power point lapkas 2 tht
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapkas thtTRANSCRIPT

Laporan kasus
“FARINGITIS KRONIS HIPERPLASTIK”
STASE Telinga HIDUNG dan TENGGOROKAN
RSU KOTA BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN dan KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014
Pembimbing : dr. Rini Febrianti Sp.THT (KL)
Oleh : Kartika Eka Wulandari

Indetitas Pasien
Nama : Ny. K
Usia : 53 thn
Alamat : Banjar
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
NRM : 2479XX

Keluhan utama :
Nyeri tenggorok sejak 1 minggu yang lalu
Keluhan tambahan:
Batuk, pilek.
Auto dan Alloanamnesis 02 Januari 2014 pukul 11.00 WIB

Os datang ke RSU Banjar dengan keluhan nyeri tenggorok sejak 1
minggu yang lalu, nyeri tenggorok bertambah saat menelan, sulit
menenelan disangkal os, os mengeluh tenggorokan terasa kering
dan gatal, rasa tenggorokan tebal disangkal os, mengeluh seperti
ada yang mengganjal di tenggorokan dan mulut berbau, demam
disangkal os, os mengeluh pusing, pusing dirasa nyut-nyutan,
mengaku batuk batuk dirasa sudah 4 hari, batuk berdahak, dahak
berwarna putih kental dan disertai sedikit darah, telinga terasa
mendengung dan rasa penuh dan nyeri di telinga disangkal oleh
os.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluhan gangguan suara/suara serak, sukar membuka
mulut, sesak nafas disangkal oleh os, pilek disangkal os, rasa
gatal di hidung disangkal os, mata merah, mata berair,
gatal-gatal dan kemerahan di kulit juga disangkal oleh OS,
rasa penuh dan di wajah disangkal os, rasa adanya cairan
yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh os, mual dan
muntah disangkal os, nyeri otot disangkal os, lemas
disangkal os, BAK dan BAB lancar.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

RPD : Os mengaku pernah sakit seperti ini sebelumnya,
namun os mengaku sering kambuh kembali.
RPK : Tidak ada yang seperti ini pada keluarga.
R.Pengobatan : Os belum pernah berobat sebelumnya.
R.Psikososial : os senang mengkonsumsi makanan goreng-
gorengan, panas dan pedas, meroko dan konsumsi alkohol
disangkal, makan teratur.
R.Alergi : Alergi obat, cuaca, debu disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
TD : Tidak dilakukan
Nadi : 82x/menit. Reguler
Suhu : 37˚C
Pernapasan : 22x/menit, Reguler

AD AS
Normotia, helix sign (-), tragus sign (-) Aurikula Normotia, helix sign (-), tragus sign (-)
Tanda radang(-), pus(-), nyeri tekan(-),
fistula(-)Preaurikula
Tanda radang(-), pus(-), nyeri tekan(-),
fistula(-)
Tenang, udem(-), fistel(-), sikatriks(-),
nyeri tekan(-)Retroaurikula
Tenang, udem(-), fistel(-), sikatriks(-),
nyeri tekan(-)
Hiperemis(-), udem(-), sekret(+),
serumen (-), massa(-)MAE
Hiperemis(-), udem(-), serumen(+),
sekret (-), massa(-)
MT perforasi pars tensa, hiperemis (-),
edema (-), refleks cahaya (con of light)
(-),
sekret kental berwarna kuning
(aktif)
Membran timpani
MT perforasi pars tensa, hiperemis (+),
edema (-), refleks cahaya
(con of light) (-)
sekret kental berwarna kuning
(aktif)
Pemeriksaan telinga
KESAN :
Telinga dalam batas normal
(Tidak didapatkan kelainan)

Tidak dilakukan Perasat Valsava Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Perasat Toynbee Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Rinne Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Weber Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Schwabach Tidak dilakukan

Dextra Rhinoskopi anterior Sinistra
Tenang Mukosa Tenang
- Sekret -
Eutrofi (merah muda) Konka inferior Eutrofi (merah muda)
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
(-) Massa (-)Baik Passase udara Baik
Pemeriksaan hidung
KESAN :Hidung dalam batas normal(Tidak didapatkan kelainan)

TENGGOROK PHARYNX
Dinding pharynx :
mukosa diding posterior faring tidak rata (granular +) , hiperemis (+).
Tonsil :
T1/T1
hiperemis -/-
permukaan mukosa tidak rata/ granular -/-
Kripta melebar -/-
Detritus -/-
Perlengketan -/-
Adenoid : Hiperemis (-/-), Hipertrofi (-/-)
Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)
Gigi : gigi geligi lengkap,caries (-), gangrene (-)
Lain-lain : radang ginggiva (-),mukosa pharynx tenang,
post nasal drip (-)
KESAN :
Pada dinding faring ditemukan kelainan :
mukosa diding posterior faring tidak rata (granular +) , hiperemis
(+).

Laringofaring (Laringoskopi indirect)
Epiglotis Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika Tidak dilakukan
Plika ventrikularis Tidak dilakukan
Plika vokalis Tidak dilakukan
Rima glotis Tidak dilakukan
Nasofaring (Rhinoskopi posterior)
Konka superior Dalam Batas Normal
Torus tubarius
Fossa Rossenmuller
Plika salfingofaringeal

Pemeriksaan LeherDextra Pemeriksaan Sinistra
Tidak ada pembesaran
KGB
Thyroid
Tidak ada
pembesaran
KGB
Kelenjar submental
Kelenjar submandibula
Kelenjar jugularis superior
Kelenjar jugularis media
Kelenjar jugularis inferior
Kelenjar suprasternal
Kelenjar supraklavikularis

RESUME
Dari anamnesis didapatkan :
Ny.K 53 tahun datang ke RSU BANJAR dengan keluhan nyeri tenggorokan sejak1 minggu,
nyeri tenggorok bertambah saat menelan, os mengeluh tenggorokan terasa kering dan
gatal, os mengeluh seperti ada yang mengganjal di tenggorokan dan mulut berbau, os
mengaku batuk dirasa sudah 4 hari, batuk berdahak, os senang mengkonsumsi makanan
goreng-gorengan dan pedas, os sudah pernah sakit seperti ini sebelumnya namun os
mengaku sering kambuh kembali.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan :
Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan:
Dinding pharynx :
mukosa diding posterior faring tidak rata (granular +) , hiperemis (+).

Diagnosa kerja :Faringitis kronis hiperplastik
Diagnosa banding :Faringitis kronik atrofi

Dasar Diagnosis :
Anamnesis:
Os datang dengan keluhan utama nyeri tenggorokan sejak 1 minggu yang lalu,
os mengeluh tenggorokan terasa kering dan gatal, os mengeluh seperti ada
yang mengganjal di tenggorokan dan mulut berbau, os mengaku batuk dirasa
sudah 4 hari, batuk berdahak, os senang mengkonsumsi makanan goreng-
gorengan dan pedas, os sudah pernah sakit seperti ini sebelumnya namun os
mengaku sering kambuh kembali
Pemeriksaan fisik tenggorok: Dinding pharynx : mukosa diding posterior faring tidak rata (granular +) ,
hiperemis (+).
ANALISA :
Berdasarkan teori pada faringitis kronik hiperplastik terjadi
perubahan mukosa dinding posterior faring. Pada pemeriksaan
tampak mukosa dinding posterior tidak rata, bergranular.
Berdasarkan gejala pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering
gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.
Demikian yang terjadi pada pasien ini pasien mengeluh nyeri tenggorokan ,
tenggorokan terasa kering dan gatal sejak 1 minggu yang lalu sebelum
berobat, kemudian 4 hari sebelum berobat os mengalami batuk berdahak,
pada pemeriksaan fisik tenggorok didapatkan dinding faring hiperemis dan
granular.
Pasien mengaku sudah pernah mengalami seperti ini dan sering kambuh
kembali, serta pasien memiliki kebiasaan makan panas yang merupakan
salah satu etiologi faringitis kronik
Demikian diagnosa ini ditegakkan.

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dibutuhkan PENATALAKSANAAN Non Medikamentosa
Higine mulut di tingkatkan (berkumur atau obat isap) Medikamentosa: R/ Ambroxol hidroklorida 30 mg tab NO XV √3 dd 1 terapi lokal dengan melakukan kaustik faring, memakai zat
kimia larutan nitras argenti / electro cauter
PROGNOSIS Ad Vitam : ad bonam Ad Fungsionam: ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
FARINGITISFARINGITIS AKUT
FARINGITIS KRONIK
FARINGITIS SPESIFIK
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi,
trauma, toksin dan lain-lain.

Etiologi
Faringitis kronis bisa disebabkan karena
induksi yang berulang-ulang faringitis akut
atau
karena iritasi faring akibat merokok
berlebihan dan penyalahgunaan alkohol,
sering konsumsi minuman ataupun makanan
yang panas, dan batuk kronis karena alergi.

FARINGITIS AKUT :
a. Faringitis viralb. Faringitis bakterialc. Faringitis fungald. Faringitis gonorea
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian
akan menimbulkan faringitis.
Gejala dan tanda :Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit
menelan.Faring dan tonsil hiperemis.
Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menimbukkan eksudat.
Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa makulopapular rash.
FARINGITIS VIRAL

FARINGITIS VIRAL
Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis,
juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak.
Epstein Barr Virus menyebabkan faringitis yang disertai eksudat
yang banyak pada faring, pembesaran kelenjar limfe di seluruh
tubuh, hepatosplenomegali.
HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual
& demam, faring hiperemis, eksudat,limfadenopati, akut di leher
dan tampak lemah.

TERAPI :
Istirahat dan minum yang cukup.
Kumur dengan air hangat, analgetika jika perlu dan tablet isap.
Antivirus : metisoprinol (Isoprenosine) pada infeksi herpes simpleks
dosis 60-100 mg/kgBB dibagi 4-6 kali (dewasa)
Anak <5 tahun : 50 mg/kgBB dibagi 4-6 kali / hari
FARINGITIS VIRAL

FARINGITIS BAKTERIAL
Infeksi grup A Streptokokus B hemolitikus merupakan penyebab
faringitis aku pada dewasa 15% pada anak 30%
Gejala dan tanda :
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam
dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.
Pemfis : tonsil membesar, faring hiperemis, tonsil hiperemis,
eksudat pd permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri tekan.

Antibiotik :
Penicillin G Banzantin 50.000 U/kgBB IM dosis tunggal
/ amoksisillin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari
dan dewasa 3x 500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500
mg/hari.
Kortikosteroid :
deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali.
Anak : 0,08-0,3 mg/kgBB, IM, 1 kali.AnalgetikaKumur : dengan air hangat atau antiseptik.
FARINGITIS BAKTERIAL

Terapi : Nystatin 100.000-400.000 2 kali/hari.Analgetika.
Gejala dan tanda : nyeri tenggorokan dan nyeri menelan.Pemeriksaan : tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring
lainnya hiperemis. Pembiakan jamur dalam agar Sabouroud dextrosa.
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring
FARINGITIS FUNGAL

FARINGITIS GONOREA
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak
orogenital.
Terapi : Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250 mg IV.

FARINGITIS KRONIK :
a) FARINGITIS KRONIK HIPERPLASTIK
Gejala : pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.
Terapi : terapi lokal : electro cauter
Simptomatis : obat kumur atau tablet isap.
Obat batuk antitusif atau ekspektoran bila perlu.
b)FARINGITIS KRONIK ATROFI
a) FARINGITIS KRONIK HIPERPLASTIK

FARINGITIS KRONIK ATROFI
Gejala dan tanda: pasien mengeluh tenggorok kering dan
tebal serta mulu berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa
faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat
mukosa tampak kering.
Terapi : Pengobatan ditujukan pada rinitis atrofi dan untuk
faringitis kronik atrofi ditambahkan dengan obat kumur dan
menjaga kebersihan mulut.

FARINGITIS SPESIFIK
A. FARINGITIS LUETIKA
(Troponema palidum dapat menimbukkan infeksi di daerah
faring)
Stadium primer
Terdapat bercak keputihan pada lidah, palatum mole, dinding
posterior faring. Bila infeksi terus berlangsung maka timbul
ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu
tidak nyeri. Pembesaran kelenjar mandibula tidak nyeri tekan.

Stadium sekunder
Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar ke arah
laring
Stadium tertier
Guma terdapat di palatum mole, bila sembuh akan terbentuk
jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fugsi
palatum secara permanen.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan serologik.
Terapi penisilin dalam dosis tinggi merupakan obat pilihan
utama.

B. FARINGITIS TUBERKULOSIS
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.
Gejala :
KU pasien buruk karena anoreksi dan odinofagia.Pasien
mengeluh nyeri hebat di daerah tenggorok, nyeri di telinga
atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.
Terapi : Sesuai dengan terapi tuberkulosis paru.