referat endoftalmitis ninik

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan komplikasi yang membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya mikroorganisme ke dalam mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi intraokuler yang disebut endoftalmitis (Scheidler V,et al., 2004; Kalamalarajah S, et al., 2004). Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya ditandai dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA. Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-pasien dengan endoftalmitis (Scheidler V,et al., 2004; Kalamalarajah S, et al., 2004). Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka penting untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang endoftalmitis pada beberapa tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara sebagai profilaksis yang terjadinya endoftalmitis. Berikut akan diuraikan lebih jauh mengenai endoftalmitis (Scheidler V,et al., 2004). I.2 Rumusan Masalah I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi endoftalmitis? I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan endoftalmitis? I.3 Tujuan

Upload: syarifuddin-abdul-jabbar

Post on 05-Dec-2014

823 views

Category:

Documents


148 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan komplikasi yang

membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah

dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya mikroorganisme ke dalam

mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi intraokuler yang disebut endoftalmitis

(Scheidler V,et al., 2004; Kalamalarajah S, et al., 2004).

Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya ditandai dengan

edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA. Visus menurun

bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-pasien dengan

endoftalmitis (Scheidler V,et al., 2004; Kalamalarajah S, et al., 2004).

Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka penting

untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang endoftalmitis pada beberapa

tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara sebagai profilaksis yang terjadinya

endoftalmitis. Berikut akan diuraikan lebih jauh mengenai endoftalmitis (Scheidler V,et al.,

2004).

I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi endoftalmitis?

I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan endoftalmitis?

I.3 Tujuan

I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi endoftalmitis.

I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan endoftalmitis.

I.4 Manfaat

I.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu

penyakit mata pada khususnya.

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

Page 2: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. H.S.

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 48 tahun

Alamat : Bantur

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS

Status : Menikah

Suku Bangsa : Jawa

Tanggal Periksa : 13 Maret 2013

No. RM : 315238

2.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Mata sebelah kiri nyeri, dan silau saat terkena cahaya.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata sebelah kiri nyeri merah,

penglihatannya kabur, silau terkena cahaya, dan kedua kelopak mata bengkak

sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya pasien mengatakan mata sebelah kiri merah

setelah kelilipan debu saat disawah. Setelah itu mata kanan pasien dikucek terus

menerus.

Sejak kelilipan, pasien mengeluh penglihatannya lama-kelamaan tidak jelas.

Sebelumnya penglihatan pasien dirasa baik-baik saja. Mata pasien juga merah

sejak kelilipan serta dirasa ada sesuatu yang mengganjal di mata kanannya. Mata

kanannya juga kadang berair dan nyeri, serta terkadang silau jika terkena sinar

matahari maupun lampu.

3. Riwayat Penyakit Dahulu : sakit yang sama (-), HT (-), DM (-)

Alergi makanan dan obat (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga : sakit yang sama dengan pasien (-)

Alergi makanan dan obat (-)

5. Riwayat Pengobatan : obat tetes mata

2.3 STATUS GENERALIS

Page 3: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

Kesadaran : compos mentis (GCS 456)

Vital sign :

Tensi : 150/100 mmHg

Nadi : dalam batas normal

Pernafasan : dalam batas normal

Suhu : dalam batas normal

2.4 STATUS OFTALMOLOGIS

Pemeriksaan OD OS

AVTanpa koreksiDengan koreksi

5/15Tidak dilakukan

5/7,5Tidak dilakukan

TIO N/P N/PKedudukan Orthophoria OrthophoriaPergerakan

Palpebra- edema- hiperemi- trikiasis

---

---

Konjungtiva- bulbi: injeksi konjungtiva- hiperemi- injeksi silier- penebalan

-++-

----

Kornea- warna- permukaan- infiltrate

JernihCembung

+

JernihCembung

-COA

- kedalaman- hifema- hipopion

Dalam--

Dalam--

Iris / pupil- warna iris- bentuk pupil- reflek cahaya

CoklatBulat, central

+

CoklatBulat, central

+Lensa

- warna - Iris shadow

jernih-

jernih-

Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukanRetina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.5 DIAGNOSIS

Working diagnosis : OD keratitis numularis

Page 4: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

Differential Diagnosis :

Abrasi kornea

Uveitis anterior

Konjungtivitis

Glaukoma kongestif akut

2.6 PENATALAKSANAAN

Planning Diagnosis : Slitlamp, Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Planning Therapy :

Non farmakologi

Istirahat cukup, menggunanakan obat teratur, tidak menggosok mata, mencuci

tangan setelah memegang mata yang sakit dan menggunakan kain lap, handuk,

sapu tangan baru.Sementara waktu hindari asap, cahaya atau sinar secara

langsung.

Farmakologi

Injeksi peribulber : - Gentamicin 0,4 ml

- Dexametasone 0,4 ml 3 hari OS

- Lidocaine 0,2 ml

2.7 PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam

Page 5: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

BAB IIENDOFTALMITIS

2.1 Anatomi dan Fisiologi Vitreous Humour

Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini

merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan

molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit

sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk

meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya

pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan

memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi (Hanscom TA, 2004).

Gambar 1 anatomi penampang sagital bola mata

2.2 Definisi Endoftalmitis Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler, disertai dengan

terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan lanjut yang mengenai ketiga

dinding bola mata, maka keadaan ini disebut panoftalmitis (Ilyas S. 1998; Vaughan and

Asbury T, 1994)

Pasien terlihat sakit disertai dengan demam, dan pada mata timbul gejala berupa mata

sakit, merah, kelopak bengkak, edema kornea, keratik presipitat, disertai hipopion, refleks

fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat menurun.

Tekanan bola mata sangat merendah dan kadang-kadang meninggi akibat massa supuratif

yang tertumpuk di dalam bola mata (Ilyas S. 1998).

Page 6: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

2.3 Etiologi Endoftalmitis

Penyebab peradangan ini adalah :

- Endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya

- Eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit infeksi

pada pembedahan.

Kuman penyebab biasanya disebabkan oleh Staphylococcus albus, Staphylococcus aureus,

proteus dan pseudomonas dengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila endoftalmitis terjadi dalam 2

minggu setelah trauma, maka keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri,

sedangkan bila gejala terlambat mungkin infeksi disebabkan oleh jamur (Ilyas, 1998).

2.4 Epidemiologi Endoftalmitis

Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua kasus

endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang dirawat.

Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi sebagai mata kiri,

mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk mengarahkan aliran darah ke arteri

karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida dilaporkan pada pengguna narkoba suntik

telah meningkat. Jumlah orang yang beresiko mungkin meningkat karena penyebaran AIDS,

sering menggunakan obat imunosupresif, dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya,

transplantasi sumsum tulang).

Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah operasi

intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi, endophthalmitis biasanya

dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika Serikat, endophthalmitis

postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi

menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap

tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi.

Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera penetrasi okular.

Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada bola mata di

pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan. Keterlambatan dalam

perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan peningkatan resiko berkembangnya

endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda asing intraokular

adalah 7-31%.

2.5 Patofisiologi Endoftalmitis

Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan ketahanan

alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis endogen,

mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung

Page 7: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

(misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan

oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga

disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari

respon kekebalan.

Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau

koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada

eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke

jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat

menyebabkan endophthalmitis eksogen (Hatch WV, et al., 2009; Miller JJ, et al., 2004; Smith

MA, et al., 1997).

2.6 Gejala dan Tanda Endoftalmitis

2.6.1 Gejala

Severe ocular pain

Mata merah

Lakrimasi

Penurunan visus

Fotofobia

2.6.2 Tanda

Kelopak mata bengkak dan eritema

Konjungtiva tampak chemosis

Kornea edema, keruh, tampak infiltrate

Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior)

Iris odem dan keruh

Pupil tampak yellow reflek

Eksudat pada vitreus

TIO meningkat atau menurun

2.6 Jenis-Jenis Endoftalmitis

2.6.1 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu disebabkan

oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu sampai dengan enam

minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di minggu pertama pasca operasi.

Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif,

dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan

Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi

Page 8: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan

visus dan kekeruhan vitreus (Cooper Ba, et al., 2003; Smith SR, et al., 2007)

Gambar 2 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

2.6.2 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu hingga enam

minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata merah, penurunan

ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu

adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat diamati, dihubungkan dengan

adanya hipopion dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan dan opacity dalam vitreous body

( Callegan MC, et al., 2002; Trofa D, et al., 2008)

Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak kapsul putih

dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih rendah dibandingkan

dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab endoftalmitis pseudofaki

kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki virulensi rendah, dengan tanda-tanda

inflammation yang berjalan lambat. Frekuensi paling sering yang menjadi penyebab dari

chronic endiphthalmitis adalah Propionibacterium acnes dan Corynebacterium species (Trofa

D, et al., 2008).

Gambar 3 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

2.6.3 Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma

Page 9: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca operasi

filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah kasus dengan

operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama seperti di

Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang tersering,

membentuk filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke ruang bawah konjungtiva. Akumulasi

cairan ini memungkinkan menjadi tempat peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi

bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-tanda

endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19% pasien, atau bahkan kemudian

dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi.

Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-

tanda kumpulan pus di tempat akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai

konsekuensi dari efek toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis Streptococcus dan

Staphylococcus aureus, disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah satu

penyebabnya (Wejde G, et al., 2005; Maguire JI, 2008; Benz MS, et al., 2004; Prajna NV, et

al., 1998).

2.6.4 Endoftalmitis Pasca Trauma

Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi (20%),

terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Dengan temuan klinis

berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda infeksi biasanya

berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan

mata yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien

berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering

diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan.

(11%). Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit, hiperemi ciliary,

gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam kasus endoftalmitis pasca-

trauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan

Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik, khususnya dengan masuknya benda

asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda

asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat (Mistlberger A, et al., 1997;

Sherwood, et al., 1989).

2.6.5 Endoftalmitis Endogen

Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma mata.

Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan

mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial terjadinya infeksi.

Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya septicaemia, pasien dengan imunitas

Page 10: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

lemah, penggunaan catethers dan Kanula intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya

menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan

spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis endogen

adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif bakteri dalam 5% dari

kasus (Sherwood, et al., 1989; (Lunstrom M, 2007).

Gambar 4 Endoftalmitis Endogen

2.6.6 Fungal Endoftalmitis

Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah beberapa

trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau vitreous body,

atau transmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia. Tidak seperti fungal

chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai dengan tanda peradangan

minimal pada vitreous body, fungal endoftalmitis merupakan penyakit serius dengan

karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut (Hatch WV, et al., 2009).

Gambar 5 Fungal Endoftalmitis

2.5 Diagnosa Banding

Endophthalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk dibedakan

dengan peradangan intraocular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa endopthalmitis sering

ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada sebelumnya dan keratitis, diabetes,

terapi glaukoma, dan bedah sebelumnya. Toxic anterior segment syndrome (TASS) juga

Page 11: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

termasuk dalam diagnosis diferensial endoftalmitis. TASS disebabkan oleh pengenalan

substansi zat beracun selama operasi yang umumnya disebabkan oleh instrumen, cairan, atau

lensa intraokular. Keratitis dan infeksi pasca operasi sering disertai dengan hipopion tanpa

infeksi intraokular. lt ini penting untuk menghindari memperkenalkan infeksi eksternal

(seperti dalam kasus keratitis bakteri) ke mata dengan melakukan paracentesis yang tidak

perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin menumpuk di vitreous, atau sel retinoblastoma dapat

terakumulasi di ruang depan, simulasi peradangan intraocular. Pada retinoblastoma

intraokular biopsi merupakan kontraindikasi. karakteristik yang paling membantu untuk

membedakan endophthalmitis yang benar adalah bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari

proporsi lain temuan segmen anterior. Jika ragu, dokter harus menangani kondisi ini sebagai

suatu proses infeksi (Smith MA, et al., 1997).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti

mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.

Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber infeksi

Studi Imaging

B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga

penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting

dalam pengelolaan dan prognosis.

Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi

USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi

Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)

Periksa visus

Slit lamp

Tekanan intraokular

Melebar funduscopy

ultrasonografi

2.8 Terapi

Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil akhir ini

sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu. Tujuan dari terapi

endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi kerusakan jaringan dari produk

bakteri dan peradangan, dan mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi

yang diberikan adalah antimikroba intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan dalam

kasus yang parah, dilakukan vitrectomy. antibiotik di endophthalmitis (Gordon Y, 2001).

Page 12: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

2.8.1 Non Farmakologi

1. Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yang

mengancam bola  mata dan nyawa apabila tidak tertangani.

2. Menjelaskan bahwa penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga perlu

dilakukan pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi pada mata seperti

mata merah, bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata untuk segera untuk

diperiksakan ke dokter mata.

3. Menjelaskan bahwa penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan yang

ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi

hiperglikemia akan meningkatkan resiko terjadinya bakteriemi yang dapat menyerang

mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal  jika menyebar ke otak.

4. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang memungkinkan

menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

2.8.2 Farmakologi

1. Antibiotik

Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua kemungkinan

patogen dalam konteks pengaturan klinis.

Intravitreal antibiotik

Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg dalam 0.1ml

Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml

Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1 ml

Antibiotik topikal

Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan

Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)

Antibiotik sistemik (jarang).

Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3hari, diikuti

500 mg oral BD selama 6-7 hari, atau

Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam

2. Terapi steroid

• Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml

• Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7 hari

• Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50 mg, 40

mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

3. Terapi suportif

Page 13: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

• Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2 – 3 hari

sekali.

• Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan

intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari

2.8.2 Operatif

Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah debridemen rongga

vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk

memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous yang dapat menyebabkan

ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study

(EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan

lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam

pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa (Gan IM, et

al., 2005)

2.9 Pencegahan

1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi (blepharitis,

kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)

2. Persiapan operasi, termasuk :

Pov. Iodine 5-10%

Sarung tangan steril

Profilaksis topikal / perikoular antibiotik

Profilaksis intravitreal (pada kasus – kasus trauma)

2.10 Prognosis

Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka waktu

infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma. Diagnosa yang

tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu meningkatkan angka

kesembuhan endoftalmi (Gan IM, et al., 2005).

Page 14: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

BAB III

KESIMPULAN

Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang diakibatkan

dari bakteri, jamur atau keduanya. Tanda dan gejala yang ditunjukan antara lain adanya

penurunan visus, hiperemi konjungtiva, nyeri, pembengkakan, dan hipopion. Konjungtiva

chemosis dan edema kornea. Sedangkan jenis dari endoftalmitis ini sendiri Endoftalmitis

akut pasca bedah katarak, Endoftalmitis pseudofaki kronik, Endoftalmitis pasca operasi

filtrasi anti-Glaukoma, Endoftalmitis pasca trauma, Endoftalmitis endogen, Endoftalmitis

jamur. Pemeriksaan penunjang untuk endoftalmitis adalah vitreous tap untuk mengetahui

organisme penyebab sehingga terapi yang diberikan sesuai. Terapi operatif (vitrectomy)

dilakukan pada endoftalmitis berat. Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung durasi

dari endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri dan

keparahan dari trauma. Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang

tepat mampu meningkatkan angka kesembuhan endoftalmitis.

Page 15: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

DAFTAR PUSTAKA

Bannerman Tl, Rhoden D, McAllister SK, Miller JM, Wilson LA. The source of coagulase

negative staphylococciin the Endophtalmitis Vitrectomy Study. A comparasion of eylid

and intraocular isolates using pulsed field gel electrophoresis. Arch Ophtalmol1997;

115: 357-61.

Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites: A 6 years

review of culture proven cases. Am J Ophtalmol 2004; 137:1:38-42.

Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis: Epidemiology, therapeutics,

and bacterialhost interactions. Clin Microbiol Rev 2002;15:1:111-24.

Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of

endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J

Ophtalmol 2003; 136: 300-5.

Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are ophtalmologists the

villains ? The heroes? Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6.

Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et al. Intravitreal

dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative endophthalmitis:a

prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.

Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6.

Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute endophthalmitis

after cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology 2009;116(3):425-30.

Ilyas S. Dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI: 1998; 5 Kalamalarajah S,

Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis following cataract surgery in the

UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.

Lunstrom M, Wejde G, Stenevi U. Endophthalmitis after cataract surgery: a nationwide

prospective study avaluating incidence in relation to incision type and location.

Ophthalmology 2007;114: 1004-9.

Maguire JI. Postoperative endophthalmitis: optimal management and the role and timing of

vitrectomy surgery. Eye 2008;22(10):1290-300.

Miller JJ,Scott IU, Flynn HW. Endophthalmitis caused by Streptococcus pneumoniae. Am J

Ophtalmol 2004; 138:2:231-6.

Page 16: REFERAT ENDOFTALMITIS NINIK

Mistlberger A, Ruckhofer J, Raithel E. Anterior chamber contamination during cataract

surgery with intraocular lens implantation. J Cataract Refract Surg 1997;23:1064-9.

Prajna NV, Sathish S, Rajalakshmi PC, George C. Microbiological profile of anterior

chamber aspirates following uncomplicated cataract surgery. Indian J Ophthalmol

1998;46(4):229-32.

Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endophtalmitis: Clinical

features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4

Sherwood Dr, Rich WJ, Jacob JS. Bacterial contamination of intraocular and extraocular

fluids during extracapsular cataract extraction. Eye 1989;3:308-12.

Smith MA, Sorenson JA, D'Aversa G, Mandelbaum S, Udell I, Harrison W. Treatment of

experimental methicillin-resistant Staphylococcus epidermidis endophthalmitis with

intravitreal vancomycin and intravitreal dexamethasone.J Infect Dis 1997; 175(2):462-6.

Smith SR, Kroll AJ, Lou PL, Ryan EA. Endogenousbacterial and fungal endophthalmitis. Int

OphthalmolClin 2007;47(2):173-83.

Trofa D, Gácser A, Nosanchuk JD. Candida parapsilosis,an emerging fungal pathogen. Clin

Microbiol Rev 2008;21(4):606-25.

Vaughan D, Asbury T. Korpus Vitreum Dalam:. Oftalmologi Umum (General

Opthalmology). Edisi 14. Jakarta, Widya Medika: 1994; 195 – 96

Wejde G, Montan P, Lundström M, Stenevi U, ThorburnW. Endophthalmitis following

cataract surgery in Sweden: national prospective survey 1999-2001. Acta Ophthalmol

Scand 2005;83(1):7-10.