penuntun praktikum kimia anorganik i -...

of 36 /36
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I Penyusun : Tim Kimia Anorganik PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016

Author: truongnga

Post on 18-Aug-2018

298 views

Category:

Documents


13 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • PENUNTUN PRAKTIKUM

    KIMIA ANORGANIK I

    Penyusun :

    Tim Kimia Anorganik

    PROGRAM STUDI KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HALU OLEO

    KENDARI

    2016

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenaan-Nya sehingga penyusunan dan

    penulisan Penuntun Praktikum Kimia Anorganik I ini dapat terselesaikan dengan baik

    dan tepat waktu. Salam dan doa tak lupa pula penulis haturkan kepada suri tauladan

    kita, Nabi Muhammad SAW.

    Selama melakukan penyusunan dan penulisan penuntun ini, penulis banyak

    menghadapi tantangan dan hambatan. Kesemuanya itu dapat teratasi berkat bantuan

    segala pihak dan terutama adalah ridho Allah SWT. Untuk itu, pada kesempatan ini

    penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah

    turut memberikan andil dan membantu penulis hingga selesainya penyusunan Penuntun

    Praktikum ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penuntun ini masih banyak menampilkan

    kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak

    bagi perbaikan makalah ini dan menjadi masukan yang sangat berguna pada

    kesempatan berikutnya.

    Dan akhirnya, semoga penuntun ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat

    memberi sumbangsi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

    kemaslahatan umat dan alam.

    Kendari, September 2016

    Tim Penyusun

  • ii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    PERCOBAAN I Garam Mohr 1

    PERCOBAAN II Kalium Nitrat 4

    PERCOBAAN III Pembuatan Kalium Iodat 7

    PERCOBAAN IV Pembuatan Natrium Tiosulfat 10

    PERCOBAAN V Pembuatan Garam Kompleks Tetra Amin Tembaga

    (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH3)4.H2O Dan Garam

    Rangkap Ammonium Tembaga (II) Sulfat

    Heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

    13

    PERCOBAAN VI Pembuatan Terusi 16

    PERCOBAAN VII Permurnian NaCl 19

    PERCOBAAN VIII Pembuatan Kalium Trioksalato Aluminat

    K3Al(C2O4).3H2O

    22

    PERCOBAAN IX Pembuatan Kalium Merkuri Iodida

    K2HgI4.2H2O

    24

    PERCOBAAN X Reaksi Kation Logam Dengan Oksin 26

    PERCOBAAN XI Kekuatan Asam Dalam Medium Air 30

  • 1

    PERCOBAAN I

    GARAM MOHR

    1. Pendahuluan

    Salah satu senyawa ferro yang sangat penting adalah garam besi (II) sulfat

    yang juga popular dengan nama ferro sulfat. Garam ini dikenal dengan warna

    hijau vitriol dan mempunyai rumus molekul terhidrat FeSO4.7H2O. Garam ini

    mengkristal dalam membentuk monoklin dan berisomorf dengan garam Epson

    atau garam Inggris MgSO4.7H2O.

    Garam besi (II) sulfat ini dapat diperoleh dengan cara melarutkan

    serbuk/bubuk besi atau senyawa besi (II) sulfat dalam sulfat encer. Setelah larutan

    disaring dan diuapkan, maka akan terbentuk kristal yang berwarna hijau dari besi

    (II) sulfat, untuk skala besar, sintesa garam ini dilakukan dengan mengoksidasi

    secara perlahan-lahan garam besi (II) sulfida, FeS2 oleh udara yang mengandung

    uap air.

    Garam besi (II) sulfat dapat bergabung dengan garam-garam sulfat dari

    garam alkali, membentuk suatu garam rangkap dengan rumus umum yang dapat

    digambarkan sebagai M2Fe(SO4).6H2O, dimana M merupakan simbol dari logam-

    logam, seperti K, Rb, Cs, atau NH4. Rumus ini merupakan gabungan dua garam

    dengan anion yang sama atau identik yaitu M2SO4FeSO4.6H2O.

    Untuk garam rangkap dengan M adalah NH4, yang dibuat dengan jumlah

    mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat sama, maka hasil ini dikenal dengan

    garam Mohr. Garam Mohr dibuat dengan mencampurkan kedua garam sulfat dari

    besi (II) dan ammonium, di mana masing-masing garam dilarutkan sampai jenuh

    pada besi (II) ditambahkan sedikit asam. Pada saat pendinginan hasil campuran

    pada kedua garam di atas akan diperoleh kristal yang berwarna hijau kebiru-

    biruan dengan bentuk monoklin. Garam Mohr tidak lain adalah garam rangkap

    besi (II) ammonium sulfat dengan rumus molekul sebagai berikut :

    (NH4)2FeSO46H2O atau (NH4)2(SO4)2.6H2O

  • 2

    Jika kristal garam Mohr dibandingkan dengan garam besi (II) sulfat atau

    besi (II) khlorida, maka kristal garam Mohr jauh lebih stabil di udara, sedangkan

    larutannya tidak mudah mengalami oksidasi oleh oksigen atmosfer.

    Garam ini banyak digunakan pada bidang kimia analitik yaitu sebagai

    pereaksi untuk membakukan larutan kalium permanganat atau kalium bikromat

    dalam analisis secara volumetrik.

    2. Maksud Percobaan

    Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui teknik dan cara

    pembuatan garam rangkap atau garam Mohr.

    3. Alat yang Digunakan

    1. Gelas Kimia

    2. Batang Pengaduk

    3. Corong

    4. Erlenmeyer

    5. Pemanas berupa Hot Plate atau burner elpiji dengan nyala sedang

    1. Bahan yang Digunakan

    1. Serbuk besi atau potongan paku

    2. Asam Sulfat 10%

    3. Amonia

    2. Prosedur Kerja

    1. Timbang 10 gram serbuk besi atau potongan-potongan paku dan larutkan

    dengan 150 mL H2SO4 10%.

    2. Panaskan larutan tersebut di atas

    3. Saring dalam keadaan panas

    4. Filtrasi hasil saringan, tambahkan asam sulfat.

    5. Panaskan secara perlahan dan uapkan sampai terbentuk kristal lapisan

    permukaan larutan (larutan A)

    6. Dalam gelas kimia lain, masukkan 150 mL H2SO4 10% dan ammonia.

  • 3

    7. Uapkan sampai terbentuk larutan jenuh (ditandai dengan mulai tampaknya

    dua fasa di dalam larutan) disebut larutan B.

    8. Dalam keadaan panas, campurkan kedua larutan A dan larutan B kemudian

    dinginkan.

    9. Amatilah pembentukan kristal yang berwarna hijau muda.

    10. Setelah terbentuk kristal sempurna, pisahkan dari cairannya.

    11. Untuk mendapatkan garam Mohr yang mulai dapat dilakukan melalui

    rekristalisasi, dengan melarutkan kembali kristal dengan sesedikit mungkin

    aquades panas.

    12. Timbang kristal garam Mohr yang anda peroleh dan hitung rendamennya.

    3. Pengamatan

    1. Berat serbuk besi/potongan paku = . gram

    2. Garam Mohr yang dihasilkan = . gram

    Berat = . gram

    Warna = .

    Bentuk Kristal = .

    3. Rendamen = . %

  • 4

    PERCOBAAN II

    KALIUM NITRAT

    A. Pendahuluan

    Kalium nitrat adalah suatu senyawa garam nitrat dari kalium dengan

    rumus molekul KNO3. Senyawa ini dikenal orang dengan istilah sendawan,

    sedangkan garam nitrat dari logam natrium dikenal sebagai sendawan Chili. Hal

    ini disebabkan karena sumber terbesar akan garam nitrat adalah Chili, terutama

    dalam bentuk natrium nitrat. Garam natrium nitrat mempunyai daya jual relatif

    yang murah, yang kemungkinan bersifat hidroskopis dari garam ini. Oleh karena

    itu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan dengan nilai jual relatif lebih tinggi,

    garam natrium nitrat sebaiknya diubah ke bentuk garam kalium.

    Garam kalium nitrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan kalium

    khlorida, KCl yang ditemukan dalam mineral silvi, dengan natrium nitrat, NaNO3.

    Jikalau larutan jenuh dari masing-masing reaksi tersebut saling dicampurkan,

    makan terbentuk garam natrium khlorida, NaCl dan KNO3, karena larutan NaCl

    di dalam pelarut air sangat kecil, maka garam tersebut akan mengalami

    pengendapan, dan melalui penyaringan larutan KNO3 dapat dipisah dari NaCl.

    Dengan mendinginkan filtrat tersebut secara perlahan, maka KNO3(aq) akan

    mengalami proses kristalisasi, dan untuk memurnikan KNO3 yang dihasilkan

    perlu rekristalisasi.

    KCl(aq) + NaNO3(aq) NaCl(p) + KNO3(aq)

    Kalium nitrat mengkristal dalam bentuk rhombik, tetapi jika dilakukan

    penguapan pada larutannya secara perlahan-lahan di atas kaca arloji, maka akan

    diperoleh bentuk rhombik hedral. Bentuk ini merupakan isomorf dari natrium

    nitrat dan mineral kalsit.

    Kalium nitrat mempunyai titik leleh relatif tinggi, yakni pada 336oC dan

    pada suhu tinggi akan mengalami penguraian menjadi garam nitratnya di samping

    oksigen. Jika garam melebur, maka hasil lebur merupakan oksidator kuat.

  • 5

    2KNO3(p) 2KNO2(p) + O2(g)

    Belerang, karbon (arang), dan fosfor dapat terbakar (teroksidasi) dalam

    leburan ini, dan hasil reaksi ini berturut-turut adalah garam kalium sulfat, kalium

    karbonat, dan kalium fosfat.

    Kegunaan kalium nitrat yang paling menonjol adalah sebagai bahan dasar

    atau bahan pengisi dalam pembuatan mesiu. Di samping itu, garam ini juga

    digunakan dalam proses pengolahan daging.

    B. Maksud Percobaan

    Percobaan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang teknik

    dan proses pembuatan garam kalium nitrat dengan menggunakan bahan dasar

    natrium nitrat.

    C. Alat yang Digunakan

    1. Gelas Kimia

    2. Corong

    3. Batang pengaduk

    4. Penangas air

    D. Bahan yang Digunakan

    1. Kristal kalium khlorida

    2. Natrium nitrat (teknis)

    3. aquades

    E. Prosedur Kerja

    1. Timbanglah dengan teliti 15 gram kristal kalium khlorida.

    2. Larutkan dengan 50 mL air panas di dalam gelas kimia 250 mL (larutan A).

    3. Pada gelas kimia lainnya, larutkan 17 gram Kristal natrium nitrat dengan 50

    mL air panas (larutan B).

    4. Kedua larutan di atas dicampurkan sambil diaduk, dan diuapkan sampai

    volume larutan menjadi separuhnya (+ 50 gram).

    5. Larutan disaring dalam keadaan panas.

  • 6

    6. Filtrat yang diperoleh, kemudian diuapkan secara perlahan hingga volumenya

    menjadi setengah.

    7. Dinginkan dan perhatikan pembentukan kristal kalium nitrat.

    8. Setelah pembentukan kristal sempurna, pisahkan kristal dari cairannya melalui

    penyaringan dengan kertas saring.

    9. Kristal yang terbentuk dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan

    aquades, hingga cairannya bebas khlorida. (uji khlorida)

    10. Keringkan, timbanglah kristal kalium nitrat yang diperoleh dan bandingkan

    dengan berat bahan dasarnya (kalium khlorida), untuk mengetahui

    rendamennya.

    F. Pengamatan

    1. Berat KCl =. gram

    2. Berat NaNO3 =. gram

    3. Kristal KNO3 yang terbentuk =. gram

    Berwarna =.

    Bentuk =.

    Beratnya =.

    4. Rendamen =. %

  • 7

    PERCOBAAN III

    PEMBUATAN KALIUM IODAT

    A. Pendahuluan

    Senyawa kalium iodat (KIO3) adalah salah satu senyawa bentuk halogen

    yang dapat teroksidasi menjadi periodat atau dapat juga teroksidasi menjadi iodat.

    Sifat lain dari senyawa iodat (KIO3) adalah dapat diendapkan dengan HNO3 pekat

    (konsentrasi 6 > M).

    Proses oksidasi : 4KIO3 KI + 3KIO4

    Proses oksidasi : KIO3 KIO2 + O2

    Salah satu fungsi senyawa kalium iodat adalah merupakan bahan dasar

    pembuatan iod pentaoksida seperti reaksi berikut:

    240 oC

    2KIO3 I2O5 + KIO2

    Oksidasi yang dapat membentuk peroksida K2O2 atau superperoksida KO2

    I2O5 yang terbentuk merupakan zat pengoksidasi dalampenentuan gas

    karbon monoksida yang membebaskan I2 seperti reaksi berikut

    5CO + I2O5 I2 + 5CO2

    I2 dapat dianalisis dengan proses titrasi iodometri sehingga eqivalennya

    dengan gas CO dapat dianalisis

    B. Maksud Percobaan

    Percobaan ini dimaksud untuk memberi gambaran tentang proses pembuatan

    kalium iodat

    C. Alat Yang Digunakan

    1. Labu alas bulat 100 mL

    H2O

    Cepat

  • 8

    D. Bahan Yang Digunakan

    2. Kalium klorat

    3. Iodium

    4. Asam nitrat pekat

    5. KOH 10 %

    6. Kalium tiosulfat 0,1 N

    7. Larutan kanji

    E . Prosedur Kerja

    1. Timbanglah 6 gram KClO3 dan masukkan dalam labu alas bulat yang telah

    diisi dengan 16 mL air hangat

    2. Tambahkan 7 gram iodium dan 0,2 mL asam nitrat pekat

    3. Pindahkan labu ke dalam kamar asam dan panaskan perlahan-lahan

    4. Hentikan pemanasan ketika reaksi mulai berlangsung, tetapi panaskan setelah

    reaksi mulai mereda

    5. Tambahkan 0,2 gram iodium dan didihkan larutan untuk membuang kelebihan

    klorida dan kelebihan iodium

    6. Uapkan larutan sampai mulai membentuk kristal, kemudian dinginkan dan

    pisahkan dari larutannya

    7. Larutkan kembali kri tal tersebut dalam 30 mL air panas dan netralkan larutan

    dari garam-garam asam yang mungkin terbentuk, dengan menambahkan

    larutan KOH 10%

    8. Dinginkan dan biarkan membentuk kristal.

    9. Saring semua kristal dengan corong Buchner, lalu keringkan kristal diudara

    bebas. Timbanglah dan hitung rendamennya.

    2KClO3 + I2 2KIO3 + Cl2

  • 9

    Analisis Hasil

    1. Timbanglah 1 gram kristal, tambahkan aquades dan encerkan sampai volumenya

    100 mL.

    2. Ambil 10 ml larutan ini dan tambahkan dengan 50 ml aquades, 2 gram KI dan %

    ml H2SO4 2 N

    3. Titrasi iodium yang bebas dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dan gunakan

    larutan kanji sebagai indicator

    KIO3 + 5KI dan 3H2SO4 3K2SO4 + 3I2 + 3H2O

    4. Hitung rendamen persentase kemurnian dari produk.

  • 10

    PERCOBAAN IV

    PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT

    A. Pendahuluan

    Asam tiosulfat kurang stabil pada temperatur kamar. Asam ini dapat

    dipisahkan pada temperatur 78 oC dengan persamaan reaksi:

    SO3 + H2S H2S2O3

    Atau dari reaksi :

    HO3SCl + H2S H2S2O3 + HCl

    Molekul gas sulfurtrioksida (SO3) memiliki struktur segitiga datar yang

    dapat mengalami resonansi dan melibatkan ikatan p dan S O.

    Adanya orbital p untuk ikatan dan orbital d kosong dari atom S

    menyebabkan panjang ikatan S O sangat pendek yaitu 1,43 oA.

    Ion tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan

    belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit sesuai

    dengan persamaan reaksi :

    S8 + 8SO3 S2O3-

    dan

    S2O4 + H2O S2O3= + H2SO3

    -

    Ion tiosulfat memiliki struktur [ S & SO3]= dengan panjang gelombang

    ikatan S = S dan S = O masing-masing 1,99 + 0,03 dan 1,48 + 0,06 oA. Panjang

    ikatan S = S yang mendekati panjang ikatan S= O menunjukkan bahwa dalam

    ikatan S = S juga terlibat adanya ikatan phi.

    O

    S

    O O-

    O-

    S

    O O

    O

    S

    O- O

    -

  • 11

    Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan di

    bidang fotografi, di mana garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromide

    yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi. Ion tiosulfat dapat membentuk kompleks

    Ag(SO3)- dan Ag(S2O3)2

    3-. Ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan

    ion-ion logam lain.

    Dalam percobaan ini akan dipelajari cara pembuatan natrium tiosulfat dari

    reaksi sulfur dan natrium sulfit. Struktur molekul sulfur ada dua jenis, yaitu

    berbentuk rhombik dan monoklin. Pada temperetur tersebut stabil dalam bentuk

    monoklin, dan di atas temperature tersebut membentuk cincin yang mengandung

    8 atom. Agar sulfur dapat bereaksi, makat harus dilakukan pemutusan cincin

    terlebih dahulu. Oleh karena itu mekanisme reaksi yang melibatkan sulfur sangat

    rumit.

    B. Maksud Percobaan

    Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifatnya.

    C. Alat yang Digunakan

    1. 1 set alat refluks

    2. 1 buah batang pengaduk

    3. 5 buah tabung reaksi

    4. 1 set pembakar Bunzen

    5. 1 buah cawan penguapan

    D. Bahan yang Digunakan

    1. Natrium sulfit anhidrat

    2. Serbuk belerang

    3. Natrium sulfit

    4. Larutan iodium dalam kalium klorida

    5. Larutan asam khlorida encer

    6. Barium khlorida

  • 12

    E. Prosedur Kerja

    a. Pembuatan natrium tiosulfat 5 hidrat

    1. Siapkan alat refluks dan kemudian masukkan 100 gram natrium sulfit ke

    dalam labu refluks.

    2. Tambahkan 50 mL aquades dan 1,5 gram serbuk belerang kemudian

    refluks selama 1 2 jam.

    3. Setelah itu larutan dididinginkan dan disaring. Pindahkan filtrate ke dalam

    cawan penguapan dan uapkan sampai volume larutan mejadi 10 mL.

    4. Biarkan larutan menjadi dingin dan keringkan kristal yang terbentuk

    dengan menekan kristal diantara dua kertas saring, dan kemudian kristal

    ditimbang.

    b. Mempelajari sifat natrium tiosulfat

    1. Pengaruh pemanasan

    Pemanasan beberapa kristal natrium tiosulfat 5 hidrat dalam

    tabung reaksi. Lakukan juga terhadap kristal natrium sulfat 10 hidrat.

    Bandingkan stabilitas termal dari kedua krital terebut.

    2. Reaksi dengan Iod

    Larutkan 2 3 gram natrium tiosulfat dalam 20 mL air. Dan

    reaksikan dengan 2 3 mL larutan iod dengan larutan natrium tiosulfat

    berlebih.

    3. Reaksi dengan khlor

    Reaksikan 2 3 mL larutan tiosulfat dengan air khlor berlebih.

    Amati reaksi yang terjadi. Kemudian tambahkan asam khlorida encer dan

    tambahkan lagi dengan barium khlorida.

    4. Pengaruh asam encer

    Reaksikan 3 mL natrium tiosulfat dengan asam khlorida encer

    dengan volume yang sama. Setelah beberapa menit, amati isi tabung dan

    bau yang ditimbulkan.

  • 13

    PERCOBAAN V

    PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II)

    SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH3)4.H2O DAN GARAM

    RANGKAP AMMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT

    HEKSAHIDRAT Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

    A. Pendahuluan

    Dalam setiap kasus tembaga (ion Cu2+

    ) jika membentuk senyawa

    kompleks, maka kompleks tembaga mempunyai bilangan koordinasi enam, di

    mana empat liga bertetangga dalam bidang segi empat dan dua ligan saling tegak

    lurus bidang segi empat membentuk struktur oktahedral (sp3d

    2).

    Sifat yang dimiliki senyawa kompleks tembaga pada umumnya

    berinteraksi dengan bidang magnet, jadi bersifat paramagnetik. Hal ini disebabkan

    karena atom pusat Cu2+

    memiliki orbital e- d (3dz) yang hanya memiliki satu

    elektron yang menyebabkan molekulnya terpengaruh terhadap medan magnet.

    Secara umum molekul oktahedral digambarkan seperti kompleks Cu2+

    tersebut.

    Kompleks berbentuk octahedral ini ada yang berbentuk cis, trans atau

    facila dan merdianol. Jika ligan A = b = c = d dan ligan e = f disebut isomer trans.

    Isomer cis terbentuk apabila a = b = d = f dan e = c. Untuk isomer facial, maka

    ligan a = b = f. Senyawa Cu(NH3)4SO4.H2O dan Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

    kemungkinan berisomer cis dan trans.

    e

    c

    d

    a

    b

    f

  • 14

    B. Maksud Percobaan

    Percobaan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang proses

    pembuatan kompleks tetra tembaga (II) sulfat monohidrat dan garam rangkap

    ammonium tembaga (II) sulfat heksa hidrat.

    C. Alat yang Digunakan

    1. Gelas kimia

    2. Gelas ukur

    3. Corong

    4. Erlenmeyer

    5. Batang pengaduk

    D. Bahan yang Digunakan

    1. CuSO4.5H2O

    2. Amonia

    3. Etanol

    4. Es batu

    5. Ammonium sulfat

    E. Prosedur Kerja

    a. Pembuatan kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O

    1. Timbanglah 7,5 gram CuSO4.5H2O (terusi)

    2. Larutkan dengan campuran 11,3 mL ammonia pekat dan 7,5 mL aquades.

    3. Tambahkan perlahan-lahan 11,3 mL etanol dan dinginkan dengan es batu.

    4. Setelah terbentuk kristal, saring dengan kertas saring whatmann dan

    keringkan kristal pada suhu kamar.

    5. Hitung rendamennya.

    b. Pembuatan garam rangkap Cu(SO4)2(NH4)2SO4.6H2O

    1. Timbanglah 10 gram terusi dan masukkan ke dalam gelas kimia.

    2. Larutkan dengan aquades dan tambahkan 6 gram ammonium sulfat,

    aduklah sambil dipanaskan.

  • 15

    3. Uapkan larutan sampai volumenya 20 mL, lalu dinginkan dan biarkan

    pada suhu kamar sampai terbentuk kristal.

    4. Timbang kristal yang terbentuk, kemudian hitung rendamennya.

    F. Pengamatan

    a. Pembuatan kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O

    1. Berat CuSO4.5H2O =..gram

    2. Kristal Cu(NH3)4SO4.H2O

    Berwarna =..

    Bentuk =..

    Beratnya =..gram

    3. Rendamen =..%

    b. Pembuatan kompleks Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

    1. Berat CuSO4.5H2O =..gram

    2. Kristal Cu(NH3)4SO4.H2O

    Berwarna =..

    Bentuk =..

    Beratnya =..gram

    3. Rendamen =..%

  • 16

    PERCOBAAN VI

    PEMBUATAN TERUSI

    A. Pendahuluan

    Beberapa senyawa kimia dapat mengikat molekul-molekul air dapat pada

    suhu kamar membentuk hidrat, dan senyawa-senyawa seperti itu disebut hidrat.

    Umumnya senyawa hidrat ini akan melepaskan molekul airnya jika dipanaskan.

    Meskipun penggabungan mokekul air tersebut berlangsung secara kimia.

    Pada kenyataannya, molekul hidrat merupakan suatu persenyawaan kimia

    dan bukan campuran. Hal ini dapat dijelaskan dengan alasan-alasan sebagai

    berikut:

    1. Molekul air terikat dalam senyawa dengan perbandingan tertentu misalnya

    garam tembaga sulfat, CuSO4, kandungan molekul airnya adalah 36,07%.

    2. Terdapat perbedaan sifat fisika antara senyawa dalam bentuk hidrat

    anhidratnya. Bentuk molekul tembaga (II) sulfat hidrat misalnya adalah triklin

    dan berwarna biru. Jika molekul air hidratnya dilepaskan dengan cara

    pemanasan, maka molekul hidratnya akan berwarna putih, dengan bentuk

    molekul monoklin. Proses pendinginan akan menyebabkan molekul anhidrat

    tadi menyerap uap air di udara dan mengikat molekul air sebagai hidrat akan

    terjadi kembali, sehingga warna senyawa akan berubah menjadi biru dengan

    bentuk molekul triklin,

    Suatu senyawa kadang-kadang dapat membentuk lebih dari satu macam

    hidrat dengan tingkat kestabilan yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam

    suatu suasana tertentu. Garam tembaga (II) sulfat dapat membentuk tiga macam

    senyawa hidrat, yaitu:

    1. Pentahidrat dengan rumus molekul CuSO4.5H2O

    2. Trihidrat dengan rumus molekul CuSO4.3H2O

    3. Monohidrat dengan rumus molekul CuSO4.H2O

  • 17

    Secara komersial, tembaga (II) sulfat umumnya dibuat dengan proses

    oksida tembaga dalam larutan yang mengandung asam sulfat, atau dengan

    mengoksidasi tembaga (II) sulfide di udara terbuka.

    2Cu + 2H2SO4 + O2 2CuSO4 + 2H2O

    2CuS + 2O2 CuSO4

    Pada konsentrasi tinggi, senyawa tembaga umumnya bersifat racun.

    Karena senyawa tembaga banyak digunakan sebagai insektisida dan fungisida.

    Namun, suatu hal yang menarik karena pada daerah yang tanahnya kurang/tidak

    mengandung tembaga, penyakit/kelainan pada tumbuh-tumbuhan dan hewan.

    Sebagai contoh di Australia, daerah-daerah seperti ternak domba mengalami

    anemia, kelainan sistem saraf, dan kerusakan wolnya. Untuk mengatasi hal

    tersebut hanya diperlukan sedikit tembaga.

    Tembaga (II) sulfat pentahidrat, CuSO4.5H2O dikenal dengan sebutan biru

    vitriol atau terusi. Senyawa ini sering digunakan sebagai larutan elektrolit dalam

    proses elektrolisis untuk pemurnian tembaga. Juga digunakan dalam pengetikan

    secara listrik (elektrotyping), bahan pengisi batu baterai, pada percetakan kain

    mori/belacu, dan popular sebagai bubur Bordeaux untuk memusnahkan jamur

    pada tanaman.

    B. Maksud Percobaan

    Percobaan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran proses pembuatan

    serta mengetahui teknik pembuatan terusi.

    C. Alat yang Digunakan

    1. Gelas kimia 600 mL

    2. Gelas ukur 100 mL

    3. Gelas ukur 50 mL

    D. Bahan yang Digunakan

    1. Serbuk tembaga atau potongan kawat

    2. H2SO4 pekat

    3. HNO3 pekat

    4. Kertas saring

  • 18

    E. Prosedur Kerja

    1. Masukkan 50 mL air ke dalam gelas kimia

    2. Tambahkan 8,5 mL H2SO4 pekat

    3. Masukkan 5 gram serbuk tembaga

    4. Pada tahap berikutnya kerjakan di dalam lemari asam atau di luar ruangan

    laboratorium.

    a. Tambahkan 25 mL HNO3 pekat

    b. Aduk hingga semua tembaga larut

    c. Panaskan, setelah gas berwarna coklat tua tidak keluar sehingga uap tidak

    lagi berwarna coklat.

    5. Saring ketika masih panas (jika masih terdapat tembaga yang tidak larut)

    6. Simpan larutan hingga terbentuk kristal

    7. Pisahkan kristal dengan penyaringan dan kering, anginkan

    8. Cuci kristal dengan sedikit aquades, kemudian larutkan ke dalam sedikit air

    (tahap 7) hingga terbentuk kristal kembali.

    9. Timbang CuSO4 yang diperoleh.

  • 19

    PERCOBAAN VII

    PERMURNIAN NaCl

    A. Pendahuluan

    Salah satu metode pemurnian adalah rekristalisasi. Metode ini berdasarkan

    perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan dengan kotoran dalam suatu

    pelarut tertentu. Pemurnian dengan metode ini banyak dilakukan pada industri

    atau laboratorium untuk meningkatkan kualitas suatu zat.

    Beberapa persyaratan suatu pelarut dapat dipakai dalam proses

    rekristalisasi antara lain:

    1. Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang

    dimurnikan dengan zat pengotor.

    2. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal.

    3. Mudah dipisahkan dari kristal.

    Dalam percobaan ini akan dipelajari cara memurnikan natrium klorida

    yang berasal dari garam dapur dengan menggunakan air sebagai pelarutnya.

    Natrium klorida (NaCl) merupakan komponen utama dari dalam garam dapur.

    Komponen lainnya yang merupakan pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+

    ,

    Mg2+

    , Al3+

    , SO42-

    , dan Br-. Agar daya larut antara NaCl dengan zat pengotor

    cukup besar, maka perlu dilakukan penambahan zat-zat tertentu. Zat-zat tambahan

    itu akan membentuk senyawa terutama garam yang sukar larut dalam air, selain

    itu rekristalisasi dapat dilakukan dengan cara menambahkan ion sejenis ke dalam

    larutan zat yang akan dipisahkan.

    B. Maksud Percobaan

    Memahami prinsip pemurnian dan pengkrisalan garam dapur (NaCl).

  • 20

    C. Alat yang Digunakan

    1. Timbangan

    2. Gelas kimia 250 mL

    3. Gelas ukur 50 mL

    4. Pemanas Listrik/spritus

    5. Corong

    D. Bahan yang Digunakan

    1. Kristal garam dapur pasaran

    2. Serbuk kapur CaO 1 gram

    3. Larutan Ba(OH)2 encer secukupnya

    4. Larutan HCl

    5. Aquades 150 mL

    6. Asam sulfat pekat

    7. (NH4)2CO3

    E. Prosedur Kerja

    a. Perlakuan awal

    1. Panaskan 62,5 mL aquades dalam gelas kimia sampai mendidih.

    2. Timbang 20 gram garam dapur, masukkan ke dalam air panas sambil di

    aduk dan panaskan sampai mendidih dan kemudian disaring.

    3. Larutan dibagi menjadi dua bagian untuk dilakukan kristalisasi menurut

    prosedur di bawah ini.

    b. Kristalisasi melalui penguapan

    1. Ke dalam satu bagian larutan garam dapur di atas, ditambahkan 0,25 gram

    kalsium oksida (CaO).

    2. Tambahkan larutan Ba(OH)2 encer tetes demi tetes sampai tetes terakhir

    tidak terbentuk endapan lagi.

    3. Tambahkan tetes demi tetes sambil diaduk, 30 gram perliter larutan

    (NH4)2CO3.

  • 21

    4. Saring larutan tersebut dan filtratnya dinetralkan dengan larutan HCl

    encer. Kenetralan dites dengan kertas lakmus.

    5. Uapkan larutan sampai kering, sehingga akan diperoleh kristal NaCl yang

    warnanya lebih putih dari garam dapur.

    6. Timbang kristal tersebut dan hitung rendamen kristalisasi yang telah

    dilakukan.

    c. Rekristalisasi melalui pengendapan

    1. Satu bagian larutan yang lain dijenuhkan dengan gas hidrogen yang dapat

    dibuat dengan cara mereaksikan garam dapur dengan asam sulfat pekat.

    Penambahan gas dihentikan penambahan gelembung gas terakhir tidak

    terjadi pembentukan kristal.

    2. Timbang kristal tersebut dan hitung rendamen rekristalisasi NaCl yang

    telah dilakukan. Amati dan bandingkan penampakan fisik kristal yang

    diperoleh melalui cara b dan c.

  • 22

    PERCOBAAN VIII

    PEMBUATAN KALIUM TRIOKSALATO ALUMINAT

    K3Al(C2O4).3H2O

    A. Pendahuluan

    Aluminium adalah merupakan salah satu unsur golongan III A yang

    berbeda pada perioda ketiga serta merupakan unsur golongan ligan dan dapat

    membentuk senyawa oksida dan hidroksida amfoter.

    Alumuinium dapat membentuk senyawa kompleks oktahedral seperti

    misalnya Kalium Trioksalato Aluminat K3Al(C2O4).3H2O. Anion kompleksnya

    berbentuk :

    Senyawa kompleks tersebut memperlihatkan bahwa unsur trivalensi

    seperti Al membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi enam. Anion

    trioksalat berfungsi sebagai pelindung (zat pengkhelat) ion Al dapat bereaksi

    dengan unsure atau senyawa lain. Kompleks netral ini larut dalam pelarut organik

    seperti benzena, n-heksana, khloroform dan sebagainya, tetapi tidak larut dalam

    pelarut polar seperti air. Pengendapan akan lebih baik apabila air yang digunakan

    pada proses pengendapan adalah air yang mengalir.

    B. Alat yang Digunakan

    1. Gelas kimia 200 mL

    2. Gelas ukur 100 mL

    3. Corong Glasswool

    4. Pemanas listrik

    O

    O

    O

    O

    C

    C Al

    3-

  • 23

    C. Bahan yang Digunakan

    1. Serutan Aluminium

    2. Kalium Hidrosida

    3. Asam Oksalat

    4. Etanol

    5. KMnO4 0,1N

    6. Alizarin

    D. Prosedur Kerja

    1. Timbanglah sekitar 1 gram serutan aluminium ke dalam gelas kimia 200 mL.

    2. Tambahkan 30 mL larutan KOH 20% sedikit demi sedikit, biarkan berbuih

    dengan hebat (terjadi pembebasan gas H2). Didihkan sampai semua

    aluminium larut. Saring dengan glasswool.

    3. Timbanglah kira-kira 14 gram oksalat dihidrat dan tambahkan sedikit demi

    sedikit ke dalam 10 mL aquades panas.

    4. Campurkan larutan pertama (point 2) ke dalam larutan panas asam oksalat,

    lalu setelah diaduk saring dengan kertas saring Whatmann dan dinginkan

    sampai suhu kamar.

    5. Tambahkan 50 mL etanol dan lanjutkan pendinginan dalam air mengalir

    sehingga kompleks terpisah sebagai prisma-prisma kecil yang tidak berwarna.

    Pengocokan sesekali mungkin diperlukan untuk merangsang kristal. B

    6. Cuci kristal yang terbentuk dengan etanol 50% dan akhirnya dengan etanol

    murni.

    7. Catat hasil yang anda dapatkan dan bandingkan dengan berat hasil teoritis

    berdasarkan banyaknya aluminium yang digunakan.

    E. Uji : Masukkan sedikit kristal ke dalam tabung reaksi dan tambahkan

    seidikit aquades (2 mL). perhatikan pH larutan dan cobalah endapkan

    Al(OH)3 dengan Alizarin.

  • 24

    PERCOBAAN IX

    PEMBUATAN KALIUM MERKURI IODIDA

    K2HgI4.2H2O

    A. Pendahuluan

    Pemahaman thermodinamika kesetimbangan penting untuk memahami

    keadaan kimiawi air raksa. Berdasarkan data potensial reduksi yaitu:

    Hg22+

    + 2e- 2Hg E

    o = 0,798 V

    Hg2+

    + 2e- Hg E

    o = 0,854 V

    Jadi jelaslah bahwa hanya zat pengoksidasi yang memiliki potensial

    oksidasi antara 0,798V sampai 0,848 yang dapat mengoksidasi Hg menjadi

    Hg2+

    . Fenomena lain yang penting adanya proses kesetimbangan disproposional,

    yaitu:

    Hg2+

    Hg + Hg2+

    Eo = - 0,131 V

    Di mana dari persamaan di atas memberikan penjelasan bahwa Hg sendiri

    dengan mudah mereduksi Hg2+

    menjadi Hg22+

    . Jadi pereaksi apapun yang

    mereduksi keaktifan Hg2+

    (dengan pengendapan atau pengompleksan) sampai

    batas tertentu yang lebih besar jika pereaksi tersebut memurnikan Hg22+

    , akan

    menyebabkan disproporsional Hg22+

    . Terdapat banyak pereaksi semacam di atas

    OH-, S

    2-, CN

    -, dan sebagainya menyebabkan senyawa Hg2

    2+ yang stabil sangat

    sedikit jadi cenderung Hg menggunakan valensi +2 misalnya K2HgI4.2H2O.

    B. Alat yang Digunakan

    1. Gelas kimia

    2. Corong

    3. Erlenmeyer

    C. Bahan yang Digunakan

    1. Kalium Iodida

    2. HgCl2

  • 25

    D. Prosedur Kerja

    1. Endapkan merkuri iodida dengan menambahkan larutan KI (0,1 mol sama

    dengan 16 gram KI dalam 150 mL aquades) ke dalam larutan HgCl2 (0,05 mol

    = 13,5 gram HgCl2 dalam 150 mL aquades). Aduklah campuran tersebut.

    2. Saring endapan merah yang terbentuk dengan kertas saring Whatman, cuci

    dengan air panas dan biarkan endapan mengering.

    3. Masukkan endapan yang telah kering ke dalam larutan KI (16 gram dalam

    100 mL aquades) panaskan sambil diaduk.

    4. Panaskan campuran di atas penangas air selama 30 menit, untuk menjenuhkan

    larutan dengan merkuri iodida, aduklah sekali-sekali. Kelebihan merkuri

    iodida dapat dihilangkan dengan jalan filtrasi.

    5. Pindahkan larutan ke dalam cawan petri dan uapkan di atas penangas air,

    selanjutnya masukkan ke dalam desikator yang berisi zat pengering CaCl2.

    6. Biarkan beberapa jam (dapat semalam) sampai hampir kering. Untuk

    mempercepat penguapan, rusakkan lapisan atas (kerak) kristal dengan

    menggunakan batang pengaduk.

    7. Setelah agak kering, kikislah residu pada cawan petri dan pindahkan ke atas

    lembaran kertas saring, lalu keringkan lagi dalam desikator. Hasilnya adalah

    kristal-kristal berwarna kuning pucat.

    8. Timbanglah dan hitung rendamennya.

  • 26

    PERCOBAAN X

    REAKSI KATION LOGAM DENGAN OKSIN

    A. Pendahuluan

    Senyawa dengan rumus molekul C9H7ON dikenal dengan nama oksin, tak

    lain adalah 8-hidroksikuinolin dengan massa molekul relatif 145 g.mol-1

    .

    Senyawa ini mempunyai struktur:

    Oksin merupakan senyawa dengan bentuk kristal berwarna putih yang

    melebur pada suhu 74 76 oC. Senyawa ini sulit larut di dalam air maupun di

    dalam eter, tetapi larut baik dalam alkohol, khloroform, dan benzena. Dengan

    adanya sedikit air, larutan yang awalnya tidak berwana akan mengalami

    perubahan menjadi kekuningan.

    Oksin adalah salah satu pereaksi pengendap bagi banyak logam. Logam-

    logam divalent atau trivalent yang telah diendapkan oleh oksin, dapat

    digambarkan dalam bentuk umum sebagai berikut:

    M(C9H7ON)2 dan M(C9H7ON)3

    Reaksi logam divalent dan trivalent dengan oksin dapat dipaparkan dalam

    bentuk skema sebagai berikut :

    OH

    N

    8-hidrosiquinon

    O

    N+

    H

    2 + M2+

    M

    O

    N

    + 2H2+

  • 27

    Hasil reaksi yang diperoleh dari proses penggabungan antara kation logam

    dengan oksin adalah suatu senyawa kompleks internal yang sifatnya tak larut

    dalam air. Kompleks ini mempunyai nilai hasil kali kelarutan (Ksp) sekitar 10-12

    dan 10-20

    . Akibatnya, senyawa ini dapat digunakan sebagai pengendap pada nilai

    pH yang berbeda-beda serta dapat dilakukan pemisahan campuran logam yang

    terkadung dalam cuplikan.

    Kuantitas logam yang terendapkan dengan oksin, dapat ditentukan

    berdasarkan reaksi-reaksi berikut:

    M2+

    + 2C9H7ON M(C9H7ON)2 + 2H+

    M(C9H7ON)2 + 2HCl 2C9H7ON + 2MCl2

    KBrO3 + 5KBr + 6HCl 6KCl + 3Br2 + 3H2O

    C9H7ON + 2Br2 C9H7ONBr2 + 2HBr

    Berdasarkan persamaan-persamaan reaksi di atas, tampak bahwa satu mol

    kation M2+

    ekivalen dengan dua mol oksin, sedangkan satu mol oksin ekivalen

    dengan empat mol atom brom. Dengan demikian satu mol M2+

    setara dengan

    delapan mol Br. Jadi, massa ekivalen (ME) dari kation M2+

    adalah sama dengan :

    ME = Ar M2+

    8

    Dalam penyetaraan 1 mEk KBrO3 sebanding dengan 1 mEk Na2S2O3. Jadi

    jika KBrO3 yang digunakan sebanyak a mEk sedangkan natrium tiosulfat adalah b

    mEk, maka banyaknya KBrO3 yang bereaksi dengan natriumtiosulfat adalah (ab)

    mEk. Sama dengan mEk logam divalent M2+

    .

    Dengan demikian banyaknya logam M2+

    yang terkandung sampel dapat

    dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

    M2+

    (mg) = (a b).ME M2+

    B. Maksud Percobaan

    Maksud percobaan ini adalah untuk mengamati reaksi pemisahan logam

    dengan pereaksi pengendap oksin, dan sekaligus menentukan konsentrasi logam

    yang terkandung dalam sampel.

  • 28

    C. Alat yang Digunakan

    1. Erlenmeyer

    2. Buret

    3. Corong

    4. Pemanas listrik

    D. Bahan yang Digunakan

    1. Logam nikel, tembaga, magnesium, dan besi.

    2. Natrium asetat 0,1 M

    3. Asam asetat 0,1 M

    4. HCl 4 M

    5. Larutan oksin 2%

    6. KBr

    7. KBrO3 0,1 N

    8. KI 10%

    9. Natrium Tiosulfat 0,1 N

    10. Indikator Metil Orange 0,1%

    11. Larutan Kanji 1%

    E. Prosedur Kerja

    1. Sebanyak 20 mL larutan logam netral (Ni, Cu, Mg, dan Fe) dipipet ke dalam

    gelas kimia 400 mL. Ditambahkan sejumlah larutan garam natrium asetat 0,1

    M dan larutan asam asetat 0,1 M, sehingga pH larutan mencapai 6 7.

    Selanjutnya, ditambahkan setetes demi setetes larutan oksin 2% dalam alkohol

    sambil diaduk, hingga terbentuk endapan.

    2. Endapan yang terbentuk kemudian dipanaskan beberapa menit pada suhu 60

    70 oC, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman. Endapan

    dicuci dengan air panas, dan selanjutkan endapan dilarutkan dengan

    menambahkan 50 mL larutan HCl 4M panas. Ditambahkan 0,5 gram KBr dan

    2 3 tetes indikator MO. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan baku

    KBrO3 0,1 N sampai terbentuk warna kuning muda. Perlu diperhatikan

  • 29

    bahwa, pengamatan terhadap perubahan warna indicator pada tahap ini cukup

    sulit. Karena itu sebaiknya penambahan KBrO3 dilakukan secara berlebih.

    3. Setelah dititrasi, larutan diencerkan dengan 25 mL HCl 2M. lalu dibiarkan

    sekitar 2 menit di tempat tertutup. Kemudian ditambahkan dengan 10 mL

    larutan KI 10% dan akhirnya dititrasi dengan larutan baku natriumtiosulfat

    0,1N dengan menggunakan indikator amilum. Penambahan amilum dilakukan

    setelah titik akhir hampir tercapai, yang ditandai dengan terbentuknya warna

    kuning pucat. Berdasarkan jumlah titran natrium tiosulfat yang digunakan,

    konsentrasi logam dapat dihitung.

  • 30

    PERCOBAAN XI

    KEKUATAN ASAM DALAM MEDIUM AIR

    A. Pendahuluan

    Menurut Arrhenius, asam dapat didefinisikan sebagai senyawa hidrogen

    yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi elektrolit dan menghasilkan

    ion H+ sebagai satu-satunya ion positif. Untuk asam monobasis, definisi ini dapat

    dinyatakan dalam reaksi berikut:

    HA H+ + A

    -

    H2O H+ + OH

    -

    Reaksi ini masing-masing memiliki konstanta disosiasi, Ka (sering

    dinamakan konstanta asam) dan Kw (sering dinamakan hasil kali ion air), yang

    secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan:

    Ka = H+ [A]

    [HA ] (1)

    dan

    Kw = [H+] [OH

    -] (2)

    Kekuatan suatu asam sering didefinisikan sebagai kemampuan asam itu

    untuk menghasilkan ion H+, kekuatan asam akan makin besar bila kemampuan

    asam itu untuk menghasilkan H+ makin besar. Dari persamaan (1) terlihat bahwa

    [H+] makin besar bila Ka makin besar. Kemiripan kecenderungan antara kekuatan

    asam dengan Ka sering digunakan sebagai alasan mengapa Ka digunakan sebagai

    ukuran kekuatan asam.

    Dalam percobaan ini, harga Ka beberapa asam monobasisi akan

    ditentukan. Dalam pelaksanaannya, percobaan ini dilakukan dengan mengukur

    [H+] larutan asam pada konsentrasi yang diketahui secara eksperimental. Cara

    potensiometri merupakan salah satu cara terbaik untuk mengukur [H+] dalam

    larutan. Dalam percobaan ini, akan digunakan pH meter yang dilengkapi dengan

    elektroda gelas. Pada prinsipnya alat ini akan mengukur e.m.f (electromotive

  • 31

    force) yang timbul pada elektroda itu relative terhadap elektroda standar kalomel,

    sehingga suatu hasil pengukuran pH tidak menggambarkan konsentrasi ion H+,

    melainkan akan memberikan gambaran tentang aktifitas konsentrasi ion H+, yang

    sering diberi notasi aH+.

    Harga Ka yang ingin diukur dalam percobaan ini adalah konstanta asam

    dalam besaran konsentrasi. Oleh karena itu, perlu mengkonversi aH+ ke dalam

    [H+], dengan melibatkan koefisien aktifitas fH

    +. besarnya koefisien aktifitas rata-

    rata dalam larutan fp ternyata persamaan Debye-Huckel berikut:

    -log fp = 0,50 12

    1/2

    1+1/2 0,10 (3)

    Dengan Z1 dan Z2 masing-masing adalah jumlah muatan ion positif dan

    ion negative. Sedangkan, kekuatan ion larutan didefiniskan sebagai berikut:

    = 2

    (4)

    Dengan Mi dan Zi masing-masing adalah molaritas dan muatan ion i.

    selanjutnya aktifitas ion H+ didefinisikan sebagai:

    aH+ = fp [H

    +] (5)

    Oleh karena itu harga pH yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan

    alat ukur pH-meter sesungguhnya adalah pH = -log aH+, dan konsentrasi H

    +

    didapat dari :

    Log [H+] = - pH log fp (6)

    Atau

    Log [H+] = - pH +

    0,50 121/2

    1+1/2 0,10 (7)

    Persamaan (7) menunjukkan bahwa hubungan linier antara [H+] dan pH

    hanya dapa dicapai bila larutan memiliki kekuatan ion yang konstan. Kekuatan

    ion larutan dapat dijaga konstan selama pengkuruan, dengan menambahkan

    elektrolit kuat dalam jumlah yang cukup dalam larutan (untuk keperluan

    percobaan ini KNO3 0,10 M)

  • 32

    B. Alat yang Digunakan

    1. pH-Meter 1 set

    2. Pengaduk magnet

    3. Gelas beker

    4. Buret 50 mL

    C. Bahan yang Digunakan

    1. Larutan KNO3 0,2 M

    2. Larutan NaOH 0,5 M

    3. Larutan HCOOH 0,2 M

    4. Larutan CH3COOH 0,2 M

    5. Larutan C2H5COOH 0,2 M

    6. Kristal asam oksalat

    D. Prosedur

    a. Standarisasi larutan NaOH dengan Larutan Asam

    1. Timbang 1,26 gram kristal asam oksalat kemudian larutkan dengan

    aquades dalam labu takar 100 mL dan encerkan sampai tanda batas.

    2. Ambil 25 mL larutan ini dan tambahkan 1 2 tetes indikator fenolfthalein,

    kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0,5 M yang akan distandarisasi.

    Ulangi langkah ini sebanyak 3 kali, dan tentukan molaritas NaOH.

    3. Dengan cara yang sama gunakan larutan NaOH yang telah distandarisasi

    untuk menstandarisasi larutan 0,2M HCOOH, CH3COOH, dan

    C2H5COOH.

    b. Penentuan Konstanta Asam Ka

    1. Campurkan 90 mL aquades, 100 mL KNO3 0,2M dan 10 mL CH3COOH

    0,2M dalam gelas beker ukuran 500 mL. Masukkan batang pengaduk

    magnet ke dalam campuran itu dan celupkan gelas dari pH-meter yang

    telah dikalibrasi untuk kisaran pH yang sesuai.

    Perhatian : Mintalah bantuan asisten tentang cara pengukuran pH dengan

    pH-Meter.

  • 33

    2. Siapkan larutan NaOH 0,5M dalam buret dengan ujung buret di atas

    campuran tersebut. Sambil diaduk, tambakan larutan NaOH dari buret ke

    dalam campuran, catatlah pH larutan setiap penambahan 2,0 mL dan

    penambahan NaOH dihentikan pada jumlah 16 mL.

    3. Lakukan percobaan serupa untuk HCOOH dan C2H5COOH.

    4. Dari data percobaahn hitunglah I, [H+], [OH-]. Kemudian hitunglah pKa

    semua asam yang dipelajari dengan rumus berikut ini, dan selanjutnya

    hitung harga Ka rata-rata setiap asam (pKa = -log Ka).

    pKa = pH + 0,50 12

    1/2

    1+1/2 0,10 + log

    +[+ + []]

    + + []

    dengan CA dan CB masing-masing adalah konsentrasi asam dan NaOH

    yang digunakan.

    Tugas.

    1. Apakah perbedaan definisi asam menurut Arrhenius, menurut Brownsted, dan

    menurut Lewis?

    2. Bagaimanakah kekuatan asam dari asam-asam yang dipelajari di atas bila

    dilarutkan dalam medium bukan air.