percobaan ii (kinetika kimia)
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan berjudul “Kinetika Kmia”. Tujuan dari
percobaan ini adalah mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia serta mampu
menentukan laju dan orde reaksi. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah : 1. Pencampuran logam Mg dalam larutan HCl yang berprinsip dapat
menjelaskan mekanisme reaksi serta tanda-tanda reaksi kimia. 2. Pencampuran
H2C204, KMnO4, H2O dengan metode titrasi dengan mengamati berapa waktu
yang diperlukan sampai larutan berubah warna menjadi kuning. Pada percobaan
pertama dihasilkan logam Mg paling cepat habis bereaksi pada konsentrasi 2 M
dengan mendapatkan orde reaksi, m = 2. Sedangkan pada percobaan kedua
didapatkan waktu yang dibutuhkan sampai warna larutan berubah warna menjadi
kuning paling cepat pada erlenmeyer ke 2 karena volume H2C2O4 paling
berpengaruh dengan dihasilkan m = 1 untuk H2C2O4 dan m = 0,4 untuk KMnO4
.
1
PERCOBAAN II
REAKSI KIMIA : KINETIKA KIMIA
I. Tujuan PercobaanI.1 Mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimiaI.2 Mampu menetukan laju dan orde reaksi
II. Dasar TeoriII.1 Kinetika Kimia
Kinetika kimia merupakan pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia. Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab dari pada dalam udara kering, makanan lebih cepat membusuk bila tidak di dinginkan, kulit lebih cepat menjadi gelap dalam musim panas daripada dalam musim dingin. Ini merupakan tiga contoh yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi.
(Keenan, 1998)
II.2 Reaksi KimiaReaksi kimia adalah pembentukan ikatan baru. Reaksi yann
terjadi karena materi awal (reaktan) bersama-sama putus atau secara bergantian untuk membentuk atau beberapa materi yang berbeda (produk).
(Miller, 1997)Reaksi-reaksi kimia, ditandai dengan gejala :a. Timbulnya gas
Contoh : 2 H2O (e) + Mg (s) Mg(OH)2(aq) + H2 (g)
b. Terbentuknya endapanContoh :Pb(CH3COO)2(aq) + H2SO4(aq) CH3COOH(aq)+ PbSO4 (s)
c. Perubahan suhuContoh : NaOH (aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4(aq) + 2 H2O(aq)
d. Perubahan warnaContoh : 2 HCl (aq) + CuSO4 (aq) H2SO4 (aq) + CuCl2 (aq)
(Keenan, 1992)
2
II.3 Macam-macam Reaksi KimiaBerdasarkan gejala yang ditimbulkan, reaksi kimia
dibedakan atas:II.3.1 Reaksi Netralisasi
Reaksi netralisasi yaitu reaksi antara suatu asam dan basa yang banyaknya secara kimiawi sama. Reaksi antara asam dan basa pada umumnya membentuk garam dan air.
(Vogel, 1985)Reaksi penetralan yaitu reaksi antara asam dan basa.
Menurut Arhenius reaksi penetralan adalah reaksi antara 1 ion H+ dan 1 ion OH-
H+ + OH- H2O
Menurut teori Bronsted Lowry, reaksi netralisasi dapat dirumuskan :
H3O+ + OH- H2O + H2Oasam 1 basa 2 basa 1 asam 2
(Rivai, 1995)II.3.2 Reaksi Pembentukan Endapan
Terjadi jika larutan terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Pada reaksi ini, terjadi penggabungan ion positif dari basa atau garam pereaksi yang bereaksi dengan ion negative dari asam atau basa pereaksi. Pada akhir reaksi terbantuklah endapan pada dasar tabung reaksi, contoh :NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl
(Vogel, 1985)II.3.3 Reaksi Pembentukan Gas
Dalam beberapa kasus zat tertentu, dalam suatu reaksi dapat berupa zat yang tidak larut, yaitu gas atau zat yang mengurai dan akan menguap sebagai gas. Misalnya. Jika HCl ditambahkan larutan Na2S menghasilkan H2S (elektrolit lemah) dan kelarutannya dalam air sangat kecil sehingga mudah menguap. Reaksi molekulnya adalah sebagai berikut :2 HCl (aq) + 2 Na2S (aq) H2S + 2 NaClGejala lain dalam reaksi ialah terbantuknya elektrolit yang sangat kecil daya analisanya.
(Brady, 1994)
3
II.3.4 Reaksi Pembentukan KompleksPembentukan kompleks dalam analisa kuantitatif
sering terlihat dan digunakan untuk pemisahan atau identifikasi ion kompleks jika ada perubahan warna larutan. Misalnya :AgCl (g) + 2 NH3 Ag + [(NH3)2]+ + Cl-
(Vogel, 1985)Sering dipakai untuk pemisahan atau identifikasi
bila ion kompleks terbentuk maka terjadi karena dalam larutan pembantukan kompleks merupakan penyebab pelarutnya endapan dari reagensia yang berlebih.
(Brady, 1994)
II.3.5 Reaksi Pertukaran MuatanReaksi yang bersifat asam dengan logam adalah
sifat dari golongan lebih luas yaitu satu unsur akan menggantikan unsur lain dari suatu senyawa. Misalnya:
Zn (s) + CuSO4 (aq) Cu (s) + ZnSO4 (aq)
Reaksi ini sama dengan reaksi antara senyawa dengan ion hydrogen yaitu :Zn (s) + 2 H+ (g) H2 (g) + Zn2+ (aq)
Reaksi tersebut dapat terjadi jika logam yang dimasukkan kedalam larutan memiliki daya oksidasi yang besar, sehingga dapat mereduksi ion logam dalam larutan.
(Vogel, 1985)II.3.6 Reaksi Redoks
Dalam setiap reaksi redoks, perbandingan polar antara zat yang dioksidasi dan zat yang direduksi didapat dari persamaan yang memenuhi jumlah electron yang dilepas sama dengan yang diikat. Contoh :5 Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + 6Mn2+ + 4H2O
(Underwood, 1990)II.4 Laju Reaksi
Laju reaksi yaitu perubahan konsentrasi konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (m/s). Setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum,Reakta ProdukPersamaan ini, memberitahukan bahwa selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk.
4
A BMenurut jumlah molekul A dan meningkanya jumlah molekul B sering dengan waktu yang diperlihatkan dalam sebuah grafik. Secara umum akan lebih mudah apabila dinyatakan laju dalam perubahan konsentrasi terhadap waktu. Jadi untuk reaksi diatas dapat dinyatakan lajunya sebagai :
Laju = - ΔIAJ atau - ΔIAJ Δt Δt
(Chang, 2004)II.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
II.5.1 Luas Permukaan Bidang SentuhSemakin luas permukaan bidang sentuh, reaksi
semakin cepat. Karena bidang sentuh yang luas akan memungkinkan molekul bertabrakan dengan molekul lain. Hal ini menyebabkan zat yang terbantuk serbuk reaksinya akan semakin lebih cepat dari pada reaksi zat yang berbantuk kepingan besar.
(Oxtoby, 2001)II.5.2 Suhu
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Dengan naiknya suhu bukan hanya molekul-molekul lebih sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan dengan bantuan yang lebih berat karena mereka bergerak lebih cepat.
(Keenan, 1990)II.5.3 Sifat Dasar Pereaksi
Zat-zat berbeda secara nyata, dalam lajunya mereka mengalami perubahan kimia. Molekul-molekul hydrogen dan fluorida bereaksi secara spontan bahkan pada temperature kamar dengan menghasilkan hydrogen fluoride.H2 + F2 2 HF (sangat cepat pada suhu kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hydrogen dan oksigen bereaksi sangat lambat, sehingga tak Nampak pertubahan kimianya.H2 + O2 2 H2O (sangat lambat pada suhu kamar)
(Keenan, 1990)
5
II.5.4 KatalisKatalis adalah zat yang mempercepat reaksi tanpa
mengalami perubahan kimiayang permanen. Suatu katalis mempengaruhi kecepatan reaksi dengan jalan:1. Pembentukan senyawa antara (katalis homogen)2. Absorbsi (katalis heterogen)
II.5.5 KonsentrasiPerubahan kimia timbul sebagai akibat dari
tumbukan molekul. Semakin banyak tumbukan yang terjadi, semakin besar laju reaksinya. Jika konsentrasi reaktan semakin tinggi maka tumbukan juga akan semakin besar.
(Keenan, 1990) II.6 Persamaan Laju Reaksi
Reaksi : 2N2O3 4NO2 + O2
Laju reaksi sebanding dengan konsentrasi N2O5 dan dapat ditulis :Laju reaksi ∞ [N2O5]Laju reaksi k [N2O5]K disebut konstanta laju reaksi orde pertama. Laju reaksi diatas dapat diukur baik dengan berdasarkan penurunan [N2O5] atau berdasarkan pada [O2] [NO2] [N2O5] akan menghasilkan persamaan yang berbeda.
Laju reaksi
Laju reaksi
Laju reaksi
Apabila dilakukan pengukuran akan terlihat bahwa laju reaksi’ ≠ laju reaksi” ≠ laju reaksi”’, sehingga k’≠ k” ≠ k”’. Karena itu untuk memperoleh persamaan laju reaksi yang seragam, maka berdasarkan perjanjian ditetapkannya laju reaksi yang didasarkan oleh suatu reaktan atau produk tersebut dalam persamaan reaksi, jadi :
Laju reaksiUntuk reaksi umum :aA + bB cC + Dd
6
(Keenan, 1990)
2.7 Orde Reaksi
Orde reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah satu eksponen yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dengan kecepatan reaksi. Orde reaksi dikenal dengan tingkat reaksi. Untuk reaksi umum A+B C. Maka kecepatan reaksi ditentukan oleh konsentrasi A dan B. Orde reaksi total yang perlu diperhatikan :1. Data eksperimen harus pada suhu konstan agar harga V tetap.2. Metode mencari orde reaksi :a) Metode Logika
Metode logika menggunakan rumus bahwaax = b dengan a = perbesaran konsentrasiay = b b = perbesaran laju reaksiMetode ini memiliki kelemahan, yaitu hanya bisa digunakan jika ada data yang sama.
b) Metode Komparatif (Perbandingan)Metode ini membandingkan persamaan kecepatan reaksi
Harga K1 dan K2 (tetapan laju reaksi) pada suhu konstan adalah sama, sehingga dapat dihilangkan. Dengan demikian perbandingan konsentrasi zat yang berubah dipangkatkan orde reaksinya masing – masing sama dengan perbandingan kecepatan reaksinya.
c) Metode GrafikBila berupa garis lurus (linear) merupakan orde reaksi satu garis lengkung (parabola) merupakan orde reaksi dua. Jika berupa garis lengkung, tetapi bukan bentuk kuadrat orde reaksinya 3,4 dan seterusnya.
2.7.1 Reaksi Orde Nol (0)Reaksi orde nol mempunyai laju yang tidak
bergantung pada konsentrasi reaktan. Sebagai contoh, dekomposisi lebih pada walform panas bertekanan tinggi mempunyai laju pH 3 terdekomposisi pada laju tetap sampai habis seluruhnya. Hanya reaksi yang heterogenyang mempunyai hukum laju dengan orde nol secara keseluruhan.rumus laju reaksi menjadi V.K.
7
(Khopkar,1990)
2.7.2 Reaksi Orde SatuJika laju suatu reaksi kimia berlangsung lurus
dengan konsentrasi jika suatu pereaksi V = K [A]. Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi orde pertama jika dinyatakan dengan grafik, maka laju reaksi dengan orde pertama berupa garis lurus liniear.
(Khopkar, 1990)
2.7.3 Reaksi Orde KeduaJika laju reaksi sebanding dengan pangkat dua suatu
pereaksi atau pangkat satu konsentrasi dua pereaksi V = K [A]2. Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi beranak 2 jika dinyatakan dengan grafik, maka laju reaksi dengan orde reaksi dua berupa garis lengkung.
8
V
[A]
V
[A]
V
M
(Khopkar, 1990)
2.8 Hukum Laju dan Kostanta LajuLaju reaksi terukur seringkali sebanding dengan konsentrasi
reaktan suatu pangkat. Contihnya mungkin saja laju itu sebanding dengan konsentrasi dua reaktan A dan B, sehingga :
V = K [A] [B]Koefisien K disertai konsentrasinya yang tidak bergantung pada konsentrasi, tetapi bergantung pada temperature. Persamaan sejenis ini yang ditentukan secara eksperimen disebut hokum laju reaksi. Secara formal hukum laju reaksi adalah persamaan yang menyamakan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesien yang ada termasuk produknya.
Hukum laju reaksi memiliki dua penerapan utama, penerapan praktisnya setelah kita mengetahui hukum laju dan komposisi campuran. Penerapan teoritis hukum laju ini adalah hokum laju menerapkan pemandu untuk mekanisme reaksi. Setiap mekanisme yang dilanjutkan harus konstan dengan hukum laju yang diamati.
(Atkins, 1993)
2.9 Teori TumbukanLaju reaksi dapat diperoleh dengantiga faktor berikut :
1) Faktor Energi TumbukanJumlah keseluruhan tumbukan antara partikel reaktan dalam volume dari waktu yang diberikan.
2) Faktor Energi TumbukanFraksi partikel reaktan yang menumbuk dengan energi aktivasi yang cukup untuk memulai reaksi.
3) Faktor Geometri TumbukanFraksi partikel yang menumbuk dengan orientasi yang benar sehingga atom dapat memindahkan atom membagi elektron valensi secara terarah ketka mereka melakukan kontak satu sama lain.
(Miller, 1987) 2.10 Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau hasil reaksi persatuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan
9
sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu reaktan atau bertambahnya suatu produk. Dapat ditulis :
V = V =
Dengan V = kecepatan laju reaksi[A] = konsentrasi A[B] = konsentrasi Bt = waktu
(Sastrohamidjojo, 2001)
2.11 Energi AktivasiReaksi kimia berlangsung sebagai akibat tumbukan antara
molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi. Dari segi energi ada semacam energi tumbukan minimum yang harus tercapai agar reaksi terjadi. Untuk bereaksi molekul yang bertumbukan harus memiliki energi kinetic total sama dengan atau lebih besar daripada energy aktivasi, molekul utuh dan tidak ada perubahan akibat tumbukan. Spes yang terbentuk sementara oleh molekul reaktan sebagai akibat tumbukan sebelum membentuk produk dinamakan kompleks teraktifkan (keadaan transisi).
(Chang, 2004)
2.12 Analisa Bahan2.12.1 Logam Mg
Berwarna putih mengkilap Pada suhu biasa mudah diserbukkan Pada suhu tinggi (450oC – 550oC) amat lunak Larut dalam asam encer Mudah dioksidasi, mudah terbakar Nyala dalam cahaya yang menyilaukan 2Mg(s) + O2(g) 2MgO(s)
(Basri, 1996)2.12.2 Asam Klorida (HCl)
Merupakan asam kuat Tidak berwarna Mudah larut dalam air Baunya menusuk hidung hingga berbahaya bagi
pernapasan
10
Tidak larut dalam alcohol Dapat melarutkan logam-logam mulia Bahan baku membuat plastic
Hg(s) + 2HCl(g) MgCl2(aq) + H2(g)
(Vogel, 1985)2.12.3 KMnO4
Berwarna ungu Titik dekomposis Larut dalam air Digunakan dalam volumetrik dan agen oksida
(Bird,1987)
2.12.4 Asam Oksalat (H2C2O4) Asam organik dan bersifat toksik Merupakan zat padat hablur Tidak berwarna Titik leleh 100oC Dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam dan air
(Basri, 2000)
2.12.5 Aquadest
Sifat fisik : Berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, titik didih 100oC, titik beku 0oCSifat kimia : Senyawa dengan formula H2O,elektrolit lemah,terionisasi menjadi H3O+ dan OH- dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen sebagai bahan pelarut dalam kebanyakan senyawa dan sumber listrik.
(Basri, 2000)
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Percobaan
3.1.1 Alat
– Tabung reaksi– Erlenmeyer– Gelas beker
11
– Gelas ukur– Pipet tetes– Stopwatch– Labu ukur
3.1.2 Bahan
– Pita Mg– HCl– H2C2O4
– KMnO4
– Aquadest
3.2 Gambar Alat
Gelas beker tabung reaksi labu ukur stopwatch
Gelas ukur Pipet tetes elenmeyer
12
Buret
3.3 Skema Kerja
3.2.1 Kinetika Reaksi logam Mg dengan HCl
13
10 mL HCl 2 M
Gelas beker
Penambahan pita Mg
Pencatatan waktu
Pengulanga 2 kalihasil
14
10 mL HCl 2 M
Labu ukur
Pengenceran menjadi 1,8 M
Penuangan 10 mL HCl
hasil
Gelas beker
10 mL HCl 1,8 M
Pemasukan pita Mg
Pencatatan waktu sampai Mg habis
Perulanga 2 kali
10 mL HCl 2 M
Labu ukur
hasil
Gelas beker
10 mL HCl 1,6 M
Pengenceran menjadi 1,6 M
Penuangan 10 mL HCl
Pemasukan pita Mg
Pencatatan waktu sampai Mg habis
Perulanga 2 kali
10 mL HCl 2 M
Labu ukur
Pengenceran menjadi 1, 4M
Penuangan 10 mL HCl
hasil
Gelas beker
10 mL HCl 1,4 M
Pemasukan pita Mg
Pencatatan waktu sampai Mg habis
Perulanga 2 kali
10 mL HCl 2 M
Labu ukur
hasil
Gelas beker
10 mL HCl 1,2 M
Pengenceran menjadi 1,2 M
Penuangan 10 mL HCl
Pemasukan pita Mg
Pencatatan waktu sampai Mg habis
Perulanga 2 kali
3.3.2 Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat
15
10 mL HCl 2 M
Labu ukur
Pengenceran menjadi 1,0 M
Penuangan 10 mL HCl
hasil
Gelas beker
10 mL HCl 1,0 M
Pemasukan pita Mg
Pencatatan waktu sampai Mg habis
Perulanga 2 kali
10 mL HCl 2 M
Labu ukur
hasil
Gelas beker
10 mL HCl 0,8 M
Pengenceran menjadi 0,8 M
Penuangan 10 mL HCl
Pemasukan pita Mg
Pencatatan waktu sampai Mg habis
Perulanga 2 kali
10 mL HCl 2 M
Labu ukur
Pengenceran menjadi 0,6 M
Penuangan 10 mL HCl
hasil
Gelas beker
10 mL HCl 0,6 M
Pemasukan pita Mg
Pencatatan waktu sampai Mg habis
Perulanga 2 kali
Erlenmeyer 1
10 ml H2C2O4 + 12 ml aquadest
Erlenmeyer 50 ml– Penyiapan buret yang berisi KMnO4 0,1 M– Penggoyangan campuran hingga homogen– Penambahan 2 ml KMnO4 0,1 M– Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna– Pengamatan
Erlenmeyer 2
20 ml H2C2O4 + 2 ml aquadest
Erlenmeyer 50 ml– Penyiapan buret yang berisi KMnO4 0,7 M– Penggoyangan campuran hingga homogen– Penambahan 2 ml KMnO4 0,1 M– Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna– Pengamatan
Erlenmeyer 3
10 ml H2C2O4 + 10 ml aquadest
Erlenmeyer 50 ml– Penyiapan buret yang berisi aquadest– Penggoyangan campuran hingga homogen– Penambahan 2 ml KMnO4 0,1 M– Pencatatan waktu sampai terjadi perubahan
warna
16
hasil
hasil
– Pengamatan
IV. Data Pengamatan
4.1 Kinetika reaksi logam Mg dengan HCl
[ HCl ] Pita Mg( cm )
Percobaan 1 Percobaan 2 Keterangan
t 1/t t 1/t
2,01,81,61,41,21,00,80,6
0,50,50,50,50,50,50,50,5
41477095112193252427
0,0240,0210,0140,0100,0080,0050,0030,002
425582102 131209288553
0,0240,0180,0120,0090,0070,0040,0030,001
Timbul gelembung dan
gas H2
4.2 Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat
Percobaan pada
Erlenmeyer ke –
H2C2O4 KMnO4 t Ket
ml M ml M tt(rata-rata)
I
II
III
10,0010,0010,00
20,0020,0020,00
10,0010,0010,00
0,70,70,7
0,70,70,7
0,70,70,7
2,002,002,00
2,002,002,00
4,004,004,00
0,10,10,1
0,10,10,1
0,10,10,1
3,424,093,41
2,022,113,38
3,413,383,52
3,64
2,50
3,44
Warna larutan kuning
Warna larutan kuning
Warna larutan kuning
17
hasil
Perhitungan
1. Kinetika reaksi logam magnesium dengan asam klorida
M1 . V1= M2 . V2
2,0 . V1 = 1,8 . 25
V1 =
= 22,5 ml
M1 .V1 = M3 .V3
2,0 . V1 = 1,6 . 25
V1 =
= 20,0 ml
M1 .V1 = M4 . V4
2,0 . V1 = 1,4 . 25
V1 =
= 17,5 ml
M1 . V1 = M5 . V5
2,0 . V1 = 1,2 . 25
V1 =
= 15,0 ml
M1 . V1= M6 . V6
2,0 . V1 = 1,0 . 25
V1 =
= 12,5 ml
M1 . V1= M7 .V7
2,0 . V1 = 0,8 . 25
18
V1 =
= 10,0 ml
M1 . V1= M8 .V8
2,0 . V1 = 0,6 . 25
V1 =
= 7,5 ml
Sumbu x = log [HCl] , sumbu y = log 1/t
pengukuran [HCl] 1/t log [HCl] log 1/t x . y x2
(i) (M) (1/s) x y
1 2 0,0241 0,301 -1,618 -0,489 0,091
2 1,8 0,01975 0,2553 -1,704 -0,435 0,065
3 1,6 0,0131 0,2041 -1,883 -0,384 0,042
4 1,4 0,01015 0,1461 -1,994 -0,291 0,021
5 1,2 0,00825 0,0792 -2,084 -0,165 0,006
6 1 0,005 0 -2,301 0 0
7 0,8 0,00375 -0,0970 -2,426 0,235 0,009
8 0,6 0,00205 -0,2218 -2,688 0,596 0,049
∑ 0,6669 -16,70 -0,933 0,283
m =
19
=
=
=
= 2,019
y = mx + c
y = 2,019 x + c
-1,618 = 2,019 ( 0,301 ) + c
c = -1,618 – 0,608
c = -2,226 ; maka persamaannya menjadi y = 2,019 x – 2,226
2. Kinetika reaksi ion permanganat dengan asam oksalat
M0 adalah [H2C2O4] mula-mula yaitu 0,7 M
M0 . V0= M1 . V1
0,7 . 10 = M1 . 22
M1 =
= 0,32 M
M0 . V0= M2 . V2
0,7 . 20 = M2 . 22
M2 =
= 0,64 M
M0 . V0= M3 . V3
0,7 . 10 = M3 . 20
M3 =
= 0,35 M
20
Sumbu log x = [H2C2O4] , sumbu y = log 1/t
pengukuran [H2C2O4] 1/t log [H2C2O4] log 1/t x.y x2
(i) (M) (1/s) x y
1 0,32 0,00427 -0,495 -2,340 1,160 0,245
2 0,64 0,00788 -0,194 -2,103 0,408 0,038
3 0,35 0,00447 -0,456 -2,350 1,072 0,208
∑ -1,145 -6,793 2,640 0,491
m =
=
=
=
= 0,864
y = mx + c
y = 0.864 x + c
-2,340 = 0,864 (-0,495) + c
c = -2,340 + 0,43
c = -1,910 ; maka persaman menjadi y = 0,864 x – 1,910
M0 adalah [KMnO4] mula-mula yaitu 0,1 M
M0 . V0= M1 . V1
0,1 . 2 = M1 . 14
M1 =
21
= 0,014 M
M0 . V0= M2 . V2
0,1 . 2 = M2 . 4
M2 =
= 0,05 M
M0 . V0= M3 . V3
0,1 . 2 = M3 . 14
M3 =
= 0,014 M
pengukuran [KMnO4] 1/t log [KMnO4] log 1/t x.y x2
(i) (M) (1/s) x y
1 0,014 0,00427 -1,854 -2,340 4,34 3,44
2 0,05 0,00788 -1,301 -2,103 2,74 1,69
3 0,014 0,00447 -1,854 -2,350 4,36 3,44
∑ -5,009 -6,793 11,44 8,57
m =
=
=
=
= 0,48
y = mx + c
22
y = 0,48 x + c
-2,340 = 0,48 (-1,854) + c
c = -2,340 + 0,89
c = -1,45 ;
maka persaman menjadi y = 0,48 x – 1,45
Grafik Laju reaksi
Grafik log [HCl] vs log 1/t
Grafik log ([HCl])2 vs log 1/t
23
Grafik log [H2C2O4] vs log 1/t
Grafik log [ KMnO4] vs log 1/t
24
ANALISA GRAFIK
Dari grafik dapat dilihat bahwa :
1) Grafik hubungan log HCl dan log 1/t dapat dilihat bahwa konsentrasi
berpengaruh terhadap waktu. Semakin besar konsentrasi HCl, waktu yang
dibutuhkan untuk logam Mg bereaksi semakin kecil. Grafik mendekati
literatur karena R mendekati 2.
2) Grafik antara log [HCl]2 dengan log 1/t menyatakan hubungan tingkat
reaksi HCl. HCl mempunyai orde reaksi 2 sehingga dapat digambarkan
dalam 2 grafik.
3) Grafik ke 3 hubungan log M campuran dengan log 1/t.
Konsentrasi berpengaruh terhadap waktu. Semakin besar konsentrasi
larutan, waktu yang dibutuhkan untuk larutan berubah warna menjadi
agak coklat semakin kecil. Grafik mendekati literatur karena menunjukkan
grafik linier.
V. Pembahasan
Telah dilakukan percobaan berjudul “Kinetika Kimia”. Tujuan dari
percobaan ini adalah mampu menjelaskan tanda-tanda reaksi kimia serta mampu
25
menentukan laju dan orde reaksi. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah metode pencampuran, pengenceran, dan titrasi. Prinsip percobaan ini
adalah mekanisme reaksi suatu kimia.
Reaksi kimia adalah suatu proses, dimana zat-zat baru, yaitu hasil reaksi
terbentuk dari berbagai zat aslinya yang disebut pereaksi. Reaksi kimia biasanya
disertai oleh kejadian-kejadian fisik seperti perubahan warna, timbulnua gas, dan
sebagainya (Petrucci, 1992).
Mg(s) + 2HCl(aq) MgCl2(aq) + H2(g)
A + B C
Menurut Keenan, orde suatu reaksi adalah jumlah semua eksponen dari
konsentrasi dalam persamaan laju. Jika laju reaksi berbanding lurus dengan
pangkat satu konsentrasi hanya satu pereaksi.
Laju = k [HCl]
Maka reaksi ini dikatakan sebagai reaksi orde pertama. Penentuan orde
reaksi dengan metode diferensial, metode integral (penentuan orde reaksi pertama
dan penentuan orde reaksi kedua).
(Keenan, 1991)
Laju / kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi dengan
produk dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju
berkurangnya konsentrasi pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol / L, tetapi untuk fase gas,
digunakan satuan atmosfer,millimeter merkurium / pascal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat dasar reaksi,
temperature, katalis, dan konsentrasi.
26
(Keenan,1991)
5.1 Kinetika Reaksi Logam MG dengan HCl
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan persamaan laju antara magnesium
dengan asam klorida. Pada percobaan ini, digunakan konsentrasi HCl 2 M.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pengenceran, Tujuannya
adalah agar didapat konsentrasi HCl yang lebih encer. Tujuan digunakannya
konsentrasi yang bervariasi adalah untuk membandingkan laju reaksi Mg pada
masing-masing larutan HCl yang berbeda konsentrasi tersebut terhadap waktu.
Dilakukan pemasukkan logam Mg ke dalam larutan HCl dengan berbagai
konsentrasi. Berikut adalah reaksi antara logam Mg dengan HCl :
Mg (s) + 2 HCl MgCl2 (aq) + H2(g)
(Vogel, 1989)
Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, reaksi di atas merupakan reaksi
pembentukan gas, dimana pada saat reaksi berlangsung melepaskan gelembung-
gelembung gas hidrogen (H2) sedangkan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi
reaksi di atas merupakan reaksi redoks. HCl merupakan oksidator yang mampu
mengoksidasi logam Mg menjadi Mg 2+, sedangkan Mg merupakan logam yang
cukup reaktif untuk bereaksi dengan senyawa lainnya, karena mudah dioksidasi.
Hasil percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi HCl maka
reaksinya semakin cepat. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi,
semakin banyak jumlah partikel zat dalam larutan, sehingga semakin banyak
tumbukan yang terjadi. Semakin banyak tumbukan maka semakin cepat mencapai
Ea reaksi.
Persamaan laju hanya ditentukan oleh konsentrasi HCl, karena Mg berbentuk
padatan dan ukuran Mg yang dipakai sama yaitu 0,5 cm sehingga tidak
27
-1
0
0
+2reduksi
oksidasi
mempengaruhi konsentrasi larutan dan akhirnya dari persamaan laju di atas,
logam Mg tidak berpengaruh dalam persamaan laju reaksi.
Orde reaksi dari persamaan laju reaksi yang ideal adalah 2, dalam percobaan
diperoleh orde mendekati 2, yaitu 2,019.
Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu :
1. Temperatur
Temperatur dari percobaan pertama dengan percobaan lainnya
kemungkinan tidak sama, sehingga laju yang diperoleh juga berbeda. Apabila
suhunya semakin besar, maka molekul-molekul dapat bergerak semakin cepat dan
tumbukan lebih sering terjadi. hal ini terjadi karena kecepatan molekul akan
semakin meningkat saat suhu dinaikkan, sehingga energi kinetik akan semakin
besar. Tumbukan yang terjadi pun akan semakin banyak terjadi sehingga laju
reaksinya juga semakin cepat.
2. Konsentrasi
Dalam percobaan ini, apabila konsentrasi HCl yang digunakan semakin
kecil maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi.
Begitupun sebaliknya, semakin besar konsentrasi HCl, maka semakin sedikit
waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi. Apabila konsentrasi tinggi, maka
molekul-molekul dalam zat-zat pereaksi dapat semakin sering terjadi tumbukan,
sehingga laju reaksinya juga cepat.
3. Luas permukaan logam Mg
Makin besar luas permukaan logam Mg, waktu yang dibutuhkan untuk
bereaksi semakin cepat. Sebagai contoh luas permukaan serbuk lebih besar
daripada padatan, sehingga tumbukan antar partikel akan banyak terjadi. Hal ini
mengakibatkan laju reaksi semakin cepat.
4. Faktor Eksternal
Dalam percobaan ini, cepat lambatnya laju reaksi juga dipengaruhi oleh
faktor penggoyangan larutan HCl, penggoyangan ini dapat mempercepat
28
terjadinya reaksi.
Hasil percobaan diperoleh grafik yang dihasilkan dari reaksi antara Mg
dengan HCl berupa garis linier. Selain itu, grafik log [HCl] versus log 1/t
dihasilkan suatu persamaan garis linier y = 2,019 x – 2,226. Dari persamaan
tersebut didapatkan orde reaksi HCl sebesar 2 dan tetapan laju reaksi sebesar. Jadi
hukum atau persamaan laju reaksi untuk reaksi ini adalah : V= k [HCl]2
5.2 Kinetika Reaksi ion Permanganat dengan Asam Oksalat
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan tingkat reaksi antara asam osalat dengan KMnO4. Metode yang digunakan adalah titrasi asam basa.
Reaksinya :
3 H2C2O4 (l) + 2K+ + 2 MnO4-(l) 6 CO2 (g)+ 2K+ + 2 OH-
(l) + 2 H2 (g) + 2 MnO2(p)
Reaksi di atas merupakan reaksi redoks, di mana ion MnO4- tereduksi
menjadi MnO2. Sedangkan Oksalat tereduksi membentuk gas CO2. Ion Permanganat (MnO4
-) berwarna ungu, umumnya tersedia dalam garam potassium (KMnO4) yang berwarna ungu kehitaman. Apabila ion permanganat (MnO4
-) tereduksi dalam keadaan netral atau larutan bersifat basa, produknya akan berupa mangan oksida (MnO2). Jika pada keadaan asam permanganat akan tereduksi menjadi mangan (II) yang tidak berwarna.
Sebelum asam oksalat direaksikan dengan KMnO4, terlebih dahulu di tambahan dengan akuades, sampai larutan homogen. Penggoyangan pada saat penambahan akuades ini diperlukan untuk mempercepat terbentuknya larutan homogen. Penambahan akuades bertujuan untuk mengencerkan asam oksalat agar didapatkan konsentrasi yang berbeda-beda.
Penambahan KMnO4 pada asam oksalat, menjadikan warna larutan menjadi ungu. Hal ini dikarenakan ion permanganat (MnO4
-) berwarna ungu. Pada saat reaksi berlangsung terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning kecoklatan, dan warna tersebut semakin lama semakin memudar. Hal ini
29
+4
+7
+3
+4reduksi
oksidasi
dikarenakan ion permanganat (MnO4-) tereduksi menjadi MnO2 yang
menghasilkan perubahan warna menjadi coklat.
Pada saat penambahan KMnO4 sebaiknya tidak dilakukan penggoyangan. Hal ini dikarenakan, penggoyangan dapat mempercepat reaksi dengan cara mempercepaat tumbukan molekul-molekul zat yang bereaksi sehingga akhirnya dapat mempengaruhi laju reaksinya. Reaksi ini diharapkan dapat berlangsung normal tanpa pengaruh dari faktor eksternal seperti penggoyangan.
Dari hasil percobaan didapatkan grafik dari hasil reaksi antara asam
oksalat dengan KMnO4 berupa grafik linier. Persamaan liniernya adalah y =
0,843x – 1,942 dan y = 0,437x – 1,533. Dan reaksi tercepat pada Elenmeyer 2,
karena konsentrasi H2C2O4 lebih besar yang merupakan reduktor dari reaksi
tersebut. Semakin cepat pula mengalami oksidasi.
VI. Penutup
6.1 Kesimpulan
a. Reaksi antara HCl dan Mg merupakan reaksi pembentukan gas dengan
menghasilkan gas H2.
b. Reaksi antara H2C2O4 + KMnO4 merupakan reaksi redoks dimana H2C2O4
teroksidasi menjadi gas CO2, dan KMnO4tereduksi menjadi MnO2 yang
ditandai perubahan warna ungu menjadi kuning kecoklatan.
c. Orde reaksi HCl adalah 2
d. Tingkat reaksi H2C2O4 dengan KMnO4 sebesar 1 dan 0,4
6.2 Saran
a. Teliti dalam mengencerkan HCl berbagai konsentrasi agar tidak terjadi
kekeliruan.
b. Teliti dalam pengamatan perubahan warna yang terjadi antara ion permanganat dengan asam oksalat.
30
VII. Daftar Pustaka
Atkins,P.W ,1993, “ Kimia Fisik II”, edisi keempat, Erlangga, Jakarta.
Brady, J.,1994, “ Kimia Universitas Asas dan Struktur” ,Jilid I, edisi kelima,
Erlangga , Jakarta.
Bird,T., 1987, “Kimia untuk Universitas”, Gramedia , Jakarta.
Change,R., 1987, “ Chemistry 3rd edition”, Random House , USA.
Keenan,C., 1992, “ Ilmu Kimia untuk Universitas”, edisi keenam,
The University of Tennese Knoxvill, Erlangga , Jakarta.
Khopkar,S.M., 1990, “Konsep Dasar Kimia Analitik”, UI Press, Jakarta.
Miller, 1987, “Chemistry A Basic Introduction 4th edition”,Wadsorth
Publishing Company , California.
Oxtoby,D.W., 1999, “ Prinsip – prinsip Kimia Modern”, edisi keempat,jilid 1,
Erlangga , Jakarta.
Rivai,H.,1995, “ Asas Pemeriksaan Kimia”, UI Press , Jakarta.
Basri, S., 1996, “ Kamus Kimia”, Rinaka Cipta , Jakarta.
Sastrohamijoyo,H., 2001, “ Spektroskopi”, Liberty , Yogyakarta.
31
Underwood, 1990, “ Analisa Kimia Kualitatif”, Erlangga , Jakarta.
Vogel A.I., 1985, “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro”, Edisi Kelima, PT.Kalman Media Pustaka, Jakarta.
VIII. LAMPIRAN
Kelompok 1
a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl
HCl
[M]
Pita Mg
(cm)
Percobaan I
t (s)
Percobaan 2
t (s)
t rata-rata
(s)
1/t
rata-rata
2,0 0,5 - - - -
1,8 0,5 63 58 60,5 0,016
1,6 0,5 63 55 59 0,017
1,4 0,5 75 86 80,5 0,012
1,2 0,5 111 98 104,5 0,009
1,0 0,5 120 112 116 0,008
0,8 0,5 203 204 203,5 0,004
0,6 0,5 553 501 527 0,002
32
b. Kinetika Reaksi Asam Oksalat dengan KMnO4
Erlenmeyer H2C2O4
(ml)
KMnO4
(ml)
H2O
(ml)
t (s) 1/t
1 10
10
10
2
2
2
12
12
12
162 0,006
2 20
20
20
2
2
2
2
2
2
174 0,006
3 10
10
10
4
4
4
10
10
10
300 0,003
Kelompok 3
a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl
HCl
[M]
Pita Mg
(cm)
Percobaan I
t (s)
Percobaan 2
t (s)
t rata-rata
(s)
1/t
rata-rata
2,0 0,5 32,38 59,61 55,995 0,018
1,8 0,5 62 61 61,6 0,016
1,6 0,5 59 64 61,5 0,016
33
1,4 0,5 68 67,31 67,775 0,014
1,2 0,5 111,21 112,17 111,69 0,009
1,0 0,5 113,41 153 133,205 0,008
0,8 0,5 210 155 182,5 0,005
0,6 0,5 447 477 462 0,002
b. Kinetika Pereaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat
Erlenmeyer H2C2O4
(ml)
KMnO4
(ml)
H2O
(ml)
t (s) t rata-
rata (s)
1/t rata-
rata
1 10
10
10
2
2
2
12
12
12
173
191
202
188,67 0,005
2 20
20
20
2
2
2
2
2
2
179,90
171,99
159,69
170,4 0,006
3 10
10
10
4
4
4
10
10
10
247
252
243
247,3 0,004
34
Kelompok 4
a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl
HCl
[M]
Pita Mg
(cm)
Percobaan I
t (s)
Percobaan 2
t (s)
t rata-rata
(s)
1/t
rata-rata
2,0 0,5 27,88 27,43 27,655 0,036
1,8 0,5 42,85 43,63 43,24 0,023
1,6 0,5 51,74 54,45 53,095 0,018
1,4 0,5 64,07 63,07 63,57 0,015
1,2 0,5 83,13 79,39 81,26 0,012
1,0 0,5 106,83 105,85 106,34 0,009
0,8 0,5 171,07 163 167,035 0,006
0,6 0,5 357,14 357,14 357,14 0,003
b. Kinetika Pereaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat
Erlenmeyer H2C2O4
(ml)
KMnO4
(ml)
H2O
(ml)
t (s) t rata-rata
(s)
1/t rata-
rata
1 10
10
10
2
2
2
12
12
12
227,85
224,41
241,85
231,37 0,004
2 20 2 2 109,73 125,243 0,008
35
20
20
2
2 2
2
152,26
113,74
3 10
10
10
4
4
4
10
10
10
209,29
185,86
204,82
199.99 0,005
Kelompok 5
a. Kinetika Reaksi Logam Mg dengan HCl
HCl
[M]
Pita Mg
(cm)
Percobaan I
t (s)
Percobaan 2
t (s)
t rata-rata
(s)
1/t
rata-rata
2,0 0,5 47,8 42,15 44,98 0,022
1,8 0,5 61,12 59,66 60,39 0,016
1,6 0,5 58,6 55,05 56,82 0,017
1,4 0,5 53,5 56,9 55,2 0,018
1,2 0,5 103,7 107,25 105,48 0,009
1,0 0,5 116,9 138,7 127,8 0,008
0,8 0,5 161 159,55 160,28 0,006
0,6 0,5 147,7 243,1 195,4 0,005
36
b. Kinetika Pereaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat
Erlenmeyer H2C2O4
(ml)
KMnO4
(ml)
H2O
(ml)
t (s) t rata-
rata (s)
1/t
1 10
10
10
2
2
2
12
12
12
238,8
246
239,7
241.5 0,004
2 20
20
20
2
2
2
2
2
2
165,9
244,9
137,3
182,7 0,006
3 10
10
10
4
4
4
10
10
10
304,4
224,5
244
257,63 0,004
HCl
[M]
Pita Mg
(cm)
Percobaan I
t (s)
Percobaan 2
t (s)
t rata-rata
(s)
1/t
rata-rata
2,0 0,5 43 34 38,5 0,026
1,8 0,5 56 43 49,5 0,020
1,6 0,5 67 70 68,5 0,015
1,4 0,5 81 90 85,5 0,011
1,2 0,5 105 108 106,5 0,009
1,0 0,5 158 141 149,5 0,007
37
0,8 0,5 230 238 234 0,004
0,6 0,5 493 491 492 0,002
b. Kinetika Pereaksi Ion Permanganat dengan Asam Oksalat
Erlenmeyer H2C2O4
(ml)
KMnO4
(ml)
H2O
(ml)
t (s) t rata-
rata (s)
1/t rata-
rata
1 10
10
10
2
2
2
12
12
12
261
278
221
253,33 0,00039
2 20
20
20
2
2
2
2
2
2
165
170
171
168,67 0,00059
3 10
10
10
4
4
4
10
10
10
220
261
292
257,67 0,00038
38
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 19 Mei 2009
Praktikan
Roshinta Anggun R. Rr Dian Pratiwi Sapto Adi Wibowo
J2C 008 060 J2C 008 061 J2C 008 062
Sara Agustine Biyang Sari Pratiwi
J2C 008 063 J2C 008 064
Setyo Rini Utomo Siska Yuliana Tristianti
J2C 008 065 J2C 008 066
39
Mengetahui
Asisten
Fitria Fatichatul Hidayah
J2C 005 116
40