peserta didik. Penggunaan kalimat kalimat dalam penyajian model ini juga

harus memperhatikan kaidah-kaidah dalam penulisan atau EYD.

berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan ahli maka dapat

disimpulkan bahwa penyajian model yang dikembangkan pada model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem termasuk pada kategori valid.

Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem memiliki banyak

keunggulan jika dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based

Learning yang diterapkan kan pada proses sebelumnya, ada beberapa

kegunaan praktis dari penggunaan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem dalam pembelajaran yaitu mampu meningkatkan prestasi

akademik peserta didik dan mempunyai dampak pengiring dapat

menciptakan interaksi yang baik antar sesama peserta didik sehingga

kondisi ini dapat; a) meningkatkan sifat positif terhadap materi

pembelajaran, b) sangat baik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta

didik, c) dapat meningkatkan partisipasi belajar peserta didik karena semua

144

anggota tim mempunyai tanggung jawab sama dalam penguasaan materi, d)

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik, e) dapat

meningkatkan keupayaan metakognisi, dan f) meningkatkan kompetisi

secara sehat karena adanya penghargaan tim meningkatkan motivasi belajar

melalui pemberian penghargaan, akan memberi peluang belajar seluas-

luasnya melalui kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan kajian teori yang relevan dan hasil penelitian

pendahuluan yang telah dilaksanakan, maka dihasilkan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem dan produk pendukungnya (Support System)

yang berupa buku model, modul buku, panduan tenaga pendidik,

aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem dan panduan aplikasi Smart

Cooperative Oriented Problem. Selanjutnya perlu melihat ketercapaian

model dan produk yang dikembangkan melalui uji validitas, praktikalitas

dan efektivitas model.

a. Validitas Model

Langkah selanjutnya adalah melakukan validasi terhadap model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem, yang memiliki beberapa

aspek yang perlu dinilai antara lain: teori pendukung, tujuan, model,

sintak, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak

instruksional dan penggiring serta format model dan bahasa yang

digunakan. Selanjutnya, penilaian atau validasi buku model, modul, buku

panduan tenaga pendidik, aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem,

buku panduan aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem perlu dinilai

dari beberapa aspek antara lain: organisasi, format buku, materi dan

bahasa yang digunakan.

Validitas sebuah model pembelajaran dalam penelitian

pengembangan merupakan hal yang mutlak dibuktikan, hal ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan

dinyatakan tetap dan tepat untuk diaplikasikan dalam pembelajaran

peserta didik di Program Studi Teknik Informatika Universitas Lancang

Kuning. pernyataan valid diberikan oleh lima orang pakar dengan bidang

145

yang relevan untuk menilai validitas isi (Content Validity) dengan

memberikan penilaian melalui instrumen yang telah valid dan reliabel.

Hasil analisis data menunjukkan nilai p-value adalah 1,00 artinya

nilai p-value > 0,05 sehingga model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem memenuhi kriteria goodness of fit models, jadi validitas

konstruknya diklasifikasikan fit atau valid. Selain itu, berdasarkan

tampilan data hasil dari tiap-tiap indikator dari variabel latennya sudah

memenuhi syarat yaitu loading factor diatas 0.50 sehingga dapat

diterima, artinya item-item yang digunakan sudah cukup baik dalam

mengukur konstruk sintak model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem.

Analisis terhadap validitas konstruk model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem dilakukan dengan analisis faktor

konfirmasi (CFA/Confirmatory Factor Analysis). hasil analisis data

menunjukkan bahwa konstruksi model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem dengan 7 komponennya memenuhi kriteria goodness-

of-fit models, sehingga validitas konstruk nya diklarifikasikan fit atau

valid. Selain itu terlihat bahwa koefisien korelasi indikator setelah

dihubungkan secara bersama. Termasuk hubungan atau jalur yang kokoh

dari komponen ke variabel dan indikator masing-masing.

Hasil analisis data validitas konstruk buku model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem yang dilakukan dengan CFA, maka

seluruh Konstruk dapat dikategorikan memenuhi kriteria goodness-of-fit

models, sehingga validitas konstruknya diklarifikasikan fit atau valid.

Semua sintak dan indikatornya dapat memenuhi kriteria Steven (2009)

dan Mayers (2003), yaitu goodness-of-fit models dan memenuhi kriteria

yaitu (X2/df) < 2.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa produk penelitian telah

memenuhi aspek penelitian yang prinsip dalam pengembangan model,

yaitu adanya konsistensi logis antara model harapan dengan model

kenyataan dan hasil ini sesuai dengan pendapat Nieeven (1999).

146

selanjutnya uji validitas ini telah menggunakan teknik evaluasi produk

yang dikembangkan oleh Tessmer (1993) dalam Plomp (2013) yaitu

expert review dan focus group discussion. Berdasarkan teori ini validitas

pakar (expert review) dikategorikan pada level pertama dalam teknik

evaluasi formatif yang telah dikembangkan. Hasil validitas pakar (expert

review) memiliki tingkat resistensi yang lebih baik dari teknik validasi

yang lain. Tetapi produk yang telah dilakukan validasi pakar, tetap harus

dilakukan revisi agar produk memiliki resistensi yang lebih kuat.

selanjutnya hasil uji validitas memperlihatkan bahwa produk-produk

telah memenuhi kriteria ilmiah dalam pengembangan produk dan adanya

relevansi diantara produk-produk yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil tersebut maka model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem memiliki tujuh sintak yang dikembangkan sesuai

dengan kajian teoritis yaitu memiliki (1) Sintak, yaitu langkah-langkah

operasional pembelajaran, (2) Social System, adalah suasana dan norma

yang berlaku dalam pembelajaran, (3) Principles Of Reaction,

menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang,

memperlakukan, dan merespon siswa, (4) Support System, segala sarana,

bahan, alat atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran. dan

(5) Instructional dan Nurturant Effect adalah hasil belajar yang diperoleh

langsung berdasarkan tujuan yang ditetapkan dan hasil belajar diluar

yang ditetapkan (Joyce & Weil. 2003).

b. Validitas Sintak

Analisis terhadap validitas Sintak model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem dilakukan dengan analisis faktor konfirmasi

(CFA/Confirmatory Factor Analysis). hasil analisis data menunjukkan

bahwa konstruksi Sintak pada model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem dengan 7 indikatornya, memenuhi kriteria goodness-of-fit

models, sehingga validitas konstruk nya diklasifikasikan fit atau valid.

Selain itu, terlihat bawah koefisien korelasi indikator setelah

dihubungkan secara bersama semua dengan indeks korelasi lebih besar

147

dari 0,57. Hal ini berarti bahwa secara faktual, ketujuh sintak memiliki

hubungan yang erat dengan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem. fakta ini menunjukkan semua indikator Sintak model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem memiliki loading faktor

diatas 0,57., termasuk hubungan atau jalur yang kokoh dari komponen

ke-7 variabel dan indikator masing-masing.

Hasil analisis data validitas konstruk Sintak model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem dengan 7 langkah dan 35 indikatornya

dilakukan dengan CFA, Maka seluruh konstruk dapat dikategorikan

memenuhi kriteria goodness-of-fit models, sehingga validitas konstruk

diklasifikasikan fit atau valid semua bintang dan indikatornya dapat

memenuhi kriteria Stevens (2009) dan Mayers (2003), yaitu goodness-of-

fit models dan memenuhi kriteria yaitu (x2/df) < 2 dan model

diklarifikasikan fit

c. Praktikalitas Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem

Langkah berikutnya setelah semua perangkat pembelajaran

divalidasi, direvisi dan hasilnya sudah dinyatakan valid, uji praktikalitas

yang dipakai dalam proses penelitian dan pengembangan (R&D) ini

diperoleh dengan cara berdasarkan penilaian praktisi dan pengamat oleh

tenaga pendidik dan peserta didik. Instrumen praktikalitas model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem meliputi aspek

praktikalitas, yaitu : aspek daya tarik, aspek kemudahan pengguna,

keberfungsian dan kegunaan, reliabilitas, ketercukupan waktu, tingkat

kesulitan dalam mempresentasikan, dan respon peserta didik.

Penilaian dan pengujian praktikalitas dilakukan pada semua produk

pengembangan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem,

yaitu ; (1) buku model pembelajaran Cooperative Oriented Problem, (2)

Sintak model pembelajaran Cooperative Oriented Problem, (3) buku

panduan tenaga pendidik, (4) buku panduan aplikasi Smart Cooperative

Oriented Problem, (5) aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem.

hasil uji praktikalitas produk penelitian ini memperlihatkan, bahwa

148

tingkat praktikalitas semua produk dengan kategori sangat baik (sangat

praktis). hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terpenuhinya kualitas

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang telah dipilih

dan diterapkan dalam metode pengembangan.

1) Kepraktisan Buku Model Pembelajaran COP

Hasil penelitian tentang kepraktisan buku model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem menunjukkan rata-rata penilaian

praktikalitas buku motor tersebut menurut respon tenaga pendidik

adalah 4,3 dengan tingkat capaian sebesar 81 dan berada pada kriteria

sangat baik (sangat praktis). artinya praktikalitas buku model

pembelajaran telah dapat diterapkan karena mudah dipahami dan

mudah dimengerti.

Selanjutnya hasil penelitian tentang kepraktisan buku model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem menunjukkan rata-rata

penilaian praktikalitas komodo tersebut menurut respon peserta didik

adalah 4,47 dengan tingkat capaian sebesar 89 dan berada pada

kriteria sangat baik (sangat praktis). Artinya praktikalitas buku model

pembelajaran telah diterapkan, karena mudah dipahami dan

dimengerti.

2) Kepraktisan Sintak Model Pembelajaran COP

Hasil penelitian tentang praktikalitas tentang model Cooperative

Oriented Problem menunjukkan bahwa rata-rata penilaian

praktikalitas Sintak model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem adalah 4,58 dengan tingkat kecapaian sebesar 80% dan

berada pada kriteria sangat baik (sangat praktis). artinya praktikalitas

Sintak model pembelajaran telah dapat diterapkan dan dilaksanakan,

karena mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik.

3) Kepraktisan Buku Panduan Tenaga Pendidik

Hasil penelitian tentang kepraktisan buku panduan tenaga pendidik

bahwa rata-rata penilaian praktikalitas buku panduan tenaga pendidik

pembelajaran adalah 4,4 dengan tingkat capaian sebesar 88% dan

149

berada pada kriteria sangat baik (sangat praktis), artinya praktikalitas

buku panduan tenaga pendidik telah dapat diterapkan karena mudah

dipahami dan dimengerti.

4) Kepraktisan Modul Pembelajaran

Hasil penelitian tentang praktikalitas modul pembelajaran Cooperative

Oriented Problem bahwa rata-rata penilaian praktikalitas modul

pembelajaran struktur data adalah 4,2 dengan tingkat capaian sebesar

86,7 % dan berada pada kriteria sangat baik (sangag praktis). artinya

praktikalitas modul pembelajaran struktur data telah dapat diterapkan

karena mudah dipahami dan dimengerti.

Berdasarkan hasil analisis pengembangan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada tahap uji praktikalitas

memperlihatkan bahwa semua produk penilaian memperoleh nilai

persentase kepraktisan dengan kategori sangat baik (sangat praktis),

artinya telah memenuhi kriteria-kriteria yang diajukan sebelumnya,

sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem layak digunakan.

5) Kepraktisan Panduan Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem

Hasil penelitian tentang praktikalitas model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem bahwa rata-rata penilaian praktikalitas Panduan

Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem adalah 4,5 dengan

tingkat capaian sebesar 81 % dan berada pada kriteria sangat baik

(sangag praktis). artinya praktikalitas panduan aplikasi Smart

Cooperative Oriented Problem telah dapat diterapkan karena mudah

dipahami dan dimengerti.

Berdasarkan hasil analisis pengembangan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada tahap uji praktikalitas

memperlihatkan bahwa semua produk penilaian memperoleh nilai

persentase kepraktisan dengan kategori sangat baik (sangat praktis),

artinya telah memenuhi kriteria-kriteria yang diajukan sebelumnya,

150

sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem layak digunakan.

6) Kepraktisan Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem

Hasil penelitian tentang praktikalitas Aplikasi Smart Cooperative

Oriented Problem bahwa rata-rata penilaian praktikalitas model

pembelajaran struktur data adalah 4,4 dengan tingkat capaian sebesar

90 % dan berada pada kriteria sangat baik (sangag praktis). artinya

praktikalitas Aplikasi Smart Cooperative Oriented Problem telah

dapat diterapkan karena mudah dipahami dan dimengerti.

Berdasarkan hasil analisis pengembangan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem pada tahap uji praktikalitas

memperlihatkan bahwa semua produk penilaian memperoleh nilai

persentase kepraktisan dengan kategori sangat baik (sangat praktis),

artinya telah memenuhi kriteria-kriteria yang diajukan sebelumnya,

sehingga disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem layak digunakan.

d. Efektifitas Model Pembelajaran COP

Reigeluth (1999) berpendapat bahwa aspek yang paling penting

dalam keefektifan adalah untuk mengetahui tingkat atau derajat

penerapan teori atau model dalam situasi tertentu. Berkaitan dengan

keefektifan dalam penelitian. Akker (1999) menyatakan bahwa

"Effectiveness refer to the extent that the experience and outcomes with

the intervention are consistent with intended aims." Keefektifan mengacu

kepada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten

dengan tujuan yang dimaksud. Dari pendapat di atas, maka dapat

diketahui bahwa suatu produk dikatakan efektif apabila produk tersebut

tepat guna dalam pemakaian dan pemanfaatannya.

Uji efektivitas didasarkan pada aspek penilaian hasil belajar peserta

didik, berdasarkan data penilaian pembelajaran mata kuliah struktur data

peserta didik program studi teknik informatika Universitas Lancang

Kuning yang dicapai setelah diberikan tes sampel sebanyak 15 orang

151

responden diperoleh rentang skor minimum 0 dan maksimum 100. Hasil

nilai empiris menunjukkan bahwa skor minimum 71 dan skor maksimum

91.

Berdasarkan perhitungan yang tertera menunjukkan bahwa 17. 65%

skor hasil belajar mata kuliah struktur data (posttest). hasil penilaian

psikomotor peserta didik pada pembelajaran mata kuliah struktur data

pada kelas kontrol dengan menggunakan model Cooperative Tipe STAD

nilai rata-rata 79,82 (B+) dan berada pada kategori baik. sedangkan

penilaian psikomotor peserta didik pada pembelajaran struktur data untuk

kelas eksperimen menggunakan model Cooperative Oriented Problem

diperoleh nilai rata-rata 87% dan berada pada kategori sangat baik (A),

sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan psikomotor siswa kelas

eksperimen lebih baik dibanding dengan psikomotor peserta didik kelas

kontrol.

Hasil penelitian afektif peserta didik meliputi critical thinking,

communication, collaboration, dan creativity pada pembelajaran mata

kuliah struktur data yang berada pada kelas kontrol diperoleh nilai

dengan tingkat capaian sebesar 79,3% dengan kategori baik. Sedangkan

penilaian afektif peserta didik pada pembelajaran mata kuliah struktur

data pada kelas eksperimen diperoleh nilai dengan tingkat capaian

sebesar 91,75% dan berada dikategori sangat baik. sehingga dapat

disimpulkan bahwa afektif peserta didik pada kelas eksperimen lebih

baik dibanding dengan afektif peserta didik pada kelas kontrol.

Berdasarkan pengamatan langsung pada penerapan model

pembelajaran COP ini aktivitas peserta didik mulai meningkat terlihat

dari kemampuan mengidentifikasi sebuah masalah menulis dan

mengumpulkan informasi mengajukan pertanyaan, kerjasama, disiplin

komitmen dengan tanggung jawab, berkomunikasi, gotong royong

percaya diri dan minat belajar menjadi meningkat. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem benar-benar dapat menumbuhkan kreativitas aktivitas

152

dan kemandirian pada peserta didik, sesuai dengan prinsip model-model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem dapat memberikan ruang

gerak kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam menemukan

cara yang produktif untuk menyelesaikan masalah, mengkonstruksi dan

membangun pengetahuan baru, menggambarkan masalah spesifik dengan

kata lain bahwa peserta didik dapat memahami dan menyimpulkan

sebuah masalah dan menemukan pola lain untuk menyelesaikan sebuah

masalah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Cole (1995) mengatakan

bahwa kegiatan investigasi memberikan kemungkinan kepada peserta

didik untuk mengembangkan pemahaman melalui berbagai kegiatan dan

hasilnya sesuai dengan pengembangan yang dilalui peserta didik atau

proses membangun pemahaman secara mandiri.

Evaluasi formatif dilakukan dengan melakukan penilaian dan

melihat perkembangan kompetensi peserta didik dari 4 topik yang

dibahas selama 1 semester. Laporan aktivitas peserta didik dalam setiap

topik pembelajaran dapat dijabarkan pada grafik sebagai berikut:

Gambar 4.27. Grafik Penilaian Kompetensi Abad 21 Menggunakan ModelCooperative Oriented Problem

Berdasarkan grafik diatas dapat diasumsikan bahwa pada setiap

topik pembelajaran selama satu semester terjadi peningkatan yang

signifikan pada kompetensi yang dimiliki peserta didik, hal ini dapat

diasumsikan bahwa dengan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem mampu meningkatkan kompetensi critical thinking,

153

communication, collaboration, dan creativity yang dimiliki peserta didik

secara simultan. Sehingga dengan proses pembelajaran yang mampu

meningkatkan kompetensi 4C peserta didik dapat menggali kemampuan

mereka dalam proses pembelajaran.

3. Persepsi Peserta Didik terhadap Model Pembelajaran Cooperative Oriented

Problem

Dalam penelitian ini akan melihat bagaimana persepsi atau pandangan

peserta didik terhadap model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

dalam pembelajaran struktur data pada pendidikan program studi teknik

informatika Universitas Lancang Kuning. Hasil penilaian persepsi peserta

didik terhadap model pembelajaran Cooperative Oriented Problem untuk

empat aspek praktikalitas, yaitu suasana belajar dan minat belajar,

kemudahan penggunaan, interaksi dan efektivitas dalam belajar, dan

kemandirian, pada capaian 87,6% yang termasuk pada kategori sangat

praktis dalam mengimplementasikan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem pada mata kuliah struktur data pendidikan program studi

teknik informatika Universitas Lancang Kuning.

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa harapan mereka sangat

tinggi terhadap hasil pengembangan model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem yang telah mengkonstruksi pemahaman peserta didik

terhadap proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

4. Persepsi Tenaga Pendidik terhadap Model Pembelajaran Cooperative

Oriented Problem

Hasil penilaian praktikalitas model pembelajaran Cooperative

Oriented Problem berdasarkan respon tenaga pendidik diperoleh bahwa

komponen modal terdiri dari 7 aspek yaitu; aspek daya tarik, kemudahan

penggunaan, keberfungsian dan kegunaan, reliabilitas, ketercukupan waktu,

tingkat kesulitan dalam mengimplementasikan, dan respon tenaga pendidik

154

pada capaian 92,73% dan termasuk pada kategori sangat praktis dalam

mengimplementasikan model Cooperative Oriented Problem dalam

pembelajaran mata kuliah struktur data pada pendidikan program studi

teknik informatika Universitas Lancang Kuning.

Angka praktikalitas ini menunjukkan bahwa Cooperative Oriented

Problem sangat cocok di implementasikan pada pembelajaran mata kuliah

struktur data. Hal ini dikarenakan model Cooperative Oriented Problem

tersebut telah memenuhi 5 unsur dasar sebuah model pembelajaran Joyce &

Weil (2003) yaitu: (1) Sintak, adalah langkah-langkah operasional

pembelajaran, (2) Social System, adalah suasana dan norma yang berlaku

dalam pembelajaran. (3) Principles of reaction, menggambarkan bagaimana

seharusnya guru memandang memperlakukan dan merespon siswa, (4)

Support System, segala sarana, bahan, alat atau lingkungan belajar yang

mendukung pembelajaran, dan (5) instruktional dan nurturant effects, hasil

belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang ditetapkan

(nurturant effect). Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

merupakan model pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar pada mata kuliah struktur

data di program studi teknik informatika Universitas Lancang Kuning.

Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem sangat cocok

diterapkan pada perguruan tinggi. Perkembangan teknologi yang sangat

pesat maka harus diupayakan agar perguruan tinggi tidak tertinggal dengan

perkembangan teknologi yang ada pada dunia kerja atau industri. Salah satu

cara untuk menanggulangi atau mempersempit kesenjangan adalah dengan

menerapkan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem dan

mengikutsertakan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah dan

masalah terbaru di dalam bahasa pemograman dalam bentuk masalah-

masalah yang diberikan.

Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang dipilih dan

digunakan secara tepat akan memberikan pengaruh baik terhadap

pencapaian kompetensi peserta didik. model pembelajaran yang disusun

155

secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut seperti

yang disampaikan Eggan (2012) mengatakan bahwa "model pembelajaran,

merupakan cetak biru dalam mengajar bagi seorang tenaga pendidik" cetak

biru dalam hal ini adalah memberikan struktur dan arahan kepada tenaga

pendidik dalam proses belajar mengajar. Diperkuat dengan pendapat joyce

& Weil (2003), bahwa "model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-

bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

lainnya". Selanjutnya Eggan (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran

harus memiliki ciri-ciri spesifik antara lain: (1) Tujuan: model pembelajaran

dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir

kritis dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifikasi

materi, (2) fase: model pembelajaran mencakup serangkaian langkah atau

sering disebut "fase" yang bertujuan membantu peserta didik mencapai

tujuan pembelajaran yang spesifik, dan (3) Fondasi: model pembelajaran

didukung oleh teori dan penelitian tentang pembelajaran dan motivasi.

Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa harapan tenaga pendidik

sangat tinggi terhadap hasil pengembangan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem ini, Hasil tersebut menjelaskan bahwa model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem dapat mengkonstruksi

pemahaman peserta didik terhadap proses pembelajaran, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

5. Model Pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang Dikembangkan

dengan Penelitian Relevan

Hasil uji efektivitas model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem yang dilaksanakan pada mahasiswa program studi teknik

informatika menunjukkan bawa pembelajaran sangat efektif untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata kuliah struktur data.

temuan ini sejalan dengan berbagai temuan yang menyatakan bahwa

kualitas hasil belajar sangat ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran

156

(Chu 2017; chen 2017; Sudi Prayitno, 2008; dan Khairiyah, 2012).

Melakukan intervensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Misalnya

dengan menerapkan problem based learning (PBL) secara optimal telah

meningkatkan hasil belajar peserta didik (Chen, 2008; Khairiyah et al., 2012

dan Sudi Prayitno, 2006). proses pembelajaran ditandai oleh adanya

interaksi tenaga pendidik atau pengajar dengan peserta didik. Kualitas

interaksi tenaga pendidik-peserta didik ditentukan oleh status kesiapan

tenaga pendidik untuk melaksanakan proses pembelajaran dan status

kesiapan peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran (Zamroni,

2007) demikian juga dengan melakukan peningkatan kualitas pembelajaran

dengan berbagai metode dan modal akan meningkatkan kualitas hasil

belajar (Chen 2008). Semua itu menjelaskan bahwa intervensi model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar.

Polanco et al (2004) menyatakan bahwa implementasi model PBL

dalam program pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar yang

lebih tinggi dari aspek pengetahuan (kognitif) terhadap konsep fisika

dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti program model

tradisional. Sejalan dengan hal itu Zaharatul Laili Abdul Rahim (2010)

menemukan bahwa dengan penerapan model PBL keterampilan

berkolaborasi meningkat setiap siklus, prestasi akademik semakin baik dan

muncul sikap positif terhadap PBL. Hasil penelitian model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem yang telah dilakukan sejalan dengan temuan

Palanco (2004) dan Zahratul Laili (2010), bahwa penerapan model

pembelajaran COP dapat meningkatkan hasil belajar (kognitif, afektif dan

psikomotor) peserta didik.

Muhibbudin (2016) menggunakan pengembangan model

kooperatif/kolaboratif berarti berbasis proyek dalam meningkatkan hasil

belajar dan percaya diri peserta didik di diploma 3 teknik mesin. Selanjutnya

Dhami (2012) yang meneliti pengaruh penggunaan project based learning

terhadap peningkatan hasil belajar dan kompetensi. Hasil penelitian

157

Muhibbudin (2016) dan Broker ternyata sejalan dengan hasil temuan

penelitian model Cooperative Oriented Problem ini, yaitu dapat

meningkatkan hasil belajar dan memotivasi peserta didik dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

model pembelajaran Cooperative Oriented Problem mampu meningkatkan

hasil belajar peserta didik. Meningkatkan percaya diri, kemampuan

berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, integritas dan sikap peserta didik

dalam belajar.

D. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Oriented

Problem

1. Keunggulan

Pengembangan model pembelajaran COP diperlukan untuk

mensinergikan antara keunggulan model PBL dengan model Cooperative

Tipe STAD dalam pembelajaran, menurut Lyfa & Megan (2002) bahwa

PBL memiliki komponen penting antara lain: a) Developing problem-

solving skill, b) Developing Self-Directed Learning, c) Acquiring Integrated

Information, d) Ensuring a learning-centred approach, e) Collaboration in

small Group. Sedangkan keunggulan model Cooperative Tipe STAD

menurut slavin sebagai berikut:

a. Peserta didik saling membantu secara efektif dan efisien.

b. Peserta didik saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan

bersama.

c. Peserta didik memproses informasi bersama secara lebih efektif dan

efisien.

d. Peserta didik saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan.

e. Peserta didik saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.

Dalam implementasi model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem mempunyai dampak instruksional yang mampu meningkatkan

prestasi akademik peserta didik dan mempunyai dampak softskill yang dapat

158

menciptakan interaksi yang baik diantara sesama peserta didik, sehingga

dengan kondisi ini maka model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem Dapat menciptakan; a) meningkatkan sifat positif terhadap materi

pembelajaran, b) sangat baik untuk meningkatkan prestasi belajar peserta

didik, c) dapat meningkatkan partisipasi belajar peserta didik karena semua

tim mempunyai tanggung jawab yang Saman dalam penguasaan materi, d)

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik, e) dapat

meningkatkan minat belajar, dan f) meningkatkan kompetisi secara sehat

karena adanya penghargaan tim. Melalui pemberian penghargaan akan

memberikan peluang belajar seluas-luasnya melalui kegiatan pembelajaran.

2. Kelemahan

Berdasarkan pengalaman yang ditemukan di lapangan bawah model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem juga memiliki beberapa

kekurangan dan keterbatasan antara lain:

a. Kondisi pengelolaan kelas relatif sulit dikontrol sehingga peserta didik

mudah menjadi ribut saat pelaksanaan sintak "Mengidentifikasi masalah,

berdiskusi" hal ini karena adanya kebebasan pada peserta didik

berdiskusi saat pelaksanaan sintak-sintak tersebut,sehingga memberi

peluang kepada peserta didik untuk berekspresi oleh sebab itu diperlukan

kecakapan tenaga pendidik dalam penguasaan dan pengelolaan kelas

yang baik sehingga menjadi tertib.

b. Pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan pembelajaran

dengan kelas Model pembelajaran PBL.

c. Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem sulit dilaksanakan

jika ukuran kelas pembelajaran terlalu besar, sehingga tenaga pendidik

akan kesulitan dalam mengelola kelas.

d. Implementasi model pembelajaran Cooperative Oriented Problem

memberikan penekanan kepada keseriusan tenaga pendidik dan peserta

didik dalam melaksanakan tahapan sintak.

159

E. Kebaruan Penelitian

Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem merupakan model

pembelajaran dengan konstruksi sintak yang baru, yang dikembangkan bertitik

tolak dari model pembelajaran problem based Learning dan model

pembelajaran kooperatif Tipe STAD. model ini mampu mensinergikan antara

kekuatan model PBL dengan keunggulan model kooperatif Tipe STAD.

Penelitian ini telah mengasilkan model pembelajaran yang mampu

mengintegrasikan pembelajaran teori dengan praktek dalam satu kesatuan

sistem pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan terobosan

pembelajaran di program studi teknik informatika Universitas Lancang

Kuning. Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini setelah

melalui beberapa tahap validasi dan uji coba sehingga menghasilkan model

pembelajaran yang memenuhi karakteristik sebagai berikut:

1. Mudah Diterapkan (Aplicable)

Model ini mudah diterapkan dan disesuaikan pada peserta didik di

Universitas Lancang Kuning dengan kondisi latar belakang dan kemampuan

peserta didik yang bervariasi. Selain pada mata kuliah struktur dat, model

ini juga dapat digunakan pada mata kuliah pemograman lainnya. Model

pembelajaran ini mempunyai sintak pembelajaran yang sifatnya agak umum

untuk peserta didik di program studi teknik informatika yang terdiri dari

kegiatan teori dan praktik. Dari hasil uji coba kelompok kecil dan uji coba

kelompok besar dapat dilihat bahwa model bisa diterapkan pada mata kuliah

yang memiliki konsep pemrograman.

2. Mudah Disesuaikan

Mudah disesuaikan di sini dimaksudkan bahwa model ini tidak

terpaku pada satu jenis keadaan peserta didik dan mata kuliah. Oleh sebab

itu model ini bisa diterapkan pada semua mata kuliah dengan konsep

pemrograman. Selain itu juga sesuai untuk peserta didik dengan latar

belakang dan kemampuan awal yang berbeda. Model ini memerlukan

peranan tenaga pendidik dalam memahami keberagaman peserta didik.

160

Perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta kadang mempunyai

beberapa aspek perbedaan baik dalam kebijakan internal perguruan tinggi,

kemampuan dan kualifikasi tenaga pendidik ataupun kondisi peserta didik

yang belajar. Pada kenyataannya perguruan tinggi swasta dan negeri

mempunyai karakteristik yang berbeda ditinjau dari kondisi kemampuan

peserta didik, latar belakang sosio-ekonomi dari peserta didik yang agak

berbeda serta kebijakan yang berbeda dengan perguruan tinggi negeri. Oleh

sebab itu model pembelajaran Cooperative Oriented Problem di perguruan

tinggi ini sudah terbukti bisa diterapkan pada perguruan tinggi dengan

peserta didik dengan kondisi yang bervariasi.

3. Model Mampu Mendorong Keaktifan Peserta Didik dalam Proses

Pembelajaran

Model mampu mendorong keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran. Peserta didik bisa termotivasi untuk lebih aktif mencari tahu

lebih banyak informasi terkait dengan materi pembelajaran dan

menggunakannya untuk memecahkan masalah yang diberikan. Dengan

peran aktif tenaga pendidik yang selalu mendampingi peserta didik selama

proses pembelajaran, tenaga pendidik selalu menstimulasi peserta didik

untuk berpikir kritis dan kreatif dalam proses belajar.

Tenaga pendidik secara langsung bersama peserta didik dalam

melakukan tugas-tugas yang diberikan. Peserta didik di arahkan untuk aktif

dan selalu menghubungkan materi pelajaran dengan dunia kerja/nyata.

Peserta didik berpikir kritis dan kreatif agar materi pelajaran bisa diterapkan

dalam memecahkan permasalahan yang biasa dihadapi peserta didik diluar

proses pembelajaran. Dengan pemahaman yang menyeluruh terhadap materi

pelajaran, peserta didik akan mampu memecahkan masalah yang ada.

161

4. Model Cooperative Oriented Problem dapat Menciptakan Proses

Pembelajaran yang Mampu Menumbuhkan Cara Berpikir Kritis, dan

Berpikir Kreatif, Komunikatif dan Kerja Sama

Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini mampu

mendorong dan memotivasi peserta didik agar mampu berpikir kritis dan

berpikir kreatif. Berfikir kritis dengan cara mengarahkan peserta didik

mencari info secara detail dan sebanyak-banyaknya terhadap suatu objek

atau materi perkuliahan. Sehingga peserta didik berpikir lebih mendalam

(berfikir konvergen) terhadap suatu hal/masalah. Mendorong peserta didik

berpikir kreatif artinya peserta didik diarahkan dan dimotivasi untuk

berpikir lebih luas (berpikir divergen) terhadap suatu topik pembelajaran,

mencari hal-hal diluar objek yang terkait. Sehingga peserta didik mampu

mencari alternatif lain jika dihadapkan pada permasalahan terkait dengan

objek atau bahan/materi perkuliahan.

Tenaga pendidik dalam mata kuliah struktur data dituntut mampu

menciptakan proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan cara berpikir

kritis, berpikir kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan permasalahan

dengan cara yang berbeda tapi masih dalam koridor yang diperbolehkan,

seperti SOP yang ada. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif ini sangat

penting bagi peserta didik sebagai bekal nanti mereka dalam melanjutkan

studi, berkarir dalam pekerjaannya dan mengembangkan wirausaha yang

akan mereka geluti di masa depan. Menurut hasil survei beberapa

perusahaan menunjukkan bahwa seorang programmer perlu mempunyai

kemampuan berpikir kritis untuk memudahkan mereka dalam beradaptasi

terhadap perubahan teknologi yang berkembang semakin pesat. Programmer

yang mampu berpikir kritis lebih mudah mempelajari hal-hal yang baru,

sedangkan kemampuan berpikir kreatif akan membantu programmer dalam

mengatasi dan memecahkan masalah pekerjaan yang dihadapi.

Kemampuan komunikasi dan kerjasama menjadi unsur utama pada

model ini, perserta didik dituntut untuk berkerja sama dengan kelompok

belajar agak masalah-masalah yang diberikan oleh tenaga pendidik dapat

162

terselesaikan, komunikasi juga terbangun melalui diskusi dengan kelompok

belajar dan kelompok lainnya ketika melakukan presentasi terkait masalah

yang sudah mereka selesaikan. Kemampuan bekerja sama ini tentunya

menjadi kemampuan yang penting untuk dimiliki peserta didik, dikarenakan

seorang lulusan teknik informatika khususnya bidang programmer harus

mampu bekerja sama dengan tim.

5. Model bisa Mempermudah Peserta Didik dalam Membuat Keterkaitan

dengan Dunia Kerja/Nyata

Dalam model pembelajaran Cooperative Oriented Problem ini peserta

didik selalu diarahkan untuk menghubungkan materi pelajaran dengan dunia

nyata yang sering dihadapi oleh peserta didik diluar perkuliahan. Tenaga

pendidik berusaha menfasilitasi peserta didik dalam mengaitkan topik mata

kuliah dengan realitas di luar perkuliahan. Peserta didik juga diberikan

kesempatan untuk melakukan ekplorasi dalam mencari informasi dan

membuat keterkaitan materi perkuliahan dengan kenyataan sebenarnya.

Dengan demikian akan mempermudah peserta didik dalam membuat

keterkaitan dengan dunia kerja/nyata, materi lain yang mendukungnya dan

bisa memadukannya menjadi sebuah hubungan yang bersinergi. Proses

pembelajaran memberikan keterampilan dalam menghubungkan

pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki.

F. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian pengembangan model pembelajaran

Coopertive Oriented Problemini terdapat beberapa batasan penelitian,

diantaranya:

1. Uji coba produk yang dilakukan terbatas pada pada mata kuliah Struktur

Data dan belum dilakukan pada mata kuliah lain yang memiliki tujuan dan

karakteristik mata kuliah yang berbeda.

163

2. Dalam mengimplementasikan model Coopertive Oriented Problem pada

mata kuliah Struktur Data, belum ditunjang dengan perlengkapan labor yang

memadai sehingga diperlukan sebuah kajian apakah ada pengaruh hasil

belajar peserta didik terhadap perlengkapan labor (praktik).

3. Model model pembelajaran Coopertive Oriented Problem yang

dikembangkan memerlukan team teaching dalam mengimplentasikanya hal

ini dikararenakan instrumen penilaian yang digunakan menggunakan

autentik assessment.

Berdasarkan kajian yang telah diimplementasikan dan dampak yang

ditimbulkan dalam proses pembelajaran, sehingga untuk penyempurnaan model

pembelajaran dan kualitas pembelajaran diperlukan memperhatikan

keterbatasan yang telah diuraikan tersebut.

164

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada tujuan

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah Struktur

Data. Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang

dikembangkan memenuhi kriteria valid dari penilaian pakar dengan nilai p-

value adalah 1,00 artinya nilai p-value > 0,05 sehingga model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem memenuhi kriteria goodness of fit models,

jadi validitas konstruknya diklasifikasikan fit atau valid. Selain itu,

berdasarkan tampilan data hasil dari tiap-tiap indikator dari variabel latennya

sudah memenuhi syarat yaitu loading factor diatas 0.50 sehingga dapat

dinyatakan valid; Buku model Cooperative Oriented Problem rerata

penilaian validator adalah 4,4 (skor maksimal 5,0) pada nilai koofisien kaffa

0,813; Modul Struktur Data dengan rerata penilaian validator adalah 4,4

(skor maksimal 5,0) pada nilai koofisien kaffa 0,857; Panduan mengajar

dengan rerata penilaian validator adalah 4,4 (skor maksimal 5,0) pada nilai

koofisien kaffa 0,824; Panduan Aplikasi SCOP dengan rerata penilaian

validator adalah 4,0 (skor maksimal 5,0) pada nilai koofisien kaffa 0,800;

dan untuk Aplikasi SCOP dengan rerata penilaian validator adalah 4,5 (skor

maksimal 5,0) pada nilai koofisien kaffa 0,848.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai akhir kelas Eksperimen

dengan kelas kontrol dengan nilai t-test hitung sebesar 2,818 lebih tinggi

dari t-test tabel 2,048 dan hasil mean kelas eksperimen lebih tinggi 81,10

dari pada nilai rata-rata kelas kelas kontrol pada angka 77,05 dengan

demikian model pembelajaran Cooperative Oriented Problem yang

dikembangkan memenuhi kriteria efektif.

3. Model pembelajaran Cooperative Oriented Problem pada mata kuliah

165

Struktur Data yang dikembangkan setelah melalui uji coba perorangan

diperoleh persentase 76,78%, uji coba kelompok kecil 82,14% dan uji coba

diperluas 87,50% yang berarti hampir semua kriteria dapat dilaksanakan.

Berdasarkan hasil analisis kepraktisan model maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran Cooperative Oriented Problem memenuhi

kriteria praktis sehingga dapat digunakan sebagai salah satu model

pembelajaran Struktur Data di Program Studi Teknik Informatika

Universitas Lancang Kuning.

4. Terjadi peningkatan yang signifikan pada kompetensi yang dimiliki peserta

didik, hal ini dapat diasumsikan bahwa dengan model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem mampu meningkatkan kompetensi 4C

(Critical Thinking, Communication, Collaboration, dan Creativity) yang

dimiliki peserta didik secara simultan. Sehingga dengan proses

pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi 4C peserta didik

dapat menggali kemampuan mereka dalam proses pembelajaran.

B. Implikasi

Pengembangan model pembelajaran Coopertive Oriented Problem ini

bertujuan untuk sebagai referensi yang empiris untuk dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dimana

mereka seharusnya berperan sebagai subjek dari proses pembelajaran itu sendiri

agar peserta didik mampu membangun pengetahuan mereka sendiri. Model

pembelajaran Coopertive Oriented Problem yang dikembangkan dirumuskan

melalui tahapan-tahapan (sintaks) yang lebih menitik beratkan proses

pembelajaran didesain melalui pendekatan-pendekatan masalah nyata (real

problem) kemudian proses penyelesaianya dilakukan secara kooperative

bersama kelompok belajar.

Buku panduan mengajar, modul Struktur Data yang sudah valid, praktis,

dan efektif hanya dapat digunakan pada mata kuliah Struktur Data. Namun e-

learning yang dikembangkan bisa diterapkan oleh semua pendidik pada mata

166

kuliah manapun Karena e-learning di desain sesuai dengan seluruh karakteristik

mata kuliah yang ada. Penerapan model pembelajaran Cooperative Oriented

Problem memiliki implikasi secara detail dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagi Tenaga Pendidik, Kepraktisan Produk Modul dan Panduan Sebagai

Pengayaan Bahan Ajar

Produk dari hasil pengembangan yang telah tervalidasi isi memiliki

kepraktisan sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan

model dan strategi yang dikembangkan lebih lanjut untuk memperbaiki

keterbatasan yang dimiliki dari pengembangan model Cooperative Oriented

Problem (seperti yang telah diuraikan pada bagian keterbatasan penelitian).

Produk-produk yang dihasilkan dapat membantu Peserta didik untuk

mengetahui garis besar pembelajaran sebelum pembelajaran tersebut

dilaksanakan, sehingga Peserta didik mudah untuk memanajemen diri dalam

menghadapi pembelajaran Struktur Data. Bagi tenaga pendidik produk yang

dihasilkan dapat membantu untuk mengelaborasi strategi dan pendekatan

pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan secara

efisien untuk mengoptimalkan percepatan capaian tujuan pembelajaran

seperti yang diharapkan. Hal ini dapat ditemui dari isi buku panduan tenaga

pendidik dan buku modul yang disertai dengan struktur capaian

pembelajaran yang jelas, serta pada buku panduan tenaga pendidik memiliki

bagan hubungan antar satu bahan kajian terhadap bahan kajian lain yang

disampaikan secara jelas. Sehingga skenario pembelajaran dapat dibuat

dengan bagan yang lebih konstruktif memudahkan pengguna untuk

memanjemen pembelajaran pada matakuliah struktur data berdasarkan pada

materi-materi yang disampaikan pada setiap pertemuan perkuliahan.

2. Bagi Peserta Didik, Kepraktisan Panduan Aplikasi dan Buku Modul dan

Model Cooperative Oriented Problem

Kepraktisan buku model dengan Sintak Cooperative Oriented Problem

menjadi acuan dalam pengayaan beragam model pembelajaran yang telah

ada. Sintak Cooperative Oriented Problem dengan karakteristik Berpikir

167

Kritis terlihat pada strategi Cooperative Oriented Problem. Peserta didik

memiliki dominasi dalam mengemban tugas mereka untuk melakukan

konstruksi terhadap pengetahuan, bersumber dari gejala fenomena yang di

diskusikan oleh peserta didik. Budaya diskusi diterapkan dalam

pembelajaran Cooperative Oriented Problem karena proses tahapan akhir

pembelajaran yaitu assessment (penilaian). Melalui tahapan diskusi

kelompok menjadi dasar kuat untuk mengembangkan budaya active learning

yang dibutuhkan oleh Peserta didik tingkat S-1 Bidang Teknik Informatika.

Pola-pola pendekatan “Problem Solving” pada model Cooperative Oriented

Problem tentu akan memberikan peluang besar bagi Peserta didik untuk

menyelesaikan studi tingkat S-1. Peserta didik yang tepat waktu dalam

menyelesaikan studi S-1 adalah Peserta didik yang memiliki kemampuan

analisis dan berpikir tingkat tinggi yang cukup baik. Sehingga pada saat

melakukan penulisan skripsi tidak mengalami hambatan dalam proses

penyelesaian studi.

3. Implikasi bagi Penyelenggara (Prodi)

Pencapaian hasil belajar pada kelas eksperimen dengan produk-produk

dari model yang dikembangkan memberikan dampak yang positif dalam

menunjang capai pembelajaran yang telah ditetapkan oleh program studi

dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Model Cooperative Oriented

Problem dinilai oleh tenaga pendidik sebagai model yang dapat membantu

secara praktis, menghubungkan materi yang disajikan dalam modul dengan

skenario yang disusun secara prosedural pada buku panduan tenaga pendidik,

berdampak terhadap percepatan informasi pembelajaran baik strategi

pembelajaran, skenario dan cara-cara penilaian disusun dengan konstruktif.

Penyelenggara dapat memberikan koordinasi kepada tenaga pendidik

pengampu lain dalam memberikan standar minimal pembelajaran. Sehingga

tujuan dan capaian pembelajaran (learning outcome) yang diharapkan oleh

program studi dapat berjalan dengan baik. Komunikasi ini dapat dilakukan

manakala dokumen-dokumen yang menghubungkan antara materi,

168

kompetensi, mekanisme penilaian, strategi pembelajaran telah disusun

dengan baik. Model Cooperative Oriented Problem telah diujicoba dalam

pembelajaran dan memperoleh respon yang baik dari pengguna (tenaga

pendidik dan peserta didik), sehingga program studi teknik informatika dapat

menyebar luaskan model ini untuk pengembangan strategi belajar dan

pengayaan model pembelajaran yang relevan digunakan pada mata kuliah

struktur data menunjukkan hasil yang baik (dapat dilihat dari hasil uji

analisis praktikalitas).

4. Implikasi bagi Mata Kuliah Struktur Data

Implikasi hasil penelitian ini pun terdapat pada keaktifan dan motivasi

belajar bahasa pemrograman khususnya para mahasiswa. Para mahasiswa

tidak lagi “meremehkan” pembelajaran yang akan diikutinya, karena mereka

menemukan pembelajaran yang “menantang” pengetahuan dan kemampuan

berpikir mereka selaku manusia dewasa. Mereka juga diberi kesempatan

untuk melatih keterampilan berpikir kritis mereka yang juga berarti

memperkaya pengetahuan yang sudah mereka miliki, melalui langkah-

langkah yang ada dalam model pembelajaran ini. Dalam model pembelajaran

ini, pada langkah diskusi, para mahasiswa diajak untuk mampu

mengidentifikasi lalu membedakan masalah yang ada pada bahasa

pemrograman yang mereka pelajari, dengan adanya model pembelajaran

Cooperative Oriented Problem (COP) akan memudahkan mahasiswa untuk

mempelajari teori-teori abstrak yang di bahasa pemrograman khususnya

struktur data. Sehingga dengan pemahaman teori struktur data ini dapat

melahirkan programmer handal yang dapat memajukan perkembangan

teknologi di Indonesia.

C. Saran

1. Bagi kampus (Fakultas atau Prodi) sebagai penyelenggara pendidikan untuk

dapat mengoptimalkan penggunaan e-learning sesuai dengan kebutuhan

169

peserta didik dan pendidik. Hal ini dikarenakan peran teknologi informasi

dalam proses pembelajaran merupakan sangat penting untuk mempermudah

tenaga pendidik dalam mengelola proses pembelajaran abad 21.

2. Sebagai pendidik, tenaga pendidik-tenaga pendidik yang merupakan subjek

untuk mewujudkan kualitas pendidikan dan pengajaran, maka tenaga

pendidik dituntut untuk terus dapat meningkatkan kemampuan dalam

mengembangkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik dan sesuai karakteristik mata kuliah. Karena proses

pembelajaran merupakan rekayasa bagaimana peserta didik memperoleh

pengalaman yang nyata dalam kehidupan dan disimulasikan didalam kelas.

Sehingga tenaga pendidik harus memiliki kemampuan dalam merancang dan

mengelola proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti terkait dengan model pembelajaran atau e-learning, diperlukan

sebuah kajian secara empiris agar model yang dikembangkan dapat

memenuhi kebutuhan pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran abad

21 dimana pendidik hanya berperan sebagai fasilitator, yang artinya proses

pembelajaran tidak berfokus kepada hasil semata tetapi lebih mengutamakan

proses dan interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran.

170

DAFTAR RUJUKAN

Alrahlah, A. 2016. ‘How Effective the Problem-Based Learning (PBL) in DentalEducation. A Critical Review’, The Saudi Dental Journal. King SaudUniversity, 28(4), pp. 155–161. doi: 10.1016/j.sdentj.2016.08.003.

Amornsinlaphachai, P. 2014. ‘Designing a Learning Model Using the STADTechnique with a Suggestion System to Decrease Learners’ Weakness’.Procedia-Social and Behavioral Sciences. Elsevier B.V., 116, pp. 431–435.doi: 10.1016/j.sbspro.2014.01.235.

Andrews, J. J. W. 2001. Psychoeducational Assessment. San Diego: AcademicPress.

Anni, A. R. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri SemarangPres.

Ansyar, M. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Edited byP2LPTK.

Arikunto et al. 2014. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Barrows, H. S. and Robyn M. Tamblyn, B. S. N. 1980. Problem-Based Learning:An Approach to Medical Education. Springer Publishing Company(Springer Series on Medical Education).

Berliner, D. C. and Calfee, R. C. 1996. Handbook of Educational Psychology.Lawrence Erlbaum Associates, Incorporated (Educational PsychologyHandbook Series).

Branch, R. M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. 1st edn.Springer-Verlag. US: Springer Science.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

C Podhorsky, V. M. 2006. ‘Issues in Curriculum: Improving Instructional PracticeThrough Lesson Study’.

Dahms, M. L. 2014. ‘Problem Based Learning in Engineering Education’. 12thActive Learning in Engineering Education, pp. 4–14.

Das, V. V. 2006. Principles of Data Structures Using C and C++. doi:10.1017/CBO9781107415324.004.

171

Dwirahmah, E. 2013. ‘Peningkatan Kreativitas Melalui Pendekatan Inquiri dalamPembelajaran Sains’.

Gagne, R. M. and Wager, W. W. 1992. ‘Principles of Instructional Design (4thed.)’. Forth Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers., p.153.

Gorghiu, G. et al. 2015. ‘Problem-based Learning-An Efficient Learning Strategyin the Science Lessons Context’. Procedia-Social and Behavioral Sciences,191, pp. 1865–1870. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.04.570.

Gurses, A., Dogar, C. and Geyik, E. 2015. ‘Teaching of The Concept of EnthalpyUsing Problem Based Learning Approach’. Procedia-Social and BehavioralSciences. Elsevier B.V., 197(February), pp. 2390–2394. doi:10.1016/j.sbspro.2015.07.298.

Harasym, P. H., Tsai, T. C. and Munshi, F. M. 2013. ‘Is Problem-Based Learningan Ideal Format for Developing Ethical Decision Skills?’. KaohsiungJournal of Medical Sciences. Published by Elsevier Taiwan LLC, 29(10),pp. 523–529. doi: 10.1016/j.kjms.2013.05.005.

Hariyanto, S. 2014. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung,Jawa Barat: Remaja Rosdakarya.

Harun, N. F. et al. 2012. ‘Motivation in Problem-based Learning Implementation’.Procedia-Social and Behavioral Sciences, 56(Ictlhe), pp. 233–242. doi:10.1016/j.sbspro.2012.09.650.

House, M. and Elliot, J. G. 2007. ‘The Treatment of Serious Juvenile Delinquents inMassachusetts’. (March 2015), pp. 37–41. doi: 10.1080/0266736870030210.

Jalani, N. H. and Sern, L. C. (2015) ‘The Example-Problem-Based Learning Model:Applying Cognitive Load Theory’. Procedia-Social and Behavioral Sciences.Elsevier B.V., 195, pp. 872–880. doi: 10.1016/j.sbspro.2015.06.366.

Jalinus, Nizwardi, Ambiyar. 2016. Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta:Kencana.

Joyce, B. and Weil, M. 2015. ‘Models of Teaching Fifth Edition’. p. 478.

Judge, S. K., Osman, K. and Yassin, S. F. M. 2011. ‘Cultivating communicationthrough PBL with ICT’. Procedia-Social and Behavioral Sciences. ElsevierB.V., 15, pp. 1546–1550. doi: 10.1016/j.sbspro.2011.03.328.

Kalnins, S. N. et al. 2014. ‘Cooperative Problem-Based Learning Approach inEnvironmental Engineering Studies’. Agronomy Research, 12(2), pp. 663–672.

172

Kassab, S. E. et al. 2017. ‘Development and Validation of the Motivation forTutoring Questionnaire in Problem-Based Learning Programs’. HealthProfessions Education. Elsevier B.V. 3(1), pp. 50–58. doi:10.1016/j.hpe.2017.03.001.

Kezar, A. 2000. ‘The Effect of Institutional Culture on Change Strategies inHigher Education: Universal Principles or Culturally ResponsiveConcepts?’.

Lafore, R. 2002. Data Structures and Algorithms in Java. Available at:http://scholar.google.com/scholar?hl=en&q=%22Data+Structures+&+Algorithms+in+Java%22&btnG=Search&as_sdt=2000&as_ylo=&as_vis=0#0.

Li, L., Luo, X. and Chen, H. 2015. ‘Clustering Students for Group-BasedLearning in Foreign Language Learning’. International Journal of CognitiveInformatics and Natural Intelligence, 9(2), pp. 55–72. doi:10.4018/IJCINI.2015040104.

Maksum, H. and Falasifah, F. 2018. Model Pembelajaran. Al Qalam.

Marx, M. H. and Goodson, F. E. 1976. Theories in Contemporary Psychology.Macmillan.

Meyers, R. 2004. Review of Educational Reserach. New York: Mc.Millan.

Mubuuke, A. G., Louw, A. J. N. and Van Schalkwyk, S. 2016. ‘Cognitive andSocial Factors Influencing Students׳ Response and Utilization of FacilitatorFeedback in a Problem Based Learning Context’. Health ProfessionsEducation. Elsevier B.V., 3(2), pp. 85–98. doi: 10.1016/j.hpe.2016.09.003.

Niwa, M. et al. 2016. ‘The Effects of Problem-Based-Learning on the AcademicAchievements of Medical Students in One Japanese Medical School, Over aTwenty-Year Period’. Health Professions Education. Elsevier, 2(1), pp. 3–9.doi: 10.1016/j.hpe.2016.01.003.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning(CTL). Jakarta: Dirjendikdasmen Depdiknas.

Nurhayati, E. 2011. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Phungsuk, R., Viriyavejakul, C. and Ratanaolarn, T. 2017. ‘Development of aProblem-Based Learning Model via a Virtual Learning Environment’.Kasetsart Journal of Social Sciences. Elsevier Ltd, 38(3), pp. 297–306. doi:10.1016/j.kjss.2017.01.001.

173

Prihantoro, C. R. 2011. ‘Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui ModelLesson Study’, 17, pp. 100–108.

Putra, N. 2012. Research & Development Penelitian dan Pengembangan: SuatuPengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

R.Mursid. 2015. ‘Pengembangan Model Pembelajaran Praktik BerbasisKompetensi Berorientasi Produksi’, pp. 27–40.

Rianawati. 2017. ‘Implementation Strategy Cooperative Learning Type of StudentAchievement Division Team (STAD) to Improve Social Skills Students onLearning Morals in Man 2 Pontianak Learning the Year 2016/2017’, 8(3),pp. 165–174.

Richard I Arends. 1997. Classroom Instruction and Management. McGraw-HillCompanies.

Roza, P. 2007. ‘Pendidikan Dan Mutu Manusia’. Jurnal Sosioteknologi, 6(12), pp.303–308.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan.

Slavin, R. 2011. ‘Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik’, in.

Sugiyono. 2011. Metode Peneltian Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, S. 2008. ‘Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional MelaluiOrganisasi Belajar : Konsep dan Implementasi’. Cakrawala Pendidikan.

Uzunboylu, H. and Birinci, C. M. 2014. ‘Assessment of the Studies on Problembased Learning Studies through the Content Analysis’. Procedia-Social andBehavioral Sciences. Elsevier B.V., 143(1978), pp. 1192–1199. doi:10.1016/j.sbspro.2014.07.576.

Wangke, H. 2015. ‘Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015’.Info Singkat Hubungan Internasional, VI (10), pp. 5–8. Available at:http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info Singkat-VI-10-II-P3DI-April-2014-4.pdf.

Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A. and Nyoto, A. 2016. ‘Transformasi PendidikanAbad 21 Sebagai Tuntutan’. Jurnal Pendidikan, 1, pp. 263–278. Availableat: http://repository.unikama.ac.id/840/32/263-278 Transformasi PendidikanAbad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di EraGlobal .pdf. diakses pada; hari/tgl; sabtu, 3 November 2018. jam; 00:26,wib.

174

Winahya, A. E. 2012. ‘Evaluasi Pembelajaran berbasis Karakter di SekolahMenengah Kejuruan’. Teknologi dan kejuruan, 35(2), pp. 155–162.

Wosinski, J. et al. 2017. ‘Facilitating Problem-Based Learning AmongUndergraduate Nursing Students: A Qualitative Systematic Review’. NurseEducation Today. Elsevier, 60 (February 2017), pp. 67–74. doi:10.1016/j.nedt.2017.08.015.

Yusof, K. M. et al. 2012. ‘Cooperative Problem-based Learning (CPBL): Framework forIntegrating Cooperative Learning and Problem-based Learning’. Procedia-Socialand Behavioral Sciences, 56 (Ictlhe), pp. 223–232. doi:10.1016/j.sbspro.2012.09.649.

Yusuf, Y. Q. 2015. ‘A Teacher’s Experience in Teaching with Student Teams-Achievement’, 8(2).

175

Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan pada Mata Kuliah Struktur Data

INSTRUMEN ANALISIS KEBUTUHANPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE ORIENTED PROBLEMPADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Dengan Hormat,

Terlebih dahulu kami mendoakan semoga bapak/ibuk/peserta didik/i selaluberada dalam keadaan sehat wal’afiat serta selalu dalam lindungan Allah SWT,amin. Pada kesempatan ini kami mohon bantuan dari bapak/ibuk/peserta didik/isekalian untuk dapat meluangkan waktunya mengisi angket ini dengan tujuanuntuk mendapatkan data mengenai “Analisis Kebutuhan Pengembangan ModelCoopertive Oriented Problem Pada Mata Kuliah Struktur Data”.

Kami berharap bapak/ibuk/peserta didik/i mengisi angket ini sesuai dengankeadaan dan kondisi yang sebenarnya. Bapak/ibuk/peserta didik/i tidak perlumerasa takut atau ragu-ragu, karena setiap keterangan yang diberikan dijaminkerahasiannya.

Demikianlah harapan kami, dan atas bantuan serta partisipasi peserta didik/isekalian peneliti ucapkan terima kasih.

Padang, November 2018

Peneliti

176

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN

PENGEMBANGAN MODEL COOPERATIVE ORIENTED PROBLEM

Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

NIP/NIDN/NIM : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Perguruan Tinggi Asal : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Petunjuk Pengisian:

1) “Kondisi saat ini” diisi sesuai dengan keadaan/situasi setiap indikator padasetiap keadaan yang ada pada satuan pendidikan, dengan alternatif pilihan:“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Sangat Baik”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Baik”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Cukup Baik”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Tidak Baik”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Sangat Tidak Baik”

2) Kesesuaian dengan SNP diisi (dicentang) dengan alternatif pilihan:“Ya “ : jika sesuai dengan yang di atur dalam standar proses (SNP)“Tidak” : jika tidak sesuai dengan yang di atur dalam standar proses(SNP)

3) “Prioritas dalam Pembelajaran” diisi sesuai dengan prioritas kebutuhankompetensi setiap indikator pada mata kuliah Struktur Data, denganalternatif pilihan:“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Sangat Dibutuhkan”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Dibutuhkan”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Cukup Dibutuhan”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Tidak Dibutuhkan”“” : Jika keadaan yang terjadi saat ini “Sangat Tidak dibutuhkan”

KompetensiAbad 21

IndikatorSub Indikator

KondisiSaat ini

ProiritasDalam

Pembelajaran

Criticalthinking

1. Menganalisis 1. Dalam prosespembelajaranMata Kuliah

177

KompetensiAbad 21

IndikatorSub Indikator

KondisiSaat ini

ProiritasDalam

PembelajaranStruktur Datatenaga pendidikmemberikan ruangkepada pesertadidik dalammengidentifikasiatau merumuskanpertanyaan

2. Peserta didikmampu mengenaliserta membedakanfaktor penyebabdan akibat darisebuah skenarioyang rumit

3. Peserta didikmampumengelompokaninformasi kedalambagian yang lebihkecil untukmenggali pola atauhubunganya

2. Mengevaluasi 4. Peserta didikmampu Membuathipotesis,mengkritik danmelakukanpengujian

5. Memberikanpenilaian terhadapsolusi, gagasan,dan metodologidenganmenggunakankriteria yang cocokatau standar yangada untukpenyelesaianya

3. Mengkreasi 6. Peserta didikmampu membuatgeneralisasi suatuide atau carapandang terhadapsesuatu masalah

7. Peserta didikmampu merancangsuatu cara untukmenyelesaikanmasalah

178

KompetensiAbad 21

IndikatorSub Indikator

KondisiSaat ini

ProiritasDalam

Pembelajaran

Communication

1. Kode Verbal 8. Prosespembelajaran MataKuliah StrukturData yangdikembangkanmembuatkomunikasi yangterjalin antaratenaga pendidikdan peserta didikterjadi dua arah

9. Dengan polainteraksi yangefektif dapatmembantu pesertadidik dalammeningkatkankemampuan tatabahasa baik

2. KodeNonverbal

10. Dalammendemonstrasikan peserta didikmampumeyakinkan apayang dikatakan

11. Peserta didikmampumengendalikanemosi dalamberkomunikasi

Collaboration 12. Dalam prosespembelajaran MataKuliah StrukturData setiap pesertadidik memiliki rasaketergantungansecara positif danterikat dengan antarsesama anggotakelompoknya

13. Peserta didik salingberhadapan dansaling membantudalam pencapaiantujuan belajar

14. Setiap anggotakelompokbertanggung jawabuntuk mempelajari

179

KompetensiAbad 21

IndikatorSub Indikator

KondisiSaat ini

ProiritasDalam

Pembelajaranpokok bahasan danbertanggung jawabpula terhadap hasilbelajar kelompok

15. Dalam kelompoktercipta interaksiyang dinamis untuksaling belajar danmembelajarkansebagai bagian dariproses belajarkolaboratif

Creativity 1. BerfikirLancar(Fluency)

16. Peserta didikmemiliki banyakperencanaanmasalah yang akandiselesaikan

17. Peserta didikmemiliki banyakpertanyaan dalamprosespembelajaran

2. BerfikirLuwes(Flexibilty)

18. Peserta didikmemiliki banyakalternatifpenyelesaian dalamsatu masalah

3. Keaslian(originality)

19. Peserta didikmemilikikemampuan untukmelahirkangagasan-gagasandalammenyelesaikanmasalah

4. Elaborasi 20. Peserta didikmampumengumpulkaninformasi untukmenghasilkangagasan baru tanpabantuan orang lain

180

Lampiran 2. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan (Kondisi saat ini

oleh Peserta Didik)

Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model CoopertiveOriented Problem (Kondisi Saat Ini oleh Peserta Didik)

181

Lampiran 3. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan (Prioritas dalam

Pembelajaran oleh Peserta Didik)

Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model CoopertiveOriented Problem (Prioritas dalam Pembelajaran oleh Peserta Didik )

182

Lampiran 4. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan (Kondisi saat ini

oleh Pendidik)

Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model CoopertiveOriented Problem (Kondisi Saat Ini oleh Tenaga Pendidik)

183

Lampiran 5. Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan (Prioritas dalam

Pembelajaran oleh Peserta Didik)

Hasil Penilaian Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Model CoopertiveOriented Problem (Prioritas dalam Pembelajaran oleh Tenaga pendidik)

184

Lampiran 6. Daftar Hadir FGD

185

Lampiran 7. Lembar Validasi para Ahli (Expert) terhadap Model Cooperative

Oriented Problem

LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP MODEL COOPERATIVE ORIENTED PROBLEM

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM

PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..

Petunjuk Pengisian Lembar Validasi

Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu

tentang kualitas model “Pengembangan Model Pembelajaran CoopertiveOriented Problem (COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”. Pendapat,penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untukmemperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini. Untuk itu kami mohonBapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan sesuaidengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannya berkisar dari 1 sampai dengan 5(Sangat Tidak Baik sampai dengan Sangat Baik).

1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik

186

Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dan koreksi)yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakan semata-mata untukkepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasama Bapak/Ibu, disampaikan terimakasih.

Padang, Januari 2019

Peneliti

187

NoIndikator Validasi

Model Pembelajaran COPAlternatif Skor Penilaian1 2 3 4 5

I. Submission of goals and motivation1. Fase ini bermanfaat untuk membuka

wawasan peserta didik tentang manfaatStruktur Data

2. Fase ini bermanfaat untuk memberikanarahan pada pembelajaran Struktur Data

3. Fase ini dapat meningkatkan ketertarikanpeserta didik untuk menerapkan TeoriStruktur Data pada Bahasa pemrograman.

4. Fase ini penting dilakukan untukmemotivasi peserta didik dalammempelajari Struktur Data.

5. Fase ini layak menjadi fase awal memulaikegiatan pembelajaran menggunakanmodel Cooperative Oriented Problem.

II. Smart Grouping1. Fase ini tenaga pendidik mengarahkan

peserta didik dalam pembagian kelompok.2. Fase ini Aplikasi SCOP mengelompokkan

peserta didik yang memiliki kemampuansangat kompeten, kompeten dan kurangkompeten dalam satu kelompok belajar.

3. Fase ini dapat meningkatkan kerja samatim

4. Fase ini dapat membagi kelompak dengandengan efektif

5. Fase ini dapat membagi kelompok denganpraktis

III. Define Problems1. Fase ini adalah fase yang bertujuan untuk

memberikan pemahaman terhadapmasalah yang diberikan.

2. Fase ini menjadi menunjang faseselanjutnya

3. Fase ini menggambarkan prinsippembelajaran berbasis masalah danCooperative Learning

4. Fase ini dapat mengurangi kesalahan yangdilakukan dalam proses pembelajaran

5. Fase ini menjadi tahap dimana pesertadidik menganalisa masalah dandirumaskan tahapan penyelesaian

188

masalahnyaIV. Discussion

1. Fase ini memberikan kesempatan kepadapeserta didik untuk mengeluarkanpendapat dan berdiskusi.

2. Fase ini adalah fase yang bertujuan untukmemantau proses pemecahan masalah.

3. Fase ini dapat membuat peserta didikdapat menghargai dan menerimaperbedaan (pendapat)

4. Fase ini tenaga pendidik mendorongpeserta didik bekerja sama dan berdiskusi

5. Fase ini membuat tenaga pendidik dapatlebih mengembangkan kemampuanpeserta didik dalam pemecahan masalahpada teori struktur data.

V. Present

1. Pada fase ini peserta didikmempresentasikan hasil diskusi darimasalah yang diberikan

2. Peserta didik dapat berdiskusi dengananggota kelompok dan anggota kelasdalam meningatkan kemampuan StrukturData

3. Fase ini menjadi tahapan yang memotivasipeserta didik dalam berbagi pengalamanselama proses pemecahan masalah.

4. Peserta didik bertukar pendapat denganpeserta kelompok lain

5. Fase ini meningkatkan kemampuankomunikasi peserta kelompok

VI. Evaluation1. Fase ini menjadi tahapan dimana tenaga

pendidik mengukur kemampuan akhirpeserta didik dalam melakukan pemechanmasalah.

2. Fase ini fase yang baik untukmendapatkan umpan balik dari prosespembelajaran yang telah dilakukan

3. Fase ini dapat menjadi proses dalammenentukan nilai hasil belajar pesertadidik dalam mata kuliah Struktur Data.

4. Fase ini menjadi tahapan dimana tenagapendidik mengukur kemampuan akhirpeserta didik dalam melakukan

189

pemecahan masalah.5. Fase ini menjadi menunjang fase

selanjutnyaVII. Reward

1. Fase ini tenaga pendidik memberikanpenghargaan kepada peserta didik yangmemiliki nilai yang tinggi.

2. Fase ini mampu meningkatkan motivasibelajar peserta didik.

3. Fase ini memperlihatkan kepeduliantenaga pendidik pada proses pembelajaranstruktur data.

4. Fase ini dapat meningkatkan kepercayaandiri peserta didik.

5. Fase ini dapat meningkakan jiwakompetitif peserta didik

Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap model“Pengembangan Model Coopertive Oriented Problem (COP) Pada MataKuliah Struktur Data”. dengan ini menyatakan bahwa model ini (lingkari salahsatu):

1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat

banyak

Padang, Januari 2019Validator,

(..............................................)

190

Lampiran 8. Hasil Penilaian Validator terhadap Model Cooperative Oriented

Problem

Hasil Penilaian Validator terhadap Model Cooperative Oriented Problem

NO SINTAKBUTIR VALIDATOR

PERTANYAAN 1 2 3 4 51

Submission of goalsand motivation

A1 4 3 5 4 22 A2 3 4 5 4 33 A3 4 4 3 4 24 A4 3 4 5 4 35 A5 5 4 3 5 46

Smart Grouping

B1 4 3 4 5 47 B2 3 4 3 4 28 B3 4 5 4 3 49 B4 5 4 3 5 4

10 B5 4 5 4 5 411

Define Problems

C1 4 5 4 5 412 C2 3 5 4 3 413 C3 5 4 3 4 214 C4 4 5 4 5 415 C5 5 4 3 5 416

Discussion

D1 3 5 4 5 417 D2 5 4 3 5 418 D3 4 5 4 5 419 D4 5 4 3 4 520 D5 5 2 4 3 421

Present

E1 4 5 4 5 422 E2 3 5 4 3 423 E3 5 4 3 4 224 E4 4 5 4 5 425 E5 5 4 3 5 426

Evaluation

F1 3 2 4 5 427 F2 5 4 5 5 428 F3 4 5 4 5 429 F4 3 4 5 4 530 F5 5 4 5 4 531

Reward

G1 5 4 5 4 532 G2 5 4 5 5 433 G3 5 4 5 4 534 G4 5 4 5 4 535 G5 3 5 4 5 4

191

Lampiran 9. Lembar Validasi Para Ahli (Experts) terhadap Modul

LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP MODUL

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM

PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..

Petunjuk Pengisian Lembar Validasi

Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu

tentang kualitas konstruk modul “Pengembangan Model PembelajaranCoopertive Oriented Problem (COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”.Pendapat, penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akan sangat bermanfaatuntuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini. Untuk itu kami mohonBapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan sesuaidengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannya berkisar dari 1 sampai dengan 5(Sangat Tidak Baik sampai dengan Sangat Baik).

1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik

192

Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dankoreksi) yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakansemata-mata untuk kepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasamaBapak/Ibu, disampaikan terima kasih.

Padang, Januari 2019

Peneliti

193

No Aspek Kualitas KonstrukModul Mata Kuliah Struktur Data

Alternatif Skor Penilaian1 2 3 4 5

I. Organisasi Materi1. Desain sampul menarik dan menggambarkan

model Cooperative Oriented Problem

2. Kerangka isi modul terstruktur dan sistematisdengan baik

3. Modul dilengkapi dengan petunjukpenggunaan modul

4. Referensi dan sumber bahan bacaan yangmemadai dan jelas.

II. Format Penulisan5. Materi dan bahan ajar dalam modul dapat

terbaca dengan jelas.

6. Tata letak materi jelas dan rinci.

7. Tata letak (layout) sesuai kebutuhan dankaedah penulisan.

III. Penggunaan Bahasa8. Tata tulis sesuai dengan kaedah bahasa

indonesia (EYD)

9. Penggunaan kalimat tidak berbelit-belitsehingga mudah dipahami

1 0 . Paragraf tersusun dengan jelas dan rapiIV. Aspek Isi

11.Materi ajar sesuai dengan silabus

12.Materi sesuai dengan SAP

13.Terdapat penjelasan deskripsi modul matakuliah yang dikembangkan.

14.Petunjuk penggunaan modul sangat jelas dankonkrit.

15.Kegiatan tenaga pendidik dan peserta didiktergambar dengan jelas.

16.Materi tersusun dengan sistematis17.Modul dilengkapi dengan rangkuman18.Cakupan materi pada modul sesuai dengan

tujuan pembelajaran dan kebutuhankurikulum.

19.Modul menerapkan prinsip motivasi bagi pesertadidik untuk mempertahankan daya baca

20.Tugas dan tes dapat menguji kemampuanpengguna dalam menguasai konsep

21.Pesan pada modul mengandung unsurperubahan sikap peserta didik

22.Modul dilengkapi dengan rangkuman

194

Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap modul“Pengembangan Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP)Pada Mata Kuliah Struktur Data”. dengan ini menyatakan bahwa model ini(lingkari salah satu):

1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat

banyak

Padang, Januari 2019Validator,

(..............................................)

195

Lampiran 10. Lembar Validasi para Ahli (Experts) terhadap Media Pembelajaran

Penilaian Validator terhadap Modul Mata Kuliah Struktur Data dengan Model

Pembelajaran Cooperative Oriented Problem

No. Aspek YangDinilai

∑s n(c-1)

Aiken'sV

Ket

1 Item 1 17 20 0,85 Valid

2 Item 2 14 20 0,70 Valid

3 Item 3 18 20 0,90 Valid

4 Item 4 16 20 0,80 Valid

5 Item 5 15 20 0,75 Valid

6 Item 6 15 20 0,75 Valid

7 Item 7 16 20 0,80 Valid

8 Item 8 17 20 0,85 Valid

9 Item 9 18 20 0,90 Valid

10 Item 10 15 20 0,75 Valid

11 Item 11 17 20 0,85 Valid

12 Item 12 16 20 0,80 Valid

13 Item 13 17 20 0,85 Valid

14 Item 14 16 20 0,80 Valid

15 Item 15 15 20 0,75 Valid

16 Item 16 18 20 0,90 Valid

17 Item 17 19 20 0,95 Valid

18 Item 18 16 20 0,80 Valid

19 Item 19 17 20 0,85 Valid

20 Item 20 16 20 0,80 Valid

21 Item 21 14 20 0,70 Valid

22 Item 22 18 20 0,90 ValidJumlah 485 18,00

ValidRata-Rata 22,05 0,86

196

Lampiran 11. Hasil Penilaian Validator terhadap Media Pembelajaran Mata

Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative Oriented

Problem

LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM

PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..

Petunjuk Pengisian Lembar Validasi

Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu

tentang kualitas konstruk media pembelajaran “Pengembangan ModelPembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP) Pada Mata KuliahStruktur Data”. Pendapat, penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akansangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini.Untuk itu kami mohon Bapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yangtelah disediakan sesuai dengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannyaberkisar dari 1 sampai dengan 5 (Sangat Tidak Baik sampai dengan SangatBaik).

1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik

197

Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dankoreksi) yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakansemata-mata untuk kepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasamaBapak/Ibu, disampaikan terima kasih.

Padang, Januari 2019

Peneliti

198

No Aspek Kualitas Media (Website)Alternatif Skor Penilaian

1 2 3 4 5

I. Komponen Website1. Menu dan konten website sesuai

dengan kebutuhan2. Halaman website mempermudah

peserta didik untuk mendapatkaninformasi

3. Materi pada website pembelajaranmudah diakses

4. Website menerapkan prinsip motivasibagi peserta didik dalammempertahankan daya baca

5. Tugas yang disajikan pada websitemendorong peserta didik untukberaktivitas

6. Pesan pembelajaran pada websitemembantu peningkatan keterlibatankognisi peserta didik

7. Pesan website membantu peserta didikbelajar konsep

8. Website membelajarkan peserta didikagar mampu memecahkan masalah

9. Website menyediakan fasilitas untukpengguna melakukan umpan balik

10. Konten pada website memandupengguna untuk melakukan tindakan

11. Panduan membantu penggunaberinteraksi dengan website

II. Aspek Tampilan12. Desain dan tampilan visual website

menarik13. Desain grafis yang terdapat pada

website sesuai dengan materi pelajaran14. Link yang digunakan pada website

dibuat dengan jelas15. Teks yang digunakan dalam website

memenuhi aspek keterbacaan16. Ukuran dan jenis huruf yang

digunakan pada website memenuhistandar keterbacaan sebuah mediawebsite

17. Warna yang digunakan website tidakmenggangu penglihatan (konsisten)

199

III. Aspek Multimedia18. Penggunaan animasi yang terdapat

pada website mempermudah pesertadidik memahami materi ajar

19. Animasi yang digunakan pada websitemenarik

IV. Aspek Kebahasaan20. Bahasa yang digunakan pada website

mudah dipahami21. Bahasa yang digunakan dalam website

bersifat komunikatif22. Bahasa pada website menggunakan

kaedah bahasa Indonesia yang baikdan benar (EYD)

Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap mediapembelajaran“Pengembangan Model Pembelajaran Coopertive OrientedProblem (COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”. dengan ini menyatakanbahwa model ini (lingkari salah satu):

1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat

banyak

Padang, Januari 2019Validator,

(..............................................)

200

Lampiran 12. Lembar Validasi para Ahli (Experts) terhadap Panduan Mengajar

Hasil Penilaian Validator terhadap Media Pembelajaran Mata Kuliah StrukturData dengan Model Cooperative Oriented Problem

No.Aspek yang

DinilaiPenilaian Validator ∑s Aiken's

VKet

1 2 3 4 51 Item 1 4 4 4 5 5 17 0,85 Valid2 Item 2 3 4 4 4 5 15 0,75 Valid3 Item 3 4 4 5 5 4 17 0,85 Valid4 Item 4 4 5 5 4 4 17 0,85 Valid5 Item 5 4 4 5 5 4 17 0,85 Valid6 Item 6 4 5 5 5 4 18 0,90 Valid7 Item 7 4 5 4 4 4 16 0,80 Valid8 Item 8 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid9 Item 9 4 5 5 4 4 17 0,85 Valid10 Item 10 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid11 Item 11 4 4 5 4 5 17 0,85 Valid12 Item 12 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid13 Item 13 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid14 Item 14 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid15 Item 15 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid16 Item 16 4 4 4 5 4 16 0,80 Valid17 Item 17 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid18 Item 18 4 4 4 5 5 17 0,85 Valid19 Item 19 3 4 4 5 4 15 0,75 Valid20 Item 20 4 4 5 5 5 18 0,90 Valid21 Item 21 4 4 5 5 5 18 0,90 Valid22 Item 22 4 5 4 5 5 18 0,90 Valid

Jumlah 87 100 103 104 104 498 18,65Valid

Rata-Rata 3,955 4,545 4,682 4,727 4,727 22,64 0,85

201

Lampiran 13. Hasil Penilaian Validator terhadap Panduan Mengajar pada

Mata Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative

Oriented Problem

LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP PANDUAN MENGAJAR

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM

PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..

Petunjuk Pengisian Lembar Validasi

Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu

tentang kualitas konstruk panduan mengajar “Pengembangan ModelPembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP) Pada Mata KuliahStruktur Data”. Pendapat, penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akansangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini.Untuk itu kami mohon Bapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yangtelah disediakan sesuai dengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannyaberkisar dari 1 sampai dengan 5 (Sangat Tidak Baik sampai dengan Sangat Baik).

1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik

202

Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dankoreksi) yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakansemata-mata untuk kepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasamaBapak/Ibu, disampaikan terima kasih.

Padang, Januari 2019

Peneliti

203

No Aspek Kualitas KonstrukPerangkat Pembelajaran

Alternatif Skor Penilaian1 2 3 4 5

I. Komponen Silabus

1. Silabus dilengkapi dengan identitas silabus

2. Silabus memuat pokok-pokok bahasan setiappertemuan

3. Silabus mata kuliah memuat rubrik kegiatanpembelajaran.

4. Silabus mencantumkan strategi pembelajaranyang bervariasi

5. Silabus dilengkapi dengan daftar bacaanyang relevan dengan materi perkuliahan

II. Kompenen SAP6. SAP dilengkapi dengan identitas SAP7. Kesesuaian SAP dengan silabus8. SAP dikembangkan didasari kaedah model

pembelajaran Cooperative Oriented Problem

9. Media pembelajaran digunakan secarabervariasi

10. SAP dilengkapi dengan kegiatan evaluasiformatif

11. SAP dilengkapi dengan kegiatan evaluasisumatif

III. Bahasa12. Bahasa yang digunakan sesuai dengan EYD

13. Bahasa yang digunakan mudah dipahami

14. Bahasa yang digunakan terstruktur sistematis

IV. Sistem Evaluasi15. Petujuk tes mudah dipahami dan dapat

dilaksanakan.16. Tujuan tes tersampaikan dengan baik dan

jelas.17. Soal tes dapat mengukur kemampuan peserta

didik.18. Indikator kompetensi yang ingin dicapai

jelas dan dapat diukur.19. Kriteria dalam penilaian jelas dan dapat

dilaksanakan.

20. Aspek-aspek yang dinilai jelas dan terukur.

21. Penilaian mencakup hasil kognitif, afektifdan psikomotor.

204

Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap panduanmengajar “Pengembangan Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem(COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”. dengan ini menyatakan bahwamodel ini (lingkari salah satu):

1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat

banyak

Padang, Januari 2019Validator,

(..............................................)

205

Lampiran 14. Lembar Validasi para Ahli (Experts) terhadap Buku Model

Hasil Penilaian Validator terhadap Panduan Mengajar pada Mata Kuliah StrukturData dengan Model Cooperative Oriented Problem

No.Aspekyang

Dinilai

Penilaian Validator ∑s Aiken's V Ket

1 2 3 4 5

1 Item 1 4 4 5 4 5 17 0,85 Valid

2 Item 2 3 4 4 4 4 14 0,70 Valid

3 Item 3 4 4 5 5 5 18 0,90 Valid

4 Item 4 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid

5 Item 5 3 4 5 4 4 15 0,75 Valid

6 Item 6 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid

7 Item 7 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid

8 Item 8 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid

9 Item 9 4 4 5 5 5 18 0,90 Valid

10 Item 10 3 4 4 4 5 15 0,75 Valid

11 Item 11 4 4 5 5 4 17 0,85 Valid

12 Item 12 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid

13 Item 13 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid

14 Item 14 4 5 4 4 4 16 0,80 Valid

15 Item 15 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid

16 Item 16 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid

17 Item 17 4 5 5 5 5 19 0,95 Valid

18 Item 18 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid

19 Item 19 4 5 4 4 5 17 0,85 Valid

20 Item 20 4 4 4 4 5 16 0,80 Valid

21 Item 21 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid

Jumlah 82 93 96 94 101 466 17,30Valid

Rata-Rata 3,727 4,227

4,364 4,273 4,591 21,18 0,82

206

Lampiran 15. Hasil Penilaian Validator terhadap Buku Model Cooperative Oriented

Problem

LEMBAR VALIDASI PARA AHLI (EXPERTS)TERHADAP BUKU MODEL

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANCOOPERTIVE ORIENTED PROBLEM

PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Kepada Yth. Bapak/Ibu ………………………………..

Petunjuk Pengisian Lembar Validasi

Assalamu’alaikum wr. wb…Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu

tentang kualitas konstruk buku model “Pengembangan Model PembelajaranCoopertive Oriented Problem (COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”.Pendapat, penilaian, saran dan koreksi dari Bapak/Ibu akan sangat bermanfaatuntuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas model ini. Untuk itu kami mohonBapak/Ibu dapat memberikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan sesuaidengan pendapatnya. Alternatif skor penilaiannya berkisar dari 1 sampai dengan 5(Sangat Tidak Baik sampai dengan Sangat Baik).

1 = Sangat Tidak Baik2 = Tidak Baik3 = Cukup Baik4 = Baik5 = Sangat Baik

207

Sesuai dengan etika penelitian, data-data (pendapat, penilaian, saran, dankoreksi) yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan digunakansemata-mata untuk kepentingan penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasamaBapak/Ibu, disampaikan terima kasih.

Padang, Januari 2019

Peneliti

208

No Aspek Kualitas Konstruk Buku Model MataKuliah Struktur Data

Alternatif Skor Penilaian1 2 3 4 5

I. Organisasi Materi1. Desain sampul menarik dan

menggambarkan buku model CooperativeOriented Problem

2. Kerangka isi buku model terstruktur dansistematis dengan baik

3. Referensi dan sumber bahan bacaan yangmemadai dan jelas.

II. Format Penulisan4. Materi dan kajian dalam buku model dapat

terbaca dengan jelas.

5. Tata letak materi jelas dan rinci.

6. Tata letak (layout) sesuai kebutuhan dankaedah penulisan.

III. Penggunaan Bahasa7. Tata tulis sesuai dengan kaedah bahasa

indonesia (EYD)

8. Penggunaan kalimat tidak berbelit-belitsehingga mudah dipahami

9 . Paragraf tersusun dengan jelas dan rapi

IV. Aspek Isi10. Menggunakan teori dasar yang relevan

sebagai penguatan model11. Penggunaan teori cukup dan memadai untuk

sebuah model12. Cakupan teori tentang model pembelajaran

Coopertive Oriented Problem dikemukakandengan jelas

13. Penjelasan masing-masing teori dapatdipahami dan cakupan luas

14. Kajian materi sangat komprehensif

15. Fase-fase atau sintaks model terurai denganjelas dan mudah dilakukan.

209

Mohon Saran dan Komentar Bapak/Ibu:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan hasil validasi atau review (tinjauan) saya terhadap buku model“Pengembangan Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP)Pada Mata Kuliah Struktur Data”. Dengan ini menyatakan bahwa model ini(lingkari salah satu):

1. Sangat layak digunakan tanpa ada revisi2. Layak digunakan dengan sedikit revisi3. Cukup layak digunakan dengan tingkat revisi yang sedang4. Kurang layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang banyak5. Sangat tidak layak digunakan karena memiliki tingkat revisi yang sangat

banyak

Padang, Januari 2019Validator,

(..........................................................)

210

Lampiran 16. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Modul

Hasil Penilaian Validator terhadap Buku Model Cooperative Oriented Problem

1 2 3 4 51 Item 1 4 4 5 4 5 17 0,85 Valid2 Item 2 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid3 Item 3 4 4 4 5 4 16 0,80 Valid4 Item 4 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid5 Item 5 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid6 Item 6 4 5 5 4 5 18 0,90 Valid7 Item 7 4 5 4 5 4 17 0,85 Valid8 Item 8 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid9 Item 9 4 4 5 4 5 17 0,85 Valid10 Item 10 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid11 Item 11 4 4 4 5 5 17 0,85 Valid12 Item 12 4 4 5 5 4 17 0,85 Valid13 Item 13 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid14 Item 14 4 4 5 4 4 16 0,80 Valid15 Item 15 4 4 4 4 4 15 0,75 Valid

61 65 70 69 69 334 12,204,067 4,333 4,667 4,6 4,6 22,27 81%

JumlahValid

Rata-Rata

No.Aspek Yang

DinilaiPenilaian Validator ∑s Aiken's

VKet

211

Lampiran 17. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Modul

LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON TENAGA PENDIDIKTERHADAP MODUL

PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

A. Tujuan

Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitas modul“Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP) Pada MataKuliah Struktur Data”.

B. Petunjuk Penilaian

1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatanyang dilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yangtersedia.

2. Makna point praktikalitas adalah:

5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju

3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.

Padang, Januari 2020

Peneliti

212

INSTURMEN PRAKTIKALITAS MODUL PEMBELAJARANMATA KULIAH STRUKTUR DATA

No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian

SS S CS TS STS1. Variasi penyajian materi pada modul

mengkombinasikan teks, bagan dan gambar2. Urutan penyajian materi pada modul dapat

meningkatkan perhatian peserta didik terhadapperkuliahan

3. Modul dapat membantu tenaga pendidik dalammembangkitkan motivasi dan partisipasi peserta didik

4. Penyajian materi dengan modul ini dapat menujangkegiatan pembelajaran peserta didik

5. Modul ini dapat membantu kelancaran prosespembelajaran

6. Interaksi antara tenaga pendidik dan peserta didikdalam modul ini mudah diterapkan

7. Langkah-langkah dalam modul ini mudah diterapkan

8. Penggunaan modul dapat membantu pengontrolanpeserta didik dalam proses pembelajaran

9. Penggunaan modul dapat membantu tenaga pendidiksharing ilmu baik sesama tenaga pendidik atau pundengan peserta didik dalam pembelajaran

10. Penggunaan modul dapat membantu peningkatankemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran

11. Penggunaan modul dapat membantu menumbuhkanpengalaman belajar peserta didik dalam prosespembelajaran

12. Penggunaan modul dapat membantu meningkatanaktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran

13. Penggunaan modul dapat membantu peserta didikmemahami konsep tentang kegiatan perkuliahan yangdilakukan

14. Penyajian materi dalam modul sesuai dengan tujuanpembelajaran

15. Materi dalam modul ini dapat memenuhi LearningOutcomes yang diharapkan dalam pembelajaran

16. Modul menggunakan istilah-istilah yang mudahdipahami

17. Modul menggunakan jenis teks yang mudah dibaca

18. Bahasa penyajian pada modul mudah dipahami

213

Saran/Komentar

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

Padang, Januari 2019Pengguna,

(Tanda Tangan)

214

Lampiran 18. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik terhadap

Kepraktisan Modul Mata Kuliah Struktur Data

Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga pendidik terhadap Kepraktisan ModulMata Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative Oriented Problem

215

Lampiran 19. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Media

Pembelajaran

LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON TENAGA PENDIDIKTERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

A. Tujuan

Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitas mediapembelajaran “Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP)Pada Mata Kuliah Struktur Data”.

B. Petunjuk Penilaian

1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatan yangdilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia.

2. Makna point praktikalitas adalah:

5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju

3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.

Padang, Januari 2020

Peneliti

216

INSTURMEN PRAKTIKALITAS MEDIA PEMBELAJARAN (WEBSITE)MATA KULIAH STRUKTUR DATA

No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian

SS S CS TS STS1. Materi pada website sesuai dengan pokok

bahasan pada silabus2. Petunjuk pada halaman website dapat

membantu dalam mengakses materi3. Materi pada website pembelajaran mudah

diakses4. Materi pada web sesuai dengan kebutuhan

peserta didik5. Urutan materi yang disajikan pada website

dapat meningkatkan perhatian terhadapperkuliahan

6. Tidak membutuhkan waktu yang lama dalammemahami materi pada website

7. Penyajian materi pada website menarik

8. Tugas yang disajikan pada websitemendorong peserta didik untuk beraktivitas

9. Website dapat dengan mudah digunakandalam proses pembelajaran

10. Tugas-tugas yang ada dalam website dapatdiselesaikan oleh mahasiwa

11. Akses website mudah dilakukan

12. Panduan dapat membantu berinteraksidengan website

13. Tampilan website fleksibel

14. Desain visual website menarik

15. Desain grafis yang terdapat pada websitesesuai dengan materi pelajaran

16. Istilah-istilah yang digunakan dalam websitemudah dipahami

17. Jenis huruf yang digunakan pada websitemudah dibaca

18. Ukuran huruf yang digunakan pada websitemudah dibaca

19. Warna yang digunakan website tidakmenggangu penglihatan

20. Tata letak penyajian materi pada websitedapat meningkatkan perhatian peserta didikuntuk membaca materi

21. Animasi yang digunakan pada website

217

menarik

22. Animasi yang terdapat pada websitemendukung materi ajar

23. Bahasa penyajian materi pada website mudahdipahami

Saran/Komentar

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

Padang, Januari 2019Pengguna,

(Tanda Tangan)

218

Lampiran 20. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik

Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik terhadap Kepraktisan MediaPembelajaran pada Mata Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative

Oriented Problem

219

Lampiran 21. Lembar Praktikalitas Respon Tenaga Pendidik terhadap Panduan

Mengajar

LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON TENAGA PENDIDIKTERHADAP PANDUAN MENGAJAR

PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

A. Tujuan

Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitaspanduan mengajar “Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem(COP) Pada Mata Kuliah Struktur Data”.

B. Petunjuk Penilaian

1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatan yangdilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia.

2. Makna poin praktikalitas adalah:

5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju

3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.

Padang, Januari 2020

Peneliti

220

INSTRUMEN PRAKTIKALITAS PANDUAN MENGAJAR (SILABUSDAN SAP) MATA KULIAH STRUKTUR DATA

No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian

SS S CS TS STS1. Identitas silabus jelas dan lengkap

2. Tujuan mata kuliah pada silabus mudah dipahami

3. Urutan materi pada silabus sesuai dengan tujuanmata kuliah

4. Strategi pembelajaran pada silabus mudahdilaksanakan

5. Strategi pembelajaran pada silabus sesuai dengantujuan pembelajaran

6. Daftar bacaan pada silabus relevan dengan materipembelajaran

7. Identitas SAP jelas dan lengkap

8. Tujuan mata kuliah pada SAP mudah dipahami

9. SAP sesuai dengan silabus

10. Urutan materi pada SAP sesuai dengan tujuanmata kuliah

11. SAP menggunakan pendekatan pembelajaranberbasis kompetensi

12. Media pembelajaran mudah digunakan

13. Kegiatan evaluasi formatif pada SAP jelas, rinci,mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan

14. Kegiatan evaluasi sumatif pada SAP jelas, rinci,mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan

15. SAP membantu saya dalam melaksanakanpembelajaran berbasis kompetensi

16. Bahasa yang digunakan pada silabus dan SAPmudah dipahami

17. Bahasa yang digunakan pada silabus dan SAPsesuai EYD

221

Saran/Komentar

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

Padang, Januari 2019Pengguna,

(Tanda Tangan)

222

Lampiran 22. Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga Pendidik terhadap

Kepaktisan Panduan Mengajar Mata Kuliah Struktur Data

Hasil Analisis Data Angket Respon Tenaga pendidik terhadap KepraktisanPanduan Mengajar Mata Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative

Oriented Problem

1 2 3 4 51 Pernyataan 1 4 5 5 5 4 23 92% Sangat Praktis2 Pernyataan 2 5 4 5 4 5 23 92% Sangat Praktis3 Pernyataan 3 4 5 4 5 4 22 88% Praktis4 Pernyataan 4 4 3 4 4 5 20 80% Praktis5 Pernyataan 5 5 4 4 5 4 22 88% Praktis6 Pernyataan 6 4 4 5 4 5 22 88% Praktis7 Pernyataan 7 5 4 5 4 5 23 92% Sangat Praktis8 Pernyataan 8 4 4 5 5 4 22 88% Praktis9 Pernyataan 9 4 4 5 5 4 22 88% Praktis10 Pernyataan 10 5 5 4 5 4 23 92% Sangat Praktis11 Pernyataan 11 4 4 5 5 5 23 92% Sangat Praktis12 Pernyataan 12 4 4 4 4 5 21 84% Praktis13 Pernyataan 13 5 4 5 4 5 23 92% Sangat Praktis14 Pernyataan 14 4 5 4 4 5 22 88% Praktis15 Pernyataan 15 4 4 5 4 5 22 88% Praktis16 Pernyataan 16 4 4 5 4 5 22 88% Praktis17 Pernyataan 17 4 4 5 4 4 21 84% Praktis

1504%84%

Kategori

JumlahPraktis

Rata-Rata

No. PernyataanDosen

Jumlah Persentase

223

Lampiran 23. Lembar Praktikalitas Respon Peserta Didik terhadap Media

Pembelajaran

LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON PESERTA DIDIKTERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

A. Tujuan

Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitas modul“Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP) Pada MataKuliah Struktur Data”.

B. Petunjuk Penilaian

1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatan yangdilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia.

2. Makna poin praktikalitas adalah:

5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju

3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.

Padang, Januari 2020

Peneliti

224

INSTURMEN PRAKTIKALITAS MODUL PEMBELAJARAN

MATA KULIAH STRUKTUR DATA

No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian

SS S CS TS STS1. Variasi penyajian materi pada modul

mengkombinasikan teks, bagan dan gambar2. Urutan penyajian materi pada modul dapat

meningkatkan perhatian saya terhadap perkuliahan

3. Saya tidak membutuhkan waktu yang lama untukmemahami materi yang mengkombinasikan teks,bagan dan gambar

4. Materi pada modul sesuai dengan pokok bahasanpertemuan pada silabus

5. Materi pada modul sesuai dengan kebutuhan saya6. Materi pada modul berkaitan dengan pengetahuan

saya sebelumnya7. Penyajian materi pada modul tidak menyulitkan

saya dalam memahaminya8. Modul tidak menuntut saya bekerja lebih keras

untuk memahaminya9. Kegiatan pada modul pembelajaran ini mudah

dimengerti10. Kegiatan pada modul pembelajaran ini mudah

dilaksanakan11. Modul menggunakan jenis teks yang mudah saya

baca12. Modul menggunakan istilah-istilah yang mudah

saya pahami13. Bahasa penyajian pada modul mudah saya pahami

14. Tata letak penyajian modul meningkatkan perhatiansaya untuk membacanya

15. Warna teks modul tidak menggangu kenyamananmata saya

Saran/Komentar

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

Padang, Januari 2019Pengguna,

(Tanda Tangan)

225

Lampiran 24. Hasil Analisis Data Angket Respon Peserta Didik terhadap

Kepraktisan Modul Mata Kuliah Struktur Data

Hasil Analisis Data Angket Respon Peserta Didik terhadap Kepraktisan ModulMata Kuliah Struktur Data dengan Model Pembelajaran Cooperative Oriented

Problem

226

Lampiran 25. Lembar Praktikalitas Respon Peserta Didik terhadap Media

Pembelajaran

LEMBAR PRAKTIKALITAS RESPON PESERTA DIDIKTERHADAP MEDIA PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN MODEL COOPERTIVE ORIENTED PROBLEM (COP)PADA MATA KULIAH STRUKTUR DATA

Oleh: Yogi Yunefri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

A. Tujuan

Tujuan penggunaan instrumen ini adalah untuk mengukur praktikalitas mediapembelajaran “Model Pembelajaran Coopertive Oriented Problem (COP)Pada Mata Kuliah Struktur Data”.

B. Petunjuk Penilaian

1. Mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian atas pengamatan yangdilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia.

2. Makna poin praktikalitas adalah:

5 : Sangat Setuju4 : Setuju3 : Cukup Setuju2 : Tidak Setuju1 : Sangat Tidak Setuju

3. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan observasi dan memberikanpenilaian, saya mengucapkan terima kasih.

Padang, Januari 2020

Peneliti

227

INSTURMEN PRAKTIKALITAS MEDIA PEMBELAJARAN (WEBSITE)

MATA KULIAH STRUKTUR DATA

No Aspek yang DinilaiSkala Penilaian

SS S CS TS STS1. Materi pada website sesuai dengan pokok

bahasan pada silabus2. Petunjuk pada halaman website membantu

saya dalam mengakses materi3. Materi pada website pembelajaran mudah

diakses4. Materi pada web sesuai dengan kebutuhan

saya5. Urutan materi yang disajikan pada website

meningkatkan perhatian saya terhadapperkuliahan

6. Saya tidak membutuhkan waktu yang lebihlama dalam memahami materi pada website

7. Penyajian materi pada website menarikperhatian saya untuk mengikuti kegiatanperkuliahan

8. Tugas yang disajikan pada Websitemendorong saya untuk beraktivitas

9. Website dapat dengan mudah saya gunakandalam proses pembelajaran

10. Tugas-tugas yang ada dalam website dapatsaya selesaikan

11. Akses website mudah dilakukan

12. Panduan membantu saya berinteraksi denganwebsite

13. Tampilan website fleksibel

14. Desain visual website menarik

15. Desain grafis yang terdapat pada websitesesuai dengan materi pelajaran

16. Saya dapat membaca teks yang ada di dalamwebsite

17. Jenis huruf yang digunakan pada websitemudah saya baca

18. Ukuran huruf yang digunakan pada websitetidak mengganggu saya dalam membaca

19. Warna yang digunakan website tidakmenggangu penglihatan

20. Tata letak penyajian materi pada websitemeningkatkan perhatian saya untuk membaca

228

materi

21. Animasi yang digunakan pada websitemenarik

22. Animasi yang terdapat pada websitemendukung materi ajar

23. Bahasa penyajian materi pada website mudahsaya pahami

Saran/Komentar

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

Padang, Januari 2019

Pengguna,

(Tanda Tangan)

229

Lampiran 26. Hasil Analisis Data Angket Respon Peserta Didik terhadap

Kepraktisan Media Pembelajaran pada Kuliah Struktur

Data

Hasil Analisis Data Angket Respon Peserta didik terhadap Kepraktisan MediaPembelajaran Mata pada Kuliah Struktur Data dengan Model Cooperative

Oriented Problem

230

Lampiran 27. Data Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik

Data Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik

NOKELAS EKPERIMEN KELAS KONTROL

PRETEST POSTTEST PRETEST POSTTEST1 33 82 22 752 24 74 31 773 33 83 33 674 26 74 24 615 31 79 33 756 37 78 37 707 35 81 33 778 24 79 31 689 28 73 35 77

10 33 74 31 7511 31 78 26 6012 24 82 28 6513 35 79 35 7514 26 67 26 7115 28 79 28 6516 33 81 33 7717 24 83 28 6318 40 74 37 8219 26 74 35 8420 37 69 28 8221 28 8322 35 8123 26 7924 37 8525 28 7926 26 8127 22 8228 33 7829 24 7830 33 83

231

Lampiran 28. Analisis Data Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik

1. Uji Normalitas

Tests of Normality

Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasilbelajar

Pre-Test Eksperimen(COP)

.160 30 .048 .934 30 .062

Post-Test Eksperimen(COP)

.142 30 .127 .967 30 .460

Pre-Test Kontrol(Konvensional)

.154 20 .200* .952 20 .393

Post-Test Kontrol(Konvensional)

.158 20 .200* .962 20 .578

*. This is a lower bound of the true significance.a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance

LeveneStatistic

df1 df2 Sig.

Hasilbelajar

Based on Mean 1.305 3 96 .277

Based on Median 1.343 3 96 .265

Based on Median andwith adjusted df

1.343 3 91.360

.265

Based on trimmed mean 1.296 3 96 .280

(Barrows and Robyn M. Tamblyn, 1980)

232

Lampiran 29. Foto Kegiatan