usulan penelitian boeng bismillah

65
INTENSITAS SERANGAN DAN KEJADIAN PENYAKIT JAMUR Pseudocerocospora timorensis PENYEBAB BERCAK DAUN TERHADAP BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea Batatas). USULAN PENELITIAN FRENGKI HADI EKO SANTOSO B1J012162

Upload: frengki-hadi-eko-santoso

Post on 24-Jan-2016

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proposal boeng

TRANSCRIPT

Page 1: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

INTENSITAS SERANGAN DAN KEJADIAN PENYAKIT JAMUR Pseudocerocospora timorensis PENYEBAB BERCAK DAUN

TERHADAP BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea Batatas).

USULAN PENELITIAN

FRENGKI HADI EKO SANTOSOB1J012162

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2015

Page 2: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

INTENSITAS SERANGAN DAN KEJADIAN PENYAKIT JAMUR Pseudocerocospora timorensis PENYEBAB BERCAK DAUN

TERHADAP BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea Batatas).

FRENGKI HADI EKO SANTOSOB1J012162

Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhirpada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Disetujui dan disahkanPada tanggal Oktober 2015

Dosen Pembimbing I,

Juni Safitri Muljowati, S.Si., MP.NIP. 19710603 199702 2 001

Dosen Pembimbing II,

Dr. Dwi Nugroho Wibowo, M.S.NIP. 19611125 198601 1 001

Mengetahui,Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Biologi

Universitas Jenderal Soedirman

Dr. Hendro Pramono, MS.NIP. 19590722 198601 1 001

ii

Page 3: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan usulan penelitian ini dapat

terselesaikan. Usulan penelitian ini diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian

studi akhir pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal soedirman. Penulis

mengambil topik tentang “Intensitas Serangan dan Kejadian Penyakit Jamur

Pseudocerocospora timorensis Penyebab Bercak Daun terhadap Beberapa

Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan usulan penelitian

ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada Drs. Hendro Pramono, M.S. sebagai Wakil Dekan

Bidang Akademik yang memberikan izin penelitian, Dra. Muachiroh Abbas, M.Si.

sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan arahan, Juni

Safitri Muljowati, S.Si., MP. sebagai Pembimbing I yang telah memberikan arahan,

motivasi, dan bimbingan, dan Dr. Dwi Nugroho Wibowo, M.S. sebagai Pembimbing

II yang telah memberikan masukan dan bimbingan, serta kepada semua pihak yang

telah membantu penyusunan usulan penelitian ini.

Penulis berharap semoga usulan penelitian ini dapat dijadikan pedoman yang

baik dan sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Akhir kata, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Purwokerto, Oktober 2015

Penulis

iii

Page 4: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

DAFTAR ISI

Prakata ............................................................................................................ iii

Daftar isi........................................................................................................... iv

Daftar Tabel ..................................................................................................... v

Daftar Gambar.................................................................................................. vi

Daftar Lampiran ............................................................................................... vii

Daftar Satuan dan Singkatan ........................................................................... viii

Ringkasan......................................................................................................... 1

I. Pendahuluan............................................................................................... 2

II. Telaah Pustaka........................................................................................... 5

III. Metode Penelitian...................................................................................... 14

Jadwal Penelitian.............................................................................................. 25

Daftar Referensi................................................................................................ 26

Lampiran........................................................................................................... 30

iv

Page 5: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Sedimentasi Waduk P.B. Soedirman.................. 10

Tabel 4.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian................................................ 25

v

Page 6: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ikan palung Hampala macrolepidota (C.V.)................................ 7

Gambar 3.2 Peta Pengambilan Sampel............................................................. 15

vi

Page 7: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Spesifikasi Bahan dan Peralatan.................................................. 30

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian.................................................................. 32

Lampiran 3. Tabulasi Data Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Palung............... 33

Lampiran 4. Tabulasi Data Mortalitas dan Eksploitasi.................................... 34

vii

Page 8: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

DAFTAR SATUAN DAN SINGKATAN

Simbol satuan Satuan Keterangan (besaran pokok)McmmminchgClmlmg.l-1

m.s-1

Juta.m-3

MeterSentimeterMillimeterInchiGramCelciusLiterMilliliterMilligram per literMeter per sekonJuta per meter kubik

PanjangPanjangPanjangPanjangMassa/bobotTemperaturVolumeVolumeKandungan (massa/bobot per volume)KecepatanVolume

Simbol Arti°%’”2

3

&-><

Derajat , umumnya dalam CelciusPersen (perseratus)MenitDetikSatuan luasSatuan VolumeDanSampaiLebih dariKurang dari

viii

Page 9: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

RINGKASAN

Ubi jalar (Ipomoea batatas Lam.) merupakan salah satu komoditas pangan di Indonesia biasa digunakan sebagai pengganti beras karena dapat memberikan rasa kenyang dan memiliki rasa enak. Berbagai macam kandungan gizi yang terkandung dalam umbi ubi jalar diantaranya kalori 123 kal, protein 1,8 gr, lemak 0,7 gr, karbohidrat 27,9 gr, air 68,5 gr, serat 1,4 gr, kadar gula 0,4 gr, beta karoten 54 gr. Namun, seiring perkembangan jaman, komoditas penanaman tanaman pangan ini semakin menurun produksinya, pemicu utamanya adalah serangan penyakit salah satunya adalah penyakit bercak daun yang disebabkan jamur Pseudocerocospora timorensis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas serangan jamur Pseudocerocospora timorensis pada beberapa varietas ubi jalar (Ipomoea batatas), mengetahui varietas ubi jalar (Ipomoea batatas) yang paling tahan terhadap serangan jamur Pseudocerocospora timorensis, dan mengetahui kejadian dan keparahan penyakit akibat serangan jamur Pseudocerocospora timorensis terhadap beberapa varietas ubi jalar (Ipomoea batatas). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi dan Fitopatologi serta penanaman bibit ubi jalar di rumah kaca Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 8 varietas ubi jalar dengan masing-masing varietas dilakukan 5 kali ulangan dan 1 kontrol dibutuhkan 48 polybag beserta bibi dari masing-masing varietas. Inokulasi jamur Pseudocerocospora timorensis sebagai penyabab bercak daun ditumbuhkan pada media PDA dan dilakukan pengenceran bertingkat sampai dosis 10 ml/100 dan penyemprotas dilakukan pada ubi jalar dengan umur 2 minggu. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan jamur Pseudocerocospora timorensis sebagai parameter utama dengan parameter pendukungnya adalah kejadian penyakit dan keparahan penyakit dengan korelasi faktor lingkungan. Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance) dan jika hasil berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNT.

Kata kunci: ikan palung Hampala macrolepidota (C.V.), struktur populasi, waduk, kualitas air.

1

Page 10: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

2

Page 11: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

I. PENDAHULUAN

Ikan palung Hampala macrolepidota (C.V.) merupakan spesies asli

Indonesia yang ditemukan di Waduk P.B. Soedirman, Kabupaten Banjarnegara

(Rukayah & Wibowo, 2010). Ikan spesies asli merupakan spesies ikan yang

menghuni wilayah perairan Indonesia yang sesuai dengan habitatnya secara alami

(Kolar & Lodge, 2001). Ikan palung digemari masyarakat karena memiliki rasa

yang enak serta mengandung protein tinggi yaitu sebesar 31-33%, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi (Erlania et al., 2011).

Ikan palung merupakan sasaran utama penangkapan ikan di Waduk P.B.

Soedirman. Penangkapan yang dilakukan secara terus-menerus akan berdampak

pada penurunan populasi spesies asli (Wargasasmita, 2005). Penurunan populasi

spesies asli diantaranya disebabkan oleh terjadinya over eksploitasi serta

penurunan kualitas air (Jubaedah, 2004).

Waduk P.B. Soedirman telah mengalami perubahan kualitas air yang

disebabkan oleh sedimentasi. Proses sedimentasi cenderung meningkat, yakni

prosentase volume waduk terisi sedimen sejak tahun 1989 sebesar 2,28 % hingga

tahun 2006 sebesar 49,91 %. Sedimentasi ini diakibatkan oleh laju erosi yang

terjadi pada DAS Merawu yaitu sebesar 10,23 mm.tahun-1, DAS Serayu yaitu

sebesar 4,12 mm.tahun-1, dan di luar DAS Merawu dan Serayu yaitu sebesar 2,7

mm/tahun (Wulandari, 2007). Perubahan kualitas air akibat sedimentasi

berdampak pada penurunan kualitas air di waduk (Wulandari, 2010).

Penangkapan ikan secara terus menerus dan penurunan kualitas air dapat

mempengaruhi struktur populasi, antara lain dapat dilihat dari ukuran ikan, jumlah

hasil tangkapan, dan habitat ikan (Khalifa, 2011). Hal ini mengakibatkan sebagian

besar ikan-ikan yang ada di waduk mengalami penurunan bahkan kepunahan

apabila tidak dilakukan pengelolaan ikan secara tepat. Pengelolaan yang tepat

mengenai ikan palung membutuhkan berbagai informasi. Saat ini informasi terkait

ikan palung masih sangat terbatas dalam mengungkap masalah tersebut, salah

satunya adalah informasi mengenai struktur populasi ikan palung .

Struktur populasi merupakan salah satu strategi dalam memprediksi

kondisi populasi dalam suatu kawasan perairan (Budimawan et al., 2013).

Struktur populasi memberikan gambaran tentang kelompok umur, rasio kelamin,

dan ukuran (Wirakusumah, 2003). Pengetahuan tentang pendugaan pertumbuhan,

Page 12: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

laju mortalitas, laju eksploitasi, dan hasil per rekruitmen relatif suatu spesies

dibutuhkan untuk menjelaskan struktur populasi pada suatu kawasan perairan

(Aswar, 2011). Parameter yang termasuk dalam struktur populasi diantaranya

adalah ukuran panjang, laju pertumbuhan, laju mortalitas, laju eksploitasi, dan

hasil per rekruitmen relatif (Khalifa, 2011).

Pertumbuhan populasi adalah pertambahan jumlah ikan dalam populasi

secara eksponensial untuk waktu tertentu. Penambahan individu dan komposisi

kelas umur ikan merupakan sasaran kelimpahan sumberdaya ikan sepanjang tahun

(Budimawan et al., 2013). Pendugaan pertumbuhan ikan dapat diduga dengan

menganalisis data ukuran panjang atau bobot pada ikan yang memiliki umur

berbeda (Nikolsky, 1963).

Mortalitas merupakan jumlah individu yang hilang selama satu interval

waktu. Mortalitas dibedakan atas dua kelompok yaitu mortalitas alami (M) dan

mortalitas penangkapan (F). Mortalitas alami disebabkan oleh faktor alam,

Sedangkan mortalitas penangkapan disebabkan oleh faktor penangkapan yang

terjadi pada periode waktu tertentu (Ricker, 1975).

Laju eksploitasi menunjukkan besarnya jumlah kelimpahan perikanan.

Nilai laju eksploitasi diperoleh dari nilai laju mortalitas alami dan nilai mortalitas

penangkapan. Gejala over eksplotasi dapat ditandai dengan menurunnya hasil

tangkapan per upaya penangkapan (Gulland, 1971).

Pendugaan kelimpahan hasil per rekruitmen relatif (Y/R) merupakan salah

satu model yang biasa digunakan sebagai dasar strategi pengelolaan perikanan

(Sparre & Venema, 1999). Model hasil per rekruitmen relatif meliputi usaha

untuk mengatur kematian yang disebabkan oleh penangkapan, meningkatkan

produktivitas alami, dan mempercepat pengembangan teknologi kelimpahan agar

bernilai ekonomis (Nikolsky, 1963). Model ini tergolong praktis karena hanya

beberapa parameter yang dibutuhkan, diantaranya adalah koefisien laju

pertumbuhan, mortalitas total, panjang maksimum ikan, laju eksploitasi, dan

ukuran panjang ikan terkecil (Aswar, 2011)

Mengingat potensi yang dimiliki ikan palung, aktivitas penangkapan yang

dilakukan secara terus-menerus serta penurunan kualitas air di waduk, hal ini

berdampak pada populasi ikan palung di Waduk P.B. Soedirman. Oleh karena itu,

dibutuhkan pengkajian informasi terkait struktur populasi dan pengkajian kondisi

lingkungan perairan di Waduk P.B. Soedirman. Hal ini dilakukan untuk

3

Page 13: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

menunjang upaya pengelolaan sumberdaya ikan palung, agar tercipta

penangkapan yang lestari.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana struktur populasi ikan palung yang meliputi sebaran ukuran

panjang, pertumbuhan, laju mortalitas, dan hasil per rekruitmen relatif pada

lokasi inlet, tengah, dan outlet di Waduk P.B. Soedirman Kabupaten

Banjarnegara.

2. Bagaimana kondisi kualitas air yang menjadi habitat ikan palung sebagai ikan

spesies asli di Waduk P.B. Soedirman, Kabupaten Banjarnegara.

3. Bagaimana hubungan kualitas air dengan jumlah ikan palung di Waduk P.B.

Soedirman berdasarkan lokasi inlet, tengah, dan outlet.

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui struktur populasi ikan palung yang meliputi sebaran ukuran

panjang, pertumbuhan, laju mortalitas, dan hasil per rekruitmen relatif pada

lokasi inlet, tengah, dan outlet di Waduk P.B. Soedirman Kabupaten

Banjarnegara.

2. Mengetahui kondisi lingkungan perairan yang menjadi habitat ikan palung

sebagai ikan spesies asli di Waduk P.B. Soedirman, Kabupaten Banjarnegara.

3. Mengetahui hubungan kualitas air dengan jumlah ikan palung di Waduk P.B.

Soedirman berdasarkan lokasi inlet, tengah, dan outlet.

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan

informasi bagi pembangunan perikanan serta pengelolaan sumberdaya perikanan,

khususnya pelestarian ikan palung H. macrolepidota (C.V.) pada perairan Waduk

P.B. Soedirman.

4

Page 14: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

II. TELAAH PUSTAKA

A. Struktur Populasi

Populasi merupakan kumpulan sejumlah individu spesies tertentu yang

berada pada suatu wilayah (Effendie, 1997). Populasi dapat digunakan dalam

kaitannya dengan aspek biologi dan untuk menggambarkan kelimpahan spesies

di suatu wilayah (Odum, 1971). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan

ikan dalam suatu populasi diantaranya adalah ketersediaan pakan, kompetitor,

kepadatan predator, stres pada saat pemijahan, serta kegiatan penangkapan

(Sutrisna, 2011).

Struktur populasi merupakan salah satu prediksi populasi dalam suatu

ekosistem. Metode pendugaan pertumbuhan dalam struktur populasi berdasarkan

data ukuran panjang (Sparre & Venema, 1999). Analisis ukuran panjang

digunakan untuk menentukan kelompok umur ikan yang didasarkan pada

pengukuran ukuran panjang individu dalam suatu spesies. Pertumbuhan ikan

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ketersediaan makanan,

kualitas air, umur, dan kematangan gonad. Ikan yang memiliki umur muda

memiliki pertumbuhan yang cepat dan akan terhenti saat mencapai panjang

maksimumnya (Effendie, 1997).

Metode yang digunakan untuk mengestimasi komposisi umur

berdasarkan analisis ukuran panjang yaitu dengan metode Bhattacharya. Metode

Bhattacharya adalah suatu teknik memisahkan data sebaran frekuensi panjang ke

dalam beberapa distribusi normal (sebaran normal) dari distribusi total. Metode

Bhattacharya digunakan untuk ikan yang memiliki masa pemijahan panjang

(Sulistiono, 2009).

Ikan yang memiliki koefisien laju pertumbuhan tinggi adalah ikan yang

memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi dan memerlukan waktu singkat

untuk mencapai panjang maksimumnya. Sedangkan ikan yang laju koefisiennya

rendah adalah ikan yang memiliki kecepatan pertumbuhan yang rendah dan

memerlukan waktu yang lama untuk mencapai panjang maksimumnya. Ikan

dengan koefisien laju pertumbuhan rendah cenderung berumur panjang, dan

sebaliknya (Sparre & Venema, 1999).

Mortalitas alami yang tinggi dimiliki oleh organisme yang memiliki nilai

koefisien laju pertumbuhan yang tinggi. Sedangkan mortalitas alami yang

Page 15: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

rendah dimiliki oleh organisme yang memiliki nilai laju koefesien pertumbuhan

yang rendah. Mortalitas akibat penangkapan adalah kemungkinan ikan mati

karena penangkapan selama periode waktu tertentu (Beverton & Holt, 1957).

Nikolsky (1963) menyatakan bahwa ikan yang memiliki mortalitas rendah

adalah ikan yang mempunyai siklus hidup panjang dan umur yang dimiliki

sedikit tidak bervariasi sehingga pergantian kelimpahan yang berjalan relatif

cepat dan sebaliknya.

Laju eksploitasi suatu kelimpahan ikan berada pada tingkat maksimum

dan lestari apabila nilai laju mortalitas penangkapan bernilai sama dengan laju

mortalitas alami atau nilai laju eksploitasi sebesar 0,5 (Pauly, 1984). Nilai laju

eksploitasi diperoleh dari perbandingan antara laju mortalitas penangkapan

dengan nilai laju mortalitas total. Laju eksploitasi memiliki nilai lebih dari 0,5

atau terjadi over eksploitasi ditandai dengan berkurangnya jumlah penangkapan

per upaya penangkapan (Gulland, 1971).

Pendugaan hasil per rekruitmen relatif merupakan salah satu model yang

digunakan sebagai dasar strategi pengelolaan perikanan. Analisis ini diperlukan

dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Selain itu, ananlisis ini memberikan

gambaran mengenai pengaruh-pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari

uapaya penangkapan ikan yang berbeda (Sparre & Venema, 1989).

B. Biologi Ikan Palung Hampala macrolepidota (C.V.)

Ciri-ciri morfologi ikan palung yaitu ikan dewasa memiliki bercak

hitam antara sirip punggung dan sirip perut, kemudian akan samar pada ukuran

besar. Tubuh memanjang dan pipih, bagian kepala diantara mata agak

menonjol, letak sirip dorsal dan ventral bertentangan. Bagian sirip dorsal

dipenuhi sisik, terdapat garis hitam dari anterior sirip dorsal ke sirip ventral,

ekor bercagak, bagian tepi ekor berwarna gelap, bagian ekor lain berwarna

merah tua, dan sirip lainnya berwarna merah kekuningan (Pulungan, 2009).

6

Page 16: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Gambar 2.1. Ikan palung Hampala macrolepidota (C.V.) (Rukayah & Wibowo, 2010)

Klasifikasi Ikan palung Hampala macrolepidota (C.V.) (Weber &

Beaufort, 1953), sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Oshtaroiphysi

Sub ordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Sub famili : Cyprininae

Genus : Hampala

Spesies : Hampala macrolepidota (C.V.)

Menurut Rahardjo (1977) Ikan palung memiliki nama yang berbeda di

setiap daerah, diantaranya: 1) adong atau adongan (Kalimantan Timur), 2)

langkung (Kalimantan Barat), 3) barau, gadi, dan kebarau (Sumatera Barat), 4)

kabarau (Sumatera Selatan), 5) hampal, ampalong, dan hampalong (Jawa

barat), 6) palung, politah, dan suco (Jawa Tengah), dan 7) palitan (Jawa

Timur). Sebaran ikan palung di dunia diketahui berada di Indonesia,

Semenanjung Malaysia, Thailand, Vietnam hingga ke China. Di Indonesia,

sebaran ikan ini berada di Sumatera (Sungai Asuhan, Danau Toba, Sungai

Musi, dan Danau Singkarak), Kalimantan (Sungai Kapuas, Sungai Barito, dan

Sungai Mahakam), Jawa Barat (Sungai Citarum, Sungai Cisadane, Waduk

Cisokan, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur), Jawa Tengah (Sungai Serayu,

7

Page 17: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Sungai Bengawan Solo, dan Sungai Bogowonto), dan Jawa Timur (Sungai

Brantas dan Sungai Porong) (Connel, 1987).

Ikan palung merupakan salah satu predator (Intan et al., 2013) yang

bersifat nocturnal (Jubaedah, 2004). Keberadaan ikan palung sebagai predator

berpengaruh terhadap penurunan populasi spesies lain di waduk. Vaas et al.

(1953) menyatakan bahwa pakan ikan palung di sungai Ogan-Komering dan

Danau Cakung Sumatera berupa ikan, udang, larva, dan insekta. Jubaedah

(2004) menyatakan bahwa hasil identifikasi organisme yang terdapat pada

lambung ikan palung adalah ikan, Crustacea, Insecta, larva Insecta, Cladocera,

Copepoda, Ostracoda, Annelida, Rotifera, serasah dan telur ikan.

Penyebaran spesies ikan berkaitan erat dengan faktor lingkungan.

Setiap spesies ikan air tawar mempunyai daya adaptasi dan toleransi yang

berbeda. Ikan air tawar berdasarkan pada adaptasi dan toleransi terbagi dalam

beberapa spesies yaitu blackfishes, whitefishes, dan moderat. Spesies

blackfishes merupakan ikan yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi di

seluruh habitat air tawar karena tahan terhadap perubahan lingkungan karena

pada umumnya Blackfish memiliki labyrinth. Spesies whitefishes adalah

spesies ikan yang aktif bermigrasi selama hidupnya serta sensitif terhadap

perubahan lingkungan. Ikan spesies moderat adalah spesies ikan dengan

kemampuan adaptasi lebih serta dapat ditemukan di berbagai tipe habitat. Salah

satu ikan spesies whitefishes adalah ikan dari familia Cyprinidae. Ikan familia

Cyprinidae akan melakukan migrasi saat musim penghujan, baik untuk

memijah, mencari makan, membesarkan anak atau karena perubahan

lingkungan. Ikan palung termasuk familia Cyprinidae dan tergolong spesies

whitefishes karena aktif bermigrasi serta sensitif terhadap perubahan

lingkungan. Beberapa faktor yang berpengaruh pada sebaran ikan di waduk

antara lain; spesies ikan, ketersediaan pakan, tingkat persaingan, predasi,

musim, serta faktor fisika-kimia (Connel, 1987).

C. Waduk

Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

dengan cara membendung aliran-aliran sungai sehingga aliran air sungai

menjadi terhalang (Barus, 2002). Waduk atau danau buatan membentuk

ekosistem dengan memotong aliran sungai. Waduk berperan sebagai reservoir

8

Page 18: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

yang airnya dapat dimanfaatkan untuk PLTA, irigasi, perikanan, sumber air

baku, pengendali banjir, dan sumber air tanah (Haeruman, 1999).

Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman terletak di dua Kecamatan,

yakni Kecamatan Bawang dan Kecamatan Wanadadi, Kabupaten

Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Waduk P.B. Soedirman secara geografis

terletak pada 7012’15”-7031’35” LS dan 109029’34”-109045’50” BT

(Wulandari, 2007). Waduk ini mempunyai tinggi bendung 110 m dan

genangan seluas 8.258.253 m2 dengan ketinggian muka air 231 mdpl, serta

kapasitas daya tampung air 83.945.901 m3 (KNI-BB, 2010). Pasokan air utama

berasal dari Sungai Serayu, Sungai Lumajang, Sungai Merawu, Sungai

Kandangwangi, dan Sungai Pekacangan. Perairan Waduk P.B. Soedirman

dimanfaatkan untuk PLTA, irigasi, domestik, pengendali banjir, obyek wisata,

dan perikanan (Wulandari, 2007)

Waduk P.B. Soedirman berbatasan dengan Kecamatan Wanadadi

(Utara), Kecamatan Wanadadi dan Bawang (Timur), Kecamatan Bawang

(Selatan), Kecamatan Wanadadi dan Bawang (Barat). Desa yang berbatasan

langsung dengan Waduk P.B. Soedirman adalah Desa Linggasari, Karang

Kemiri, Wanakarsa, Wanadadi, Karang Jambe, Kasilib, Tapen, Bawang,

Bandingan dan Blambangan (Musrin, 2013).

D. Faktor Fisik dan Kimia Perairan

Pengkajian kualitas air bertujuan untuk mendeteksi dan mengukur

pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan,

mengetahui hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi

perairan dengan parameter fisika dan kimia, serta mengetahui gambaran

kualitas air pada suatu tempat (Mason 1993 dalam Effendi, 2003). Selain itu,

tujuan dari pengkajian kualitas air diantaranya untuk mengetahui nilai kualitas

air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi dan menilai kelayakan

sumberdaya air untuk kepentingan tertentu (Effendi, 2003). Pengkajian kualitas

air dibutuhkan untuk pengelolaan kualitas air secara tepat yakni sesuai dengan

kondisi lingkungan ikan (Susanti, 2012)

Permasalahan lingkungan yang sering kali dialami oleh waduk adalah

menurunnya kualitas perairan. Penurunan kualitas air disebabkan oleh

masuknya bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan manusia seperti

9

Page 19: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

sampah dari kegiatan domestik dan pariwisata, sisa pemupukan dan pestisida

dari kegiatan pertanian, sisa pakan dari kegiatan budidaya perikanan maupun

proses sedimentasi. Sedimentasi berpengaruh terhadap kehidupan ikan di

waduk (Apridiyanti, 2008).

Permasalahan utama yang dihadapi di Waduk P.B. Soedirman yaitu

sedimentasi. Sedimentasi merupakan permasalahan yang sangat penting dalam

kelangsungan kehidupan ikan di waduk. Sedimantasi berasal dari erosi lahan

dan sungai sepanjang pengalirannya yang terangkut sampai ke waduk dan

akhirnya mengendap di dalam waduk. Jenis sedimen yang masuk ke waduk

diantaranya adalah lumpur, tanah liat, pasir halus, pasir kasar, kerikil halus,

kerikil kasar, dan batu bulat koral (Wulandari, 2007). Umur rencana operasi

Waduk P.B. Soedirman pada awal perencanaan dan pembangunan adalah 55

tahun, namun umur waduk menjadi lebih pendek dari perencanaan dan

pembangunan awal yaitu menjadi 30 tahun yang disebabkan oleh sedimentasi

(Kironoto, 1999).

Sedimentasi juga berpengaruh terhadap kualitas air di waduk. Material

bahan sedimentasi yang tersuspensi di air pada waduk menyebabkan

pendangkalan, penurunan kualitas air, dan penurunan kapasitas waduk (Wahid,

2012). Darmono (2001) menyimpulkan bahwa laju sedimentasi waduk Mrica

berdasarkan metode analisis model adalah sebesar 4.298.245,10 m3.tahun,

berdasarkan metode Meyer-Peter-Muller (MPM) sebesar 3.142.780,77

m3.tahun, dan berdasarkan metode Brune sebesar 4.116.931,28 m3.tahun.

Tabel 2.1 Hasil pengukuran sedimentasi Waduk P.B. Soedirman (Wulandari, 2007)

No. TahunVol. Sedimen per tahun (Juta.m-3)

Vol. Sedimen Kumulatif (Juta.m-3)

Prosentase vol. waduk terisi sedimen (%)

1 1989 3,383 3,383 2,282 1990 3,441 6,824 4,603 1991 6,018 12,842 8,664 1992 3,783 16,625 11,215 1993 3,488 20,113 13,566 1994 3,387 23,500 15,857 1995 5,023 28,523 19,248 1996 4,604 33,127 22,349 1997 2,174 35,301 23,8110 1998 5,999 41,300 27,8511 1999 4,537 45,838 30,9112 2000 7,027 52,865 35,6513 2001 3,382 56,247 37,9314 2002 3,496 59,770 40,31

10

Page 20: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. TahunVol Sedimen per tahun (Juta.m-3)

Vol. Sedimen Kumulatif (Juta.m-3)

Prosentase vol. waduk terisi sedimen (%)

15 2003 4,430 64,200 43,3016 2004 2,900 67,100 45,2517 2005 4,600 71,700 48,3518 2006 2,300 74,000 49,91

Penurunan kualitas air ditandai dengan adanya eceng gondok diperairan

waduk. Material yang tersusupensi didugadapat menyuburkan lumpur,

sehingga memicu pertumbuhan tumbuhan di dasar waduk. Penurunan kualitas

air disebabkan oleh meningkatnya sedimen dan aliran sungai yang membawa

material padat berupa batu cadas atau sampah ke perairan waduk. Waduk P.,B.

Soedirman disangga oleh dua sungai besar di Banjarnegara, yaitu Serayu dan

Merawu. Erosi pada DAS Serayu yang memiliki luas 678,31 km2 mencapai

4,12 mm.tahun-1, sedangkan erosi pada DAS Merawu yang memiliki luas 218,6

km2 mencapai 10,23 mm.tahun-1 (Srimulat & Soewarno, 1995). Penurunan

kualitas air menyebabkan menurunnya kandungan oksigen terlarut,

menurunnya kecerahan, meningkatnya karbondioksida bebas, serta

meningkatnya pH air (Wahid, 2012).

Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan dengan analisis fisika dan

kimia air serta analisis biologi. Faktor kimia dan fisika dapat digunakan untuk

menduga kualitas lingkungan perairan (Odum, 1971). Faktor fisika yang

digunakan untuk mengkaji kualitas perairan diantaranya: 1) suhu, 2) kecerahan,

3) kedalaman, dan 4) kecepatan arus (Effendi, 2003).

Suhu berpengaruh terhadap ekosistem perairan karena suhu merupakan

syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Organisme perairan memiliki

kisaran suhu tertentu untuk berkembang biak (Effendi, 2003). Menurut

Effendie (1997) suhu optimum perairan berkisar antara 25-30 oC.

Arus merupakan faktor pembatas pada aliran air yang ditentukan oleh

kemiringan, kedalaman, dan lebar dasar (Odum, 1971). Arus berperan sangat

penting di perairan, baik pada ekosistem mengalir (lotic) maupun ekosistem

menggenang (lentic) (Barus, 2002). Kecepatan arus mempengaruhi kualitas

lingkungan lainnya seperti kecerahan dan proses transportasi nutrien di

perairan (Johan & Ediwarman, 2011).

11

Page 21: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara

visual menggunakan alat bantu secchi disk. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi

oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi, serta

ketelitian pengamat. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat

cuaca cerah. Nilai kecerahan untuk produksi perikanan pada umumnya sebesar

30-60 cm. Nilai kecerahan kurang dari 30 cm akan mengurangi kandungan

oksigen terlarut, sedangkan nilai kecerahan lebih besar dari 60 cm akan

meningkatkan kandungan oksigen terlarut (Effendi, 2003).

Kedalaman berperan penting pada kehidupan biota di ekosistem

perairan. Kedalaman suatu perairan sangat bervariasi, tergantung pada jenis

perairan. Semakin dalam suatu perairan akan memiliki zona-zona tertentu, hal

ini antara lain berpengaruh terhadap suhu, kelarutan gas, kecepatan arus,

penetrasi cahaya, dan tekanan hidrostatik. Biota akan merespon perubahan

fisik-kimia akibat adanya perubahan kedalaman perairan. Kedalaman dapat

diketahui dengan menggunakan alat bantu depth sounder (Barus, 2002).

Faktor kimia yang dianalisis untuk menduga kualitas perairan,

diantaranya: 1) pH, 2) oksigen terlarut (DO), dan 3) karbondioksida (CO2)

bebas. Karbondioksida bebas menggambarkan keberadaan gas CO2 di perairan

yang membentuk keseimbangan dengan CO2 di atmosfer. karbondioksida di

perairan berasal dari barbagai sumber, yaitu difusi dari atmosfer, air hujan, air

yang melewati tanah organik, respirasi tumbuhan, hewan, dan bakteri (Effendi,

2003). Masuknya CO2 ke dalam air merupakan faktor pembatas dalam proses

fotosintesis serta proses perombakan bahan organik di perairan.

Karbondioksida bebas yang baik di perairan berkisar antara 2-8 mg.l-1

(Mulyanto, 1992).

Oksigen berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan kimia

menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien untuk organisme

perairan. Sumber utama oksigen di perairan berasal dari proses difusi udara

bebas dan hasil proses fotosintesis (Mulyanto, 1992). Kandungan O2 yang baik

bagi ikan palung yaitu 3 mg.l-1 (Haryono, 2004).

Ikan palung yang berasal dari perairan umum yang hidup dan

berkembang biak di sungai, rawa, dan waduk atau danau dengan suhu 28-30oC,

serta pH 6-8 (Jubaedah, 2004). Ikan palung mampu tumbuh dan berkembang

12

Page 22: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

biak di daerah dengan ketinggian 0-800 mdpl, serta optimal ketinggian 50-500

m (Pescod, 1973) dengan substrat berpasir dan berlumpur (Musrin, 2013).

13

Page 23: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

III. METODE PENELITIAN

A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian

A.1 Materi

a. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan palung,

sampel air waduk, larutan MnSO4, larutan KOH-KI, H2SO4 pekat,

amilum, PP, Na2CO3 0,01 N, Na2S2O3 0,025 N, dan formalin 10%,.

b. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring tancap

(gillnet) dengan mash size 2,5 inch dan panjang ± 30 m, jala tebar

berdiameter 4 m dengan mash ukuran 1,5 inch, 2 inch, dan 3 inch,

perahu, termometer, secchi disk, spuit, ember oplastik ukuran 5 l, botol

plastik, gelas ukur 100 ml, tali rafia 10 meter, stopwatch, kertas pH dan

indikator pH universal, botol winkler 250 ml, labu erlenmeyer, pipet

tetes, mistar ukur, milimeter blok, timbangan digital analitik table

balance ketelitian 0,1 g, kamera digital, kalkulator, kertas label, depth

sounder, dan alat tulis.

A.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Oktober di Waduk

Panglima Besar Jenderal Soedirman, Kabupaten Banjarnegara. Pengamatan

dan pengukuran sampel ikan dilakukan di Laboratorium Ekologi Fakultas

Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Pengambilan sampel dilakukan 3

kali dengan interval waktu satu bulan. Pengambilan sampel ikan dan air

dilakukan pada 10 stasiun yaitu tiga lokasi inlet, empat lokasi tengah, dan

tiga lokasi outlet di Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman (Gambar

3.2)

Page 24: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Gambar 3.2 Stasiun pengambilan sampel (Sumber: Google earth, diaksesSeptember 2014)

Keterangan :

Inlet Stasiun I Karangkemiri 07o22’41.3” S 109o38’ 57,4” E

Stasiun II Kandangwangi 07o22’36.8” S 109o38’31.7” E

Stasiun III Karangjambe 07°22’53.85” S 109°36’49.63” E

Tengah Stasiun IV Wanakarsa 07°23’23.94” S 109°37’1.87” E

Stasiun V Bawang 07o23’21.5” S 109o37’14.8” E

Stasiun VI Bandingan 07o23’04.2” S 109o37’55.4” E

Stasiun VII Wanadadi 07°22’58.54” S 109°36’29.65” E

Outlet Stasiun VIII Siboja 07o23’06.4” S 109o37’04.3” E

Stasiun IX Tamansari 07o22’31.3” S 109o37’26.0” E

Stasiun X Kopen 07o22’54.0” S 109o37’ 35.0” E

14

Page 25: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

B. Metode penelitian

B.1 Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Pengambilan data

sampel ikan palung dan air dilakukan secara purposive random sampling.

Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan kondisi karakteristik

habitat Waduk P.B. Soedirman.

B.2 Variabel dan parameter penelitian

Variabel yang diamati adalah struktur populasi ikan palung dan

kondisi perairan (fisik dan kimia). Parameter yang dihitung adalah jumlah

individu pada inlet, tengah dan outlet. Sedangkan parameter yang diukur

adalah panjang ikan palung dan kondisi perairan (fisik dan kimia) yang

mencakup pH, DO, CO2 bebas, suhu, kecerahan, kedalaman, dan kecepatan

arus di Waduk P.B. Soedirman, Kabupaten Banjarnegara.

B.3 Cara kerja

a. Pengambilan sampel ikan

Ikan ditangkap menggunakan jala tebar dan jaring. Alat

penangkapan disiapkan, jala tebar ditebar sebanyak 10 kali pengulangan

pada setiap stasiunnya dan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 dan

diambil pada sore hari pukul 15.00, sedangkan pada alat tangkap jaring

yakni dipasang pada sore hari pukul 15.00 dan diambil pada pagi hari

pukul 05.00. Setelah ikan tertangkap, dihitung, dicatat jumlah ikan yang

didapat, diukur panjang ikan, dan diawetkan beberapa ikan dengan

menggunakan formalin.

b. Pengukuran panjang sampel ikan (Effendi, 2003)

Panjang ikan yang diukur adalah panjang total. Panjang total ikan

yaitu pengukuran dilakukan dari ujung mulut sampai dengan ujung sirip

ekor dengan menggunakan kertas milimeter blok.

c. Pengukuran parameter fisika-kimia perairan

c.1 Pengukuran suhu air (APHA, 2005)

Pengukuran suhu air dilakukan dengan metode pemuaian yakni

dengan menggunakan termometer celcius. Termometer dicelupkan

15

Page 26: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

ke dalam perairan secara vertikal dengan kedalaman kurang dari 10

cm dari permukaan air dan dibiarkan selama 1 menit, setelah

angkanya konstan termometer diangkat kemudian dibaca skalanya

dan dicatat.

c.2 Pengukuran derajat keasaman (pH) (APHA, 2005)

Pengukuran pH air dilakukan dengan metode visual

menggunakan kertas pH. Kertas pH universal dicelupkan ke dalam

perairan sampai terjadi perubahan warna, setelah itu dicocokkan

dengan warna standar di pH indikator.

c.3 Pengukuran oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) (APHA, 2005)

Pengukuran DO diukur dengan menggunakan metode

Winkler. Sampel air sebanyak 250 ml dimasukkan ke dalam botol

Winkler. Larutan MnSO4 sebanyak 1 ml dan larutan KOH-KI

sebanyak 1 ml ditambahkan ke botol Winkler, kemudian larutan

MnSO4, larutan KOH-KI, dan sampel air dihomogenkan dan

didiamkan hingga terdapat endapan berwarna coklat. Larutan

H2SO4 pekat sebanyak 1 ml ditambahkan, kemudian dihomogenkan

sampai endapan larut dan berwarna coklat kekuningan. Sampel

sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dimasukan ke dalam labu

erlenmeyer dan ditambahkan 10 tetes indikator amilum, lalu

dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampai tepat jernih.

Volume titrasi yang dipergunakan dicatat. Rumus perhitungan DO

menurut APHA (2005), yaitu:

Kadar O2 terlarut =

1000100

×p ×q ×8

(3-1)Keterangan :

1000100

= 100 ml sampel air yang digunakan per 1000 ml

p = jumlah Na2S2O3 0,025 N yang digunakan dalam titrasi (ml)q = normalitas larutan (0,025)8 = bobot setara dengan O2

c.4 Pengukuran karbondioksida bebas (CO2 bebas) (APHA, 2005)

16

Page 27: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Pengukuran CO2 bebas diukur dengan cara yaitu sampel air

sebanyak 100 ml dimasukkan ke labu erlenmeyer. Indikator PP

sebanyak 10 tetes ditambahkan, kemudian dititrasi dengan larutan

Na2CO3 0,01 N sampai larutan berwarna merah muda. Titrasi

dilakukan duplo. Rumus perhitungan CO2 bebas menurut APHA

(2005), yaitu:

Kadar CO2 bebas =

1000100

×p ×q × 22

(3-2)

Keterangan :

1000100

= 100 ml sampel air yang digunakan per 1000 ml

p = jumlah Na2CO3 0,01 N yang digunakan dalam titrasi (ml)q = normalitas larutan (0,01 N)22 = bobot setara dengan CO2

c.5 Pengukuran kecerahan (APHA, 2005)

Kecerahan atau penetrasi cahaya dengan metode visual. Alat

yang digunakan yaitu secchi disk. Secchi disk diturunkan ke dalam

badan perairan sampai pada kedalaman tertentu hingga secchi disk

tepat hilang dari pandangan, kemudian dicatat atau diukur

kedalaman yang didapat sebagai nilai x. Secchi disk diturunkan

kedalam badan air sampai tidak tampak, kemudian diangkat

perlahan hingga nampak kembali, lalu diukur atau dicatat sebagai

nilai y. Nilai penetrasi cahaya dihitung dengan rumus APHA

(2005), yaitu:

Penetrasi cahaya = x+ y

2

(3-3)

Keterangan:

x = Jarak saat secchi disk tidak terlihat oleh mata (cm)y = Jarak ssat secchi disk terlihat lagi oleh mata (cm)

17

Page 28: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

c.6 Pengukuran kedalaman (APHA, 2005)

Kedalaman dengan metode visual yakni diukur menggunakan

alat depth sounder. Bagian ujung depan depth sounder ditempelkan

ke permukaan air, kemudian tekan on, angka yang nampak

menunjukan kedalaman perairan dilokasi tersebut.

c.7 Pengukuran kecepatan arus (Umar, 2012)

Kecepatan arus dengan metode floating object yakni

kecepatan arus diukur menggunakan botol plastik yang telah diikat

dengan tali rafia dengan panjang 10 meter dan di isi air 1/3 dari

volume botol. Botol dihanyutkan di atas permukaan perairan lalu

dicatat waktu tempuh botol mengalir sepanjang tali rafia tersebut.

Nilai kecepatan arus dihitung dengan rumus Umar (2012), yaitu:

V = st

(3-4)

Keterangan:

V = Kecepatan arus (m.s-1)s = Jarak (m)t = Waktu (s)

C. Metode Analisis

a. Sebaran ukuran panjang

Sebaran frekuensi panjang adalah sebaran ukuran panjang pada

kelompok panjang tertentu. Sebaran frekuensi panjang didapatkan dengan

menentukan selang kelas, nilai tengah, dan frekuensi dalam setiap kelompok

panjang. Tahapan untuk menganalisis sebaran frekuensi panjang yaitu:

1. Menentukan nilai maksimum dari panjang maksimum ikan dan nilai

minimum dari panjang minimum ikan pada seluruh data panjang total ikan

palung.

2. Menentukan jumlah kelas.

3. Menentukan batas bawah kelas bagi selang kelas yang pertama dan

kemudian batas atas kelasnya. Batas atas didapatkan dengan cara

menambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas.

18

Page 29: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

4. Menentukan nilai tengah kelas bagi masing-masing kelas dengan merata-

ratakan batas kelas.

5. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas.

Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam masing-masing

selang kelas dibuat grafik untuk melihat jumlah sebaran normalnya. Dari grafik

tersebut dapat terlihat jumlah puncak yang menggambarkan jumlah kelompok

umur (kohort) yang ada. Bila terdapat lebih dari satu kohort, maka dilakukan

pemisahan distribusi normal. Metode yang dapat digunakan untuk memisahkan

distribusi komposit kedalam distribusi-distribusi normalnya adalah metode

Bhattacharya.

Metode Bhattacharya pada dasarnya terdiri dari pemisahan sejumlah

distribusi normal yang masing-masing mewakili suatu kohort ikan dari

distribusi total. Setelah distribusi normal yang pertama ditentukan, lalu

dipisahkan dari distribusi total. Prosedur yang sama diulangi selama masih

mungkin dilakukan pemisahan distribusi-distribusi normal dari distribusi total

(Sparre & Venema, 1999).

b. Pendugaan pertumbuhan

Nilai dugaan parameter pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan

metode Ford and Walford dengan alat bantu program ELEFAN I dari software

FiSAT II. Nilai L∞ dan K dianalisis dengan metode “Respone Surface” yaitu

dengan cara memproyeksikan beberapa kemungkinan kombinasi parameter

von Bertalanffy (Gayanilo et al., 1989). Persamaan yang digunakan dalam

pendugaan pertumbuhan (Sparre & Venema, 1999), yaitu:

Lt = L ∞ (1 - e -K ( t – (-to )) (3-5)

Keterangan:

Lt = Panjang ikan (cm) pada umur t (tahun)L∞ = Panjang asimptot ikan (cm)K = Koefisien pertumbuhan (per tahun)to = Umur teoritis ikan pada saat panjangnya sama dengan nol (tahun)t = Umur ikan (tahun)

Pendugaan umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (to)

digunakan rumus empiris Pauly (1984), yaitu:

to = -10 (-0,3922 – 0,2752 log L∞ - 1,308 log K) (3-6)

19

Page 30: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Keterangan:

L∞ = Panjang asimptot ikan (mm)K = Koefisien pertumbuhan (per tahun)to = Umur teoritis ikan pada saat panjangnya sama dengan nol (tahun)

Ikan yang memiliki koefisien pertumbuhan (K) lebih dari 0,5 (>0,5)

mempunyai pertumbuhan tinggi, sedangkan ikan yang memiliki koefisen

pertumbuhan (K) kurang dari sama dengan 0,5 (≤0,5) mempunyai

pertumbuhan rendah (Sparre & Venema, 1999).

c. Pendugaan Mortalitas

Pendugaan laju mortalitas alami (M) menggunakan rumus empiris

Pauly (1984), yaitu:

M = 0,8 Exp (-0,0152 – 0,279) Ln L∞ + 0,6543 Ln K + 0,463 Ln T (3-7)

Keterangan :

M = Laju mortalitas alami (per tahun)L∞ = Panjang asimptot ikan (cm)K = Koefisien pertumbuhan (per tahun)T = Suhu rata–rata permukaan perairan (oC)

Pendugaan laju mortalitas penangkapan diperoleh dengan rumus

Sparre & Venema (1999), yaitu:

F = Z – M (3-8)

Keterangan:

F = Laju mortalitas akibat penangkapan (per tahun)Z = Mortalitas total (per tahun)M = Laju mortalitas alami (per tahun)

Pendugaan mortalitas total dengan metode panjang rata-rata dari

Beverton & Holt (Sparre & Venema 1989). Persamaan dalam pendugaan

laju mortalitas total (Z) menggunakan metode Beverton & Holt (Sparre &

Venema., 1999), yaitu:

Z=K L∞−LL−L'

(3-9)

Keterangan:

Z = Laju mortalitas alami (per tahun)K = Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)L∞ = Panjang asimptot ikan (mm)

20

Page 31: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

L = Panjang rata –rata ikan yang tertangkap (mm)L’ = Batas terkecil ikan yang tertangkap (mm)

Pendugaan laju eksploitasi diperoleh dengan rumus Sparre & Venema

(1999), yaitu:

E = FZ

(3-10)

Keterangan:

F = Laju mortalitas akibat penangkapan (per tahun)Z = Mortalitas total (per tahun)E = Laju eksploitasi (per tahun)

Nilai laju eksploitasi (E) lebih dari 0,5 (>0,5) maka dikatakan terjadi over

eksplotasi dan apabila nilai laju ekspolitasi sama dengan 0,5 (=0,5) maka

dikatakan tidak terjadi over eksploitasi. Setelah itu, dihitung prosentase laju

eksploitasi dengan rumus Sparre & Venema (1999):

Prosentase laju eksploitasi = laju ekploitasi

nilaieksploitasi

d. Hasil per rekruitmen relatif

HAsil per rekruitmen relatif (Y/R), diketahui dari persamaan

Beverton & Holt (Sparre & Venema, 1999), yaitu :

(Y/R’) = E. Um 1- 3U + 3U 2 - U 3 1+m 1+2m 1+3m (3-11)

Keterangan :

Y/R’ = Hasil per rekruitmen relatif (g.ind-1)U = 1- Lc

L ∞m = 1 – E

M.K-1

E = F.Z-1 (per tahun)E = Laju eksploitasi (per tahun)Lc = Ukuran dari kelas terkecil dari ikan yang tertangkap ( mm)M = Laju mortalitas alami (per tahun)K = Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)L∞ = Panjang asimptot ikan (mm)

21

Page 32: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

C.4 Hubungan faktor fisik-kimia perairan dengan populasi ikan

Hubungan faktor fisik-kimiawi perairan dengan populasi ikan palung

dianalisis dengan menggunakan analisis komponen utama (Principle

Component Analysis) dengan software SPSS 17.0.

22

Page 33: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Menyiapkan alat

Mengambil sampel ikan

Mengukur kualitas air meliputi:

pH, DO, CO2 bebas, suhu, kecerahan, kedalaman, dan kecepatan arus

Menghitung, mencatat jumlah ikan berdasarkan stasiun, mengukur panjang ikan, dan beberapa ikan

diawetkan dengan menggunakan formalin

Menganalisis sebaran frekuensi panjang, pendugaan perumbuhan, pendugaan mortalitas, hasil per rekruitmen relatif, dan hubungan kualitas air dengan populasi ikan

D. Bagan Alir Penelitian

23

Page 34: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

24

Page 35: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

IV. JADWAL PENELITIAN

Kegiatan penelitian akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal dalam Tabel 4.1

berikut:

Tabel 4.1 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

No. KegiatanWaktu (Bulan)

1 2 3 4 5 6 71. Penyusunan Proposal2. Persiapan Penelitian

3.Pelaksanaan Penelitian

4. Analisi Data5. Penyusunan Laporan6. Seminar Hasil

Page 36: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

DAFTAR REFERENSI

APHA (American Public Health Association). 2005. Standard Method for The Examination of Water and Waste Water. 21th edition. New York: American Public Health Associatoin Inc.

Apridiyanti, E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang. Tesis. Semarang: Program Magister Ilmu lingkungan. Universitas Diponegoro.

Aswar. 2011. Struktur Populasi dan Tekanan Eksploitasi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) di Perairan Laut Flores Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Makasar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.

Barus, T.A. 2002. Pengantar Limnology. Medan: Fakultas MIPA, Jurusan Biologi, Universitas Sumatera Utara.

Beverton, R.T. & Holt, S.J. 1966. Manual of Methods of Fish Stock Assesment. Part II. Table of Yield Function. FAO, Fish The Paper, (38) Rev. 1 : 67.

Bhattacharya, C.G. 1976. A Simple Method of Resolution, A Distribution in to Gaussion Component. Biometris 23.

Budimawan., Sutia, B., Kasmawati., Rahmi., Zaky, M.A., & Darmawati. 2013. Struktur Populasi Ikan Katamba Lethrinus Lentjam yang Tertangkap di Perairan Spermonde, Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Connel, R.H.L. 1987. Ecological Studides in Tropical Fish Communities. Cambridge: Cambidge University Press.

Darmono, 2001. Penggunaan Beberapa Metode Untuk Prediksi Laju Endapan Sedimen di Waduk PB Jenderal Sudirman. Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Ilmu-Ilmu Teknik, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Jakarta: Kanisius.

Effendie, M.I. 1997. .Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Erlania., Rasidi., & Prasetio, A.B. 2011. Hubungan Panjang–Berat Ikan Barau (Hampala Macrolepidota) Endemik Danau Maninjau Sebagai Komoditas Budidaya Prospektif. Seminar Nasional Tahunan VIII Hasil Penelitian Perikanan Dan Kelautan. 5 hal.

Gayanilo, F., Pauly, D., & Soriano, M. 1989. a Draft Guide to the Compleat ELEFAN Software Package Version 1.0. ICLARM. Manila.

Gulland, J.A. 1971. The FishResources Ocean. West Byfleet, Surrey, Fishing News (Book), Ltd. FAO.

25

Page 37: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Haeruman, H. l999. Kebijakan Pengelolaan Danau dan Waduk Ditinjau dari Aspek Tata Ruang National. Makalah disajikan dalam Seminar dan Workshop on Lake and Resevoir Management and Utilization. Bogor: PPLH-Institute Pertanian Bogor.

Haryono. 2004. Komunitas Ikan Suku Cyprinidae di Perairan Sekitar Bukit Batikap Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah. Jurnal lktiologi Indonesia. l (2).

Intan, K.Z., Cristianus, A., Amin, S.M.N., & Hatta, M.M. 2013. Breeding of Embryonic Development of Hampala macrolepidota (Van Hasselt and Khul, 1823). Animal and Veterinary Advances. 8 (2) : 341–347.

Johan, T.I. & Ediwarman. 2011. Dampak Penambangan Emas terhadap Kualitas Air Sungai Singingi di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan.

Jubaedah, I. 2004. Distribusi dan Makanan Ikan Hampal (Hampala macrolepidota C.V.) di Waduk Cirata, Jawa Barat. Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institute Pertanian Bogor.

Khalifa, N. 2011. Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Kironoto, B.A., 1999. Studi Sedimentasi Waduk Sermo dan Penanggulannya. Laporan Akhir, PT. Tatareka Paradya, Yogyakarta.

KNI-BB. 2010. Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar. Buletin Media Informasi dan Komunikasi Antar Anggota. Edisi Februari 2010. 24 hal.

Kolar, C.S. & Lodge, D.M. 2001. Progress in invasion biology: predicting invaders. Artikel TRENDS in Ecology & Evolution. Vol.16: 4. 6 hal.

Mason, C.F. 1981. Biology of Freshwater Pollution. New York: Longman.

Mulyanto. 1992. Lingkungan Hidup untuk Ikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Musrin. 2013. Status Reproduksi Ikan Palung (Hampala macrolepidota C.V. 1823) di Waduk Pb. Soedirman Banjarnegara Jawa Tengah. Skripsi. Purwokerto: Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Sains Dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Nikolsky, G. V. 1963 The Ecology of Fishes. London: Academic Press.

Odum, F.E. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. London: Saunders Company and Toppan Company Ltd.

26

Page 38: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Pauly, D. 1984. Fish Population Dynamic in Tropical Waters: A Manual for Use with Programmable Calculators. ICLARM Stud. Rev. (8): 325p.

Peraturan Pemerintah No. 82. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.

Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. Bangkok: AIT.

Pulungan, C.P. 2009. Fauna Ikan dari Sungai Tenayan, Anak Sungai Siak dan Rawa di Sekitarnya. Berkala Perikanan Trubuk. 37 (2): 78-90.

Ricker, W. E. 1975. Computation And Interpretation of Biological Statistic of Fish Populations. Bull. Fish. Res. Board Can.

Rukayah, S., & Wibowo, D.N. 2010. Komposisi Jenis ikan introduksi pada ekosistem waduk oligotrof (Acuan: untuk konservasi ikan indigenous). Prosiding seminar nasional biologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Sparre, P., & Venema S.C. 1999. Introduksi pengkajian kelimpahan ikan tropis buku-i manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan Bangsa Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Srimulat & Soewarno. 1995. Pengaruh Erosi DPS Serayu Hulu terhadap Pendangkalan Waduk PLTA Pangsar Soedirman. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan, No. 34 Th.10-kw1-1995, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Depertemen Pekerjaan Umum, Bandung.

Sulistiono., Arwani, M., & Aziz, K.A. 2009. Pertumbuhan Ikan Belanak (Mugil Dussumierf) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal lktiologi Indonesia. Vol 1: 2.

Susanti, I.R., Sasongko, S.B., & Sudarno. 2012. Kualitas Air Waduk Manggar Sebagai Sumber Air Baku Kota Balikpapan. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Semarang: Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro.

Sutrisna, A. 2011. Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus Fuscoguttatus Forsskal, 1775) di Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Umar, H. 2012. Metode Floating Object Untuk Pengukuran Arus Menyusur Pantai. Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK). 10 (2): 157-167.

Vaas, K.F., Sachlan, M., & Wiraatmadja, G. 1953. On The Ecology and Fisheries of Some Inland Waters Along Rivers Ogan-Komering in Southeast Sumatera. Contributions of the Inland Fisheries Research Station. 3:1-32.

27

Page 39: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Wahid, A. 2012. Analisis Karakteristik Sedimentasi di Waduk PLTA Bakaru. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Vol 2:2.

Wargasasmita, S. 2005. Ancaman Invasi Ikan Asing terhadap Keanekaragaman Ikan Asli. Jurnal Iktiologi Indonesia. Volume 5: 1.

Weber, M., & Beaufort, D.L.F. 1953. The Fish of Indo-Aunstralian Archipelago. V.III. Leiden: B.J. Bill Ltd.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu Lingkungan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Wulandari, D.A. 2007. Penanganan Sedimentasi Waduk Mrica. Berkala Ilmiah Teknika Keairan. 13 (4): 0854-4549.

Wulandari, D.A., Suripin, & Syafrudin. 2010. Evaluasi Penggunaan Lengkung Laju Debit-Sedimen (Sediment-Discharge Rating Curve) untuk Memprediksi Sedimen Layang. Berkala Ilmiah Teknika Keairan.

28

Page 40: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Lampiran 1. Spesifikasi alat dan bahan.

No Nama alat Merk / Type Kegunaan Tempat

1. Jaring Tancapdengan mash size 2,5 inch dan panjang ± 30 m

Menangkap ikan Waduk P.B. Soedirman

2. Jala tebar dengan mash size 1,5 inch, 2 inch, 3 inch, berdiameter 4 m

Menangkap ikan Waduk P.B. Soedirman

3. Perahu Nelayan tradisional Membantu mengambil sample air di Waduk P.B Soedirman

Waduk P.B. Soedirman

4. Termometer ASTM Mengukur suhu air Waduk P.B. Soedirman

5. Secchi disk Cbn Mengukur kecerahan air

Waduk P.B. Soedirman

6. Depth sounder Depth sounder Made In Japan

Mengukur kedalaman Waduk P.B. Soedirman

7. Spuit Terumo Mengambil larutan Waduk P.B. Soedirman

8. Botol plastic Mengukur kecepatan air

Waduk P.B. Soedirman

9. Tali rafia 10 meter

Jaya plastic Mengukur kecepatan air

Waduk P.B. Soedirman

10. Stopwatch Casio Mengukur kecepatan air

Waduk P.B. Soedirman

11. Kertas pH Universal Mengukur pH air Waduk P.B. Soedirman

12. Botol winkler Ukuran 250 ml Mengukur karbondiosida bebas dan oksigen terlarut

Waduk P.B. Soedirman

13. Gelas ukur Ukuran 100 ml Mengukur volume larutan

Waduk P.B. Soedirman dan Lab. Ekologi

14. Labu Erlenmeyer Pyrex Tempat pembuatan media

Waduk P.B. Soedirman

15. Pipet tetes Mengambil larutan Waduk P.B. Soedirman

16. Mistar ukur Buterfly Mengukur Panjang Ikan

Waduk P.B. Soedirman dan Lab. Ekologi

17. Milimeter blok Pelican MEngukur panjang ikan

Waduk P.B. Soedirman dan Lab. Ekologi

18. Kamera digital Nikon Mengambil foto Waduk P.B. Soedirman dan Lab. Ekologi

30

Page 41: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

No. Nama bahan Spesifikasi Kegunaan

1. Ikan Palung Hampala macrolepidota (C.V.) Sampel penelitian2. MnSO4, p.a Titrasi oksigen terlarut3. KOH-KI p.a Titrasi oksigen terlarut4. H2SO4 pekat p.a Titrasi oksigen terlarut5. Amilum p.a Titrasi karbondioksida

bebas6. PP p.a Titrasi karbondioksida

bebas7. Formalin 10% Mengawetkan ikan8. Na2S2O3 0,025 N. Titrasi oksigen terlarut9. Na2CO3 0,01 N Titrasi karbondioksida

bebasLampiran 1. (Lanjutan)

31

Page 42: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian.

(Sumber: Google maps, diakses September 2014)

32

Page 43: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Lampiran 3. Tabulasi data sebaran frekuensi panjang ikan palung

No. Interval Kelas (mm) Batas Kelas Frekuensi Tengah Kelas123456

Dst

33

Page 44: Usulan Penelitian Boeng Bismillah

Lampiran 4. Tabulasi data mortalitas dan eksploitasi

No Parameter Populasi Nilai

1 Mortalitas total (Z)2 Mortalitas alami (M)3 Mortalitas Penangkapan (F)4 Eksploitasi (E)

34

Page 45: Usulan Penelitian Boeng Bismillah