oculi dextra endoftalmitis
DESCRIPTION
jkagjskhal;aaasKAKlajksakljANSHJavhjkjsa;lknlKJJBNM,./SDFGHJKL;'WERTYUIOP[NCDKJBCNMASKJGHKJBKJLKBVGHJNBJKNKJGUKLKHJLKY9U[k;LKTRANSCRIPT
Oculi Dextra Endoftalmitis
Egidius Ian Andrian102012346 Kelompok : B1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Telp : 021-56942061 Fax : 021-5631731
E-mail : [email protected]
I. Pendahuluan :
Endophthalmitis merupakan kegawatdaruratan dalam bidang oftalmologi yang
didefinisakan sebagai inflamasi atau peradangan pada bagian dalam bola mata termasuk
rongga orbita yang diisi oleh cairan seperti gel yang bersifat transparan yang disebut Vitreus
Humor dan juga mengenai Aqueous Humor. Inflamasi juga melibatkan jaringan disekitarnya
yang berpengaruh terhadap fungsi penglihatan.
Pada banyak kasus, penyebab dari inflamasi ini adalah infeksi (dapat oleh bakteri, jamur,
virus ataupun parasit). Selain itu, infeksi bakteri endophthalmitis terbanyak adalah post
operasi mata, seperti operasi katarak atau glaukoma. Bakteri juga dapat masuk bila terjadi
trauma yang menembus pada mata. Yang jarang terjadi adalah penyebaran infeksi dari darah
yang dapat menuju ke mata disebut hematogenous endophthalmitis.1
II. Anamnesis
Diagnosis oftalmologi sangat bergantung pada anamnesis. Karena sebagian besar
diagnosis oftalmologi tidak membutuhkan tes tambahan. Anamnesis yang baik harus diawali
dimulai dengan Identitas, Keluhan utama, Riwayat penyakit sekarang, Riwayat penyakit
dahulu, riwayat keluarga, serta riwayat social yang mencakup rincian dari : gejala okuler,
onset, mata yang sakit, dan gejala non okuler terkait. Riwayat ocular sebelumnya (misalnya
penglihatan buruk pada satu mata sejak lahir, rekurensi,) riwayat medis sebelumnya (DM,
Hipertensi). Riwayat keluarga ( misalnya penyakit okuler yang diturunkan seperti retinitis,
pigmentosa, serta glaucoma). Riwayat pengobatan sebelumnya serta riwayat social.
Hal hal yang perlu ditanyakan pada kasus endoftalmitis :
1. Identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan, agama
2. Keluhan utama : keluhan apa yang menjadi pasien dating kepada dokter?
3. Riwayat penyakit sekarang :
Sejak kapan?
Kedua mata atau salah satu ?
muncul tiba2 atau mendadak ?
Kan Disertai penurunan ketajaman mata?
Perlahan – lahan atau tidak ?
Disertai nyeri? Nyerinya bagaiamana?
Ada gatal?
Ada secret? Muncul saat apa?
Kelopak mata bisa dibuka atau tidak ?
Ada silau atau tidak ? Silaunya bikin nyeri/ nyeri kepala ngga?
4. Riwayat Penyakit dahulu :
Riwayat operasi
Riwayat trauma
Sebelumnya Pernah sakit seperti ini ngga?
Riwayat DM , Hipertensi ?
Riwayat Penggunaan kacamata/soft lens ?
5. Riwayat keluarga : Apakah ada keluarga yang sakit seperti ini ?
6. Riwayat social.2
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik selalu didahului dengan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, tanda –
tanda vital (tekanan darah, suhu, pernafasan, nadi). Yang terlebih dahulu meminta
persetujuan pasien. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan oftalmologis
terkait, seperti : Visus, pemeriksaan segmen anterior dan segmen posterior.2,6
OD OS
Visus Menurun Normal
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Silia Sekret (+) Sekret (-)
App lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Kornea Udem (+) Jernih
Bilik mata depan Hipopion (+) Normal
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, Kripte (+)
Pupil Bulat Bulat
Lensa Keruh Jernih
Gerakan bola mata Kesegala arah Kesegala arah
Tabel 1 : pemerisaan Oftalmologis terkait
IV. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi bila pemeriksaan funduskopi sulit dilakukan (untuk melihat adanya foreign
body pada intraokular, densitas dari vitreitis dan adanya ablasio retina)
gambar 1 : USG endoftalmitis
Pemeriksaan kultur rutin termasuk kultur secara aerobik, anaerobik dan kultur jamur.
Gambar 2 : Pseuphypha in this vitrectomy sample from a patient
with suspected candida endophthalmitis
Pemeriksaan lab :
1. Pemeriksaan laboratorium yang terpenting adalah kultur gram dari cairan aqueous dan
vitreus.
2. Untuk endogenous endophthalmits, pemeriksaan lab lainnya mungkin diperlukan seperti :
Lab darah rutin untuk mengevaluasi adanya infeksi, peningkatan lekosit dan
adanya shift to the left.
Laju endap darah mengevaluasi adanya infeksi kronis atau keganasan.
Blood Urea Nitrogen mengevaluasi adanya gagal ginjal atau pasien dengan
resiko.
Kreatinin mengevaluasi adanya gagal ginjal atau pasien dengan dengan
resiko.
Pemeriksaan imaging :
1. Chest x-ray mengevaluasi sumber infeksi.
2. Cardiac ultrasound mengevaluasi endokarditis sebagai sumber infeksi.
3. CT scan / MRI orbita membantu menyingkirkan diferensial diagnosa.
4. Pemeriksaan lain :
1. Kultur darah evaluasi sumber infeksi
2. Kultur urine evaluasi sumber infeksi
3. Kultur lain tergantung dari tanda atau gejala klinik
Cerebrospinal fluid
Throat culture
Feses
Untuk pemeriksaan kultur/biakan biasanya dilakukan prosedur yang disebut dengan vitreus tap. Untuk
melakukan prosedur ini, ophthalmologist akan menganestesi mata dan menggunakan jarum kecil untuk
mengeluarkan cairan bola mata. Cairan inilah yang digunakan untuk pemeriksaan kultur bakteri.4,6
V. Etiologi
Berdasarkan etiologisnya, endoftalmitis terbagi menjadi endogen dan eksogen.
Organisme yang merupakan penyebab terbanyak adalah Staphylococcus epidermitis,
Staphylococcus aureus, dan Streptococcus. Gram-negatif seperti Pseudomonas, Escherichia
coli dan Enterococcus.
Endoftalmitis eksogen
Dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan
pembedahan yang membuka bola mata. Seperti : streptococcus sp, staphylococcus
aureus, bacillus sp dan Neisseria meningitides.
Endoftalmitis endogen
Dapat terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari focus infeksi
didalam tubuh (sistemik / penyebaran Hematogen).1
VI. Epidemiologi
Endophthalmitis endogenous jarang ditemukan, terjadi 2 – 15 % dari seluruh kasus
endophthalmitis. Insiden rata-rata pertahun adalah 5 dari 10.000 pasien yang dirawat.
Biasanya mata kanan lebih sering terkena daripada mata kiri karena terletak lebih
proximal atau lebih dekat dengan peredaran darah arteri Inominata kanan yang juga
menuju arteri carotis kanan. Sejak tahun 1980, terjadi peningkatan infeksi candida
pada pengobatan dengan yang dilakukan secara IV. Pada saat ini peningkatan resiko
terjadinya infeksi disebabkan antara lain oleh penyakit AIDS, peningkatan
penggunaaan obat-obat imunosupresan dan prosedur operasi yang invasif (seperti
transplantasi sumsum tulang).
Sekitar 60 % kasus Exogenous endophthalmitis terjadi setelah intraocular surgery.
Pada 3 tahun terakhir ini di Amerika terjadi peningkatan komplikasi postcataract
endophthlamits.
Posttraumatic endophthalimitis terjadi pada 4 – 13 % dari seluruh kasus trauma tajam
mata. Gangguan atau perlambatan penyembuhan pada trauma tajam mata
meningkatan resiko terjadinya endophthlamitis. Insiden endophthalmitis karena
adanya intraocular foreign body adalah 7 – 31 %.
VII. Patofisiologi
ada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi
mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus
blood-ocular barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan
merubah permeabilitas vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin
berhubungan dengan invasi langsung mikroorganisme dan atau dari pelepasan
mediator inflamasi karena respon imun.
Endophthalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris, retina,
atau koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata, dimana
yang utama adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata. Dapat menyebar ke
jaringn lunak dari mata. Semua prosedur operasi yang mengganggu integritas dari
bola mata dapat menyebabkan Exogenous endophthalmitis (misalnya : operasi
katarak, glaukoma, radial keratotomy).1,5
VIII. Gejala klinik
Endophtalmitis dapat memberikan gejala yang dikeluhkan secara subyektif seperti :
Penurunan tajam penglihatan
Sakit pada mata dan iritasi
Mata merah
Sakit kepala
Fotofobia
Adanya sekret
Demam
Gambar 3 : tanda2 endoftalmitis
Gejala yang paling sering ditemukan pada endophtalmitis adalah kehilangan penglihatan.
Biasanya gejala yang timbul tergantung dari penyebab-penyebabnya.
Postoperative endophthalmitis
Pada kasus ini problem yang serius adalah kehilangan penglihatan yang permanen. Gejala
biasanya tidak terlalu menonjol, tergantung dari kapan terjadinya infeksi, dini (6 minggu
atau kurang) atau lanjut (bulan atau tahunan) setelah operasi.
Gejala pada stadium dini adalah penurunan penglihatan yang dramatis pada mata
yang terlibat, sakit pada mata setelah operasi, mata merah dan pembengkakkan
kelopak.
Gejala pada stadium lanjut biasnya lebih berat pada stadium dini. Seperti
penglihatan buram, penurunan sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) dan sakit
yang berat pada mata.
Posttraumatic endophthalmitis
Gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat
termasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan
pembengkakan kelopak.
Hematogenous endophthalmitis
Pada saat infeksi menyebar melalui aliran darah dan masuk ke dalam mata, gejalanya
akan timbul perlahan-lahan/ bertahap dan lebih ringan. Sebagai contoh, pasien mungkin
tidak akan mengeluh penglihatannya turun setelah 5 minggu, biasanya akan terlihat
floaters berwarna hitam, semi transparan yang akan mengganggu penglihatan.
Penemuan dari pemeriksaan fisik berhubungan dengan struktur mata yang terlibat dan derajat
dari infeksi atau inflamasi. Pemeriksaan mata harus dilakukan dengan cermat termasuk
pemeriksaan visus, pemeriksaan external, pemeriksaan dengan funduskopi, dan slit lamp
biomicroscpy. Penemuan-penemuan yang dapat ditemukan secara objektif adalah :
Pembengkakkan dan eritema kelopak mata
Injeksi conjungtiva dan siliar
Cornea oedema
Gambar 4 : cornea oedema
Hipopion ( adanya sel dan exudat karena inflamasi pada bilik mata depan)
Gambar 5 : Hipopion
Tanda dini berupa Roth’s spot (bercak bulat, putih paad retina yang dikelilingi
perdarahan)
Retinal periphlebitis
Vitreitis
Chemosis
Penurunan atau hilangnya red refleks
Proptosis
Papilitis
Cotton-wool spots
White lesion di koroid dan retina
Uveitis kronis
Vitreal mass dan debris
Sekret purulen
Mungkin dapat ditemukan relative afferent defect.1,3,5
IX. Penatalaksanaan
Ketika diagnosa sudah dapat ditetapkan, konsultasi ke ahli mata atau ophthalmologist
sangat diperlukan. Penatalaksanaan tergantung pada penyebab utama dari endophthalmitis.
Walaupun banyak sumber yang mengungkapkan tentang berbagai pengobatan, pada
umumnya semua menggunakan prinsip yang sama.
Penatalaksanaan pada Postoperative endophtalmitis
Pars plana vitrectomy atau aspirasi vitreous mungkin akan dianjurkan oleh
ophthalmogolist yang diikuti dengan injeksi antibiotik intravitreal (misalnya :
vancomycin, amikacin, ceftazidine)
Dipertimbangkan antibotik sistemik atau steroid intravitreal.
Pasien dengan postoperative endophthalmitis mungkin tidak dianjurkan untuk
dirawat di rumah sakit. Tetapi keputusan tersebut sangat tergantung dari
ophthalmologist.
Gambar 6 : Endophthalmitis post operative cataract
Penatalaksanaan Traumatic Endophthalmitis
Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit
Tangani ruptur bola mata (bila ada)
Antibiotik sistemik termasuk vancomycin, aminoglikosid atau cefalosporin
generasi ke-3. pertimbangkan clindamycin bila ditemukan Bacillus spasies.
Antibotik topikal
Antibiotik intravitreal mungkin diperlukan.
Pertimbangkan pars plana vitrektomi
Imunisasi tetanus bila sebelumnya belum pernah diimunisasi.
Siklopegik mungkin diperlukan.
Penatalaksanaan Endogenous bakterial endophthalmitis
Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
Antibiotik spektrum luas intravena termasuk vancomycin, aminoglikosid, atau
sefalosporin generasi ke-3. pertimbangkan penggunaan clindamycin secara
intravena jika ditemukan infeksi Bacillus spesies.
Antibiotik periokular
Antibiotik intravitreal
Siklopegik (misalnya : atropin)
Steroid topikal mungkin dapat diberikan. Atau pemberian steroid injeksi langsung
ke mata untuk mengurangi inflamasi dan mempercepat penyembuhan.
Vitrectomy mungkin diperlukan pada organisme yang virulen., atau pada infeksi
yang parah.
Gambar 7 : Endophthalmitis Bacterial
Penatalaksanaan Candida endophthalmitis
Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
Fluconazole oral
Amphotericin B intravena atau intavitreal meungkin dapat dipertimbangkan
Siklopegik mungkin diperlukan.
Pada postoperative endophtahlmitis, terapi secara parenteral biasanya tidak dianjurkan kecuali
infeksi sudah menyebar diluar mata. Pada jenis endophtahlmitis yang lain, pemberian antibiotik
spektrum luas dilakukan bila telah didapatkan hasil dari kultur. Ophthalmologist biasanya
menggunakan terapi secara injeksi intravitreal atau subconjungtiva.
Dibawah ini dilampirkan obat-obat yang biasa digunakan untuk kasus Endophthalmitis.
Drug Category: Antibiotics -- Empiric antimicrobial therapy must be comprehensive and should
cover all likely pathogens in the context of the clinical setting.
Drug Name
Vancomycin (Vancocin) -- Empiric coverage for gram-positive organisms including B cereus. DOC for both intravitreal and systemic administration; excellent gram-positive coverage and has added advantage of providing better coverage against resistant organisms; bactericidal against most organisms and bacteriostatic for enterococci; inhibits cell wall biosynthesis, interfering with cell-membrane permeability and RNA synthesis.After systemic administration, drug penetrates most tissues including vitreous, especially if the blood-ocular barrier is compromised. Use creatine clearance to adjust dose in patients with renal impairment.
Adult Dose1 g IV, infused over 1 h; repeat q12hIntravitreal dose: 1 mg in 0.1 mL
Pediatric Dose 10 mg/kg IV q6h
Contraindications Documented hypersensitivity
Interactions
Synergistic with aminoglycosides against B cereus, S aureus, enterococci, S viridans, and Streptococcus faecalisAminoglycosides increase risk of nephrotoxicity, requiring careful monitoring; risk of erythema and histaminelike flushing in children may occur when administered with anesthetic agents; increases neuromuscular blockade when used concurrently with nondepolarizing muscle relaxants
Pregnancy C - Safety for use during pregnancy has not been established.
PrecautionsCaution in impaired renal function or previous hearing loss; red man syndrome may occur when administered too rapidly (rare when vancomycin is given over 2 h)
Drug Name
Gentamicin (Gentacidin, Garamycin) -- Empiric coverage for gram-negative organisms including P aeruginosa. First choice aminoglycoside for systemic gram-negative coverage; bactericidal inhibitor of protein synthesis (30S ribosomal subunit). Dosing regimens are numerous; adjust dose based on CrCl.
Adult Dose Normal renal function: 2 mg/kg load infused IV over 30-60 min, then 1.7
mg/kg IV q8h or 3-6 mg/kg/d IV divided q8h; adjust dose for renal function prn
Pediatric DoseNormal renal function (adjust dose prn):Infants and neonates: 7.5 mg/kg/d IV divided q8h >1 year: 6-7.5 mg/kg/d IV divided q8h
Contraindications Documented hypersensitivity; non–dialysis-dependent renal insufficiency
Interactions
Increases nephrotoxic potential when administered with other aminoglycosides, cephalosporins, penicillins, or amphotericin B; increases effect of neuromuscular blocking agents when used concurrently Ototoxic effects may increase when administered with loop diuretics; monitor hearing in patients receiving aminoglycosides as damage may be irreversible
Pregnancy C - Safety for use during pregnancy has not been established.
PrecautionsMay cause nephrotoxicity and ototoxicity; caution in premature infants and neonates
Drug Name
Ceftazidime (Fortaz, Ceptaz) -- Third-generation cephalosporin with broad gram-negative coverage but decreased efficacy to gram-positive organisms; gram-negative coverage includes Enterobacter, Citrobacter, Serratia, Neisseria, Providencia, and Haemophilus species. Cephalosporins bind to one or more of the penicillin-binding proteins and prevent cell wall synthesis inhibiting bacterial growth.
Adult Dose 2 g IV q12h
Pediatric DoseNeonates: 30 mg/kg IV q12h<12 years: 100-150 mg/kg/d IV divided q8h; not to exceed 6 g/d>12 years: Administer as in adults
Contraindications Documented hypersensitivity
InteractionsNephrotoxicity may increase with aminoglycosides, furosemide, and ethacrynic acid; probenecid may increase ceftazidime levels
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
Precautions Adjust dose in renal impairment
Drug Name
Ceftriaxone (Rocephin) -- Third-generation cephalosporin that crosses blood brain barrier. Active against resistant bacteria including gonococci, H influenzae, and other gram-negative organisms.Used in suspected hematogenous source for endophthalmitis in combination with vancomycin while cultures are pending. Cephalosporins bind to the penicillin binding protein and prevent cell wall synthesis, which inhibits bacterial growth.
Adult Dose2 g IV q24hIntravitreal dose: 2 mg in 0.1 mL
Pediatric Dose 50-100 mg/kg/d IV divided q12-24h; not to exceed 4 g/d
Contraindications Documented hypersensitivity
InteractionsProbenecid may increase ceftriaxone levels; concurrent use of furosemide and aminoglycosides may increase nephrotoxicity
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
Precautions Adjust dose in renal impairment; caution in breastfeeding women
Drug Name
Cefotaxime (Claforan) -- Third-generation cephalosporin that has broad gram-negative coverage but lower efficacy for gram-positive organisms. Cephalosporins bind to one or more of the penicillin-binding proteins and prevent cell wall synthesis inhibiting bacterial growth.
Adult Dose 2 g IV q4h
Pediatric Dose 100-200 mg/kg/d IV divided q8h; not to exceed 12 g/d
Contraindications Documented hypersensitivity
InteractionsProbenecid may increase cefotaxime levels; coadministration with furosemide and aminoglycosides may increase nephrotoxicity
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
PrecautionsAdjust dose in severe renal impairment; has been associated with severe colitis; caution in breastfeeding women
Drug Name Clindamycin (Cleocin) -- Use in IV drug abusers or penetrating trauma with soil contamination for suspected B cereus infection. Semisynthetic antibiotic
that inhibits bacterial protein synthesis by interfering with peptide bond formation at the 50S ribosomal subunit; has both bacteriostatic and bactericidal activity.
Adult Dose 600-900 mg IV q8h
Pediatric Dose 20-40 mg/kg/d IV divided q6-8h
ContraindicationsDocumented hypersensitivity; regional enteritis, ulcerative colitis, hepatic impairment, antibiotic-associated colitis
InteractionsIncreases duration of neuromuscular blockade induced by tubocurarine and pancuronium; erythromycin may antagonize effects of clindamycin; antidiarrheals may delay absorption of clindamycin
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
Precautions
Adjust dose in severe hepatic dysfunction; may be associated with severe and possibly fatal pseudomembranous colitis Hypotension or cardiopulmonary arrest may occur (rare) after too rapid IV use; anaphylaxis, Stevens-Johnson–like syndrome, agranulocytosis, and aplastic anemia may occur
Drug Category: Antifungal -- For suspected candidal or Aspergillus infection. Indicated in patients who are immunosuppressed, who have indwelling venous catheters, or who are currently taking broad-spectrum antibiotics.
Drug Name
Amphotericin B (AmBisome) -- Fungistatic or fungicidal depending on concentration attained in body fluids; polyene antibiotic produced by a strain of Streptomyces nodosus. Changes permeability of fungal cell membrane by binding to sterols, which causes fungal cell death as intracellular components leak out.
Adult Dose 3 mg/kg/d IV for 14 d; infuse over 2-6 h
Pediatric Dose Administer as in adults
Contraindications Documented hypersensitivity
Interactions Concurrent administration of antineoplastic agents may potentiate bronchospasm, hypotension, or renal toxicity
Monitor potassium levels closely when administered with thiazides or digitalis as potassium depletion may increase, leading to hypokalemia or digitalis toxicityCoadministration of cyclosporin increases risk of nephrotoxicity; administered with aminoglycosides, additive nephrotoxicity and/or ototoxicity possible
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
Precautions
Frequently monitor renal function, serum electrolytes (magnesium and potassium), liver function, blood counts, and hemoglobin concentration; neutropenic patients receiving amphotericin B and leukocyte transfusions may experience pulmonary reactions, such as hypoxemia, acute dyspnea, or interstitial infiltratesSeparate the time of amphotericin B infusion as far as possible from time of leukocyte transfusion if transfusion is to be given
Sumber : Department of Emergency Medicine, Massachusetts Genera Hospital, Harvard Medical School.
1. Gentamicin
200µg in 0.1ml1. Take 0.5ml from a vial of gentamicin containing 40mg/ml2. Make up to 10mls with normal saline or balanced salt solution (BSS) in a syringe.3. 0.1ml of this solution=200µg
NB Minims of gentamicin are unpreserved and contain 3000µg per ml. These may be used.
2. Amikacin
0.4mg in 0.1ml1. Reconstitute one vial - 500mg - and make up to 10ml with BSS2. Withdraw 0.8ml (using 1ml syringe) and make up to 10ml with BSS3. Withdraw 0.1ml of this - 0.4mg
3. Cefuroxime or Vancomycin
1000µg in 0.1ml1. Reconstitute a 250mg vial with 8mls of saline or BSS2. Withdraw entire contents and make up to 10mls with saline or BSS3. Inject 2mls back into vial and make up to 5mls in the vial with saline or BSS4. 0.1ml of this solution - 1mg (1000µg)
For smaller doses adjust the volumes accordingly.
4. Amphotericin
5µg in 0.1ml1. Reconstitute a 50mg vial with 10mls of saline or BSS2. Withdraw 0.1ml of this and make up to 10mls in a syringe.3. 0.1ml of this = 5µg
Alternatively inject entire contents of a 50mg ampoule into a 1 litre bag of Ringer-Iactate and 0.1ml of this contains 5µg.
5. Clindamycin
1000µg in 0.1ml1. Draw up the contents of a 2ml ampoule (300mg) and make up to 3ml in a syringe with normal saline or BSS2. Withdraw 1ml of that and make up to 10ml in another syringe with normal saline or BSS3. 0.1ml of that contains 1000µg
Intravitreal Drugs
NB The intravitreal dose is given in 0.1ml except when combination therapy is used and 0.2ml are given. In emergencies it may be necessary to prepare drugs for intravitreal injection without the assistance of the pharmacist. Avoid solutions or preparations containing preservatives. The quantities for intravitreal injection may be drawn up in 1ml syringes, and injected with a 25 or 27 gauge needle. Make sure to fill the dead space with antibiotic solution.
Sumber : The Royal College of Ophthalmologists 17 Cornwall Terrace, London NW1 4QW
Injeksi antibiotik intravitreal dengan dosis terapeutik yang tepat dan tidak toksik terhadap
jaringan mata terutama retina efektif untuk mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.
Antibiotik sistemik tidak dapat menjangkau agen patogen di intravitreal dikarenakan oleh tidak
terlampauinya konsentrasi maksimal karena adanya blood retinal barrier. Injeksi secara
intravitreal dapat melewati barrier sehingga tercapai konsentrasi terapeutik yang dapat
menghancurkan mikroorganisme. Kadang penggunaan dosis tunggal sudah cukup memadai.
Selain itu perlu diperhatikan jumlah/dosis dari antibiotik yang diinjeksikan mengingat
batas keamanan antara dosis terapeutik dengan dosis toksik terhadap retina sangat sempit.
Sebagai contohnya, Gentamycin yang sangat efektif melawan infeksi organisme gram negatif
seperti pseudomonas dapat menyebabkan infark makula bila tidak diberikan sesuai dengan dosis
yang telah ditetapkan.
Tidak jarang juga ditemukan infeksi sekunder oleh organisme komensal oleh karena itu
diperlukan dua macam antibiotik : satu untuk melawan organisme gram negatif dan yang lainnya
untuk melawan organisme gram positif. Antibiotik yang digunakan untuk melawan organisme
gram negatif misalnya : Ceftazidine, Amikacin, Gentamycin, untuk gram positif : Vancomycin
dan Cefazoline. Sedang yang digunakan untuk infeksi jamur yaitu : Amphotericin B.7
Pada kasus-kasus yang sudah berat biasanya diperlukan penatalaksanaan secara operatif
seperti :
1. Vitrectomy
Vitrectomy adalah prosedur operasi dimana dilakukan pengeluaran cairan Vitreus dari
rongga orbita.
2. Enukleasi bulbi
Enukleasi bulbi merupakan tindakan pembedahan mengeluarkan bola mata
dengan melepas dan memotong jaringan yang mengikatnya didalam rongga
orbita. Jaringan yang dipotong adalah seluruh otot penggerak mata, saraf optik
dan melepaskan conjungtiva dari bola mata. Enukleasi bulbi biasanya dilakukan
pada keganasan intraokular, mata yang dapat menimbulkan oftalmia simpatika,
mata yang tidak berfungsi dan memberikan keluhan rasa sakit, endophthalmitis
supuratif dan pthisis. Biasanya pasien setelah enukleasi bulbi diberi mata palsu
atau protesis.
Gambar 8 : enukleasi bulbi
3. Eviserasi bulbi
Eviserasi bulsi merupakan tindakan mengeluarkan seluruh isi bola mata seperti
kornea, lensa, badan kaca, retina dan koroid. Setelah isi dikeluarkan maka limbus
kornea dieratkan dan dijahit. Eviserasi bulbi dilakukan pada mata dengan
panophthalmitis dan endophthalmitis berat.8
X. Preventif
Jika anda pernah mengalami riwayat operasi mata seperti operasi katarak, anda dapat
menurunkan resiko infeksi dengan mengikuti seluruh intruksi dokter setelah operasi dan
melakukan pemeriksaan reguler (follow-up) yang teratur.
Untuk mencegah endophthalmitis karena trauma, gunakan pelindung mata saat bekerja dan
pada saat olahraga. Kacamata atau helm dapat membantu melindungi dari debris industri
yang dapat menembus mata.
XI. Kesimpulan
Endoftalmitis merupakan peradangan berat bola mata akibat infeksi bakteri, jamur dan
virus setelah trauma, operasi, dan endogen karena sepsis. Yang di tandai dengan rasa
sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva
kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang kadang disertai
hipopion.
Daftar Pustaka
1. Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis: clinical
features and visual acuity outcome. Amj ophtalmol 2004; 137:4
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Edisi ke-3. 2004. hlm : 175-178.
3. Kanski, Jack J. Uveitis and Endophthalmitis, Clinical Ophthalmology,. Butterworth and
co, British. 1984. hlm : 6.26-6.27.
4. Graham R, 2006, Endoftalmitis bacterial, wwwE.medicine//emerg.2006htm
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum edisi 14 jakarta : Widya Medika
6. Egan DC, dkk, 2007 endoftalmitis. Diakses dari www.emedicine.com
7. Gordon Y. Vancomycin profilaksis and emerging resistance: are ophthalmologist the
villains? The heroes ? Amj Ophtamol 2001
8. Gan IM, Ugahary L C, Van dissel JT, feron E, Peperkampe, Veckeneer M et al.
intravenal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative endoftalmitis: a
prosfective randomized trial. Graefes arch clin exp. Ophthalmol. 2005; 243:1200