endoftalmitis agus

Upload: agustinus-fatolla

Post on 30-Oct-2015

156 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

docx

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama : Tn. SUmur: 50 TahunJenis Kelamin: laki-lakiAgama: IslamBangsa/Suku: BugisPekerjaan: wiraswastaAlamat: BarruTanggal Pemeriksaan: 11 april 2013No. Register: 60 11 16

II. ANAMNESISKeluhan Utama : Nyeri pada mata kiriAnamnesis Terpimpin:Dialami sejak 3 minggu yang lalu disertai mata merah dan nyeri, terjadi setelah 1 minggu melakukan operasi katarak. Mata merah (+), kotoran mata berlebih (+), air mata berlebih (+), penglihatan menurun (+), dan silau (+). Riwayat trauma (-),Riwayat DM (+) sejak tahun 2005, Riwayat HT (-), Riwayat alergi (-). Riwayat operasi katarak tanggal 25/2/2013 dan pengobatan sebelumnya (+) di klinik swasta namun dirujuk ke RSWS.

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI Oculi Dekstra Oculi Sinistra

Oculi Sinistra

A. INSPEKSINoPemeriksaanODOS

1PalpebraEdema (-)Edema(+)

2Apparatus LakrimalisLakrimasi (-)Lakrimasi (+)

3SiliaNormalSekret (+)

4KonjungtivaHiperemis (-)Injektio konjungtiva (+) injektio periciliar (+)

5Bola mataNormalNormal

6Mekanisme muscularODSKesegala arahKesegala arah

ODOS

7Kornea

tes sensitivitastes placidoJernih

T.d.p T.d.pKesan edematampak jahitan diarah superior kornea, jahitan interuptus arah jam10-jam 2, aposisi luka baikT.d.pT.d.p

8Bilik mata depanNormalHipopion (+) 1/8 BMD

9IrisCoklatCoklat

10PupilBulat, sentralUnround, sentral

11LensaKeruhIOL (+)

B. PALPASINoPemeriksaanODOS

1Tensi okulerTn Tn

2Nyeri tekan(-)(+)

3Massa tumor(-)(-)

4Glandula pre-aurikulerTidak ada pembesaranTdk ada pembesaran

C. TONOMETRI : Tidak dilakukan pemeriksaan D. VISUS: VOD = 6/30: VOS = 1/300 E. CAMPUS VISUIL: Tidak dilakukan pemeriksaan.F. COLOR SENSE : Tidak dilakukan pemeriksaan.G. LIGHT SENSE: Tidak dilakukan pemeriksaan.

H. PENYINARAN OBLIK:NoPemeriksaanODOS

1Konjungtiva Hiperemis (-)Injektio konjungtiva (+) injektio periciliar (+)

2Kornea Jernih Kesan edema,tampak jahitan diarah superior kornea, jahitan interuptus arah jam10-jam 2, aposisi luka baik

3Bilik Mata DepanNormalHipopion (+) 1/8 BMD

4Iris Coklat, kripte (+)Coklat, kripte (+)

5Pupil Bulat, sentral RC (+) Unround, sentral, RC (+)

6Lensa keruhIOL (+)

I. DIAFANOSKOPI : Tidak dilakukan pemeriksaanJ. OFTALMOSKOP: Tidak dilakukan pemeriksaanK. SLIT LAMPSLOD : Palpebra oedema(-), Silia normal, Lakrimasi (-), Konjungtiva hiperemis (-), Kornea Jernih, BMD normal, Iris coklat, kripte (+), Pupil bulat, sentral , RC (+), Lensa keruh

SLOS : Palpebra oedema(+), Silia sekret (+), Lakrimasi (+), Konjungtiva Injektio konjungtiva (+) injektio periciliar (+), Kornea kesan edema, tampak jahitan diarah superior, aposisi luka baik, BMD hipopion (+) 1/8 BMD, Iris coklat,kripte (+), Pupil unround, sentral , RC (+), Lensa IOL (+)

L. LABORATORIUM WBC 8,21 x 103/mm3RBC 4.48 x 106/mm3HGB 12,9 g/dl.HCT 39,8 %PLT 8.2 X 103/mm3

M. PEMERIKSAAN USG

USG : echo normal, lensa IOL (+), vitreus keruh, retina kesan attach, dan nervus optik kesan intak.IV. RESUMENyeri pada mata kiri dialami sejak 3 minggu yang lalu disertai mata merah. setelah 1 minggu setelah operasi katarak, pasien merasakan nyeri di sekitar mata hingga kepala disertai penurunan visus. Mata hiperemis (+), lakrimasi (+), sekret (+), fotofobia (+). Riwayat trauma (-), riwayat HT (-), riwayat DM (+) sejak tahun 2005, riwayat alergi (-), riwayat operasi katarak tanggal 25/2/2013 dan pengobatan sebelumnya di klinik swasta (+) namun dirujuk ke RSWS.Pada pemeriksaan slit lamp, OS Palpebra oedema(-), Silia sekret (+), Lakrimasi (+), Konjungtiva Injektio konjungtiva (+) injektio periciliar (+), Kornea kesan edema, tampak jahitan diarah superior kornea, jahitan interuptus arah jam10-jam 2, aposisi luka baik, BMD hipopion (+) 1/8 BMD, Iris coklat,kripte (+), Pupil unround, sentral , RC (+), Lensa IOL (+). Pada pemeriksaan USG, echo normal, lensa IOL (+), vitreus keruh, retina kesan attach, dan nervus optik kesan intak. Pada pemeriksaan visus, OD = 6/30, VOS= 1/300, dengan tensi okuler sinistra Tn.

V. DIAGNOSISOS Endoftalmilitis + pseudofakia OD Katarak senile immature

VI. TERAPI Vigamox 1 tetes / 1 jam OS P.Pred 1 tetes / 1 jam OS Atropin ED 3x1 tetes OS Cefadroxyl 2x500 mg metilprednisolone 3x4 mg

VII. ANJURANInjeksi antibiotik intravitrealVIII. PROGNOSISQuo ad vitam : bonamQuo ad visam : dubia et malamQuo ad sanam : dubiaQuo ad cosmeticum : bonam

IX. DISKUSIDari anamnesis, pasien mengeluh adanya nyeri pada mata kiri. Nyeri ini bisa disebabkan oleh aktifasi mediator-mediator radang akibat infeksi, selain itu juga bisa disebabkan oleh adanya luka paska operasi pada daerah kornea, dimana daerah ini memiliki serabut saraf tidak bermielin (sensibilitas cabang pertama nervus trigimenus pada kornea), sehingga sangat sensitif terhadap rangsangan. Penglihatan pasien juga menjadi kabur. Pada pemeriksaan fisis didapatkan VOS = 1/300, lakrimasi dan fotofobia. Penglihatan kabur ini bisa disebabkan oleh adanya gangguan dari media refraksi, dapat berupa edema dan luka paska operasi pada kornea akibat adanya proses infeksi. Selain itu mungkin terdapat ddebris pada vitreus homur salah satu media refrakta, yang juga dapat diakibatkan proses infeksi sehingga refraksi cahaya tidak berjalan sempurna sehingga membuat visus pasien menjadi 1/300. Pada pemeriksaan juga didapatkan hipopion pada bilik mata depan. Hipopion didefinisikan sebagai pus steril yang terdapat pada bilik mata depan. Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena adanya gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari lekosit tanpa adanya mikroorganisme patogen, seperti bakteri, jamur maupun virus, karena hipopion adalah reaksi inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme patogen, dan bukan mikroorganisme itu sendiri. Bangunan yang berhubungan dengan hipopion adalah iris dan badan siliar. Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan aqueous, sehingga memberikan gambaran hipopion. Adanya pus di bilik mata depan biasanya memberikan gambaran lapisan putih. Karena pus bersifat lebih berat dari cairan aqueous, maka pus akan mengendap di bagian bawah bilik mata depan. Kuantitas dari hipopion biasanya berhubungan dengan virulensi dari organisme penyebab dan daya tahan dari jaringan yang terinfeksi.Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi yang telah dilakukan, maka pasien ini didiagnosis dengan OS endoftalmitis. Adapun penatalaksanaan pada pasien ini berupa pemberian antibiotik topikal seperti vigamox (moxifloxacin yang merupakan antibiotic golongan fluoroquinolon generasi keempat dan lebih efektif terhadap spectrum bakteri gram-positif yang lebih luas) dan sistemik, yaitu cefadroxil (golongan sefalosporin yang bersifat bakterisidterutama pada bakteri gram positif). Untuk mencegah sinekia dan meredakan nyeri dan fotobia, pasien diberikan atropine yang bersifat sikloplegik dengan melebarkan pupil dan melumpuhkan otot-otot akomodasi. Selain itu, pasien juga diberikan p-pred mengandung prednisolon asetat sebagai kortikosteroid optalmik dan metilprednisolon sebagai kortikosteroid sistemik yang berspektrum luas.

ENDOFTALMITISA. PENDAHULUANEndoftalmitis adalah kasus yang jarang ditemukan tetapi komplikasi ini biasanya timbul setelah pembedahan okuli ataupun trauma atau sebagai konsekwensi dari infeksi sistemik.1 Infeksi ini sangat jarang terjadi (sekitar 1 dalam 1000 operasi) tetapi dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang gawat.2 Kasus ini adalah inflamasi okuli yang serius pada corpus vitreus yang penyebarannya berasal dari penyebaran eksogen dan endogen yang menginfeksi ke dalam mata.B. DEFINISIEndoftalmitis adalah sebuah diagnosis klinis yang dibuat ketika terdapat inflamasi intraocular yang melibatkan baik ruang posterior dan anterior yang berhubungan dengan infeksi bakteri dan jamur. Retina dan koroid dapat juga terlibat, yang biasanya disertai dengan skleritis dan keratitis.3C. ANATOMIBola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu: 41. Sklera merupan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibandingkan sklera.2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suparakhnoid.Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis ebanyak 10 lapis yang merupakan lapisan membran neurosensoris yang akan mengubah sinat menjadi ransangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.

Anatomi korpus vitreus (badan kacara)Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dan retina. Bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.4Korpus vitreus seperti gelatin yang terdiri dari 90% air dan 2% colagen dan asam hialuronic.5

Gambar 1. Anatomi bola mata. Diambil dari kepustakaan 6D. ETIOLOGIendoftalmitis dapat berupa 1) endoftalmitis infeksi, yang dikonfirmasi dengan kultur, 2). endoftalmitis steril, yaoti endoftalmitis dengan hasil kultur negatif. inflamasi paskaoperasi kronik yaitu kasus-kasus endoftalmitis dengan hasil kultur negatif dan terjadi akibat stimulus noninfeksi seperti material lensa yang tertinggal (lens-induced uveitis), malposisi dari lensa intraocular, atau akibat debris pro-inflamasi pada mata akibat trauma ataupun pembedahan intraokular. 31. Infeksi endoftalmitis dapat dikategorikan berdasarkan keadaan dari bagaimana organisme yang menginfeksi itu masuk ke dalam bola mata. Dalam banyak kasus organisme masuk ke mata dari lingkungan luar (eksogen) melalui operasi insisi, laserasi karena trauma dan bermacam-macam kategori termasuk mengangkat jahitan9. Infeksi bisa disebabkan secara: a. Infeksi eksogen (endoftalmitis eksogen), dimana organisme masuk ke dalam mata dari lingkungan eksternal, berdasarkan jumlah kasusnya, dapat dikategorikan menjadi3: postoperative endophthalmitis, setelah insisi operasi posttraumatic endophthalmitis, akibat trauma penetrasi bleb-associated endophthalmitis, yang terjadi setelah pembedahan glaukoma dengan filtering bleb konjungtiva

Tabel 1. Karakteristik endoftalmitis eksogen. (dikutip dari kepustakaan 3)

Setiap prosedur operasi yang melibatkan struktur mata bisa menyebabkan endoftelmitis eksogen (seperti operasi katarak, glaukoma, operasi retina, dan keratotomy radial).8 Diperkirakan 90% pasien postoperasi dari operasi katarak. Beberapa data juga menunjukkan bahwa operasi keratoplasti, trabeculektomi dan drainase glukoma mempunyai resiko tinggi mengalami komplikasi endoftalmitis dibandingkan dari operasi katarak.1 Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus bola mata, maka bola mata akan terlihat tanda-tanda seperti: tajam penglihatan berkurang, tekanan bola mata rendah, bilik mata dangkal, bentuk dan letak pupil yang berubah, terlihat ada ruptur pada korne dan sklera.4b. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya endocarditis. Pasien-pasien dengan imunocompromised lebih beresiko terkena endoftalmitis endogen. Seperti penyakit diabetes melitus, HIV, operasi gastrointestinal, pemeriksaan endoskopi dan infeksi dari gigi, semuanya juga beresiko endoftalmitis endogen.c. Infeksi sekunder dari struktur sekitar. Ini sangatlah jarang terjadi. Walaupun begitu, kasus inflamasi purulen intraokular telah dilaporkan bersaman dengan infeksi dari celulitis, tromboplebitis dan ulkus kornea.Organisme yang biasanya ada pada eksogen endoftalmitis adalah: 7 Bakteri. Bakteri gram positif cocci seperti staphylococcus epidermidis dan staphylococcus aureus. Bakteri lainnya terdiri atas streptococci dan corynebacterium. Jamur/ fungi. Relatif jarang terjadi. Disebabkan oleh aspergillus, fusarium, candida, dll.2. Non-infeksi (steril) endoftalmitisSteril endoftalmitis dihubungkan dengan infalamasi dari struktur dalam bola mata yang disebabkan oleh toxin. Ini tergantung dari situasi yang ada. Pasca operasi endoftalmitis steril bisa dikarena oleh toxin reaksi dari Zat kimia adheren dalam lensa okular (IOL) Zak kimia adheren dalam peralatan Post trauma endoftalmitis steril, dihubungkan dengan reaksi toxin untuk menolak benda asing dalam intraokular Tumor intraokular, nekrosis bisa menghasilkan endoftalmitis yang steril (sindrom masquerade)Pacoanapilaksis endoftalmitis bisa karena rangsangan lensa pada morgagnian katarak.E. MANIFESTASI KLINISPenurunan ketajaman visus dan kehilangan penglihatan yang permanen adalah keluhan utama dari endoftalmitis.8 Gejala klinis yang palings sering ada pada endoftalmitis adalah:9

1. Penurunan visus2. Hipopion3. Nyeri 4. Konjungtiva hiperemis 5. Kemosis6. Kornea udemPeradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang disertai dengan hipopion. Kekeruhan ataupun abses di dalam badan kaca, keadaan ini akan memberikan refleks pupil berwarna putih sehingga gambaran seperti retinoblastoma atau pseudoretinoblastoma.4Bila sudah terlihat hipopion keadaan sudah lanjut sehigga prognosis lebih buruk. Endoftalmitis akibat kuman kurang virulen, tidak terlihat seminggu atau beberapa minggu sesudah trauma atau pembedahan. Demikian pula infeksi jamur dapat tidak terlihat sesudah beberapa hari atau minggu karena itu diagnosis dini dan cepat, harus dibuat untuk berakhirnya dengan kebutaan pada mata.4

Gambar 2. Endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri. Diambil dari kepustakaan 8.

Gambar 3. Endoftalmitis yang disebabkan oleh jamur. Diambil dari kepustakaan 3.F. PEMERIKSAAN PENUNJANGYang paling terpenting adalah pemeriksaan labarotorium untuk endoftalmitis yaitu dengan pewarnaan gram dan kultur dari cairan aquos dan vitreus oleh ahli oftalmologi.9Radiografi seperti photo dada untuk mengevaluasi sumber infeksi. USG jantung untuk evaluasi endokarditis sebagai sumber infeksi. CT scan/ MRI pada mata untuk menghilangkan difrensial diagnosa.9

G. DIAGNOSISDengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang didapatkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis endaoftalmitis sudah dapat ditegakkan.

H. DIAGNOSIS BANDINGa. PanuveitisPanuveitis adalah radang pada seluruh uvea, yaitu uvea anterior, intermediet, serta uvea posterior. Adapun gejala-gejala yang dapat ditimbulkan akibat panuveitis, dibagi dua yaitu:Gejala Subyektif1) Nyeri2) Fotofobia dan lakrimasiFotofobia disebabkan spasmus siliar bukan karena sensitif terhadap cahaya. Lakrimasi disebabkan oleh iritasi saraf pada kornea dan siliar, jadi berhubungan erat dengan fotofobia. Terjadi pada uveitis anterior akut.3) Penglihatan Kabur4) Konjungtiva kemerahanGejala Obyektif1) Injeksi siliar, hiperemi pembuluh darah siliar sekitar limbus, berwarna keunguan.2) Perubahan kornea, kreatik presipitat. Terjadi karena pengendapan selradang dalam bilik mata depan pada endotel kornea akibat aliran konveksi akuos humor, gaya berat dan perbedaan potensial listrik endotel kornea.3) Kelainan kornea4) Kekeruhan dalam bilik depan mata yang disebabkan oleh meningkatnya kadar protein, sel, dan fibrin.5) Perubahan pada lensa, berupa pengendapan sel radang, pengendapan pigmen, dan perubahan kejernihan lensa.6) Perubahan dalam bahan kacaKekeruhan badan kaca terjadi karena pengelompokkan sel, eksudat fibrin dan sisa kolagen, di depan atau di belakang, difus, berbentuk debu, benang, menetap atau bergerak.7) Perubahan tekanan bola mata. b. Tumor intra okulertumor intraokular dapat berupa :1) Tumor uvea : iris melanoma, iris cystis, ciliary body, melanoma, choroidal melanoma, choroidal naevus, choroidal hemangioma.2) Tumor retina : retinoblastoma, astrocytoma, capillary, haemangioma, cavernous haemangioma3) tumor retinal pigment epithelium : congential hypertrophy c. PanoftalmitisPanoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses.Panoftalmitis disebabkan terutama oleh golongan bakteri dan diikuti jamur, parasit, dan virus. dapat didahului dengan endoftalmitis disertai dengan proses peradangan yang mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, dan sclera) dan badan kaca. Disamping itu dapat pula oleh karena suatu uveitis septik yang lebih hebat dan akibat tukak kornea perforasi. Diagnosis panoftalmitis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, Pada anamnesis mungkin didapatkan riwayat demam, sakit kepala, muntah, nyeri, mata merah, edema palpebra, penurunan visus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kongesti konjungtiva, injeksi silier berat, kemosis konjungtiva, kornea keruh, hipopion, pupil miosis, gerakan bola mata terbatas.

I. KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan perdangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsula tenon.

Berikut ini perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitisGejalaEndoftalmitispanoftalmitis

RadangIntraokularIntraokular, intraorbita

DemamTidak nyataNyaata

Sakit bola mataAdaBerat

Pergerakan bola mataMasih dapatSakit tidak bergerak

EksoftalmusTidak adaMata menonjol

bedahEnukleasiEviserasi bulbi

Gambar 4. Panoftalmitis. Diambil dari kepustakaan 7.J. PENATALAKSANAANPenanganan ini tergantung dari derajat keparahan dari inflamasi yang terjadi:9a). Penanganan primer:1. Control/ menyingkirkan infeksi2. Mencegah komplikasi3. Pengembalian fungsi penglihatan4. Mengambil sampel untuk pemeriksaan labb). Penanganan sekunder:1. Meringankan gejala simtomatik2. Mencegah panoftalmitis3. Memperbaiki aliran darah retinPengobatan:9Antibiotik spektrum luas digunakan untuk menangani bakteri gram positif dan gram negatif. Secara umum yang digunakan adalah :Vancomicin membunuh bakteri gram positif, Aminoglikosida membunuh bakteri gram negatif : Gentamisin, Tobramisin dan Amikasin. Ciprofloxacin diberikan secara oral dan menunjukkan hasil yang memuaskan.Antibiotik ini bisa diberikan secara topikal, subconjungtiva, intravitreal, dan intravena.Modalitas dalam pengobatan :a). Terapi anti mikroba : intravena, topikal, peribulbar, sistemikb). Terapi anti inflamasi (NSAID dan kortikosteroid : intravitreal, topikal dan sistemik.c). Terapi suportif: obat-obat anti glukoma, corneal edema, vitamin.

Pembedahan:10Vitrektomi. Jika penanganan lewat obat-obatan dan injeksi antibiotik intravitreal tidak menunjukkan perbaikan maka dilakukan vitrectomi.Penentuan waktu kapan baiknya dilakukan vitrektomi masih kontroversi dan membutuhkan pertimbangan dari ahli bedah karena dilakukan secara cepat atau ditunda memiliki resiko dan keuntungan bagi pasien.

K. PROGNOSISEndoftalmitis endogen lebih buruk daripada endoftalmitis eksogen. Karena berhubungan dengan tipe organisme yang berhubungan (tingkat virulensi, organisme, daya tahan tubuh penderita dan keterlambatan diagnosis)Endoftalmitis yang diterapi dengan vitrektomi 74% pasien mendapatkan perbaikan visus sampai 6/30

DAFTAR PUSTAKA1. Kernt, M. Kampik A. Endophthalmitis: pathogenesis,clinical presentation, management, and perspectives. Munich, Germany. In clinical ophthalmology dove press journal. 20102. Khaw P.T, Shah P. ABC of Eyes. 4th ed. London; BMJ Publishing Group; 2004.p. 533. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Dermal Neoplasms. In: Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Basic and Clinical Science Course: Intraokular Inflammation and Uveitis 2011-2012. Singapore: American Academy of Ophthalmology; 2011. p. 269-734. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2006. hal.178-95. Lang GK. Vitreous Body. In: Lang GK :Ophthalmology a Pocket Textbook Atlas. 2nd ed. New York: Thieme; 2006.p.2856. Paul Riordan. Anatomy and Embryology of the eye, dalam : Vaughan & Asbury's General Ophthalmology, 16th Edition. 2004. McGraw-Hill. Kanada.7. Khurana A.K. Diseases of the Uveal Tract. In: Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New age international Publishers; 2007.p.150-38. Egan D.J. Endophthalmitis. [online]. 2011. [cited 20 July 2012]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/799431-overview#showall9. Vidyashankar B, Arora S, Singai R, Shahnawas, Santa S. Medical Treatment of Endophthalmitis. . [online]. 2011. [cited 20 July 2012]. Available from: http://boamumbai.com/journalpdfs/apr-juni01/medrxendoph.PDF10. Jehangir RP. Vitrctomy in Endophthalmitis. [online]. 2011. [cited 20 July 2012]. Available from: http://boamumbai.com/journalpdfs/apr-juni01/vitrectomyendophthalmitis.PDF

1