case endoftalmitis

33
BAB I PENDAHULUAN Endoftalmitis adalah inflamasi berat dalam rongga intraokuler (vitreus humour), biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah atau endogen akibat sepsis. Meskipun endoftalmitis bukan merupakan 5 besar penyebab kebutaan, tetapi endoftalmitis merupakan kegawat daruratan bidang oftalmologi. Secara garis besar endoftalmitis dibagi menjadi eksogen dan endogen. Penyebab endogen terbanyak adalah jamur candiddaa yang terinfeksi melalui penyalahgunaan obat intravena, pembedhana, keganasan, DM, neutropenia, da obat imunosupresif. 1,2 Insiden endotalmitis bakteri dilaporkan mencapai 0,06% pada level terendah dan tertinggi sebanyak 0,5%. Pada penelitian yang dilalukan oleh Weinstein dkk terhadap 22 kasus endotalmitis pada anak-anak, ditemukan bahwa 86% infeksi disebabkan oleh trauma pada bola mata, dan pada hasil kultur ditemukan kuman gram positiv sebanyak 75%.

Upload: fiorenditahadi

Post on 22-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ophthalmology

TRANSCRIPT

Page 1: Case Endoftalmitis

BAB I

PENDAHULUAN

Endoftalmitis adalah inflamasi berat dalam rongga intraokuler (vitreus humour),

biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah atau endogen akibat sepsis. Meskipun

endoftalmitis bukan merupakan 5 besar penyebab kebutaan, tetapi endoftalmitis merupakan

kegawat daruratan bidang oftalmologi. Secara garis besar endoftalmitis dibagi menjadi

eksogen dan endogen. Penyebab endogen terbanyak adalah jamur candiddaa yang terinfeksi

melalui penyalahgunaan obat intravena, pembedhana, keganasan, DM, neutropenia, da obat

imunosupresif.1,2

Insiden endotalmitis bakteri dilaporkan mencapai 0,06% pada level terendah dan

tertinggi sebanyak 0,5%. Pada penelitian yang dilalukan oleh Weinstein dkk terhadap 22

kasus endotalmitis pada anak-anak, ditemukan bahwa 86% infeksi disebabkan oleh trauma

pada bola mata, dan pada hasil kultur ditemukan kuman gram positiv sebanyak 75%.

Endotalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun-tahun

terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau

akibat pembedahan mata intra okular.

Page 2: Case Endoftalmitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Endotalmitis adalah reaksi inflamasi/ infeksi intraokuler terutama mengenai

korpus vitreous dan COA, dengan atau tanpa mengenai lapisan atau dinding bola mata

seperti retina dan atau koroid.1,2

Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata

yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli

anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk

abses di dalam badan kaca.3

1.2. Anatomi

korpus vitreous

Gambar 1 vitreus humour1

Page 3: Case Endoftalmitis

Vitreus mengisi ruang antara lensa dan retina, dan terdiri atas matriks serat kolagen

tiga dimensi dan gel asam hialuronat dengan struktur seperti jelli, transparan dan memiliki

volume sekitar 4 ml. 98 % dari vitreus tersusun atas air. Badan vitreus dibagi atas dua bagian

yaitu1,2 :

Korteks, yaitu bagian yang berbatasan dengan posterior retina dan lensa, badan siliar

dan zonulli anterior. Densitas dari kolagen lebih baik pada bagian perifer ini.

Kondensasi dari bentuk fibril dikenal dengan nama anterior membran hyaloid.

Perlekatan anterior membran hyaloid ke bagian retina (posterior membran hyaloid)

akan melemah sejalan dengan adanya penuaan, perdarahan, trauma, dan proses lain

yang menyebabkan matriks kolagen vitreus berkontraksi.

Korteks vitreus posterior kemudian memisahkan diri dari retina pada daerah

yang perlekatannya lemah dan dapat menimbulkan traksi pada daerah-daerah yang

perlekatannya lebih kuat. Sebenarnya vitreus tidak pernah lepas dari basisnya. Vitreus

juga melekat pada nervus optikus dengan keeratan yang kurang, dan juga pada

makula dan pembuluh retina2.

Vitreus dapat berpindah ke inferior saat memisah dari retina, proses ini

menghasilkan gaya yang lebih kecil pada zona perlekatan vitreoretina dibandingkan

gaya traksi yang diberikan oleh gerakan mata yang sakadik. Gaya dinamik yang

terinduksi dari gerak sakadik tersebut berperan penting dalam robekan retina,

kerusakan permukaan retina dan pembuluh darah yang robek. Kontraksi vitreus lebih

lanjut akan invasi epitel pigmen retina, sel glia, atau sel radang dapat menimbulkan

traksi statik yang cukup kuat untuk melepaskan retina tanpa disertai robekan retina.

Badan vitreus (nukleus), memiliki struktur fibril yang lebih sedikit. Disini dimana

pencairan dari gel vitreus mulai pertama kali.

Page 4: Case Endoftalmitis

Camera Oculi Anterior (COA)

COA dibentuk oleh jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi

pengaliran keluar cairan bilik mata. Jika terjadi hambatan pengaliran keluar cairan mata

akan terjadi penimbunan cairan bilik mata didalam bola mata sehingga tekanan bola mata

meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut itu terdapat jaringan trabekulum,

kanal sclemm, garis schwalbe, dan jonjot iris3.

Garis schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Anyaman trabekula berbentuk

segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah ke korpus siliar,

anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik yang

membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecilketika mendekati kanal

sclemm. Bagian anyaman ini yang menghadap ke COA dikenal dengan anyaman uvea

bagian luarnya dekat dengan kanal sclemm disebut anyaman korneosklera2.

3.1. Klasifikasi endoftalmitis

Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Endoftalmitis Eksogen

Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari

lingkungan luar. Endoftalmitis eksogen paling sering disebabkan oleh trauma tembus,

atau infeksi sekunder atau komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang

Page 5: Case Endoftalmitis

membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing, seperti operasi katarak, dan

glaukoma4

Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post operasi dan

endolftalmitis post trauma

- Endoftalmitis Post Operatif

Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora

normal pada kulit dan konjungtiva.

Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi berikut ini : katarak,

implantasi IOL, glaukoma, keratoplasty, eksisi pterigium, pembedahan

strabismus paracentesis, pembedahan vitreus dll. 5

1. Endoftalmitis Post Trauma

Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang

menimbulkan luka robek pada mata.

b. Endoftalmitis Endogen

Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah.

Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada :

Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit

jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll

Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis,

pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll

Page 6: Case Endoftalmitis

Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection,

artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll8

1. Endoftalmitis endogen bakterial,

Adalah infeksi intraokuker yang berat yang yang terjadi melewati

aliran darah dan menyebar dari infeksi ditempat lain ditubuh kita atau

bersumber dari luar seperti cateter atau dari intravena. Infeksi bakterial

endogen relatif jarang terjadi, hanya sekitar 2-8 %dari semua kasus. Jackson

dan kawan-kawan menunjukkan ada 267 laporan kasus endoftalmitis bakterial

endogen. Dari kultur darah paling sering disebabkan oleh bakteri gram positif

seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae , dan Listeria

monocytogenes. Penyebab bakteri gram positif ini banyak ditemukan di

amerika utara dan eropa. Selain itu juga ada ditemukan penyebab nya gram

negatif seperti klebsiella, E coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Neisseria

meningitidis dan banyak ditemukan di asia timur. Endoftalmitis ini sering

menimbulkan kebutaan. Mortality rate pada pasien endoftalmitis adalah 5%.

Endoftalmitis endogen bakterial sering bisa terjadi bilateral sekitar 14-25 %

kasus4.

2. Endoftalmitis endogen jamur

Jamur adalah penyebab endoftalmitis paling sering , Insiden dari

endoftalmitis jamur antara 9-45 %, jamur yang paling sering menyebabkan

endoftalmitis ini adalah candida albicans sekitar 75-80% dari kasus jamur,

diikuti oleh aspergillus 5-78 % pasien, khususnya pasien dengan penggunaan

obat intravena. onset infeksi jamur pos operasi atau trauma lambat biasanya 2

bulan atau lebih, hal ini berhubungan dengan masa inkubasi jamur4.

Page 7: Case Endoftalmitis

Sumber paling penting dari penyebaran endoftalmitis jamur ini adalah

dari endocarditis, traktus gastrointestinal, traktus genitourinaria,infeksi kulit,

infeksi paru, meningitis, dan artritis. Faktor predisposisi lain termasuk

prosedur invasif, kemoterapi, prosedur dental, dan penyalahgunaan obat

intravena.

c. Endoftalmitis Fakoanafilaktik

Merupakan suatu proses autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat

lensa yang tidak terletak di dalam kapsul (membrane basalis lensa). Pada

endoftalmitis fokoanafilaktik, lensa dianggap sebagai benda asing oleh tubuh,

sehingga terbentuk antibodi terhadap lensa yang menimbulkan reaksi antigen

antibodi.3

3.2. Epidemiologi endoftalmitis

60% kasus endoftalmitis eksogen terjadi pasca pembedahan intraokuler. Bentuk

endoftalmitis yang paling sering di Amerika adalah endoftalmitis pasca operasi katarak,

selain itu juga terdapat endoftalmitis pasca trauma sebanyak 4-13 %. Keterlambatan

penutupan luka akibat trauma tajam berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya

endoftalmitis. Di Amerika Serikat endoftalmitis endogen jarang terjadi, hanya berkisar

antara 2-15 % dari seluruh kasus endoftalmitis

3.3. Etiologi

1. Bakteri - Post Operasi

a. Akut

Page 8: Case Endoftalmitis

Endoftalmitis terjadi 1-42 hari setelah operasi

Staphylococcus epidermidis

2. Staphylococcus aureus

3. Bakteri gram negatif : Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli dan

Miscellaneous ( Serratia, Klebsiella, Bacillus)

4. Streptococcus sp

b. Kronis

Endoftalmitis terjadi 6 minggu - 2 tahun setelah operasi

Stapylococcus epidermidis

5. Propionibacterium acnes

2. Bakteri - Post Trauma

6. Bacillus cereus

7. Staphylococcal sp

8. Streptococcal sp

3. Bakteri-Endogen

Streptococcus sp (pneumococcus, viridens)

Staphylococcal sp

4. Fungal Post Operatif

Volutella

Page 9: Case Endoftalmitis

Neurospora

Fusarium

Candida

Fungal Endogen

Candida

Fungal Trauma

Fusarium

Aspergilus

3.4. Patofisiologi

Pada keadaan normal, sawar darah okuler memiliki resistensi alami terhadap

organisme. Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintangan-

rintangan okular. Penetrasi melalui kornea atau sklera mengakibatkan gangguan

eksogen pada mata. Jika masuknya lewat sistem vaskular, maka jalur endogen akan

terbentuk. Setelah bakteri-bakteri memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi

akan berlangsung dengan cepat. 3,7

Pada endoftalmitis endogen, organisme hematogen menembus sawar darah

okuler dengan cara invasi langsung ataupun dengan melepaskan substansi yang

menimbulkan perubahan pada endotel vaskuler pada saat infeksi. Destruksi jaringan

Page 10: Case Endoftalmitis

intraokuler dapat disebabkan karena invasi langsung organisme dan atau karena

mediator inflamasi respon imun.

Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan bakteri.

Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokokus, streptokokus,

pneumokokus, pseudomonas dan bacillus cereus. Bakteri, sebagai benda asing,

memicu suatu respons inflamasi. Masuknya produk-produk inflamasi menyebabkan

tingginya kerusakan pada rintangan okular-darah dan peningkatan rekrutmen sel

inflamasi. 7,8

Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang

melepaskan enzim-enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh bakteri-

bakteri. Kerusakan terjadi di semua level jaringan yang berhubungan dengan sel-sel

inflamasi dan racun-racun. 2

Prosedur pembedahan yang merusak integritas bola mata (katarak, glaukoma,

keratotomi radial) dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen. Gambaran

endoftalmitis dapat hanya berupa nodul-nodul putih di kapsul lensa, iris, retina, atau

koroid atau dapat berupa inflamasi seluruh jaringan okuler yang menyebabkan bola

mata penuh dengan eksudat purulen. Inflamasi ini dapat menyebar ke jaringan lunak

orbita.

Page 11: Case Endoftalmitis

Gambar 2 patofisiologi endoftalmitis

2.7 Diagnosis

Pada endoftalmitis pasien datang dengan keluhan utama berupa rasa sakit pada mata.

Selain itu pasien juga mengeluhkan kelopak mata merah dan bengkak, sukar dibuka,

kaburnya pandangan, nyeri ketika melihat cahaya. 3

Pada pemeriksaan luar mata, funduskopi dan slit lamp dapat ditemukan : palpebra

udem dan eritem, injeksi konjungtiva dan silier, hipopion, vitreitis, kemosis, red reflek

berkurang atau hilang, proptosis, papilitis, leukokoria, udem kornea, keratitis, gambaran flare

pada COA, dan uveitis. Pada pemeriksaan visus, ditenukan adanya penurunan visus yang

disertai dengan kehilangan proyeksi cahaya.3

Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat digunakan untuk membedakan etiologi dari

endoftalmitis, yaitu :5

Page 12: Case Endoftalmitis

Bakteri

9. Onset cepat ( 1-7 hari post operatif)

10. Nyeri, mata merah dan kemosis

11. Edem palpebra dan spasme otot palpebra

12. Visus menurun dengan cepat

13. Hipopion

14. Diffuse Glaukoma

Fungi

15. Onset terlambat (8-14 hari atau lebih)

16. Sedikit nyeri dan merah

17. Transient hipopion

18. Lesi satelit

19. Puff ball opacities pada vitreus

- Visus tidak begitu menurun

Page 13: Case Endoftalmitis

Gambar 2. Gambaran klinis endoftalmitis3

Pemeriksaan penunjang dapat berupa kultur dan sensitivitas terhadap sampel-sampel

aqueous, plak pada kapsul, dan sampel vitreus untuk menentukan jenis organisme dan

sensitivitas antibiotik. PCR dapat digunakan untuk melihat cairan intraokuler. Pada kondisi

vitreous yang tidak dapat ditembus oleh cahaya slit lamp, dilakukan pemeriksaan penunjuan

berupa USG untuk melihat keterlibatan vitrous. Diagnosa banding endoftalmitis adalah

panoftalmitis dan uveitis.5

2.8 Penatalaksanaan

Kortikosteroid dapat diebrikan namun pada beberapa kasus, terjadi perburukan setelah

kortikosteroid di tapering off. Pada endoftalmitis akibat bakteri dapat diberikan topical dan

sistemik. Terapi terbaik diberikan secara injeksi vancomisin intravitreal. Antibiotic yang

diberikan sesuai dengan jenis kuman seperti penisilin G untuk pneumokokus, dan gentamisin

pada bakteri gram negatif. Jika penyebabnya adalah jamur maka dapat diberikan antifungal

injeksi intraviteral seperti amfoterisin B 5-10 mikrogram/0.1 mL atau 100 mikrogram/0.1mL

vorikonazol. Antifungal sistemik diberikan minimal 6 minggu. Sikloplegik diberikan 3 kali

sehari dalam bentuk tetes mata. Vitrektomi dilakukan jika pengobatan dengan medika

mentosa mengalami kegagalan.

Page 14: Case Endoftalmitis

2.9 Komplikasi

Endoftalmitis bakteri dapat menyebabkan sepsis atau berkembang menjadi masqered

syndrome. Kemudian juga bisa terjadi katarak, lepasnya retina, perdarahan vitrous dan

suprakoroid.

2.10Prognosis

Prognosis ditentukan oleh ketepatan diagnosa, ketepatan pemberian obat, luasnyo

lakasi infeksi atau trauma, dan keterlibatan retina. Selain itu jika ditemukan adanya hipopion

pada pemeriksaan maka prognosa buruk.

BAB II

LAPORAN KASUS

Page 15: Case Endoftalmitis

Identitas Pasien

Nama : Ny. JZ

MR : 86.98.80

Umur : 58 tahun

Alamat : Pasar Usang

Anamnesis

Seorang pasien perempuan berusia 58 tahun dirawat di bangsal mata RSUP Dr. M. Djamil

Padang dengan :

Keluhan utama : Mata kanan sakit dan sakit kepala.

Riwayat penyakit sekarang :

Sebelumnya + 1 bulan yang lalu mata kanan kemasukan serbuk pinang waktu

membuka buah pinang. Lalu dibersihkan dengan air daun sirih 1x2 hari. Bagian hitam mata

semakin memutih. 1 minggu yang lalu diberi air daun katarak 1x1 hari. Mata semakin

memutih dan bertaambah sakit disertai sakit kepala. Pasien berobat ke RS Swasta lalu dirujuk

ke RSUP Dr. M. djamil.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien tidak ada menderita penyakit diabetes mellitus, jantung, tidak ada

mengkonsumsi obat dalam jangka waktu lama.

Page 16: Case Endoftalmitis

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluargayang menderita penyakit jantung dan diabetes melitus

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 130/70

Frekuensi nad I : 88 x/menit

Frekuensi napas :19 x/menit

Suhu :37,30 C

Pemeriksaan oftalmologis (tanggal 29 Mei 2014)

Status ophthalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi 1/∞ proyeksi ragu-ragu 5/10f

Visus dengan koreksi - -

Refleks fundus (-) (+)

Silia/Supersilia Trichiasis (-)

Madarosis (-)

Trichiasis (-)

Madarosis (-)

Palpebra Superior Edema (+) Edema (-)

Palpebra Inferior Edema (-) Edema (-)

Page 17: Case Endoftalmitis

Margo Palpebra Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Aparatus Lakrimalis (+) (+)

Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (+)

Kemosis (+)

Sekret (+)

Hiperemis (-)

Kemosis (-)

Sekret (-)

Konjungtiva Forniks Hiperemis (+)

Kemosis (+)

Sekret (+)

Hiperemis (-)

Kemosis (-)

Sekret (-)

Konjungtiva Bulbi Hiperemis (+)

Kemosis (+)

Sekret (+)

Hiperemis (-)

Kemosis (-)

Sekret (-)

Sklera Putih

Kornea Ulkus (+)

Warna putih kekuningan

dengan ø + 10 mm

Permukaan tidak rata

Pinggir irregular

Bening

Endothelial plak (+)

Kamera Okuli Anterior Hipopion (+) Cukup dalam

Iris Tidak bisa dinilai Coklat

Pupil Tidak bisa dinilai Bulat, ø 2mm

Page 18: Case Endoftalmitis

Reflex cahaya +/+

Lensa Tidak bisa dinilai Bening

Korpus Vitreum Tidak bisa dinilai Bening

Fundus :

Media

Papil Optic

Retina

Aa/vv Retina

Makula

Tidak bisa dinilai Bening, bulat, batas tegas,

perdarahan (-), eksudat (-)

Tekanan Bulbus Okuli N + 1 (palpasi) N (palpasi)

Posisi bola mata Ortho Ortho

Gerakan Bulbus Okuli Bebas Bebas

Pemeriksaan lainnya Gram : negatif positif

Giemsa : PMN > MN

KOH : Hifa (-)

Gambar

Page 19: Case Endoftalmitis

Gambar 4 : Foto klinis pasien hari ke-1 dirawat dan hari ke-7dirawat

Diagnosis Kerja : Suspek endoftalmitis OD

Suspek glaukoma sekunder OD

Diagnosis Banding : panoftalmitis

Pemeriksaan Anjuran : USG

Anjuran Terapi :

Floxa ed tiap jam OD

Solnazole ed tiap jam OD

SA ed 3x1 OD

Ceftriaxon fortified tiap jam OD

Glaukon 4x1 tablet

Aspar K 2x1 tablet

Timol 0,5% 2x1 OD

Ciprofloxon 2x500 mg

Prognosis :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad sanam : bonam

Page 20: Case Endoftalmitis

Follow up Pasien (tanggal 30 Mei 2014)

Status Ophtalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi 1/∞ proyeksi ragu-ragu 5/10f

Visus dengan koreksi - -

Refleks Fundus (-) (+)

Supersilia/Silia Trichiasis (-)

Madarosis (-)

Trichiasis (-)

Madarosis (-)

Palpebra Superior Edema (+) Edema (-)

Palpebra Inferior Edema (-)

Margo Palpebra Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Aparat Lakrimalis (+) (+)

Konjungtiva Tarsalis

Konjungtiva Forniks

Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (+)

Injeksi siliar (+)

Sklera Putih

Page 21: Case Endoftalmitis

Kornea Ulkus (+)

Ø + 8 mm

Kedalaman 2/3 stromal

Endothelial plak (+)

Pinggir ulkus irregular

Bening

Kamera Okuli Anterior Hipopion (+) Cukup dalam

Iris Sulit dinilai Coklat

Pupil

Sulit dinilaiBulat, ø 2mm

Reflex cahaya +/+

Lensa Sulit dinilai Bening

Korpus Vitreum Sulit dinilai Bening

Funduskopi :

- Media

- Papil

- Pembuluh darah

- Retina

- Makula

Bening, bulat, batas tegas,

perdarahan (-), eksudat (-)

Tekanan Bulbus Okuli N + 1 (palpasi) N (palpasi)

Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho

Gerak Bulbus Okuli Bebas Bebas

Pemeriksaan USG Vitreus keruh

Page 22: Case Endoftalmitis

Diagnosis Kerja : Endoftalmitis OD

Glaukoma sekunder OD

Diagnosis Banding : -

Anjuran Terapi :

Ceftriaxone fortified ed tiap jam

Floxa ed tiap jam OD

Odnatde ed tiap jam OD

Glaukon tablet 4x1/2

Aspar K tablet 2x1

SA ed 3x1 OD

Timolol 0,5% ed 2x1 OD

Ciprofloxon 2x500mg

EDTA ed 4x1 OD

Tetrasiklin 4x200mg

Prognosis :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad sanam : bonam

Page 23: Case Endoftalmitis

BAB IV

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 58 tahun dirawat di Bangsal Mata

RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 29 Mei 2014 dengan diagnosis endoftalmitis OD

dan glaukoma sekunder OD. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik

Dari anamnesis didapatkan mata kanan pasien sakit dan pasien mengeluh sakit kepala.

Sebelumnya + 1 bulan yang lalu mata kanan pasien kemasukan serbuk pinang saat membuka

buah pinang, oleh karena itu diduga serbuk pinang tersebut masuk ke mata dan mencapai

bagian mata yang lebih dalam sehingga merusak sawar okuler. Riwayat pasien menggunakan

daun sirih untuk pengobatan diduga memperburuk dan menambah infeksi pada mata pasien.

Dari pemeriksaan fisik ophtalmikus OD ditemukan adanya edema pada palpebra,

Page 24: Case Endoftalmitis

kelopak mata sukar dibuka, penurunan visus, konjungtiva hiperemis, kemosis,kornea keruh,

tidak ada gangguan pada gerakan bola mata, dan dari pemeriksaan USG didapatkan

vitreusnya keruh sehingga mendukung diagnosis endoftalmitis dan menyingkirkan diagnosa

banding panoftalmitis. Pada pasien juga ditemukan peningkatan tekanan intra okuler, hal ini

diduga karena tersumbatnya trabekula akibat adanya proses inflamasi.

Prognosis fungsionam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena fungsi mata nya

bisa kembali normal jika diobati dengan baik dan perluasan infeksi dapat di minimalisir

sehingga tidak meluas kebagian posterior.

Daftar pustaka

Khurana A K.2007. Comprehensive Ophthamology. New Delhi: New Age

International, p 243-244

Vaughan, Asburys.2011.General Ophtalmology. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran

EGC, hal 178

Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga. Jakarta : fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, hal 8, 175

Seal David,Uwe Pleyer.2007.Ocular Infection Second Edition. New York: Informa

Healthcare, p 239-242

Page 25: Case Endoftalmitis

Ramana et all.2011.Intraoculaer Inflamation and Uveitis. Bobrow JC, dkk, 2008. Lens

and Cataract. Singapore : American Academy of Ophtalmology, p 269-273

Bobrow JC, dkk, 2008. Lens and Cataract. Singapore : American Academy of

Ophtalmology

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke-2, CV. Segung Seto, Jakarta, 2002,

hal 167- 171, 188.

Wijaya. N., et al, Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6, 1993, hal 149-150.

Daftar Gambar

Gambar 1 anatomi vitreus humor

Gambar 2 patofisiologi endoftalmitis

Gambar 3 gambaran klinis endoftalmitis

Gambar 4 Foto klinis pasien hari ke-1 dirawat dan hari ke-7 dirawat