lapkas tht

of 33 /33
BAB I PENDAHULUAN Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.. 1,2 Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna antara lain, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan

Author: muhammad-luthfi-taufik

Post on 05-Feb-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dd

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik..1,2 Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna antara lain, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflamasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).1,2,3 Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Otitis eksterna difusa merupakan tipe otitis eksterna yang paling umum dijumpai yang disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur terutama timbul pada musim panas. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi telinga52.1.1. Telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3cm.6Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kanalis auricularis externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat peka.7 Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani. Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari pada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk. Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani. Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal daricabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotiseksternal. Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahioleh cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatucabang dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan posteriortelinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteriini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar danpermukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalamarteri maksilaris interna. Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnyabermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi,beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial danvena aurikularis posterior. Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen depan membrana timpani. Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus (N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang- cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan segmen posterior dan inferior membrana timpani.7

2.1.2. Telinga Tengah Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari:6 1) Membran timpani Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flaccida dimana lapisan luarnya merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.

Gambar 2. Membran Timpani Auricula Dextra2) Tulang pendengaranTulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan. 3) Tuba eustachiusTuba eustachius merupakan saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.

2.1.3.Telinga Dalam Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, yang berfungsi menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule.6Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktuskoklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang diebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.8

Gambar 3. Anantomi Telinga Dalam5

Gambar 4. Organ Korti2.2. Fisiologi TelingaProses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.6,8

2.3. Otitis EksternaOtitis eksterna ialah radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri dan jamur. Otitis eksterna difus merupakan tipe otitis eksterna yang paling umum dijumpai dan biasanya terjadi pada 2/3 bagian dalam liang telinga. Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga cuaca panas (hot weather ear) Otitis eksterna sirkumskripta merupakan tipe otitis eksterna yang biasanya mengenai 1/3 bagian luar liang telinga. Pada liang telinga luar memiliki banyak kelenjat pilosebaseus yang apabila mengalami infeksi maka akan terbentuk furunkel atau bisul yang disebut otitis eksterna sirkumskripta. Infeksi liang telinga oleh jamur disebut juga otomikosis.6

2.3.1. Etiologi Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus) dan staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan Proteus vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. Sedangkan penyebab otitis eksterna sirkumskripta adalah Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.6

2.3.2. Faktor Risiko Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu :1,6,9 1) Derajat keasaman (pH) pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas 6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun. Peningkatan pH dapat dicetuskan apabila liang telinga sering dibersihkan dengan sabun yang bersifat alkali. 2) Udara Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh. 3) Trauma Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul seperti cottonbud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna. 4) Berenang Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang menyebabkan maserasikulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri

2.3.3. Patofisiologi Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.7 Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan.1,7

2.3.4. Gejala Klinis Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain:1,10 1) Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. 2) Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama. 3) Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau. 4) Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.

2.3.5. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:9 1) Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan sekret pada CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran timpani dapat tidak tampak. 2) Nyeri tekan tragus (+) 3) Nyeri tarik auricula (+) 4) Adenopati regional yang nyeri tekan Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi kurang dari 4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung selama lebih dari 4 minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun. Pada penderita DM atau pasien dengan immunocompromised, otitis eksterna dapat berkembang menjadi tipe maligna.11

Gambar 5. Otitis Eksterna saat Otoskopi12

2.3.6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan utama otitis eksterna melibatkan tatalaksana nyeri, pembersihan debris yang menumpuk di liang telinga, pemberian obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi dan mencegah faktor-faktor risiko penyakit.12 Pembersihan debris yang menumpuk di liang telinga berperan dalam meningkatkan efektifitas pengobatan topikal. Pembersihan dapat dilakukan dengan melakukan irigasi dengan campuran hydrogen peroksida dan air hangat dan hanya dilakukan bila membran timpani intak. Setelah irigasi keringkan telinga.12 Kontrol rasa nyeri sangat penting dilakukan untuk memberi rasa nyaman pasien. Obat anti inflamasi non steroid telah dapat mengurangi rasa nyeri . asetaminofen juga dapat mengurangi rasa nyeri pada kebanyakan pasien.12 Pemberian obat topikal yang berupa obat tetes telinga yang mengandung antibiotik, baik dengan atau tanpa kortikosteroid merupakan terapi paling utama pada kasus otitis eksterna. Kombinasi obat tetes telinga antibiotik dan kortikosteroid telah menjukkan tingkat kesembuhan tinggi hingga 87-97%. Pilihan antibiotik yang telah digunakan secara luas ialah aminogliksida. Namun penggunaan aminoglikosida pada telinga dengan perforasi membran timpani dapat menyebabkan masalah sehingga pilihan alternatif pada pasien otitis eksterna dengan perforasi ialah antibiotik golongan florokuinolon. Florokuinolon tidak berhubungan dengan ototoksisitas dan ofloksasin aman pada kasus perforasi membran timpani. Pada infeksi jamur ringan dapat ditatalaksana dengan larutan asam asetat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat diberikan obat topikal anti jamur. Kebanyakan kasus otiti eksterna tidak memerlukan antibiotik sistemik. Antibiotik sistemik hanya diberikan pada pasien yang mengalami demam, imunosupresi, diabetes, adenopati, selulitis atau yang mengalami edma liang telinga parah.12 Selama tatalaksana otitis eksterna hingga 1-2 minggu setelah pulih, pasien dianjurkan untuk menjaga liang telinga tetap kering. Selama berenang atau mandi dianjurkan untuk menutup telinga. Pasien juga dianjurkan untuk menghilangkan kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud atau memasukkan benda apapun ke telinga. Pasien tidak boleh membersihkan telinga dengan sabun yang bersifat basa ataupun berenang di air kotor. Selama mandi atau berenang usahakan agar telinga tetap kering dan tidak kemasukkan air agar tidak terjadi rekurensi.

2.3.7.Prognosis Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.11

BAB IIIPENYAJIAN KASUS

I. ANAMNESISIdentitasNama: Tn .MY Jenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 75 tahunAlamat: Gang Permata HijauPekerjaan: PensiunanNomor RM: -Tanggal Masuk RS: 17 Juni 2015

Anamnesis dilakukan pada tanggal 17 Juni 2015 pukul 11.20 WIB

Keluhan UtamaNyeri telinga 4 hari sebelum ke rumah sakit

Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan keluhan sakit telinga sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Rasa nyer dirasakan di telinga kiri dan menjalar hingga di regio post aurikular dan preaurikular. Pasien mengeluh kesulitan tidur sejak dua hari yang lalu diakibatka rasa nyeri yang semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan penurunan pendengaran. Pada awalnya pasien mengeluhkan rasa gatal pada telinga yang dirasakan pasien hampir 1 tahun di telinga yang sama. Pasien menyangkal adanya keluhan telinga mengeluarkan cairan. Pasien juga menyangkal demam. Pasien menyangkal adanya riwayat batuk pilek sebelum mengeluhkan sakit telinga. Pasien menyangkal mengalami riwayat penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi. Pasien saat ini merokok 3 batang/hari dan memulai kebiasaan merokok di usia muda. Pekerjaan saat muda pasien ialah pedagang. Pasien menyangkal adanya mengalami trauma telinga. Pasien memiliki kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud yang dilakukan akibat rasa gatal pada telinga. Riwayat Penyakit DahuluPasien menyangkal mengalami keluhan serupaPasien menyangkal memiliki riwayat penyakit kencing manisRiwayat trauma telinga disangkalRiwayat alergi disangkal (urtikaria, asma, dll) Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal. Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat Penyakit KeluargaDi keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

II. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2015 pukul 10.30 WIBKeadaan umum : BaikTanda tanda vital :Tekanan darah: 140/90 mmHgSuhu: afebris

Status LokalisTelingaInspeksi, Palpasi :Telinga kananTelinga kiri

Aurikula

Edema (-), hiperemis (-), massa (-).Edema (-), hiperemis (-), massa (-).

Preaurikula

Edema (-), hiperemis (-), massa (-), fistula (-), abses (-).Edema (-), hiperemis (-), massa (-), fistula (-), abses (-).

Retroaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa (-), fistula (-), abses (-).Edema (-), hiperemis (-), massa (-), fistula (-), abses (-).

Palpasi

Nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri tekan tragus (-).Nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri tekan tragus positif.

Otoskopi :Telinga kananTelinga kiri

MAE Lapang, Edema (-), hiperemis (-), serumen (-), furunkel (-)Sempit di dekat membran timpani, Edema (+) di dekat membran timpani, hiperemis (+) di dekat membran timpani, serumen (-), furunkel (-).

Membran timpaniIntak, berwarna putih, refleks cahaya (+).Sedikit sulit dinilai akibat terhalangi liang telinga yang menyempit, Intak, berwarna putih, refleks cahaya (+).

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIUSULKAN Pemeriksaan gula darah sewaktu: 111 mg/dl

IV. DIAGNOSISDiagnosis kerja: Otitis Eksterna Akut Difusa Auricula Sinistra V. TATALAKSANANon Medikamentosa : Saat mandi telinga ditutup dengan kapas yang telah dililitkan dengan plastik Pasien dilarang mengorek-ngorek telinga dengan benda apapun Pasien dianjurkan untuk tidak berenang selama pengobatan Medikamentosa : Antibiotik : Otolin eardrop 3 kali sehari 4 tetes pada telinga kiri Analgetik: Asam mefenamat kaps 500 mg 3 kali 1 kaps pro renata selama 5 hari Pasien difollow up pada tanggal 22 Juni 2015

VI. PROGNOSISAd vitam: bonamAd functionam: bonamAd sanactionam: bonam

BAB IVPEMBAHASAN

Beberapa data anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik mengarah ke arah diagnosis. Pasien berumur 75 tahun mengeluhkan nyeri telinga kiri yang progresif. Pasien juga mengeluhkan penurunan pendengaran. Sebelumnya pasien mengeluhkan gatal pada telinga yang sama selama 1 tahun. Pasien memiliki faktor risiko yakni suka mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud. Pada telinga kiri didapatkan nyeri tekan tragus. Saat otoskopi didapatkan liang telinga kiri menyempit akibat edema kulit telinga di dekat membran timpani. Anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk otoskopi sudah cukup memberi informasi sehingga pada pasien ini ditegakkan diagnosis otitis eksterna akut difusa aurikula sinistra. Mengingat usia pasien yang 75 tahun perlu dipertimbangkan pasien mengalami otitis eksterna maligna. Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu untuk memastikanp asien tidak mengalami kelainan gula darah. Gula darah sewaktu pasien yakni 11 mg/dl yang berarti dalam batas normal. Otitis eksterna akut ialah inflamasi pada riang telinga yang terjadi < 6 minggu. Penyakit ini dapat ditemukan pada usia kapanpun. Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit telinga bagian duapertiga dalam, tampak kulit telinga hiperemis dan edema yang juga ditemukan pada pasien ini. Pemeriksaan fisik yang khas lainnya yang ditemukan pada pasien ini ialah nyeri tekan tragus.6 Otitis eksterna difusa diakibatkan oleh bakteri yang tersering ialah Pseudomonas. Faktor yang mempermudah terjadinya infeksi pada pasien ini yakni kebiasaan mengorek-ngorek telinga yang dapat menyebabkan trauma pada liang telinga. Trauma pada liang telinga memungkinkan terjadinya invasi bakteri ke kulit yang mengalami kerusakan. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud juga bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan.1,7Akibatnya saat terjadi infeksi liang telinga bagian dalam maka liang telinga tersebut akan mengalami peradangan sehingga terjadi edema dan hiperemis. Peradangan juga menyebabkan rasa sakit telinga yang dapat menyebar sesuai persarafan. Edema liang telinga mengakibatkan gangguan konduksi suara sehingga terjadi penurunan pendengaran. Penatalaksanaan utama otitis eksterna melibatkan tatalaksana nyeri, pembersihan debris yang menumpuk di liang telinga, pemberian obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi dan mencegah faktor-faktor risiko penyakit. Pada pasien ini pembersihan debris telinga tidak dilakukan karena liang telinga tidak terdapat sekret yang dapat menghalangi pemberian obat topikal. Kontrol rasa nyeri cukup dilakukan dengan pemberian obat inflamasi non steroid. Pemberian obat topikal dilakukan dengan memberikan obat otolin yang mengandung kombinasi antibiotik dan anestesi topikal sehingga infeksi dan nyeri dapat dikontrol secara bersamaan. Otolin mengandung polimiksin B, kloramfenikol dan benzokain. Kloramfenikol adalah antibiotic dengan spektrum luas untuk bakteri gram positif dan negatif yang efektif terhadap Pseudomonas sedangkan polimiksin B ialah antibiotik gram negative yang efektif terhadap Pseudomonas. Pemilihan antibiotic golongan aminoglikosida pada pasien ini aman mengingat tidak terdapatnya perforasi membran timpani. Kombinasi kedua antibiotik memiliki keuntungan dalam mengeradikasi mikroorganisme dan mengurangi risiko resistensi. Benzokain merupakan anestesi topikal untuk mengurangi rasa nyeri. 12Edukasi yang diberikan pada pasien yakni selama tatalaksana otitis eksterna hingga 1-2 minggu setelah pulih, pasien dianjurkan untuk menjaga liang telinga tetap kering. Selama berenang atau mandi dianjurkan untuk menutup telinga. Pasien juga dianjurkan untuk menghilangkan kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud atau memasukkan benda apapun ke telinga. Selama mandi atau berenang usahakan agar telinga tetap kering dan tidak kemasukkan air agar tidak terjadi rekurensi. Pasien di follow up 5 hari kemudian untuk melihat respon pengobatan terhadap perbaikan gejala. Prognosis pada pasien otitis ekterna difusa akut ialah baik. Tingkat kesembuhan pasien dengan antibiotik topikal sangat tinggi hingga 87-97%.12

BAB VKESIMPULAN

Otitis eksterna ialah radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri dan jamur. Otitis eksterna difus merupakan tipe otitis eksterna yang paling umum dijumpai dan biasanya terjadi pada 2/3 bagian dalam liang telinga. Beberapa data anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik mengarah ke arah diagnosis pada pasien ini antara lain 1) nyeri telinga kiri yang progresif, 2) penurunan pendengaran, 3) faktor risiko yakni suka mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud, dan 4) liang telinga kiri menyempit akibat edema. Penatalaksanaan utama otitis eksterna melibatkan tatalaksana nyeri, pembersihan debris yang menumpuk di liang telinga, pemberian obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi dan mencegah faktor-faktor risiko penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. 2013. Available from : www.usudigitallibrary.com. Accessed: 20 Juni 20152. Ballenger, Jhon. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara. 20093. Kartika, Henny. Otitis Ekstern. 2008 Availble from http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed: 20 Juni 2015 4. Carr, MM. Otitis Eksterna. 2000 Available from : http://www. icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna. htm. Accessed: 14 September 2012 5. Schaefer P, et al. Acute Otitis Externa: An Update. Am Fam Physician. 2012;86(11):1055-10616. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI. 2008. 7. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of Otorhinolaryngology UP - PGH. 19938. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.19979. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket Reference. Second, revised edition. New York: Thieme. 1994.10. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford: Appleton & Lange. 1995.11. Stppler M. Swimmers Ear Infection. Di akses: http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm Pada Tanggal 11 November 201212. Bhatt RA, et al. Ear Anatomy. 2013. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1948907-overview#showall. Pada Tanggal 11 November 2012