percobaan 1 kimia dasr

26

Click here to load reader

Upload: dhimas-pratama-nps

Post on 25-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Percobaaan kimia dasar

TRANSCRIPT

Page 1: PERCOBAAN 1 kimia dasr

PERCOBAAN I

PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah dapat membuat larutan dengan

konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan dan menentukan konsentrasi yang telah

dibuat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun dari dua

zat atau lebih. Suatu larutan disebut campuran karena susunannya dapat berubah-

ubah dan disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat

diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optik

sekalipun. Dalam campuran homogen, permukaan-permukaan tersebut dapat

dideteksi antara bagian atau fase-fase yang terpisah. Semua fase gas bersifat

homogen atau dapat disebut larutan, molekul-molekul begitu terpisah sehingga tidak

dapat saling menarik dengan efektif (Anshory, 1984).

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan

yaitu persentase massa yang sering digunakan sehari-hari dan didefinisikan sebagai

persentase berdasar massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia, yang paling

bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah fraksi mol, molaritas, molalitas, dan

sebagainya (David, 2001).

Kemolaran adalah banyaknya mol zat yang terlarut dalam tiap liter larutan.

Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

…………………….. (2-1)

dimana M adalah molaritas, n adalah jumlah mol dalam larutan dan V adalah volume

dari larutan dalam liter. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol

zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan

pelarut setelah bercampur. Satuan ini banyak dipakai dalam stokiometri untuk

menghitung zat terlarut (Syukri,1999).

1

Page 2: PERCOBAAN 1 kimia dasr

Normalitas adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Secara

matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

………………… (2-2)

dimana N adalah normalitas, eq adalah jumlah ekivalen dan V adalah volume larutan

dalam liter. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat

itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi. Ekivalen suatu zat

ada hubungannya dengan molarnya dan hubungan itu bergantung pada jenis reaksi

(Syukri, 1999).

Sistem konsentrasi umunya dipergunakan untuk menyatakan perkiraan

konsentrasi dari reagen laboratorium. Sistem ini menunjukkan jumlah dari gram zat

terlarut per100 gr larutan. Secara matematis hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

………….. (2-3)

dimana P adalah persen berat zat terlarut, w adalah jumlah gram zat terlarut dan wo

adalah jumlah gram zat pelarut (R. A. Day, 2002).

Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung dan simpel.

Karena tidak ada reaksi kimia yang terjadi, jumlah mol larutan dalam larutan asli

harus sama dengan mol dalam larutan final. Secara matematis hal ini dapat

dinyatakan sebagai berikut :

…………….(2-4)

dimana mmol1 sama dengan mmol2 (R.A. Day, 2002).

Larutan standar adalah larutan yang mengandung berat tertentu suatu reagen

dalam volume tertentu larutan, bisa dalam satuan molar atau normal. Suatu larutan

standar terkadang dapat dipersiapkan dengan menguraikan suatu sampel dari zat

terlarut yang diinginkan dan menimbang secara akurat dalam suatu larutan yang

volumenya diukur secara akurat. Ada 2 macam larutan standar yaitu larutan standar

primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer yaitu larutan yang

reagen kimiawi diperolah dalam bentuk murni dan memadai untuk keperluan analisis

dalam hal keakuratan. Larutan standar sekunder adalah larutan yang telah

distandarisasikan untuk mendapatkan dari larutan lain (R. A. Day, 2002).

Standarisasi adalah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang tepat

dari calon bahan baku. Cara yang dipakai bermacam-macam, misalnya dipakai cara

2

Page 3: PERCOBAAN 1 kimia dasr

titrasi. Untuk standarisasi secara titrasi ini, maka bahan penstandarisasinya

haruslah suatu bahan primer yakni suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat

langsung ditentukan dari berat bahan yang murni yang dilarutkan dalam volume

larutan yang terjadi (Harjadi, 1993).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala; gelas ukur;

pipet tetes; pipet gondok; labu takar; buret dan erlenmeyer.

B. Bahan

Bahan–bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu asam klorida pekat;

larutan natrium hidroksida 0,1 M; pelet natrium hidroksida; larutan asam klorida

0,1 M; indikator metil merah; indikator phenoptalein dan akuades.

IV. PROSEDUR KERJA

A. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl

1. Ditimbang gelas ukur kosong (a gram), kemudian diambil 4,15 ml

larutan HCl menggunakan gelas ukur kosong dan pipet tetes.

2. Ditimbang Labu takar kosong 100 ml (b gram), kemudian di isi 20-25 ml

akuades.

3. Dimasukkan HCl pekat yang telah diambil kedalam labu takar, kemudian

ditambahkan akuades hingga tanda batas.

4. Ditutup labu takar dan dikocok hingga menjadi larutan homogen yang

disebut larutan A, kemudian labu takar yang telah berisi larutan

ditimbang (c gram)

5. Dipindahkan larutan A dengan pipet gondok atau pipet ukur (d ml)

kedalam labu takar 100 ml yang baru, kemudian ditambahkan akuades

hingga tanda batas (e ml).

6. Diencerkan hasil larutan A yang disebut larutan B.

B. Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi

I. Titrasi dengan indikator metil merah

3

Page 4: PERCOBAAN 1 kimia dasr

1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas dengan lartan NaOH

yang akan digunakan.

2. Diisi buret dengan larutan NaOH, kemudian dibaca skala volume

awalnya pada menikus bawah larutan (a ml)

3. Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) ke dalam erlenmeyer

dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur (b ml), kemudian

ditambahkan indiktor metil merah.

4. Dititrasi larutan dalam erlemeyer dengan larutan NaOH didalam buret

(c ml) hingga terjadi perbahan warna. Setelah terjadi perubahan

warna konstan, hentikan titrasi (d ml).

5. Dihitung volume yang diperlukan untuk menitrasi (e ml), kemudian

lakukan titrasi sebanyak 2 kali.

II. Titrasi dengan indiktor phenoptalein

1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas dengan larutan

NaOH yang akan digunakan.

2. Diisi buret dengan larutan NaOH, kemudian dibaca skala volume

awalnya pada menikus bawah larutan (a ml)

3. Dipindahkan larutan HCl encer (larutan B) ke dalam erlenmeyer

dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur (b ml), kemudian

ditambahkan indiktor phenoptalein.

4. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH 0,1 M

didalam buret (c ml) hingga terjadi perbahan warna. Setelah terjadi

perubahan warna konstan, hentikan titrasi (d ml).

5. Dihitung volume yang diperlukan untuk menitrasi (e ml), kemudin

lakukan titrasi sebanyak 2 kali.

6. Dibandingkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan indikato

metil merah dan indikator phenoptalein.

C. Pembuatan larutan NaOH

4

Page 5: PERCOBAAN 1 kimia dasr

1. Ditimbang NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca nalitik (a gram),

kemudian dipindahkan ke dalam gelas beker yang berisi 20-25 ml

akuades.

2. Diaduk dengan pengaduk kaca hingga NaOH larut sempurna, kemdian

dipindahkan ke dalam labu takar 50 ml.

3. Ditambahkan akuades hingga tanda batas (b ml), kemudian labu takar

ditutup dan dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh disebut

larutan C.

4. Dipindahkan larutan C dengan menggunakan pipet gondok (c ml)

kedalam labu takar 100 ml yang baru, kemudian ditambahkan akuades

hingga tanda batas (d ml).

5. Dikocok larutan tersebut hingga homogen.larutan yang diperoleh disebut

larutan D

D. Penentuan konsentrasi larutan NaOH

I. Titrasi NaOH dengan lartan HCl sebagai titran

1. Dibilas buret dengan akuades kemudian dibilas kembali dengan

larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan.

2. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 M dan dicatat volume awalnya

dengan membaca skala pada menikus bawah larutan (a ml)

3. Dipindahkan larutan NaOH encer (larutan D) kedalam erlenmeyer

(b ml) dengan pipet gondok atau pipet ukur, kemudian ditambahkan

2-3 tetes indikator metil merah

4. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M didalam

buret (c ml) hingga terjadi perubahan warna

5. Dicatat selisih volume awal dan akhir HCl dalam buret (c-a ml),

kemudian dilakukan titrasi kembali sebanyak 2 kali.

II. Titrasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan NaOH sebagai titran

1. Dibilas buret dengan akuades kemudian dibilas kembali dengan

larutan NaOH yang telah dibuat (larutan D)

5

Page 6: PERCOBAAN 1 kimia dasr

2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer dan dicatat volume awalnya

dengan membaca skala pada menikus bawah larutan (a ml)

3. Dipindahkan larutan HCl 0,1 M kedalam erlenmeyer (b ml) dengan

pipet gondok atau pipet ukur, kemudian ditambahkan 2-3 tetes

indikator metil merah

4. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer

didalam buret (c ml) hingga terjadi perubahan warna

5. Dicatat selisih volume awal dan akhir NaOH dalam buret (c-a ml),

kemudian dilakukan titrasi kembali sebanyak 2 kali.

6. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan

HCl 0,1 M sebagai titran dan larutan NaOH encer sebagai titran.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Perhitungan

1. Hasil

a. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl

No Percobaan Pengamatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Gelas ukur kosong ditimbang

Volume HCl pekat

Labu takar kosong 100 ml ditimbang

Labu takar 100 ml + larutan HCl

(larutan A)

Larutan A dihitung berat dan volmenya

Volume larutan A sebelum dan sesudah

diencerkan.

a = 30,19 gr

V = 4,15 ml

b = 67,56 gr

c = 167, 01 gr

W = 99,45 gr

V = 100 ml

V0 = 20 ml

Vt = 100 ml

6

Page 7: PERCOBAAN 1 kimia dasr

b. Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi

I. Titrasi dengan indikator metil merah

No Percobaan Pengamatan

1.

2.

3.

4.

Larutan NaOH diisi kedalam buret

HCl encer (larutan B) dipindahkan

kedalam erlenmeyer

Larutan B dititrasi dengan NaOH

menggunakan indikator metil merah

dibaca volume awal, akhir dan

selisihnya.

Titrasi dilakukan kembali

V0 = 4 m;

a = 10 ml

Vt = 15,8 ml

Vt-V0 = 15,8-4,0

= 11,8 ml

V0 = 2,9 ml

Vt = 12,5 ml

Vt-V0 = 12,5 –2,9

= 9,6 ml

II. Titrasi dengan indikator phenoptalein

No percobaan Pengamatan

1.

2.

3.

4.

Larutan NaOH 0,1 M diisi kedalam

buret

HCl encer (larutan B) dipindahkan

kedalam erlenmeyer

Larutan B dititrasi dengan NaOH 0,1 M

menggunakan indikator phenoptalein,

dibaca volume awal, akhir dan

selisihnya.

Titrasi dilakukan kembali

Vo = 12,9 ml

a = 10 ml

Vt = 22 ml

Vt–V0 =22 – 12,9 ml

= 9,1 ml

V0 = 22 ml

Vt = 31,4 ml

Vt–V0 = 31,4–22 ml

= 9,4 ml

7

Page 8: PERCOBAAN 1 kimia dasr

c. Pembuatan larutan NaOH

No Percobaan Pengamatan

1.

2.

3.

4.

Butiran NOH ditimbang

Butiran NaOH + akuades hangat hingga

tanda batas

Larutan NaOH dipindahkan

Larutan NaOH + akuades hingga tanda

batas

a = 0,4 gr

b = 50 ml

c = 25 ml

d = 100 ml

d. Penentuan konsentrasi larutan NaOH melalui titrasi

I. Titrasi NaOH dengan lartan HCl sebagai titran

No Percobaan Pengamatan

1.

2.

3.

4.

Larutan HCl 0,1 M diisi kedalam buret

Larutan NaOH encer dipindahkan

kedalam erlenmeyer + indiketo metil

merah

Larutan erlenmeyer dititrasi dengan HCl

0,1 M, selisih volume awal dengan

volume akhir HCl dalam buret

Titrasi dilakukan kembali

a = 0,4 ml

b = 10 ml

c = 5,5 ml

c – a = 5,5 – 0,4

= 5,1 ml

V0 = 7,5 ml

Vt = 12,4 ml

Vt–V0 = 2,4 – 7,5

= 4,9 ml

II. Titrasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan NaOH sebagai titran

No Percobaan Pengamatan

1 Larutan NaOH encer diisi kedalam

buret

Larutan HCl dipindahkan kedalam

a = 0 ml

8

Page 9: PERCOBAAN 1 kimia dasr

2.

3.

4.

5.

erlenmeyer + indikator metil merah

Larutan dalam erlenmeyer dititrasi

dengan NaOH encer

Selisih volume awal dengan volume

akhir NaOH dalam buret

Titrasi dilakukan kembali

b = 10 ml

c = 20,5 ml

c-a = 20,5 – 0 ml

= 20,5 ml

V0 = 20,5 ml

Vt = 41,9 ml

Vt–V0 = 41,9–20,5 ml

= 21,4 ml

2. Perhitungan

a. Penentuan konsentrasi larutan HCl pekat

Diketahui : Massa jenis HCl pekat = 1190 gr/L

Persen berat HCl = 37%(b/b)

Massa 1 L larutan Pekat HCl = 1190 gram

Massa HCl dalam 1 L larutan pekat = 37% 1190

= 440,3

BM HCl pekat = 36,5 gr/mol

Ditanya : Molaritas HCl pekat

Jawab :

= 12,06 mol/L

b. Penetuan konsentrasi larutan HCl encer

1. Melalui pehitungan pengenceran

# konsentrsi larutan A

Diketahui : M HCl pekat = 12,06 M

V HCl = 4,15 ml

VA = 100 ml

9

Page 10: PERCOBAAN 1 kimia dasr

Ditanya : MA.........?

Jawab : MA . VA = MHCl . VHCl

MA . 100 = 12,06 . 4,15

MA = 50,05/100

MA = 0,5005 M

# Konsentrasi Larutan B

Diketahui : MA = 0,5005 M

VA = 20 ml

VB = 100 ml

Ditanya : MB…?

Jawab : MA . VA = MB . VB

0,5005 . 20 = MB . 100

MB = 10,01/100

MB = 0,1001 M

2. Melalui titrasi

a. Titrasi dengan indikator metil merah

# Titrasi Rerata Volume NaOH dengan indikator metil merah

Diketahui : M NaOH = 0,1 M

Rerata V NaOH = 10,7 ml

V HCl dititrasi = 10 ml

Ditanya : M HCl…..?

Jawab : MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH

MHCl . 10 = 0,1 . 10,7

MHCl = 1,07/10

MHCl = 0,107 M

b. Titrasi dengan indikator phenoptalein

# Titrasi rerata volume NaOH dengan indiktor phenoptalein

Diketahui : M NaOH = 0,1 M

V NaOH = 9,25 ml

V HCl dititrasi = 10 ml

10

Page 11: PERCOBAAN 1 kimia dasr

Ditanya : M HCl…..?

Jawab : MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH

MHCl . 10 = 0,1 . 9,25

MHCl = 0,925/10

MHCl = 0,00925 M

c. Titrasi rerata volume Larutan NaOH yang digunakan

Diketahui : M NaOH = 0,1 M

V NaOH = 9,975 ml

V HCl dititrasi = 10 ml

Ditanya : M HCl…..?

Jawab : MHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH

MHCl . 10 = 0,1 . 9,975

MHCl = 0,9975/10

MHCl = 0,009975 M

c. Penentuan konsentrasi larutan NaOH

# Melalui perhitungan pengenceran

1. Konsentrasi Larutan C

Diketahui : Massa NaOH = 0,4 gram

BM NaOH = 40 gram/mol

VNaOH = 0,025 L

VC = 50 ml

= 0,4 mol/L = 0,4 M

Ditanya : MC...........?

Jawab : MNaOH . VNaOH = MC . VC

0,4 M . 25 ml = MC . 50 ml

MC = 10/50

MC = 0,2 M

11

Page 12: PERCOBAAN 1 kimia dasr

2. Konsentrasi Larutan D

Diketahui : MC = 0,2 M

V Larutan C yang diencerkan= 25 ml

VD = 100 ml

Ditanya : MD.....?

Jawab : MC . VC = MD . VD

0,2 M . 25 ml = MD . 100 ml

MC = 5/100

MC = 0,05 M

# Melalui titrasi

1. Titrasi NaOH oleh HCl

Titrasi rerata volume HCl yang digunakan

Diketahui : VNaOH = 10 ml

VHCl untuk titrasi = 5 ml

MHCl = 0,1 M

NHCl = 0,1 N

Ditanya : NNaOH......?

Jawab : NHCl . VHCL = MNaOH . V NaOH

0,1 . 5 = MNaOH . 10

MNaOH = 0,5/10

MNaOH = 0,05M

NNaOH = 0,05 M

2. Titrasi HCl oleh NaOH

Titrasi rerata volume NaOH yang digunakan

Diketahui : VNaOH untuk titrasi = 20,95ml

VHCl = 10 ml

M HCl = 0,1 M

N HCl = 0,1 N

Ditanya : NNaOH.........?

12

Page 13: PERCOBAAN 1 kimia dasr

Jawab : NHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH

0,1 . 10 = MNaOH . 20,95

MNaOH = 1/20,95

MNaOH = 0,0477 M

NNaOH = 0,0477 M

B. Pembahasan

1. Pembuatan dan pengenceran larutan HCl

Dalam pembuatan larutan HCl pekat yang dilarutkan dengan

akuades memiliki persen berat dan molaritas berturut – turut : 37% dan

12,06 mol/L. Pengenceran HCl yang dilakukan dengan memasukkan HCl

kedalam Labu takar yang diisi dengan akuades. Pengenceran ini

dilakukan untuk mendapatkan suatu larutan yang memiliki konsentrasi

lebih kecil daripada larutan pekat. Selain itu, pengenceran ini dilakukan

guna memperkecil kesalahan dalam membuat larutan. Pada saat

pengenceran larutan HCl besarnya konsentrasi hasil pengenceran adalah

0,5005 M dan 0,1001 M.

2. Penentuan konsentrasi larutan HCl melalui titrasi

Pada percobaan ini, dilakukan dengan cara titrasi yaitu dengan

menambahkan indikator metil merah dan indikator phenoptalein sebagai

bahannya. Indikator metil merah digunakan untuk titrasi karena indikator

tersebut merupakan indikator basa lemah karboksilat dari dimetil amino

20 benzena. Sehingga, indikator ini sangat sesuai digunakan pada titrasi

basa lemah dan amonium hidroksida. Sedangkan penggunaan indikator

phenoptalein tergolong dalam asam lemah dalam keadaan yang sangat

tidak terionisasi dan indikator ini tidak berwarna. Jika dalam lingkungan

basa, indikator phenoptalein akan terionisasi lebih banyak dan akan

memberikan warna terang karena anionnya. Pada saat menggunakan

indikator yang berbeda volume titrasinya juga berbeda hal ini disebabkan

agar mendapatkan perubahan warna yang konstan dimana volume titrasi

rerata yang digunakan pada indikator metil merah sebesar 10,7 ml dan

menghasilkan perubahan warna dari merah menjadi kuning, sedangkan

13

Page 14: PERCOBAAN 1 kimia dasr

volume titrasi rerata yang digunakan sebesar 9,25 ml dengan perubahan

warna dari putih menjadi merah. Besar konsentrasi yang dihasilkan

secara berturut-turut yaitu 0,106 M dan 0,925 M.

3. Pembuatan larutan NaOH

Dalam pembuatan larutan NaOH didapat berat larutan NaOH yang

dicampur dengan akuades seberat 0,4 gram. Kondisi larutan tersebut

setelah diberikan 3-4 butir NaOH ternyata menghasilkan rasa hangat pada

dinding gelas piala dan larutan tersebut berwarna bening. Rasa hangat

yang terdapat pada dinding gelas piala berasal dari air akuades yang

digunakan untuk melarutkan kristal NaOH dan karena seringnya diaduk

larutan tersebut agar NaOH tersebut cepat larut menjadi larutan yang

homogen. Dalam percobaan ini dapat kita ketahui konsentrasi larutan

NaOH dalam satuan molaritas yaitu 0,2 M

4. Penentuan konsentrasi larutan NaOH melalui titrasi

Dalam percobaan ini titrasi NaOH oleh HCl dapat diketahui dalam

proses titrasi yang terjadi perubahan warna kuning menjadi warna merah

dengan konsentrasi larutan NaOH sebesar 0,051 M dan 0,049 M.

Sedangkan pada percobaan titrasi HCl oleh NaOH dapat diketahui dalam

proses titrasi ini terjadi perubahan warna merah menjadi kuning dengan

konsentrasi larutan NaOH sebesar 0,049M dan 0,048 M

14

Page 15: PERCOBAAN 1 kimia dasr

VI. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan :

1. Dalam membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan

cara melarutan zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan dan

mengencerkan suatu larutan pekat.

2. Cara menentukan konsentrasi dapat dilakukan dengan pengenceran secara

langsung terhadap larutan yang ingin ditentukan konsentrasinya dan dengan

cara titrasi.

3. Pembuatan larutan HCl pekat akan menghasilkan konsentrasi yang lebih

besar dibandingkan dengan larutan HCl yang pekat .

4. Pada larutan HCl yang dilakukan secara titrasi menghasilkan konsentrsi

sebesar 0,107 M dan 0,925 M

5. Pembuatan larutan NaOH dengan 0,4 gr akan menghasilkan konsentrasi

sebesar 0,2 M dimana larutan tersebut berwarna bening.

6. Pada saat titrasi basa terhadap asam akan mengalami perubahan warna yaitu

dari warna kuning menjadi merah

7. Pada saat titrasi asam terhadap basa akan mengalami perubahan warna yaitu

dari warna merah menjadi warna kuning.

15

Page 16: PERCOBAAN 1 kimia dasr

DAFTAR PUSTAKA

Anshory, 1984. Penuntun Pelajaran Kimia. Penerbit : Ganexa Exact Bandung. Bandung

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar 1. Penerbit : Erlangga. Jakarta.

Jr, Day R.A, 2002. Kimia Dasar 2. Penerbit : Erlangga. Jakarta

Oxtobyo, David W, 2001. Prinsip-prinsip Kimi Modern. Penerbit : Erlangga. Jakarta

Syukri.S, 1999. Kimia Dasar 2. Penerbit : ITB. Bandung.

16

Page 17: PERCOBAAN 1 kimia dasr

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK 1

PERCOBAAN 2

KIMIA MANGAN

NAMA : ATIKAH

NIM : J1B106202

KELOMPOK : V (Lima)

ASISTEN : DINA MAYA SARI

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2006

17