case endoftalmitis
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI
Nama : Irwan
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Dalam Kota
Keluhan Umum : Mata kanan nyeri dan merah sejak 3 hari yang lalu
RPP : ± 1 Bulan yang lalu pasien operasi katarak mata kanan dengan operasi ….
± 1 Minggu yang lalu mata kanan terdapat kotoran mata + berwarna kuning.
± 3 Hari yang lalu mata kanan merah, silau +, berair -, gatal -, nyeri +, susah membuka mata kanan +, merah +, bintik putih -.
Mata kiri merah -, sakit kepala -, trauma -, demam -, pasien susah melihat jauh dikedua mata.
RPD : - Riwayat Sinusitis -
- Riwayat trauma -
- Riwayat sakit gigi -
- Riwayat Kencing Manis -
RPK : - Riwayat penyakit yang sama disangkal
- Riwayat menggunakan kacamata –
STATUS GENERALIS
Temp : afebris Pulse : 65 X / menit
RR : 22 X / menit TD : 120/80 mmHg
STATUS OPHTALMOLOGICUS
VOD : 1/300 PH( - ) VOS : 6/60 PH 6/30
TIOD : Tidak dilakukan TIOS : 15,5 mmHg BCVA : Tidak dinilai
KBM orthoforia
GBM
Palpebra Edema sup et inf Tenang
Konjungtiva Hiperemis, secret +, kemosis - Tenang
Kornea Infiltrat +, keruh +, FT -, Jernih
penggaungan -
BMD Hipopion 2/3 BMD, sedang Sedang
Iris Sulit dinilai Gambaran Baik
Pupil Sulit dinilai Bulat, Central dan Reflek Cahaya +
Lensa Sulit dinilai Keruh, Shadow Test +
Segmen Posterior :
RFOD Sulit dinilai RF +
Papil Sulit dinilai Bulat, Central, Tegas
Makula Sulit dinilai RF +
Retina Sulit dinilai Kontur Pembuluh Darah Baik
-2
-2
DIAGNOSIS KERJA
Endofthalmitis OD Post Operasi Katarak + Katarak Imatur OS
DIAGNOSIS BANDING
- Panofthalmitis
- Sellulitis
PENATALAKSANAAN
1. MRS
2. Inform Consent
3. Injeksi Subkonjungtiva Gentamisin
4. Steroid 0,1 Intravitreal
5. Asam mefenamat 3x5 00mg
6. Kultur test KOH dan Gram
7. Pro USG
8. Pro episerasi
9. Spooling RL + Povide iodine 0,5 %
10. Pro ECCE + IOL OS
11. Cek Lab + darah
PROGNOSA
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functional : Dubia
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Endoftalmitis
II.1.1 DEFINISI
Endoftalmitis merupakan peradangan berat intra okuler. Peradangan biasanya akibat infeksi
setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga
mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di
dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama
trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen).
II.1.2 KLASIFIKASI
Endoftalmitis terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Endoftalmitis Eksogen
2. Endoftalmitis Endogen
3. Endoftalmitis Fakoanafilaktik
II.1.3 ETIOLOGI
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus/ infeksi sekunder pada tindakan
pembedahan yang membuka bola mata.
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur, ataupun parasit dari fokus infeksi
di dalam tubuh. Bakteri yang merupakan penyebab adalah Staphylococcus, Streptococcus,
Pneumococcus, Pseudomonas dan basil sublitis. Jamur yang sering menyebabkan endoftalmitis supuratif
adalah Actinomyces, Aspergillus, Fitomikosis spotrikum dan Coccidioides.
Endoftalmitis fakonafilaktik adalah endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan
reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. Merupakan suatu penyakit autoimun
terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh tidak mengenai jaringan lensa yang tidak
terletak di dalam kapsul (membran basalis lensa).
II.1.4 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis berupa:
mata merah
nyeri mata (nyeri pada saat menggerakkan bola mata)
tajam penglihatan mengalami penurunan yang signifikan
edema kornea, sering dengan hipopion
sekret banyak purulen
sulit membuka kelopak mata
kemerahan pada sklera
fotofobia
II.1.5 PENATALAKSANAAN
A. Endoftalmitis akut pasca operasi
1.Antibiotika Intra Okuler
Injeksi Intravitreal merupakan pengobatan utama pada endoftalmitis akut
pasca operasi. Konsentrasi antibiotika via intravitreal lebih besar dari pada cara / rute lainnya. Infeksi
intraokuler hampir selalu terdapat pada badan kaca dimana pemakaian antibiotika topikal,
subkonjungtiva dan sistemik tidak dapat mencapai kadar terapetik pada badan kaca.
Pengobatan Endoftalmitis :
Cara Pemberian Jenis Obat Dosis
Intravitreal
Subkonjungtiva
Topikal
Sistemik
Vankomisin
Tobra/gentamisin
Dexametason
Ceftazidin
Tobra/gentamisin
Dexametason
Vankomisin
Tobra/gentamisin
Prednisolon asetat
Ceftazidin
Tobra/gentamisin
Ciprofloxasin
Prednison
1 mg/0,1cc
0,1-0,4 mg/0,1cc
0,4 mg/0,1cc
2,25 mg/0,1cc
20 mg
4 mg
50 mg/cc
14 mg/cc
1%
1 g tiap 12 jam iv
1mg /kgBB tiap12jam iv
0,5-1 g tiap 8 jam oral
1 mg /kgBB(5-10 hari)
Karena waktu pemberian antibiotika sangat menentukan, dimana makin cepat pemberian obat
maka prognosa makin baik, maka intravitreal antibiotik diberikan segera sebelum adanya hasil kultur.
Vankomisisn dianjurkan sebagai obat untuk kuman gram positif, termasuk MRSA (Methicillin resistent
Staphylococcus aureus). Obat ini tidak toksis pada dosis 1 mg/0,1 ml, selain itu obat ini mempunyai half
life yang panjang (dari 38 s/d 54 jam) pada kelici percobaan. Hasil penelitian EVS membuktikan 100%
kuma gram positif sensitif terhadap vankomisin. Pilihan terbaik untuk kuman gram negatif masih
kontroversial. Aminoglikosida (gentamisin, tobramisin atau amikasin) masih merupakan pilihan.
Rekomendasi yang dianjurkan adalah tobramisin atau gentamisin 0,1-0,4 mg/0,1cc. Teknik penyuntikan
obat intravitreal sangat penting, dimana antibiotik disuntikan dengan perlahan ke dalam badan kaca
dengan bevel jarum menghadap ke anterior untuk mencegah efek toksik pada retina. Antibiotika
intravena biasanya agak viskos, dimana apabila jarum menghadap ke posterior akan mengakibatkan
bolus obat akan terletak diatas makula. Vankomisin, ceftazidime dan dexametason secara fisik
inkompatibel sehingga bila dicampur akan timbul presipitasi. Oleh karena itu dianjurkan diberikan pada
spuit yang terpisah.
2. Antibiotika subkonjungtiva dan topikal
Tujuan pemakaian obat antibiotika secara subkonjungtiva dan topikal adalah untuk meningkatkan
konsentrasi obat terutama pada segmen anterior. Vankomisin 25mg dan / Tobramisin/Gentamisin 20
mg serta Dexametason 4-8 mg diberikan secara subkonjungtiva. Topikal Vankomisin50 mg/ml dan
tobramisin/gentamisin diberikan tiap setengah jam bergantian. Prednison asetat 1% topikal dapat
diberikan tiap 1-2 jam pada awal pengobatan.
3. Antibiotika Sistemik
Hasil penelitian EVS membuktikan bahwa injeksi intravena antibiotika tidak bermanfaat dalam
pengobatan endoftalmitis akut, dimana tidak ada perbedaan yang bermakna dalam perbaikan visus
dengan pasien yang tidak mendapat pengobatan antibiotika sistemik. Tapi beberapa penulis
menganjurkan pemakaian antibiotika sistemik pada kasus-kasus yang berat, infeksi pada satu-satunya
mata, pasien imunokompromis. Vankomisn, Cefazolin, dan ceftazidim intravena dapat diberikan untuk
mengcover kuman gram positif dan negatif. Ciprofloxasin peroral dapat diberikan karena mempunyai
efek penetrasi intraokuler yang cukup baik, tetapi mempunyai spektrum yang sempit dimana kuman
Pseudomonas dan beberapa kuman gram positif resisten terhadap ciprofloxasin.
4.Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid maíz kontroversi. Untuk mengurangi efek destruksif peradangan banyak
dokter mata memberikan steroid baik secara intravitreal, topikal, subkonjungtiva dan sistemik, yang
dikombinasikan dengan antibiotika pada kasus-kasus yang tidak ada contra indikasi pemakaian steroid
(DM,TBC,infeksi Namur, dan lain-lain). Injeksi intravitreal dexametason yang dianjurkan adalah0,4
mg/0,1 ml. Prednisolon topikal dapat diberikan tiap 1-2 jam pada awal pengobatan. Tablet Prednison
dapat diberikan 1 mg/kgBB selama 3-5 hari.
5.Vitrektomi
Tindakan vitrektomi mempunyai banyak keuntungan dalam pengobatan endoftalmitis antara lain
mengeluarkan kuman dan membran badan kaca yang akan potencial dapat menyebabkan ablasio retina,
memperbaiki distribuís antibiotika. Kontroversi maíz merupakan perdebatan apakah semua kasus
endoftalmitis harus segera dilakukan vitrektomi??. Hasil penelitian EVS pada endoftalmitis akut pasca
operasi memberikan kesimpulan bahwa pasien dengan visus projeksi cahaya pre operasi yang dilakukan
segera vitrektomi memberikan hasil visus akhir yang lebik baik daripada pasien yang mendapatkan
terapi intravitreal antibiotika saja. Akhir-akhir ini banyak pembedah melakukan vitrektomi segera pada
endoftalmitis akut dengan gejala klinis seperti kekeruhan badan kaca yang berat (dimana tidak dapat
melihat segemen posterior dengan jelas memakai oftalmoskop indirek) dan perjalanan infeksi yang
memburuk dengan pengobatan awal.
B. Endoftalmitis onset lambat pasca operasi
Kasus endoftalmitis yang terjadi lebih dari 6 minggu pasca operasi disebut endoftalmitis onset
lambat pasca operasi (delayed onset postoperative endofthalmitis).penyebab infeksi ini paling banyak
adalah S.epidermidis, P.Acnes, jamur (spesies Candida), streptococcus species, actinomyces dan
Nocardia. Gejala klinis pasien dengan endoftalmitis onset lambat tipikal dengan gambaran klinis suatu
uveitis ringan yang awalnya responsive dengan terapi steroid. Biasanya tidak disertai keluhan sakit yang
nyata. Gambaran hipopion tidak selalu ada, kadang-kadang baru terlihat dengan pemeriksaan
gonioskopi. Peradangan intraokuler yang terjadi cendrung lebih terlokalisir, dimana terdapat plaque
berwarna putih pada kapsul posterior, pada permukaan IOL. Kadang-kadang plaque ini terdapat di
perifer, yang dapat diketahui apabila pupil lebar. Plaque ini berisikan campuran sisa lensa dan
mikroorganisme (bakteri atau jamur). Infeksi jamur atau kuman P.acnes cenderung terjadi setelah
beberapa minggu bahkan bulan pasca operasi.
Pengobatan
Apabila peradangan cukup berat maka diberikan pengobatan seperti pada penatalaksanaan
endoftalmitis akut, yaitu intravitreal antibiotika, subkonjungtiva/topical dan vitrektomi. Apabila dicurigai
kuman P.acnes atau jamur, maka semua kapsul lensa dan sisa korteks harus dibersihkan. Pengangkatan
IOL dipertimbangkan apabila tidak dapat mengeluarkan seluruh jaringan yang dicurigai sebagai sumber
infeksi yang menempel pada IOL tersebut. Terapi dengan hanya intravitreal antibiotika saja telah
terbukti gagal apabila dibandingkan dengan vitrektomi. Vankomisin, penisilin dan cephalosporin efektif
untuk P.acnes. intravitreal amfoterisin B 0,005-0,01 mg terbukti tidak efektif apabila diberikan hanya
satu kali penyuntikan. Dosis yang lebih tinggi akan merusak retina. Pada penelitian experimental
endoftalmitis jamur (Candida) vitrektomi dengan intravitreal Fluconazole 2 mg/ml memberikan hasil
yang cukup baik dimana pada dosis yang cukup tinggi tersebut tidak terjadi kerusakan retina.
II.2. Katarak
II.2.1 DEFINISI
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam
kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologis lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
gambar 2. lensa dengan katarak
II.2.2 ETIOLOGI
Katarak dapat disebabkan berbagai macam faktor antara lain trauma, peradangan, gangguan
metabolik, radiasi dan proses penuaan. Perubahan biokimia terjadi pada katarak dimana terjadi
perubahan pada komposisi air, kehilangan potasium, peningkatan kalsium, peningkatan konsumsi O 2,
penurunan dari glutation, yang berhubungan dengan akumulasi atau pengurangan heksosa dan
pengurangan asam askorbat serta pengurangan protein.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Katarak juvenile yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena:
Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata
Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada
satu mata, seperti akibat uveitis anterior, glaukoma, ablasio retina, miopia tinggi, ftisis bulbi
yang mengenai satu mata
Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotonia distrofi, yang mengenai
kedua mata akibat trauma tumpul ataupun tajam
II.2.3 Klasifikasi katarak
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:
a. katarak perkembangan (developmental)
b. katarak kongenital: katarak juvenil, katarak senil
c. katarak komplikata
d. katarak traumatika
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat:
1. primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar
lensa.
2. sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. komplikasi penyakit lokal ataupun umum
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam:8,9
1. Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia dibawah setahun
2. Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia diatas setahun dan di bawah 40 tahun
3. Katarak pre senil, yaitu katarak sesudah usia 30 – 40 tahun
4. Katarak senil, yaitu katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
Dalam perkembangannya, katarak primer dibagi menjadi:
1. Stadium insipien
2. Stadium imatur
3. Stadium matur
4. Stadium hipermatur (katarak Morgagni)
1. Stadium insipien
Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk
bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien mengeluh gangguan penglihatan
seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses degenerasi belum
menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan
kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada
lensa. Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
2. Stadium imatur
Dimana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam
lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini terjadi pembengkakan lensa yang
disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini terdapat miopisasi akibat lensa yang
cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perluka camata sewaktu membaca dekat.
Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata
akan sempit atau tertutup. Pada katarak imatur maka penglihatan mulai berangsur-angsur
menjadi kurang, hali ini diakibatkan media penglihatan tertutup oleh kekeruhan lensa yang
menebal. Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji
bayangan iris atau Shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris
positif.
3.Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi kekeruhan seluruh
lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan cairan mata sehingga
ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi
normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal,dan uji bayangan
iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar
positif.
4.Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (katarak Morgagni). Pada stadium
ini juga terjadi degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks lensa yang
mencair keluar dan masuk ke bilik mata depan. Pada stadium hipermatur akan terlihat lensa
yang lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris trimulans, dan bilik mata
depan terbuka. Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh
sehingga pada stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Bayangan iris terbentuk
pada kapsul lensa anterior yang telah keruh dengan lensa yang telah mengecil. Akibat
bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
II.2. 4 GEJALA KLINIS
Gejala awal yang paling umum adalah kaburnya penglihatan jauh. Seiring dengan perkembangan
katarak, nukleus lensa mengeras sehingga meningkatkan kekuatan optik lensa pada penglihatan jarak
dekat. Penglihatan baca akan lebih sedikit dipengaruhi daripada penglihatan jauh.
Keluhan utama:
1. pandangan silau dan berkabut
2. penurunan visus yang semakin lama semakin berat
3. perasaan tidak nyaman
4. keluar air mata dan mata merah
5. kotoran mata tidak pernah ada
6. diplopia
7. lebih terang melihat pada pagi hari atau malam hari
Gejala pada katarak juvenile atau katarak pada orang dewasa cukup progresif, juga terdapat
penurunan tajam penglihatan. Besarnya penurunan tajam penglihatan tergantung dari lokasi dan tingkat
kekeruhan. Ketika kekeruhan di nukleus sentral lensa (katarak nuklear), miopia terjadi pada s2,3,5tadium
dini, sehingga pasien presbiopi dapat diketahui ketika pasien dapat membaca tanpa kacamata.
Meskipun jarang, katarak dapat menyebabkan timbulnya glaukoma sekunder dan nyeri.
Kekeruhan dibelakang kapsul posterior lensa (katarak subkapsular posterior) menimbulkan
gangguan penglihatan mencolok karena kekeruhan antara arah datangnya sinar terhadap benda.
Katarak terutama bermasalah dengan cahaya yang terang.
Perubahan diet, obat tetes mata atau obat-obatan tidak akan mencegah atau memperlambat
pembentukan katarak. Terlalu banyak membaca dan menonton televisi atau melihat pada tempat gelap
tidak akan menyebabkan atau memperburuk katarak.
II.2.5 PENATALAKSANAAN
Perubahan resep kacamata dan pengontrolan refraksi yang sering dapat membantu
mempertahankan visus selama perkembangan katarak. Dilatasi pupilari kronik (dengan phenylephrine
2,5%) berguna bagi opasitas lenticuler yang kecil. Banyak dokter mata merekomendasikan kacamata UV
atau kacamata matahari untuk dipakai dibawah sinar matahari.
Salah satu terapi katarak adalah tindakan bedah. Bedah katarak sudah berubah secara dramatis
pada 20 tahun terakhir ini, yang disebabkan oleh diperkenalkannya operasi dengan mikroskop,
instrumentasi lebih baik, benang jahit yang lebih baik dan lebih baiknya lensa okuler. Indikasi operasi
untuk operasi katarak termasuk pengkoreksian visus maksimal 20/50 (6/15) dan kelemahan visus
secara subyektif yang menghalangi aktivitas sehari-hari (seperti mengemudi, membaca, dan aktivitas
lainnya). Pandangan berbayang dapat merupakan indikasi untuk pembedahan dan paling umum dengan
katarak subkapsular posterior. Indikasi yang jarang adalah penyakit lensa (seperti glaukoma phocolytic,
uveitis) atau kebutuhan untuk menampilkan fundus pada penatalaksanna penyakit seperti retinopati
diabetik atau glaukoma.
Ekstraksi katarak biasanya menggunakan anestesi lokal dan sedasi IV. Ada 3 teknik ekstraksi
katarak : ekstraksi katarak intrakapsular, dimana terdiri dari pemindahan katarak dalam satu keping
(jarang dilakukan lagi); ekstraksi katarak ekstrakapsular, yang terdiri dari pemindahan nukleus sentral
yang luas dalam satu keping, kemudian pemindahan kortek yang lunak dalam kepingan kecil ganda, dan
fakoemulsifikasi, dimana menghancurkan nukleus sentral yang keras pada mata dengan ultrasoundm,
kemudian memecahkan ”soft cortex” menjadi pecahan kecil yang mulitpel, insisi yang terkecil
menggunakan fakoemulsifikasi, karena proses penyembuhan yang cepat.
Pada kebanyakan kasus, pemberian antibiotika topikal dan kortikosteroid dibatasi hanya untuk 4
minggu setelah pembedahan. Pasien diminta untuk menggunakan penutup mata selama tidur, dilarang
melakukan manuver valsava, mengangkat beban berat dan berjalan jauh.
“Ekstraksi katarak intra capsular (ICCE)”, yang jarang lagi dilakukan sekarang adalah mengangkat
lensa in toto yakni didalam kapsulnya melalui limbus superior 140-160 derajat.
Pada Ektraksi katarak ekstra capsular (ECCE) juga dilakukan incisi limbus superior. Bagian
anterior kapsul dipotong atau diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dibuang dari mata dengan
irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga meninggalkan kapsul posterior.
Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan irigasi atau aspirasi atau keduanya adalah teknik
ekstrakapsuler yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks
melalui incisi limbus yang kecil (2-5mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka operasi.
Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan tambahan untuk memfokuskan
benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan dengan diangkatnya lensa.
Kekuatan yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh kacamata afakia yang tebal,
lensa katarak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di dalam bola mata.
IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang difiksasi ke dalam mata atau dekat
dengan posisi lensa alami yang mengiringi ECCE. Sebuah IOL, dapat menghasilkan pembesaran dan
distorsi minimal dengan sedikit kehilangan persepsi dalam atau tajam penglihatan perifer. 9
IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan penanganan khusus dan tidak
dirasakan pasien atau diperhatikan orang lain. Dengan sebuah IOL kacamata baca dan kacamata untuk
melihat dekat biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya dibutuhkan kacamata tipis untuk penglihatan
jauh.
Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah uveitis berulang, retinopati diabetik progresif,
rubeosis iridis dan glaukoma neovaskuler.
Berikut ini dapat dilihat beberapa keuntungan dan kerugian dari beberapa tehnik bedah katarak
tersebut:
Keuntungan ECCE:
- incisi kecil
- tidak ada komplikasi vitreus
- kejadian endophtalmodonesis lebih sedikit
- edema sistoid makula lebih jarang
- trauma terhadap endotelium kornea lebih sedikit
- retinal detachment lebih sedikit
- lebih mudah dilakukan
Kerugian ECCE:
- kekeruhan pada kapsul posterior
- dapat terjadi perlengketan iris dengan kapsul
-
Keuntungan ICCE:
- semua komponen lensa diangkat
Kerugian ICCE:
- incisi lebih besar
- edema cistoid pada makula
- komplikasi pada vitreus
- sulit pada usia <40 tahun
- endopthalmitis
Keuntungan fakoemulsifikasi:
- incisi paling kecil
- astigmatisma jarang terjadi
- pendarahan lebih sedikit
- teknik paling cepat
Kerugian fakoemulsifikasi:
- memerlukan dilatasi pupil yang baik
- pelebaran luka jika ada IOL
Analisis Kasus
Endoftalmitis merupakan peradangan intra okuler. Peradangan biasanya akibat infeksi setelah trauma
atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur
di dalamnya sehingga akan memberikan abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis supuratif
adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui
peredaran darah (endogen).
Katarak imatur merupakan kekeruhan pada lensa tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa.
Kekeruhan terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Oleh karena
kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, di
pupil terlihat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
Seorang laki-laki berumur 53 tahun datang dengan keluhan utama mata kanan nyeri dan merah sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit.
Sejak 1 minggu SMRS penderita mengeluh mata kanannya terdapat kotoran mata berwarna kuning.
Sejak 3 hari SMRS penderita mengeluh mata kanannya nyeri dan merah. Daya penglihatan penderita
juga menurun, penderita merasa sakit bila menggerakkan bola mata, silau bila melihat terang, kelopak
mata kanan atas dan bawah sulit dibuka. Tidak ditemukan keluhan gatal, berair dan bintik putih di mata.
1 bulan SMRS penderita telah dilakukan operasi katarak pada mata kanannya. Penderita juga tidak
pernah merasa terkena benda asing pada mata kanannya.
Sedangkan pada mata kiri, penderita merasa penglihatannya kabur, pandangan seperti melihat asap.
Dari pemeriksaan fisik(oftalmologis), tajam penglihatan mata kanan penderita hanya mampu melihat
lambaian tangan pemeriksa. Sedangkan visus mata kiri 6/60 PH 6/30.
Pada mata kanan penderita terdapat edema palpebra superior et inferior. Pada konjungtiva ditemukan
hiperemis dan sekret. Kornea dengan keadaan keruh disertai infiltrat. Hipopion ditemukan pada 2/3
COA. Sedangkan iris, pupil, lensa dan segmen posterior mata kanan sulit dinilai. Pemeriksaan
oftalmologis pada mata kiri penderita ditemukan kekeruhan pada lensa, dan shadow test (+).
Keluhan mata merah dengan visus menurun dapat difikirkan beberapa diagnosis, antara lain keratitis,
ulkus kornea, glaukoma akut, dan erosi kornea. Pada ulkus kornea biasanya terjadi penggaungan pada
kornea, didahului defek pada kornea akibat debu atau benda asing lainnya yang tidak dilakukan
pengobatan. Pada keratitis gejala tidak terlalu berat, tidak menimbulkan nyeri gerakan bola mata. Pada
penderita kasus ini mengalami hambatan dalam menggerakkan bola mata. Glaukoma akut dapat
disingkirkan karena tidak ditemukan gejala-gejalanya diantaranya berupa sakit kepala, muntah, defek
lapangan pandang, edema kornea, BMD dangkal. Tes flouresen negatif menyingkirkan adanya erosi
kornea.
Penderita ini didiagnosis sebagai endoftalmitis OD karena menunjukkan adanya peradangan yang berat
pada jaringan intraokuler dan adanya riwayat mengalami pembedahan pada mata yang dapat
menyebabkan masuknya kuman ke dalam mata. Adapun gejala-gejala pada endoftalmitis yang juga
dijumpai pada penderita ini antara lain mata kanan nyeri dan merah, visus sangat menurun, terlihat
peradangan berat mengenai segmen anterior dan posterior berupa konjungtiva hiperemis, adanya
sekret, infiltrat pada kornea, hipopion, edema palpebra, hambatan dalam menggerakkan bola mata,
afebris. Kasus endoftalmitis banyak terjadi akibat pasca operasi. Pada panoftalmitis biasanya adanya
demam, sakit yang sangat hebat, visus nol. Sedangkan pada selulitis orbita biasanya terjadi pada anak-
anak, infeksi berasal dari sinusitis, juga ditemukan kemosis pada konjungtiva.
Sedangkan pada mata kiri penderita tergambar visus turun perlahan disertai mata tenang, disertai
kekeruhan pada lensa dan shadow test (+). Hal ini mengarah ke diagnosis katarak imatur okuli sinistra.
Diagnosis katarak imatur okuli sinistra penderita sudah sangat jelas. Diagnosis banding mata tenang
visus turun perlahan seperti glaukoma kronis dapat disingkirkan karena selain tekanan intra okuler
dalam batas normal, juga tidak ditemukan defek lapang pandang. Dan tidak ditemukan kelainan segmen
posterior, sehingga retinopati dapat disingkirkan.
Penatalaksanaan pada penderita ini yaitu penderita masuk rumah sakit untuk rawat inap. Penderita
dapat diberikan injeksi subkonjungtiva gentamisin, karena kasus endoftalmitis banyak diinfeksi bakteri
gram. Lalu diberikan steroid 0,1 intravitreal yang digunakan untuk mengurangi efek destruktif
peradangan. Injeksi intravitreal deksamethason yang dianjurkan adalah 0,4 mg/ 0,1 mL. Asam
mefenamat, dosis yang diberikan 3 X 500 mg, dengan tujuan untuk menghilangkan rasa nyeri.
Pemeriksaan kultur dilakukan dengan biopsi sampel dari cairan vitreus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pro USG dilakukan karena untuk mengetahui
keadaan cairan vitreus, seperti abses badan kaca. Pro eviserasi dilakukan bertujuan untuk mengevakuasi
badan kaca yang terinfeksi dan menghindari terjadinya simpatik oftalmia. Spooling RL+betadine
ditujukan untuk membersihkan mata (sebagai antiseptik). Caterlens dengan dosis 4X1 tetes digunakan
untuk menghambat progresivitas kekeruhan pada lensa mata kiri. Tindakan ECCE dilakukan jika keadaan
lensa sudah memenuhi indikasi operasi katarak, kemudian dilakukan pemasangan lensa tanam.
Pemeriksaan laboratorium dan darah sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
Prognosis untuk mata kanan dubia, sedangkan untuk mata kiri dubia ad bonam.