lp cidera kepala

23
LAPORAN PENDAHULUAN “CIDERA KEPALA BERAT” A. Pengertian Cidera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius diantara penyakit neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya (Smeltzer & Bare 2001). Resiko utama pasien yang mengalami cidera kepala adalah kerusakan otak akibat atau pembekakan otak sebagai respons terhadap cidera dan menyebabkan peningkatan tekanan inbakranial, berdasarkan standar asuhan keperawatan penyakit bedah ( bidang keperawatan Bp. RSUD Djojonegoro Temanggung, 2005), cidera kepala sendiri didefinisikan dengan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai pendarahan interslities dalam rubstansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (Sylvia anderson Price, 1985).

Upload: ferdhi-andicha

Post on 17-May-2017

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP Cidera Kepala

LAPORAN PENDAHULUAN

“CIDERA KEPALA BERAT”

A. Pengertian

Cidera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak

dan otak. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius

diantara penyakit neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil

kecelakaan jalan raya (Smeltzer & Bare 2001).

Resiko utama pasien yang mengalami cidera kepala adalah kerusakan

otak akibat atau pembekakan otak sebagai respons terhadap cidera dan

menyebabkan peningkatan tekanan inbakranial, berdasarkan standar asuhan

keperawatan penyakit bedah ( bidang keperawatan Bp. RSUD Djojonegoro

Temanggung, 2005), cidera kepala sendiri didefinisikan dengan suatu

gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai

pendarahan interslities dalam rubstansi otak tanpa diikuti terputusnya

kontinuitas otak

Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya

trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder

dari trauma yang terjadi (Sylvia anderson Price, 1985).

B. Etiologi

Cidera kepala dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya adalah :

1. Oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak misal :

kecelakaan, dipukul dan terjatuh.

2. Trauma saat lahir misal : sewaktu lahir dibantu dengan forcep atau vacum.

3. Efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak.

4. Efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak.

C. Patofisiologi

Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya karena terjatuh,

dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya

Page 2: LP Cidera Kepala

gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh. Bila trauma ekstra kranial akan

dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa

perdarahan karena mengenai pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi

terus – menerus dapat menyebabkan hipoksia sehingga tekanan intra kranial

akan meningkat. Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan

meneyebabkan robekan dan terjadi perdarahan juga. Cidera kepala intra

kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan kerusakan jaringan otak

bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial tertama motorik yang

mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas.

D. Manifestasi klinis

Cidera otak karena terkenanya benda tumpul berat ke kepala, cidera akut

dengan cepat menyebabkan pingsan (coma), yang pada akhirnya tidak selalu

dapat disembuhkan. Karena itu, sebagai penunjang diagnosis, sangat penting

diingat arti gangguan vegetatif yang timbul dengan tiba-tiba dan cepat berupa

sakit kepala, mual, muntah, dan puyeng. Gangguan vegetatif tidak dilihat

sebagai tanda-tanda penyakit dan gambaran penyakit, namun keadaannya

reversibilitas.

Pada waktu sadar kembali, pada umumnya kejadian cidera tidak diingat

(amnezia antegrad), tetapi biasanya korban/ pasien tidak diingatnya pula

sebelum dan sesudah cidera (amnezia retrograd dan antegrad). Timbul tanda-

tanda lemah ingatan, cepat lelah, amat sensitif, negatifnya hasil pemeriksaan

EEG, tidak akan menutupi diagnosis bila tidak ada kelainan EEG.

Koma akut tergantung dari beratnya trauma/ cidera. Akibatnya juga

beraneka ragam, bisa terjadi sebentar saja dan bisa hanya sampai 1 menit.

Catatan kesimpulan mengenai cidera kepala akan lebih kalau terjadi koma

berjam-jam atau seharian, apalagi kalau tidak menampakkan gejala penyakit

gangguan syaraff. Menurut dokter ahli spesialis penyakit syaraf dan dokter

ahli bedah syaraf, gegar otak akan terjadi jika coma berlangsung tidak lebih

dari 1 jam. Kalau lebih dari 1 jam, dapat diperkirakan lebih berat dan mungkin

terjadi komplikasi kerusakan jaringan otak yang berkepanjangan.

Page 3: LP Cidera Kepala

E. Klasifikasi

Berdasarkan GCS maka cedera kepala dapat dibagi menjadi 3 gradasi

yaitu cedera kepala derajat ringan , bila GCS :13-15, cedera kepala derajat

sedang, bila GCS : 9-12, Cedera kepala berat, bila GCS kurang atau sama

dengan 8

Cidera kepala diklasifikasikan menjadi dua :

1. Cidera kepala terbuka

2. Cidera kepala tertutup

1. Cidera kepala terbuka

Luka terbuka pada lapisan-lapisan galea tulang tempurung kepala

duramater disertai cidera jaringan otak karena impressi fractura berat.

Akibatnya, dapat menyebabkan infeksi di jaringan otak. Untuk pencegahan,

perlu operasi dengan segera menjauhkan pecahan tulang dan tindakan

seterusnya secara bertahap.

Fractura Basis Cranii

Fractura ini dapat terletak di depan, tengah, atau di belakang. Gejala

fractura di depan:

Rhino liquore disertai lesi di sinus-frontalis pada ethmoidal, spenoidal, dan

arachnoidal.

Pneunoencephalon, karena pada fractura basis cranii udara dari sinus

maksilaris masuk ke lapisan selaput otak encepalon.

Monokli haematoma, adalah haematoma pada biji mata, karena pada orbita

mata dan biji lensa mata memberi gejala pendarahan intracranialis pula.

Fractura bagian tengah basis cranii antara lain memberi gejala khas

menetesnya cairan otak bercampur darah dari telinga: otoliquor, melalui

tuba eustachii. Gambaran rontgen sebagai tanda khas pada fractura basis

cranii selalu hanya memperlihatkan sebagian. Karena itu, dokter-dokter

ahli forensik selalu menerima kalau hanya ada satu tanda-tanda klinik.

Page 4: LP Cidera Kepala

Gejala-gejala klinis lain yang dapat dilihat pada fractura basis cranii

antara lain anosmia (I); gangguan penglihatan (II); gangguan gerakan-

gerakan biji mata (III,IV, V); gangguan rasa di wajah (VI); kelumpuhan

facialis (VII); serta ketulian bukan karena trauma octavus tetapi karena

trauma pada haemotympanon. Pada umumnya, N. VIII - XII jaringan saraf

otak tidak akan rusak pada fractura basis cranii. Kalau fractura disebut

fractura impressio maka terjadi dislocatio pada tulang-tulang sinus

tengkorak kepala. Hal ini harus selalu diperhatikan karena kemungkinan

ini akibat contusio cerebri.

2. Cidera kepala tertutup

Pada tulang kepala, termasuk di antaranya selaput otak, terjadi

keretakan-keretakan. Dalam keadaan seperti ini, timbul garis/linea fractura

sedemikian rupa sehingga menyebabkan luka pada daerah periferia a.

meningia media, yang menyebabkan perdarahan arteri. Haematoma

dengan cepat membesar dan gambaran klinik juga cepat merembet,

sehingga tidak kurang dari 1 jam terbentuk haematomaepiduralis.

Penentuan diagnosis sangat berarti lucidum intervalum (mengigat waktu

yang jitu dan tepat). Jadi, pada epiduralis haematoma, sebenarnya jaringan

otak tidak rusak, hanya tertekan (depresi). Dengan tindakan yang cepat

dan tepat, mungkin pasien dapat ditolong. Paling sering terdapat di daerah

temporal, yaitu karena pecahnya pembulnh darah kecil/perifer cabang-

cabang a. meningia media akibat fractura tulang kepala daerah itu (75%

pada Fr. Capitis).

a. Epiduralis haematoma

Pada frontal, parietal, occipital dan fossa posterior, sin. transversus.

Foto rontgen kepala sangat berguna, tetapi yang lebih penting adalah

pengawasan terhadap pasien. Saat ini, diagnosis yang cepat dan tepat

ialah CT scan atau Angiografi. Kadangkala kita sangat terpaksa

melakukan "Burr hole Trepanasi", karena dicurigai akan terjadi

epiduralis haematoina. Dengan ini sekaligus bisa didiagnosis dan

Page 5: LP Cidera Kepala

dekompresi, sebab terapi untuk epiduralis haematoma adalah suatu

kejadian yang gawat dan harus segera ditangani.

b. Subduralis haematoma akut

Kejadian akut haematoma di antara durameter dan corteks, dimana

pembuluh darah kecil sinus vena pecah atau terjadi perdarahan. Atau

jembatan vena bagian atas pada interval yang akibat tekanan lalu

terjadi perdarahan. Kejadiannya keras dan cepat, karena tekanan

jaringan otak sehingga darah cepat tertuangkan dan memenuhi rongga

antara durameter dan corteks. Kejadian dengan cepat memberi tanda-

tanda meningginya tekanan dalam jaringan otak (TIK = Tekanan Intra

Kranial). Pada kejadian akut haematoma, lucidum intervalum akan

terasa setelah beberapa jam sampai 1 atau 2 hari. Tanda-tanda

neurologis-klinis di sini jarang memberi gejala epileptiform pada

perdarahan dasar duramater. Akut hematoma subduralis pada trauma

kapitis dapat juga terjadi tanpa Fractura Cranii, namun pembuluh darah

arteri dan vena di corteks terluka. Pasien segera pingsan/ koma. Jadi, di

sini tidak ada "free interval time". Kadang-kadang pembuluh darah

besar seperti arteri dan sinus dapat juga terluka. Dalam kasus ini sering

dijumpai kombinasi dengan intracerebral haematoma sehingga

mortalitas subdural haematoma akut sangat tinggi (80%).

c. Subrachnoidalis Haematoma

Kejadiannya karena perdarahan pada pembuluh darah otak, yaitu

perdarahan pada permukaan dalam duramater. Bentuk paling sering

dan berarti pada praktik sehari-hari adalah perdarahan pada permukaan

dasar jaringan otak, karena bawaan lahir aneurysna “pelebaran

pembuluh darah”. Ini sering menyebabkan pecahnya pembuluh darah

otak. Gambaran klinik tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit tetapi

terjadi gangguan ingatan karena timbulnya gangguan meningeal. Akut

Intracerebralis Haematoma terjadi karena pukulan benda tumpul di

daerah korteks dan subkorteks yang mengakibatkan pecahnya vena

yang besar atau arteri pada jaringan otak. Paling sering terjadi dalam

Page 6: LP Cidera Kepala

subkorteks. Selaput otak menjadi pecah pula karena tekanan pada

durameter bagian bawah melebar sehingga terjadilah "subduralis

haematoma", disertai gejala kliniknya.

d. Contusio Cerebri

Di antara yang paling sering adalah bagian yang berlawanan dengan

tipe centralis - kelumpuhan N. Facialis atau N. Hypoglossus, atau

kelumpuhan syaraf-syaraf otak, gangguan bicara, yang tergantung

pada lokalisasi kejadian cidera kepala. Contusio pada kepala adalah

bentuk paling berat, disertai dengan gegar otak encephalon dengan

timbulnya tanda-tanda koma, sindrom gegar otak pusat encephalon

dengan tanda-tanda gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi paru -

jantung yang mulai dengan bradikardia, kemudian takikardia,

meningginya suhu badan, muka merah, keringat profus, serta

kekejangan tengkuk yang tidak dapat dikendalikan (decebracio

rigiditas).

E. Pemeriksaan diagnostik

1. Spinal X ray

Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi

(perdarahan atau ruptur atau fraktur).

2. CT Scan

Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya

jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.

3. Myelogram

Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari spinal

aracknoid jika dicurigai.

4. MRI (magnetic imaging resonance)

Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta

besar/ luas terjadinya perdarahan otak.

5. Thorax X ray

Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.

Page 7: LP Cidera Kepala

6. Pemeriksaan fungsi pernafasan

Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting

diketahui bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan

(medulla oblongata).

7. Analisa Gas Darah

Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.

F. Pengobatan

Penderita trauma saraf spinal akut yang diterapi dengan

metilprednisolon (bolus 30 mg/kg berat badan dilanjutkan dengan infus 5,4

mg/kg berat badan per jam selama 23 jam), akan menunjukkan perbaikan

keadaan neurologis bila preparat itu diberikan dalam waktu paling lama 8 jam

setelah kejadian (golden hour). Pemberian nalokson (bolus 5,4 mg/kg berat

badan dilanjutkan dengan 4,0 mg/kg berat badan per jam selama 23 jam) tidak

memberikan perbaikan keadaan neurologis pada penderita trauma saraf spinal

akut.

Metilprednisolon yang diberikan secara dini dan dalam dosis yang

akurat, dapat memperbaiki keadaan neurologis akibat efek inhibisi terjadinya

reaksi peroksidasi lipid. Dengan kata lain, metilprednisolon bekerja dengan

cara:

▪ Menyusup masuk ke lapisan lipid untuk melindungi

fosfolipid dan komponen membran lain dari kerusakan.

▪ Mempertahankan kestabilan dan keutuhan

membran.

▪ Mencegah perembetan kerusakan sel-sel lain di

dekatnya.

▪ Mencegah berlanjutnya iskemia pascatrauma.

▪ Memutarbalikkan proses akumulasi kalsiun

intraseluler.

▪ Menghambat pelepasan asam arakhidonat.

Page 8: LP Cidera Kepala

G. Konsep Keperawatan

A.     Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien tergantung tipe,lokasi dan keparahan cedera dan

mungkin di persulit oleh cedera tambahan pada organ vital

a. Aktifitas dan istirahat

Gejala : merasa lemah,lelah,kaku hilang keseimbangan

Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia cara berjalan tidak

tegap, masalah dlm keseimbangan, cedera/trauma ortopedi, kehilangan tonus

otot.

b. Sirkulasi

Gejala :Perubahan tekanan darah atau normal, Perubahan frekuensi jantung

(bradikardia,takikardia yg diselingi bradikardia disritmia)

c. Integritas ego

Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian

Tanda : Cemas,mudah tersinggung,delirium,agitasi,bingung,depresi.

d. Eliminasi

Gejala: Inkontensia kandung kemih/usus mengalami gangguan fungsi

e. Makanan/cairan

Gejala : mual,muntah dan mengalami perubahan selera

Tanda : muntah,gangguan menelan

f. Neurosensori

Gejala:Kehilangan kesadaran sementara,amnesia seputar kejadian, vertigo,

sinkope,tinitus,kehilangan pendengaran, Perubahan dalam penglihatan seperti

ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagain lapang pandang, gangguan

pengecapan dan penciuman

Page 9: LP Cidera Kepala

Tanda : Perubahan kesadran bisa sampai koma, Perubahan status mental,

Perubahan pupil, Kehilangan penginderaan, Wajah tdk simetris, Genggaman

lemah tidak seimbang, Kehilangfan sensasi sebagian tubuh.

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yg berbeda biasanya lama

Tanda: Wajah menyeringai,respon menarik pd ransangan nyeri, nyeri yang

hebat,merintih.

h. Pernafasan

Tanda: Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor, tersedak,ronkhi,mengi.

i. Keamanan

Gejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan

Tanda: Fraktur/dislokasi,gangguan penglihatan, Kulit :

laserasi,abrasi,perubahan warna,tandabatle disekitar telinga,adanya aliran

cairan dari telin ga atau hidung, Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak,

Demam.

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan b/ d oedema cerebri, meningkatnya aliran darah

ke otak.

2. Nyeri b/ d peningkatan tekanan intra kranial.

3. Perubahan persepsi sensori b/ d penurunan kesadaran, peningkatan

tekanan intra kranial.

Page 10: LP Cidera Kepala

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi RasionalGangguan

perfusi

jaringan b/d

oedema

cerebri,

meningkatnya

aliran darah

ke otak.

Gangguan perfusi jaringan

tidak dapat diatasi setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x 24

jam dengan KH :

- Mampu

mempertahankan

tingkat kesadaran

- Fungsi sensori dan

motorik membaik.

- Pantau status

neurologis secara

teratur.

- Evaluasi

kemampuan

membuka mata

(spontan, rangsang

nyeri).

- Kaji respon

motorik terhadap

perintah yang

Mengkaji adanya kecenderungan

pada tingkat kesadaran dan

potensial peningkatan TIK dan

bermanfaat dalam menentukan

lokasi, perluasan dan

perkembangan kerusakan SSP

Menentukan tingkat kesadaran

Mengukur kesadaran secara

keseluruhan dan kemampuan

untuk berespon pada rangsangan

eksternal.

Dikatakan sadar bila pasien

mampu meremas atau melepas

tangan pemeriksa.

Peningkatan tekanan darah

sistemik yang diikuti dengan

penurunan tekanan darah

diastolik merupakan tanda

peningkatan TIK .

Peningkatan ritme dan disritmia

merupakan tanda adanya depresi

Page 11: LP Cidera Kepala

sederhana.

- Pantau TTV dan

catat hasilnya.

- Anjurkan orang

terdekat untuk

berbicara dengan

klien

- Kolaborasi

pemberian cairan

sesuai indikasi

melalui IV dengan

atau trauma batang otak pada

pasien yang tidak mempunyai

kelainan jantung sebelumnya.

Nafas yang tidak teratur

menunjukan adanya peningkatan

TIK

Ungkapan keluarga yang

menyenangkan klien tampak

mempunyai efek relaksasi pada

beberapa klien koma yang akan

menurunkan TIK

Pembatasan cairan diperlukan

untuk menurunkan Oedema

cerebral: meminimalkan fluktuasi

aliran vaskuler, tekanan darah

(TD) dan TIK

Page 12: LP Cidera Kepala

alat kontrol

Gangguan

rasa nyaman

nyeri b/d

peningkatan

tekanan intra

kranial.

Rasa nyeri berkurang

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x

24 jam dengan KH :

- pasien mengatakan

nyeri berkurang.

- Pasien menunjukan

skala nyeri pada angka

3.

- Ekspresi wajah klien

rileks.

- Teliti keluhan

nyeri, catat

intensitasnya,

lokasinya dan

lamanya.

- Catat

kemungkinan

patofisiologi yang

khas, misalnya

adanya infeksi,

trauma servikal.

- Berikan kompres

dingin pada kepala

Mengidentifikasi karakteristik

nyeri merupakan faktor yang

penting untuk menentukan terapi

yang cocok serta

mengevaluasi keefektifan dari

terapi.

Pemahaman terhadap penyakit

yang mendasarinya membantu

dalam memilih intervensi yang

sesuai.

Meningkatkan rasa nyaman

dengan menurunkan vasodilatasi.

Perubahan

persepsi

sensori b/ d

penurunan

kesadaran,

peningkatan

tekanan intra

kranial.

Fungsi persepsi sensori

kembali normal setelah

dilakukan perawatan

selama 3x 24 jam dengan

KH :

- mampu mengenali

orang dan lingkungan

sekitar.

- Mengakui adanya

- Evaluasi secara

teratur perubahan

orientasi,

kemampuan

berbicara, alam

perasaan, sensori

dan proses pikir.

Fungsi cerebral bagian atas

biasanya terpengaruh lebih

dahulu oleh adanya gangguan

sirkulasi, oksigenasi. Perubahan

persepsi sensori motorik dan

kognitif mungkin akan

berkembang dan menetap dengan

perbaikan respon secara bertahap

Page 13: LP Cidera Kepala

perubahan dalam

kemampuannya.

- Kaji kesadaran

sensori dengan

sentuhan, panas/

dingin, benda

tajam/ tumpul dan

kesadaran

terhadap gerakan.

- Bicara dengan

suara yang lembut

dan pelan.

Gunakan kalimat

pendek dan

sederhana.

Pertahankan

kontak mata.

- Berikan

lingkungan

tersetruktur rapi,

Semua sistem sensori dapat

terpengaruh dengan adanya

perubahan yang melibatkan

peningkatan atau penurunan

sensitivitas atau kehilangan

sensasi untuk menerima dan

berespon sesuai dengan stimuli.

Pasien mungkin mengalami

keterbatasan perhatian atau

pemahaman selama fase akut dan

penyembuhan. Dengan tindakan

ini akan membantu pasien untuk

memunculkan komunikasi.

Mengurangi kelelahan,

kejenuhan dan memberikan

kesempatan untuk tidur REM

(ketidakadaan tidur REM ini

dapat meningkatkan gangguan

persepsi sensori).

Memberikan perasaan normal

tentang perubahan waktu dan

pola tidur.

Pendekatan antar disiplin ilmu

dapat menciptakan rencana

panatalaksanaan terintegrasi yang

berfokus pada masalah klien

Page 14: LP Cidera Kepala

nyaman dan buat

jadwal untuk klien

jika mungkin dan

tinjau kembali.

- Gunakan

penerangan siang

atau malam.

- Kolaborasi pada

ahli fisioterapi,

terapi okupasi,

terapi wicara dan

terapi kognitif.

Page 15: LP Cidera Kepala

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press