laporan praktikum kimia organik ii
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN VII
“KROMATOGRAFI KOLOM DAN LAPIS TIPIS (PEMISAHAN DAN PEMURNIAN LIKOPEN DAN β-KAROTEN DARI EKSTRAK TOMAT
ATAU WORTEL)”
OLEH :
NAMA : NURSAN
STAMBUK : F1C1 13 028
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : FERI ICHSAN SUSILO
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah-buahan mempunyai peranan penting sebagai sumber vitamin,
mineral dan nutrisi lain dalam menunjang kecukupan gizi masyarakat. Misalnya
saja buah tomat yang merupakan salah satu buah yang mengandung vitamin A dan
vitamin C. Selain itu, tomat (Solanum lycopersicum) juga memiliki kandungan
senyawa karotenoid yang bernama likopen yang dapat memberikan warna merah
pada buah tomat dan efektif sebagai zat antioksidan. Tomat (Solanum
lycopersicum) adalah salah satu tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Namun pemanfaatannya hanya sebatas sebagai lalap dan bahan
tambahan dalam masakan. Kandungan senyawa dalam buah tomat di antaranya
solanin (0,007 %), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavonoid
(termasuk likopen, α dan ß-karoten)
Antioksidan adalah senyawa yang menetralkan radikal bebas yang
menjadi racun (toksik) bagi tubuh. Radikal bebas banyak terdapat dari hasil
pembakaran seperti asap kendaraan, asap rokok yang di hirup dan paparan sinar
UV matahari yang terus menerus. Bila radikal bebas didalam tubuh berlebihan
maka dapat menyerang DNA yang akhirnya menimbulkan kanker.
Untuk itu, radikal bebas didalam tubuh harus dikurangi, salah satunya
dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan likopen yang
tinggi seperti tomat. Sehingga, pada saat radikal bebas menyerang DNA, maka
antioksidan likopen akan melindungi DNA dengan cara mencegah reaksi antara
DNA dengan radikal bebas sehingga yang bereaksi dengan radikal bebas bukan
DNA melainkan likopen. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan
percobaan tentang kromatografi kolom dan lapis tipis (pemisahan dan pemurnian
likopen dan ekstrak karoten dari ekstrak tomat atau wortel).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana melakukan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan lapis tipis
pada proses isolasi dan pemurnian senyawa bahan alam ?
2. Bagaimana menjelaskan perbedaan prinsip dasar kromatografi kolom dan
lapis tipis ?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dilaksanakan percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk melakukan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan lapis tipis
pada proses isolasi dan pemurnian senyawa bahan alam.
2. Untuk menjelaskan perbedaan prinsip dasar kromatografi kolom dan lapis
tipis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan tanaman hortikultara
yang sangat banyak manfaatnya. Menurut Pudjiatmoko (2008) bahwa dalam 100
g buah tomat mengandung protein (1 g), karbohidrat (4,2 g), lemak (0,3g),
kalsium (5 mg), fosfor (27 mg), zat besi (0,5 mg), vitamin A (karoten ) 1500 SI,
vitamin B (tiamin) 60 mg dan vitamin C 40 mg. Buah tomat adalah komoditas
multiguna yang dapat digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja,
penambah nafsu makan (kaya akan mineral), minuman, bahan pewarna makanan,
bahkan dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan (Marliah dkk.,
2012).
β-karoten merupakan pigmen tumbuhan, dan merupakan provitamin A
yang paling penting bagi manusia. β-karoten dapat membentuk dua molekul
vitamin A. Sebagian besar sumber provita-min A adalah β-karoten yang banyak
terdapat di dalam bahan-bahan nabati. Sayuran dan buah-buahan yang berwarna
hijau, jingga atau merah. Senyawa dan aktivitas vitamin A yang terdapat dalam
tanaman, termaksud dalam kelompok karo-ten (2,3). β-karoten sangat baik untuk
membasmi sel kanker dan menghambat serangan jantung (Naid dkk., 2012).
Kromatografi partisi cair-cair, suatu pemisahan dipengaruhi oleh
distribusi sampel antara fase cair diam dan fase cair bergerak dengan membatasi
kemampuan pencampuran. Jika suatu zat terlarut dikocok dalam sistem dua
pelarut yang tidak bercampur atau saling melarutkan maka zat terlarut akan
terdistribusi di antara kedua fase (Khopkar, 2008).
Kromatografi kolom adalah sebutan untuk semua jenis upaya pemisahan
kimia menggunakan kolom sebagai wadah fase diamnya. Kromatografi kolom
mengandalkan proses pemisahan pada distribusi analit pada fase diamdan fase
gerak. Kolom akan terisi fase diam, baik berupa fase diam padat maupun fase
diam cair dan kemudian dialiri oleh fase gerak baik fase gerak cair maupun fase
gerak gas. Kolom harus dapat dilewati fase gerak, karena itu kolom harus berpori.
Fase diam harus merupakan material berpori dan butiran fase diam harus diatur
sedemikian rupa sehingga fase gerak dapat melewatinya sambil membawa
komponen-komponen campuran yang hendak dipisahkan (Wonohardjo, 2013).
Metode kromatografi lapis tipis (KLT)-densitometri merupakan salah
satu metode yang diharapkan dapat digunakan untuk penentuan kadar kolkisin
dalam infus karena relatif sederhana , tidak mahal, dan bila menggunakan fase
gerak yang cocok akan dapat memisahkan kolkisin dari senyawa lain yang
terdapat dalam infus tersebut. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan
validasi metode KLT-densitometri untuk penentuan kadar kolkisin dalam infus
daun Gloriosa superba Linn (Hilmi dkk, 2013).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu danTempat
Percobaan ini dilaksankan pada hari Senin, 30 Maret 2015 pukul 13.00 –
15.30 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.
B. AlatdanBahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung sentrifuge,
corong buchner, spatula, rotary evaporator, kolom kromatografi (kolom gelas
50 mL diameter 10 mm), corong biasa, pengaduk, kaca arloji, cutter, statif,
klem, botol vial, gelas kimia 100 mL, timbangan analitik, pipet ukur 10 mL,
lampu sinar UV, pipa kapiler, tabung ependof, filler, penjepit, chamber, dan
pipet tetes.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pasta tomat, aseton,
kloroform, akuades, alumina/silica gel, n-heksan, kapas, tissue, aluminium
foil, plat KLT, dan kertas saring whatman.
C. ProsedurKerja
1. Dehidrasi dan Ekstraksi pasta Tomat
Tomat halus
- ditimbang sebanyak 15 gram- dimasukkan dalam tabung
ependof (evander 30 mL)- ditambahkan 25 mL aseton- ditimbang beratnya
Residu Filtrat- ditambahkan dengan 25 mL n-heksan- ditimbang beratnya agar sama dengan berat
tabung yang berisi air- disentrifuge- disaring
Residu Filtrat- disentrifuga kembali sebanyak 2 kali dengan penambahan 25 mL n-heksan
-dilakukan perlakuan yang sama dengan proses penyaringan kedua
-disaring
-dievaporasi sampai pelarutnya menguap-ditimbang berat produk kasar
Hasil Pengamatan
akuades
- dimasukkan dalam tabung ependof (evander 30 mL)
- ditimbang beratnya agar sama dengan tabung ependof yang berisi campuran pasta tomat dan aseton
- disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 RDM
- disaring
Residu Filtrat
2. Pembuatan Kromatografi Kolom
Gel silika
Gel silica yang telah memadat didalam kolom
- ditimbang sebanyak 4 gram- dilarutkan dalam beberapa mililiter n-
heksan- dimasukkan ke dalam kolom kromatografi- ditambahkan larutan n-heksan secara
terus- menerus hingga gel silica memadat
- dimasukkan potongan kecil kertas saring- dicampur hasil ekstrak dengan gel silica
sampai menggumpal dan diaduk- dimasukkan campuran ekstrak dan gel
silica ke dalam kolom- ditampung fraksi-fraksi yang keluar
dari kolom
Sampel
3. Proses penotolan plat KLT
Plat KLT
- dipotong menggunkan cutter dengan ukuran 5x1 cm, dengan batas rambatan 3 cm
- ditotolkan sampel pada plat menggunakan pipa kapiler
- dimasukkan ke dalam chumber yang berisi larutan eluen n-heksan dan aseton dengan perbandingan 8:2 hingga mencapai batas atas
- dideteksi warma yang dihasilkan plat menggunakan lampu UV
- dilingkari senyawa yang terbentuk pada plat
Hasil Pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HasilPengamatan
1. Tabel data Pengamatan
No Perlakuan Keterangan
1.15 gram tomat dimasukkan dalam evander + 25 mL aseton lalu disentrifuge
Ekstart tomat berwarna kuning orange
2.15 gram tomat dimasukkan dalam evander + 25 mL n-heksan lalu disentrifuge (diulang sebanyak 3 kali) lalu disaring
Ekstrak tomat murni berwarna kuning
3.Filtrat dari larutan (n-heksan + 15 gram tomat) dievaporasi
Filtrat menjadi pekat
4.Larutan (n-heksan +15 gram tomat) hasil evaporasi + silica gel (hingga menjadi padat) diatas kaca arloji
Terbentuk beberapa lapisan
5.(n-heksan +15 gram tomat) hasil evaporasi + silica gel yang telah padat dimasukkan dalam kolom yang telah berisi eluen
Filtrat hasil kolom berwarna orange
6.Ditampung fraksi yang keluar dari kolom lalu didiamkan dalam botol ampul selama 2 hari
Terbentuk 2 fraksi
7.Dilakukan kromatografi lapis tapis terhadap fraksi yang sebelumnya telah disimpan
Ditentukan nilai Rf
2. Penentuan Nilai Rf
Rf = jarak noda bawahjarak pelarut batas bawah
Fraksi 1 = 0
Fraksi 2
Rf = jarak noda bawahjarak pelarut batas bawah
=0,5 cm1 cm = 0,5 cm
B. Pembahasan
Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu produk hortikultura
yang berpotensi, menyehatkan dan mempunyai prospek pasar yang cukup
menjanjikan. Lycopene atau yang sering disebut sebagai α-carotene adalah suatu
karotenoid pigmen merah terang yang banyak ditemukan dalam buah tomat dan
buah-buahan lain yang berwarna merah. Lycopene merupakan karotenoid yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh dan merupakan salah satu antioksidan yang sangat
kuat.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom.
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang digunakan
untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak berdasarkan adsorpsi
dan partisi. Kromatografi kolom membutuhkan zat terlarut yang terdistribusi
diantara dua fase, satu diantaranya fase diam dan yang lainnya fase gerak. Fase
gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lain
yang terelusi lebih awal atau akhir. Umunya zat terlarut dibawa melewati media
pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut pelarut.
Dimana, pada perobaan ini yang merupakan fase diamnya adalah silika gel, kapas
dan kertas saring. Sedangkan fase geraknya adalah pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai dan kromatografi yang disebut juga dengan eluen.
Perlakuan pertama yaitu buah tomat yang telah dihaluskan dengan cara di
blender, di sentrifuga dengan larutan aseton dan n-heksan selama 4 kali dan
setiap kali sentrifuga dibuang airnya. Sentrifuga adalah metode sedimentasi untuk
memisahkan partikel-partikel dari suatu fluida berdasarkan berat jenisnya dengan
memberikan gaya sentripetal. Tujuan dilakukan sentrifuga adalah untuk
memisahkan komponen air yang terdapat dalam tomat. Prinsip sentrifuga adalah
didasarkan pada pemisahan molekuler dari sel atau organel subseluler sehingga
partikel yang tersuspensi di sebuah wadah akan mengendap ke dasar wadah
karena adanya gaya gravitasi. Setelah itu, campuran tersebut disaring, dimana
tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan larutan dari endapannya sehingga
diperoleh filtratnya. Filtrat hasil sentrifuga dengan pelarut air dan n-heksan
kemudian dievaporasi sehingga akan menghasilkan pelarut dan ekstak n-heksan.
Evaporasi adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa
berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Evaporator berfungsi untuk
menghilangkan n-heksan sehingga diperoleh ekstrak pekat yang bebas dari n-
heksan.
Perlakuan selanjutnya yaitu proses pengkoloman. Dalam kolom
dimasukkan kapas agar gel silica tidak keluar kolom sehingga gel silica dapat
berinteraksi dengan baik dengan sampel. Silicagel yang telah siap, dituangkan ke
dalam kolom yang telah terisi n-heksan dan penuangannya dilakukan secara
merata dan melalui dinding kolom agar homogen dan pemisahan dapat optimal.
Tujuan digunakan gel silica adalah untuk menyerap dan menahan larutan agar
tidak langsung turun. Dalam perlakuan ini, keran dibagian kolom harus tetap
mengalir agar hasil eluat yang didapat baik dan gel silica dapat menyerap sampel.
Dalam hal ini, sampel akan terdistribusi secara teratur melalui permukaan gel
silica, dimana proses yang terjadi adalah adsorpsi yakni penyerapan suatu zat pada
permukaan zat lain sehingga eluen dapat membawa sampel yang tidak terserap
oleh gel silica akan keluar terelusi keluar kolom. Eluen yang digunakan untuk
mengelusi adalah campuran n-heksan dan aseton dengan perbandingan 8:2. Hal
ini dilakukan agar senyawa yang bersifat non polar dan polar akan terpisah.
Senyawa yang bersifat polar akan diserap oleh gel silica sedangkan senyawa yang
bersifat non polar akan terelusi oleh eluen yang bersifat non polar.
Selanjutnya dari setiap penambahan eluen yang berbeda ditampung
fraksi-fraksinya kemudian diidentifikasi dengan menggunakan metode
kromatografi lapis tipis untuk mengetahui ada berapa senyawa yang terdapat
dalam fraksi tersebut. Pelarut yang telah dibuat dimasukkan dalam chamber
hingga larutan menjadi jenuh. Hal ini dilakukan agar proses elusi berjalan dengan
baik dan untuk memperkecil penguapan pelarut serta akan menghasilkan bercak
(noda) yang lebih baik. Kemudian dilakukan pentotolan, dimana penotolan
dilakukan harus tegak lurus agar didapat spot atau noda yang baik. Penotolan pada
plat yang telah kering dilihat dengan sinar UV, dimana sinar UV akan
memperlihatkan plat tampak bernoda. Hasil yang diperoleh adalah fraksi 1 pada
plat tidak mempunyai noda. Hal ini disebabkan fraksi yang diperoleh dari
pengkoloman telah menguap duluan sebelum ditotol. Sedangkan fraksi 2 pada plat
hanya mempunyai satu spot noda sehingan Rf yang dihasilkan adalah 0,5 cm.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan lapis tipis pada proses isolasi dan
pemurnian senyawa bahan alam dapat dilakukan dengan cara mengelusi
sampel tersebut dalam suatu kolom dengan fasa diam berupa padatan seperti
silica gel dan fasa gerak berupa campuran pelarut. Sedangkan pada
kromatografi lapis tipis, sampel ditotolkan pada plat kemudian dikembangkan
dalam sistem pelarut yang telah jenuh dan hasilnya (identitasnya) dinyatakan
dengan harga Rf.
2. Prinsip dasar kromatografi kolom dan lapis tipis, dimana prinsip kromatografi
kolom adalah berdasarkan perbedaan daya serap dari masing-masing
komponen, dimana senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga
turun lebih lambat daripada senyawa nonpolar terserap lebih lemah dan turun
lebih cepat. Sedangkan prinsip kromatografi lapis tipis adalah memisahkan
sampel berdasarkan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan,
dimana semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel
akan semakin terbawa oleh fase geraknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hilmi, A., Sudjarwo, dan Asri, D., 2013, Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri untuk Penetapan Kadar Kolkisin Dalam Infus Daun Kembang Sungsang (Gloriosa superb L inn.), Jurnal Berkala Ilmiah Kimia Farmasi, Vol. 2 (2).
Khopkar, 2008, Kimia Analiti, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Marliah, A., Mardhiah, H., dan Indra, M., 2012, Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Tomat (Lycopersicum esculentum L), Jurnal Agrista, Vol. 16 (3).
Naid, T., Andi, M., dan Mas, I.O.M., 2013, Analisis Kadar β-Karoten pada Buah Pare (Momordica charantia L.) Asal Ternate Secara Spektrofotometri UV-Vis, Jurnal Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16 (3).
Wonorahardjo, S., 2013, Metode-Metode Pemisahan Kimia, AkademiaPermata, Jakarta.