modul kimor

26
1 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA DEPARTEMEN TEKNIK GAS DAN PETROKIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2006

Upload: yuki-desiandini

Post on 29-Jun-2015

870 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: modul KIMOR

1

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA DEPARTEMEN TEKNIK GAS DAN PETROKIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2006

Page 2: modul KIMOR

2

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1Tata Tertib Praktikum 2Susunan Penulisan Laporan Praktikum Kimia Organik 3Modul 1 Hidrokarbon 5Modul 2 Alkohol 11Modul 3 Lemak, Minyak, Sabun dan Deterjen 15Modul 4 Penentuan Kandungan Klorofil Dalam Daun Tumbuhan Hijau 19Modul 5 Penentuan Kandungan Protein 23Modul 6 Penentuan Tingkat Keasaman Minyak Goreng 25Daftar Pustaka

Page 3: modul KIMOR

3

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Semua praktikan wajib mengenakan jas lab yang berwarna putih selama melaksanakan praktikum.

2. Semua praktikan wajib hadir 10 menit sebelum tes awal dimulai, dan menandatangani daftar hadir.

3. Semua praktikan wajib menyerahkan berkas Laporan Pendahuluan dan Jurnal Praktikum kepada asisten sebelum praktikum dimulai. Berkas tersebut dapat diminta lagi kepada asisten setelah mengikuti tes awal.

4. Semua praktikan wajib mengikuti tes awal sebelum percobaan dilakukan sampai asisten yang bertanggungjawab menilai bahwa yang bersangkutan pantas dan mampu melaksanakan modul percobaan yang telah ditentukan. Apabila praktikan tidak mengikuti tes awal, percobaan dinyatakan GUGUR. Tes awal berlangsung 10-20 menit.

5. Semua praktikan wajib mencatat semua hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan di dalam Jurnal Praktikum. Pada akhir percobaan semua hasil pengamatan harus diketahui dan ditandatangani oleh asisten.

6. Laporan Praktikum harus diserahkan kepada asisten satu minggu setelah praktikum. Keterlambatan penyerahan akan dikenai sanksi yaitu tidak boleh mengikuti praktikum pada hari penyerahan Laporan Praktikum.

7. Laporan praktikum yang belum memenuhi persyaratan harus diperbaiki, dan diserahkan kepada asisten yang bersangkutan paling lambat satu minggu setelah dinyatakan perlu perbaikan.

8. Peminjaman alat-alat praktikum harus seijin petugas laboratorium dan dikembalikan kepada petugas dalam keadaan yang sama.

9. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus membersihkan meja kerja dan alat-alat praktikum serta mengatur kembali letak bahan dan alat praktikum.

10. Penggunaan alat-alat dan pemakaian bahan kimia harus hati-hati, tidak boleh sampai ada bahan kimia yang tercecer atau tumpah.

11. Kerusakan alat atau bahan yang terbuang yang terjadi karena kesalaha kerja dan atau kelalaian praktikan, wajib diganti oleh praktikan dengan alat/bahan yang sama.

12. Bersikap sopan pada petugas laboratorium dan asisten. 13. Ketidakhadiran praktikan pada waktu yang telah dijadwalkan mendapatkan sanksi

dinyatakan GUGUR, kecuali ada alasan kuat seperti musibah/kemalangan yang tidak terhindarkan.

14. Ketidakhadiran karena sakit, percobaannya dapat dilakukan di luar jadwal praktikum dengan persetujuan asisten, setelah mendapat ijin dari Dosen Kordinator Praktikum. Dispensasi penjadwalan ulang karena sakit hanya diperbolehkan satu kali selama periode praktikum.

15. Ketentuan lulus praktikum: − Telah mengikuti tes awal dan menyerahkan Laporan Pendahuluan dan Jurnal

sebelum praktikum dimulai. − Telah melaksanakan semua percobaan pada semester yang sama dan dinyatakan

lulus oleh asisten. − Menyerahkan laporan praktikum untuk semua percobaan yang telah dilaksanakan

dan dinilai oleh asisten. − Lulus ujian akhir praktikum.

Page 4: modul KIMOR

4

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

1. PENULISAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN JURNAL

Tanggal MODUL 1:

JUDUL

I. TUJUAN II. PRINSIP KERJA III. BAHAN DAN ALAT IV. PROSEDUR DAN PENGAMATAN

PERC. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN

A 1. 2. 3. 4.

B 1.

2. 3. 4.

Praktikan : Nama/NPM : 1. ………. Tanda tangan asisten 2. ………. ( )

2. PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

A. KULIT LUAR (COVER)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK SEMESTER GENAP 200…/200…

KELOMPOK : NAMA : 1.

2. NPM : 1.

2.

LABORATORIUM DASAR PROSES KIMIA DEPARTEMEN TEKNIK GAS DAN PETROKIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 200…

Page 5: modul KIMOR

5

B. ISI

Tanggal MODUL 1

JUDUL

I.

TEORI

II.

PENGOLAHAN DATA

III.

ANALISIS HASIL PENGAMATAN

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

V.

JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

VI. DAFTAR PUSTAKA KELOMPOK : 1. ………………….NPM ………………. 2. ………………….NPM ………………. Tanda tangan asisten, (…………………….)

Page 6: modul KIMOR

6

MODUL 1

HIDROKARBON

1. Peralatan

Tabung reaksi 10x 75 mm Tabung reaksi 16 x 150 mm Acetylene generator Pipet tetes Kaca arloji Rak tabung reaksi

2. Bahan-bahan

Heptana 1-oktena toluene xylena 1-butanol karbon tetraklorida 1% bromin dalam karbon tetraklorida paku payung 1% larutan potasium permanganat sample hidrokarbon yang tidak diketahui kalsium karbida kertas lakmus biru

3. Pendahuluan

Banyaknya jenis senyawa organik tidak terlepas dari kemampuan atom karbon untuk mengikat satu sama lain dan jumlah unsur-unsur yang mampu membentuk ikatan dengan gugus karbon yang sudah ada. Untuk menyederhanakan masalah ini, maka disepakati bahwa senyawa hidrokarbon adalah senyawa dengan ikatan hidrogen dan karbon saja.

Hidrokarbon memiliki jumlah ikatan yang sangat banyak, tetapi dapat

dikelompokkan sesuai dengan ciri khas strukturnya. Dimana struktur-struktur ini juga disesuaikan dengan kereaktifan kimia secara umum. Sehingga tiap kelompok dapat dikelompokkan dari struktur maupun kereaktifannya. Pada percobaan ini, praktikan akan mengujicobakan kereaktifan kimia dari hidrokarbon jenuh, tidak jenuh dan aromatik.

Stuktur Hidrokarbon

Hidrokarbon dikatakan jenuh apabila jumlah hidrogen yang terikat pada karbonnya sudah maksimal. Hal ini terjadi bila atom karbon terikat satu sama lain dengan ikatan tunggal atau yang dikenal sebagai ikatan sigma (σ). Etana merupakan contoh hidrokarbon jenuh berdasarkan kriteria ini.

Page 7: modul KIMOR

7

H C

H

C

H

H

H

H

Hidrokarbon tak jenuh memiliki jumlah hidrogen yang terikat lebih sedikit

daripada jumlah maksimal yang mampu diikatnya. Senyawa jenis dipastikan memiliki ikatan rangkap sehingga jumlah total ikatan kovalen pada tiap atom karbon sebanyak empat. Contoh senyawa jenis ini adalah etilen dan acetilen

C C

H

H

H

H

Ethylene

C CH H

Acethylene

Ikatan karbon rangkap pada etilen terdiri dari sebuah ikatan σ seperti yang terdapat

pada hidrokarbon jenuh dan sebuah ikatan jenis pi (π). Keduanya bersama-sama membentuk ikatan rangkap. Sedangkan acetilen memiliki ikatan rangkap tiga yang terdiri dari satu ikatan σ dan dua ikatan π.

Hidrokarbon aromatik memiliki ikatan yang unik antara karbonnya yang susah untuk dideskripsikan. Pada benzene, salah satu jenis hidrokarbon aromatik, semua ikatan karbon-karbonnya (6 ikatan) identik. Dua contoh jenis ikatan benzene, a dan b, memiliki ikatan tunggal dan double yang bervariasi.

(a) (b) (c) Akantetapi, keduanya mewakili jenis molekul yang berbeda. Strutur c, yang

menggunakan lingkaran dalam heksagon, dapat lebih diterima. Lingkaran ini mewakili enam elektron yang terdistribusi secara merata pada ikatan π aromatik di keenam atom karbonnya. Ikatan yang diwakili oleh sisi-sisi hexagonal adalah ikatan σ. Struktur c dapat digunakan untuk mewakili semua jenis ikatan karbon-karbon dalam benzen secara benar.

Kereaktifan Hidrokarbon Ikatan σ pada hidrokarbon jenuh (alkana) sangat stabil sehingga sangat tidak

reaktif. Pada temperatur tinggi, hidrokarbon jenuh bereaksi dengan oksigen (pembakaran). Pada reaksi tersebut, ikatan karbon-karbon diputus dan produknya adalah karbondioksida dan air. Jika pembakarannya tidak efisien, maka yang terbentuk adalah karbon monoksida atau bahkan karbon tunggal (soot). Tetapi secara umum hidrokarbon jenuh terbakar dengan lebih efisien daripada jenis hidrokarbon lainnya.

Ikatan karbon-hidrogen dari alkana dapat digantikan oleh halogen. Persamaan reaksi yang umum dengan bromin adalah sebagai berikut :

R H + Br2 R Br + HBrheat

Perhatikan bahwa HBr adalah produk dari reaksi tersebut. Untuk bereaksi dengan halogen diperlukan heat ataupun energi yang ringan.

Page 8: modul KIMOR

8

Ikatan π pada hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna) bersifat reaktif dan mempermudah terjadinya reaksi tambahan. Pada reaksi ini, sebuah molekul seperti bromin membentuk dua ikatan tunggal karbon-bromin yang setara dengan energi ikatan π. Etilen bereaksi dengan bromin membentuk 1,2-dibromoetana.

C C

H

H

H

H

C C

H

Br

H

Br

H

H

Br2

(colorless) (red-brown) (colorless)

+

Reaksi tersebut dapat terjadi pada suhu ruang. Sebagai hasilnya, karakteristik

warna merah kecoklatan pada bromin menghilang. Perlu diperhatikan juga bahwa tidak terbentuk HBr seperti pada reaksi substitusi hidrokarbon jenuh pada reaksi ini. Acetilen yang memiliki dua ikatan π juga mengalami reaksi lanjutan :

C CH H Br C

H

C

Br

H

Br

Br

+ 2Br

(colorless) (red-brown) (colorless) Ikatan π juga merupakan pusat serangan oleh oxidizing agents. Sebagai contoh,

larutan potasium permanganat yang netral bereaksi dengan alkena dan akuna sehingga menghasilkan dialkohol. Secara visual, reaksi ini diikuti dengan hilangnya warna ungu dari potasium permanganat dan terbentuknya warna coklat sebagai wujud dari manganese dioxide. Percobaan untuk menguji reaksi tak jenuh disebut test Baeyer.

HC CHR R C

OH

C

H

OH

R

H

+ 2 KMnO4 + 4 H2O + 2MnO2 (s) + 2 KOH3 R 3(purple) (brown)

Jaringan π dari senyawa aromatik dipertahankan selama reaksi. Bahkan grup yang

sudah jenuh yang terikat pada cincin benzene bisa diserang oleh axidizing agents dengan energy yang sangat besar. Produk yang selalu dihasilkan ketika alkyl group tunggal terikat pada cincin benzene adalah asam benzoid.

CH2CH2CH3 CO2H

+ 2 CO2 + 3 H2O

Benzoic Acid

oxidazing

agent

Atom hidrogen dari benzene bisa disubstitusikan oleh bromin. Akantetapi,

diperlukan katalis Fe. Perhatikan bahwa reaksi berikut ini adalah reaksi substitusi dan HBr terbentuk.

Page 9: modul KIMOR

9

Br

+ Br2 + HBrFe

4. Prosedur Percobaan Perhatikan bahwa limbah organik harus dibuang ke tempat yang tersedia. Catatan : 1. Lakukan semua percobaan di bawah ini. 2. Percobaan A sampai D menggunakan tiga hidrokarbon yakni, heptana, 1-oktana dan

toluena. Gunakan tabung reaksi yang bersih dan kering untuk semua reaksi. Struktur ketiga hidrokarbon tersebut adalah :

CH3(CH2)5CH3 CH2=CH(CH2)5CH3Heptane 1-Octane Toluene

CH3

3. Kebanyakan alkana mengandung pengotor alkena. Untuk membersihkannya, alkana dicampur dengan H2SO4 dengan perbandingan alkana : H2SO4 = 3:1. Terbentuk lapisan, dimana lapisan bawah yang lebih gelap (H2SO4) dipisahkan. Lapisan alkana yang tersisa diperlakukan ulang dengan H2SO4 hingga tidak terbentuk lagi lapisan yang lebih gelap. Setelah itu, alkana dicuci dengan air. (Hati-hati dengan larutan H2SO4, dikerjakan hanya oleh orang yang sudah berpengalaman)

A. Kelarutan Hidrokarbon.

1. Kocoklah secara perlahan 0.5 ml heptana dengan 5ml pelarut air dalam tabung reaksi 16x150 mm untuk menguji kelarutannya. Catatlah hasil pengamatan Anda.

2. Ulangi langkah 1dengan sampel 1-Oktana dan toluena, masing-masing dengan takaran yang sama.

3. Ganti pelarut dengan 1-butanol dan ligroin (campuran alkana), ulangi langkah 1 dan 2 di atas dengan takaran yang sama.

B. Flammability Hidrokarbon

Hati-hati : hidrokarbon sangat mudah terbakar, dan uapnya sangat ekplosif di udara. Berhati-hatilah dengan apinya. Jangan menambah kuantitas dari hidrokarbon selain daripada yang sudah ditentukan. 1. Teteskan 3 tetes dari salah satu jenis sampel hidrokarbon pada kaca gelas, dengan

menggunakan korek, nyalakanlah hidrokarbon tersebut. 2. Amati type dan warna nyalanya, karbon yang terdapat dalam nyala tersebut dan

jumlah residu yang tertinggal. 3. Ulangi langkah di atas untuk kedua sampel hidrokarbon lainnya. 4. Catat hasil pengamatan Anda.

C. Perilaku Bromin dalam Karbon Tetraklorida.

1. Masukkan 1ml bromin dalam karbon tetraklorida dalam tabung reaksi kecil. 2. Tambahkan 10-20 tetes dari sampel hidrokarbon, perhatikan perubahan warnanya. 3. Bila tidak terjadi perubahan warna setelah tetes ke-20, tambahkan iron tack, dan

biarkan selama 5 menit.

Page 10: modul KIMOR

10

4. Bila masih tidak terdapat perubahan warna, panaskan larutan tersebut dalam water bath panas selama 15-20 menit.

5. Untuk mengetes terdapatnya kandungan hidrogen bromid, letakkan kertas lakmus biru lembab di mulut tabung reaksi.

6. Ulangi percobaan dengan kedua sampel hidrokarbon lainnya. 7. Catatlah hasil pengamatan Anda.

D. Reaksi dengan Potassium Permanganat 1. Tempatkan 1ml sampel hidrokarbon dalam tabung reaksi kecil. 2. Tambahkan 3 tetes dari larutan 1% potasium permanganat. 3. Kocok tabung reaksi tersebut, perhatikan semua perubahan yang terjadi. Berapa

waktu yang dibutuhkan sebelum perubahan terjadi? 4. Ulangi dengan sampel hidrokarbon lainnya. 5. Catat hasil pengamatan Anda.

E. Pengelompokkan Zat 1. Dapatkan sampel hidrokarbon yang tidak diketahui dari asisten praktikum Anda. 2. Lakukan tes untuk menggelompokkann sampel-sampel tersebut menjadi

hidrokarbon saturated, unsaturated dan aromatik.

F. Preparasi dan Sifat-Sifat Kimia dari Acetylene. 1. Perhatikan alat percobaan acetylene yang terdiri dari sebuah botol kering 250 ml

dengan dua buah karet stopper, sebuah saluran dropping, tubing kaca dan karet yang sesuai. (Lihat Gambar).

2. Beberapa potongan kalsium karbid (CaC2) dimasukkan dalam botol kering tersebut.

3. Penambahan air yang berhati-hati dan sedikit demi sedikit akan menghasilkan gas acetylene.

4. Untuk mengeringkan tabung reaksi 16x150mm yang mengandung 10 tetes dari larutan 1% bromin dalam karbon tetraklorida, tambahkan sekitas 3ml karbon tetraklorida. Alirkan acetylene ke larutan tersebut. Perhatikan perubahan yang terjadi.

5. Untuk tabung reaksi 16x150 mm yang mengandung 3 tetes dari larutan 1% potasium permanganat, tambahkan sekitar 3ml air. Alirkan acetylene ke larutan tersebut hingga warna permanganatnya menghilang. Jika reaksinya lamban, kocok dan teruskan dengan aliran acetylene. Ulangi hingga terjadi penghilangan warna. Perhatikan Perubahan yang terjadi.

6. Catatlah hasil pengamatan Anda. 5.Pertanyaan

Berikan produk hasil dari reaksi berikut ini : a . C H 3 C H 2 C H 3 + O 2

h e a t

b.

CH3

CH3

heat

KMnO4

Page 11: modul KIMOR

11

c. CH2CH3

heatKMnO4

d.

C C

H3C

H3C

CH3

CH3

Br2

CCl4

e.

CH3C CCH2CH3Br2

CCl4 f.

CH3CH2CH2CH=CH2KMnO4

g.

CH3

CH3

Br2

Fe

h.

CaC2 + H2O

Page 12: modul KIMOR

12

MODUL 2

ALKOHOL

1. Peralatan Tabung reaksi 10x75 mm Tabung reaksi 16x150 mm Beaker glass Pipet tetes Rak tabung reaksi.

2. Bahan-Bahan

Metanol Etanol 1-propanol 2-propanol 1-butanol 2-butanol 2-metil-2-propanol 1-pentanol 1-oktanol Larutan sodium dikromat 1% (Na2Cr2O7.2H2O Larutan NaOH 3M Larutan HCl 6M Larutan iodine-potassium iodide Lucas reagent

3. Pendahuluan

Alkohol bisa dianggap sebagai analog organik dari air. Di dalam alkohol, gugus

hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon jenuh bukan pada atom hidrogen seperti pada air. Kehadiran gugus hidroksil menghasilkan sifat-sifat fisika dan kimia yang sangat berbeda dibandingkan pada hidrokarbon. Struktur dari gugus hidroksil yang sangat berpengaruh pada karakteristik alkohol merupakan ikatan polar hidrogen-oksigen serta satu pasang elektron dari atom oksigen.

Beberapa perbedaan kimia dari alkohol tergantung pada struktur gugus alkilnya. Salah satu hal yang penting adalah banyaknya atom karbon yang terikat pada gugus –C-OH. Alkohol primer, sekunder dan tersier memiliki 1,2, dan 3 gugus karbon secara berurutan, yang terikat pada atom karbon yang terikat pada atom oksigen.

H

CR OH

H

Primary Alcohol

R C

R

OH

H

Secondary Alcohol

R

CR OH

RTertiary alcohol

Gugus hidroksil dari alkohol dapat berikatan hidrogen dengan air. Itulah sebabnya,

alkohol lebih terlarut dalam air daripada dalam hidrokarbon. Semua alkohol dengan berat molekul yang rendah terlarut sempurna dalam air, sedangkan kelarutan dari alkohol dengan berat molekul tinggi mendekati kelarutan alkana. Dengan bertambahnya ukuran gugus alkil, gugus hidroksil yang polar memberikan kontribusi yang semakin sedikit terhadap sifat-sifat fisika alkohol secara keseluruhan.

Page 13: modul KIMOR

13

Proton dari gugus air bersifat lebih asam daripada proton dari gugus hidroksil. Oleh karena itu, proton dari gugus hidroksil hanya bisa dinetralkan dengan basa kuat.

Proton dari gugus hidroksil dari air bisa dikurangi oleh logam aktif dan menghasilkan gas hidrogen. Reaksi ini sejalan dengan reaksi logam aktif dengan air.

2 ROH + 2 Na → 2 RONa + H2 2 HOH + 2 Na → 2 NaOH + H2 Laju reaksi ini tergantung dari keasaman alkohol. Komponen yang paling asam

bersifat paling reaktif terhadap natrium. Gugus hidroksil dari alkohol bisa digantikan oleh gugus lain seperti halogen. Laju

dari reaksi seperti ini tergantung dari struktur gugus alkilnya. Penggantian gugus hidroksil oleh gugus kloro bisa dilakukan dengan beberapa jenis pereaksi. Salah satu contohnya adalah reagen Lucas yang terdiri dari ZnCl2 dan HCl.

2ZnCl

2ROH + HCl RCl + H O⎯⎯⎯→ Pada alkohol tersier, reaksi terjadi secara cepat pada suhu kamar. Alkohol sekunder bereaksi dalam 5-10 menit. Alkohol primer akan bereaksi setelah berjam-jam pada suhu kamar. Karena alkil klorida tidak terlarut dalam reagen Lucas, maka kekeruhan di larutan menandakan reaksi telah terjadi. Waktu yang dibutuhkan untuk memulai reaksi mengindikasikan jenis struktur dalam alkohol.

Alkohol primer, sekunder dan tersier memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap zat-zat pengoksidasi. Salah satu jenis zat pengoksidasi yang umum adalah natrium dikromat (Na2Cr2O7) dalam larutan asam sulfat encer. Alkohol primer teroksidasi menjadi aldehida, yang kemudian teroksidasi menjadi asam. Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton yang tidak mengalami oksidasi lanjutan. Alkohol tersier tidak teroksidasi oleh natrium dikromat dalam asam klorida encer.

2 2 7 2 2 7

2 2 7

2 2 7

Na Cr O Na Cr O2 2HCl HCl

Na Cr O2 2HCl

Na Cr O3 HCl

RCH OH RCHO RCO H

R CHOH R C=O

R COH no reaction

⎯⎯⎯⎯→ ⎯⎯⎯⎯→

⎯⎯⎯⎯→

⎯⎯⎯⎯→

Kromium tereduksi menjadi Cr3+ pada reaksi tersebut. Larutan dikromat berwarna

kuning-kejinggaan, sedangkan larutan Cr3+ berwarna hijau. Sehingga, oksidasi alkohol oleh potasium dikromat diindikasikan oleh perubahan warna dari spesi kromium.

Alkohol dengan struktur seperti di bawah ini bereaksi secara berlanjutan dengan iodine dan NaOH untuk menghasilkan iodoform, suatu padatan kuning.

OH

CR CH3

H

O

CR CH3

O

CR CI3

O

CR O- CHI3I2

NaOHI2

NaOHI2

NaOH +

Iodoform(yellow precipitate)

Reaksi ini dapat digunakan untuk karakterisasi struktur suatu alcohol.

Page 14: modul KIMOR

14

4. Prosedur Percobaan

A. Kelarutan Alkohol dalam Air 1. Masukkan 1ml air dalam tabung reaksi kecil. 2. Tambahkan tetesan etanol sambil dikocok sampai tidak melarut lagi atau sampai

volume larutan tersebut menjadi dua kali lipat dari volume awal air. 3. Ulangi percobaan dengan sampel alkohol lainnya (1-butanol, 2-butanol, 2-metil-

2-propanol, 1-pentanol, dan 1-oktanol) 4. Karakterisasi jenis-jenis alkohol tersebut: tidak larut, sedikit terlarut, atau terlarut

sempurna. Catat dalam laporan Anda.

B. Reaktifitas Alkohol dengan Sodium 1. Asisten praktikum Anda akan mereaksikan logam natrium dengan metanol,

etanol, 1-propanol, 2-propanol, dan 2-metil-2-propanol. 2. Catat hasil pengamatan Anda dalam laporan, tuliskan persamaan kimia dari

reaksi-reaksi tersebut. 3. Susunlah alkohol tersebut berdasarkan kenaikan keasaman dari ikatan O-H nya.

C. Test Lucas 1. Masukkan 1ml 1-butanol dalam tabung reaksi 16x150 mm, tambahkan Lucas

reagent. 2. Tutuplah tabung reaksi tersebut, campurkan larutan tersebut secara sempurna

dengan mengocoknya. Biarkan dalam kondisi suhu kamar 3. Amati apa yang terjadi setelah 5 menit dan setelah 30 menit. 4. Ulangi percobaan dengan sampel lain: 2-butanol dan 2-metil-2-propanol. 5. Catatlah hasil pengamatan Anda dan tuliskan persamaan kimia dari reaksi-reaksi

tersebut. 6. Jika tidak terjadi reaksi, berilah tanda “NR”

D. Oksidasi Alkohol

1. Masukkan 1ml dari sampel-sampel alkohol dan tambahkan 10 tetes HCl 6M dalam tabung reaksi.

2. Tambahkan 1 tetes larutan 10% Na2Cr2O7 dan kocoklah. 3. Amati dan perhatikan perubahan warnanya.

E. Reaksi Iodoform 1. Larutkan 4 tetes 1-propanol dalam 1ml metanol dan 1ml air. 2. Tambahkan 2ml larutan NaOH 3M. 3. Tambahkan tetes demi tetes larutan I2-KI hingga terbentuk endapan kuning CHI3

atau munculnya warna coklat setelah pencampuran selama sedikitnya 2 menit. 4. Biarkan tabung reaksi tersebut selama 5 menit, amati perubahan yang terjadi. 5. Ulangi percobaan dengan mengganti 1-propanol dengan 2-propanol, 2-butanol,

dan 2-metil-2-propanol. 6. Catat hasil pengamatan Anda.

5.Pertanyaan

1. 1,2-Heksanadiol sangat larut dalam air, sedangkan 1-heksanol tidak. Jelaskan penyebab perbedaan ini!

2. Seorang praktikan memiliki 4 senyawa (a, b, c, d) dengan rumus kimia C4H10O. Semua senyawa tersebut bereaksi dengan natrium dan hidrogen bebas. Pada tes Lucas, senyawa d bereaksi dengan sangat cepat, b bereaksi setelah dipanaskan, sedangkan a

Page 15: modul KIMOR

15

dan c bereaksi tapi sangat lambat. Tuliskan struktur dari b dan d! Apakah struktur yang mungkin untuk a dan c?

3. Suatu senyawa dengan rumus C3H8O tidak bereaksi dengan natrium, Lucas reagent, ataupun larutan natrium dikromat. Tulislah struktur senyawa ini. Jelaskan sifatnya yang tidak reaktif tersebut !

4. Terdapat 8 senyawa isomerik alkohol dengan rumus C5H12O. Hanya dua di antaranya yang bereaksi dengan tes iodoform. Tuliskan struktur keduanya !

5. Tuliskan produk dari reaksi-reaksi di bawah ini, jika tidak terjadi reaksi tulislah “NR” : a.

OH

+ Na

b.

CH3

OHZnCl2HCl

c.

CH2OH

ZnCl2HCl

d. OH

Na2Cr2O7

dilute HCl

e. CH3

OH Na2Cr2O7HCl

f. CH2OH

Na2Cr2O7

HCl

g.

CH CH3

OH

I2NaOH

Page 16: modul KIMOR

16

MODUL 3

LEMAK, MINYAK, SABUN DAN DETERJEN 1. Peralatan

Tabung reaksi 16x150 mm Tabung reaksi 10x75 mm Peraltan refluks Pipet tetes Glass stirring rod Gelas Beaker

2. Bahan-Bahan

Minyak biji kapas Heksana Karbon tetraklorida Larutan 5% bromin dalam karbon tetraklorida etanol 95% Larutan NaOH Larutan HCl konsentrasi tinggi Serpihan sabun Kalsium klorida 0.1M Magnesium klorida 0.1M Besi (III) klorida 0.1M Larutan ammonium molybdate 0.2 M Asam nitrat 6M Kertas lakmus atau kertas penguji pH Minyak mineral.

3. Pendahuluan

Trigliserida, salah satu jenis lipida, adalah ester dari gliserol alkohol dan asam karboksilat rantai panjang.

H2C O C R

O

HC O C

O

R'

H2C O C

O

R'' Trigliserida mengandung asam dengan 8 sampai 12 karbon atom dan terdiri dari

campuran beberapa jenis asam yang berbeda. Jika sebagian besar asam tersebut tidak jenuh, maka gliserida tersebut berupa cairan dan diklasifikasikan sebagai minyak. Gliserida yang mengandung asam jenuh yang lebih banyak memiliki titik leleh yang lebih tinggi dan diklasifikasikan sebagai lemak.

Hidrolisis lemak atau minyak dengan basa untuk menghasilkan gliserol dan garam dari asamnya dikenal sebagai proses saponifikasi. Sabun adalah garam-garam dari asam

Page 17: modul KIMOR

17

karboksilat berantai panjang. Garam sodium dan potasium larut dalam air, sedangkan garam dari magnesium, kalsium, dan besi tidak terlarut dalam air.

H2C O C R

O

HC O C

O

R'

H2C O C

O

R''

+ 3 NaOH

CH2OH

CHOH

CH2OH

+

RCO2Na

R'CO2Na

R''CO2Na

Deterjen adalah garam dari aryl sulfonates atau alkyl sulfates.

A r S O 3-N a +

S o d iu m a ry l su lfo n a te

R O S O 3-N a +

S o d iu m a lk y l su lfa te

Karena garam kalsium dari aryl sulfonate dan alyl sulfate terlarut dalam air, deterjen bisa digunakan dalam air keras, sedangkan sabun akan membentuk presipitant tidak terlarut.

Setiap tahunnya, orang Amerika menggunakan jutaan kilogram deterjen untuk mencuci pakaian dan perlatan lainnya. Hampir setiap gram dari deterjen tersebut mengalir ke danau maupun sungai. Kebanyakan produk laundry mengandung phospate yang apabila sudah berada dalam perairan, akan menyuburkan pertumbuhan algae. Phosphate bertindak sebagai pupuk bagi alga dalam bentuk seperti ketika phosphate menyuburkan tanaman atau rumput di kebun. Alga mengonsumsi oksigen yang terlarut dalam air dalam jumlah banyak. Konsentrasi dari oksigen terlarut yang berkurang menyulitkan ikan-ikan atau hewan air lain, sehingga menganggu keseimbangan ekosistem.

Pada percobaan ini, deterjen komersial diujicobakan untuk mengetahui keberadaan kandungan phosphate di dalamnya. Dasar dari percobaan ini adalah reaksi kimia antara anion phosphate anion molybdate dalam larutan asam.

12Mo7O24

6- + 7 PO43- + 72 H+ → 7 PMo12O40

3- + 36 H2O Larutan ammonium molybdate, (NH4)6Mo7O24, ditambahkan pada sampel terdahulu

yang bersifat asam. Jika sampel tersebut mengandung anion phospate, presipitat ammonium phosphomolybdate (NH4)3PMo12O40 yang terpisah dengan baik dan berwarna kuning terang akan terbentuk.

Pada percobaan ini, praktikan diminta untuk membawa sendiri sedikit sampel dari deterjen cair ataupun bubuk. Pastikan sudah mengecek labelnya untuk menentukan bahwa apakah produk tersebut mengandung phospate. Ujicoba dilakukan tukaran dengan praktikan yang lain untuk mengetahui kandungan phospate.

Page 18: modul KIMOR

18

4. Prosedur Percobaan

A. Kelarutan Minyak Biji Kapas 1. Masukkan masing-masing 0.5ml (sekitar 10 tetes) minyak cottonseed ke empat buah

tabung reaksi 16x150 mm. 2. Tambahkan 1ml air ke tabung pertama, 1ml etanol ke tabung kedua, 1ml heksana ke

tabung ketiga dan 1ml karbon tetraklorida ke tabung keempat. 3. Kocoklah tabung-tabung reaksi tersebut, catatlah kelarutan dari masing-masing larutan

dalam tabung reaksi. 4. Tambahkan maing-masing 5 ml pelarut tambahan 5. Kocoklah dengan kencang masing-masing tabung, amatilah apakah minyaknya terlarut

sekarang. 6. Catatlah hasil pengamatan Anda.

B. Ketakjenuhan Trigliserida

1. Gunakanlah 2ml dari larutan antara karbon tetraklorida dan minyak cottonseed yang dipraktekkan dalam percobaan A untuk percobaan ini.

2. Tambahkan tetes demi tetes larutan bromin 5% dalam karbon tetraklorida. 3. Hitunglah jumlah tetesan yang diperlukan untuk menghasilkan efek warna bromin

terhadap larutan tersebut. 4. Larutkan 0.1 g crisco ke dalam 1ml karbon tetraklorida. 5. Ulangi langkah 2 dan 3. 6. Catatlah hasil pengamatan Anda.

C. Sabun

Perhatian : Sodium hidroksida adalah senyawa kaustik, jangan menyentuh senyawa ini. Bilaslah tangan Anda segera bila terasa bersabun. Sodium hidroksida akan menyebabkan iritasi mata dan kebutaan. Bersihkan segera peralatan yang terkontaminasi. C.1. Persiapan

1. Larutkan 5g sodium hidroksida dalam 10ml air distilasi dan dalam 25ml etanol dalam labu erlenmeyer 125ml, masukan trigliserida sebanyak 5 gr kedalam labu refluk.

2. Tambahkan beberapa boiling chip dalam labu tersebut. 3. Siapkan alat refluks seperti yang ditunjukkan gambar 14. Mintalah asisten Anda untuk

mengecek peralatan Anda. 4. Reflukkan isi dalam labu selama sekitar 30 menit atau hingga larutannya menjadi jernih

dan homogen. 5. Pindahkan larutan yang bersabun tersebut dari panas, dinginkan labunya dan

tambahkan sekitar 80ml larutan sodium klorida berkonsentrasi tinggi. 6. Aduk larutan tersebut secara menyeluruh dan kumpulkan sabun yang terpresipitasi

dengan filtrasi hisap. C.2. Perlengkapan

1. Siapkan larutan 1g sabun (dari hasil refluks sebelumnya) dalam 50ml air distilasi mendidih.

2. Siapkan larutan yang sama dengan sabun komersil dan deterjen.

Page 19: modul KIMOR

19

C.3. Sifat Alkalinitas

1. Uji pH dari tiap larutan dengan kertas lakmus . 2. Catatlah hasil pengamatan Anda.

C.4. Sifat Emulsi

1. Tempatkan masing-masing 3 tetes minyak mineral dalam 4 tabung reaksi. 2. Masukkan 5 ml air distilasi dalam tabung pertama, 5ml larutan sabun (hasil ujicoba)

dalam tabung kedua, 5ml larutan sabun komersil dalam tabung ketiga dan 5ml larutan deterjen dalam tabung keempat.

3. Kocoklah masing-masing tabung selama semenit 4. Catatlah hasil pengamatan Anda.

C5. Pengaruh dari Garam Logam 1. Masukkan masing-masing 5ml dari larutan sabun ujicoba anda dalam 3 buah tabung

reaksi. 2. Tambahkan 2ml larutan kalsium klorida 0.1M dalam tabung pertama, larutan magnesium

klorida 0.1M dalam tabung kedua dan larutan besi(III) klorida 0.1M dalam tabung ketiga. 3. Catatlah hasil percobaan Anda 4. Ulangi percobaan ini dengan larutan sabun komersil dan larutan deterjen.

D. Tes Kualitatif Phosphate dalam Deterjen 1. Percobaan uji fosfat sangat sensitif. Oleh karena itu, bilaslah tabung reaksi Anda sampai

benar-benar bersih, atau sebaiknya gunakanlah tabung reaksi baru lainnya. 2. Tambahkan sekitar 60mg fosfat (sebanyak sekitar satu butir beras) dalam tabung reaksi 3. Tambahkan 8 tetes HNO3 6M. Deterjen yang mengandung karbonat akan menyebabkan

terjadinya buih ketika HNO3 ditambahkan. Bila hal ini terjadi, tambahkan terus tetes demi tetes HNO3 hingga buih tidak terbentuk lagi. Setelah itu, tambahkan lagi 8 tetes HNO3.

4. Bila deterjennya dalam wujud cair maka gunakanlah sekitar 15-20 tetes dalam percobaan ini.

5. Dengan magnet pengaduk, campurlah larutan tersebut dengan merata. 6. Pindahkan sekitar 5-6 tetes larutan tersebut ke dalam tabung reaksi lain. 7. Tambahkan 2 tetes larutan ammonium molybdate 0.2M, dan hangatkan tabung dalam air

panas selam sekitar 5 menit. 8. Bila terdapat kandungan fosfat maka akan timbul presipitan kuning.

5. Pertanyaan

1. Dari semua pelarut yang dicobakan, manakah pelarut paling bagus untuk menghilangkan

noda minyak atau lemak dari pakaian ? 2. Berapa gramkah bromin yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan 1mol

trigliserida yang mengandung hanya asam oleic? 3. Mengapa kita menggunakan larutan sodium klorida pekat untuk mempresipitasi sabun? 4. Reaksi apa yang terjadi ketika ion kalsium ditambahkan ke larutan sabun ? 5. Apakah kelarutan garam logam dari larutan asam karboksilat dan alkil sulfate serupa

dengan kelarutan garam logam dari CO32- dan SO4

2- ? 6. Ion arsenat, AsO4

3- akan bereaksi dengan ammonium molybdate sama seperti fosfat. Jelaskan mengapa dan ion apa yang dihasilkan ?

Page 20: modul KIMOR

20

MODUL 4

Penentuan Kandungan Klorofil Dan Karotenoid Dalam Daun Tumbuhan Hijau 1. Peralatan

Sentrifuge Tabung sentrifuge Labu Erlenmeyer Vortexer Kuvet kaca Spektrofotometer Botol aquades Oven pengering

2. Bahan-bahan

Daun-daunan dari tumbuhan hijau Aquades Larutan aseton 80%

3. Pendahuluan

Sumber energi yang paling utama dari semua sumber kehidupan di alam ini adalah matahari. Energi yang terdapat dalam sinar matahari yang memasuki biosfer dimanfaatkan oleh sebuah proses yang dinamakan fotosintesis, yang biasanya terjadi pada tumbuh-tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri. Fotosintesis dapat juga dikatakan sebagai proses physico-chemical, dimana organisme yang melakukan fotosintesis menggunakan energi cahaya untuk mensintesis senyawa-senyawa organik. Proses fotosintesis tergantung pada sebuah set molekul protein kompleks yang berlokasi di dalam dan sekitar sebuah membran yang sangat terorganisir. Melalui serangkaian reaksi transfer energi, mesin fotosintetik tersebut mengubah energi cahaya menjadi sebuah bentuk stabil yang dapat bertahan selama ratusan juta tahun.

Pada tumbuh-tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri, proses fotosintesis menghasilkan suatu pelepasan oksigen molekular dan penghilangan karbon dioksida dari atmosfer, yang akan digunakan untuk mensitesa karbohidrat (fotosintesis oksigenik). Sedangkan ada beberapa jenis bakteri yang menggunakan energi cahaya untuk membuat senyawa organik tetapi tidak menghasilkan oksigen (fotosintesis anoksigenik). Fotosintesis menyediakan energi dan mengurangi karbondioksida yang diperlukan untuk kelangsungan semua kehidupan di muka bumi ini, juga oksigen molekular yang sangat diperlukan untuk kehidupan organisme yang mengkonsumsi oksigen, termasuk manusia. Juga bahan-bahan bakar yang dibakar untuk menyediakan energi bagi aktivitas kehidupan manusia dihasilkan oleh organisme-organisme fotosintetik pada zaman dahulu. Meskipun fotosintesis terjadi di dalam sel atau organela yang sesungguhnya hanya berukuran beberapa mikron, tetapi proses ini dapat berdampak pada lapisan atmosfer bumi dan iklim.

Pada tumbuhan-tumbuhan proses fotosintesis terjadi didalam kloroplast, dimana organela-organela ditemukan di dalam sel. Kloroplast menyediakan energi dan karbon tereduksi yang diperlukan untuk pertumbuhan tumbuhan dan perkembangannya, sementara itu tumbuhan menyediakan CO2, air, nitrogen, senyawa organik, dan mineral-mineral yang penting yang diperlukan kloroplast untuk biogenesis. Kebanyakan kloroplast berada dalam sel daun yang spesial, dimana biasanya mengandung 50 atau lebih kloroplast tiap sel.

Fotosintesis digerakkan terutama oleh cahaya tampak (panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm) yang terabsorb oleh molekul pigmen (terutama klorofil a dan b, dan karotenoid).

Page 21: modul KIMOR

21

Gambar 4.1 Struktur kimia Klorofil a

Struktur kimia dari molekul klorofil a dapat dilihat pada Gambar 4.1 Pada klorofil b, CH3

pada cincin II digantikan oleh grup CHO. Tumbuhan akan kelihatan hijau dikarenakan klorofil yang dimilikinya. Cahaya yang dikumpulkan oleh 200 – 300 molekul pigmen akan yang diikat oleh protein kompleks berada di dalam membran fotosintetik.

Masing-masing klorofil ini memiliki kelebihan pada daya absorpsi terhadap panjang gelombang tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Daya absorpsi klorofil a dan b terhadap energi cahaya

Reaksi fotosintesis secara umum dibagi menjadi dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi

gelap. Pada reaksi terang terjadi reaksi transfer elektron dan proton, sedangkan pada reaksi gelap terjadi reaksi biosintesa karbohidrat dari CO2. Reaksi terang menghasilkan sintesis ATP dan NADPH untuk membentuk senyawa organik pada reaksi gelap.

Pada reaksi terang molekul air (H2O) terurai menjadi molekul oksigen (O2) dan proton (H+). Dalam reaksi tersebut dihasilkan energi dalam bentuk ATP dan NADP+. Kemudian, H+

yang dihasilkan dalam reaksi penguraian air tersebut ditangkap oleh NADP+ sehingga terbentuk NADPH. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

12 H2O + ATP + 24 NADP+ → 6 O2 + ATP + 24 NADPH

Page 22: modul KIMOR

22

Reaksi terang tersebut terjadi di dalam grana. Sedangkan reaksi gelap yang dikemukakan oleh Blackman terjadi pada stroma. Dalam reaksi gelap, ATP dan NADPH yang terbentuk pada reaksi terang digunakan untuk pembentukan glukosa dari karbon dioksida. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :

6 CO2 + 18ATP + 12NADPH → (CH2O)6 + 6 H2O Jika kedua reaksi tersebut digabungkan, akan didapat persamaan reaksi umum fotosintesis sebagai berikut :

6 CO2 + 12 H2O + energi cahaya → C6H12O6 + 6 H2O + 6 O2 Jadi reaksi gelap hanya berlangsung jika tersedia energi kimia dan proton (H+) yang

dihasilkan oleh reaksi terang. Tanpa didahului reaksi terang, reaksi gelap tak akan berlangsung.

4. Prosedur Percobaan

Persiapan Dedaunan 1. Ambil dedaunan dari pepohonan yang ada disekitar tempat tinggal Anda. 2. Keringkan dedaunan pada aliran udara panas 50oC (1-2 jam) 3. Tumbuk dengan mortar dedaunan kering tersebut hingga halus 4. Timbang berat sejumlah (sekitar 10 gram) bubuk dedaunan kering.

Pencucian Dedaunan

5. Larutkan dalam air suling secukupnya 6. Bagi sampel menjadi beberapa bagian sama rata untuk ditempatkan dalam tabung

sentrifuge. 7. Sentrifuge larutan tersebut dengan putaran 3300 g (6200 rpm) selama 10 menit 8. Pisahkan padatan bubuk dedaunan kering dari pelarutnya

Ekstraksi Dedaunan

9. Masukkan padatan bubuk dedaunan kering ke dalam tabung erlenmeyer lalu larutkan dengan sejumlah volume larutan aseton 80% (rasio larutan aseton 80% dengan sampel biasanya 1:1 atau 1:2)

10. Aduk secara merata dengan vorteks selama 30 detik (dilakukan tidak terus menerus, tetapi setiap 5 detik)

11. Diamkan hingga 5 menit 12. Bagi sampel menjadi beberapa bagian sama rata untuk ditempatkan dalam tabung

sentrifuge. 13. Sentrifuge larutan yang terjadi (3300 g/10 menit) 14. Ambil supernatan dari hasil sentrifuge larutan di atas. Supernatan merupakan larutan

bagian atas di dalam tabung sentrifuge setelah sampel melalui proses sentrifuge.

Pengukuran Chlorophyl a 15. Masukkan kuvet kaca yang berisi sampel ke dalam spektrofotometer. 16. Masukkan juga kuvet kaca yang berisi larutan aseton 80% sebagai pembanding dalam

waktu yang hampir bersamaan dengan masuknya kuvet yang berisi sampel ke dalam spektrofotometer.

17. Ukur absorbansi supernatan tersebut pada panjang gelombang 663 nm 18. Hitung konsentrasi chlorophyll a dalam supernatant dengan rumusan berikut:

CChl a = (A663nm) / 0.8204 19. Hitung jumlah khloropil a dalam padatan dengan rumusan berikut:

Chl a = CChl a x (Vaseton 80%) 20. Hitung kandungan chlorophyl a dalam deaunan kering dengan rumusan berikut:

Chl a content = Chl a / M bubuk dedaunan kering

Page 23: modul KIMOR

23

Pengukuran Carotenoid 21. Ukur absorbansi supernatan tersebut pada panjang gelombang 460 nm 22. Hitung konsentrasi Carotenoid dalam supernatant dengan rumusan berikut:

CCar = (A460nm) / 2.0 23. Hitung jumlah Carotenoid dalam padatan dengan rumusan berikut:

Car = CCar x (Vaseton 80%) 24. Hitung kandungan Carotenoid dalam deaunan kering dengan rumusan berikut:

Car Content = Car / M bubuk dedaunan kering 5. Pertanyaan

1. Pada panjang gelombang berapa klorofil diukur? Dimana letak klorofil di dalam sel? 2. Apakah kaitan antara klorofil a dengan proses fotosintesis? 3. Gambarkan struktur kimia dari klorofil b! 4. Apakah yang dimaksud dengan karotenoid? Apa fungsi β karoten dalam kaitannya

dengan kesehatan mata?

Page 24: modul KIMOR

24

MODUL 5

Penentuan Kandungan Protein 1. Tujuan:

Menentukan konsentrasi protein dari suatu sample yang tidak diketahui 2. Peralatan

Spektrophotometer Gelas beaker Tabung reaksi Pipet Micropipette

3. Bahan-bahan

Bovine Serum Albumin (BSA) Na2CO3 0.1 N NaOH NaK Tartrate H2O CuSO4.5 H2O Folin-Phenol 2 N

4. Pendahuluan

LENGKAPI DENGAN TEORI YANG BERKAITAN!

5. Prosedur Percobaan 1. Siapkan bahan-bahan berikut

A. 2% Na2CO3 dalam 0.1 N NaOH B. 1% NaK Tartrate dalam H2O C. 0.5% CuSO4.5 H2O dalam H2O D. 48 mL of A, 1 mL of B, 1 mL C E. Phenol Reagent : 1 bagian Folin-Phenol [2 N] : 1 bagian air BSA Standard - 1 mg/ mL

2. Siapkan BSA dengan 4 konsentrasi berbeda 3. Tambahkan 2 mL larutan D pada setiap tabung 4. Inkubasikan selama 10 menit pada suhu ruang. 5. Tambahkan 0.2 mL larutan phenol reagent pada setiap tabung. 6. Vortex (melakukan pencampuran dengan bantuan vibrator) segera setiap tabung tersebut

dengan segera. 7. Inkubasikan selama 30 menit pada suhu ruang. 8. Tentukan absorbansi setiap sample menggunakan spectrophotometer pada panjang gelombang

600 nm. 9. Plot absorbansi vs mg protein (BSA) untuk mendapatkan kurva kalibrasi standar. 10. Ambil sample dengan konsentrasi yang yang tidak diketahui dari asisten praktikum. 11. Ukur absorbansi sampel tersebut.

Page 25: modul KIMOR

25

12. Tentukan konsentrasinya

6. Pertanyaan

1. Jelaskan Prinsip kerja dari metode Lowry dalam menentukan konsentrasi protein 2. Jelaskan mengenai keketerbatasan metode Lowry ini

Page 26: modul KIMOR

26

MODUL 6

Penentuan Tingkat Keasaman Minyak Goreng

1. Tujuan: Menentukan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng

2. Peralatan

1. Buret 2. Erlenmeyer 3. Labu ukur 4. Pipet volum

3. Bahan-bahan

1. Minyak goreng dengan berbagai merk. 2. KOH. 3. Benzena 4. Etanol 5. Indikator PP. 6. HCl 7. Aquades

4. Pendahuluan

LENGKAPI DENGAN TEORI YANG BERKAITAN!

5. Prosedur Percobaan

1. Buat larutan KOH dalam etanol 0.1 N dalam labu 100 mL. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N.

2. Buat campuran benzena dan etanol dengan perbandingan 1:1 dalam erlenmeyer, kemudian masukan erlenmeyer ini ke dalam air panas sambil digoyang-goyang, sampai campuran menjadi homogen.

3. Titrasi larutan (benzena + etanol) dengan KOH 0,1 N hingga larutan berubah warna dari bening jadi ungu.

4. Sementara itu, timbanglah 1 gr minyak goreng dalam erlenmeyer. 5. Campurkan larutan hasil titrasi dengan minyak goreng, kemudian teruskan titrasi

sampai terbentuk warna merah. 6. Catat volume titran yang ditambahkan.

Maka dapat dihitung nilai asam (acid value) dari minyak goreng dengan:

W

N * T * (56.11) KOH BMASAM NILAI = (3.2)

dengan:

T = volume titran KOH yang ditambahkan pada titrasi CPO N = normalitas KOH W = berat sampel CPO yang dititrasi