pengembangan perangkat pembelajaran berintegrasikan

16
AL-BIDAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar Islam Volume 8, Nomor 2, Desember 2016; ISSN : 2085-0034 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERINTEGRASIKAN MEDIA KIT IPA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Naniek Kusumawati Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Madiun e-mail: [email protected] ABSTRACT Abstract: This study aimed to develop and implement learning KIT that includes the feasibility of learning KIT and students’ response. This learning KIT was developed by using 4-D model with T-test of one group pretest-posttest design. The research data include; 1) the validity of Lesson plan with 3.86 point which is categorized as very good, BAS with 3.71 point which is categorized as very good, LKS with 3.9 point is categorized as very good, and legibility of BAS with 76,50 point is categorized as medium 2) the implementation of learning KIT included; the feasibility of lesson plan with 99.0 point, the individual students’ science process skill with 90,1 point and the classical one with 100 point and the students’ positive response to the learning. Based on the research result, it can be concluded that the learning kit integrates to natural science KIT media to train students’ science process skill of ffth grade elementary school is properly used. Key words: KIT Media Science, Science Process Skill ABSTRAK Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasi perangkat pembelajaran yang meliputi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan respon siswa. Perangkat pembelajaran ini dikembangkan menggunakan model 4-D dengan rancangan uji coba one group pretest-posttest design. Data hasil penelitian meliputi: 1) validitas perangkat pembelajaran RPP dengan poin 3.86 dengan kategori sangat baik, BAS dengan poin 3.71 dengan kategori sangat baik, LKS dengan poin 3.9 kategori sangat baik, dan keterbacaan BAS dengan poin 76.50% kategori sedang 2) Implementasi perangkat pembelajaran meliputi keterlaksanaan RPP dengan poin 99.0%, keterampilan proses sains siswa secara individu adalah 90.1%, secara klasikalnya adalah 100% dan respon siswa yang positif terhadap pembelajaran.

Upload: khangminh22

Post on 05-May-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AL-BIDAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar Islam

Volume 8, Nomor 2, Desember 2016; ISSN : 2085-0034

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

BERINTEGRASIKAN MEDIA KIT IPA UNTUK

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

KELAS V SEKOLAH DASAR

Naniek Kusumawati

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Madiun

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Abstract: This study aimed to develop and implement learning KIT that includes the

feasibility of learning KIT and students’ response. This learning KIT was developed

by using 4-D model with T-test of one group pretest-posttest design. The research

data include; 1) the validity of Lesson plan with 3.86 point which is categorized as

very good, BAS with 3.71 point which is categorized as very good, LKS with 3.9 point

is categorized as very good, and legibility of BAS with 76,50 point is categorized as

medium 2) the implementation of learning KIT included; the feasibility of lesson plan

with 99.0 point, the individual students’ science process skill with 90,1 point and the

classical one with 100 point and the students’ positive response to the learning. Based

on the research result, it can be concluded that the learning kit integrates to natural

science KIT media to train students’ science process skill of fifth grade elementary school is properly used.

Key words: KIT Media Science, Science Process Skill

ABSTRAK

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasi

perangkat pembelajaran yang meliputi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan

respon siswa. Perangkat pembelajaran ini dikembangkan menggunakan model 4-D

dengan rancangan uji coba one group pretest-posttest design. Data hasil penelitian

meliputi: 1) validitas perangkat pembelajaran RPP dengan poin 3.86 dengan kategori

sangat baik, BAS dengan poin 3.71 dengan kategori sangat baik, LKS dengan poin

3.9 kategori sangat baik, dan keterbacaan BAS dengan poin 76.50% kategori sedang

2) Implementasi perangkat pembelajaran meliputi keterlaksanaan RPP dengan

poin 99.0%, keterampilan proses sains siswa secara individu adalah 90.1%, secara

klasikalnya adalah 100% dan respon siswa yang positif terhadap pembelajaran.

Naniek Kusumawati

170 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran

berintegrasikan media KIT IPA untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa

kelas V sekolah dasar layak digunakan.

Kata­kata kunci: Media KIT IPA, Keterampilan Proses Sains

A. PENDAHULUAN

Era globalisasi seperti yang terjadi di abad

XXI sekarang ini merupakan era persaingan

bebas yang ketat antar negara di dunia. Dalam

era persaingan tersebut, kompetensi menjadi

suatu hal yang dibutuhkan. Jika tidak memiliki

kompetensi yang mendukung atau tidak ada

usaha untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia, bukan tidak mungkin kita akan

menjadi tamu di negara sendiri.

Pendidikan merupakan usaha untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan menyatakan

bahwa lulusan sekolah di Indonesia harus

mempunyai kualifikasi kemampuan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Dalam arti

lulusan sekolah di Indonesia selain harus

memiliki kemampuan pengetahuan yang luas,

sikap yang baik, dan memiliki keterampilan

serta kecakapan hidup agar dapat menjalani

kehidupan dengan baik. Pendidikan di

Sekolah Dasar (SD) merupakan proses awal

pembentukan pengetahuan, keterampilan dan

sikap peserta didik, salah satunya melalui

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Pembelajaran IPA di SD menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung

melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah. Secara

khusus untuk pelajaran IPA dijelaskan dalam

Permendiknas No.22 tahun 2006 dengan tujuan

antara lain mengembangkan keterampilan

proses untuk menyelidiki peristiwa alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat

suatu keputusan. Proses pembelajaran IPA

menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi

agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah.

Berdasarkan hasil observasi awal di

SDN Jember Lor 3 Jember, masalah yang

dihadapi pendidik dalam mata pelajaran IPA

adalah pembelajaran masih bersifat teacher

centered dan belum secara khusus melatihkan

keterampilan proses dalam belajar IPA. Guru

hanya memberikan informasi tentang konsep

materi pelajaran IPA, sedangkan siswa hanya

menerima informasi yang diberikan guru secara

pasif. Siswa tidak diajarkan bagaimana proses

mendapatkan konsep IPA yang sebenarnya. Hal

ini selaras dengan hasil diskusi antara peneliti

dan guru IPA SDN Jember Lor 3 kelas V tahun

ajaran 2015/2016 yang menyatakan bahwa

hasil Ujian Akhir Semester I mata pelajaran

IPA kelas V nilai rata-rata sebesar 67,88.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkanyaitusebesar≥75danpenilaianpunmasih terfokus pada aspek kognitif produk

sedangkan aspek kognitif keterampilan proses

masih belum dilatihkan.

Pembelajaran pada umumnya masih

didominasi oleh guru. Guru adalah satu-satunya

sumber ilmu sehingga siswa cenderung pasif

dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan

guru, akibatnya siswa tidak mengembangkan

kemampuannya untuk menggali segala

fenomena alam di bidang IPA. Kegiatan

percobaan umumnya jarang dilakukan, apalagi

keterlibatan dalam merancang percobaan.

Percobaan umumnya sudah tersedia petunjuk

pelaksanaan percobaan, sehingga siswa hanya

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA

AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 171

membuktikan yang sudah tersedia pada

petunjuk pelaksaan percobaan. Keterlibatan

dalam merancang percobaan tidak pernah

dilakukan, akibatnya kegiatan diskusi antar

kelompok sangat kurang. Interaksi antar siswa

serta sosialisasi antar siswa kurang. Pelaksanan

pembelajaran membuat siswa bosan dan

kurang menarik karena kurang keterlibatan

fisikdanpsikissiswa.Siswacenderungtidakmemperhatikan guru dan hanya bermain-main

dengan teman sebangkunya.

Dengan melihat kekurangan-kekurangan

di atas perlu dicari cara pemecahannya, agar

keterampilan proses siswa dapat terlatih. Salah

satu alternatif solusi agar pembelajaran berjalan

dengan menyenangkan dan siswa tidak merasa

bosan di kelas saat mengikuti pelajaran yaitu

dengan menggunakan media pembelajaran.

Pengembangan perangkat pembelajaran yang

diintegrasikan dengan media pembelajaran

diduga dapat melatihkan keterampilan proses

siswa.

Menurut Kemp dan Dayton (1985: 208),

media memiliki kontribusi yang sangat

penting terhadap proses pembelajaran. Di

antara kontribusi tersebut menurut kedua

ahli tersebut adalah sebagai berikut: (1)

Penyampaian pesan pembelajaran dapat

lebih terstandar, (2) Pembelajaran dapat lebih

menarik, (3) Pembelajaran menjadi lebih

interaktif, (4) Waktu pelaksanaan pembelajaran

dapat diperpendek, (5) Kualitas pembelajaran

dapat ditingkatkan, (6) Proses pembelajaran

dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun

diperlukan, (7) Sikap positif siswa terhadap

materi pembelajaran serta proses pembelajaran

dapat ditingkatkan, dan (8) Peran guru berubah

ke arah yang positif, artinya guru tidak

menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber

belajar.

Menurut Gerlach (dalam Sanjaya, 2008:

204) secara umum media itu meliputi orang,

bahan, peralatan atau segala kegiatan yang

menciptakan kondisi yang memungkinkan

siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan,

dan sikap. Dalam kegiatan instruksional,

peserta didik seringkali dihadapkan pada hal-

hal yang bersifat kompleks, abstrak dan meta

empiris yang sulit dipahami. Materi seperti

itu, sering tidak efektif diajarkan dengan

menggunakan metode konvensional yang

hanya mengandalkan verbalistik. Untuk itu

diperlukan suatu alat bantu berupa media.

Menurut Anitah (2010: 5), media adalah

setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa

yang dapat menciptakan kondisi yang

memungkinkan pebelajar untuk menerima

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Setiap

media merupakan sarana untuk menuju ke suatu

tujuan. Di dalamnya terkandung informasi

yang dapat dikomunikasikan kepada orang

lain. Bertitik tolak dari penjelasan ini maka

media yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah media KIT IPA materi cahaya yang

diajarkan pada kelas V semester genap.

Media KIT ini pada dasarnya merupakan

salah satu media pembelajaran yang bertujuan

memberikan pengalaman belajar yang lebih

konkrit melalui penciptaan tiruan-tiruan

bentuk pengalaman yang mendekati suasana

yang sebenarnya. Media ini dipilih untuk

mengajar agar siswa dapat melakukan kegiatan

mengorganisir, mengulang, menyimpan, dan

menemukan hubungan antara pengetahuan

yang baru dengan pengetahuan yang telah

ada. Hal ini sesuai dengan teori belajar kognitif

dimana belajar merupakan suatu proses terpadu

yang berlangsung di dalam diri seseorang

dalam upaya memperoleh pemahaman dan

struktur kognitif baru (Bruner, dalam Asra,

2007: 47).

Naniek Kusumawati

172 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016

Alasan keterampilan proses perlu dilatihkan

karena IPA berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan

IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri

dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi

agar menjelajahi dan memahami alam sekitar

secara ilmiah.

Dari hasil observasi yang dilakukan juga

ditemukan bahwa guru masih belum melakukan

pengembangan perangkat pembelajaran untuk

melatihkan keterampilan proses sains pada

siswa. Sehingga perlu dilakukan pengembangan

perangkat pembelajaran untuk meningkatkan

efektivitas hasil belajar siswa dan melatihkan

keterampilan proses sains pada siswa.

Berdasarkan latar belakang yang

dikemukakan di atas, maka penulis memandang

perlu untuk melaksanakan penelitian dengan

judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Berintegrasikan Media KIT IPA untuk

Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Kelas V Sekolah Dasar”. Secara umum, tujuan

penelitian ini adalah untuk menghasilkan

perangkat pembelajaran berintegrasikan Media

KIT IPA yang valid, praktis, dan efektif untuk

melatihkan keterampilan proses sains siswa

kelas V SD.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian

pengembangan. Penelitian ini mengembangkan

perangkat pembelajaran berintegrasikan media

KIT IPA untuk melatihkan keterampilan

proses sains siswa kelas V SD. Penelitian

pengembangan ini mengacu pada model

pengembangan 4-D (four D model) yang

terdiri dari empat tahap (Thiagarajan &

Semmel,1974)yaitu,pendefinisian(define),

perancangan (design), pengembangan

(develop), dan penyebaran (disseminate).

Pengembangan perangkat yang dilakukan

peneliti hanya sampai pada tahap ketiga,

karena hasil pengembangan diterapkan terbatas

sehingga model 4-D yang telah direduksi

menjadi model 3-D. Perangkat pembelajaran

yang dihasilkan meliputi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa

(LKS), Buku Ajar Siswa (BAS) materi cahaya,

instrumen penilaian hasil belajar dan instrumen

tes keterampilan proses sains siswa.

Subjek penelitian dari penerapan hasil

pengembangan perangkat pembelajaran berin-

tegrasikan media KIT IPA pada materi cahaya

pada uji coba adalah siswa kelas V SD Negeri

Jember Lor 3 tahun pelajaran 2015/2016. Pada

uji coba I melibatkan 10 siswa dan uji coba II

sebanyak 20 siswa.

Ujicoba perangkat dilakukan dengan

menggunakan rancangan ujicoba one group

pretest-posttest design (Tuckman, 1978),

dengan rancangan sebagai berikut:

O1 X O2

Keterangan:

O1 :Uji awal atau pretest, bertujuan

mengetahui tingkat penguasaan siswa

terhadap materi pembelajaran sebelum diberi

perlakuan.

O2 : Uji akhir atau posttest, bertujuan

mengetahui tingkat penguasaan siswa

terhadap materi pembelajaran sesudah diberi

perlakuan.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA

AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 173

X :Perlakuan pembelajaran dengan

berintegrasikan media KIT IPA.

Teknik pengumpulan data digunakan

untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan,

akurat, dan dapat digunakan dengan tepat sesuai

tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(1) pengamatan; (2) tes; (3) dokumentasi; dan

(4) angket.

1. Teknik Analisis Data

Analisis hasil pengembangan perangkat

pembelajaran dan hasil ujicoba perangkat

pembelajaran dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran

Teknik analisis data validitasi perangkat

pembelajaran meliputi RPP, BAS, LKS,

instrumen tes pengetahuan dan tes keterampilan

proses sains menggunakan deskriptif kualitatif.

Data yang diperoleh dianalisis dengan rata-rata

skor tiap aspek.

b. Analisis Keterbacaan BAS

Teknik analisis data keterbacaan BAS

menggunakan deskriptif kualitatif. Tingkat

keterbacaan dihitung dengan membandingkan

banyaknya kata yang diisi benar dengan jumlah

keseluruhan kata yang harus diisi kali 100%.

Perhitungan keterbacaan menggunakan ramus

sebagai berikut:

Keterangan:

KB : tingkat keterbacaan

k : frekuensi kata yang bias terbaca

Ʃ k : jumlah seluruh kata yang harus

terbaca.

c. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan pembelajaran

yang dilakukan oleh dua pengamat yang sudah

dilatih sehingga dapat memahami lembar

pengamatan secara benar. Data keterlaksanaan

pembelajaran yang diperoleh dianalisis dengan

deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui

tingkat reabilitas instrumen pengamatan

terhadap keterlaksanaan RPP dihitung dengan

menggunakan rumus percentage of agreement,

yaitu dua orang pengamat mengamati aspek

yang sama selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Menurut Borich (1994: 385),

rumus yang digunakan untuk menghitung

reabilitas sebagai berikut:

(Sumber: Borich,1994:385)

Keterangan:

A= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati,

yang memberikan frekuensi tinggi

B= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati,

yang memberikan frekuensi rendah.

Instrumen dikatakan baik (reliabel) jika

mempunyaikoefisienreliabilitas≥0,75d. Analisis Tes Hasil Belajar

Data tes hasil belajar siswa dianalisis

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif

untuk memperoleh nilai setiap siswa. Hasil

analisis data dijabarkan dengan deskriptif

kualitatif. Tingkat hasil belajar siswa diperoleh

dengan rumus sebagai berikut.

Untuk menentukan ketuntasan belajar

siswa secara klasikal, sesuai dengan KKM

sekolah yakni dikatakan tuntas apabila

mencapai minimal ≥75 dari skor total.

Naniek Kusumawati

174 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016

Ketuntasan klasikal ini dihitung menggunakan

rumus:

Indeks sensitivitas dari suatu butir soal

merupakan ukuran seberapa baik butir soal

membedakan antara siswa yang telah menerima

pelajaran dengan siswa yang belum menerima

pelajaran. Untuk menghitung sensitivitas

digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: (Gronlund, 1982)

Ra: Banyak siswa yang menjawab benar pada

tes akhir

Rb: Banyak siswa yang menjawab benar pada

tes awal

T: Banyak siswa yang mengikuti tes

Butir soal dikatakan sensitif apabila

sensitivitas butir soal berharga 0,30 sampai

1,00. Nilai positif semakin besar menunjukkan

bahwa kepekaan butir soal terhadap efek-

efek pembelajaran juga semakin besar. Butir

soal yang memenuhi kriteria tersebut bisa

digunakan pada uji coba II, sedangkan yang

tidak memenuhi kriteria ini akan ditinjau

ulang dengan merevisi atau mengganti. Untuk

mengetahui pengaruh pembelajaran terhadap

hasil belajar dilakukan analisis statistik

inferensial melalui analisis N-gain score dengan

rumus sebagai berikut:

Kategori:

G – tinggi : Nilai g > 0,70

G – sedang : Nilai 0,30 < g > 0,70

G – rendah : Nilai g < 0,30

e. Analisis Keterampilan Proses Sains

Siswa dikatakan tuntas belajarnya

(ketuntasan individu) jika proporsi jawaban

“benar”siswaadalah≥75%KKM,dansuatukelas tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal)

jikadalamkelastersebutterdapat≥85%siswayang telah tuntas belajarnya.

f. Analisis untuk Data Respon Siswa

Data tentang respon siswa diperoleh

dari angket respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran, dan selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan deskriptif kualitatif. Data respon

yang diperoleh digunakan menindaklanjuti

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model inkuiri terbimbing. Analisis data angket

respon siswa menggunakan skala Guttman.

Siswa menjawab Ya bernilai (1) dan siswa

menjawab Tidak bernilai (0). Data dianalisis

berdasarkan kelompok responden yang

menjawab “Ya” dan kelompok responden yang

menjawab “Tidak”. Secara matematis dapat

ditulis sebagai berikut:

Keterangan:

P : Persentase skor respon siswa

: Jumlah siswa yang memilih jawaban

Ya atau Tidak

: Jumlah siswa yang mengisi angket

Persentase respon siswa dikonversi dengan

kriteria sebagai berikut:

Angka 0 % - 20 % = Sangat lemah

Angka 21 % - 40 % = Lemah

Angka 41 % - 60 % = Cukup

Angka 61 % - 80 % = Kuat

Angka 81 % - 100 % = Sangat kuat

(Riduwan, 2010)

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA

AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 175

C. HASIL PENELITIAN DAN PEM­

BAHASAN

1. Hasil Validasi Pengembangan Pe­

rangkat

a. Hasil Validasi RPP

Tabel 4.3.a Hasil Validasi RPP

Aspek Yang Dinilai

Komponen Skor Rata-Rata

Aspek

A Tujuan

Pembelajaran

4

B Kegiatan

Pembelajaran

4

C Waktu 4

D Metode Sajian 3.3

E Bahasa 4

Rata-rata Skor 3.86

Penilaian secara

umum

4

Dapat digunakan sedikit revisi

Kesimpulan Validasi RPP

Skor Rata-

Rata

Keterangan Kesimpulan

3.86 Sangat

Baik

Valid

Dari Tabel 4.3.a. menunjukkan rata-rata

skor penilaian kelayakan RPP dari validator

untuk kategori tujuan pembelajaran 4 (sangat

baik), kategori kegiatan pembelajaran 4 (sangat

baik), katogori waktu 4 (sangat baik), kategori

metode sajian 3.3 (baik), dan kategori bahasa

4 (sangat baik).

b. Hasil Validasi BAS

Bahan ajar siswa dikembangkan peneliti

dengan berdasarkan cakupan materi yang akan

dipakai dalam pembelajaran

Tabel 4.3.b. Hasil Validasi Bahan Ajar Siswa

Aspek Yang Dinilai

NoKomponen

Penilaian

Skor

Penilaian

Rata­rata

Aspek

I KOMPONEN

KELAYAKAN ISI

A Cakupan materi 3.5

B Akurasi Materi 4

C Kemuthakiran 4

D Merangsang

keingintahuan

3.33

E Mengembangkan

kecakapan hidup

4

F Mengembangkan

wawasan

kontekstual

3

Rata-rata Skor 3.63

II KOMPONEN

BAHASA

A Sesuai dengan

perkembangan siswa

3

B Komunikatif 3

C Dialogis dan

Interaktif

3

D Lugas 3.5

E Komprehensif dan

Keruntutan alur

pikir

4

F Kesesuaian dengan

kaidah bahasa

Indonesia

4

G Penggunaan istilah

dan simbol

4

Rata-rata Skor 3.5

III KOMPONEN

PENYAJIAN

A Teknik penyajian 4

Aspek Yang Dinilai

Naniek Kusumawati

176 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016

No Komponen

Penilaian

Skor

Penilaian

Rata-rata

Aspek

B Pendukung

penyajian materi

4

Rata-rata Skor 4

RATA-RATA SKOR 3.71

Penilaian Secara Umum

Dapat digunakan dengan sedikit revisi

Kesimpulan Validasi BAS

Skor Rata-Rata Kete-

rangan

Kesim-

pulan

3.71 Sangat

Baik

Valid

Kesimpulan Validasi BAS

Dari Tabel 4.3.b. menunjukkan bahwa

rata-rata komponen kelayakan isi 3.63 (sangat

baik), komponen bahasa 3.5 (sangat baik), dan

komponen penyajian 4 (sangat baik). Sehingga

skor rata-rata yakni 3.71 (sangat baik)

c. Hasil Validasi LKS

Penilaian dilakukan pada enam LKS

selama empat kali pertemuan. Penilaian

meliputi tiga kategori format, bahasa, dan

isi. Hasil penilaian kelayakan LKS disajikan

dalam Tabel 4.3.c.

Tabel 4.3.c Hasil Validasi Lembar Kegiatan

Siswa

Aspek Yang Dinilai

KomponenSkor

Penilaian

Rata­Rata

Aspek

I Format 3.8

II Bahasa 4

III Isi 4

Rata-Rata Skor 3.9

Penilaian secara

umum

4

Dapat digunakan dengan sedikit revisi

Kesimpulan Validasi LKS

Skor Rata-

Rata

Keterangan Kesimpulan

3.9 Sangat Baik Valid

Dari Tabel 4.3.c. menunjukkan skor untuk

kategori format adalah 3.8 (sangat baik),

kategori bahasa 4 (sangat baik), dan kategori

isi 4 (sangat baik) sehingga skor rata-rata

adalah 3.9 (sangat baik).

d. Hasil Validasi Tes Hasil Belajar

Tes yang dikembangkan penulis adalah tes

uraian yang terdiri dari 30 pertanyaan yang

terdiri dari tes keterampilan produk dan tes

keterampilan proses.

Tabel 4.3.d Hasil Validasi Tes Hasil Belajar

No

Butir

Soal

Validasi

isi

Bahasa dan

Penulisan SoalKesimpulan

Keterampilan Produk

1 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

2 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

3 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

4 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

5 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

6 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

7 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

8 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

9 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA

AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 177

No

Butir

Soal

Validasi

isi

Bahasa dan

Penulisan SoalKesimpulan

10 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

11 Cukup

Valid

Dapat

dipahami

Sedikit

revisi

12 Cukup

Valid

Dapat

dipahami

Sedikit

revisi

13 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

14 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

15 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

Keterampilan Proses

16 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

17 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

18 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

19 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

20 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

21 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

22 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

No

Butir

Soal

Validasi

isi

Bahasa dan

Penulisan SoalKesimpulan

23 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

24 Cukup

Valid

Dapat

dipahami

Sedikit

revisi

25 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

26 Cukup

Valid

Dapat

dipahami

Sedikit

revisi

27 Cukup

Valid

Dapat

dipahami

Sedikit

revisi

28 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

29 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

30 Valid Sangat dapat

dipahami

Tanpa revisi

Dari data tabel 4.3.d. semua soal rata-rata

dinilai valid oleh validator. Sedangkan untuk

bahasa dan penulisan soal rata-rata dinilai

sangat dapat dipahami. Terdapat dua puluh

lima soal yang tanpa revisi dan lima soal yang

sedikit revisi.

2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

a. Keterlaksanaan RPP

Keterlaksanaan RPP dilakukan guru dalam

kegiatan pembelajaran, diamati dan ditulis hasil

pengamatannya dalam lembar pengamatan

oleh 2 orang pengamat.

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan RPP

No Aspek yang Diamati RPP 1 RPP 2 RPP 3 RPP 4 Kategori

A Pendahuluan

1 Memotivasi siswa dengan

menyajikan fenomena

3.5 3.5 4 3.5 Baik

2 Menyajikan masalah 4 3.5 3.5 3.5

Naniek Kusumawati

178 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016

No Aspek yang Diamati RPP 1 RPP 2 RPP 3 RPP 4 Kategori

B Kegiatan Inti

3 Menyajikan informasi berupa

prosedur percobaan

3.5 3.5 4 3.5 Baik

4 Mengorganisasikan siswa untuk

belajar

4 4 4 4

5 Membantu siswa merumuskan

masalah

4 4 4 4

6 Membantu siswa merumuskan

hipotesis

3.5 4 3.5 4

7 Membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan

3.5 4 4 4

8 Membimbing siswa

mengumpulkan data percobaan

dan kesimpulan

3.5 4 4 4

9 Memberi kesempatan beberapa

kelompok untuk menyampaikan

hasil percobaan

3.5 3.5 4 3.5

10 Memintasiswa mengerjakan soal

evaluasi pada LKS

3.5 4 4 4

C Penutup

11 Memberikan penghargaan 3.5 3.5 3.5 3.5 Baik

12 Membantu siswa merangkum

butir penting materi pelajaran

3.5 4 4 4

Suasana Kelas

1 Kesesuaian KBM dengan tujuan

pembelajaran

3.5 4 4 4 Baik

2 Penguasaan konsep 3.5 4 4 4

3 Kesesuaian sintaks dengan model

dan media pembelajaran

3.5 3.5 3.5 3.5

4 Guru antusisas 3.5 3.5 3.5 3.5

5 Murid antusias 4 4 3.5 4

6 KBM cenderung terpusat pada

siswa

4 4 3.5 4

Reliabilitas 0.99 0.99 0.99 0.99

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA

AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 179

Dapat diketahui bahwa keterlaksanaan

rencana pembelajaran yang dicapai pada uji

coba II pada pertemuan 1, 2, 3, dan 4 berkategori

baik dengan tingkat koefisien reliabilitas

0.99. Sesuai dengan kriteria reliabilitas yang

telah ditetapkan pada Bab 3, maka instrumen

keterlaksanaan dikatakan reliabel.

Keterlaksanaan RPP ini juga tidak

lepas dari peranan guru dalam mengelola

pembelajaran. Bettencourt (dalam Suparno,

1997) berpendapat bahwa mengajar berarti

partisipasi dengan pembelajaran dalam

membentuk pengetahuan, membuat makna,

mencari kejelasan, bersikap kritis, dan

mengadakan justifikasi. Sejalan dengan

hal tersebut, Djamarah dan Zain (1996:53)

mengemukakan bahwa dalam melaksanakan

tugasnya sebagai pengajar seorang guru harus

menguasai materi yang diajarkan dan metode

yang digunakan dalam pembelajaran.

b. Keterbacaan BAS

Khusus untuk BAS, selain divalidasi oleh

pakar. BAS juga diuji keterbacaannya.

Tabel 4.5 Uji Keterbacaan BAS

N

o.

Nama

Siswa

Jml

Kata

Jml

Kata

Benar

% Jml

Kata

Salah

%

1 A 30 25 83.33 5 16.67

2 B 30 23 76.67 7 23.33

3 C 30 19 63.33 11 36.67

4 D 30 20 66.67 10 33.33

5 E 30 25 83.33 5 16.67

6 F 30 23 76.67 7 23.33

7 G 30 23 76.67 7 23.33

8 H 30 25 83.33 5 16.67

9 I 30 22 73.33 8 26.67

10 J 30 24 80 6 20

11 K 30 23 76,67 7 23,33

N

o.

Nama

Siswa

Jml

Kata

Jml

Kata

Benar

% Jml

Kata

Salah

%

12 L 30 25 83,33 5 16,67

13 M 30 22 73,33 8 26,67

14 N 30 23 76,67 7 23,33

15 O 30 25 83,33 5 16,67

16 P 30 24 80 6 20

17 Q 30 22 73,33 8 26,67

18 R 30 25 83,33 5 16,67

19 S 30 23 76,67 7 23,33

20 T 30 24 80 6 20

Rata-Rata 23,25 76,50 6,75 22,50

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-

rata persentase tingkat keterbacaan BAS

pada ujicoba II adalah 76,50 sehingga dapat

disimpulkan bahwa buku ajar siswa yang

dikembangkan layak dipergunakan dalam

proses pembelajaran. Keterbacaan BAS yang

baik ini akan mendukung upaya peningkatan

minat dan penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran yang disajikan. Klare dalam Suherli

(2008) menyatakan bahwa bacaan yang

memiliki tingkat keterbacaan yang baik

akan mempengaruhi pembacanya dalam

meningkatkan minat belajar dan daya ingat,

menambahkecepatan,danefisiensimembaca,dan memelihara kebiasaan membacanya.

Membaca yang baik tentu saja adalah membaca

yang disertai pemahaman yang kuat terhadap

bahan bacaan. Menurut Silberman (2012: 27)

mengemukakan bahwa belajar memerlukan

kedekatan dengan materi yang dipelajari,

jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar

juga memerlukan kedekatan dengan berbagai

macam hal, bukan sekedar pengulangan

atau hafalan. Dengan demikian, dalam

proses pembelajaran siswa dapat memahami

materi dengan baik yang dapat mendukung

Naniek Kusumawati

180 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016

kelancaran proses kegiatan belajar megajar

berintegrasikan media KIT IPA sehingga akan

melatihkan keterampilan proses sains siswa.

c. Respon Siswa

Angket respon diberikan kepada siswa

setelah pembelajaran selesai dilaksanakan

untuk mengetahui respon siswa berkaitan

dengan: (1) ketertarikan siswa terhadap isi

pelajaran, BAS, LKS, suasana belajar, dan cara

mengajar guru, (2) sifat baru terhadap BAS,

LKS, suasana belajar dan cara mengajar guru,

dan media pembelajaran, (3) kesulitan terhadap

bahasa pada BAS, isi BAS, LKS, contoh soal,

dan cara mengajar guru, (4) minat siswa dalam

menikuti pembelajaran, (5) tanggapan siswa

terhadap penjelasan dan bimbingan guru.

Dari Tabel 4.7, diperoleh data respon siswa

yaitu (1) semua siswa (rata-rata 100%) tertarik

terhadap isi pelajaran, BAS, LKS, dan media

pembelajaran yang digunakan, (2) semua siswa

(rata-rata 100%) mudah memahami bahan

ajar siswa, dan (3) semua siswa (rata-rata

100%) berminat apabila untuk pokok bahasan

selanjutnya menggunakan media KIT IPA.

d) Ketuntasan Hasil Belajar

Data ketuntasan tes hasil belajar siswa

ditunjukkan oleh Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Data Tes Ketuntasan Hasil Belajar

Siswa

NoNama

SiswaPretest Posttest Keterangan

1 A 53 93 Tuntas

2 B 30 93 Tuntas

3 C 33 80 Tuntas

4 D 30 77 Tuntas

5 E 33 77 Tuntas

6 F 43 77 Tuntas

7 G 50 87 Tuntas

NoNama

SiswaPretest Posttest Keterangan

8 H 37 83 Tuntas

9 I 30 83 Tuntas

10 J 50 93 Tuntas

11 K 33 77 Tuntas

12 L 37 80 Tuntas

13 M 30 87 Tuntas

14 N 50 93 Tuntas

15 O 53 83 Tuntas

16 P 30 93 Tuntas

17 Q 43 80 Tuntas

18 R 50 77 Tuntas

19 S 37 93 Tuntas

20 T 33 80 Tuntas

RATA-RATA 39.25 84.30

Berdasarkan data Tabel 4.9, sebanyak sembilan siswa tuntas dan satu siswa yang belum tuntas secara individu. Selain itu ketuntasan hasil belajar secara klasikal adalah 100%. Diagram ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 4.1.

d. Tes Hasil Keterampilan Proses

Keterampilan proses sains merupakan

bagian tidak terlepaskan dari pendekatan

inkuiri yang digunakan dalam pembelajaran.

Keterampilan proses siswa diukur melalui

pretest dan posttest pada bagian soal essai.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA

AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 181

Siswa telah menguasai keterampilan proses

sains yang dilatihkan, hal ini dibuktikan

dengan tuntasnya ketuntasan siswa setelah

pembelajaran. Sebelum pembelajaran tidak

ada satu pun siswa yang mempunyai skor

keterampilan proses sains secara tuntas. Hal

ini disebabkan siswa belum pernah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran. Setelah pembelajaran rata-

rata skor posttest keterampilan proses sains

siswa adalah 95 dengan ketuntasan klasikal

100%. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh

signifikanpembelajaranterhadapketerampilanproses sains siswa.

Keterampilan proses siswa yang diajarkan

adalah mengamati, menginterferensi, meng-

klasifikasi,merumuskanmasalah,merumus-kan hipotesis, mengidentifikasi alat dan

bahan, menyusun langkah percobaan, meng-

organisasikan data, membuat inferensi, dan

memprediksi. Menurut Semiawan (1992)

keterampilan proses sains adalah keterampilan-

keterampilanfisikdanmentaluntukmene-mukan dan mengembangkan sendiri fakta

dan konsep sains serta menumbuhkan dan

mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Dalam pembelajaran IPA, keterampilan-

keterampilan proses sains adalah keterampilan-

keterampilan yang dipelajari siswa saat mereka

melakukan inkuiri ilmiah (Nur, 2003), mereka

menggunakan berbagai macam keterampilan

proses, bukan hanya satu metode ilmiah

tunggal. Keterampilan-keterampilan proses

tersebutdalahpengamatan,pengklasifikasian,peng interferensian, peramalan, peng ko-

mu nikasian, pengukuran, penggunaan

bilangan, pengintepretasian data, melakukan

eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan

hipotesis,pendefinisiansecaraoperasional,danperumuan model (Nur, 2003).

Keterampilan-keterampilan proses sains

siswa dapat dilatihkan dengan mengajak siswa

melakukan percobaan dan membiasakan siswa

berfikirsesuaidengantahapanberfikirilmiah.Dengan pelatihan yang berkelanjutan maka

dengan sendirinya siswa akan mempunyai

keterampilan proses sains yang utuh. Tabel

4.11 menunjukkan bahwa skor ketuntasan

siswa pada keterampilan proses di atas 80

yaitu 95. Hal ini berarti pembelajaran yang

dilakukanmempunyai pengaruh signifikanterhadap peningkatan keterampilan proses

sains siswa.

e. Kendala/hambatan

Dalam pelaksanaan pembelajaran,

tentunya tidak berjalan tanpa adanya suatu

kendala. Kendala yang dihadapi selama

proses pembelajaran diamati oleh dua orang

pengamat. Dari pengamatan proses pem-

belajaran yang dilakukan terdapat kendala-

kendala pembelajaran dan diberikan solusi

alternatif oleh pengamat.

Tabel 4.12 Kendala dalam KBM dan solusi alternatif

No. Kendala Solusi Alternatif

1 Pembelajaran menggunakan media

pembelajaran KIT IPA masih merupakan

hal yang cukup baru bagi siswa, sehingga

diperlukan banyak waktu untuk

mempelajarinya disamping itu terkendala

dengan jumlah media yang terbatas.

Peneliti bekerja sama dengan guru mata

pelajaran untuk mengajari secara telaten

kepada siswa dan membagi siswa secara

berkelompok dengan acak supaya siswa

yang merasa bisa akan mampu mengajari

teman yang belum mampu

Naniek Kusumawati

182 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016

No. Kendala Solusi Alternatif

2 Siswa belum terbiasa melakukan percobaan

sehingga takut dan ragu dalam menentukan

langkah percobaan

Perlu membiasakan anak melakukan

percobaan

D. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis, diskusi, dan

pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan

bahwa perangkat pembelajaran berintegrasikan

media KIT IPA yang dikembangkan sudah va-

lid, praktis, dan efektif untuk melatihkan ke-

terampilan proses sains kelas V sekolah dasar.

Saran yang dapat dikemukakan oleh

peneliti berdasarkan penelititan yang telah

dilakukan adalah pengembangan perangkat

pembelajaran sebaiknya juga memperhatikan

sifat konstekstual objek, benda, atau fenome-

na yang digunakan bagi para siswa, sehingga

dapat membangkitkan pengetahuan yang su-

dah dimiliki untuk memahami pengetahuan

baru yang hendak dipelajari. Dan dengan

adanya penambahan media KIT IPA dapat

memudahkan siswa dalam proses kegiatan

belajar mengajar di kelas.

E. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. (2004). Sains Fisika 2

Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Abdullah, Mikrajuddin. (2006). Fisika 1B

SMA dan MA Untuk Kelas X Semester II.

Jakarta: Erlangga.

Aktamis,H., Ergin O. (2009). The effect of

scientific process skills education on

students’ scientific creativity, science

attitudes and academic achievments.

Asia-pacificForumonSciencelearningand Teaching Vol 9, Issue 1, Article 4,p.1

(Jun,2008).

Anitah, S. (2009). Media Pembelajaran.

Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama

dengan FKIP UNS.

Arends, R. (1997). Classroom Instruction and

Management. New York: Mc Graw-Hill.

Arends, R. (2008). Learning to Teach. Toronto:

McGraw-Hill International Companies,

Inc 1221 Avenue of Americas New York.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran.

Jakarta:PT.RajagrafindoPersada.Asyhar, R. (2011). Kreatif Mengembangkan

Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung

Persada Press.

Asra,S. (2007). Metode Pembelajaran.

Bandung: Wacana Prima.

Borich, G.D. (1994). Observation Skill for

Effective Teaching. Englewood Cliffs:

Macmillan Publishing Company.

Dahar, R. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta:

Erlangga.

Darsono, Max. (2000). Belajar dan

Pembelajaran . Semarang:CV.IKIP

Semarang Press.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran.

Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani

Sejahtera.

Dayton, Kemp, J.E., and Deane, K. (1985).

Planning and Producing Instructional

Media. New York: Harper & Row.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA

AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 183

Depdiknas. (2000). SEQIP: Buku IPA Guru 5.

Jakarta:PT.BinabarGrafiscont.Depdiknas. (2006). Permendiknas RI No. 22

tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:

Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan, Mata Pelajaran IPA SD,

Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Buku Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar

Kelas 5. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mujiono. (2002). Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S.B dan Zain, A. (1996). Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Feyzioglu, B. (2009). An Investigation of

Relationship between Science Process

Skills with Efficient Laboratory Use

and Science Achievement in Chemistry

Education. Journal of Turkish Science

Education. Vol. 6, Issue 3, December 2009.

Gronlund, N.E. (1982). Constructing

Achievement Test 5th Edition. New York:

Prentice Hall inc.

Hake, Richard, R. (1998). Interactive-

engagement vs traditional methods: A

sixthousand-student survey of mechanics

test data for introductory physics courses.

Am, J. Phys, 64-74.

Ibrahim, M. (2010). Dasar-Dasar Proses

Belajar Mengajar. Surabaya: University

Press.

Ibrahim, M. (2002). Pelatihan Terintegrasi

Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

I Nyoman Subrata dan Ketut Suma. (2009).

Penerapan Model ICI dengan ALPS KIT

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biofisika Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi.

Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan Vol. 3. No. 1 ISSN 1979-7109.

FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha.

Kanginan, M. (2006). Fisika untuk SMA Kelas

X Semester 2. Jakarta: Erlangga.

Madeamin, I. (2003). Aplikasi Komputer

Sebagai Media Pembelajaran Fisika.

Retrieved Oktober 2008,from geocities.

com.

Mulyasa, H.E. (2013). Pengembangan dan

Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Musfiqon.(2012).Pengembangan Media &

Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher.

Nurlaela, Luthfiyah. (2010). Model

Pembelajaran, Gaya Belajar, Kemampuan

Membaca dan Hasil Belajar. Surabaya:

Unesa University Press.

Nur, M. (2003). Buku Panduan Keterampilan

Proses dan Hakikat Sains. Surabaya: Pusat

Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Pardhan, H. (2000). Inquiry, Process Skills and

Thinking in Science. Soi Child No 2, 8-9.

Prawiradilaga, Salma, Dewi. (2007). Prinsip

Desain Pembelajaran Instructional Design

Principles. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Ratumanan, G.T. (2004). Belajar dan

Pembelajaran . Surabaya: Unesa

University Press.

Ratumanan, G.T, dan T. Laurens. (2006).

Evaluasi Hasil Belajar Ynag Relevan

Dengan Memecahkan Problematika

Belajar dan Mengajar. Bandung: CV.

Alfabeta.

Rohandi, R. (1998). Memberdayakan Anak

Melalui Pendidikan Sains (dalam Sumaji.

1988). Pendidikan Sains yang Humanis.

Yogjakarta: Kanisius.

Naniek Kusumawati

184 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016

Rosida. (2011). Peningkatan Prestasi

Belajar dalam Pembelajaran IPA Materi

Fotosintesis Menggunakan Media

Berbasis KIT IPA. Tesis tidak diterbitkan.

Bandung: UPI Bandung.

Rouf A. A. (2012). Pengembangan Perangkat

Pembelajaran fisika SMA Model Guided Inquiry untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Siswa Pada Materi Listrik

Dinamis. Surabaya: Pascasarjana Unesa

(tesis tidak diperjual belikan).

Rustaman, Nuryani. (2011). Materi dan

Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas

Terbuka

Ruwanto, Bambang. (2007). Fisika 1 SMA/MA

Kelas X. Jakarta: Yudhistira.

Sanjaya, W. (2002). Strategi Pembelajaran.

Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain

Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Perdana Media Group.

Semiawan, Cony. (1992). Pendidikan

Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

Silberman, M. (2012). Active Learning 101

Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:

Nuansa.

Slameto. (1987). Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya. Salatiga: Bina

Aksara.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Solihin, A. (2005). Pengembangan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Student Team Achievement Division)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Fisika Siswa SMA Pada Pokok Bahasan

Listrik Dinamis. Bandung: Tesis Tidak

diterbitkan. Jurusan Pendidikan Fisika

FMIPA UPI.

Sudjana, N. (2010). Media Pengajaran.

Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyorini, Sri. (2007). Pembelajaran IPA

Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam

KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Susilana, R. & Riyana, C. (2008). Media

Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Thiagarajan, S. (1974). Instructional

Development for Training Teacher of

Exceptional Children A Sourcebook.

Indiana: Indiana University.

Trisnoherawati, Nanik. (2004). Penggunaan

Peralatan KIT IPA dalam Pembelajaran

IPA Terhadap Minat dan Prestasi Belajar

Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung:

UPI Bandung.

Wardani,I.G.A.K.(2000).Guru sebagai pekerja

profesional: Satu renungan tentang sosok

guru abad 21 serta implikasinya bagi

Universitas Terbuka. Jurnal Pendidikan 1

(1):288-45.

Winatapura, Udin Saripudin. (1997). Materi

Pokok Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka-Depdikbud.

http: //goeroendeso.files. wordpress.com/

2009/ 02/ edgar-dale 1.gif (di download

08 Oktober 2015)