lapkas ket
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus.
Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah kehamilan tuba, kehamilan
ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan
abdominal primer atau sekunder.1,2,3
Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Di Amerika Serikat pada tahun 1983 angka kejadian ialah
1,4 untuk setiap kehamilan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta angka kejadian kehamilan ektopik pada tahun 1987 ialah 153
diantara 4.007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan. 1,2
Kehamilan ektopik terjadi pada tempat-tempat seperti pada tuba
fallopi; ampula (80-90%), isthmus (5-10%), fimbria (5%), cornu (1-2%),
abdomen (1-2%), ovarium (1%), dan cervix(1%).4
Pada perkembangannya, kehamilan ektopik yang berlokasi pada
tuba biasanya tidak dapat mencapai cukup bulan, biasanya berakhir
pada minggu ke 6 sampai minggu ke 12, dan yang paling sering antara
minggu ke 6 sampai minggu ke 8. Berakhirnya kehamilan ektopik pada
tuba dengan 2 cara yakni dengan abortus tuber dan ruptur tuba.3
Sebagian besar penyebab dari kehamilan ektopik tidak diketahui.
Setelah sel telur dibuahi di bagian ampula tuba, maka setiap hambatan
perjalanan sel telur ke dalam rongga rahim memungkinkan kehamilan
tuba. Kehamilan ovarial dapat terjadi apabila spermatozoa memasuki
folikel de Graaf yang baru pecah dan membuahi sel telur yang masih
tinggal dalam folikel, atau apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di
daerah endometriosis di ovarium. Kehamilan intraligamenter biasanya
terjadi sekunder dari kehamilan tuba atau ovarial yang mengalami
ruptur dan mudigah masuk di antara 2 lapisan ligamentum latum.
Kehamilan serviks berkaitan dengan faktor multiparietas yang beriwayat
pernah mengalami abortus atau operasi pada rahim termasuk seksio
Halaman 1

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
sesarea. Kehamilan abdominal biasanya terjadi sekunder dari
kehamilan tuba.2
Berdasarkan atas gambaran klinik kehamilan ektopik dibagi ke
dalam dua kelompok yaitu kelompok yang bergejala jelas dan kelompok
yang bergejala samar. Pada kelompok yang bergejala jelas mula-mula
yang terlihat adalah gejala klasik kehamilan muda seperti rasa mual dan
pembesaran disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului
dengan keterlambatan haid. Kemudian secara berurutan datang
perasaan tidak enak pada perut bagian bawah, keluar bercak darah
melalui kemaluan, merasa amat lemah, dan berakhir dengan rasa amat
nyeri pada bahu. Namun demikian semua gejala tersebut dapat
bervariasi oleh karena ciri robekan dan perdarahan yang tidak dapat
diramal dan rasa nyeri di dalam perut, perbedaan lokasi implantasi pada
tuba, kecapatan distensi dan proses robekan yang terjadi pada tuba,
dan jumlah darah yang keluar berbeda satu dengan lain kasus. Pada
kelompok yang bergejala samar proses perdarahan biasanya berjalan
lambat dan robekannya pun kecil.5
Pada berbagai pengamatan dari sejumlah kehamilan ektopik yang
pecah dilaporkan semuanya menderita nyeri dalam perut, lebih kurang
setengahnya merasa nyeri perut itu meluas, sepertiganya merasa nyeri
perut sebelah pihak, dan pada seperlimanya merasa nyeri menjalar
sampai ke bahu. Perdarahan melalui vagina terjadi pada 40-70% dan
terlambat haid sekitar 2 minggu pada 68%, dan sinkop pada 37%
penderita. Terasa nyeri pada adneksa hampir semua penderita dan
teraba pembengkakan pada satu adneksa pada setengah jumlah
penderita. Pada 70% penderita rahim seperti tidak membesar, pada
26% rahim sebesar kehamilan 6-8 minggu, dan pada 3% rahimnya
sebesar kehamilan 9-12 minggu.5
Diagnosis kehamilan ektopik dapat ditegakkan berdasarkan
temuan pada anamnesis : riwayat terlambat hait atau amenore, gejala
dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan
pervaginam, ada nyeri perut kanan atau kiri bawah. Pemeriksaan fisik :
keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk. Ada tanda
Halaman 2

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
akut abdomen. Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine HCG (+),
kuldosintesis (ditemukan adanya darah di kavum Douglas), USG.
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.6,7
Penanganan yang diperlukan dalam menghadapi penderita
dengan kehamilan ektopik yang pecah diperlukan keterpaduan tindakan
yang sistematik. Pada umumnya tindakan yang demikian dapat
diuraikan menjadi tiga komponen tindakan, yaitu mengatasi kegawatan
(emergency treatment), menutup perlukaan yang terjadi (surgical
treatment), dan membantu penyembuhan (supporative treatment).5
Komplikasi yang utama dari kehamilan ektopik adalah akibat yang
ditimbulkan oleh perdarahan yaitu anemia, syok, dan kematian.
Perdarahan intraabdominal yang berlangsung cepat dan dalam jumlah
yang banyak bisa menyebabkan syok bahkan kematian dengan segera.
Perdarahan yang berlangsung perlahan dan berulang dapat
menyebabkan anemia yang cukup berat dan infeksi.5
Prognosis pada kehamilan ektopik bergantung pada jumlah darah
yang keluar, kecepatan menetapkan diagnosis dan tindakan yang tepat.
Dewasa ini prognosisnya lebih baik daripada beberapa waktu yang
silam, berkat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dibidang
kedokteran. Jelasnya prognosis lebih baik di tempat yang lebih maju
daripada daerah yang masih dalam perkembangan.5
Berikut ini akan disampaikan laporan kasus tentang penanganan
kehamilan ektopik terganggu (KET).
Halaman 3

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. Y. T
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Bangsa : Indonesia
Nama Suami : Tn. J. M.
Pekerjaan Suami : Petani
Umur Suami : 41 tahun
Agama : Kristen Protestan
Tempat lahir : Doloduo
Tempat tinggal : Tombatu
Pendidikan Ibu : SD
Pendidikan Suami: SMA
MRS tanggal/jam : 7 Juni 2012
ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama : Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut bagian bawah dirasakan penderita ± 2 jam sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri lama kelamaan semakin hebat dan dirasakan
menjalar sampai ke bahu hingga penderita dibawa ke rumah sakit.
Riwayat terlambat haid sejak ± 2 bulan yang lalu. Penderita juga
mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir.
Riwayat keputihan positif. Riwayat penyakit jantung, penyakit
paru, penyakit hati, penyakit kencing manis, dan penyakit darah tinggi,
disangkal oleh penderita.
Buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB), normal.
Halaman 4

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Anamnesis Ginekologis
Riwayat Perkawinan dan Kehamilan Dahulu
o Perkawinan 1 kali
o Kawin pada usia 26 tahun
o Status perkawinan sah
o Banyaknya kehamilan 2 kali :
Kejadian ke-1 tahun 1985, ♂, Spontan kepala, dirumah, oleh
biang, hidup.
Kejadian ke-2 tahun 2003, ini
Riwayat Haid
o Menarche umur 13 tahun
o Siklus teratur
o Lamanya haid 4 sampai 5 hari
o Tanggal hari pertama hait terakhir 2 November 2003
Riwayat Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan
o Keputihan (+)
o Penyakit kelamin (–)
o Abortus belum pernah
o Tidak pernah mengikuti KB
PEMERIKSAAN FISIK
Status Preasens
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 80/60 mmHg
Nadi : 112 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu badan : 36,8 oC
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterus -/-
Cor/Pulmo : Dalam batas normal
Areola mamme : Hiperpigmentasi (+)
Ekstremitas : Edema (-)
Halaman 5

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Status Lokalis
Inspeksi : Datar lemas
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada seluruh kwadran
Perkusi : Pekak berpindah (+)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
Status Ginekologi
Inspeksi : Fluksus (+), flour (+), vulva tidak ada kelainan
Inspekulo : Fluksus (+), flour (+), vagina tidak ada kelainan
Porsio : erosi (-), livide (+), OUE tertutup
Periksa Dalam : Fluksus (+), flour (+), vulva/vagina tidak ada kelainan
Porsio : licin, nyeri goyang (+), OUE tertutup
Corpus Uteri : sulit dievaluasi karena nyeri
Adneksa Parametrium Bilateral : sulit dievaluasi
karena nyeri
Cavum Douglasi : menonjol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: Hb : 8,0 g/dL
Leukosit : 13.000/mm3
Trombosit : 70.000/mm3
Tes kehamilan : HCG Tes (+)
Kuldosentesis : (+)
RESUME MASUK
G2P1A0, 35 tahun, masuk rumah sakit tanggal 24 Desember 2003
jam 10.00 Wita, dengan keluhan utama : nyeri perut bagian bawah dan
dirasakan menjalar sampai ke bahu. Perdarahan pada jalan lahir (+),
riwayat terlambat haid (+), riwayat keputihan (+).
Status preasens : KU : tampak sakit, Kesadaran : compos mentis
T : 80/60 mmHg, N : 112 x/mnt, R : 24 x/mnt, Sb :
36,8 oC
Konjungtiva anemis +/+
Halaman 6

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Status lokalis : Inspeksi : Datar lemas
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada seluruh kwadran
Perkusi : Pekak berpindah (+)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
Status ginekologis : Inspeksi : Fluksus (+), flour (+), vulva t.a.k
Inspekulo : Fluksus (+), flour (+), vagina t.a.k
Porsio : erosi (-), livide (+), OUE
tertutup
P D : Fluksus (+), flour (+), vulva/vagina t.a.k
Porsio : licin, nyeri goyang (+), OUE
tertutup
C U : sulit dievaluasi karena nyeri
A/P Bilateral : sulit dievaluasi karena
nyeri
C D : menonjol
DIAGNOSIS SEMENTARA
G2P1A0, 35 tahun dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)
SIKAP
o IVFD
o Laparotomi cito
o Sedia donor, setuju operasi
o Lapor konsulen (setuju laparotomi)
Jam 11.30 : Penderita dibawa ke kamar operasi
Jam 12.00 : Operasi dimulai
KU Pre Op : Tampak sakit, Kesadaran : compos mentis
T : 80/60 mmHg, N : 112 x/mnt, R : 24 x/mnt.
Diagnosa Pre Op : G2P1A0, 35 tahun dengan KET
Jenis Operasi : Salfingooforektomi sinistra
Jalannya operasi :
Halaman 7

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Penderita dibaringkan terlentang di meja operasi, dan dilakukan
tindakan a/antiseptik pada abdomen dan sekitarnya. Abdomen ditutup
doek steril kecuali lapangan operasi. Dalam general anestesi dilakukan
insisi linea mediana inferior dan diperdalam lapis demi lapis sampai
peritoneum. Tampak peritoneum kebiru-biruan. Peritoneum dijepit,
digunting dan dibuka, tampak darah dan bekuan darah, dihisap ± 2000
cc. Dilakukan eksplorasi, terdapat ruptura tuba pars ampularis sinistra
ukuran 3x3x2 cm. Pangkal tuba dijepit dengan klem. Eksplorasi lanjut
terdapat perlekatan hebat antara tuba dengan ovarium sinistra, dan
perlekatan dengan usus dilakukan adhesiolisis. Kemdian diputuskan
untuk dilakukan salpingooforektomi sinistra.
Pangkal tuba sinistra, ligamentum infundibulopelvikum sinistra,
ligamentum ovari proprium sinistra dijepit dengan klem, diguntung,
dijahit dobel ligasi. Kontrol perdarahan : tidak ada perdarahan aktif.
Eksplorasi lanjut uterus sebesar kehamilan 8–10 minggu. Tuba dan
ovarium kanan normal. Cavum abdomen dibersihkan dari sisa bekuan
darah, dibilas dengan menggunakan NaCl 0,9% .
Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Peritoneum dengan
cromic secara jelujur. Otot secara simpul dengan cromic . facia secara
jelujur dengan dexon. Lemak secara simpul dengan cromic. Kulit
secara subkutukuler dengan catgut. Luka operasi ditutup dengan kassa
betadine. Operasi selesai.
Bekuan darah disaring dengan NaCl 0,9% tidak ditemukan janin,
jaringan plasenta.
KU Post Op : T : 110/70 mmHg, N : 98 x/mnt, R : 20 x/mnt.
Perdarahan : ± 2000 cc
Diuresis : ± 400 cc
Diagnosa Post Op : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars
ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium
sinistra.
Sikap : – Kontrol T, N, R, S perdarahan
– Puasa sampai peristaltik (+)
– Balance cairan
Halaman 8

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
– Cek Hb (< 10 gr% lakukan transfusi)
– Ampisilin 3 x 1 gr IV (skin test)
– Metronidasole 2 x 0,5 gr drips
– Alinamin F 3 x 1 amp IV
– Transamin 3 x 1 amp IV
– Vit C 1 x 1 amp IV
FOLLOW UP
Tanggal 25 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : Flatus (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 110/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OCKonjungtiva anemis ±/±
Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (± )
Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.
Sikap : – Ampisilin 3 x 1 gr IV– Metronidasole 2 x 0,5 gr drips– Alinamin F 3 x 1 amp IV– Transamin 3 x 1 amp IV– Vit C 1 x 1 amp IV
Tanggal 26 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : Flatus (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 110/70 mmHg, N : 80 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OCKonjungtiva anemis ±/±
Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (± )
Laboratorium : Hb Sahli : Hb 9,0 g%Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis
sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.Sikap : – Terapi injeksi lanjut
– Transfusi– Minum sedikit-sedikit
Halaman 9

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Halaman 10

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Tanggal 27 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : Flatus (+)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OCKonjungtiva anemis –/–
Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal
Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.
Sikap : Terapi injeksi diganti dengan oral– Ciprofloxasin 3 x 500 mg– Metronidazole 3 x 500 mg– Prenamia 1 x 1 tablet
Tanggal 28 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 24 x/mnt, Sb : 36,6 OCKonjungtiva anemis –/–
Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal
Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.
Sikap : Terapi oral dilanjutkan
Tanggal 29 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 36,7 OC
Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal
Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.
Sikap : Terapi oral dilanjutkan
Halaman 11

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Tanggal 30 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OC
Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal
Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.
Sikap : Terapi oral dilanjutkan
Tanggal 31 Desember 2003Ny. Adolfina Harinda /35 tahun/Irina D atasKeluhan : (–)KU : Cukup Kesadaran : compos mentis
T : 100/70 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : 37 OC
Abdomen : I : DatarP : Lemas, NT (–), Masa (–), luka operasi baikP : WD (–)A : Peristaltik (+) normal
Diagnosis : P1A1, 35 tahun, post SOS a.i ruptura tuba pars ampularis sinistra + perlekatan dengan ovarium sinistra.
Sikap : Terapi oral dilanjutkan Boleh pulang (kontrol poli)
Halaman 12

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
D I S K U S I
Dalam diskusi ini yang akan dibahas adalah mengenai aspek klinis
dari kehamilan ektopik terganggu (KET) yang meliputi :
I. Diagnosis
II. Penanganan
III. Prognosis
DIAGNOSIS
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang
mendadak biasanya tidak banyak mengalami kesukaran. Pada
umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik yang
cermat diagnosis kehamilan ektopik terganggu sudah dapat ditegakkan,
walaupun biasanya alat bantu diagnosis atau pemeriksaan penunjang
lainnya seperti laboratorium, tes kehamilan, kuldosentesis,
ultrasonografi, dan laparoskopi masih diperlukan.2
I. Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan adanya haid yang biasanya
terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala
subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan pervaginam terjadi setelah
nyeri perut bagian bawah.2
Pada kasus ini penderita datang dengan keluhan utama yakni
nyeri perut bagian bawah yang menjalar sampai ke bahu, adanya
keterlambatan haid yakni dengan HPHT tanggal 2 November 2003, dan
dengan adanya keluhan perdarahan sedikit-sedikit lewat jalan lahir
sejak satu hari yang lalu. Dimana ketiga gejala tersebut merupakan
trias dari gejala kehamilan ektopik yang tergaggu.
II. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan umum dapat ditemukan penderita yang
tampak kesakitan dan pucat, dan dapat ditemukan tanda-tanda syok.
Halaman 13

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Pada pemeriksaan ginekologis, dapat ditemukan tanda-tanda kehamilan
muda. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat
diraba maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba
tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum
Doglas yang menonjol dan nyeri tekan menunjukan adanya hematokel
retrouterina.1,2
Dalam kasus ini penderita datang dengan keadaan yang tampak
sakit, namun kesadaran penderita masih terlihat baik. Pada
pemeriksaan juga ditemukan adanya konjungtiva yang anemis, tensi
penderita yang sedikit turun, namun penderita belum jatuh ke dalam
syok. Pada pemeriksaan regio abdomen, ditemukan adanya tanda-
tanda dari akut abdomen. Pada pemeriksaan ginekologis ditemukan
adanya nyeri goyang dan livide yang positif pada porsio, penonjolan
pada kavum Doglasi, dan pada evaluasi lain seperti adneksa
parametrium bilateral dan corpus uterus sukar dievaluasi karena nyeri
yang dirasakan oleh penderita.
III. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna
dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama
bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis
tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat
bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.2
Perhitungan leukosit biasanya normal atau meningkat.
Pada pemeriksaan laboratorium penderita ini didapatkan adanya
penurunan dari hemoglobin yakni 8,0 gr/dL dan pada pemeriksaan
leukosit didapatkan hasil leukosit yang masih dalam batas normal yakni
13.000/mm3.
Tes kehamilan
Yang dimaksud dengan tes kehamilan dalam hal ini ialah reaksi
imunologik untuk mengetahui ada atau tidaknya hormon human
Halaman 14

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
chorionic gonadotropin (HCG) dalam air kemih. Jaringan trofoblas
kehamilan ektopik menghasilkan kadar HCG dalam kadar yang lebih
rendah daripada kehamilan intrauterin normal, oleh sebab itu
dibutuhkan tes yang mempunyai tingkat sensitifitas yang lebih tinggi.
Yang lebih penting lagi ialah bahwa tes kehamilan tidak dapat
membedakan kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.1
Pada penderita ini setelah dilakukan kateterisasi, dilakukan uji
kehamilan dengan menggunakan pregna tes yang dicelupkan ke dalam
urin selama 1 menit, dan mendapatkan hasil yang positif (2 garis).
Kuldosentesis
Kuldisentesis adalah satu cara pemeriksaan untuk mengetahui
apakah dalam kavum Doglas ada darah atau cairan lain. Cara ini amat
berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.1,2 Cara ini tidak digunakan pada kehamilan ektopik belum
terganggu.1
Untuk melakukan kuldosentesis penderita ditidurkan pada meja
ginekologi dengan posisi litotomi dan pinggang penderita lebih rendah
daripada dadanya, dengan demikian darah mengalir ke dalam kavum
Doglas. Sepasang spekulum dimasukkan ke dalam vagina agar serviks
terlihat jelas. Serviks ditarik dengan tenakulum lalu dilakukan pungsi
dengan jarum No.18 pada forniks posterior tanpa menggunakan
anestesi. Jika darah yang dihisap membeku, kemungkinan kehamilan
ektopik yang pecah dapat disingkirkan. Darah yang membeku tersebut
berasal dari salah satu pembuluh darah yang tertusuk tanpa sengaja.
Jika pada aspirasi tidak keluar darah, kemungkinan jarum tidak
memasuki kavum Doglas, ataupun kehamilan ektopik tersebut belum
pecah. Pada kehamilan ektopik terganggu darah mula-mula mengalami
pembekuan kemudian terjadi fibrinolisis sehingga pada akhirnya darah
tersebut cair kembali. Oleh karena itu jika pada aspirasi keluar darah
cair, segera lakukan laparotomi karena darah cair itu berasal dari
perdarahan dalam rongga perut. Jika dengan kuldosetesis terdapat
hasil yang meragukan kerjakan uji coba lain untuk kepastian diagnosis.5
Halaman 15

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Pada penderita ini setelah dilakukan kuldosentesis didapatkan
hasil yang positif. Dimana hasil tersebut lebih memperkuat dugaan
bahwa telah terjadi ruptur pada tempat implantasi dari kehamilan
ektopik tersebut.
Gambar 1. Teknik kuldosentesis
Ultrasonografi
Aspek yang terpenting dalam penggunaan ultrasonografi pada
penderita yang diduga mengalami kehamilan ialah evaluasi uterus.
Atas dasar pertimbangan bahwa kemungkinan kehamilan ektopik yang
terjadi bersama-sama kehamilan intrauterin adalah 1 : 30.000 kasus,
maka dalam segi praktis dapat dikatakan bahwa apabila dalam
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kantong gestasi intrauterin,
kemungkinan kehamilan ektopik dapat disingkirkan. Setelah selesai
melakukan evaluasi uterus, langkah berikutnya ialah melakukan
evaluasi adneksa. Diagnosis pasti kehamilan ektopik melalui
ultrasonografi ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus
yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terjadi
pada ± 5% kasus kehamilan ektopik. Pada kehamilan ektopik yang
terganggu sering tidak ditemukan kantung gestasi ektopik. Gambaran
yang tampak ialah cairan bebas dalam rongga peritoneum terutama
dalam kavum Doglas. 1
Pada kasus ini tidak lagi dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
dikarenakan dengan pemeriksaan-pemeriksaan yang telah dilakukan,
Halaman 16

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
sudah cukup untuk dapat mendiagnosis suatu kehamilan ektopik yang
terganggu. Selain itu dalam kasus ini juga perlu dilakukan suatu bentuk
penanganan yang tepat dan cepat, agar dapat membebaskan penderita
dari segala kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.
Laparoskopi
Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik
terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur
diagnostik yang lain meragukan.1,5 Melalui prosedur laparoskopi, alat
kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dapat dinilai
keadaan uterus, ovarium, kavum Doglas, dan ligamentum latum.
Adanya darah dalam rongga pelvis memungkinkan mempersulit
visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk
dilakukan laparotomi.1 Laparoskopi amat bermanfaat jika tersangka
ada kehamilan ektopik tetapi belum pecah, dan untuk penetapan
diagnosis banding.5
Seperti halnya pemeriksaan dengan menggunakan ultrasonografi,
maka dalam kasus ini pemeriksaan laparoskopi pun tidak lagi dilakukan.
Dengan alasan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan, seperti tes kehamilan dan kuldosentesis sudah cukup untuk
dapat mendiagnosis suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Selain
itu juga, pemeriksaan laparoskopi pada kasus kehamilan ektopik yang
telah pecah, dapat menjadi sulit karena adanya darah dalam rongga
pelvis sehingga mempengaruhi dalam visualisasi alat-alat kandungan.
PENANGANAN
Penangan pada kehamilan ektopik dapat dilakukan dengan
pembedahan maupun tanpa pembedahan. Namun penangan kehamilan
ektopik pada umumnya adalah dengan laparotomi.2 Dalam tindakan
demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
yaitu : kondisi penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis,
kemampuan teknik bedah dokter operator, dan kemampuan teknologi
Halaman 17

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini memungkinkan
apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat
dilakukan pembedahan konserfatif dalam artian hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba.1,2
Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan pada kehamilan
ektopik antara lain salfingektomi, salfingotomi, salfingostomi,
reanastomosis tuba, dan histerektomi.1,8 Pada penangan kehamilan
ektopik, pembedahan dapat langsung dilakukan tanpa menunggu gejala
syok teratasi. Asalkan tarnsfusi sudah berjalan, pembedahan sudah
dapat langsung dimulai.3
Dalam kasus ini penanganan utama yang dilakukan adalah
mengatasi kegawatan (emergency treatment), yakni dengan meberikan
terapi cairan. Setelah diagnosis kehamilan ektopik terganggu
ditegakkan dilakukan surgical treatment yang dimaksudkan untuk
menutup perlukaan yang terjadi, yakni dengan melakukan laparotomi
cito. Laparotomi cito dilakukan dengan maksud agar dapat mencari dan
menghentikan sumber perdarahan dengan segera, agar dapat
mencapai suatu keadaan homeostasis, dan juga agar penderita tidak
jatuh ke dalam komplikasi yang lebih lanjut. Jenis pembedahan yang
dilakukan dalam kasus ini adalah salfingooforektomi sinistra. Cara ini
dilakukan karena adanya perlengketan yang hebat antara tuba dan
ovarium kiri, dan adanya ruptur pada tuba kiri dengan ukuran 3x3x2
cm. Selama melakukan pembedahan tidak ditemukan adanya kesulitan
yang berarti, hingga pembedahan terlaksana dengan baik. Setelah
melakukan pembedahan, penanganan selanjutnya adalah membantu
proses penyembuhan (supporative treatment). Tindakan untuk
membantu proses penyembuhan yang utama adalah mengatasi agar
penderita tidak jatuh ke dalam anemia, pemberian antibiotika
berspektrum luas, dan pemberian roboransia. Pada penderita
medikamentosa yang diberikan adalah Ampisilin 3x1 gr IV (skin test),
Metronidasole 2x0,5 gr drips, Alinamin F 3x1 amp IV, Vit C 1x1 amp
IV, dan transamin 3x1 amp IV. Dan setelah penderita telah dapat
makan dan minum, terapi injeksi tesebut diganti dengan pemberian
Halaman 18

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
terapi oral. Adapun pemberian terapi oral tersebut Ciprofloxasin 3x500
mg, Metronidazole 3x500 mg, dan Prenamia 1x1 tablet.
Selama 6 hari perawatan pasca operasi, pada penderita tidak
ditemukan hal-hal yang menyulitkan. Hanya saja pada penderita
dilakukan 1 kali transfusi darah, dikarenakan pada penderita ditemukan
adanya tanda-tanda anemia. Dimana pada pemeriksaan ditemukan
konjungtiva yang anemis, dan pada pemeriksaan Hb dengan
menggunakan Hb Sahli didapatkan kadar hemoglodin yang kurang dari
10 gr% yakni 9,0 gr%. Dan setelah keadaan penderita membaik,
penderita diperbolehkan untuk pulang dengan anjuran kembali kontrol
pada poliklinik kebidanan dan kandungan.
Gambar 2. Salpingostomi Linier
Halaman 19

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Gambar 3a. Dengan Loop 3b. Salpingektomi Dengan Kauter
Gambar 4. Reanastomosis Tuba
PROGNOSIS
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung
menurun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.1,2,3
Selain itu prognosis kehamilan ektopik juga bergantung pada jumlah
darah yang keluar dan tindakan yang tepat.5
Dengan melihat manajemen penanganan dari penderita ini mulai
dari diagnosis, tindakan, sampai pada follow up, semua dilaksanakan
dengan tepat. Maka pada penderita ini dapat dikatakan mempunyai
prognosis yang baik.
Halaman 20

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
P E N U T U P
KESIMPULAN
Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu keadaan dimana
kehamilan terjadi diluar kavum uterui yang telah pecah atau ruptur oleh
karena kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasinya.
Kehamilan ektopik terganggu didiagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis
didapatkan trias dari gejala KET yakni amenore, nyeri perut, dan
perdarahan trasvaginal. Dimana pada penderita ini semua gejala
tersebut ditemukan. Pada pemeriksaan fisik yang spesifik adalah
keadaan umum yang tampak sakit, tanda akut abdomen, nyeri goyang
pada porsio, dan penonjolan kavum Doglas, yang mana pada
pemeriksaan penderita ini ditemukan. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada penderita ini adalah laboratorium (Hb 8,0 gr/dL), tes
kehamilan (HCG +), kuldosentesis (+). Pemeriksaan penunjang yang
lain tidak dilakukan dikarenakan dengan pemeriksaan penunjang yang
sudah dilakukan, sudah cukup untuk menjadi dasar diagnosis.
Diagnosis pasti KET didapatkan setelah dilakukan laparotomi.
Penanganan utama yang dilakukan adalah penangan
pembedahan dengan jenis salfingooverektomi sinistra, karena pada
laparotomi selain ditemukan ruptur pada tuba, juga ditemukan
perlengketan hebat antara usus, tuba dan ovarium kiri.
Prognosis pada penderita adalah baik, dikarenakan prosedur
penanganan atau menejemen penangan dari penderita ini dilakukan
secara tepat.
S A R A N
Mengingat kehamilan ektopik dapat terjadi berulang, untuk itu
disarankan kepada penderita agar dapat menjaga pola hidup yang
bersih dan sehat, dan menghindari adanya hubungan multi partner
pada suami dan istri dalam mencegah terjadinya penyakit infeksi
Halaman 21

Laporan Kasus : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
menular seksual. Dan juga kepada penderita agar sedapat mungkin
memeriksakan diri secara teratur pada pusat-pusat pelayanan
kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam : Wiknjosastro H, eds. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000 : 198–201.
2. Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam : Wiknjosastro H, eds. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1992 : 323–337.
3. Bagian Obstetri dan Ginekologifakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Kehamilan Ektopik. Dalam : Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset, 1984 : 21–35.
4. Wood E. In Ectopic Pregnancy : Overview, Clied Form : URL : Http/www.emedicine.com : 2002.
5. Chalik TMA, Kehamilan Ektopik. Dalam : Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika, 1997 : 63–86.
6. Rusdianto E, Wibowo N. Kehamilan Ektopik. Cited From : URL : Http/www.emedicine.com : 1999
7. Cook J, Sankaran B, Wasunna A. Pecahnya Kehamilan Ektopik. Dalam : Penata Laksanaan Bedah Obstetri, Ginekologi, Ortopedi dan Traumatologi di Rumah Sakit. Ahli Bahasa : Syamsir HM. Jakarta : EGC, 1993 : 51–3.
8. Manuaba IBG. Ginekologi Umum. Dalam : Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC, 2001 : 594–7.
http://www.authorstream.com/Presentation/dodo.w-237245-kehamilan-ektopik-entertainment-ppt-powerpoint/
Halaman 22