dasar teori percobaan 1 kimia sma

32
PERCOBAAN I Judul : Mengamati reaksi pembakaran logam Tujuan : Mempelajari reaksi pembakaran logam Mg di udara Hari/tanggal : Jum’at / 05 Oktober 2012 Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin I. DASAR TEORI Dalam percobaan mengamati reaksi pembakaran logam yang memiliki tujuan umum untuk mempelajari reaksi pembakaran logam Mg di udara ada beberapa hal yang harus diketahui selain mengenai logam Mg tersebut. Beberapa hal tersebut adalah yang berkaitan dengan tujuan khusus dari percobaan ini, yaitu: 1. Menuliskan nama–nama senyawa biner dan poliatomik dari senyawa anorganik dan organik. 2. Menyetarakan persamaan reaksi sederhana dengan diberikan nama-nama zat yang terlibat dalam reaksi atau sebaliknya. A. Tata nama senyawa Pada dasarnya, dua zat berbeda tidak akan mempunyai nama yang sama walaupun ciri-

Upload: andriarsa-lpu

Post on 05-Aug-2015

485 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

PERCOBAAN I

Judul : Mengamati reaksi pembakaran logam

Tujuan : Mempelajari reaksi pembakaran logam Mg di udara

Hari/tanggal : Jum’at / 05 Oktober 2012

Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin

I. DASAR TEORI

Dalam percobaan mengamati reaksi pembakaran logam yang

memiliki tujuan umum untuk mempelajari reaksi pembakaran logam Mg

di udara ada beberapa hal yang harus diketahui selain mengenai logam Mg

tersebut. Beberapa hal tersebut adalah yang berkaitan dengan tujuan

khusus dari percobaan ini, yaitu:

1. Menuliskan nama–nama senyawa biner dan poliatomik dari senyawa

anorganik dan organik.

2. Menyetarakan persamaan reaksi sederhana dengan diberikan nama-

nama zat yang terlibat dalam reaksi atau sebaliknya.

A. Tata nama senyawa

Pada dasarnya, dua zat berbeda tidak akan mempunyai

nama yang sama walaupun ciri-ciri fisiknya mirip maupun terdiri

dari unsur-unsur yang juga sama.

Metode sistematik untuk penamaan senyawa disebut sistem

tata nama. Sistem ini disusun berdasarkan aturan IUPAC dan telah

digunakan secara diseluruh negara.

Senyawa dapat dibedakan menjadi senyawa anorganik dan

organik. Dalam senyawa anorganik, tata namanya meliputi:

Senyawa biner

Senyawa asam

Senyawa poliatomik

Senyawa basa

1. Senyawa biner

Adalah senyawa yang dibentuk dari dua unsur, baik logam dan non logam,

atau dua unsur non logam. Jika unsur pertama adalah logam dan unsur

keduanya adalah non logam, maka senyawa biner tersebut umumnya

berbentuk ionik atau senyawa ionik biner.

Tata nama senyawa biner sesama non logam adalah sebagai berikut:

a. Rangkaian nama kedua jenis unsur diberi akhiran –ida pada

nama unsur yang kedua.

b. Jumlah masing-masing atom ditulis dengan memakai awalan

sebagai berikut:

1 : mono 6 : heksa

2 : di 7 : hepta

3 : tri 8 : okta

4 : tetra 9 : nona

5 : penta 10 : deka

c. Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti

aturan point a dan b.

Contoh :

N2O, dinitrogen oksida

CH4, metana

Tata nama senyawa biner logam dan non logam (senyawa ionik biner)

adalah sebagai berikut :

a. Unsur logam bermuatan positif (kation) diletakkan didepan unsur non

logam yang bermuatan negatif (anion).

b. Nama kation diambil dari nama unsurnya, sedangkan nama anion

adalah nama unsurnya diberi akhiran –ida.

c. Unsur logam yang memiliki muatan lebih dari satu jenis maka muatan

ditulis dengan angka romawi dalam tanda kurung.

Contoh : NaCl, natrium klorida

Fe2O3, besi (II) oksida

2. Senyawa poliatomik

Adalah senyawa yang dibentuk dari ion-ion poliatomik, dua tau lebih

atom-atom bergabung bersama-sama dengan ikatan kovalen. Cara

penamaannya memiliki kesamaan dengan penamaan senyawa biner.

Namun sangat sedikit anion poliatom yang menggunakan nama dengan

akhiran –ida. Kebanyakan menggunakan –it dan –at serta beberapa nama

menggunakan awalan hipo atau per.

Contoh : NaClO, natrium hipoklorit

NaClO4, natrium perklorat

3. Senyawa asam

Adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika dilarutkan dalam

air. Untuk penamaan senyawa asam, penamaannya sama dengan cara

penamaan senyawa biner, namun diberi awalan kata “asam”.

Contoh : HCl, asam klorida

HNO2, asam nitrit

4. Senyawa basa

Adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan

dalam air. Penamaan senyawa basa ditulis dengan menyebutkan nama

atom yang terikat pada ion OH- dan diikuti dengan akhiran hidroksida.

Contoh : KOH, kalium hidroksida

Mg(OH)2, magnesium hidroksida

Sedangkan senyawa organik adalah senyawa-senyawa

karbon dengan sifat-sifat tertentu. Senyawa organik mempunyai

tata nama khusus.

Contoh :

CO(NH2)2, urea (ureum)

C6H12O6, glukosa (gula darah, gula anggur)

B. Persamaan reaksi sederhana

Persamaan reaksi merupakan hubungan yang menunjukkan

koefisien reaksi dari zat-zat yang bereaksi dengan koefisien zat-zat

hasil reaksi. Zat-zat yang bereaksi disebut pereaksi atau reaktan

dan dituliskan disebelah kiri, sedangkan zat-zat hasil reaksi disebut

hasil reaksi atau produk dan dituliskan disebelah kanan.

Wujud zat yang bereaksi biasanya dituliskan dalam bentuk

singkatan (s), (l), (g) dan (aq), yaitu :

1. Padat atau solid disingkat s

2. Cair atau liquid disingkat l

3. Gas disingkat g

4. Larut dalam air atau aquouse solution disingkat aq

Penulisan persamaan kimia yang setimbang sebaiknya

dilakukan melalui tiga tahapan berikut :

1. Menulis persamaan yang belum setimbang

2. Membuat persamaan tersebut menjadi setimbang dengan

memberikan koefisien didepan rumus kimia untuk reaktan

maupun produk sehingga jumlah atom-atom yang terdapat di

kiri dan kanan persamaan reaksi menjadi sama.

3. Menulis wujud zat pereaksi dan hasil reaksinya.

Contoh : larutan asam hidroklorida (HCl) ditambahkan pada

larutan natrium karbonat (Na2CO3). Produk yang dihasilkan

adalah garam klorida (NaCl) dan gas karbondioksida (CO2)

serta air (H2O).

Persamaan reaksinya :

Langkah 1 : HCl + Na2CO3→ NaCl + CO2 + H2O

Langkah 2 : 2HCl + Na2CO3→ 2NaCl + CO2 + H2O

Langkah 3 : 2HCl(aq) + Na2CO3(s)→ 2NaCl(aq) + CO2(g) + H2O(l)

Penyetaraan reaksi kimia memerlukan ketelitian, sehingga

dituntut untuk banyak berlatih tentang persamaan reaksi tersebut.

C. Magnesium

Merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol Mg

dengan nomor atom 12. Magnesium berwarna putih keperakan

dengan ringan (1/3 lebih ringan daripada aluminium).

Sangat sukar untuk mematikan pembakaran magnesium.

Dimana pembakaran magnesium (pita magnesium) akan tetap terus

terjadi jika pita direndam dalam air, hingga pita magnesium habis

terbakar.

Magnesium menghasilkan cahaya putih yang terang apabila

dibakar dalam udara. Pada zaman awal fotografi, serbuk

magnesium digunakan sebagai sumber pencahayaan (sumber kilat).

Sedangkan pita magnesium digunakan dalam mentol denyar yang

dinyalakan secara elektrik. Saat ini serbuk magnesium masih

digunakan dalam pembuatan meran karena warna nyalanya yang

khas.

Pembakaran logam Mg akan menghasilkan senyawa oksida

MgO, dan jika direaksikan dengan air, unsur logam ini cenderung

membentuk senyawa basa. Sifat basa senyawa ini dapat diamati

dengan menggunakan kertas lakmus. Apabila kertas lakmus merah

berubah menjadi biru dan kertas biru tidak berubah warna maka

senyawa yang diuji tersebut merupakan senyawa yang bersifat

basa.

d. Mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang sesuai lalu

ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,

dikeringkan dan setelah dingin ditimbang. Kemudian jumlah zat yang

ditentukan dihitung dari faktor stoikoometrinya.

e. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat didalam cuplikan

semula.

Suatu metode analisis gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi

kimia seperti : aA + rR → AaRr

Pada reaksi tersebut, a molekul analis A bereaksi dengan r molekul reagen

R menghasilkan produk AaRr yang biasanya merupakan suatu substansi

yang sedikit larut yang biasanya ditimbang setelah pengeringan atau yang

biasanya dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui,

untuk kemudian ditimbang.

I.1 Gravimetri Metode Pengendapan

Gravimetri metode pengendapan merupakan metode dimana

komponen yang diinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau

mengendap dengan sempurna.Komponen yang diinginkan diendapkan

dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada

kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang.

Syarat-syarat senyawa yang ditimbang :

a. Mempunyai kestabilan yang tinggi

b. Faktor gravimetrinya kecil

Adapun beberapa tahap dalam analisis gravimetri yaitu :

a. Memilih pelarut sampel

Pelarut yang dipilih haruslah sesuai sifatnya dengan sampel yang akan

dilarutkan.

b. Pengendapan analit

Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan

yang mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil

dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.

c. Pengeringan endapan

Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan

analitnya dan dilakukan dengan sempurna.

d. Menimbang endapan

Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas.

Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan

kelarutan sehingga endapan akan terbentuk dan endapan inilah yang

akan ditimbang.

Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri, ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi :

a. Proses pemisahanhendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit

yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1

mg atau kurang) dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu

makro.

b. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan

hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak, maka akan

diperoleh hasil yang galat.

Dalam analisis gravimetri masalah yang kerap menjadi kendala

adalah menggunakan pemisahan untuk mendapatkan endapan dan

penentuan gravimetrik dalam memperoleh endapan dengan tingkat

kemurnian tinggi. Endapan yang murni adalah endapan bersih, artinya

tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-zat lain yang biasanya

disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah

terjadi karena endapan dihasilkan dari larutan yang berisi macam-macam

zat. Endapan yang terkontaminasi oleh zat lain disebut mengalami

kopresipitasi.

Kopresipitasi dapat dihindari dengan beberapa prosedur, yaitu:

a. Metode penambahan pada kedua reagen. Jika diketahui bahwa baik

sampel maupun endapan mengandung suatu ion yang mengotori, maka

larutan yang mengandung ion tersebut dapat ditambahkan pelarut lain,

dengan cara ini konsentrasi pencemaran dijaga serendah mungkin

selama tahap awal-awal pengendapan.

b. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan

kotoran yang terkandung dalam endapan tersebut. Pencucian akan

berhasil jika pencucian dilakukan dengan berulang-ulang dengan

pemakaian sedikit demi sedikit cairan pancuci. Pencucian dilanjutkan

terus sampai ion pengotor telah hilang sama sekali. Hilangnya ion

pengotor ini ditandai dari hasil negatif pada pengujian cairan pencuci

dengan pereaksi yang cocok.Hal ini perlu diperhatikan dalam

pencucian endapan adalah pemilihan larutan pencuci. Sebenarnya air

murni merupakan cairan pencuci yang paling cocok, namun air hanya

dapat digunakan bila endapan yang akan dicuci berupa hablur dan

mempunyai kelarutan yang rendah. Untuk menghindarkan larutnya

endapan kembali karena terbentuknya koloid, maka endapan-endapan

yang tidak terbentuk dicuci dengan air panas yang mengandung

elektrolit lembam.Endapan yang dapat terhidrolisis dicuci dengan air

yang mengandung hasil hidrolisisnya.Sedangkan endapan yang agak

mudah larut dicuci dengan air yang mengandung zat pengendap atau

dengan larutan jenuh endapan itu.

c. Pencernaan

Pencernaan adalah proses untuk membuat endapan berada dalam

kontak dengan cairan induk, seringkali pada suhu yang dinaikkan

selama beberapa waktu, sebelum penyaringan. Proses ini bermanfaat

bagi endapan kristalin, tapi tidak digunakan untuk endapan berbentuk

gelatin.

d. Pengendapan kembali

Pengendapan kembali dilakukan bila endapan dengan mudah dapat

dilarutkan kembali, terutama untuk oksida hidrous dan garam kristalin

dari asam lemah.

Pada proses pengendapan, beberapa hal yang harus diperhatikan:

a. Pengendapan dilakukan dalam larutan encer

b. Pereaksi pengendap ditambahkan pelan-pelan dan terus diaduk

c. Pengendapan dilakukan pada pH dekat daerah pH terjadinya

pengendapan

d. Dipanaskan

Dalam prosedur gravimetrik yang lazim suatu endapan ditimbang

dan nilai analit dalam sampel dapat dihitung dengan rumus :

% analit= bobot analitbobot sampel

x 100 %

I.2 Kelarutan pada pengendapan

Kelarutan menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut

dalam sejumlah tertentu pelarut.Untuk zat yang tergolong mudah larut,

kelarutannya dinyatakan dalam 9/100 g air.Namun, untuk zat yang

tergolong sukar larut, kelarutannya dinyatakan dalam mol/L. Proses

pengendapan terjadi ketika jumlah zat terlarut dalam pelarut melebihi

batas maksimum zat yang dapat larut.Pada kondisi ini dikatakan

larutannya telah lewat jenuh.Untuk memprediksi apakah suatu zat masuh

dapat larut atau mengendap dalam suatu larutan, maka perlu menghitung

hasil kali kelarutan (hasil kali konsentrasi ion-ion positif dan negatif dalam

larutan jenh suatu senyawa ion yang sukar larut), kemudian

membandingkan dengan harga KSP zat tersebut.Adapun KSP merupakan

tetapan hasil kali kelarutan yaitu tetapan kesetimbangan dari hasil kali ion-

ion dari senyawa (basa atau garam) yang sedikit larut.

Misalkan untuk : AB → A+ + B-

Maka Qc (hasil kali kelarutan)

¿

Jika Qc< KSP berarti larutan belum jenuh

Jika Qc = KSP berarti larutan tepat jenuh

Jika Qc> KSP berarti larutan lewat jenuh (mengendap)

Kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan berhubungan, seperti pada reaksi

berikut :

AxBy(s) → xAy+ (ag) + yBx- (ag)

s xs yx

KSP = xxyy s(x+y)

Kelarutan zat yang nantinya berpengaruh pada pengendapan,

ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Suhu

Semakin rendah suhu larutan, maka kelarutannya akan semakin

rendah / sukar larut.

Semakin tinggi suhu larutan, maka kelarutannya akan semakin

tinggi / mudah larut.

b. Tingkat keasaman larutan (pH)

pH mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat

Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam

dan sebaliknya sukar larut dalam larutan basa

Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut

dalam larutan yang bersifat basa kuat.

c. Efek ion senama

Suatu zat padat elektrolit jika dilarutkan dalam air murni akan

mengalami ionisasi. Ketika suatu larutan jenuh, maka jumlah ion-ion

tersebut menjadi maksimal. Jika didalam air sebelumnya telah

mengandung ion-ion sejenis, maka larutan akan menjadi lebih cepat

jenuh. Sehingga, kelarutan zat padat tersebut menjadi lebih kecil

dibandingkan dengan kelarutan awalnya.Pengaruh ini disebut efek ion

senama.

Percobaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah gravimetri

dengan metode pengendapan. Adapun yang diendapkan adalah barium

kromat, menurut reaksi:

BaCl2(ag) + K2CrO4 (ag) → BaCrO4 (s) 2KCl(ag)

Endapan yang didapat akan dihitung massanya, baik itu massa teoritis

hasil perhitungan maupun massa hasil percobaan untuk kemudian ditentukan

persentase hasil dari endapan barium kromat yang terbentuk.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan :

1. Gelas kimia 100 mL : 2 buah

2. Hot plate : 1 buah

3. Batang Pengaduk : 1 buah

4. Kaca arloji : 1 buah

5. Neraca analitik : 1 buah

6. Corong : 1 buah

7. Spatula : 1 buah

8. Pipet tetes : 2 buah

9. Gelas ukur 50 ml : 1 buah

Bahan yang digunakan :

1. Serbuk / butiran BaCI2

2. Aquadest

3. Larutan K2CrO4 0,2 M

4. Kertas saring 1 lembar

III. PROSEDUR KERJA

Persentase hasil barium kromat.

a. Menimbang gelas kimia 100 mL dan mencatat bobotnya.

b. Memasukkan 1,2 gram BaCI2 kedalam gelas kimia 100 mL dan

menimbang kembali.

c. Menambahkan 25 ml air suling, mengaduk – aduk sampai larutan

homogen, sesudah itu memasukkan lagi K2CrO4 0,2 M sebanyak 25

ml, mengaduk – aduk dan mengamati endapan yang terbentuk.

Menguji larutan dengan beberapa tetes larutan K2CrO4 apakah

endapan masih terbentuk.

d. Jika endapan dari BaCrO4 masih terbentuk, menambahkan terus

K2CrO4 sampai endapan BaCrO4tidak terbentuk lagi.

e. Memanaskan sampai mendidih, mengangkat dari api dan menyaring

selagi panas dengan kertas saring Whatman yang telah ditimbang

massanya.

f. Mengambil kertas saring beserta endapannya mengeringkan,

menimbang dan mencatat bobotnya.

g. Menghitung hasil teoritis endapan BaCrO4 dan menentukan juga

persentasi hasilnya.

IV. HASIL PENGAMATAN

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Menimbang gelas piala 250 ml 44,856 g

2. Memasukkan 1,2 g BaCl2.2H2O

dan menimbangnya

1,2275 g

3. Menambahkan 25 ml akuades dan

mengaduk – aduk sampai larutan

homogen

Larutan bening

4. Memasukkan K2CrO4 0,2 M

sebanyak 25 ml dan mengaduk –

aduk

K2CrO4 = kuning

Ba CrO4 (endapan) = kuning

5. Mengamati endapan yang

terbentuk

Terjadi dua lapisan, endapan kunig

6. Menambahkan terus K2CrO4

sampai endapan BaCrO4 tidak

terbentuk lagi

Tetesan ke 8 endapan mulai hilang,

sehingga larutan lewat jenuh

7. Memanaskan larutan hingga

mendidih

Timbul buih – buih

8. Menimbang kertas saring m = 0,5397 g

9. Menyaring dengan kertas saring Terdapat endapan kuning dan filtrat

bening

10. Mengambil kertas saring dan

endapannya, mengeringkan

Endapan kering

selama 2 hari

11. Menimbang bobotnya (endapan +

kertas saring)

m = 1,6898 g

V. ANALISIS DATA

Percobaan ini pertama – tama dilakukan dengan menimbang gelas kimia

250 ml dan mencatat bobotnya. Kemudian memasukkan ke dalamnya kira – kira

1,2 gram BaCl2.2H2O dan kemudian menimbangnya lagi. Setelah itu

menambahkan 25 ml akuades ke dalam gelas kimia untuk melarutkan BaCl2.2H2O

yang ada di dalamnya. Campuran ini kemudian diaduk hingga BaCl2.2H2O benar

– benar larut dan tidak ada yang tersisa sehingga menjadi larutan yang homogen.

Setelah larutan benar – benar homogen kemudian menambahkan 25 ml

larutan K2CrO4 0,2 M secara perlahan – lahan tetes dei tetes melalui pipet sambil

mengaduk – aduk campuran tersebut. Penambahan K2CrO4 secara perlahan –

lahan bertujuan agar setiap tetes K2CrO4 yang masuk ke dalam larutan betul –

betul beraksi dengan sempurna di dalam larutan BaCl2.2H2O dan pada akhirnya

akan menghasilkan suatu reksi pengendapan yang baik.

Sedangkan proses pengadukan bertujuan untuk menghindari kelewat

jenuhan lokal tetesanK2CrO4 yang hanya terkonsentrasi pada satu bagian larutan

saja, misalnya pada bagian tengah larutan saja. Dengan adanya pengadukkan hal

ini dapat dihindari karena dengan mengadu aduk larutan tersebut sama artinya

dengan membantu tetesan K2CrO4 yang masuk ke dalam laruta BaCl2.2H2O

menyebar merata di seluruh bagian larutan yang berada dalam gelas kimia.

Setelah dimasukkan tetes demi tetes K2CrO4 larutan di dalam gelas kimia

berubah menjadi keruh dan berwarna kuning muda. Larutan yang semula bening

kemudian menjadi keruh ini menunjukkan bahwa dalam larutan tersebut telah

terbentuk endapan BaCrO4 sedikit demi sedikit hingga mol BaCl2.2H2O dan

K2CrO4 keduanya tepat habis bereaksi. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu:

BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) → BaCrO4 (aq) + 2KCl (aq)

Setelah 25 ml K2CrO4 selesai ditambahkan, selanjutnya mendiamkan

campuran tersebut sampai beberapa saat hingga endapan terpisah dari larutan dan

mengendap di dasar gelas kimia dan larutan yang berada di atasnya bening tidak

keruh lagi. Hal ini bertujuan agar pada saat pengujian dengan beberapa tetes

K2CrO4 endapan yang masi terbentuk akan terlihat pada larutan bening tersebut.

Lrutan yang kembali bening menunjukkan bahwa endapan yang semula

bercampur dengan larutan telah mengendap seluruhnya ke dasar gelas kimia.

Setelah itu menguji larutan dengan beberapa tetes larutan K2CrO4 untuk

memastikan apakah endapan masih terbentuk atau tidak. Jika masih terbentuk

endapan hal ini berarti masih ada sejumlah mol BaCl2.2H2O yang belum habis

bereaksi sehingga ketika ditambahkan beberapa tetesan K2CrO4 lagi

memungkinkan terbentuk endapan kembali dalam larutan, sehingga harus terus

ditambahkan tetes demi tetes agar keduanya tepat habis bereaksi dan

menghasilkan larutan yang tepat jenuh. Sedangkan apabila diuji dengan beberapa

tetes K2CrO4 tidak terbentuk endapan lagi hal ini berarti bahwa mol BaCl2.2H2O

tepat habis bereaksi dengan penambahn 25 ml K2CrO4 saja.

Larutan beserta endapan kemudian dipanaskan sampai mendidih. Proses

pemanasan bertujuan untuk memperoleh struktur kristal endapan yang baik.

Proses pemanasan juga menyebabkan pembesaran ukuran partikel akibat

penumpukan – penumpukan partikel itu sendiri saat dipanaskan, sehingga

memudahkan pada saat proses penyaringan. Selanjutnya menyaring dengan kertas

saring saat masih panas – panas untuk memisahkan endapan dari larutannya

(filtratnya). Sehingga diperoleh endapan yang berwarna kuning pada kertas saring

dan filtratnya bening.

Dalam reaksi antara BaCl2 dan K2CrO4 sebenarnya ada dua produk yang

terbentuk selain BaCrO4 yaitu KCl. Akan tetapi BaCrO4 yang mengendap karena

hasil kali kelarutan ion –ion BaCrO4 lebih besar dari harga Kspnya sehongga

terbentuk lah endapan BaCrO4.

BaCrO4 ↔ [Ba2+] [CrO4-]

[Ba2+] [CrO4-] > Ksp BaCrO4 ↓

Kelarutan BaCrO4 dalam air juga sangat rendah dibandingkan dengan KCl pada

suhu kamar sehingga sanat mudah untuk BaCrO4 mengalami pengendapan.

Berbeda dengan KClyang memilki hasil kali kelarutan ion – ionnya yang

lebih kecil dibandingkan Kspnya sehingga tidak mengendap.

KCl ↔ [K+] [Cl-]

[K+] [Cl-] < Ksp KCl

Kelarutan KCl dalam air juga sangat besr sehingga sulit sekali untuk mengendap

jika dibandingkan dengan BaCrO4.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada lampiran diperoleh % hasil

dari BaCrO4 adalah 90,81%. Berdasarkan nilai dari % hasil yang telah dihitung

menunjukan bahwa reaksi pengendapan yang telah dilakukan sanat efisien karena

menghasilkan endapan yang massanya hampir mendekati massa yang

sesungguhnya berdasrkan massa teoritisnya. Massa endapan yang dihasilkan dan

massa teoritisnya berturut – turut adalah 1,1501 g dan 1,2665 g.

VI. KESIMPULAN

1. Analisis gravimetri adalah salah satu cabang ilmu kimia analisis yang

berdasarkan pada proses isolasi dan pengukuran besar suatu unsur atau

senyawa tertentu.

2. Proses pengadukan bertujuan untuk menghindari kelewat jenuhan tetesan

K2CrO4 yang hanya terkonsentrasi pada satu bagian larutan saja.

3. Proses pengujian dengan menambahkan lagi beberapa tetes K2CrO4

bertujuan untuk menguji apakah mol BaCl2 telah tepat habis bereaksi atau

tidak.

4. Larutan yang keruh menunjukkan bahwa di dalam larutan tersebut terdapat

endapan.

5. Proses pemanasan bertujuan untuk memperbesar ukuran partikel endapan

akibat penumpukan partikel – partikel itu sendiri sehingga memudahkan

dalam proses penyaringan dan diperoleh struktur kristal endapan yang

lebih baik.

6. Persen hasil endapan BaCrO4 dari percobaan ini adalah 90,81%.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar Praktikum-Praktikum Kimia.

Depdikbud

Anshori, Irfan dan Hiskia Achmad. 1997. Kimia SMU I. Jakarta : Erlangga

Khopkar, B.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit UI-

Press

R. A. Day, JR dan A.L.Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif.

Jakarta : Erlangga

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI-Press

S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : Penerbit ITB

Sholahuddin, Arif, Bambang Suharto dan Abdul Hamid. 2007. Panduan

Praktikum Kimia Analisis. Banjarmasin: FKIP Unlam. (Tidak

dipublikasikan)

LAMPIRAN

A. PERHITUNGAN

1. Diketahui : V BaCl2= 100 mL = 0,1 L

MBaCl2 = 0,01 M

Ditanya : Massa K2CrO4 agar terbentuk endapan BaCrO4 ?

Penyelesaian :

BaCI2 (aq) + K2CrO4 (aq) BaCrO4 (s) + 2 KCl(aq)

Mol BaCl2 = M . V

= 0,01 M . 0,1 L

= 0,001 mol

Mol K2CrO4= koefisien BaCrO4

koefisienBaCl2 x mol BaCl2

= 11

x 0,001 mol

= 0,001 mol

Massa K2CrO4= n x Mr

= 0,001 mol x 194,2g/mol

= 0,1942 gram

Jadi massa K2CrO4 yan diperlukan agar terbentuk endapan

BaCrO4adalah 0,1942 gram.

B. PERTANYAAN DAN JAWABAN

Pertanyaan:

1. Jelaskan faktor apa saja yang harus dikontrol pada praktek agar menghasilkan

endapan yang mudah disaring dengan partikel yang relatif kasar.

2. Jika 100 mL larutan BaCl2 0,01 M diendapkan dengan K2CrO4. Tentukan

berapa gram K2CrO4 yang diperlukan agar terbentuk endapan BaCrO4

Jawaban Pertanyaan:

2. Faktor yang harus dikontrol pada praktek agar menghasilkan endapan yang

mudah disaring dengan partikel yang relatif kasar yaitu:

Penentuan selang waktu pada saat pengendapan selanjutnya yang akan

membentuk partikel dengan ukuran yang cukup besar untuk mengendap ke

dasar wadah.

Pemilihan keadaan untuk pengendapan.

Untuk memperoleh endapan / partikel yang relatif kasar, yang perlu

diperhatikan dalam proses pengendapan adalah kelewat jenuhan nisbi (R)

yang dirumuskan dengan:

R =

Q−SS

R = Kelewat jenuhan nisbi

Q = Kepekatan molar larutan setelah dicampur, tapi belum

timbul endapan.

S = Kelarutan molar endapan.

Jika endapan mempunyai hasil kali kelarutan yang rendah (S yang

rendah) dan endapan itu terbentuk dari larutan yang agak pekat (Q tinggi),

maka kelewat jenuhan nisbinya akan tinggi, sehingga sejumlah besar inti

akan terbentuk, yang mengelompok dengan cepat menjadi endapan halus

atau endapan tak bebentuk. Sebaliknya, jika kelewatjenuhan nisbinya

rendah (Q rendah, tapi s tinggi), maka jumlah inti yang terbentuk juga akan

rendah yang memungkinkan terbentuknya endapan kasar. Jadi, endapan

BaCrO4 akan lebih kecil bila diendapkan dari larutan pekat dan akan

menghasilkan endapan BaCrO4 akan lebih kecil bila diendapkan dari

larutan encer.

Laju pengendapan

Pengendapan zat pengendap secara perlahan-lahan akan mempertahankan

harga (Q S)rendah, sehingga tercapai kelewatjenuhan nisbi yang rendah,

dan dapat diperoleh endapan yang lebih besar. Untuk menjaga agar

perbedaan Q – S selalu kecil, maka larutan yang digunakan sebaiknya

larutan encer.

Pemanasan atau kadang-kadang dengan pengasaman larutan tempat

berlangsungnya pengendapan.

Pengadukan, juga penting karena dapat menghindarkan terjadinya

kelewatjenuhan setempat dalam larutan.

Dengan pemeraman endapan dalam cairan induknya.

Pemeraman endapan adalah pendiaman endapan dalam cairan

induknya.Pemeraman ini menyebabkan luas permukaan endapan berkurang

karena partikel endapan yang lebih besar muncul menggantikan partikel-

partikel yang lebih kecil. Selain perubahan ukuran partikel endapan

menjadi lebih besar, cara ini dapat merubah bentuk yang kurang mantap

menjadi lebih mantap, perubahan susunan kimia endapan dan penghabluran

kembali. Pada umumnya, endapan yang lebih besar dan lebih murni dapat

diperoleh dengan cara ini.

Pengeringan dan pemijaran endapan untuk mendapatkan bentuk-timbang

yang sesuai.

C. FOTO PRAKTIKUM

FLOWCHART

* Larutan

* Larutan + 25 mL K2CrO42M

-Memasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml- Mengaduk-aduk sampai larutan homogen

- Mengamati endapan yang terbentuk - Menambahkan terus K2CrO4 sampai endapan BaCrO4 tidak terbentuk lagi

** Larutan + endapan

± 1 gram (0,8-1,0) BaCl2(s) + 25 mL H2O (air suling)

NB : Mencatat bobotnya

Larutan Larutan +Endapan

Endapan

- Memanaskan sampai mendidih - Menyaring dengan kertas saring Whatman

-Mengeringkan - Menimbang

** Larutan + endapan