lapsus endoftalmitis

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan komplikasi yang membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya mikroorganisme ke dalam mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi intraokuler yang disebut endoftalmitis Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA. Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-pasien dengan endoftalmitis. Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka penting untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang endoftalmitis pada beberapa tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara sebagai profilaksis yang terjadinya endoftalmitis. Berikut akan diuraikan lebih jauh mengenai endoftalmitis. I.2 Rumusan Masalah I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi endoftalmitis? I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan endoftalmitis? I.3 Tujuan Page 1

Upload: putry-roro

Post on 07-Feb-2016

86 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

endoftalmitis

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Endoftalmitis

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan komplikasi yang

membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah

dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya mikroorganisme ke

dalam mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi intraokuler yang disebut

endoftalmitis

Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya ditandai

dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA.

Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan menjadi jelek pada

pasien-pasien dengan endoftalmitis.

Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka

penting untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang endoftalmitis pada

beberapa tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara sebagai profilaksis yang

terjadinya endoftalmitis. Berikut akan diuraikan lebih jauh mengenai endoftalmitis.

I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi endoftalmitis?

I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan endoftalmitis?

I.3 Tujuan

I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi endoftalmitis.

I.3.2 Mengetahui cara diagnosis dan penatalaksanaan endoftalmitis.

I.4 Manfaat

1.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu penyakit

mata pada khususnya.

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan

klinik bagian ilmu penyakit mata.

Page 1

Page 2: Lapsus Endoftalmitis

BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 63 tahun

Alamat : sikur

Pendidikan : -

Pekerjaan : Tani

Status : Menikah

Suku Bangsa : sasak

Tanggal Periksa : 16-10- 2013

No. RM : -

2.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Nyeri pada mata sebelah kanan

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli mata dengan keluhan nyeri pada mata sebelah kanan sejak

1 tahun yang lalu, Nyeri dirasakan hilang timbul dan nyeri dirasakan paling sering

pada malam hari, nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk menjalar ke seluruh kepala. Mata

sebelah kanan pasien juga merah, bengkak, sukar dibuka dan tidak bisa melihat.

Awalnya pasien mengaku 10 tahun yang lalu mata sebelah kanan merah dan sering

berair, Setelah itu pasien berobat ke dukun dan diberikan obat tradisional (buah

pinang), kemudian pasien merasakan mata kanannya semakin nyeri dan penglihatan

menurun.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (+), Diabetes Mellitus (-), Alergi makanan

dan obat (-).

4. Riwayat Penyakit Keluarga : Sakit yang sama dengan pasien (-), Alergi makanan

dan obat (-).

5. Riwayat Pengobatan : pasien berobat ke dukun dan diberikan obat tradisional

(buah pinang).

Page 2

Page 3: Lapsus Endoftalmitis

2.3 STATUS GENERALIS

Kesadaran : compos mentis (GCS 456)

Vital sign :

Tensi : 140/100 mmHg

Nadi : 87 x/ menit

Pernafasan : 24 x/ menit

Suhu : 36,70 C

2.4 STATUS OFTALMOLOGIS

Pemeriksaan OD OS

Visus :

- Tanpa koreksi

- Dengan koreksi

0

Tidak dilakukan

2/60

Tidak dilakukan

TIO N/P N/P

Kedudukan Orthophoria Orthophoria

Pergerakan Normal Normal

Palpebra

- Edema

- Hiperemi

- Trikiasis

+

+

-

-

-

-

Konjungtiva

- Bulbi: injeksi konjungtiva

- Injeksi siliar

- Hiperemi

- Injeksi silier

+

+

+

-

-

-

-

-

Kornea

- Warna

- Permukaan

- Infiltrate

Keruh

Edema

+

Arkus senilis

Cembung

-

Page 3

Page 4: Lapsus Endoftalmitis

COA

- Kedalaman

- Hifema

- Hipopion

- Flare

dangkal

-

-

+

Dalam

-

-

-

Iris / pupil

- Warna iris

- Bentuk pupil

- Reflek cahaya

Keruh

-

-

Coklat

Bulat, central

+

Lensa

- Warna

- Iris shadow

-

-

Keruh

+

Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.5 DIAGNOSIS

Diagnosis primer : OD Endoftalmitis

Diagnosis sekunder : OS Katarak senilis imatur

Differential Diagnosis : Abrasi kornea

Uveitis anterior

Konjungtivitis

Glaukoma kongestif akut

Page 4

Page 5: Lapsus Endoftalmitis

2.6 PENATALAKSANAAN

1. Infuse RL 30 Tpm

2. Cefotaxim 2x1 gram IV

3. Chlorampenicol EO Tube ∑ 2 dd 1 OD

4. Asam mefenamat capl 500 mg ∑ 3 dd 1 p.c

5. Amlodipin tab 10 mg ∑ 1 dd 1

6. Puasakan mulai jam 24.00

7. Pro OD evisceration bulbi

Pemeriksasan Penunjang

1. Rontgen Toraks

2. EKG

NSR (Normal Sinus Ritme)3. Laboratorium

Hb (14,3gr/dl)

HbSAg (-)

GDS ( 94 gr/dl)

BT ( 1’54”)

CT (4’38”))

Sekret mata

- Kuman batang gram positif (-)

- Kuman batang gram negatif (-)

- Kuman kokus gram positif (-)

- Kuman kokus gram negative (-)

Page 5

Page 6: Lapsus Endoftalmitis

OD Evisceration Bulbi

Tanggal 17-10-2013

Jam 11.30-12.00

1. Pasien tidur diatas meja operasi dalam general anastesi (GA)

2. Dilakukan desinfeksi dengan betadin 5%

3. Dilakukan evisceration, dijahit dengan benang surgerycril nomor 6/0

4. Sclera interrupted

Konjungtiva kontinues

5. Dilakukan pemasangan D.C

6. Operasi selesai

Post operasi :

1. Awasi keadaan umum dan vital sign

2. Jika pasien sadar baik, boleh mulai minum dan makan sedikit-sedikit

3. Terapi :

- Infuse RL 20 Tpm

- Kaltropin sup

- Transamin inj. 3x1 ampul IV

- Cefotaxim 2x1 gram IV

FOLLOW UP :

Post evisceration hari pertama tanggal 18-10-2013

Keadaan umum : baik

Keluhan : mata sebelah kanan terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pusing (+)

Pemeriksaan OD OS

Visus :

- Tanpa koreksi

- Dengan koreksi

Anophthalmia

Tidak dilakukan

2/60

Tidak dilakukan

Pergerakan Normal Normal

Palpebra

- Edema

- Hiperemi

- Ektropion

+

+

+

-

-

-

Page 6

Page 7: Lapsus Endoftalmitis

- Trikiasis -

Konjungtiva

- Injeksi konjungtiva

- Injeksi siliar

- Hiperemis

- Jahitan

+

+

+

Rapat, rembesan

darah (+), pus (-)

-

-

-

-

Sclera

- Jahitan Rapat, rembesan

darah (+), pus (-)

-

Kornea

- Warna

- Permukaan

- Infiltrate

-

-

-

Arkus senilis

Cembung

-

COA

- Kedalaman

- Hifema

- Hipopion

- Flare

-

-

-

-

Dalam

-

-

-

Iris / pupil

- Warna iris

- Bentuk pupil

- Reflek cahaya

-

-

-

Coklat

Bulat, central

+

Lensa

- Warna

- Iris shadow

-

-

Keruh

+

Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Terapi :

1. cefotaxim 2x1 gram IV

Page 7

Page 8: Lapsus Endoftalmitis

2. Tranexamid 3x1 ampul IV

3. Asam mefenamat capl 500mg 3 dd 1 p.c

4. Infuse dilepas / dipasang Vein Flun

FOLLOW UP :

Post evisceration hari kedua tanggal 19-10-2013

Keadaan umum : Baik

Keluhan : Tidak ada

Pemeriksaan OD OS

Visus :

- Tanpa koreksi

- Dengan koreksi

Anophthalmia

Tidak dilakukan

2/60

Tidak dilakukan

Pergerakan Normal Normal

Palpebra

- Edema

- Hiperemi

- Ektropion

- Trikiasis

-

-

+

-

-

-

-

Konjungtiva

- Injeksi konjungtiva

- Injeksi siliar

- Hiperemis

- Jahitan

-

-

+

Rapat, rembesan

darah (-), pus (-)

-

-

-

-

Sclera

- Jahitan Rapat, rembesan

darah (-), pus (-)

-

Kornea

- Warna

- Permukaan

- Infiltrate

-

-

-

Arkus senilis

Cembung

-

COA

Page 8

Page 9: Lapsus Endoftalmitis

- Kedalaman

- Hifema

- Hipopion

- Flare

-

-

-

-

Dalam

-

-

-

Iris / pupil

- Warna iris

- Bentuk pupil

- Reflek cahaya

-

-

-

Coklat

Bulat, central

+

Lensa

- Warna

- Iris shadow

-

-

Keruh

+

Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Boleh pulang, kontrol hari rabu, tanggal 23-10-2013

Terapi :

1. Cloramfenicol EO tube

2. Amoxilin tab 500 mg 3 dd I p.c

3. Asam mefenamat capl 500mg 3 dd 1 p.c

4. Amlodipine 1x10 (0-0-1)

2.7 PROGNOSIS

Dubia et malam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Vitreous Humour

Page 9

Page 10: Lapsus Endoftalmitis

Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini

merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan

molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat

sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk

meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya

pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous

akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi

Gambar 1 anatomi penampang sagital bola mata

2.2 Definisi Endoftalmitis

Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler,

disertai dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan lanjut

yang mengenai ketiga dinding bola mata, maka keadaan ini disebut panoftalmitis.

Pasien terlihat sakit disertai dengan demam, dan pada mata timbul gejala berupa

mata sakit, merah, kelopak bengkak, edema kornea, keratik presipitat, disertai hipopion,

refleks fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat

menurun. Tekanan bola mata sangat merendah dan kadang-kadang meninggi akibat massa

supuratif yang tertumpuk di dalam bola mata.

2.2 Etiologi Endoftalmitis

Penyebab peradangan ini adalah :

1. Endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya

2. Eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit

infeksi pada pembedahan.

Page 10

Page 11: Lapsus Endoftalmitis

Kuman penyebab biasanya disebabkan oleh Staphylococcus albus, Staphylococcus

aureus, proteus dan pseudomonas dengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila endoftalmitis

terjadi dalam 2 minggu setelah trauma, maka keadaan ini mungkin disebabkan karena

infeksi bakteri, sedangkan bila gejala terlambat mungkin infeksi disebabkan oleh jamur.

2.4 Epidemiologi Endoftalmitis

Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua

kasus endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang

dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi sebagai

mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran

darah ke arteri karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida dilaporkan pada

pengguna narkoba suntik telah meningkat. Jumlah orang yang beresiko mungkin

meningkat karena penyebaran AIDS, sering menggunakan obat imunosupresif, dan lebih

banyak prosedur invasif (misalnya, transplantasi sumsum tulang).

Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah

operasi intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi,

endophthalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika

Serikat, endophthalmitis postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan

sekitar 0,1-0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat selama

beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi

katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih

tinggi.

Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi

okular. Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada bola

mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Keterlambatan

dalam perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan peningkatan resiko

berkembangnya endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda

asing intraokular adalah 7-31%.

2.5 Patofisiologi Endoftalmitis

Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan

ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis

endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh

invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium

Page 11

Page 12: Lapsus Endoftalmitis

vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan

jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme

dan atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan.

Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris,

retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular,

mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat

menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas

bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen.

2.6 Gejala dan Tanda Endoftalmitis

a. Gejala

Severe ocular pain

Mata merah

Lakrimasi

Penurunan visus

Fotofobia

b. Tanda

Kelopak mata bengkak dan eritema

Konjungtiva tampak chemosis

Kornea edema, keruh, tampak infiltrate

Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior)

Iris odem dan keruh

Pupil tampak yellow reflek

Eksudat pada vitreus

TIO meningkat atau menurun

2.7 Jenis-Jenis Endoftalmitis

a. Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu

disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu

Page 12

Page 13: Lapsus Endoftalmitis

sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di

minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan

endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering adalah

Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada pasien

dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier, hilangnya reflek

fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan visus dan

kekeruhan vitreus .

Gambar 2 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

b. Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu hingga

enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata merah,

penurunan ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat

ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat diamati,

dihubungkan dengan adanya hipopion dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan dan

opacity dalam vitreous body

Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak

kapsul putih dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih

rendah dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab

endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki

virulensi rendah, dengan tanda-tanda inflammation yang berjalan lambat. Frekuensi

paling sering yang menjadi penyebab dari chronic endiphthalmitis adalah

Propionibacterium acnes dan Corynebacterium species.

Page 13

Page 14: Lapsus Endoftalmitis

Gambar 3 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

c. Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma

Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca

operasi filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah

kasus dengan operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam persentase

yang sama seperti di Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy,

sebagai metode yang tersering, membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan

ke ruang bawah konjungtiva. Akumulasi cairan ini memungkinkan menjadi tempat

peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa

terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu

setelah operasi pada 19% pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus.

Infeksi juga dapat terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang

terjadi sangat mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda

kumpulan pus di tempat akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai

konsekuensi dari efek toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis

Streptococcus dan Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga

menjadi salah satu penyebabnya.

d. Endoftalmitis Pasca Trauma

Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi

(20%), terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Dengan

temuan klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda

infeksi biasanya berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh reaksi

post-traumatic jaringan mata yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam

anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan,

cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh endoftalmitis (30%)

dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan. (11%). Secara klinis,

Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit, hiperemi ciliary, gambaran

hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam kasus endoftalmitis pasca-trauma,

Page 14

Page 15: Lapsus Endoftalmitis

agen causative paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan

Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik, khususnya dengan masuknya

benda asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan

membuang benda asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat.

e. Endoftalmitis Endogen

Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma

mata. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui

penurunan mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial

terjadinya infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya

septicaemia, pasien dengan imunitas lemah, penggunaan catethers dan Kanula

intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya menyebabkan endoftalmitis endogen

adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan spesies Streptococcus. Namun,

agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis endogen adalah jamur (62%),

gram positive bakteri (33%), dan gram negatif bakteri dalam 5% dari kasus .

Gambar 4 Endoftalmitis Endogen

f. Fungal Endoftalmitis

Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah

beberapa trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior

atau vitreous body, atau transmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia. Tidak

seperti fungal chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai dengan

tanda peradangan minimal pada vitreous body, fungal endoftalmitis merupakan

penyakit serius dengan karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut .

Page 15

Page 16: Lapsus Endoftalmitis

Gambar 5 Fungal Endoftalmitis

2.8 Diagnosa Banding

Endophthalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk

dibedakan dengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa

endopthalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada

sebelumnya dan keratitis, diabetes, terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya. Toxic

anterior segment syndrome (TASS) juga termasuk dalam diagnosis diferensial

endoftalmitis. TASS disebabkan oleh pengenalan substansi zat beracun selama operasi

yang umumnya disebabkan oleh instrumen, cairan, atau lensa intraokular. Keratitis dan

infeksi pasca operasi sering disertai dengan hipopion tanpa infeksi intraokular. lt ini

penting untuk menghindari memperkenalkan infeksi eksternal (seperti dalam kasus

keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan paracentesis yang tidak perlu. Sel tumor dari

limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau sel retinoblastoma dapat terakumulasi di

ruang depan, simulasi peradangan intraocular. Pada retinoblastoma intraokular biopsi

merupakan kontraindikasi. karakteristik yang paling membantu untuk membedakan

endophthalmitis yang benar adalah bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari proporsi

lain temuan segmen anterior. Jika ragu, dokter harus menangani kondisi ini sebagai suatu

proses infeksi.

2.9 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti

mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.

Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber infeksi

Studi Imaging

Page 16

Page 17: Lapsus Endoftalmitis

B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga

penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting

dalam pengelolaan dan prognosis.

Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi

USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi

Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)

Periksa visus

Slit lamp

Tekanan intraokular

Melebar funduscopy

ultrasonografi

2.10 Terapi

Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil

akhir ini sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu.

Tujuan dari terapi endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi

kerusakan jaringan dari produk bakteri dan peradangan, dan mempertahankan

penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi yang diberikan adalah antimikroba

intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan dalam kasus yang parah, dilakukan

vitrectomy. antibiotik di endophthalmitis.

a. Non Farmakologi

1. Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yang

mengancam bola  mata dan nyawa apabila tidak tertangani.

2. Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga

perlu dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi pada

mata seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata

untuk segera untuk diperiksakan ke dokter mata.

3. Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan

yang ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh

karena kondisi hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi

yang dapat menyerang mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal  jika

menyebar ke otak.

4. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang

memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

Page 17

Page 18: Lapsus Endoftalmitis

b. Farmakologi

1. Antibiotik

Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua

kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.

Intravitreal antibiotik

Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg dalam 0.1ml

Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1

ml

Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam

0.1 ml

Antibiotik topikal

Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan

Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)

Antibiotik sistemik (jarang).

Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti 500 mg oral

BD selama 6-7 hari, atau

Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam

2. Terapi steroid

Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml

Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari

Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50

mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

3. Terapi suportif

Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2 –

3 hari sekali.

Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan

intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari

4.Operatif

Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah

debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan

zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran

vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu pemulihan

Page 18

Page 19: Lapsus Endoftalmitis

penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan bahwa di mata

dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan lebih baik dari visi persepsi

cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam pengelolaan endoftalmitis

yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa .

Pencegahan :

1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi

(blepharitis, kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)

2. Persiapan operasi, termasuk :

Pov. Iodine 5-10%

Sarung tangan steril

Profilaksis topikal / perikoular antibiotik

Profilaksis intravitreal (pada kasus – kasus trauma)

2.11 Prognosis

Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka

waktu infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma.

Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu

meningkatkan angka kesembuhan endoftalmi (Gan IM, et al., 2005).

BAB III

KESIMPULAN

Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang

diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Tanda dan gejala yang ditunjukan antara

lain adanya penurunan visus, hiperemi konjungtiva, nyeri, pembengkakan, dan hipopion.

Konjungtiva chemosis dan edema kornea. Sedangkan jenis dari endoftalmitis ini sendiri

Page 19

Page 20: Lapsus Endoftalmitis

Endoftalmitis akut pasca bedah katarak, Endoftalmitis pseudofaki kronik, Endoftalmitis

pasca operasi filtrasi anti-Glaukoma, Endoftalmitis pasca trauma, Endoftalmitis endogen,

Endoftalmitis jamur. Pemeriksaan penunjang untuk endoftalmitis adalah vitreous tap

untuk mengetahui organisme penyebab sehingga terapi yang diberikan sesuai. Terapi

operatif (vitrectomy) dilakukan pada endoftalmitis berat. Prognosis dari endoftalmitis

sendiri bergantung durasi dari endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai

penatalaksanaan, virulensi bakteri dan keparahan dari trauma. Diagnosa yang tepat dalam

waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu meningkatkan angka kesembuhan

endoftalmitis.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S. Dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI: 1998; 5 Kalamalarajah S,

Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis following cataract surgery in the

UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.

Sherwood Dr, Rich WJ, Jacob JS. Bacterial contamination of intraocular and extraocular

fluids during extracapsular cataract extraction. Eye 1989;3:308-12.

Page 20

Page 21: Lapsus Endoftalmitis

Vaughan D, Asbury T. Korpus Vitreum Dalam:. Oftalmologi Umum (General

Opthalmology). Edisi 14. Jakarta, Widya Medika: 1994; 195 – 96

Page 21