pengembangan perangkat pembelajaran berintegrasikan
TRANSCRIPT
AL-BIDAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar Islam
Volume 8, Nomor 2, Desember 2016; ISSN : 2085-0034
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
BERINTEGRASIKAN MEDIA KIT IPA UNTUK
MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR
Naniek Kusumawati
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Madiun
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Abstract: This study aimed to develop and implement learning KIT that includes the
feasibility of learning KIT and students’ response. This learning KIT was developed
by using 4-D model with T-test of one group pretest-posttest design. The research
data include; 1) the validity of Lesson plan with 3.86 point which is categorized as
very good, BAS with 3.71 point which is categorized as very good, LKS with 3.9 point
is categorized as very good, and legibility of BAS with 76,50 point is categorized as
medium 2) the implementation of learning KIT included; the feasibility of lesson plan
with 99.0 point, the individual students’ science process skill with 90,1 point and the
classical one with 100 point and the students’ positive response to the learning. Based
on the research result, it can be concluded that the learning kit integrates to natural
science KIT media to train students’ science process skill of fifth grade elementary school is properly used.
Key words: KIT Media Science, Science Process Skill
ABSTRAK
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengimplementasi
perangkat pembelajaran yang meliputi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan
respon siswa. Perangkat pembelajaran ini dikembangkan menggunakan model 4-D
dengan rancangan uji coba one group pretest-posttest design. Data hasil penelitian
meliputi: 1) validitas perangkat pembelajaran RPP dengan poin 3.86 dengan kategori
sangat baik, BAS dengan poin 3.71 dengan kategori sangat baik, LKS dengan poin
3.9 kategori sangat baik, dan keterbacaan BAS dengan poin 76.50% kategori sedang
2) Implementasi perangkat pembelajaran meliputi keterlaksanaan RPP dengan
poin 99.0%, keterampilan proses sains siswa secara individu adalah 90.1%, secara
klasikalnya adalah 100% dan respon siswa yang positif terhadap pembelajaran.
Naniek Kusumawati
170 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
berintegrasikan media KIT IPA untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa
kelas V sekolah dasar layak digunakan.
Katakata kunci: Media KIT IPA, Keterampilan Proses Sains
A. PENDAHULUAN
Era globalisasi seperti yang terjadi di abad
XXI sekarang ini merupakan era persaingan
bebas yang ketat antar negara di dunia. Dalam
era persaingan tersebut, kompetensi menjadi
suatu hal yang dibutuhkan. Jika tidak memiliki
kompetensi yang mendukung atau tidak ada
usaha untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, bukan tidak mungkin kita akan
menjadi tamu di negara sendiri.
Pendidikan merupakan usaha untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan menyatakan
bahwa lulusan sekolah di Indonesia harus
mempunyai kualifikasi kemampuan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam arti
lulusan sekolah di Indonesia selain harus
memiliki kemampuan pengetahuan yang luas,
sikap yang baik, dan memiliki keterampilan
serta kecakapan hidup agar dapat menjalani
kehidupan dengan baik. Pendidikan di
Sekolah Dasar (SD) merupakan proses awal
pembentukan pengetahuan, keterampilan dan
sikap peserta didik, salah satunya melalui
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Pembelajaran IPA di SD menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Secara
khusus untuk pelajaran IPA dijelaskan dalam
Permendiknas No.22 tahun 2006 dengan tujuan
antara lain mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki peristiwa alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat
suatu keputusan. Proses pembelajaran IPA
menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah.
Berdasarkan hasil observasi awal di
SDN Jember Lor 3 Jember, masalah yang
dihadapi pendidik dalam mata pelajaran IPA
adalah pembelajaran masih bersifat teacher
centered dan belum secara khusus melatihkan
keterampilan proses dalam belajar IPA. Guru
hanya memberikan informasi tentang konsep
materi pelajaran IPA, sedangkan siswa hanya
menerima informasi yang diberikan guru secara
pasif. Siswa tidak diajarkan bagaimana proses
mendapatkan konsep IPA yang sebenarnya. Hal
ini selaras dengan hasil diskusi antara peneliti
dan guru IPA SDN Jember Lor 3 kelas V tahun
ajaran 2015/2016 yang menyatakan bahwa
hasil Ujian Akhir Semester I mata pelajaran
IPA kelas V nilai rata-rata sebesar 67,88.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkanyaitusebesar≥75danpenilaianpunmasih terfokus pada aspek kognitif produk
sedangkan aspek kognitif keterampilan proses
masih belum dilatihkan.
Pembelajaran pada umumnya masih
didominasi oleh guru. Guru adalah satu-satunya
sumber ilmu sehingga siswa cenderung pasif
dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan
guru, akibatnya siswa tidak mengembangkan
kemampuannya untuk menggali segala
fenomena alam di bidang IPA. Kegiatan
percobaan umumnya jarang dilakukan, apalagi
keterlibatan dalam merancang percobaan.
Percobaan umumnya sudah tersedia petunjuk
pelaksanaan percobaan, sehingga siswa hanya
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA
AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 171
membuktikan yang sudah tersedia pada
petunjuk pelaksaan percobaan. Keterlibatan
dalam merancang percobaan tidak pernah
dilakukan, akibatnya kegiatan diskusi antar
kelompok sangat kurang. Interaksi antar siswa
serta sosialisasi antar siswa kurang. Pelaksanan
pembelajaran membuat siswa bosan dan
kurang menarik karena kurang keterlibatan
fisikdanpsikissiswa.Siswacenderungtidakmemperhatikan guru dan hanya bermain-main
dengan teman sebangkunya.
Dengan melihat kekurangan-kekurangan
di atas perlu dicari cara pemecahannya, agar
keterampilan proses siswa dapat terlatih. Salah
satu alternatif solusi agar pembelajaran berjalan
dengan menyenangkan dan siswa tidak merasa
bosan di kelas saat mengikuti pelajaran yaitu
dengan menggunakan media pembelajaran.
Pengembangan perangkat pembelajaran yang
diintegrasikan dengan media pembelajaran
diduga dapat melatihkan keterampilan proses
siswa.
Menurut Kemp dan Dayton (1985: 208),
media memiliki kontribusi yang sangat
penting terhadap proses pembelajaran. Di
antara kontribusi tersebut menurut kedua
ahli tersebut adalah sebagai berikut: (1)
Penyampaian pesan pembelajaran dapat
lebih terstandar, (2) Pembelajaran dapat lebih
menarik, (3) Pembelajaran menjadi lebih
interaktif, (4) Waktu pelaksanaan pembelajaran
dapat diperpendek, (5) Kualitas pembelajaran
dapat ditingkatkan, (6) Proses pembelajaran
dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun
diperlukan, (7) Sikap positif siswa terhadap
materi pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkatkan, dan (8) Peran guru berubah
ke arah yang positif, artinya guru tidak
menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber
belajar.
Menurut Gerlach (dalam Sanjaya, 2008:
204) secara umum media itu meliputi orang,
bahan, peralatan atau segala kegiatan yang
menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Dalam kegiatan instruksional,
peserta didik seringkali dihadapkan pada hal-
hal yang bersifat kompleks, abstrak dan meta
empiris yang sulit dipahami. Materi seperti
itu, sering tidak efektif diajarkan dengan
menggunakan metode konvensional yang
hanya mengandalkan verbalistik. Untuk itu
diperlukan suatu alat bantu berupa media.
Menurut Anitah (2010: 5), media adalah
setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa
yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan pebelajar untuk menerima
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Setiap
media merupakan sarana untuk menuju ke suatu
tujuan. Di dalamnya terkandung informasi
yang dapat dikomunikasikan kepada orang
lain. Bertitik tolak dari penjelasan ini maka
media yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah media KIT IPA materi cahaya yang
diajarkan pada kelas V semester genap.
Media KIT ini pada dasarnya merupakan
salah satu media pembelajaran yang bertujuan
memberikan pengalaman belajar yang lebih
konkrit melalui penciptaan tiruan-tiruan
bentuk pengalaman yang mendekati suasana
yang sebenarnya. Media ini dipilih untuk
mengajar agar siswa dapat melakukan kegiatan
mengorganisir, mengulang, menyimpan, dan
menemukan hubungan antara pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang telah
ada. Hal ini sesuai dengan teori belajar kognitif
dimana belajar merupakan suatu proses terpadu
yang berlangsung di dalam diri seseorang
dalam upaya memperoleh pemahaman dan
struktur kognitif baru (Bruner, dalam Asra,
2007: 47).
Naniek Kusumawati
172 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016
Alasan keterampilan proses perlu dilatihkan
karena IPA berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah.
Dari hasil observasi yang dilakukan juga
ditemukan bahwa guru masih belum melakukan
pengembangan perangkat pembelajaran untuk
melatihkan keterampilan proses sains pada
siswa. Sehingga perlu dilakukan pengembangan
perangkat pembelajaran untuk meningkatkan
efektivitas hasil belajar siswa dan melatihkan
keterampilan proses sains pada siswa.
Berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan di atas, maka penulis memandang
perlu untuk melaksanakan penelitian dengan
judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berintegrasikan Media KIT IPA untuk
Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa
Kelas V Sekolah Dasar”. Secara umum, tujuan
penelitian ini adalah untuk menghasilkan
perangkat pembelajaran berintegrasikan Media
KIT IPA yang valid, praktis, dan efektif untuk
melatihkan keterampilan proses sains siswa
kelas V SD.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
pengembangan. Penelitian ini mengembangkan
perangkat pembelajaran berintegrasikan media
KIT IPA untuk melatihkan keterampilan
proses sains siswa kelas V SD. Penelitian
pengembangan ini mengacu pada model
pengembangan 4-D (four D model) yang
terdiri dari empat tahap (Thiagarajan &
Semmel,1974)yaitu,pendefinisian(define),
perancangan (design), pengembangan
(develop), dan penyebaran (disseminate).
Pengembangan perangkat yang dilakukan
peneliti hanya sampai pada tahap ketiga,
karena hasil pengembangan diterapkan terbatas
sehingga model 4-D yang telah direduksi
menjadi model 3-D. Perangkat pembelajaran
yang dihasilkan meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa
(LKS), Buku Ajar Siswa (BAS) materi cahaya,
instrumen penilaian hasil belajar dan instrumen
tes keterampilan proses sains siswa.
Subjek penelitian dari penerapan hasil
pengembangan perangkat pembelajaran berin-
tegrasikan media KIT IPA pada materi cahaya
pada uji coba adalah siswa kelas V SD Negeri
Jember Lor 3 tahun pelajaran 2015/2016. Pada
uji coba I melibatkan 10 siswa dan uji coba II
sebanyak 20 siswa.
Ujicoba perangkat dilakukan dengan
menggunakan rancangan ujicoba one group
pretest-posttest design (Tuckman, 1978),
dengan rancangan sebagai berikut:
O1 X O2
Keterangan:
O1 :Uji awal atau pretest, bertujuan
mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran sebelum diberi
perlakuan.
O2 : Uji akhir atau posttest, bertujuan
mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran sesudah diberi
perlakuan.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA
AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 173
X :Perlakuan pembelajaran dengan
berintegrasikan media KIT IPA.
Teknik pengumpulan data digunakan
untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan,
akurat, dan dapat digunakan dengan tepat sesuai
tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) pengamatan; (2) tes; (3) dokumentasi; dan
(4) angket.
1. Teknik Analisis Data
Analisis hasil pengembangan perangkat
pembelajaran dan hasil ujicoba perangkat
pembelajaran dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran
Teknik analisis data validitasi perangkat
pembelajaran meliputi RPP, BAS, LKS,
instrumen tes pengetahuan dan tes keterampilan
proses sains menggunakan deskriptif kualitatif.
Data yang diperoleh dianalisis dengan rata-rata
skor tiap aspek.
b. Analisis Keterbacaan BAS
Teknik analisis data keterbacaan BAS
menggunakan deskriptif kualitatif. Tingkat
keterbacaan dihitung dengan membandingkan
banyaknya kata yang diisi benar dengan jumlah
keseluruhan kata yang harus diisi kali 100%.
Perhitungan keterbacaan menggunakan ramus
sebagai berikut:
Keterangan:
KB : tingkat keterbacaan
k : frekuensi kata yang bias terbaca
Ʃ k : jumlah seluruh kata yang harus
terbaca.
c. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Analisis keterlaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh dua pengamat yang sudah
dilatih sehingga dapat memahami lembar
pengamatan secara benar. Data keterlaksanaan
pembelajaran yang diperoleh dianalisis dengan
deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui
tingkat reabilitas instrumen pengamatan
terhadap keterlaksanaan RPP dihitung dengan
menggunakan rumus percentage of agreement,
yaitu dua orang pengamat mengamati aspek
yang sama selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Menurut Borich (1994: 385),
rumus yang digunakan untuk menghitung
reabilitas sebagai berikut:
(Sumber: Borich,1994:385)
Keterangan:
A= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati,
yang memberikan frekuensi tinggi
B= Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati,
yang memberikan frekuensi rendah.
Instrumen dikatakan baik (reliabel) jika
mempunyaikoefisienreliabilitas≥0,75d. Analisis Tes Hasil Belajar
Data tes hasil belajar siswa dianalisis
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif
untuk memperoleh nilai setiap siswa. Hasil
analisis data dijabarkan dengan deskriptif
kualitatif. Tingkat hasil belajar siswa diperoleh
dengan rumus sebagai berikut.
Untuk menentukan ketuntasan belajar
siswa secara klasikal, sesuai dengan KKM
sekolah yakni dikatakan tuntas apabila
mencapai minimal ≥75 dari skor total.
Naniek Kusumawati
174 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016
Ketuntasan klasikal ini dihitung menggunakan
rumus:
Indeks sensitivitas dari suatu butir soal
merupakan ukuran seberapa baik butir soal
membedakan antara siswa yang telah menerima
pelajaran dengan siswa yang belum menerima
pelajaran. Untuk menghitung sensitivitas
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: (Gronlund, 1982)
Ra: Banyak siswa yang menjawab benar pada
tes akhir
Rb: Banyak siswa yang menjawab benar pada
tes awal
T: Banyak siswa yang mengikuti tes
Butir soal dikatakan sensitif apabila
sensitivitas butir soal berharga 0,30 sampai
1,00. Nilai positif semakin besar menunjukkan
bahwa kepekaan butir soal terhadap efek-
efek pembelajaran juga semakin besar. Butir
soal yang memenuhi kriteria tersebut bisa
digunakan pada uji coba II, sedangkan yang
tidak memenuhi kriteria ini akan ditinjau
ulang dengan merevisi atau mengganti. Untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran terhadap
hasil belajar dilakukan analisis statistik
inferensial melalui analisis N-gain score dengan
rumus sebagai berikut:
Kategori:
G – tinggi : Nilai g > 0,70
G – sedang : Nilai 0,30 < g > 0,70
G – rendah : Nilai g < 0,30
e. Analisis Keterampilan Proses Sains
Siswa dikatakan tuntas belajarnya
(ketuntasan individu) jika proporsi jawaban
“benar”siswaadalah≥75%KKM,dansuatukelas tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal)
jikadalamkelastersebutterdapat≥85%siswayang telah tuntas belajarnya.
f. Analisis untuk Data Respon Siswa
Data tentang respon siswa diperoleh
dari angket respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran, dan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan deskriptif kualitatif. Data respon
yang diperoleh digunakan menindaklanjuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing. Analisis data angket
respon siswa menggunakan skala Guttman.
Siswa menjawab Ya bernilai (1) dan siswa
menjawab Tidak bernilai (0). Data dianalisis
berdasarkan kelompok responden yang
menjawab “Ya” dan kelompok responden yang
menjawab “Tidak”. Secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
P : Persentase skor respon siswa
: Jumlah siswa yang memilih jawaban
Ya atau Tidak
: Jumlah siswa yang mengisi angket
Persentase respon siswa dikonversi dengan
kriteria sebagai berikut:
Angka 0 % - 20 % = Sangat lemah
Angka 21 % - 40 % = Lemah
Angka 41 % - 60 % = Cukup
Angka 61 % - 80 % = Kuat
Angka 81 % - 100 % = Sangat kuat
(Riduwan, 2010)
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA
AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 175
C. HASIL PENELITIAN DAN PEM
BAHASAN
1. Hasil Validasi Pengembangan Pe
rangkat
a. Hasil Validasi RPP
Tabel 4.3.a Hasil Validasi RPP
Aspek Yang Dinilai
Komponen Skor Rata-Rata
Aspek
A Tujuan
Pembelajaran
4
B Kegiatan
Pembelajaran
4
C Waktu 4
D Metode Sajian 3.3
E Bahasa 4
Rata-rata Skor 3.86
Penilaian secara
umum
4
Dapat digunakan sedikit revisi
Kesimpulan Validasi RPP
Skor Rata-
Rata
Keterangan Kesimpulan
3.86 Sangat
Baik
Valid
Dari Tabel 4.3.a. menunjukkan rata-rata
skor penilaian kelayakan RPP dari validator
untuk kategori tujuan pembelajaran 4 (sangat
baik), kategori kegiatan pembelajaran 4 (sangat
baik), katogori waktu 4 (sangat baik), kategori
metode sajian 3.3 (baik), dan kategori bahasa
4 (sangat baik).
b. Hasil Validasi BAS
Bahan ajar siswa dikembangkan peneliti
dengan berdasarkan cakupan materi yang akan
dipakai dalam pembelajaran
Tabel 4.3.b. Hasil Validasi Bahan Ajar Siswa
Aspek Yang Dinilai
NoKomponen
Penilaian
Skor
Penilaian
Ratarata
Aspek
I KOMPONEN
KELAYAKAN ISI
A Cakupan materi 3.5
B Akurasi Materi 4
C Kemuthakiran 4
D Merangsang
keingintahuan
3.33
E Mengembangkan
kecakapan hidup
4
F Mengembangkan
wawasan
kontekstual
3
Rata-rata Skor 3.63
II KOMPONEN
BAHASA
A Sesuai dengan
perkembangan siswa
3
B Komunikatif 3
C Dialogis dan
Interaktif
3
D Lugas 3.5
E Komprehensif dan
Keruntutan alur
pikir
4
F Kesesuaian dengan
kaidah bahasa
Indonesia
4
G Penggunaan istilah
dan simbol
4
Rata-rata Skor 3.5
III KOMPONEN
PENYAJIAN
A Teknik penyajian 4
Aspek Yang Dinilai
Naniek Kusumawati
176 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016
No Komponen
Penilaian
Skor
Penilaian
Rata-rata
Aspek
B Pendukung
penyajian materi
4
Rata-rata Skor 4
RATA-RATA SKOR 3.71
Penilaian Secara Umum
Dapat digunakan dengan sedikit revisi
Kesimpulan Validasi BAS
Skor Rata-Rata Kete-
rangan
Kesim-
pulan
3.71 Sangat
Baik
Valid
Kesimpulan Validasi BAS
Dari Tabel 4.3.b. menunjukkan bahwa
rata-rata komponen kelayakan isi 3.63 (sangat
baik), komponen bahasa 3.5 (sangat baik), dan
komponen penyajian 4 (sangat baik). Sehingga
skor rata-rata yakni 3.71 (sangat baik)
c. Hasil Validasi LKS
Penilaian dilakukan pada enam LKS
selama empat kali pertemuan. Penilaian
meliputi tiga kategori format, bahasa, dan
isi. Hasil penilaian kelayakan LKS disajikan
dalam Tabel 4.3.c.
Tabel 4.3.c Hasil Validasi Lembar Kegiatan
Siswa
Aspek Yang Dinilai
KomponenSkor
Penilaian
RataRata
Aspek
I Format 3.8
II Bahasa 4
III Isi 4
Rata-Rata Skor 3.9
Penilaian secara
umum
4
Dapat digunakan dengan sedikit revisi
Kesimpulan Validasi LKS
Skor Rata-
Rata
Keterangan Kesimpulan
3.9 Sangat Baik Valid
Dari Tabel 4.3.c. menunjukkan skor untuk
kategori format adalah 3.8 (sangat baik),
kategori bahasa 4 (sangat baik), dan kategori
isi 4 (sangat baik) sehingga skor rata-rata
adalah 3.9 (sangat baik).
d. Hasil Validasi Tes Hasil Belajar
Tes yang dikembangkan penulis adalah tes
uraian yang terdiri dari 30 pertanyaan yang
terdiri dari tes keterampilan produk dan tes
keterampilan proses.
Tabel 4.3.d Hasil Validasi Tes Hasil Belajar
No
Butir
Soal
Validasi
isi
Bahasa dan
Penulisan SoalKesimpulan
Keterampilan Produk
1 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
2 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
3 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
4 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
5 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
6 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
7 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
8 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
9 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA
AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 177
No
Butir
Soal
Validasi
isi
Bahasa dan
Penulisan SoalKesimpulan
10 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
11 Cukup
Valid
Dapat
dipahami
Sedikit
revisi
12 Cukup
Valid
Dapat
dipahami
Sedikit
revisi
13 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
14 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
15 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
Keterampilan Proses
16 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
17 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
18 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
19 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
20 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
21 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
22 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
No
Butir
Soal
Validasi
isi
Bahasa dan
Penulisan SoalKesimpulan
23 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
24 Cukup
Valid
Dapat
dipahami
Sedikit
revisi
25 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
26 Cukup
Valid
Dapat
dipahami
Sedikit
revisi
27 Cukup
Valid
Dapat
dipahami
Sedikit
revisi
28 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
29 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
30 Valid Sangat dapat
dipahami
Tanpa revisi
Dari data tabel 4.3.d. semua soal rata-rata
dinilai valid oleh validator. Sedangkan untuk
bahasa dan penulisan soal rata-rata dinilai
sangat dapat dipahami. Terdapat dua puluh
lima soal yang tanpa revisi dan lima soal yang
sedikit revisi.
2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
a. Keterlaksanaan RPP
Keterlaksanaan RPP dilakukan guru dalam
kegiatan pembelajaran, diamati dan ditulis hasil
pengamatannya dalam lembar pengamatan
oleh 2 orang pengamat.
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan RPP
No Aspek yang Diamati RPP 1 RPP 2 RPP 3 RPP 4 Kategori
A Pendahuluan
1 Memotivasi siswa dengan
menyajikan fenomena
3.5 3.5 4 3.5 Baik
2 Menyajikan masalah 4 3.5 3.5 3.5
Naniek Kusumawati
178 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016
No Aspek yang Diamati RPP 1 RPP 2 RPP 3 RPP 4 Kategori
B Kegiatan Inti
3 Menyajikan informasi berupa
prosedur percobaan
3.5 3.5 4 3.5 Baik
4 Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
4 4 4 4
5 Membantu siswa merumuskan
masalah
4 4 4 4
6 Membantu siswa merumuskan
hipotesis
3.5 4 3.5 4
7 Membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
3.5 4 4 4
8 Membimbing siswa
mengumpulkan data percobaan
dan kesimpulan
3.5 4 4 4
9 Memberi kesempatan beberapa
kelompok untuk menyampaikan
hasil percobaan
3.5 3.5 4 3.5
10 Memintasiswa mengerjakan soal
evaluasi pada LKS
3.5 4 4 4
C Penutup
11 Memberikan penghargaan 3.5 3.5 3.5 3.5 Baik
12 Membantu siswa merangkum
butir penting materi pelajaran
3.5 4 4 4
Suasana Kelas
1 Kesesuaian KBM dengan tujuan
pembelajaran
3.5 4 4 4 Baik
2 Penguasaan konsep 3.5 4 4 4
3 Kesesuaian sintaks dengan model
dan media pembelajaran
3.5 3.5 3.5 3.5
4 Guru antusisas 3.5 3.5 3.5 3.5
5 Murid antusias 4 4 3.5 4
6 KBM cenderung terpusat pada
siswa
4 4 3.5 4
Reliabilitas 0.99 0.99 0.99 0.99
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA
AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 179
Dapat diketahui bahwa keterlaksanaan
rencana pembelajaran yang dicapai pada uji
coba II pada pertemuan 1, 2, 3, dan 4 berkategori
baik dengan tingkat koefisien reliabilitas
0.99. Sesuai dengan kriteria reliabilitas yang
telah ditetapkan pada Bab 3, maka instrumen
keterlaksanaan dikatakan reliabel.
Keterlaksanaan RPP ini juga tidak
lepas dari peranan guru dalam mengelola
pembelajaran. Bettencourt (dalam Suparno,
1997) berpendapat bahwa mengajar berarti
partisipasi dengan pembelajaran dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna,
mencari kejelasan, bersikap kritis, dan
mengadakan justifikasi. Sejalan dengan
hal tersebut, Djamarah dan Zain (1996:53)
mengemukakan bahwa dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pengajar seorang guru harus
menguasai materi yang diajarkan dan metode
yang digunakan dalam pembelajaran.
b. Keterbacaan BAS
Khusus untuk BAS, selain divalidasi oleh
pakar. BAS juga diuji keterbacaannya.
Tabel 4.5 Uji Keterbacaan BAS
N
o.
Nama
Siswa
Jml
Kata
Jml
Kata
Benar
% Jml
Kata
Salah
%
1 A 30 25 83.33 5 16.67
2 B 30 23 76.67 7 23.33
3 C 30 19 63.33 11 36.67
4 D 30 20 66.67 10 33.33
5 E 30 25 83.33 5 16.67
6 F 30 23 76.67 7 23.33
7 G 30 23 76.67 7 23.33
8 H 30 25 83.33 5 16.67
9 I 30 22 73.33 8 26.67
10 J 30 24 80 6 20
11 K 30 23 76,67 7 23,33
N
o.
Nama
Siswa
Jml
Kata
Jml
Kata
Benar
% Jml
Kata
Salah
%
12 L 30 25 83,33 5 16,67
13 M 30 22 73,33 8 26,67
14 N 30 23 76,67 7 23,33
15 O 30 25 83,33 5 16,67
16 P 30 24 80 6 20
17 Q 30 22 73,33 8 26,67
18 R 30 25 83,33 5 16,67
19 S 30 23 76,67 7 23,33
20 T 30 24 80 6 20
Rata-Rata 23,25 76,50 6,75 22,50
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-
rata persentase tingkat keterbacaan BAS
pada ujicoba II adalah 76,50 sehingga dapat
disimpulkan bahwa buku ajar siswa yang
dikembangkan layak dipergunakan dalam
proses pembelajaran. Keterbacaan BAS yang
baik ini akan mendukung upaya peningkatan
minat dan penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang disajikan. Klare dalam Suherli
(2008) menyatakan bahwa bacaan yang
memiliki tingkat keterbacaan yang baik
akan mempengaruhi pembacanya dalam
meningkatkan minat belajar dan daya ingat,
menambahkecepatan,danefisiensimembaca,dan memelihara kebiasaan membacanya.
Membaca yang baik tentu saja adalah membaca
yang disertai pemahaman yang kuat terhadap
bahan bacaan. Menurut Silberman (2012: 27)
mengemukakan bahwa belajar memerlukan
kedekatan dengan materi yang dipelajari,
jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar
juga memerlukan kedekatan dengan berbagai
macam hal, bukan sekedar pengulangan
atau hafalan. Dengan demikian, dalam
proses pembelajaran siswa dapat memahami
materi dengan baik yang dapat mendukung
Naniek Kusumawati
180 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016
kelancaran proses kegiatan belajar megajar
berintegrasikan media KIT IPA sehingga akan
melatihkan keterampilan proses sains siswa.
c. Respon Siswa
Angket respon diberikan kepada siswa
setelah pembelajaran selesai dilaksanakan
untuk mengetahui respon siswa berkaitan
dengan: (1) ketertarikan siswa terhadap isi
pelajaran, BAS, LKS, suasana belajar, dan cara
mengajar guru, (2) sifat baru terhadap BAS,
LKS, suasana belajar dan cara mengajar guru,
dan media pembelajaran, (3) kesulitan terhadap
bahasa pada BAS, isi BAS, LKS, contoh soal,
dan cara mengajar guru, (4) minat siswa dalam
menikuti pembelajaran, (5) tanggapan siswa
terhadap penjelasan dan bimbingan guru.
Dari Tabel 4.7, diperoleh data respon siswa
yaitu (1) semua siswa (rata-rata 100%) tertarik
terhadap isi pelajaran, BAS, LKS, dan media
pembelajaran yang digunakan, (2) semua siswa
(rata-rata 100%) mudah memahami bahan
ajar siswa, dan (3) semua siswa (rata-rata
100%) berminat apabila untuk pokok bahasan
selanjutnya menggunakan media KIT IPA.
d) Ketuntasan Hasil Belajar
Data ketuntasan tes hasil belajar siswa
ditunjukkan oleh Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Data Tes Ketuntasan Hasil Belajar
Siswa
NoNama
SiswaPretest Posttest Keterangan
1 A 53 93 Tuntas
2 B 30 93 Tuntas
3 C 33 80 Tuntas
4 D 30 77 Tuntas
5 E 33 77 Tuntas
6 F 43 77 Tuntas
7 G 50 87 Tuntas
NoNama
SiswaPretest Posttest Keterangan
8 H 37 83 Tuntas
9 I 30 83 Tuntas
10 J 50 93 Tuntas
11 K 33 77 Tuntas
12 L 37 80 Tuntas
13 M 30 87 Tuntas
14 N 50 93 Tuntas
15 O 53 83 Tuntas
16 P 30 93 Tuntas
17 Q 43 80 Tuntas
18 R 50 77 Tuntas
19 S 37 93 Tuntas
20 T 33 80 Tuntas
RATA-RATA 39.25 84.30
Berdasarkan data Tabel 4.9, sebanyak sembilan siswa tuntas dan satu siswa yang belum tuntas secara individu. Selain itu ketuntasan hasil belajar secara klasikal adalah 100%. Diagram ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 4.1.
d. Tes Hasil Keterampilan Proses
Keterampilan proses sains merupakan
bagian tidak terlepaskan dari pendekatan
inkuiri yang digunakan dalam pembelajaran.
Keterampilan proses siswa diukur melalui
pretest dan posttest pada bagian soal essai.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA
AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 181
Siswa telah menguasai keterampilan proses
sains yang dilatihkan, hal ini dibuktikan
dengan tuntasnya ketuntasan siswa setelah
pembelajaran. Sebelum pembelajaran tidak
ada satu pun siswa yang mempunyai skor
keterampilan proses sains secara tuntas. Hal
ini disebabkan siswa belum pernah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran. Setelah pembelajaran rata-
rata skor posttest keterampilan proses sains
siswa adalah 95 dengan ketuntasan klasikal
100%. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh
signifikanpembelajaranterhadapketerampilanproses sains siswa.
Keterampilan proses siswa yang diajarkan
adalah mengamati, menginterferensi, meng-
klasifikasi,merumuskanmasalah,merumus-kan hipotesis, mengidentifikasi alat dan
bahan, menyusun langkah percobaan, meng-
organisasikan data, membuat inferensi, dan
memprediksi. Menurut Semiawan (1992)
keterampilan proses sains adalah keterampilan-
keterampilanfisikdanmentaluntukmene-mukan dan mengembangkan sendiri fakta
dan konsep sains serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Dalam pembelajaran IPA, keterampilan-
keterampilan proses sains adalah keterampilan-
keterampilan yang dipelajari siswa saat mereka
melakukan inkuiri ilmiah (Nur, 2003), mereka
menggunakan berbagai macam keterampilan
proses, bukan hanya satu metode ilmiah
tunggal. Keterampilan-keterampilan proses
tersebutdalahpengamatan,pengklasifikasian,peng interferensian, peramalan, peng ko-
mu nikasian, pengukuran, penggunaan
bilangan, pengintepretasian data, melakukan
eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan
hipotesis,pendefinisiansecaraoperasional,danperumuan model (Nur, 2003).
Keterampilan-keterampilan proses sains
siswa dapat dilatihkan dengan mengajak siswa
melakukan percobaan dan membiasakan siswa
berfikirsesuaidengantahapanberfikirilmiah.Dengan pelatihan yang berkelanjutan maka
dengan sendirinya siswa akan mempunyai
keterampilan proses sains yang utuh. Tabel
4.11 menunjukkan bahwa skor ketuntasan
siswa pada keterampilan proses di atas 80
yaitu 95. Hal ini berarti pembelajaran yang
dilakukanmempunyai pengaruh signifikanterhadap peningkatan keterampilan proses
sains siswa.
e. Kendala/hambatan
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
tentunya tidak berjalan tanpa adanya suatu
kendala. Kendala yang dihadapi selama
proses pembelajaran diamati oleh dua orang
pengamat. Dari pengamatan proses pem-
belajaran yang dilakukan terdapat kendala-
kendala pembelajaran dan diberikan solusi
alternatif oleh pengamat.
Tabel 4.12 Kendala dalam KBM dan solusi alternatif
No. Kendala Solusi Alternatif
1 Pembelajaran menggunakan media
pembelajaran KIT IPA masih merupakan
hal yang cukup baru bagi siswa, sehingga
diperlukan banyak waktu untuk
mempelajarinya disamping itu terkendala
dengan jumlah media yang terbatas.
Peneliti bekerja sama dengan guru mata
pelajaran untuk mengajari secara telaten
kepada siswa dan membagi siswa secara
berkelompok dengan acak supaya siswa
yang merasa bisa akan mampu mengajari
teman yang belum mampu
Naniek Kusumawati
182 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016
No. Kendala Solusi Alternatif
2 Siswa belum terbiasa melakukan percobaan
sehingga takut dan ragu dalam menentukan
langkah percobaan
Perlu membiasakan anak melakukan
percobaan
D. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis, diskusi, dan
pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan
bahwa perangkat pembelajaran berintegrasikan
media KIT IPA yang dikembangkan sudah va-
lid, praktis, dan efektif untuk melatihkan ke-
terampilan proses sains kelas V sekolah dasar.
Saran yang dapat dikemukakan oleh
peneliti berdasarkan penelititan yang telah
dilakukan adalah pengembangan perangkat
pembelajaran sebaiknya juga memperhatikan
sifat konstekstual objek, benda, atau fenome-
na yang digunakan bagi para siswa, sehingga
dapat membangkitkan pengetahuan yang su-
dah dimiliki untuk memahami pengetahuan
baru yang hendak dipelajari. Dan dengan
adanya penambahan media KIT IPA dapat
memudahkan siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar di kelas.
E. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin. (2004). Sains Fisika 2
Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.
Abdullah, Mikrajuddin. (2006). Fisika 1B
SMA dan MA Untuk Kelas X Semester II.
Jakarta: Erlangga.
Aktamis,H., Ergin O. (2009). The effect of
scientific process skills education on
students’ scientific creativity, science
attitudes and academic achievments.
Asia-pacificForumonSciencelearningand Teaching Vol 9, Issue 1, Article 4,p.1
(Jun,2008).
Anitah, S. (2009). Media Pembelajaran.
Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama
dengan FKIP UNS.
Arends, R. (1997). Classroom Instruction and
Management. New York: Mc Graw-Hill.
Arends, R. (2008). Learning to Teach. Toronto:
McGraw-Hill International Companies,
Inc 1221 Avenue of Americas New York.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran.
Jakarta:PT.RajagrafindoPersada.Asyhar, R. (2011). Kreatif Mengembangkan
Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Asra,S. (2007). Metode Pembelajaran.
Bandung: Wacana Prima.
Borich, G.D. (1994). Observation Skill for
Effective Teaching. Englewood Cliffs:
Macmillan Publishing Company.
Dahar, R. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Darsono, Max. (2000). Belajar dan
Pembelajaran . Semarang:CV.IKIP
Semarang Press.
Daryanto. (2011). Media Pembelajaran.
Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera.
Dayton, Kemp, J.E., and Deane, K. (1985).
Planning and Producing Instructional
Media. New York: Harper & Row.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berintegrasikan Media Kit IPA
AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016 183
Depdiknas. (2000). SEQIP: Buku IPA Guru 5.
Jakarta:PT.BinabarGrafiscont.Depdiknas. (2006). Permendiknas RI No. 22
tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Mata Pelajaran IPA SD,
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Buku Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
Kelas 5. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mujiono. (2002). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B dan Zain, A. (1996). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Feyzioglu, B. (2009). An Investigation of
Relationship between Science Process
Skills with Efficient Laboratory Use
and Science Achievement in Chemistry
Education. Journal of Turkish Science
Education. Vol. 6, Issue 3, December 2009.
Gronlund, N.E. (1982). Constructing
Achievement Test 5th Edition. New York:
Prentice Hall inc.
Hake, Richard, R. (1998). Interactive-
engagement vs traditional methods: A
sixthousand-student survey of mechanics
test data for introductory physics courses.
Am, J. Phys, 64-74.
Ibrahim, M. (2010). Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Surabaya: University
Press.
Ibrahim, M. (2002). Pelatihan Terintegrasi
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
I Nyoman Subrata dan Ketut Suma. (2009).
Penerapan Model ICI dengan ALPS KIT
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biofisika Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Vol. 3. No. 1 ISSN 1979-7109.
FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha.
Kanginan, M. (2006). Fisika untuk SMA Kelas
X Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Madeamin, I. (2003). Aplikasi Komputer
Sebagai Media Pembelajaran Fisika.
Retrieved Oktober 2008,from geocities.
com.
Mulyasa, H.E. (2013). Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Musfiqon.(2012).Pengembangan Media &
Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Nurlaela, Luthfiyah. (2010). Model
Pembelajaran, Gaya Belajar, Kemampuan
Membaca dan Hasil Belajar. Surabaya:
Unesa University Press.
Nur, M. (2003). Buku Panduan Keterampilan
Proses dan Hakikat Sains. Surabaya: Pusat
Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
Pardhan, H. (2000). Inquiry, Process Skills and
Thinking in Science. Soi Child No 2, 8-9.
Prawiradilaga, Salma, Dewi. (2007). Prinsip
Desain Pembelajaran Instructional Design
Principles. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Ratumanan, G.T. (2004). Belajar dan
Pembelajaran . Surabaya: Unesa
University Press.
Ratumanan, G.T, dan T. Laurens. (2006).
Evaluasi Hasil Belajar Ynag Relevan
Dengan Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar. Bandung: CV.
Alfabeta.
Rohandi, R. (1998). Memberdayakan Anak
Melalui Pendidikan Sains (dalam Sumaji.
1988). Pendidikan Sains yang Humanis.
Yogjakarta: Kanisius.
Naniek Kusumawati
184 AL-BIDAYAH, Volume 8, Nomor 2, Desember 2016
Rosida. (2011). Peningkatan Prestasi
Belajar dalam Pembelajaran IPA Materi
Fotosintesis Menggunakan Media
Berbasis KIT IPA. Tesis tidak diterbitkan.
Bandung: UPI Bandung.
Rouf A. A. (2012). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran fisika SMA Model Guided Inquiry untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Siswa Pada Materi Listrik
Dinamis. Surabaya: Pascasarjana Unesa
(tesis tidak diperjual belikan).
Rustaman, Nuryani. (2011). Materi dan
Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Ruwanto, Bambang. (2007). Fisika 1 SMA/MA
Kelas X. Jakarta: Yudhistira.
Sanjaya, W. (2002). Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Perdana Media Group.
Semiawan, Cony. (1992). Pendidikan
Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Silberman, M. (2012). Active Learning 101
Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nuansa.
Slameto. (1987). Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Salatiga: Bina
Aksara.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Solihin, A. (2005). Pengembangan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Team Achievement Division)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Fisika Siswa SMA Pada Pokok Bahasan
Listrik Dinamis. Bandung: Tesis Tidak
diterbitkan. Jurusan Pendidikan Fisika
FMIPA UPI.
Sudjana, N. (2010). Media Pengajaran.
Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyorini, Sri. (2007). Pembelajaran IPA
Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam
KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Susilana, R. & Riyana, C. (2008). Media
Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Thiagarajan, S. (1974). Instructional
Development for Training Teacher of
Exceptional Children A Sourcebook.
Indiana: Indiana University.
Trisnoherawati, Nanik. (2004). Penggunaan
Peralatan KIT IPA dalam Pembelajaran
IPA Terhadap Minat dan Prestasi Belajar
Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung:
UPI Bandung.
Wardani,I.G.A.K.(2000).Guru sebagai pekerja
profesional: Satu renungan tentang sosok
guru abad 21 serta implikasinya bagi
Universitas Terbuka. Jurnal Pendidikan 1
(1):288-45.
Winatapura, Udin Saripudin. (1997). Materi
Pokok Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka-Depdikbud.
http: //goeroendeso.files. wordpress.com/
2009/ 02/ edgar-dale 1.gif (di download
08 Oktober 2015)