oculi dextra endoftalmitis

27
Oculi Dextra Endoftalmitis Egidius Ian Andrian 102012346 Kelompok : B1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012 Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Telp : 021-56942061 Fax : 021-5631731 E-mail : [email protected] I. Pendahuluan : Endophthalmitis merupakan kegawatdaruratan dalam bidang oftalmologi yang didefinisakan sebagai inflamasi atau peradangan pada bagian dalam bola mata termasuk rongga orbita yang diisi oleh cairan seperti gel yang bersifat transparan yang disebut Vitreus Humor dan juga mengenai Aqueous Humor. Inflamasi juga melibatkan jaringan disekitarnya yang berpengaruh terhadap fungsi penglihatan. Pada banyak kasus, penyebab dari inflamasi ini adalah infeksi (dapat oleh bakteri, jamur, virus ataupun parasit). Selain itu, infeksi bakteri endophthalmitis terbanyak adalah post operasi mata, seperti operasi katarak atau glaukoma. Bakteri juga dapat masuk bila terjadi trauma yang menembus pada mata. Yang jarang terjadi adalah penyebaran infeksi dari darah yang dapat menuju ke mata disebut hematogenous endophthalmitis. 1 II.Anamnesis

Upload: yogidj

Post on 05-Dec-2015

262 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

jkagjskhal;aaasKAKlajksakljANSHJavhjkjsa;lknlKJJBNM,./SDFGHJKL;'WERTYUIOP[NCDKJBCNMASKJGHKJBKJLKBVGHJNBJKNKJGUKLKHJLKY9U[k;LK

TRANSCRIPT

Page 1: Oculi Dextra Endoftalmitis

Oculi Dextra Endoftalmitis

Egidius Ian Andrian102012346 Kelompok : B1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Telp : 021-56942061 Fax : 021-5631731

E-mail : [email protected]

I. Pendahuluan :

Endophthalmitis merupakan kegawatdaruratan dalam bidang oftalmologi yang

didefinisakan sebagai inflamasi atau peradangan pada bagian dalam bola mata termasuk

rongga orbita yang diisi oleh cairan seperti gel yang bersifat transparan yang disebut Vitreus

Humor dan juga mengenai Aqueous Humor. Inflamasi juga melibatkan jaringan disekitarnya

yang berpengaruh terhadap fungsi penglihatan.

Pada banyak kasus, penyebab dari inflamasi ini adalah infeksi (dapat oleh bakteri, jamur,

virus ataupun parasit). Selain itu, infeksi bakteri endophthalmitis terbanyak adalah post

operasi mata, seperti operasi katarak atau glaukoma. Bakteri juga dapat masuk bila terjadi

trauma yang menembus pada mata. Yang jarang terjadi adalah penyebaran infeksi dari darah

yang dapat menuju ke mata disebut hematogenous endophthalmitis.1

II. Anamnesis

Diagnosis oftalmologi sangat bergantung pada anamnesis. Karena sebagian besar

diagnosis oftalmologi tidak membutuhkan tes tambahan. Anamnesis yang baik harus diawali

dimulai dengan Identitas, Keluhan utama, Riwayat penyakit sekarang, Riwayat penyakit

dahulu, riwayat keluarga, serta riwayat social yang mencakup rincian dari : gejala okuler,

onset, mata yang sakit, dan gejala non okuler terkait. Riwayat ocular sebelumnya (misalnya

penglihatan buruk pada satu mata sejak lahir, rekurensi,) riwayat medis sebelumnya (DM,

Hipertensi). Riwayat keluarga ( misalnya penyakit okuler yang diturunkan seperti retinitis,

pigmentosa, serta glaucoma). Riwayat pengobatan sebelumnya serta riwayat social.

Hal hal yang perlu ditanyakan pada kasus endoftalmitis :

Page 2: Oculi Dextra Endoftalmitis

1. Identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan, agama

2. Keluhan utama : keluhan apa yang menjadi pasien dating kepada dokter?

3. Riwayat penyakit sekarang :

Sejak kapan?

Kedua mata atau salah satu ?

muncul tiba2 atau mendadak ?

Kan Disertai penurunan ketajaman mata?

Perlahan – lahan atau tidak ?

Disertai nyeri? Nyerinya bagaiamana?

Ada gatal?

Ada secret? Muncul saat apa?

Kelopak mata bisa dibuka atau tidak ?

Ada silau atau tidak ? Silaunya bikin nyeri/ nyeri kepala ngga?

4. Riwayat Penyakit dahulu :

Riwayat operasi

Riwayat trauma

Sebelumnya Pernah sakit seperti ini ngga?

Riwayat DM , Hipertensi ?

Riwayat Penggunaan kacamata/soft lens ?

5. Riwayat keluarga : Apakah ada keluarga yang sakit seperti ini ?

6. Riwayat social.2

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik selalu didahului dengan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, tanda –

tanda vital (tekanan darah, suhu, pernafasan, nadi). Yang terlebih dahulu meminta

persetujuan pasien. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan oftalmologis

terkait, seperti : Visus, pemeriksaan segmen anterior dan segmen posterior.2,6

OD OS

Visus Menurun Normal

Page 3: Oculi Dextra Endoftalmitis

Palpebra Edema (-) Edema (-)

Silia Sekret (+) Sekret (-)

App lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)

Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)

Kornea Udem (+) Jernih

Bilik mata depan Hipopion (+) Normal

Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, Kripte (+)

Pupil Bulat Bulat

Lensa Keruh Jernih

Gerakan bola mata Kesegala arah Kesegala arah

Tabel 1 : pemerisaan Oftalmologis terkait

IV. Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi bila pemeriksaan funduskopi sulit dilakukan (untuk melihat adanya foreign

body pada intraokular, densitas dari vitreitis dan adanya ablasio retina)

Page 4: Oculi Dextra Endoftalmitis

gambar 1 : USG endoftalmitis

Pemeriksaan kultur rutin termasuk kultur secara aerobik, anaerobik dan kultur jamur.

Gambar 2 : Pseuphypha in this vitrectomy sample from a patient

with suspected candida endophthalmitis

Pemeriksaan lab :

1. Pemeriksaan laboratorium yang terpenting adalah kultur gram dari cairan aqueous dan

vitreus.

2. Untuk endogenous endophthalmits, pemeriksaan lab lainnya mungkin diperlukan seperti :

Lab darah rutin untuk mengevaluasi adanya infeksi, peningkatan lekosit dan

adanya shift to the left.

Laju endap darah mengevaluasi adanya infeksi kronis atau keganasan.

Blood Urea Nitrogen mengevaluasi adanya gagal ginjal atau pasien dengan

resiko.

Kreatinin mengevaluasi adanya gagal ginjal atau pasien dengan dengan

resiko.

Pemeriksaan imaging :

1. Chest x-ray mengevaluasi sumber infeksi.

2. Cardiac ultrasound mengevaluasi endokarditis sebagai sumber infeksi.

3. CT scan / MRI orbita membantu menyingkirkan diferensial diagnosa.

4. Pemeriksaan lain :

1. Kultur darah evaluasi sumber infeksi

2. Kultur urine evaluasi sumber infeksi

Page 5: Oculi Dextra Endoftalmitis

3. Kultur lain tergantung dari tanda atau gejala klinik

Cerebrospinal fluid

Throat culture

Feses

Untuk pemeriksaan kultur/biakan biasanya dilakukan prosedur yang disebut dengan vitreus tap. Untuk

melakukan prosedur ini, ophthalmologist akan menganestesi mata dan menggunakan jarum kecil untuk

mengeluarkan cairan bola mata. Cairan inilah yang digunakan untuk pemeriksaan kultur bakteri.4,6

V. Etiologi

Berdasarkan etiologisnya, endoftalmitis terbagi menjadi endogen dan eksogen.

Organisme yang merupakan penyebab terbanyak adalah Staphylococcus epidermitis,

Staphylococcus aureus, dan Streptococcus. Gram-negatif seperti Pseudomonas, Escherichia

coli dan Enterococcus.

Endoftalmitis eksogen

Dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan

pembedahan yang membuka bola mata. Seperti : streptococcus sp, staphylococcus

aureus, bacillus sp dan Neisseria meningitides.

Endoftalmitis endogen

Dapat terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari focus infeksi

didalam tubuh (sistemik / penyebaran Hematogen).1

VI. Epidemiologi

Endophthalmitis endogenous jarang ditemukan, terjadi 2 – 15 % dari seluruh kasus

endophthalmitis. Insiden rata-rata pertahun adalah 5 dari 10.000 pasien yang dirawat.

Biasanya mata kanan lebih sering terkena daripada mata kiri karena terletak lebih

proximal atau lebih dekat dengan peredaran darah arteri Inominata kanan yang juga

menuju arteri carotis kanan. Sejak tahun 1980, terjadi peningkatan infeksi candida

pada pengobatan dengan yang dilakukan secara IV. Pada saat ini peningkatan resiko

terjadinya infeksi disebabkan antara lain oleh penyakit AIDS, peningkatan

penggunaaan obat-obat imunosupresan dan prosedur operasi yang invasif (seperti

transplantasi sumsum tulang).

Page 6: Oculi Dextra Endoftalmitis

Sekitar 60 % kasus Exogenous endophthalmitis terjadi setelah intraocular surgery.

Pada 3 tahun terakhir ini di Amerika terjadi peningkatan komplikasi postcataract

endophthlamits.

Posttraumatic endophthalimitis terjadi pada 4 – 13 % dari seluruh kasus trauma tajam

mata. Gangguan atau perlambatan penyembuhan pada trauma tajam mata

meningkatan resiko terjadinya endophthlamitis. Insiden endophthalmitis karena

adanya intraocular foreign body adalah 7 – 31 %.

VII. Patofisiologi

ada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi

mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus

blood-ocular barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan

merubah permeabilitas vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin

berhubungan dengan invasi langsung mikroorganisme dan atau dari pelepasan

mediator inflamasi karena respon imun.

Endophthalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris, retina,

atau koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata, dimana

yang utama adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata. Dapat menyebar ke

jaringn lunak dari mata. Semua prosedur operasi yang mengganggu integritas dari

bola mata dapat menyebabkan Exogenous endophthalmitis (misalnya : operasi

katarak, glaukoma, radial keratotomy).1,5

VIII. Gejala klinik

Endophtalmitis dapat memberikan gejala yang dikeluhkan secara subyektif seperti :

Penurunan tajam penglihatan

Sakit pada mata dan iritasi

Mata merah

Sakit kepala

Fotofobia

Adanya sekret

Page 7: Oculi Dextra Endoftalmitis

Demam

Gambar 3 : tanda2 endoftalmitis

Gejala yang paling sering ditemukan pada endophtalmitis adalah kehilangan penglihatan.

Biasanya gejala yang timbul tergantung dari penyebab-penyebabnya.

Postoperative endophthalmitis

Pada kasus ini problem yang serius adalah kehilangan penglihatan yang permanen. Gejala

biasanya tidak terlalu menonjol, tergantung dari kapan terjadinya infeksi, dini (6 minggu

atau kurang) atau lanjut (bulan atau tahunan) setelah operasi.

Gejala pada stadium dini adalah penurunan penglihatan yang dramatis pada mata

yang terlibat, sakit pada mata setelah operasi, mata merah dan pembengkakkan

kelopak.

Gejala pada stadium lanjut biasnya lebih berat pada stadium dini. Seperti

penglihatan buram, penurunan sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) dan sakit

yang berat pada mata.

Posttraumatic endophthalmitis

Gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat

termasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan

pembengkakan kelopak.

Hematogenous endophthalmitis

Pada saat infeksi menyebar melalui aliran darah dan masuk ke dalam mata, gejalanya

akan timbul perlahan-lahan/ bertahap dan lebih ringan. Sebagai contoh, pasien mungkin

tidak akan mengeluh penglihatannya turun setelah 5 minggu, biasanya akan terlihat

floaters berwarna hitam, semi transparan yang akan mengganggu penglihatan.

Penemuan dari pemeriksaan fisik berhubungan dengan struktur mata yang terlibat dan derajat

dari infeksi atau inflamasi. Pemeriksaan mata harus dilakukan dengan cermat termasuk

pemeriksaan visus, pemeriksaan external, pemeriksaan dengan funduskopi, dan slit lamp

biomicroscpy. Penemuan-penemuan yang dapat ditemukan secara objektif adalah :

Pembengkakkan dan eritema kelopak mata

Page 8: Oculi Dextra Endoftalmitis

Injeksi conjungtiva dan siliar

Cornea oedema

Gambar 4 : cornea oedema

Hipopion ( adanya sel dan exudat karena inflamasi pada bilik mata depan)

Gambar 5 : Hipopion

Tanda dini berupa Roth’s spot (bercak bulat, putih paad retina yang dikelilingi

perdarahan)

Retinal periphlebitis

Vitreitis

Chemosis

Penurunan atau hilangnya red refleks

Proptosis

Papilitis

Cotton-wool spots

White lesion di koroid dan retina

Uveitis kronis

Vitreal mass dan debris

Sekret purulen

Mungkin dapat ditemukan relative afferent defect.1,3,5

Page 9: Oculi Dextra Endoftalmitis

IX. Penatalaksanaan

Ketika diagnosa sudah dapat ditetapkan, konsultasi ke ahli mata atau ophthalmologist

sangat diperlukan. Penatalaksanaan tergantung pada penyebab utama dari endophthalmitis.

Walaupun banyak sumber yang mengungkapkan tentang berbagai pengobatan, pada

umumnya semua menggunakan prinsip yang sama.

Penatalaksanaan pada Postoperative endophtalmitis

Pars plana vitrectomy atau aspirasi vitreous mungkin akan dianjurkan oleh

ophthalmogolist yang diikuti dengan injeksi antibiotik intravitreal (misalnya :

vancomycin, amikacin, ceftazidine)

Dipertimbangkan antibotik sistemik atau steroid intravitreal.

Pasien dengan postoperative endophthalmitis mungkin tidak dianjurkan untuk

dirawat di rumah sakit. Tetapi keputusan tersebut sangat tergantung dari

ophthalmologist.

Gambar 6 : Endophthalmitis post operative cataract

Penatalaksanaan Traumatic Endophthalmitis

Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit

Tangani ruptur bola mata (bila ada)

Antibiotik sistemik termasuk vancomycin, aminoglikosid atau cefalosporin

generasi ke-3. pertimbangkan clindamycin bila ditemukan Bacillus spasies.

Antibotik topikal

Antibiotik intravitreal mungkin diperlukan.

Pertimbangkan pars plana vitrektomi

Imunisasi tetanus bila sebelumnya belum pernah diimunisasi.

Siklopegik mungkin diperlukan.

Page 10: Oculi Dextra Endoftalmitis

Penatalaksanaan Endogenous bakterial endophthalmitis

Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit.

Antibiotik spektrum luas intravena termasuk vancomycin, aminoglikosid, atau

sefalosporin generasi ke-3. pertimbangkan penggunaan clindamycin secara

intravena jika ditemukan infeksi Bacillus spesies.

Antibiotik periokular

Antibiotik intravitreal

Siklopegik (misalnya : atropin)

Steroid topikal mungkin dapat diberikan. Atau pemberian steroid injeksi langsung

ke mata untuk mengurangi inflamasi dan mempercepat penyembuhan.

Vitrectomy mungkin diperlukan pada organisme yang virulen., atau pada infeksi

yang parah.

Gambar 7 : Endophthalmitis Bacterial

Penatalaksanaan Candida endophthalmitis

Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit.

Fluconazole oral

Amphotericin B intravena atau intavitreal meungkin dapat dipertimbangkan

Siklopegik mungkin diperlukan.

Pada postoperative endophtahlmitis, terapi secara parenteral biasanya tidak dianjurkan kecuali

infeksi sudah menyebar diluar mata. Pada jenis endophtahlmitis yang lain, pemberian antibiotik

spektrum luas dilakukan bila telah didapatkan hasil dari kultur. Ophthalmologist biasanya

menggunakan terapi secara injeksi intravitreal atau subconjungtiva.

Dibawah ini dilampirkan obat-obat yang biasa digunakan untuk kasus Endophthalmitis.

Page 11: Oculi Dextra Endoftalmitis

Drug Category: Antibiotics -- Empiric antimicrobial therapy must be comprehensive and should

cover all likely pathogens in the context of the clinical setting.

Drug Name

Vancomycin (Vancocin) -- Empiric coverage for gram-positive organisms including B cereus. DOC for both intravitreal and systemic administration; excellent gram-positive coverage and has added advantage of providing better coverage against resistant organisms; bactericidal against most organisms and bacteriostatic for enterococci; inhibits cell wall biosynthesis, interfering with cell-membrane permeability and RNA synthesis.After systemic administration, drug penetrates most tissues including vitreous, especially if the blood-ocular barrier is compromised. Use creatine clearance to adjust dose in patients with renal impairment.

Adult Dose1 g IV, infused over 1 h; repeat q12hIntravitreal dose: 1 mg in 0.1 mL

Pediatric Dose 10 mg/kg IV q6h

Contraindications Documented hypersensitivity

Interactions

Synergistic with aminoglycosides against B cereus, S aureus, enterococci, S viridans, and Streptococcus faecalisAminoglycosides increase risk of nephrotoxicity, requiring careful monitoring; risk of erythema and histaminelike flushing in children may occur when administered with anesthetic agents; increases neuromuscular blockade when used concurrently with nondepolarizing muscle relaxants

Pregnancy C - Safety for use during pregnancy has not been established.

PrecautionsCaution in impaired renal function or previous hearing loss; red man syndrome may occur when administered too rapidly (rare when vancomycin is given over 2 h)

Drug Name

Gentamicin (Gentacidin, Garamycin) -- Empiric coverage for gram-negative organisms including P aeruginosa. First choice aminoglycoside for systemic gram-negative coverage; bactericidal inhibitor of protein synthesis (30S ribosomal subunit). Dosing regimens are numerous; adjust dose based on CrCl.

Adult Dose Normal renal function: 2 mg/kg load infused IV over 30-60 min, then 1.7

Page 12: Oculi Dextra Endoftalmitis

mg/kg IV q8h or 3-6 mg/kg/d IV divided q8h; adjust dose for renal function prn

Pediatric DoseNormal renal function (adjust dose prn):Infants and neonates: 7.5 mg/kg/d IV divided q8h >1 year: 6-7.5 mg/kg/d IV divided q8h

Contraindications Documented hypersensitivity; non–dialysis-dependent renal insufficiency

Interactions

Increases nephrotoxic potential when administered with other aminoglycosides, cephalosporins, penicillins, or amphotericin B; increases effect of neuromuscular blocking agents when used concurrently Ototoxic effects may increase when administered with loop diuretics; monitor hearing in patients receiving aminoglycosides as damage may be irreversible

Pregnancy C - Safety for use during pregnancy has not been established.

PrecautionsMay cause nephrotoxicity and ototoxicity; caution in premature infants and neonates

Drug Name

Ceftazidime (Fortaz, Ceptaz) -- Third-generation cephalosporin with broad gram-negative coverage but decreased efficacy to gram-positive organisms; gram-negative coverage includes Enterobacter, Citrobacter, Serratia, Neisseria, Providencia, and Haemophilus species. Cephalosporins bind to one or more of the penicillin-binding proteins and prevent cell wall synthesis inhibiting bacterial growth.

Adult Dose 2 g IV q12h

Pediatric DoseNeonates: 30 mg/kg IV q12h<12 years: 100-150 mg/kg/d IV divided q8h; not to exceed 6 g/d>12 years: Administer as in adults

Contraindications Documented hypersensitivity

InteractionsNephrotoxicity may increase with aminoglycosides, furosemide, and ethacrynic acid; probenecid may increase ceftazidime levels

Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.

Precautions Adjust dose in renal impairment

Page 13: Oculi Dextra Endoftalmitis

Drug Name

Ceftriaxone (Rocephin) -- Third-generation cephalosporin that crosses blood brain barrier. Active against resistant bacteria including gonococci, H influenzae, and other gram-negative organisms.Used in suspected hematogenous source for endophthalmitis in combination with vancomycin while cultures are pending. Cephalosporins bind to the penicillin binding protein and prevent cell wall synthesis, which inhibits bacterial growth.

Adult Dose2 g IV q24hIntravitreal dose: 2 mg in 0.1 mL

Pediatric Dose 50-100 mg/kg/d IV divided q12-24h; not to exceed 4 g/d

Contraindications Documented hypersensitivity

InteractionsProbenecid may increase ceftriaxone levels; concurrent use of furosemide and aminoglycosides may increase nephrotoxicity

Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.

Precautions Adjust dose in renal impairment; caution in breastfeeding women

Drug Name

Cefotaxime (Claforan) -- Third-generation cephalosporin that has broad gram-negative coverage but lower efficacy for gram-positive organisms. Cephalosporins bind to one or more of the penicillin-binding proteins and prevent cell wall synthesis inhibiting bacterial growth.

Adult Dose 2 g IV q4h

Pediatric Dose 100-200 mg/kg/d IV divided q8h; not to exceed 12 g/d

Contraindications Documented hypersensitivity

InteractionsProbenecid may increase cefotaxime levels; coadministration with furosemide and aminoglycosides may increase nephrotoxicity

Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.

PrecautionsAdjust dose in severe renal impairment; has been associated with severe colitis; caution in breastfeeding women

Drug Name Clindamycin (Cleocin) -- Use in IV drug abusers or penetrating trauma with soil contamination for suspected B cereus infection. Semisynthetic antibiotic

Page 14: Oculi Dextra Endoftalmitis

that inhibits bacterial protein synthesis by interfering with peptide bond formation at the 50S ribosomal subunit; has both bacteriostatic and bactericidal activity.

Adult Dose 600-900 mg IV q8h

Pediatric Dose 20-40 mg/kg/d IV divided q6-8h

ContraindicationsDocumented hypersensitivity; regional enteritis, ulcerative colitis, hepatic impairment, antibiotic-associated colitis

InteractionsIncreases duration of neuromuscular blockade induced by tubocurarine and pancuronium; erythromycin may antagonize effects of clindamycin; antidiarrheals may delay absorption of clindamycin

Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.

Precautions

Adjust dose in severe hepatic dysfunction; may be associated with severe and possibly fatal pseudomembranous colitis Hypotension or cardiopulmonary arrest may occur (rare) after too rapid IV use; anaphylaxis, Stevens-Johnson–like syndrome, agranulocytosis, and aplastic anemia may occur

Drug Category: Antifungal -- For suspected candidal or Aspergillus infection. Indicated in patients who are immunosuppressed, who have indwelling venous catheters, or who are currently taking broad-spectrum antibiotics.

Drug Name

Amphotericin B (AmBisome) -- Fungistatic or fungicidal depending on concentration attained in body fluids; polyene antibiotic produced by a strain of Streptomyces nodosus. Changes permeability of fungal cell membrane by binding to sterols, which causes fungal cell death as intracellular components leak out.

Adult Dose 3 mg/kg/d IV for 14 d; infuse over 2-6 h

Pediatric Dose Administer as in adults

Contraindications Documented hypersensitivity

Interactions Concurrent administration of antineoplastic agents may potentiate bronchospasm, hypotension, or renal toxicity

Page 15: Oculi Dextra Endoftalmitis

Monitor potassium levels closely when administered with thiazides or digitalis as potassium depletion may increase, leading to hypokalemia or digitalis toxicityCoadministration of cyclosporin increases risk of nephrotoxicity; administered with aminoglycosides, additive nephrotoxicity and/or ototoxicity possible

Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.

Precautions

Frequently monitor renal function, serum electrolytes (magnesium and potassium), liver function, blood counts, and hemoglobin concentration; neutropenic patients receiving amphotericin B and leukocyte transfusions may experience pulmonary reactions, such as hypoxemia, acute dyspnea, or interstitial infiltratesSeparate the time of amphotericin B infusion as far as possible from time of leukocyte transfusion if transfusion is to be given

Sumber : Department of Emergency Medicine, Massachusetts Genera Hospital, Harvard Medical School.

1. Gentamicin

200µg in 0.1ml1. Take 0.5ml from a vial of gentamicin containing 40mg/ml2. Make up to 10mls with normal saline or balanced salt solution (BSS) in a syringe.3. 0.1ml of this solution=200µg

NB Minims of gentamicin are unpreserved and contain 3000µg per ml. These may be used.

2. Amikacin

0.4mg in 0.1ml1. Reconstitute one vial - 500mg - and make up to 10ml with BSS2. Withdraw 0.8ml (using 1ml syringe) and make up to 10ml with BSS3. Withdraw 0.1ml of this - 0.4mg

3. Cefuroxime or Vancomycin

1000µg in 0.1ml1. Reconstitute a 250mg vial with 8mls of saline or BSS2. Withdraw entire contents and make up to 10mls with saline or BSS3. Inject 2mls back into vial and make up to 5mls in the vial with saline or BSS4. 0.1ml of this solution - 1mg (1000µg)

Page 16: Oculi Dextra Endoftalmitis

For smaller doses adjust the volumes accordingly.

4. Amphotericin

5µg in 0.1ml1. Reconstitute a 50mg vial with 10mls of saline or BSS2. Withdraw 0.1ml of this and make up to 10mls in a syringe.3. 0.1ml of this = 5µg

Alternatively inject entire contents of a 50mg ampoule into a 1 litre bag of Ringer-Iactate and 0.1ml of this contains 5µg.

5. Clindamycin

1000µg in 0.1ml1. Draw up the contents of a 2ml ampoule (300mg) and make up to 3ml in a syringe with normal saline or BSS2. Withdraw 1ml of that and make up to 10ml in another syringe with normal saline or BSS3. 0.1ml of that contains 1000µg

Intravitreal Drugs

NB The intravitreal dose is given in 0.1ml except when combination therapy is used and 0.2ml are given. In emergencies it may be necessary to prepare drugs for intravitreal injection without the assistance of the pharmacist. Avoid solutions or preparations containing preservatives. The quantities for intravitreal injection may be drawn up in 1ml syringes, and injected with a 25 or 27 gauge needle. Make sure to fill the dead space with antibiotic solution.

Sumber : The Royal College of Ophthalmologists 17 Cornwall Terrace, London NW1 4QW

Injeksi antibiotik intravitreal dengan dosis terapeutik yang tepat dan tidak toksik terhadap

jaringan mata terutama retina efektif untuk mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.

Antibiotik sistemik tidak dapat menjangkau agen patogen di intravitreal dikarenakan oleh tidak

terlampauinya konsentrasi maksimal karena adanya blood retinal barrier. Injeksi secara

intravitreal dapat melewati barrier sehingga tercapai konsentrasi terapeutik yang dapat

menghancurkan mikroorganisme. Kadang penggunaan dosis tunggal sudah cukup memadai.

Selain itu perlu diperhatikan jumlah/dosis dari antibiotik yang diinjeksikan mengingat

batas keamanan antara dosis terapeutik dengan dosis toksik terhadap retina sangat sempit.

Sebagai contohnya, Gentamycin yang sangat efektif melawan infeksi organisme gram negatif

Page 17: Oculi Dextra Endoftalmitis

seperti pseudomonas dapat menyebabkan infark makula bila tidak diberikan sesuai dengan dosis

yang telah ditetapkan.

Tidak jarang juga ditemukan infeksi sekunder oleh organisme komensal oleh karena itu

diperlukan dua macam antibiotik : satu untuk melawan organisme gram negatif dan yang lainnya

untuk melawan organisme gram positif. Antibiotik yang digunakan untuk melawan organisme

gram negatif misalnya : Ceftazidine, Amikacin, Gentamycin, untuk gram positif : Vancomycin

dan Cefazoline. Sedang yang digunakan untuk infeksi jamur yaitu : Amphotericin B.7

Pada kasus-kasus yang sudah berat biasanya diperlukan penatalaksanaan secara operatif

seperti :

1. Vitrectomy

Vitrectomy adalah prosedur operasi dimana dilakukan pengeluaran cairan Vitreus dari

rongga orbita.

2. Enukleasi bulbi

Enukleasi bulbi merupakan tindakan pembedahan mengeluarkan bola mata

dengan melepas dan memotong jaringan yang mengikatnya didalam rongga

orbita. Jaringan yang dipotong adalah seluruh otot penggerak mata, saraf optik

dan melepaskan conjungtiva dari bola mata. Enukleasi bulbi biasanya dilakukan

pada keganasan intraokular, mata yang dapat menimbulkan oftalmia simpatika,

mata yang tidak berfungsi dan memberikan keluhan rasa sakit, endophthalmitis

supuratif dan pthisis. Biasanya pasien setelah enukleasi bulbi diberi mata palsu

atau protesis.

Gambar 8 : enukleasi bulbi

3. Eviserasi bulbi

Page 18: Oculi Dextra Endoftalmitis

Eviserasi bulsi merupakan tindakan mengeluarkan seluruh isi bola mata seperti

kornea, lensa, badan kaca, retina dan koroid. Setelah isi dikeluarkan maka limbus

kornea dieratkan dan dijahit. Eviserasi bulbi dilakukan pada mata dengan

panophthalmitis dan endophthalmitis berat.8

X. Preventif

Jika anda pernah mengalami riwayat operasi mata seperti operasi katarak, anda dapat

menurunkan resiko infeksi dengan mengikuti seluruh intruksi dokter setelah operasi dan

melakukan pemeriksaan reguler (follow-up) yang teratur.

Untuk mencegah endophthalmitis karena trauma, gunakan pelindung mata saat bekerja dan

pada saat olahraga. Kacamata atau helm dapat membantu melindungi dari debris industri

yang dapat menembus mata.

XI. Kesimpulan

Endoftalmitis merupakan peradangan berat bola mata akibat infeksi bakteri, jamur dan

virus setelah trauma, operasi, dan endogen karena sepsis. Yang di tandai dengan rasa

sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva

kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang kadang disertai

hipopion.

Daftar Pustaka

1. Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endoftalmitis: clinical

features and visual acuity outcome. Amj ophtalmol 2004; 137:4

2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Edisi ke-3. 2004. hlm : 175-178.

3. Kanski, Jack J. Uveitis and Endophthalmitis, Clinical Ophthalmology,. Butterworth and

co, British. 1984. hlm : 6.26-6.27.

4. Graham R, 2006, Endoftalmitis bacterial, wwwE.medicine//emerg.2006htm

5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum edisi 14 jakarta : Widya Medika

6. Egan DC, dkk, 2007 endoftalmitis. Diakses dari www.emedicine.com

Page 19: Oculi Dextra Endoftalmitis

7. Gordon Y. Vancomycin profilaksis and emerging resistance: are ophthalmologist the

villains? The heroes ? Amj Ophtamol 2001

8. Gan IM, Ugahary L C, Van dissel JT, feron E, Peperkampe, Veckeneer M et al.

intravenal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative endoftalmitis: a

prosfective randomized trial. Graefes arch clin exp. Ophthalmol. 2005; 243:1200