kimia percobaan 9

29
PERCOBAAN 9 I. TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN pH II. Hari/ Tanggal III. Tujuan:1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang mengandung asam 2. Menstandarlisasi larutan penitrasi 3. Menstandardisasi larutan naoh 4. Menggambarkan kurva titrasi 5. Menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah 6. Menjelaskan pentingnya pengendalian ph terutama pada sistem fisiologi tubuh 7. Menguraikan cara mempertahankan ph dalam berbagai macam penggunaan 8. mengenal dengan baik beberapa larutan bufer dari sistem tertentu dan bagaimana mereka berfungsi IV. Pertanyaan Prapraktek 1. Apa yang di maksud dengan (a) Asam ,(b) Basa, (c) Tittik Ekuivalen, dan (d) Indikator

Upload: umi-lestari

Post on 29-Dec-2015

647 views

Category:

Documents


45 download

TRANSCRIPT

PERCOBAAN 9

I. TITRIMETRI DAN PENGENDALIAN pH

II. Hari/ Tanggal

III. Tujuan:1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang

mengandung asam

2. Menstandarlisasi larutan penitrasi

3. Menstandardisasi larutan naoh

4. Menggambarkan kurva titrasi

5. Menentukan tetapan kesetimbangan asam lemah

6. Menjelaskan pentingnya pengendalian ph terutama pada sistem fisiologi tubuh

7. Menguraikan cara mempertahankan ph dalam berbagai macam penggunaan

8. mengenal dengan baik beberapa larutan bufer dari sistem tertentu dan bagaimana

mereka berfungsi

IV. Pertanyaan Prapraktek

1. Apa yang di maksud dengan (a) Asam ,(b) Basa, (c) Tittik Ekuivalen, dan (d) Indikator

Asam : senyawa yang mempunyai rasa asam, mengubah warna lakmus biru

menjadi merah.

Basa : Senyawa yang mempunyai rasa pahit dan mengubah warna lakmus dari

merah menjadi biru.

Titik Ekuivalen : Titik yang terjadi antara larutan asam dan basa di mana larutan

asam dapat bereaksi dengan senyawa jumlah larutan basa.

Indikator : Suatu zat yang di gunakan sebagai petunjuk untuk membedakan

larutan asam dan basa.

2. Jelaskan perbedaan titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen.

Titik akhir titrasi: Titik dalam suatu titrasi yang mana suatu indikator berubah warna.

Titik Ekuivalen: Ketika zat yang di titrasi tepat bereaksi dengan zat penetralan.

3. Sebanyak 0,774 9 kalium hidrogen sitrat di masuk ke dalam erlenmeyer dan di larutkan

dengan air suling, kemudian di titrasi dengan larutan naoh. bila terpakai 33,60 ml, berapa

molaritas naoh tersebut?

Diketahui : KHC6H6o7 + NaOH NaKC6H6O 2

Vol NaOH = 33,6 ml= 0,0336

Dit : M NaOH?

Mol KHC6H6o7 = 0,7742/230 = 3,36.10-3

mol NaOH = Mol KHC6H6o7 = 3,36.10-3 mol

M NaOH = moll

= 3,36.10−3

0,0336

= 0.1 M

4. Jelaskan apa yang di maksud dengan:

Kurva titrasi asam basa: Gambar yang menyatakan hitungan ph dengan volume liter.

Titik Ekuivalen: Titik di mana asam telah bereaksi sempurna

Standarisasi: Proses untuk menentukan konsentrasi suatu larutan yang di tentukan

dengan teliti.

Larutan standar primer: larutan yang di ketahui konsentrasinya.

pH: Logaritma Negatif H+ atau menyatakan konsentrasi negatif H+ dalam laruutan

pH Meter: Alat yang di gunakan untuk mengukur pH larutan

5. Hitung massa kalium hidrogenftalat (khp) unttuk menetralisasi 25 ml naoh 0,1 m dan tulis

persamaan reaksinya.

V NaOH = 25 ml

M NaOH = 0,1M

KHC8H4D4 + NaOH NaKC8H4D4 + H2O

0,0025 mol 0.0025 0,0025

mol NaOH = m.V

= 0,1 x 0,025

= 0,025 mol

Masa kalium Hidrogen Fosfat = mol x mr

= 0.0025 x 204 = 0,51gr

6. Bagaimana membuat 50 ml larutan Hcl dengan pH 1 dari larutan Hcl 1m?

pH = 1

[H+] = 10-1 m

v Hcl = 50 ml

V1 . m1 = v2. m2

v1 .1 = 50 . 10-1 = 5ml

v1 = 5ml

v2 = 50 ml

v air = v2-v1= 45 ml

Cara membuat larutan 5ml HCl 1m + 45 ml air suling

7. Apakah larutan Bufer itu?

Larutan bufer (larutan pennnnnyangga) adalah larutan yang dapat mempertahankan harga

ph walaupun di lakukan penambahan larutan asam/basa ke dalam larutan tersebut.

mengapa larutan bufer itu penting?

Karena dapat mempertahankan pH larutan dalam daerah pH tertentu sebab

mengandung ion garam kesetimbangan asam lemah/ basa kedalam larutan tersebut

8. Berilah definisi untuk asam lemah dan basa lemah.

Asam lemah:ion H+ nya lebih besar di bandingkan air sehingga menggeser kan

kesetimbangan air ke kiri akibatnya (H+) dan air makin kecil terhadap yang berasal dari

asam lemah.

Basa lemah: (OH-) dan air dapast di abaikan karena sangat kecil di bandingkan yang dari

basa

9 Jelaskan dengan persamaan reaksi bagaimana larutan natrium sionida(NaCN) denan hidrogen

sionida(HCN) berfungsi sebagai larutan bufer

HCN + NaOH = NaCN + H2O

HCN H+ + CN-

NaCN Na+ + CN-

Jika ditambah asam, ion H+ bereaksi dengan CN- membentuk HCN (kesetimbangan bergeser

kekiri, maka jumlah H+ dalam larutan tetap)

Jika ditambahkan Basa, ion OH- bereaksi dengan H+ membentuk H2O (kesetimbangan bergeser

kekanan, maka HCN terurai menjadi CN- dan ion H+)

Ion H+ diikat oleh OH- ditutupi kembali dari penguraian ion sehingga jumlah ion H+ tetap

10. Sebutkan beberapa pasangan larutan bufer yang sifat fisiologisnya sama besar.

HC2H3O2 + NaOH NaC2H3O2 + H2O

KH2PO4 + NaOH K2HPO4 + H2O

V. Landasan Teori

Suatu penerapan penting dan stoikiometri di laboratorium adalah analisis unsur-unsur

untuk menentukan komposisinya. pengukuran yang di dasarkan pada massa di namakan

gravimetri, dan pengukuran berdasarkan volume larutan di namakan volumetri atau titrasi. dalam

percobaan ini teknik analisis volumetri di terapkan pada analisis contoh yang mengandung asam.

Beberapa jenis reaksi yang dapat digunakan untuk titrasi yaitu raksi pengendapan,

reduksi dan asam basa, yang semuanya dapat berlangsung secara sempurna.

Pada percobaan ini akan digunakan reaksi asam basa untuk menstandardisasi larutan basa

dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam. Singkatnya

reaksi asam basa atau netralisasi disebabkan oleh pindahnya proton (ion H+) dari asam ke basa.

Contoh klasik dari tipe reaksi ini adalah reaksi ion hidrogen dengan ion hidrasil

H+ (aq)

+ OH-(aq) H2O (l)

Pada percobaan ini sumber ion OH-adalah larutan NaOH encer dan sumber ion H+ adalah

larutan asam. Mula-mula siapkan larutan NaOH 0,1 m kemudian larutan ini di standardisasi

dengan larutan asam yang di ketahui konsentrasinya. larutan naoh tidak tersedia dalam keadaan

murni dan larutannya dapat berubah konsentrasinya karena menyerap CO2udara. OLEH sebab itu

larutan naoh harus di standardisasi sebelum di gunakan untuk menitrasi contoh.

Pada kebanyakan titrasi asam basa. perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak jelas.

oleh karena itu, untuk menentukan titik akhir titrasi di pakai indikator karena zat ini

memperlihatkan perubahan warna pada ph tertentu pada percobaan ini di gunakan fenollftalein.

senyawa ini tak berwarna dalam larutuan asam dan berwarna merah jambu dalam larutan basa.

Kurva titrasi asam asetat dengan larutan NaOH 0,101 M

Gambar 9.1 kurva titrasi asam basa antara larutan asam asetat dengan larutan naoh 0,101 M.

Titik ekuivalen setelah penambahan 27,02 ml NaOH.

Titik ekuivalen tercapai setelah penambahan naoh 27,02 Ml. dari kurva titrasi di dapat

juga data untuk menghitung tetapan ionisasi asam asetat melalui persamaan henderson-

hasselbalch.

pH = pKa + Log [Basa][Asam ]

Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung harga pH dari larutan bufer. cara ini

dapat di gunakan untuk menghitung pH pada setiap titik dari kurva titrasi. Harga pH pada kurva

terlihat dari mulai harga pH sebelum penambahan naoh sampai pada lewat titik ekuivalen.

dengan menggunakan persamaan di atas kita bisa menghitung harga Ka. selama titrasi,

konsentrasi asam basa akan menurun karena asam lemah bereaksidengnan NaOH yang

ditambahkan.

Kuantitas asam dan basa akan sama pada titik tertentu, keasaman juga akan terjadi pada

½ titik ekkuivalen pada titik pertengahan, jumlah ½ NaOH yang diperlukan bereaksi sempurna

dengan ½ jumlah asam lemah. Kuantitas NaOH pada titik pertengahan adalah

27,022

= 13,51 ml

Pada saat ini konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa sesuai dengan persamaan berikut:

[Asam] = [ Basa]

Log [Basa][Asam ] = Log 1 = 0

Menurut persamaan Henderson-Hasselbalch

pH = pKa

Maka pKa dapat ditentukan

Sebagian besar proses fisiologis sangat peka terhadap perubahan pH. misalnya, pH akan

darah manusia pada dasarnya di pertahankan pada pH 7,2. Hanya pada pH ini darah dapat

mengangkut oksigen dan karbondioksida dengan benar. Jika pH turun di bawah 7,2(konsentrasi

H+ lebih tinggi) maka hemoglobin dalam darah tidak akan bereaksi dengan oksigen, dan bila pH

meningkat (konsentrasihemoglobin dalam darah tidak akan terurai menjadi karbondioksida

dalam paru-paru).

Asam lemah, Basa lemah, dan Garamnya

Sistem larutan bufer adalah larutan asam lemah (atau basa lemah) bersama-sama dengan

garamnya. adapun asam lemah atau basa lemah adalah asam atau basa yang hanya mengion

sedikit. asam asetat( HC2H3O2 ) adalah asam yang lemah, seperti di tunjukkan pada persamaan

berikut.

HC2H3O2 + H2O = H2O + C2H3O2

Larutan amonium hidroksida adalah contoh dari basa lemah, juga karena hanya beberapa

persen saja dari basa ini berada sebagai ion nh dan oh. asam dan basa di gololngkan sebagai kuat

atau lemah, tergantung pada derajat pengionannya (ionisasi). Beberapa asam yang derajat

ionisasinya tinggi(menddekatu 100 persen) dalam larutan encer dalam air adalah Basa-basa

ionik seperti NaOH, kOH, dan Ca (OH)2 berada sebagai ion dalam kondisi padat dan juga

terdisosiasi sempurna dalam air. sebaliknya, sejumlah besar asam (misalnya HC2H3O2, HCN,

H2CO3, dan H3PO4), asam organik (RCOOH ) dan beberapa basa organik (R- NH2) hanya

sedikit mengion dalam larutan air.

Garam dan asam lemah ialah garam yang salah satu ionnya sama dengan ion asamnya.

garam antaralain dapat dibuat dengan cara membiarkan asam lemah bereaksi dengan basa yang

sesuai yang terdiri dari kation yang cocok. contohnya garam yang terdiri dari ion C3H3O2- adalah

garam dari asetat (HC2H3O2). Suatu garam yang khas, umpamanya natrium asetat(NaC2H3O2)

dapat di bentuk dari asam dan basa bersangkutan.

HC2H3O2+ NaOH NaC2H3O2 + H2O

Sama halnya, natrium slanida(NaCN) dan kalsium sianida [Ca (CN)2 ] adalah garam dari asam

slanida. Kalium Monohidrogen fosfat (K2HPO4), adalah garam asam hidrogen fosfat dan

KH2PO4 sebagaimana di tunjukkan dalam persamaan berikut:

KH2PO4+ KOH K2HPO4 + H2O

Garam dari basa lemah mempunyai kation yang sama dengan basa. Contoh garam-garam

dari amonium hidroksida, NH4OH (larutan amonium NH3), ialah amonium klorida, NH4CL dan

amonium sulfat, (NH4)2 SO4 (Epinur, 2012:61-64)

Sifat-sifat penting yang perlu di ingat dalam kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat.

pH awal lebih tinggi di bandingkan dalam kurva titrasi asam kuat dan basa kuat

Terdapat peningkatan ph yang cocok yang agak tajam pada suatu titrasi

Sebelum titik sertara di capai, perubahan ph terjadi secara bertahap

pH pada titik ini setelah lebih besar dari 7

Setelah titik sertara, kurva dititrasi pada asam lemah oleh basa kuat identik dengan kurva

asam basa kuat.

Tritrasi asam polipotik lemah bukti kuat bahwa asam polliprotik mengion dalam

penetralan asam fosfat hampir semua molekul H3PO4 mulai di ubah menjadi Na2PO4dan akhirnya

Na2HPO4 diubah menjadi Na3PO4-yaitu:

Na3PO4- + OH- H2PO4- + H2O diikuti dengan

H2PO4- + OH- PO4-3 + H2O

(Sutrisno, 1994 : 100-101)

Untuk larutan basa,konsentrasi harus melebihi konsentrasi H+ dalam suatu larutan.

ketidakseimbangan tersebut dapat dibuat melalui dua cara yang berbeda

Pertama: Basa dapat berupa hidroksida, yang hanya dapat berdisosiasi untuk menghasilkan ion

hidroksida.

Di mana M melambangkan kation, biasanya logam, basa yang paling umum adalah berbentuk

hidroksida seperti itu.

Garis kedua bisa di lakukan dengan mengektrasi satu ion. hidrogen dari ssatu molekul air,

menyisakan satu ion hidroksida:

Kekuatan bufer bukan merupakan suatu yang istimewa, sifat ini hanya merupakan

ekspresi dari dua reaksi ekuilibrum dapat balik mendesak yang terjadi didalam larutan satu

donor proton dan elvepror proton konjuganya. jika keduanya terdapat konsentrasi yang sama.

Jika kita menambah H+ atau OH-kedalam bufer, akibatnya adalah perubahan kecil pada

nisbah konsentrasi relatif asam dan anionnya karena juga hanya sedikit sistem buffer dengan

penambahan sejumlah kecil asam /basa diimbangi dengan tepat oleh peningkatan komponen

lainnya. jumlah komponen buffer tidak berubah yang berubah hanya nisbahnya (Lehninger, 1993

: 187)

Suatu larutan yang mengandunng suatu asam lemah plus suatu garam dari asam itu atau

suatu basa lemah plus suatu garam dari basa kuat. sistem semacam ini di sebut sebagai larutan

buffer (penyangga) karena seedikit penambahan asam kuat / basa kuat hanya mengubah sedikit

pH nya.

contoh:

H+ + C2H3O2- HC2H3O2

pH nya tidak berubah dengan nyata. Sebaliknya, jika ion hidrogen yang di tambahkan

untuk membentuk lebih banyak molekul hidrogen asetat yang bersifat basa. Larutan buffer

standar dapat di buat dari asam lemah dan garam dari asam lemah itu. Suatu persamaan yang

enak dipakai telah tersedia untuk menghitung pH dari larutan semacam itu atau untuk

menghitung angka banding asam terhadap garam yang di perlukan untuk memperoleh larutan

dengan pH yang diinginkan pH suatu buffer yang mengandung asam lemah dapat di hitung

sebagai berikut:

Ka = ¿¿

[H+] = Ka ¿¿

-Log [H+] = -Log Ka- log [HA ][A ]

pH = pKa-log [HA ][A ]

pH = pKa + log [A ]

[HA ]

(keenan, 1991 : 235-237)

VI. ALAT DAN BAHAN

Alat

a. Erlenmeyer

b. Pipet tetes

c. Neraca

d. Gelas ukur

e. Tabung reaksi

f. Indikator universal

g. Buret 50 ml

h. Botol 500 ml

i. Corongn

j. Tiang penyangga

k. Kaca arloji

l. Batang pengaduk

Bahan

a. Air suling

b. Indikator pp

c. Larutan NaOH

d. Khp 0,1 gr

e. Cuka dapur

f. Larutan hcl

g. Larutan natrium asetat

h. NH4Cl

i. NH4OH

VII. Prosedur Kerja

A. Penyerapan Larutan NaoH 0.1 M

1.6 gr NaoH

Ditimbang

Dipindahkan ke botol

Dilarutkan dengan 400 Ml air suling

Di kocok

Hasil pengamatan

B. Standardisasi Larutan NaOH 0,1 M

Buret 50 ml

Dicuci dan dibilas dengan air suling

Ditutup dan dimasukkan kira-kira 5 ml naoh

Diisi buret dengan naoh s/d 0

Dialirkan larutan

2 erlenmeyer 250 ml

Dicuci dan dibilas

Ditetesi 25 ml HCL 0,1 dimasukkan pada tiap erlenmeyer

25 ml air suling dan 3 tetes indikator fenolftalein

Ditambah kedalam tiap erlenmeyer

Dicatat kedudukan awal NaOH

Di alirkan sedikit demi sedikit naoh pada Erlenmeyer 1

Dicatat volume akhir pada buret

Dilakukan 2 kali

3 buah erlenmeyer

Dicuci

Diisi dengan 0,14 gr KHP

Ditambahkan 10 ml air suling, dikocok sampai larut

Ditambahkan 3 tetes indikator pp

Dicatat volume NaOH yang terpakai

Hasil pengamatan

C. Menentukan persentase asam asetat dalam cuka

3 erlenmeyer 250 ml

Dicuci dan dibilas

Ditetes 25 ml asam cuka kedalam seeeeetiap erlenmeyer

10 ml air suling

ditambahkan

3 tetes indikator pp

Ditambahkan dan dititrasi dengan larutan standar sampai terbentuk warna merah

Dihitung persen massa pada tiap-tiap contoh

Diulangi 1 kali lagi jika hasil yang didapat berbeda>0,05%

Hasil pengamatan

POTENSIOMETRI

Seperangkat alat pH meter

.Disiapkan

larutan bufer ber pH 5

.Dikalibrasi

5,1 gr KHP

Ditimbang

Dilarutkan dengan air suling dan diencerkan dalam labu ukur 250 ml sampai tanda +

80 ml pipet cairan

Dimasukkan kedalam gelas piala

larutan NaOH yang akan distandardisasi

Dimasukkan kedalam buret

Dipasang seperti gambar

Dicatat pH

Dibuat kurva titrasi

Diulangi percobaan sekali lagi mulai no 2

Hasil pengamatan

A. Larutan bukan buffer

1. Penentuan pH larutan bukan buffer

3 buah tabung reaksi

Diisi tabung 1 denngan 1 ml air suling

Tabung 2 diisi dengan 1 ml larutan HCL 0,00001 M

Tabung 3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,00001 M

Ditentukan dan di catat pH larutan dengan indikator universal

2. Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambah asam

3 buah tabung reaksi

Tabung 1 diisi dengan 1 ml air suling

Tabung 2 diisi dengan 1 ml larutan HCL 0,00001 M

Tabung 3 diisi dengan 1 ml larutan NaOH 0,00001 M

Diteteskan HCL 1 M kedalam masing-masing tabung

pH larutan dicatat

B. Larutan buffer

1. Penentuan Ph larutan buffer

5 ml asam asetat HC2H2O2 1 M

dicampurkan dengan 5 ml natrium asetat NaC2H2O2 1 M

pH dicatat dengan indikator universal

2 .Penentuan pH larutan bufer setelah penambahan asam

2 tabung reaksi

Tabung 1 diisi dengan 2 ml larutan buffer

Tabung 2 di isi dengan 2 ml larutan bufer

Ditambah 1 tetes larutan HCL 1 M kedalam masing-masing tabung

pH larutan dicatat dan dibandingkan

3.Penentuan pH larutan bufer setelah penambahan basa

2 buah tabung reaksi

Tabung 1, 2 diisi dengan 2 ml larutan bufer

Ditambahkan 1 tetes NaOH

pH larutan dicatat dan dibandingkan dengan larutan bufer

VIII Data Pengamatan

Titrasi Asam Basa

A. Standarisasi dengan larutan HCL

Ulangan 1 Ulangan 21. Volume larutan HCL 25 ml 25 mol2. Molaritas larutan HCL 0,1 M 0,1 M3. Mol HCL yang dipakai 0,25 mol 0,25 mol4. Mol NAOH yang didapat 2,47 mol 2,465 mol5. Volume NAOH awal 165 mol 165 mol6. Volume NAOH akhir 19,5 mol 20 ml7. Volume NAOH yang ditambahkan 145,5 mol 145 ml8. Molaritas larutan NAOH 0,017 M 0,07 M9. Molaritas larutan NAOH rata-rata 0,017 M 0,017 M

B. Standarisasi dengan KHP

Ulangan 1 Ulangan 21. Massa botol timbang 2. Massa botol timbang3. Massa KHP 4. Mol KHP5. Mol NAOH dibutuhkan 6. Volume NAOH awal7. Volume NAOH akhir8. Volume NAOH terpakai9. Molaritas larutan NAOH

10475 gr105,2 gr0,55 gr0,0017 gr0,026 ml26 ml39,5 ml0,1 M0,1 M

10,25 105,190,5590,0017 mol0,026 ml24 ml24 M34 M0,1 M

Ulangan 1 Ulangan 21. Volume cuka 1ml 1 ml

2. Rapatan cuka3. Massa cuka4. Vol NAOH awal5. Volume NAOH akhir6. Volume NAOH terpakai7. Molaritas larutan NAOH 8. Mol NAOH ditambahkan 9. Mol asam asetat10. Bobot asam asetat11. %Massa asam asetat12. Massa rata-rata asam asetat

1,008 g/m1,008 gr10 ml44,5 ml55,5 ml0,1 M5,55 mol5,55 mol333 g0,3 %0,325%

1,008 g/m1,008 gr50 ml1,4 ml48,6 ml0,1 M486 mol4,86 mol291,690,35%0,325%

IX PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul trimetri dan pengendalian pH kami banyak melakukan standarisasi . suatu larutan perlu di standarisasi seperti halnya NAOH karena merupakan larutan primer. Maksudnya larutan yang sudah memiliki konsentrasi tetap . pembuatan standarisasi untuk larutan standsar primer harus memiliki syarat:

a. Mudah diperoleh dalam bentuk murnib. Harus stabilc. Zat mudah di keringkan , tidak dihigoskopis tidak menyerap uap aird. Masaa ekuivalen besar

A. Standarisasi dengan larutan HCL

Tujuan standarisasi dengan larutan HCL adalah untuk mengetahui benar atau tidaknya tekanan dalam membuat NAOH 0,1 M . standarisasi dihentikan hingga larutan berubah warna menjadi pink. Pada percobaan ini dibutuhkan zat berubah larutan NAOH dan larutan HCL standar dengan menambahkan tiga tetes indikator fenolftelain . percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan (percobaan)

Ulangan 1

Volume larutan HCL = 25 ml Molaritas larutan HCL 0,1 M Mol HCL yang terpakai = M.V

0,1 . 0,025

Mol NAOH yang didapat

nVa.Ma = nVMb = 1 . 0,1 . M = 0,1 = 0,02

volume NaOH yang terpakai molaritas larutan NaOH = mol NaOH / volume NaOH

= 0,025

Ulangan 2

volume larutan HCL = 25 ml molaritas larutan HCL = 0,1 M mol HCL yang dipakai = M.V

= 0,1 . 25 = 0,025 mol NaOH yang didapat

nVa.Ma=nVb.Mb volume Naoh yang ditambahkan molaritas larutan Naoh = mol Naoh/vol NaOH

B. standarisasi dengan KHP

Pada percobaan selanjutnya yaitu untuk melakukan standarisasi dengan meenggunakan 0,35 gr kalium hidrogen ftalat (khp) yang ditambahkan dengan 3 tetes indikator fenolftelain (pp) dan kemudian di titrasi dengan larutan NaOH hingga terbentuk warna merah muda percobaan ini dilakukan dengan 2 kali pengulangan

Ulangan 1

massa khp = 0,55 gr mol khp = gr/mr mol NaOH yang dibutuhkan 0,0026 M volume NaOH yang terpakai = 0,1 M molaritas larutan NaOH = 0,1 M

ulangan 2

massa khp = 0,55 gr mol khp = 0,0017 mol mol NaOH yang dibutuhkan 0,00026 M volume NaOH yang terpakai = molaritas larutan NaOH =

C. Menentukan % asam asetat dalam cuka

Pada percobaan ini digunakan tiga erlenmeyer 250 ml . yang ditambahkan 20 ml air suling kedalamnya lalu ditetesi 3 tetes indikator pp dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar NaOH sampai terbentuk warna merah jambu, percobaan ini juga dilakukan sebanyak 2 kali

Ulangan 1

Volume cuka = 1 ml Rapatan cuka = 1,008 g/m Massa cuka = 1,008 g Volume NaOH awal = 100 ml Volume NaOH akhir = 44,5 ml Volume NaOH terpakai = 55,5 ml Molaritas larutan NaOH = 0,1 M Mol NaOH ditambahkan = 5,55 mol Mol asam asetat = 5,55 mol %massa asam asetat dalam contoj

Massa asam asetat x 100% /massa cuka = 0,325%

Ulangan II

Volume cuka = 1 ml Rapatan cuka = 1,008 g/m Massa cuka = 1,008 g Volume NaOH awal = 50 ml Volume NaOH terpakai = 48,6 ml Molaritas larutan NaOH = 0,1 M Mol NaOH ditambahkan = 48,6 mol Mol asam asetat = 4,86 mol Bobot asam asetat = 291,6 %massa asam asetat dalam contoh

Massa asam asetat x 100% /massa cuka = 0,325%

D. Potensiometri

Percobaan selanjutnya adalah potensiometri dimana pada percobaan ini digunakan seperangkat pH dan kalibrasi dengan larutan bufer ber pH 5 . kemudian larutan khp 5,1 gr dengan air suling dan encerkan dalam labu ukur 250 ml sampai tanda tera. Selanjutnya larutan NaOH 0,1 M dimasukkan kedalam buret. Catat pH yang terbaca pada skala pH sebelum penambahan NaOH dan setelah penambahan larutan NaOH sebanyak 10, 20, 30, 40, 45, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 55 dan 60 ml

Dari percobaan ini telah diperoleh hasilnya sehingga dari hasil tersebut dapat dibuat grafikya sebagai berikut.

Penentuan larutan bukan bufer

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 tabung , tabung 1 diisi dengan 1 ml air suling , tabung 2 dengan 1 ml larutan HCL 0,0001 M . dan tabung 3 dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M . kemudian dibentuk pH larutan dengan indikator universal. Berdasarkan hasil percobaan didapat pH air = 7 pH NaOH = 10 dan pH HCL = 4 selanjutnya , untuk menentukan pH larutan bukan bufer setelah ditambahkan asam . ambil tiga buah tabung reaksi yang bersih kemudian pada tabung 1 di isi dengan 1ml air suling. Tabung 2 dengan 1 ml larutan HCL 0,0001 M an tabung 3 dengan 1 ml larutan NaOH 0,0001 M. Kemudian ditambahkan 1 tetes HCL 1 M. Kedalam masing-masing tabung sehingga berdasarkan percobaan diperoleh pH air= 1 pH NaOH =2 dan pH HCL = 2 setelah itu diulangi percobaan tadi dengan mengganti HCL dengan NaOH sehingga diperoleh pH air = 10 pH HCL= 11

Larutan Bufer

Penentuan pH larutan bufer dilakukan dengan cara campurkan 5 ml asam asetat CH3COOH 1 M dengan 5 ml natrium asetat NaC2 H2O2 1 M dalam tabung reaksi . dan berdasarkan percobaan didapatlah pH = 3 untuk campuran 5 ml NH4OH 1 M dengan 5 ml NH4CL 1 M dalam tabung reaksi diperoleh pH sebesar 3.

Penentuan pH larutan bufer setelah penambahan asam dilakukan dengan cara ambil dua tabung reaksi yang bersih tabung 1 dan tabung 2 diisikan dengan 2 ml larutan bufer dan teteskan 1 tetes larutan HCL 1 M , selanjutnya diperoleh molnya 3 , selanjutnya untuk meneteskan dengan NaOH sehingga diperoleh pH=3 .

X DISKUSI

Dalam menyiapkan berbagai zat dalam percobaan ini terdapat beberapa kesulitan atau kesalahan yang kami lakukan contohnya pada saat menimbah NaOH karena kurangnya ketelitian dalam meletakan zat ataupun , dalam mengamati angka yang ditunjukan oleh timbangan, pada menstandarisasi larutan NaOH juga terdapat beberapa kesalahan , diantaranya yaitu pada saat penstandaran hingga mencapai angka nol. Kesalahn yang terjadi disebabkan kurang telitinya praktikan dalam mengamati.

Dalam percobaan ini kami menitrasi HCL dengan NaOH . ketika HCL ditetesi NaOH , terjadi cukup lama untuk larutan berubah warna dikarenakan kami memakai 50 ml HCL , sehingga praktikum berjalan cukup lama namun untungnya tidak banyak terjadi kesalahan-kesalahan yang fatal lainnya , untuk praktik menentukan persentase asam asetat dalam cuka, potensiometri, larutan bukan buffer dan larutan buffer tidak dilakukan oleh kelompok kami percobaan tersebut dilakukan oleh kelompok lain . sehingga kami hanya memperoleh data hasil percobaan

Pertanyaan Pasca Praktek

1. Apakah hasil standarisasi larutan NaOH menggunakan larutan HCL dengan KHP memberikan hasil yang sama ?Jawab: Tidak, karena HCL yang adalah asam kuat sedangkan KHP adalah asam lemah sehingga hasilnya berbeda.

2. Komentrasi hasil analisis asam asetat dalam contoh cuka yang anda kerjakan Jawab :analisis asam asetat dalam contoh yang kami gunakan , semakin besar % massa asam asetat makin lebih banyak lagi larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menstandarisasi

3. Agar titrasi untuk contoh kedua dan ketiga berjalan dengan cepat , tindakan apa yang anda lakukan ?Jawab :Terus menggoyang Erlenmeyer dan memperbesar larutan NaOH yang keluar dari keran tapi tetap teliti agar NaOH yang keluar tidak melebihi titik akhir titrasi.

4. Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekuivalen , bagaimana caranya?Jawab Memperlambat / memperkecil larutan NaOH yang keluar dari biuret serta tetap menggoyangkan Erlenmeyer pengamatannya apabila , larutan telah berubah menjadi ungu muda maka titrasi dihentikan dan saat warna akan berubah kita harus hati-hati dan bersiap-bersiap agar NaOH yang yang keluar sesuai dengan titik ekuivalen

5. Mengapa indicator begitu penting dalam titrasi ?

JawabKarena indicator dapat melakukan titrasi dengan cepat dan mudah terlihat perubahan warna

6. Jika alat pada bagian B titrasinya berlebihan dengan NaOH , apabila kekeliruan dalam KHC8H4O4 pada bagian B atau asam asetat pada cuka menghasilkan hasil yang positif atau negative? JawabPositif karena bobot asam asetat pada cuka akan bertambah banyak sehingga % asam asetat dalam cuka akan menjadi sedikit.

7. Sesuaikan persamaan reaksi berikut:KHC8H4OH + NaOH NaKC8H4O4 + H2O

XI kesimpulan

1. Suatu contoh larutan yang mengandung asam dapat diketahui dengan uji titrasi2. Dapat menstandarisasi larutan penitrasi3. Dapat menstandarisasi larutan NaOH 4. Dapat menggambarkan kurva titrasi 5. Tetapan kesetimbangan asam lemah dapat diketahui 6. Pengendalian pH sangat penting terutama pada system fisiologi tubuh7. pH dapat di pertahankan dalam berbagai macam penggunaan 8. ada beberapa larutan buffer dan fungsinya

XII DAFTAR PUSTAKA

Hendayana . 1994. Dasar 2 Ilmu Kimia. Jakarta : Aksara Baru

Rival . 1995 . Kimia Dasar . Jakarta . Erlangga

Ryan . 2001 . Kimia Dasar . Jakarta : Erlangga

Sudarmono , unggul . 2005 . Kimia . Surakarta : Erlangga

Syukuri , s . 1999 . Kimia Dasar 1 . Bandung : ITB