Download - Lapkas Tht
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh infeksi bakteri atau jamur. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang
panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering.
Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak
peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953)
mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan.
Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap
epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis
eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan
lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik..1,2
Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna antara lain, kelembaban,
penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui
kulit, inflamasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut
adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan
bakteroides (11%).1,2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Otitis eksterna difusa
merupakan tipe otitis eksterna yang paling umum dijumpai yang disebabkan oleh
pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur terutama timbul pada musim
panas. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi
menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi
pertumbuhan bakteri.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Telinga
Gambar 1. Anatomi telinga5
2.1.1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan
dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira ± 2,5 -
3cm.6
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kanalis auricularis externus dilapisi
oleh kulit yang terikat erat pada tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena
tidak adanya jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi
sangat peka.7
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan
kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga
merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar
membran timpani. Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang
rawan dari pada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 – 1 mm,
terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan
perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4
lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis, tebalnya
kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa
lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan menutupi
sutura antara tulang timpani.
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal daricabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotiseksternal. Permukaan
anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahioleh cabang aurikular anterior
dari arteri temporalis superfisial. Suatucabang dari arteri auricular posterior
mendarahi permukaan posteriortelinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara
cabang-cabang dari arteriini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar
danpermukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalamarteri
maksilaris interna. Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam
umumnyabermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi,beberapa
vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial danvena aurikularis
posterior.
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf
kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf trigeminus
(N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan
superior liang telinga dan segmen depan membrana timpani. Permukaan
posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus
aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus
glossofaringeus (N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan
cabang- cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan
segmen posterior dan inferior membrana timpani.7
2.1.2. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari:6
1) Membran timpani
Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik
terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas
disebut pars flaccida dimana lapisan luarnya merupakan lanjutan epitel kulit liang
telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa
merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
Gambar 2. Membran Timpani Auricula Dextra
2) Tulang pendengaran
Tulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang
pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.
3) Tuba eustachius
Tuba eustachius merupakan saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dengan nasofaring.
2.1.3.Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, yang berfungsi menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibule.6
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media
(duktuskoklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa
sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membran vestibuli (Reissner Membrane) sedangkan skala media adalah membran
basalis. Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel
penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Pada skala media terdapat
bagian yang berbentuk lidah yang diebut membran tektoria, dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis
Corti, yang membentuk organ Corti.8
Gambar 3. Anantomi Telinga Dalam5
Gambar 4. Organ Korti
2.2. Fisiologi Telinga
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan melalui daya
ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan
daya tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes
yang akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli
bergerak. Getaran ini diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
edolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan
ke nucleus auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.6,8
2.3. Otitis Eksterna
Otitis eksterna ialah radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
infeksi bakteri dan jamur. Otitis eksterna difus merupakan tipe otitis eksterna yang
paling umum dijumpai dan biasanya terjadi pada 2/3 bagian dalam liang telinga.
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau telinga
cuaca panas (hot weather ear) Otitis eksterna sirkumskripta merupakan tipe otitis
eksterna yang biasanya mengenai 1/3 bagian luar liang telinga. Pada liang telinga luar
memiliki banyak kelenjat pilosebaseus yang apabila mengalami infeksi maka akan
terbentuk furunkel atau bisul yang disebut otitis eksterna sirkumskripta. Infeksi liang
telinga oleh jamur disebut juga otomikosis.6
2.3.1. Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna
difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus)
dan staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan
Proteus vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu
jamur Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga
terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. Sedangkan penyebab otitis
eksterna sirkumskripta adalah Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.6
2.3.2. Faktor Risiko
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu :1,6,9
1) Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai
protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas 6.0) akan
mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi
terhadap infeksi menurun. Peningkatan pH dapat dicetuskan apabila liang telinga
sering dibersihkan dengan sabun yang bersifat alkali.
2) Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah
tumbuh. •
3) Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul
seperti cotton
bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna.
4) Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi
kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri
2.3.3. Patofisiologi
Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang
sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan
saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan
bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana.7
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang.
Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah
maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan
bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga
menambah kemungkinan trauma karena garukan.1,7
2.3.4. Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara
lain:1,10
1) Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan
daun telinga.
2) Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa
gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan
keluhan utama.
3) Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala
yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan.
Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan
yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema
dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Lagipula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit
dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri
terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah
makanan. Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau.
4) Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit
yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis
dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.
2.3.5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:9
1) Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan
sekret pada CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran timpani dapat
tidak tampak.
2) Nyeri tekan tragus (+)
3) Nyeri tarik auricula (+)
4) Adenopati regional yang nyeri tekan
Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi kurang dari
4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung selama lebih dari
4 minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun. Pada penderita DM atau
pasien dengan immunocompromised, otitis eksterna dapat berkembang menjadi tipe
maligna.11
Gambar 5. Otitis Eksterna saat Otoskopi12
2.3.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama otitis eksterna melibatkan tatalaksana nyeri,
pembersihan debris yang menumpuk di liang telinga, pemberian obat topikal untuk
mengontrol edema dan infeksi dan mencegah faktor-faktor risiko penyakit.12
Pembersihan debris yang menumpuk di liang telinga berperan dalam
meningkatkan efektifitas pengobatan topikal. Pembersihan dapat dilakukan dengan
melakukan irigasi dengan campuran hydrogen peroksida dan air hangat dan hanya
dilakukan bila membran timpani intak. Setelah irigasi keringkan telinga.12
Kontrol rasa nyeri sangat penting dilakukan untuk memberi rasa nyaman
pasien. Obat anti inflamasi non steroid telah dapat mengurangi rasa nyeri .
asetaminofen juga dapat mengurangi rasa nyeri pada kebanyakan pasien.12
Pemberian obat topikal yang berupa obat tetes telinga yang mengandung
antibiotik, baik dengan atau tanpa kortikosteroid merupakan terapi paling utama pada
kasus otitis eksterna. Kombinasi obat tetes telinga antibiotik dan kortikosteroid telah
menjukkan tingkat kesembuhan tinggi hingga 87-97%. Pilihan antibiotik yang telah
digunakan secara luas ialah aminogliksida. Namun penggunaan aminoglikosida pada
telinga dengan perforasi membran timpani dapat menyebabkan masalah sehingga
pilihan alternatif pada pasien otitis eksterna dengan perforasi ialah antibiotik
golongan florokuinolon. Florokuinolon tidak berhubungan dengan ototoksisitas dan
ofloksasin aman pada kasus perforasi membran timpani. Pada infeksi jamur ringan
dapat ditatalaksana dengan larutan asam asetat, sedangkan pada kasus yang lebih
berat dapat diberikan obat topikal anti jamur. Kebanyakan kasus otiti eksterna tidak
memerlukan antibiotik sistemik. Antibiotik sistemik hanya diberikan pada pasien
yang mengalami demam, imunosupresi, diabetes, adenopati, selulitis atau yang
mengalami edma liang telinga parah.12
Selama tatalaksana otitis eksterna hingga 1-2 minggu setelah pulih, pasien
dianjurkan untuk menjaga liang telinga tetap kering. Selama berenang atau mandi
dianjurkan untuk menutup telinga. Pasien juga dianjurkan untuk menghilangkan
kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud atau memasukkan benda apapun ke
telinga. Pasien tidak boleh membersihkan telinga dengan sabun yang bersifat basa
ataupun berenang di air kotor. Selama mandi atau berenang usahakan agar telinga
tetap kering dan tidak kemasukkan air agar tidak terjadi rekurensi.
2.3.7.Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat
dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang
mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak
memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.11
BAB III
PENYAJIAN KASUS
I. ANAMNESIS
Identitas
Nama : Tn .MY
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 75 tahun
Alamat : Gang Permata Hijau
Pekerjaan : Pensiunan
Nomor RM : -
Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2015
Anamnesis dilakukan pada tanggal 17 Juni 2015 pukul 11.20 WIB
Keluhan Utama
Nyeri telinga 4 hari sebelum ke rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit telinga sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Rasa nyer dirasakan di telinga kiri dan menjalar hingga di regio post
aurikular dan preaurikular. Pasien mengeluh kesulitan tidur sejak dua hari yang
lalu diakibatka rasa nyeri yang semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan
penurunan pendengaran. Pada awalnya pasien mengeluhkan rasa gatal pada telinga
yang dirasakan pasien hampir 1 tahun di telinga yang sama. Pasien menyangkal
adanya keluhan telinga mengeluarkan cairan. Pasien juga menyangkal demam.
Pasien menyangkal adanya riwayat batuk pilek sebelum mengeluhkan sakit
telinga. Pasien menyangkal mengalami riwayat penyakit kencing manis dan tekanan
darah tinggi. Pasien saat ini merokok 3 batang/hari dan memulai kebiasaan
merokok di usia muda. Pekerjaan saat muda pasien ialah pedagang.
Pasien menyangkal adanya mengalami trauma telinga. Pasien memiliki
kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud yang dilakukan akibat rasa gatal
pada telinga.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal mengalami keluhan serupa
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit kencing manis
Riwayat trauma telinga disangkal
Riwayat alergi disangkal (urtikaria, asma, dll)
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal.
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 17 Juni 2015 pukul 10.30 WIB
Keadaan umum : Baik
Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Suhu : afebris
Status Lokalis
Telinga
Inspeksi, Palpasi :
Telinga kanan Telinga kiri
Aurikula Edema (-), hiperemis (-),
massa (-).
Edema (-), hiperemis (-),
massa (-).
Preaurikula Edema (-), hiperemis (-),
massa (-), fistula (-), abses (-).
Edema (-), hiperemis (-),
massa (-), fistula (-), abses (-).
Retroaurikula Edema (-), hiperemis (-),
massa (-), fistula (-), abses (-).
Edema (-), hiperemis (-),
massa (-), fistula (-), abses (-).
Palpasi Nyeri pergerakan aurikula (-),
nyeri tekan tragus (-).
Nyeri pergerakan aurikula (-),
nyeri tekan tragus positif.
Otoskopi :
Telinga kanan Telinga kiri
MAE Lapang, Edema (-), hiperemis
(-), serumen (-), furunkel (-)
Sempit di dekat membran
timpani, Edema (+) di dekat
membran timpani, hiperemis
(+) di dekat membran timpani,
serumen (-), furunkel (-).
Membran
timpani
Intak, berwarna putih, refleks
cahaya (+).
Sedikit sulit dinilai akibat
terhalangi liang telinga yang
menyempit, Intak, berwarna
putih, refleks cahaya (+).
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIUSULKAN
Pemeriksaan gula darah sewaktu: 111 mg/dl
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Otitis Eksterna Akut Difusa Auricula Sinistra
V. TATALAKSANA
Non Medikamentosa :
- Saat mandi telinga ditutup dengan kapas yang telah dililitkan dengan plastik
- Pasien dilarang mengorek-ngorek telinga dengan benda apapun
- Pasien dianjurkan untuk tidak berenang selama pengobatan
-
Medikamentosa :
- Antibiotik : Otolin eardrop 3 kali sehari 4 tetes pada telinga kiri
- Analgetik : Asam mefenamat kaps 500 mg 3 kali 1 kaps pro renata
selama 5 hari
- Pasien difollow up pada tanggal 22 Juni 2015
VI. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam : bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Beberapa data anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik mengarah ke arah
diagnosis. Pasien berumur 75 tahun mengeluhkan nyeri telinga kiri yang progresif.
Pasien juga mengeluhkan penurunan pendengaran. Sebelumnya pasien mengeluhkan
gatal pada telinga yang sama selama 1 tahun. Pasien memiliki faktor risiko yakni
suka mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud. Pada telinga kiri didapatkan nyeri
tekan tragus. Saat otoskopi didapatkan liang telinga kiri menyempit akibat edema
kulit telinga di dekat membran timpani.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk otoskopi sudah cukup memberi
informasi sehingga pada pasien ini ditegakkan diagnosis otitis eksterna akut difusa
aurikula sinistra. Mengingat usia pasien yang 75 tahun perlu dipertimbangkan pasien
mengalami otitis eksterna maligna. Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan gula darah
sewaktu untuk memastikanp asien tidak mengalami kelainan gula darah. Gula darah
sewaktu pasien yakni 11 mg/dl yang berarti dalam batas normal.
Otitis eksterna akut ialah inflamasi pada riang telinga yang terjadi < 6
minggu. Penyakit ini dapat ditemukan pada usia kapanpun. Otitis eksterna difusa
biasanya mengenai kulit telinga bagian duapertiga dalam, tampak kulit telinga
hiperemis dan edema yang juga ditemukan pada pasien ini. Pemeriksaan fisik yang
khas lainnya yang ditemukan pada pasien ini ialah nyeri tekan tragus.6
Otitis eksterna difusa diakibatkan oleh bakteri yang tersering ialah
Pseudomonas. Faktor yang mempermudah terjadinya infeksi pada pasien ini yakni
kebiasaan mengorek-ngorek telinga yang dapat menyebabkan trauma pada liang
telinga. Trauma pada liang telinga memungkinkan terjadinya invasi bakteri ke kulit
yang mengalami kerusakan. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud juga
bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana. Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan
menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau
berenang. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi
menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi
pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang
telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena garukan.1,7
Akibatnya saat terjadi infeksi liang telinga bagian dalam maka liang telinga
tersebut akan mengalami peradangan sehingga terjadi edema dan hiperemis.
Peradangan juga menyebabkan rasa sakit telinga yang dapat menyebar sesuai
persarafan. Edema liang telinga mengakibatkan gangguan konduksi suara sehingga
terjadi penurunan pendengaran.
Penatalaksanaan utama otitis eksterna melibatkan tatalaksana nyeri,
pembersihan debris yang menumpuk di liang telinga, pemberian obat topikal untuk
mengontrol edema dan infeksi dan mencegah faktor-faktor risiko penyakit. Pada
pasien ini pembersihan debris telinga tidak dilakukan karena liang telinga tidak
terdapat sekret yang dapat menghalangi pemberian obat topikal. Kontrol rasa nyeri
cukup dilakukan dengan pemberian obat inflamasi non steroid. Pemberian obat
topikal dilakukan dengan memberikan obat otolin yang mengandung kombinasi
antibiotik dan anestesi topikal sehingga infeksi dan nyeri dapat dikontrol secara
bersamaan. Otolin mengandung polimiksin B, kloramfenikol dan benzokain.
Kloramfenikol adalah antibiotic dengan spektrum luas untuk bakteri gram positif dan
negatif yang efektif terhadap Pseudomonas sedangkan polimiksin B ialah antibiotik
gram negative yang efektif terhadap Pseudomonas. Pemilihan antibiotic golongan
aminoglikosida pada pasien ini aman mengingat tidak terdapatnya perforasi membran
timpani. Kombinasi kedua antibiotik memiliki keuntungan dalam mengeradikasi
mikroorganisme dan mengurangi risiko resistensi. Benzokain merupakan anestesi
topikal untuk mengurangi rasa nyeri. 12
Edukasi yang diberikan pada pasien yakni selama tatalaksana otitis eksterna
hingga 1-2 minggu setelah pulih, pasien dianjurkan untuk menjaga liang telinga tetap
kering. Selama berenang atau mandi dianjurkan untuk menutup telinga. Pasien juga
dianjurkan untuk menghilangkan kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud atau
memasukkan benda apapun ke telinga. Selama mandi atau berenang usahakan agar
telinga tetap kering dan tidak kemasukkan air agar tidak terjadi rekurensi. Pasien di
follow up 5 hari kemudian untuk melihat respon pengobatan terhadap perbaikan
gejala. Prognosis pada pasien otitis ekterna difusa akut ialah baik. Tingkat
kesembuhan pasien dengan antibiotik topikal sangat tinggi hingga 87-97%.12
BAB V
KESIMPULAN
Otitis eksterna ialah radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
infeksi bakteri dan jamur. Otitis eksterna difus merupakan tipe otitis eksterna yang
paling umum dijumpai dan biasanya terjadi pada 2/3 bagian dalam liang telinga.
Beberapa data anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik mengarah ke arah
diagnosis pada pasien ini antara lain 1) nyeri telinga kiri yang progresif, 2) penurunan
pendengaran, 3) faktor risiko yakni suka mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud,
dan 4) liang telinga kiri menyempit akibat edema.
Penatalaksanaan utama otitis eksterna melibatkan tatalaksana nyeri,
pembersihan debris yang menumpuk di liang telinga, pemberian obat topikal untuk
mengontrol edema dan infeksi dan mencegah faktor-faktor risiko penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. 2013. Available from :
www.usudigitallibrary.com. Accessed: 20 Juni 2015
2. Ballenger, Jhon. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher Edisi
13. Jakarta: Binarupa Aksara. 2009
3. Kartika, Henny. Otitis Ekstern. 2008 Availble from
http://library.usu.ac.id/modules.php&id. Accessed: 20 Juni 2015
4. Carr, MM. Otitis Eksterna. 2000 Available from : http://www.
icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna. htm. Accessed: 14 September
2012
5. Schaefer P, et al. Acute Otitis Externa: An Update. Am Fam Physician.
2012;86(11):1055-1061
6. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI. 2008.
7. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of
Otorhinolaryngology UP - PGH. 1993
8. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.1997
9. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket Reference.
Second, revised edition. New York: Thieme. 1994.
10. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford: Appleton &
Lange. 1995.
11. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Di akses:
http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm Pada Tanggal 11
November 2012
12. Bhatt RA, et al. Ear Anatomy. 2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1948907-overview#showall. Pada Tanggal
11 November 2012