bismillah psak
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Akuntansi
DosenPengampu: Diana Rahmawati, M.Si
Oleh:
Kelompok 6
Dina Diniati 10403241039
Rosella Anggraeni Devi 11403241005
Nurul Mar’atus Sholihah 11403241018
Dwi Kartiko Aji 11403241022
Gusti Leni Aryani 11403241028
PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

1. PSAK 1 (R09) Tentang Penyajian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Komponen Laporan Keuangan :
a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b) laporan laba rugi komprehensif selama periode
c) laporan perubahan ekuitas selama periode
d) laporan arus kas selama periode
e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lainnya
f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif
atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika
entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian
tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha.
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode
sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan
periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Laporan laba rugi
komprehensif, sekurang- kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos
berikut selama suatu periode: (a) pendapatan; (b) biaya keuangan; (c) bagian
laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ven- tures yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas; (d) beban pajak; (e) suatu jumlah tunggal yang
mencakup total dari: (i) laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan;
dan (ii) keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan

pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan
aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan;
(f) laba rugi; (g) setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang
diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h)); (h)
bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures
yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan (i) total laba rugi
komprehensif.
2. PSAK 2 (09) Laporan Arus Kas
a. Kas dan Setara Kas
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan
untuk investasi atau tujuan lain.
b. Aktivitas Operasi
Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator
utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus
kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan
operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
c. Aktivitas Investasi
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang
telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan.
d. Aktivitas Pendanaan
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan
penting dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas
masa depan oleh para penyedia modal entitas.
e. Arus Kas dalam Mata Uang Asing

Arus kas yang berasal dari transaksi mata uang asing harus dibukukan
dalam mata uang fungsional entitas dengan mengalikan jumlah mata
uang asing tersebut dengan nilai tukar antara mata uang fungsional
dengan mata uang asing pada tanggal transaksi arus kas.
f. Bunga dan Dividen
Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-
masing harus diungkapkan secara terpisah.
g. Pajak Penghasilan
h. Transaksi Nonkas
i. Komponen Kas dan Setara kas
j. Pengungkapan Lain
3. PSAK 3 (R10) Tentang Laporan Keuangan Interim.
Penyajian Laporan Keuangan menetapkan laporan keuangan lengkap
meliputi: (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode; (b) laporan laba rugi
komprehensif selama periode; (c) laporan perubahan ekuitas selama periode;
(d) laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan keuangan, berisi
ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan (f)
laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali secara retrospektif dari pos-pos dalam laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifi kasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
Entitas mencantumkan informasi minimal berikut dalam catatan atas
laporan keuangan interim, jika material dan tidak diungkapkan di bagian
mana pun dalam laporan keuangan interim.
Laporan interim mencakup laporan keuangan (ringkas atau lengkap)
untuk periode-periode sebagai berikut: (a) laporan posisi keuangan per akhir

periode interim berjalan dan laporan posisi keuangan komparatif per akhir
tahun buku sebelumnya. (b) laporan laba rugi komprehensif untuk periode
interim berjalan dan secara kumulatif untuk tahun buku berjalan sampai
tanggal interim, dengan laporan laba rugi komprehensif komparatif untuk
periode interim yang dapat dibandingkan (periode berjalan dan awal tahun
buku sampai tanggal pelaporan) dari tahun buku sebelumnya. Sebagaimana
diperkenankan oleh PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan,
laporan keuangan interim untuk setiap periode dapat menyajikan satu laporan
laba rugi komprehensif, atau satu laporan laba rugi terpisah dan satu laporan
yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan pendapatan komprehensif
lain (laporan laba rugi komprehensif). (c) laporan perubahan ekuitas secara
kumulatif untuk tahun buku berjalan sampai dengan tanggal interim, dengan
laporan perubahan ekuitas komparatif untuk periode awal tahun buku sampai
tanggal pelaporan interim dari tahun keuangan sebelumnya. (d) laporan arus
kas secara kumulatif untuk tahun buku berjalan sampai dengan tanggal
interim, dengan laporan arus kas komparatif periode awal tahun buku sampai
tanggal pelaporan interim dari tahun buku sebelumnya.
4. PSAK 4 (R09) Tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan:
a. Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu
kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal.
b. Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional suatu entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas entitas
tersebut.
c. Kelompok usaha adalah suatu entitas induk dan seluruh entitas anaknya.
d. Kepentingan nonpengendali adalah ekuitas entitas anak yang tidak dapat
diatribusikan secara langsung atau tidak langsung pada entitas induk.

e. Entitas induk adalah suatu entitas yang mempunyai satu atau lebih entitas
anak.
f. Laporan keuangan tersendiri adalah laporan keuangan yang disajikan
oleh entitas induk yang mencatat investasi pada entitas anak, entitas
asosiasi, dan pengendalian bersama entitas berdasarkan kepemilikan
ekuitas langsung bukan berdasarkan pelaporan hasil dan aset neto
investee.
g. Entitas anak adalah suatu entitas, termasuk entitas bukan perseroan
terbatas seperti persekutuan, yang dikendalikan oleh entitas lain (dikenal
sebagai entitas induk).
Pengungkapan
Ketika entitas induk menyusun laporan keuangan tersendiri, maka
laporan keuangan tersendiri tersebut mengungkapkan: (a) laporan keuangan
tersebut adalah laporan keuangan tersendiri yang merupakan informasi
tambahan dalam laporan keuangan konsolidasian; (b) daftar investasi yang
signifi kan dalam entitas anak, pengendalian bersama entitas, dan entitas
asosiasi, termasuk nama, negara atau tempat kedudukan, proporsi
kepemilikan, dan proporsi hak suara yang dimiliki (jika berbeda); (c)
penjelasan tentang metode yang digunakan untuk mencatat investasi yang
terdaftar di (b).
5. PSAK 5 (R09) Tentang Segmen Operasi
Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas: (a) yang terlibat
dalam aktivitas bisnis yang mana mem- peroleh pendapatan dan
menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi
dengan komponen lain dari entitas yang sama);hasil operasinya dikaji ulang
secara reguler oleh peng- ambil keputusan operasional untuk membuat
keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan
menilai kinerjanya; dan (c) tersedia informasi keuangan yang dapat
dipisahkan.

Kriteria Agregasi
Dua atau lebih segmen operasi dapat diagregasikan dalam suatu
segmen operasi tunggal jika agregasi tersebut konsisten dengan prinsip utama
Pernyataan ini, segmen tersebut memiliki karakteristik ekonomi serupa, dan
segmen tersebut serupa dalam setiap hal berikut ini:
1) sifat produk dan jasa
2) sifat proses produksi
3) jenis atau kelompok pelanggan untuk produk dan jasanya
4) metode yang digunakan untuk mendistribusikan produk dan penyediaan
jasanya
5) jika dapat diterapkan, sifat lingkungan pengaturan, misalnya, perbankan,
asuransi atau utilitas publik.
Pengungkapan
Entitas mengungkapkan informasi untuk memung- kinkan para
pengguna laporan keuangan mengevaluasi sifat dan dampak keuangan atas
aktivitas bisnis yang mana entitas terlibat dan lingkungan ekonomi dimana
entitas beroperasi.
Informasi tentang Laba atau Rugi, Aset dan Kewajiban
Entitas melaporkan suatu ukuran atas laba atau rugi dan total untuk
atas setiap segmen yang dilaporkan. Entitas melaporkan suatu ukuran
kewajiban untuk setiap segmen dilaporkan jika jumlah tersebut secara
reguler disediakan kepada pengambil keputusan operasional.
6. PSAK no 7 : Pengungkapan pihak – pihak yang memiliki hubungan
istimewa

ED PSAK 7 (revisi 2009) mengatur bahwa pihak-pihak yang bukan
sebagai pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa antara lain
departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan,
mengendalikan bersama atau memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas
pelapor.
Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk memastikan bahwa laporan
keuangan entitas berisi pengungkapan yang diperlukan untuk dijadikan
perhatian terhadap kemungkinan bahwa laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi telah dipengaruhi oleh keberadaan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dan oleh transaksi dan saldo (outstanding
balances), termasuk komitmen dengan pihak-pihak tersebut.
Pernyataan ini akan diterapkan dalam:
a. mengidentifikasi hubungan dan transaksi dengan pihakpihak yang
mempunyai hubungan istimewa;
b. mengidentifikasi saldo, termasuk komitmen antara entitas dengan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
c. mengidentifikasi keadaan pengungkapan butir (a) dan (b) diperlukan; dan
d. menentukan pengungkapan yang harus dilakukan mengenai butir butir
tersebut.
Tujuan pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa yaitu adanya pengetahuan mengenai transaksi entitas, saldo,
termasuk komitmen, dan hubungan antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dapat mempengaruhi penilaian dari operasi entitas oleh
pengguna laporan keuangan, termasuk penilaian risiko dan kesempatan yang
dihadapi entitas.
Pengungkapan, Hubungan antara entitas induk dan entitas anak
harus diungkapkan terlepas dari apakah telah terjadi transaksi antara
mereka. Jika entitas induk maupun pihak pengendali paling akhir tidak
melaporkan laporan keuangan konsolidasian yang tersedia untuk
keperluan umum, nama entitas induk berikutnya (next most senior
parent) yang paling pertama menghasilkan laporan keuangan diungkapkan.

Entitas mengungkapkan kompensasi anggota manajemen kunci secara
total dan untuk masing-masing kategori berikut:
a. imbalan kerja jangka pendek;
b. imbalan pasca-kerja;
c. imbalan kerja jangka panjang lainnya;
d. imbalan pemutusan hubungan kerja; dan
e. pembayaran berbasis saham.
7. PSAK no 8 : Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menentukan:
a. Kapan entitas menyesuaikan laporan keuangannya untuk peristiwa
setelah periode pelaporan; dan
b. pengungkapan yang dibuat entitas tentang tanggal laporan keuangan
diotorisasi untuk terbit dan peristiwa setelah periode pelaporan.
Pernyataan ini juga mensyaratkan bahwa entitas tidak boleh
menyusun laporan keuangan atas dasar kelangsungan usaha jika peristiwa
setelah periode pelaporan mengindikasikan bahwa penerapan asumsi
kelangsungan usaha tidak tepat.
Peristiwa Setelah Periode Pelaporan yang Memerlukan
Penyesuaian.
1. Entitas menyesuaikan jumlah pengakuan dalam laporan keuangan
untuk mencerminkan peristiwa setelah periode pelaporan yang
memerlukan penyesuaian.
2. Entitas tidak menyesuaikan jumlah pengakuan dalam laporan
keuangannya untuk mencerminkan peristiwa setelah periode pelaporan
yang tidak memerlukan penyesuaian
3. Jika setelah periode pelaporan entitas mendeklarasikan dividen untuk
pemegang instrumen ekuitas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK
50 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan
Pengungkapan), maka entitas tidak mengakui dividen itu sebagai
liabilitas pada akhir periode pelaporan.

4. Entitas tidak menyusun laporan keuangan dengan dasar kelangsungan
usaha jika setelah periode pelaporan diperoleh bukti kuat bahwa
entitas akan dilikuidasi atau dihentikan usahanya, atau jika
manajemen tidak memiliki alternatif lain yang realistis kecuali
melakukan hal tersebut.
5. Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk
terbit dan pihak yang bertanggung jawab mengotorisasi laporan
keuangan
6. Jika entitas menerima informasi setelah periode pelaporan tentang
kondisi yang ada pada akhir periode pelaporan, maka entitas
memutakhirkan pengungkapan kondisi tersebut sesuai dengan
informasi terkini
Peristiwa Setelah Periode Pelaporan yang Tidak Memerlukan
Penyesuaian
Jika peristiwa setelah periode pelaporan yang tidak memerlukan
penyesuaian adalah material, maka tidak diungkapkannya hal tersebut
akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan.
Oleh karena itu, entitas mengungkapkan informasi berikut untuk setiap
kelompok peristiwa tersebut: (a) sifat peristiwa; dan (b) estimasi atas
dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat
dibuat.
8. PSAK no 10 : Pengaruh Perubahan Nilai Valuta Asing
Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana
memasukkan transaksi-transaksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha
luar negeri ke dalam laporan keuangan suatu entitas dan bagaimana
menjabarkan laporan keuangan kedalam suatu mata uang pelaporan.

Pernyataan ini diterapkan: (a) dalam akuntansi untuk transaksi dan
saldo dalam mata uang asing, kecuali untuk transaksi-transaksi derivatif dan
saldo yang ada dalam ruang lingkup PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; (b) dalam menjabarkan hasil dan
posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk dalam laporan
keuangan konsolidasi entitas, konsolidasi secara proporsional atau metode
ekuitas; dan (c) dalam menjabarkan hasil dan posisi keuangan entitas
kedalam suatu mata uang pelaporan.
Pengakuan awal. Pada pengakuan awal, suatu transaksi mata uang
asing harus dicatat dalam mata uang fungsional, dengan menerapkan jumlah
mata uang asing, nilai tukar spot antara mata uang fungsional dan mata uang
asing pada tanggal transaksi.
Pelaporan pada akhir periode pelaporan berikutnya. Pada akhir setiap
periode pelaporan: (a) pos moneter mata uang asing harus dijabarkan
menggunakan kurs penutup; (b) pos nonmoneter yang diukur dalam biaya
historis, dalam suatu mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai
tukar pada tanggal transaksi; dan (c) pos non-moneter yang diukur pada nilai
wajar, dalam mata uang asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada
tanggal ketika nilai wajar ditentukan.
Pengakuan selisih nilai tukar. Selisih nilai tukar yang timbul pada
penyelesaian pos moneter atau pada penjabaran pos moneter pada kurs yang
berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan pada pengakuan
awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya, harus
diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya, kecuali
sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 29. Ketika suatu keuntungan atau
kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam pendapatan komprehensif
lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian itu harus
diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Sebaliknya, ketika keuntungan
atau kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam laba atau rugi, setiap
komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian tersebut harus diakui
dalam laba atau rugi.

Perubahan dalam mata uang fungsional. Ketika terdapat perubahan
dalam mata uang fungsional suatu entitas, entitas harus menerapkan prosedur
penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak
tanggal perubahan itu.
9. PSAK No. 12 - Ventura Bersama
a. Ventura Bersama
Ventura bersama adalah perjanjian kontraktual dimana dua atau lebih
pihak menjalankan aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengendalian
bersama. Sedangkan Venturer itu sendiri adalah pihak dalam ventura
bersama dan memiliki pengendalian bersama atas ventura bersama
tersebut.
b. Bentuk Ventura Bersama
Ventura bersama menggunakan banyak bentuk dan struktur yang berbeda.
Pernyataan ini mengidentifikasi tiga jenis umum ventura bersama, yaitu
pengendalian bersama operasi, pengendalian bersama aset dan
pengendalian bersama entitas, yang secara umum dijelaskan sebagai, dan
memenuhi definisi dari, ventura bersama. Karakteristik umum seluruh
ventura bersama adalah sebagai berikut:
a. Dua atau lebih venturer terikat oleh suatu perjanjian kontraktual; dan
b. Perjanjian kontraktual tersebut membentuk pengendalian bersama.
c. Pengendalian Bersama
Pengendalian bersama dapat terhalang jika investee mengalami
reorganisasi legal atau kebangkrutan, atau beroperasi dalam pembatasan
ketat jangka panjang dalam kemampuannya untuk mengalihkan dana
kepada venturer. Jika pengendalian bersama berlanjut, maka kejadian
tersebut tidak cukup dengan sendirinya untuk menjustifikasi tidak
menerapkan akuntansi untuk ventura bersama sesuai dengan Pernyataan
ini.
d. Pengendalian Bersama Operasi

Operasi dari beberapa ventura bersama melibatkan penggunaan aset dan
sumber daya lainnya dari venturer daripada pendirian suatu perseroan
terbatas, persekutuan, atau entitas lainnya, atau suatu struktur keuangan
yang terpisah dari venturer. Setiap venturer menggunakan aset tetap dan
persediaannya. Venturer menanggung beban dan kewajiban dan
memperoleh pembiayaan, yang mewakili kewajibannya. Aktivitas ventura
bersama dapat dilaksanakan oleh karyawan venturer bersamaan dengan
aktivitas venturer yang serupa. Perjanjian ventura bersama biasanya
mengatur sedemikian sehingga pendapatan dari penjualan produk bersama
dan beban yang terjadi dibagi antar venturer.
Sehubungan dengan bagian partisipasi dalam pengendalian bersama
operasi, venturer mengakui dalam laporan keuangannya:
a. Aset yang dikendalikan dan kewajiban yang ditanggung; dan
b. Beban yang ditanggung dan bagian pendapatan yang diperoleh dari
penjualan barang dan jasa ventura bersama.
e. Pengendalian Bersama Aset
Beberapa ventura bersama melibatkan pengendalian bersama, dan
seringkali kepemilikan bersama, oleh ventureratas satu atau lebih aset yang
dikontribusikan kepada atau diperoleh untuk tujuan dari ventura bersama
dan didedikasikan untuk tujuan ventura bersama. Aset tersebut digunakan
untuk memperoleh manfaat bagi venturer. Setiap venturer dapat
mengambil suatu bagian keluaran dari aset dan menanggung suatu bagian
yang disetujui dari beban yang terjadi.
f. Pengendalian Bersama Entitas
Pengendalian bersama entitas adalah ventura bersama yang melibatkan
pendirian suatu perseroan terbatas, persekutuan atau entitas lainnya yang
mana setiap venturer mempunyai bagian partisipasi. Entitas tersebut
beroperasi dalam cara yang sama seperti entitas lainnya, kecuali adanya
perjanjian kontraktual antar venturer yang menciptakan pengendalian
bersama atas aktivitas ekonomi entitas.
g. Laporan Keuangan Venturer

Konsolidasi Proporsional
Venturer mengakui bagian partisipasinya dalam pengendalian bersama
entitas dengan menggunakan metode ekuitas atau, sebagai alternatif,
konsolidasi proporsional. Ketika konsolidasi proporsional igunakan, maka
salah satu dari dua format pelaporan di bawah ini digunakan.
10. PSAK No. 13 – Properti Investasi
a. Tujuan
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
properti investasi dan pengungkapan yang terkait.
b. Pengakuan
Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
a. besar kemungkinan manfaat ekonomik di masa depan dari aset yang
tergolong properti nvestasi akan mengalir ke dalam entitas; dan
b. biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal.
c. Pengukuran Pada Saat Pengakuan Awal
Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya
transaksi termasuk dalam pengukuran awal tersebut.
d. Pengungkapan
Model Nilai Wajar dan Model Biaya
Pengungkapan berikut diterapkan di samping pengungkapan lain yang
diharuskan PSAK 30 (revisi 2010): Sewa. Sesuai dengan PSAK 30 (revisi
2010), pemilik properti investasi melakukan pengungkapan lessor atas
sewa yang telah disepakati. Entitas yang memegang hak atas properti
investasi dalam skema sewa pembiayaan atau sewa operasi melakukan
engungkapan lessee atas sewa pembiayaan dan pengungkapan lessor atas
sewa operasi yang telah disepakati.
Entitas mengungkapkan:
a. apakah entitas tersebut menerapkan model nilai wajar atau model
biaya;

b. jika menerapkan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan
bagaimana, hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa operasi
diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti investasi;
c. apabila pengklasifikasian ini sulit dilakukan (lihat paragraf 14),
kriteria yang digunakan untuk membedakan properti investasi dengan
properti yang digunakan sendiri dan dengan properti yang dimiliki
untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari;
11. PSAK No. 14 – Akuntansi Persediaan
a. Tujuan
Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah
penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi
selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui. Pernyataan
ini menyediakan panduan dalam menentuan biaya dan pengakuan
selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai
realisasi neto.
b. Persediaan adalah aset: tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau dalam bentuk bahan
atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa.
c. Pengukuran Persediaan
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah.
d. Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,
termasuk rumus biaya yang digunakan;
2) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut
klasifikasi yang sesuai bagi entitas;

3) jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual;
4) jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
5) jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan
sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32;
6) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban
dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32;
7) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan
yang diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32; dan
8) nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan
kewajiban.
12. PSAK No. 15 – Investasi pada Asosiasi
Perbedaan Dengan IFRSs
Perbedaan ED PSAK 15 (Revisi 2009): Investasi pada Entitas
Asosiasi dengan IAS 28 (2009): Investment in Associates. ED PSAK 15
(revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi mengadopsi seluruh pengaturan
dalam IAS 28 (2009): Investment in Associates, kecuali:
a. IAS 28 paragraf 41, 41A, 41B, dan 41C tentang tanggal efektif dan
ketentuan transisi yang menjadi ED PSAK 15 paragraf 41.
b. IAS 28 paragraf 42 dan 43 tentang penarikan yang menjadi ED PSAK 15
paragraf 42.
Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi investasi dalam entitas
asosiasi. Namun, Pernyataan ini tidak diterapkan untuk investasi dalam
entitas asosiasi yang dimiliki oleh:
a. organisasi modal ventura; atau
b. reksa dana, unit perwalian, dan entitas sejenis termasuk dana asuransi
terhubung-investasi. yang pada saat pengakuan awal ditetapkan pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi atau diklasifikasikan sebagai

dimiliki untuk diperdagangkan dan dicatat sesuai dengan PSAK 55
(revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
Investasi tersebut itu diukur pada nilai wajar sesuai dengan PSAK 55,
perubahan nilai wajar diakui pada laporan laba rugi dalam periode terjadinya
perubahan. Entitas yang memiliki investasi tersebut membuat pengungkapan
yang disyaratkan oleh paragraf 37(f).
13. PSAK No. 16 – Aset Tetap
Perbedaan Dengan IFRSs
ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap mengadopsi seluruh pengaturan dalam
IAS 16 Property, Plant, and Equipment per Januari 2009, kecuali untuk hal-
hal sebagai berikut:
a. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap paragraf 03 mengenai ruang
lingkup dimana untuk aset biologik terkait aktivitas agrikultur termasuk
dalam ruang lingkup PSAK 16 (revisi 2011). Hal ini berbeda dengan
pengaturan yang ada dalam IAS 16 Property, Plant and Equipment
paragraf 3 dimana aset biologik terkait aktivitas agrikultur dikecualikan
dalam ruang lingkup.
b. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap memberikan tambahan pada
paragraf 43 mengenai perubahan kebijakan akuntansi dari model biaya ke
model revaluasi yang tidak ada pengaturannya dalam IAS 16.
c. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap tidak mengadopsi pengaturan
dalam IAS 16 paragraf 80 mengenai ketentuan transisi karena tidak
relevan.
d. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap memberikan ketentuan transisi
pada paragraf 82 yang tidak ada dalam IAS 16.
e. ED PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap tidak mengadopsi pengaturan
dalam IAS 16 paragraf 81, 81 A – F mengenai tanggal efektif karena tidak
relevan.
f. IAS 16 Property, Plant and Equipment paragraf 68A mengenai
penghentian pengakuan menjadi paragraf 69 pada ED PSAK 16 (revisi
2011) dan nomor paragraf selanjutnya disesuaikan.

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset
tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai
investasi entitas di aset tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Isu
utama dalamakuntansi aset tetap adalah pengakuan aset, penentuan jumlah
tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas aset tetap.
Pengakuan
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
a. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa
depan dari aset tersebut; dan
b. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
14. PSAK No. 18 – Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya
a. Perbedaan dengan IFRS
ED PSAK 18 (revisi 2010): Akuntansi dan Pelaporan Program
Manfaat Purnakarya mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 26
Accounting dan Reporting by Retirement Benefit Plans per Januari 2009,
kecuali:
1) IAS 26 paragraf 5 yang menjadi ED PSAK 18 (revisi 2010) paragraf 5
mengenai pembentukkan program manfaat purnakarya yang
diselenggarakan sebagai dana program terpisah yang tidak mempunyai
identitas hukum, dimodifikasi menjadi pembentukkan dana yang
terpisahtersebut harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hal ini agar sejalan dengan Undang-undang yang berlaku di
Indonesia.
2) IAS 26 paragraf 8 mengenai definisi program iuran pasti dan program
manfaat pasti ditambahkan kalimat “dalam program ini termasuk program
iuran pasti yang diatur dalam peraturan yang berlaku”, karena ED PSAK
18 (revisi 2010) menjelaskan bahwa jika ada program pensiun yang
mempunyai iuran pasti dan manfaat pasti yang diatur Undang- undang
juga masuk dalam ruang lingkup ED PSAK 18(revisi 2010).

3) IAS 26 paragraf 10 mengenai pengaturan program manfaat purnakarya
yang didasarkan pada perjanjian informal tidak diadopsi karena tidak
sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia.
4) IAS 26 paragraf 11 yang menjadi ED PSAK 18 (revisi 2010) paragraf 10
menghilangkan ruang lingkup pembentukkan wali amanat yang tidak
dibentuk, hal ini agar sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.
Program manfaat purnakarya kadang dikenal dalam berbagai istilah,
seperti: program pensiun, tunjangan hari tua, program purnabakti, dan
program purnakarya. Pernyataan ini menganggap program manfaat
purnakarya sebagai suatu entitas pelapor yang terpisah dari pemberi kerja
yang juga merupakan peserta dalam program purnakarya. Pernyataan lain
diterapkan untuk laporan keuangan program manfaat purnakarya sepanjang
tidak diganti oleh Pernyataan ini.
b. Pengertian Program Manfaat Purnakarya
Program manfaat purnakarya adalah perjanjian untuk setiap entitas
yang menyediakan manfaat purnakarya untuk karyawan pada saat atau setelah
berhenti bekerja (baik dalam bentuk iuran bulanan atau lumpsum) ketika
manfaat semacam itu, atau iuran selanjutnya untuk karyawan, dapat
ditentukan atau diestimasi sebelum purnakarya berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam dokumen atau praktik-praktik entitas.
c. Program Iuran Pasti
Laporan keuangan program iuran pasti berisi laporan aset neto
tersedia untuk manfaat purnakarya dan penjelasan mengenai kebijakan
pendanaan.
d. Program Manfaat Pasti
Laporan keuangan program manfaat pasti terdiri atas:
1) laporan yang menyajikan: (a) aset neto tersedia untuk manfaat
purnakarya; (b) nilai kini aktuaria atas manfaat purnakarya terjanji yang
membedakan antara manfaat telah menjadi hak (vested benefits) dan

manfaat belum menjadi hak (non-vested benefits); dan (c) surplus atau
defisit; atau
2) laporan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya termasuk salah
satu dari: catatan yang mengungkapkan nilai kini aktuaria atas manfaat
purnakarya terjanji, yang membedakan antara manfaat telah menjadi
hak dan manfaat belum menjadi hak; atau referensi atas informasi aset
neto tersedia untuk manfaat purnakarya disertakan dalam laporan
aktuaris.
e. Program Purnakarya
Investasi program manfaat purnakarya harus diakui pada nilai wajar. Pada
kasus surat berharga yang diperdagangkan, maka nilai wajar adalah nilai
pasar. Pada investasi program purnakarya yang dimiliki seandainya
estimasi nilai wajar tidak mungkin, maka pengungkapan harus dibuat
berisi alasan mengapa nilai wajar tidak dapat digunakan.
f. Pengungkapan
Laporan keuangan program manfaat purnakarya yang berupa manfaat pasti
atau iuran pasti, berisi informasi berikut ini:
1) laporan perubahan aset neto tersedia untuk manfaat purnakarya;
2) ringkasan dari kebijakan akuntansi yang signifikan;dan
3) penjelasan mengenai program purnakarya dan pengaruh setiap
perubahan program purnakarya selama periode tersebut.
15. PSAK No. 19 – Aset Tidak Berwujud
a. Tujuan
Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menentukan perlakuan akuntansi
bagi aset tidak berwujud yang tidak diatur secara khusus pada standar
lainnya. Pernyataan ini mewajibkan entitas untuk mengakui aset tidak
berwujud jika, dan hanya jika, kriteria-kriteria tertentu dipenuhi.
Pernyataan ini juga mengatur cara mengukur jumlah tercatat dari aset

tidak berwujud dan menentukan pengungkapan yang harus dilakukan
bagi aset tidak berwujud.
b. Pengertian Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi
tanpa wujud fisik.
c. Pengertian Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar sumber daya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset
pada saat aset tersebut diakuisisi atau dibangun, atau saat tersedia, nilai
tersebut diatribusikan pada aset ketika pengakuan awal sesuai dengan
persyaratan tertentu PSAK.
d. Aset Tidak Berwujud yang Dihasilkan Secara Internal
Adakalanya sulit untuk menentukan apakah suatu aset tidak berwujud
yang dihasilkan secara internal memenuhi kriteria untuk diakui.
Kesulitan tersebut, antara lain, dalam:
1) menentukan apakah telah timbul, dan saat timbulnya, aset yang dapat
diidentifikasi yang akan menghasilkan manfaat ekonomis masa depan;
dan
2) menentukan biaya perolehan aset tersebut secara andal.
Dalam beberapa kasus, biaya untuk menghasilkan suatu aset tidak
berwujud tidak dapat dibedakan dengan biaya untuk memelihara atau
meningkatkan goodwill yang dihasilkan secara internal atau biaya untuk
menjalankan operasi sehari–hari.
16. PSAK No. 22 – Kombinasi Bisnis
a. Perbedaan Dengan IFRSs
ED PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis mengadopsi seluruh IFRS 3
Business Combinations per 1 Januari 2009, kecuali:
1) IFRS 3 paragraf 64 yang menjadi ED PSAK 22 (revisi 2010) paragraf
64 tentang tanggal efektif dengan meniadakan penerapan dini.

Pertimbangan: Penerapan dini tersebut hanya akan dapat dilakukan
dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS diadopsi secara
bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRS menjadi SAK di Indonesia
dilakukan secara bertahap.
2) IFRS 3 paragraf 66 dan B68-B69 tentang ketentuan transisi untuk
kombinasi bisnis yang melibatkan entitas bersama (mutual entity)
tidak diadopsi. Pertimbangan: Tidak relevan karena
a) PSAK 22: Penggabungan Usaha tidak mengecualikan kombinasi
bisnis entitas bersama:
b) Peraturan yang berlaku melarang reksa dana mengakui reksa dana
lain (reksadana merupakan contoh entitas bersama).
3) IFRS 3 paragraf 67 tentang penerapan dini tidak diadopsi.
ED PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis menambah beberapa
paragraf yang tidak ada di IFRS 3 Business Combinations per 1 Januari
2009, yaitu:
1) ED PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 66 tentang ketentuan transisi
untuk goodwill yang berasal dari kombinasi bisnis sebelum 1 Januari
2011 (tanggal efektif). Paragraf tersebut mengadopsi IFRS 3 Business
Combinations yang dikeluarkan pada 31 Maret 2004 (IFRS 3/2004)
paragraf 79 dengan meniadakan ketentuan transisi untuk goodwill
yang berasal dari akuisisi pengendalian bersama entitas, karena jenis
ventura bersama tersebut tidak diatur sebelumnya dalam SAK, yaitu
PSAK 12: Pelaporan Keuangan mengenai Bagian Partisipasi dalam
Pengendalian Bersama Operasi dan Aset.
2) ED PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 67 tentang ketentuan transisi
untuk negative goodwill yang berasal dari kombinasi bisnis sebelum 1
Januari 2011 (tanggal efektif). Paragraf tersebut mengadopsi IFRS
3/2004 paragraf 81 dengan meniadakan ketentuan transisi untuk
negative goodwill yang berasal dari akuisis pengendalian bersama
entitas, dengan alasan yang sama dengan angka (4).

3) ED PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 68 tentang ketentuan transisi
untuk aset tidak berwujud yang berasal dari kombinasi bisnis sebelum
1 Januari 2011 (tanggal efektif). Paragraf tersebut mengadopsi IFRS
3/2004 paragraf 82 dengan meniadakan ketentuan transisi untuk aset
tidak berwujud yang berasal dari akuisisi pengendalian bersama
entitas, dengan alasan yang sama dengan angka (4).
4) ED PSAK 22 (revisi 2010) paragraf 69 tentang ketentuan transisi
untuk investasi yang dicatat dengan metode ekuitas. Paragraf tersebut
mengadopsi IFRS 3/2004 paragraf 83-84. Pertimbangan: Tambahan
paragraf yang disebutkan di angka (4) sd (7) adalah relevan karena
IFRS 3/2004 mengatur tentang ketentuan transisi perubahan akuntansi
kombinasi bisnis dari IAS 22 Business Combinations (dikeluarkan
pada 1993) yang menjadi rujukan PSAK 22: Penggabungan Usaha
(dikeluarkan pada 1994).
b. Tujuan
Pernyataan ini bertujuan untuk meningkatkan relevansi, keandalan,
dan daya banding dari informasi yang disampaikan entitas pelapor dalam
laporan keuangannya mengenai kombinasi bisnis dan dampaknya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Pernyataan ini mengatur prinsip dan persyaratan
tentang bagaimana pihak pengakuisisi (acquirer):
1) mengakui dan mengukur dalam laporan keuangannya aset
teridentifikasi yang diperoleh, liabilitas yang diambil-alih dan
kepentingan nonpengendali dari pihak yang diakuisisi (acquiree);
2) mengakui dan mengukur goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis
atau keuntungan dari pembelian dengan diskon; dan
3) menentukan jenis informasi yang diungkapkan untuk memungkinkan
pengguna laporan keuangan mengevaluasi sifat dan dampak keuangan
dari kombinasi bisnis.
17. PSAK 23 PENDAPATAN (Revisi 2009)
a. Tujuan pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas
pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu. Penghasilan

adalah peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue)
maupun keuntungan (gain).
b. Ruang Lingkup
Pernyataan standar ini diterapkan untuk transaksi dan kejadian berikut :
a) Penjualan barang, meliputi barang produksi dan barang yang dibeli
kemudian dijual kembali.
b) Penjualan jasa (disepakati secara kontraktual).
c) Penggunaan aset entitas oleh pihak yang menghasilkan bunga, royalti
dan dividen.
Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan yang timbul dari:
perjanjian sewa, dividen yang timbul dari investasi yang dicatat sesuai
metode ekuitas , kontrak asuransi, perubahan nilai wajar dari aset dan
liabilitas keuangan atau pelepasannya, perubahan nilai aset lancar lainnya,
dan ekstraksi hasil tambang.
c. Definisi
Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau
suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).
Pendapatan hanya meliputi : arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Pemasukan
yang dikeluarkan dari pendapatan meliputi : jumlah yang ditagih untuk
kepentingan pihak ketiga dan atas nama prinsipal seperti pajak maupun
hubungan keagenan (kecuali komisi yang diterima dalam kerjasama
keagenan), bukan manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas, dan tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas
d. Pengukuran

a) Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
dapat diterima.
b) Diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima
dan dikurangi diskon atau rabat.
c) Jika pendapatan ditangguhkan, nilai wajar ditentukan dengan
mendiskontokan arus kas yang akan diterima dengan tingkat bunga
tersirat (imputed)
d) Pertukaran barang serupa tidak dianggap transaksi yang menghasilkan
pendapatan.
e) Pertukaran tidak serupa dianggap transaksi yang menghasilkan
pendapatan.
e. Bunga, Royalti, dan Dividen
Acuan Umum = manfaat ekonomi mengalir pada entitas dan dapat diukur
dengan andal. Bunga menggunakan suku bunga efektif. Royalti memakai
dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian. Dividen jika hak
pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
18. PSAK 24 Revisi 2010 IMBALAN KERJA
a. Tujuan. Pernyataan ini bertujuan mengatur akuntansi dan pengungkapan
imbalan kerja. Pernyataan ini mengharuskan entitas untuk mengakui: (a)
liabilitas jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh
imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan (b) beban jika
entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang
diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.
b. Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk kedalam definisi
imbalan kerja di PSAK-24 adalah sebagai berikut:
1) Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh
temponya kurang dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka

Pendek ini adalah; Gaji, iuran Jaminan Sosial, cuti tahunan, cuti sakit,
bagi laba dan bonus (jika terutang dalam waktu 12 bulan pada periode
akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk uang (imbalan
kesehatan, rumah, mobil, barang dan jasa yang diberikan secara cuma-
cuma atau memalui subsidi).
2) Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja
setelah pekerja sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan
Pasca Kerja ini adalah : Imbalan Pensiun, Imbalan asuransi jiwa pasca
kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika dikaitkan dengan penjelasan
diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum di perundangan
ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia,
Disability/cacat/medical unfit dan mengundurkan diri.
3) Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh
temponya lebih dari 12 bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini
adalah: Cuti besar/cuti panjang, penghargaan masa kerja (jubilee)
berupa sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat dari emas dan
lain-lain.
4) Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja
yang diberikan karena perusahan berkomitmen untuk :
a) Memberhentikan seorang atau lebih pekerja sebelum mencapai
usia pensiun normal, atau
b) Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang menerima
penawaran pengunduran diri secara sukarela (golden shake
hand). Imbalan ini dimasukan kedalam pernyataan PSAK-24, jika
dan hanya jika perusahaan sudah memiliki rencana secara jelas dan
detail untuk melakukan PKK dan kecil kemungkinan untuk
membatalkannya.
19. PSAK 25 Revisi 2009 KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI,
KESALAHAN
a. Tujuan pernyataan ini adalah menentukan kriteria untuk pemilihan dan
perubahan kebijakan akuntansi, bersama dengan perlakuan akuntansi dan
pengungkapan atas perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi

akuntansi, dan koreksi kesalahan. Pernyataan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan relevansi dan keandalan laporan keuangan entitas, daya
banding laporan keuangan tersebut dan dengan laporan keuangan entitas
lainnya.
b. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Ketika suatu SAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa
atau kondisi lainnya, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk item
tersebut menggunakan SAK yang bersangkutan dan mempertimbangkan
Panduan Aplikasi SAK yang relevan. Dalam hal tidak ada SAK yang
secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya,
maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan
dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi
yang relevan dan andal.
c. Konsistensi dan perubahan Kebijakan Akuntansi
Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten
untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK
secara spesifik mengatur atau mengizinkan kelompok item-item dimana
kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal yang mungkin sesuai dengan
keadaan. Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika
perubahan tersebut: (a) dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau (b)
menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan. Penerapan dini PSAK bukan merupakan perubahan
kebijakan akuntansi yang bersifat sukarela. Pengaturan (pronouncement)
tersebut diamandemen, entitas memilih untuk mengubah suatu kebijakan
akuntansi, maka perubahan tersebut dicatat dan diungkapkan sebagai
perubahan kebijakan akuntansi yang bersifat sukarela.
d. Penerapan Retrospektif
Entitas akan menyesuaikan saldo awal setiap komponen ekuitas yang
terpengaruh untuk periode sajian paling awal dan jumlah komparatif
lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan

akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya. Penerapan
retrospektif untuk periode lalu adalah tidak praktis kecuali praktis untuk
menentukan dampak kumulatif atas jumlah awal dan akhir laporan posisi
keuangan untuk periode itu.
e. Perubahan Estimasi Akuntansi
Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang
tersedia dan andal. Contohnya (a) piutang tidak tertagih; (b) persediaan
yang rusak; (c) nilai wajar aset keuangan atau laibilitas keuangan; (d)
umur manfaat, atau ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa
mendatang yang melekat pada, aset yang didepresiasikan; dan (e)
kewajiban garansi. Revisi estimasi tidak terkait dengan periode lalu dan
bukan koreksi suatu kesalahan. Suatu perubahan estimasi akuntansi dapat
hanya berakibat pada laba atau rugi periode berjalan, atau laba atau rugi
periode berjalan dan periode mendatang. Entitas mengungkapkan sifat dan
jumlah perubahan estimasi akuntansi.
f. Kesalahan
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau
pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak
sesuai SAK jika kesalahan bersifat sengaja. Koreksi kesalahan berbeda
dengan perubahan estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi sesuai dengan
sifatnya merupakan perkiraan yang perlu direvisi akibat tambahan
informasi yang diketahui kemudian.
20. PSAK No. 26 Revisi 2011 BIAYA PINJAMAN
a. Prinsip dasar
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan
perolehan, konstruksi, atau produksi aset kualifikasian dikapitalisasi
sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman lainnya
diakui sebagai beban.
b. Ruang lingkup

Pernyataan ini tidak mengatur biaya ekuitas (actual or imputed cost of
equity), termasuk modal preferen yang tidak diklasifikasikan sebagai
liabilitas. Entitas tidak dipersyaratkan untuk menerapkan Pernyataan ini
untuk biaya pinjaman yang dapat diatribusikan.
c. Definisi
Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas
sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya pinjaman dapat meliputi: (a)
beban bunga yang dihitung menggunakan metode suku bunga efektif; (b)
beban keuangan dalam sewa pembiayaan yang diakui dan (c) selisih kurs
yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang selisih kurs
tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.
d. Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi
Jumlah biaya pinjaman dikapitalisasi selama suatu periode tidak boleh
melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi pada periode tersebut. Entitas
mulai mengkapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian biaya perolehan
aset kualifikasian pada tanggal awal. Tanggal awal kapitalisasi adalah
tanggal ketika entitas pertama kali memenuhi semua kondisi berikut: (a)
terjadinya pengeluaran untuk aset; (b) terjadinya biaya pinjaman; dan (c)
entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan
aset. Penghentian sementara kapitalisasi selama periode yang
diperpanjang dimana pengembangan aktif atas aset kualifikasian juga
dihentikan. Penghentian kapitalisasi ketika secara substansial seluruh
aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aset kualifikasian agar
dapat digunakan sesuai dengan maksudnya atau dijual telah selesai.
e. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan: (a) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi
selama periode berjalan; dan (b) tarif kapitalisasi yang digunakan untuk
menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi.
21. PSAK No. 28 (revisi 2010) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN

a. Tujuan pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62:
Kontrak Asuransi.
b. Pendapatan Premi
Premi yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi
diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan
proporsi jumlah proteksi yang diberikan.
c. Beban Klaim
Klaim sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian terhadap objek
asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui (settled
claims), klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claims), klaim yang
terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim (claim
settlement expenses), diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya
kewajiban untuk memenuhi klaim. Hak subrogasi diakui sebagai
pengurang beban klaim pada saat realisasi.
d. Utang Klaim diakui pada saat jumlahnya disepakati untuk dibayar.
e. Estimasi Klaim Retensi Sendiri
Estimasi klaim retensi sendiri dinyatakan sebesar jumlah taksiran
berdasarkan penelaahan secara teknis asuransi.
f. Premi yang Belum Merupakan Pendapatan
Cara menentukan: (a) secara agregat berdaasarkan presentase tertentu atau
(b) secara individual dari tiap pertanggungan secara proporsional.
g. PENGUNGKAPAN
Pengungkapan di catatan atas laporan keuangan : (a) Kebijakan akuntansi
(pengakuan pendapatan premi dan penentuan premi yang belum
merupakan pendapatan; transaksi reasuransi termasuk sifat, tujuan, dan
efek transaksi reasuransi tersebut terhadap operasi entitas; pengakuan
beban klaim dan penentuan estimasi klaim retensi sendiri),(b) Piutang
premi dari penutupan polis bersama yang pada saat bersamaan
menimbulkan utang premi kepada entitas anggota penutupan polis

bersama, dan (c) Jumlah premi jangka panjang yang belum diperhitungkan
sebagai premi bruto.
22. PSAK 30 (revisi 2011) SEWA
a. Tujuan Pernyataan ini adalah untuk mengatur kebijakan akuntansi dan
pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessee maupun lessor dalam
hubungannya dengan sewa.
b. Ruang lingkup
Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi untuk semua jenis sewa selain:
(a) sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas
alam dan sumber daya lainnya yang tidak dapat diperbarui; dan (b)
perjanjian lisensi untuk hal-hal seperti film, rekaman video, karya
panggung, manuskrip (karya tulis), hak paten, dan hak cipta.
c. Klasifikasi Sewa
Klasifikasi sewa yang digunakan dalam Pernyataan ini didasarkan atas
sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset
sewaan berada pada lessor atau lessee. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai
sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan
secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset.
d. SEWA DALAM LAPORAN KEUANGAN LESSEE
1) Sewa pembiayaan
Pengakuan awal
Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan
liabilitas dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai wajar aset sewaan
atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih
rendah dari nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak sewa.

Pengukuran setelah pengakuan awal
Pembayaran sewa minimum dipisahkan antara bagian yang merupakan
beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas. Suatu
sewa pembiayaan menimbulkan beban penyusutan untuk aset yang dapat
disusutkan dan beban keuangan dalam setiap periode akuntansi.
Pengungkapan
lessee juga mengungkapkan hal-hal berikut yang berkaitan dengan sewa
pembiayaan: (a) jumlah neto jumlah tercatat untuk setiap kelompok aset
pada tanggal pelaporan; (b) rekonsiliasi antara total pembayaran sewa
minimum di masa depan pada tanggal pelaporan, dengan nilai kininya; (c)
rental kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut; (d) total
perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut; (e) penjelasan
umum isi perjanjian sewa yang material.
2) Sewa operasi
Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar
garis lurus selama masa sewa. Lessee juga mengungkapkan hal berikut
untuk sewa operasi: (a) total pembayaran sewa minimum; (b) total
perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut; (c) pembayaran
sewa dan sewa-lanjut; (d) penjelasan umum perjanjian sewa lessee.
e. SEWA DALAM LAPORAN KEUANGAN LESSOR
1) Sewa pembiayaan
Pengakuan awal
Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa
pembiayaan di laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan
investasi sewa neto tersebut.
Pengukuran setelah pengakuan awal
Pengakuan penghasilan pembiayaan didasarkan pada suatu pola yang
mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas
investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan.
Pengungkapan

lessor mengungkapkan hal berikut untuk sewa pembiayaan: (a) rekonsiliasi
antara investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa
minimum pada tanggal pelaporan; (b) penghasilan pembiayaan tangguhan;
(c) nilai residu tidak dijamin yang diakru sebagai manfaat lessor; (d)
akumulasi penyisihan piutang tidak tertagih atas pembayaran sewa
minimum; (e) rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam
periode berjalan; dan (f) penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang
material.
2) Sewa operasi
Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan
dasar garis lurus selama masa sewa. Lessor mengungkapkan hal berikut
untuk sewa operasi: (a) jumlah agregat pembayaran sewa minimum; (b)
total rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan; (c) penjelasan
umum isi perjanjian sewa lessor.
f. TRANSAKSI JUAL DAN SEWA-BALIK
Transaksi jual dan sewa-balik meliputi penjualan suatu aset dan
penyewaan kembali aset yang sama. Apabila entitas tidak memiliki
informasi memadai untuk menerapkan perubahan tersebut secara
retrospektif, maka entitas: (a) menerapkan perubahan terhadap klasifikasi
tanah dengan dasar fakta dan kondisi yang ada pada tanggal perubahan
tersebut diadopsi; dan (b) mengakui aset dan liabilitas terkait dengan sewa
tanah yang diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan sebesar nilai wajar
pada tanggal tersebut; perbedaan antara nilai wajar diakui di saldo laba.
23. PSAK 31 Revisi 2009 INSTRUMEN KEUANGAN : PENGUNGKAPAN
a. Tujuan Pernyataan ini adalah mensyaratkan entitas untuk menyediakan
pengungkapan dalam laporan keuangan yang memungkinkan pengguna
untuk mengevaluasi: (a) signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi
dan kinerja keuangan suatu entitas; dan (b) sifat dan besarnya risiko yang
timbul dari instrumen keuangan dimana entitas terpengaruh selama

periode dan pada saat tanggal pelaporan, dan bagaimana entitas
mengelola risiko tersebut.
b. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan oleh semua entitas untuk semua jenis
instrumen keuangan, kecuali: (a) penyertaan pada anak perusahaan,
perusahaan asosiasi, dan joint venture; (b) hak dan kewajiban pemberi
kerja berdasarkan program imbalan kerja; (c) kontrak asuransi; (d)
instrumen, kontrak, dan kewajiban keuangan dalam transaksi
pembayaran berbasis saham.
c. Kategori aset keuangan dan kewajiban keuangan
diungkapkan dalam neraca atau catatan atas laporan keuangan: (a) aset
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, (b)
investasi dimiliki hingga jatuh tempo; (c) pinjaman yang diberikan dan
piutang; (d) aset keuangan yang tersedia untuk dijual; (e) kewajiban
keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, (f)
kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.
d. Agunan
Entitas mengungkapkan: (a) jumlah tercatat aset keuangan yang
dijaminkan sebagai agunan serta (b) syarat dan kondisi yang terkait
dengan jaminan.
e. Penyisihan kerugian kredit
Penurunan nilai aset dengan penyisihan kerugian kredit, maka entitas
mengungkapkan suatu rekonsiliasi perubahan pada pos tersebut selama
periode berjalan untuk setiap kelompok aset keuangan.
f. Gagal bayar dan pelanggaran
Untuk utang pinjaman yang diterima (loan payable) yang diakui pada
tanggal pelaporan, entitas mengungkapkan: (a) rincian gagal bayar
selama periode atas pokok, bunga, sinking fund, atau syarat penarikan
atas utang pinjaman tersebut; (b) jumlah tercatat utang pinjaman yang

gagalbayar pada tanggal pelaporan; dan (c) apakah gagal-bayar telah
diselesaikan. Begitu pula dengan adanya pelanggaran.
g. Laporan laba rugi dan ekuitas
Item-item penghasilan, beban, laba, dan rugi Antara lain : (a) laba
atau rugi neto, (b) penghasilan bunga total dan beban bunga total
(dihitung dengan menggunakan metode suku bunga efektif), (c)
penghasilan dan beban imbalan (selain jumlah yang termasuk dalam
penentuan suku bunga efektif), (d) penghasilan bunga dari aset keuangan
yang mengalami penurunan nilai, (e) jumlah kerugian penurunan nilai.
h. Pengungkapan lainnya : Kebijakan akuntansi, Akuntansi lindung
nilai, Nilai Wajar.
i. Sifat Dan Tingkat Risiko Yang Timbul Dari Instrumen Keuangan
Pengungkapan yang disyaratkan memfokuskan pada risiko yang timbul
dari instrumen keuangan dan bagaimana risiko tersebut telah dikelola.
Risiko-risiko ini umumnya meliputi, tetapi tidak terbatas pada, risiko
kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar.
j. Pengungkapan kualitatif Untuk setiap jenis risiko yang timbul dari
instrumen keuangan, entitas mengungkapkan: (a) eksposur risiko dan
bagaimana risiko tersebut timbul; (b) tujuan, kebijakan, dan proses
pengelolaan risiko dan metode yang digunakan untuk mengukur risiko
tersebut; dan (c) setiap perubahan pada (a) atau (b) dari periode
sebelumnya. Pengungkapan kuantitatif diungkapkan pada periode
pelaporan tidak mencerminkan eksposur entitas atas risiko selama
periode, maka entitas menyediakan informasi lebih lanjut yang
representatif.
24. PSAK No. 33 Revisi 2011 Akuntansi Pertambangan Umum
a. Tujuan dan Ruang lingkup

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi atas aktivitas
pengupasan lapisan tanah dan aktivitas pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan umum. Biaya pengelolaan lingkungan hidup adalah biaya
yang timbul atas usaha mengurangi dan mengendalikan dampak negatif
kegiatan pertambangan, dan biaya rutin lainnya.
b. Pengakuan Dan Pengukuran
1) Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah
Biaya pengupasan tanah penutup dibedakan antara pengupasan tanah awal
untuk membuka tambang, yaitu pengupasan tanah yang dilakukan sebelum
produksi dimulai dan pengupasan tanah lanjutan yang dilakukan selama
masa produksi. Biaya pengupasan tanah awal diakui sebagai aset (beban
tangguhan), sedangkan biaya pengupasan tanah lanjutan diakui sebagai
beban. Sebelum produksi dilaksanakan, dihitung terlebih dahulu rasio rata-
rata tanah penutup (average stripping ratio), yaitu perbandingan antara
taksiran kuantitas lapisan batuan/tanah penutup terhadap taksiran
ketebalan bahan galian (seperti batubara) yang juga dinyatakan dalam
satuan unit kuantitas.
2) Aktivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provisi pengelolaan lingkungan hidup harus diakui jika: (a) terdapat
petunjuk yang kuat bahwa telah timbul kewajiban pada tanggal pelaporan
keuangan akibat kegiatan yang telah dilakukan; (b) terdapat dasar yang
wajar untuk menghitung jumlah kewajiban yang timbul. Jika jumlah
pengeluaran pengelolaan lingkungan hidup yang sesungguhnya terjadi
pada tahun berjalan sehubungan dengan kegiatan periode lalu lebih besar
dari pada jumlah akrual yang telah dibentuk, maka selisihnya dibebankan
ke periode di mana kelebihan tersebut timbul.
c. Penyajian
Taksiran Provisi pengelolaan lingkungan hidup disajikan di laporan posisi
keuangan sebesar jumlah kewajiban yang telah ditangguhkan, setelah
dikurangi dengan jumlah pengeluaran yang sesungguhnya terjadi.

d. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan, tetapi tidak terbatas pada:
(a) Kebijakan akuntansi sehubungan dengan: (i) Perlakuan akuntansi atas
pembebanan biaya pengelolaan lingkungan hidup; (ii) Metode amortisasi
atas biaya pengelolaan lingkungan hidup yang ditangguhkan.
(b) Mutasi taksiran kewajiban provisi pengelolaan lingkungan hidup
selama tahun berjalan dengan menunjukkan: (i) Saldo awal; (ii) Penyisihan
yang dibentuk; (iii) Pengeluaran sesungguhnya; (iv) Saldo akhir.
(c) Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan dan
yang sedang berjalan;
(d) Kewajiban bersyarat sehubungan dengan pengelolaan lingkungan
hidup dan kewajiban bersyarat lainnya sesuai SAK.
25. PSAK 34 Revisi 2010 KONTRAK KONSTRUKSI
a. Tujuan dan ruang lingkup
Pernyataan ini menggunakan kriteria pengakuan yang diatur dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan untuk
menentukan kapan pendapatan dan biaya suatu kontrak konstruksi diakui
sebagai pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi komparatif.
Pernyataan ini diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi dalam
laporan keuangan kontraktor.
b. Definisi
Kontrak biaya-plus adalah kontrak konstruksi yang mana kontraktor
mendapatkan penggantian untuk biaya-biaya yang telah diizinkan atau
telah ditentukan, ditambah imbalan dengan persentase terhadap biaya atau
imbalan tetap.
Kontrak harga tetap adalah kontrak konstruksi dengan syarat bahwa
kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif
tetap yang telah ditentukan per unit output.

Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara
khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat satu sama lain. Kontrak konstruksi meliputi (a) kontrak
pemberian jasa yang berhubungan langsung dengan konstruksi aset, dan
(b) kontrak untuk penghancuran atau restorasi aset dan restorasi
lingkungan setelah penghancuran aset.
c. Pendapatan Kontrak
Pendapatan kontrak terdiri dari: (a) nilai pendapatan semula yang disetujui
dalam kontrak; dan (b) penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim,
dan pembayaran insentif. Penyimpangan adalah suatu instruksi yang
diberikan pelanggan mengenai perubahan dalam lingkup pekerjaan yang
akan dilaksanakan berdasarkan kontrak. Penyimpangan dapat
menimbulkan peningkatan atau penurunan dalam pendapatan kontrak.
Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pelanggan atau
pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk
dalam nilai kontrak. Pembayaran insentif adalah jumlah tambahan yang
dibayarkan kepada kontraktor apabila standar-standar pelaksanaan yang
telah ditentukan telah terpenuhi atau dilampaui. Ketiga hal tersebut harus
memenuhi syarat yaitu keberterimaan pelanggan dan dapat diukur secara
andal.
d. Biaya Kontrak.
Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri dari: (a) biaya yang berhubungan
langsung dengan kontrak tertentu; (b) biaya yang dapat diatribusikan pada
aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak
tersebut; dan (c) biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke
pelanggan sesuai isi kontrak. Biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang
dapat diatribusikan pada suatu kontrak selama periode sejak tanggal
kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak.
e. Pengakuan Pendapatan Dan Beban Kontrak
Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka
pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak

konstruksi diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan
memerhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir
periode pelaporan. Tahap penyelesaian suatu kontrak dapat ditentukan
dalam berbagai cara : (a) proporsi biaya kontrak, (b) survei atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan; dan (c) penyelesaian suatu bagian secara fisik
dari pekerjaan kontrak.
f. Pengakuan Taksiran Rugi dan perubahan estimasi
Jika kemungkinan besar terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi
total pendapatan kontrak, maka taksiran rugi segera diakui sebagai beban.
Perubahan estimasi digunakan sebagai dasar dalam penentuan jumlah
pendapatan dan beban yang diakui dalam laba rugi pada periode saat
perubahan tersebut terjadi dan periode selanjutnya.
g. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan: (a) jumlah pendapatan kontrak yang diakui
sebagai pendapatan pada periode; (b) metode yang digunakan untuk
menentukan pendapatan kontrak yang diakui pada periode; (c) metode
yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak.
26. PSAK 36AKUNTANSI KONTRAK ASURANSI JIWA
a. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62:
Kontrak Asuransi. Suatu kontrak yang masuk dalam ruang lingkup PSAK
62: Kontrak Asuransi sebagai kontrak asuransi, jika kontrak tersebut
merupakan kontrak asuransi jiwa, maka entitas juga menerapkan
Pernyataan ini.
b. Premi Kontrak Asuransi Jangka Pendek
Premi kontrak asuransi jangka pendek diakui sebagai pendapatan dalam
periode kontrak sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang
diberikan. Jika periode risiko berbeda secara signifikan dengan periode
kontrak, maka premi diakui sebagai pendapatan selama periode risiko
sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan.

c. Premi Selain Kontrak Asuransi Jangka Pendek
Premi selain kontrak asuransi jangka pendek diakui sebagai pendapatan
pada saat jatuh tempo dari pemegang polis. Kewajiban untuk biaya yang
diharapkan timbul sehubungan dengan kontrak tersebut diakui selama
periode sekarang dan periode diperbaruinya kontrak.
d. Pendapatan Lain. Komisi reasuransi dan komisi keuntungan reasuransi
diakui sebagai pendapatan lain.
e. Beban Klaim. Klaim meliputi klaim yang telah disetujui, klaim dalam
proses penyelesaian, dan klaim yang terjadi namun belum dilaporkan.
Jumlah klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi
namun belum dilaporkan, ditentukan berdasarkan estimasi liabilitas klaim
tersebut. Perubahan dalam jumlah estimasi liabilitas klaim, sebagai akibat
proses penelaahan lebih lanjut dan perbedaan antara jumlah estimasi klaim
dengan klaim yang dibayarkan, diakui sebagai penambah atau pengurang
beban dalam laba rugi pada periode terjadinya perubahan.
f. Liabilitas Manfaat Polis Masa Depan
Liabilitas manfaat polis masa depan diakui dalam laporan posisi keuangan
berdasarkan perhitungan aktuaria. Liabilitas tersebut mencerminkan nilai
kini estimasi pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan termasuk
seluruh opsi yang disediakan, nilai kini estimasi seluruh biaya yang akan
dikeluarkan, dan juga mempertimbangkan penerimaan premi di masa
depan.
g. Premi yang Belum Merupakan Pendapatan
Premi yang belum merupakan pendapatan atas kontrak asuransi jangka
pendek ditentukan dengan cara sebagai berikut: (a) secara agregat tanpa
memperhatikan tanggal penutupannya dan besarnya dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari jumlah premi untuk setiap jenis
pertanggungan/asuransi; atau (b) secara individual dari setiap
pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan pendapatan

ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan,
selama periode pertanggungan atau periode risiko, konsisten dengan
pengakuan pendapatan premi
h. Estimasi Liabilitas Klaim atas kontrak asuransi diukur sebesar jumlah
estimasi berdasarkan perhitungan teknis asuransi.
i. Tes Kecukupan Liabilitas
Liabilitas asuransi yang diakui, baik manfaat polis masa depan, premi
yang belum merupakan pendapatan maupun estimasi liabilitas klaim,
dilakukan tes kecukupan liabilitas sesuai dengan persyaratan yang diatur
dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi. Tingkat diskonto yang digunakan
dalam tes kecukupan liabilitas tersebut merupakan estimasi terbaik tingkat
diskonto yang mencerminkan kondisi terkini dan risiko yang melekat pada
liabilitas tersebut.
j. Aset Reasuransi
Nilai aset reasuransi atas liabilitas manfaat polis masa depan ditentukan
secara konsisten dengan pendekatan yang digunakan dalam menentukan
liabilitas manfaat polis masa depan, berdasarkan syarat dan ketentuan dari
kontrak reasuransi tersebut.
k. Pengungkapan
Hal-hal berikut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan:
1) Kebijakan akuntansi mengenai
2) Pendapatan premi bruto
3) Klaim dan manfaat
27. PSAK 38 AKUNTANSI RESTRUKTURISASI ENTITAS
SEPENGENDALI

a. Sifat Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
Transaksi rekstrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa
aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang
dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam
suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan pemilikan
dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat
menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun
bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut. Pihak tidak
sepengendali diperlakukan sebagai entitas sepengendali apabila dalam
jangka waktu dua puluh empat bulan atau kurang: (a) Pihak tidak
sepengendali tersebut pernah berada di bawah pengendalian yang sama,
atau (b) Aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya
yang dialihkan pernah dimiliki entitas sepengendali.
Transaksi pembelian saham atau aktiva bersih milik pemegang
saham minoritas (yang tidak berada dalam pengendalian yang sama
dengan pemegang saham mayoritas) merupakan transaksi yang mencakup
perubahan substansi ekonomi pemilikian dari pemegang saham minoritas
ke pemegang saham mayoritas, oleh karena itu transaksi ini bukan
merupakan transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak
mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva,
saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya yang pemiliknya
dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku
seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan.
Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur
laporan keuangan dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode
terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk perbandingan yang disajikan,
harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah perusahaan tersebut telah
bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan
Keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan
kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang

bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal
setelah tanggal neraca terakhir disajikan.
b. Selisih antara Harga Pengalihan dan Nilai Buku.
Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi
restrukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun Selisih
Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali. Saldo akun tersebut
selanjutnya disajikan sebagai unsur Ekuitas.
Selisih harga pengalihan dengan nilai sehubungan dengan transaksi
restrukturisasi antara entitas sepengendali bukan merupakan goodwill.
c. Pengungkapan
Untuk semua transaksi restrukturisasi entitas sepengendali,
pengungkapan berikut harus dibuat dalam laporan keuangan pada periode
terjadinya restrukturisasi: (1)Jenis, nilai buku dan harga pengalihan aktiva,
kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan; (2)
Tanggal transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali; (3) Nama
entitas terkait; dan (4) Metode akuntansi yang digunakan.
28. PSAK 45 PELAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA
a. Tujuan Laporan Keuangan:
Tujuan utama laporan keuangan organisasi nirlaba pada dasarnya memiliki
kesamaan dengan tujuan laporan keuangan organisasi komersial, yaitu
menyajikan informasi yang relevan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh organisasi tersebut. Namun, dikarenakan adanya perbedaan tujuan
organisasi, menyebabkan adanya perbedaan pada kalangan pemakai
laporan keuangan dan isi dari laporan keuangan tersebut. PSAK Nomor 45
memberikan pengertian tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba adalah
untuk menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan
para penyumbang, anggota organisasi, kreditur, dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba.
b. Sifat Pembatasan Dana

Menurut PSAK Nomor 45 Laporan keuangan untuk organisasi nirlaba
terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan. Dalam melakukan penyusunan laporan
keuangan memperhatikan sifat pembatasan dana, menurut PSAK Nomor
45 mendefinisikan sebagai berikut:
1) Pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya
yang ditetapkan oleh penyumbang agar sumber daya tersebut
dipertahankansecara permanen, tetapi organisasi diizinkan untuk
menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi
lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.
2) Pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya
olehpenyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut
dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai dengan
terpenuhinya keadaan tertentu.
3) Sumbangan terikat adalah sumber daya yang penggunaannya dibatasi
untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Pembatasan tersebut dapat
bersifat permanen atau temporer.
4) Sumbangan tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya
tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang.
c. Komponen Laporan Keuangan
Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, dan Laporan Arus Kas.
29. PSAK 46 PAJAK PENGHASILAN
PAJAK PENGHASILAN (IAS 12 ; PSAK 46 REV 1997)N
O
PERBEDAAN IFRS PSAK EFEK
KONVERGENSI1 Pengaturan IAS 12 mengatur
tentang beda
temporer
(temporary
difference) antara
basis pajak
Sama dengan
IFRS

dengan basis
komersial yang
dijadikan basis
dalam mengakui
aktiva kewajiban
pajak tangguhan.2 Peraturan
temporer dari
hibah pemerintah
Mencakup
perbedaan
temporer akibat
adanya hibah
pemerintah
(government
grants)
Tidak mengatur
perlakuan
perbedaan
temporer akibat
hibah
pemerintah
3 Pengakuan pajak
dari goodwill
Pengakuan pajak
tangguhan yang
berasal dari
goodwill yang
muncul dari
penggabungan
usaha tidak
diijinkan
Pengakuan
pajak dari
goodwill
diijinkan
sepanjang
diakui secara
fiskal
4 Pengungkapan
pajak dari pos
luar biasa
Tidak mengatur
pengungkapan
yang berasal dari
pos luar biasa
Pengungkapan
untuk beban
(penghasilan)
pajak yang
berasal dari pos
luar biasa serta
sifat setiap
jumlahnya5 Pengaturan PPh
Final
Tidak mengatur
PPh Final
Mengatur
konsep
pengenaan PPh
Final karena di

Indonesia
terdapat
pengaturan
perpajakan
yang bersifat
pemungutan
atau
pemotongan
final 6 Pengaturan SKP
(Surat Ketetapan
Pajak)
Tidak mengatur
tentang SKP
Mengatur
tentang
pengungkapan
SKP, termasuk
SKP yang
diterima tidak
dalam periode
terjadinya yang
akan
mempengaruhi
konsekuensi
pajak pada
periode
selanjutnya 7 Pengaturan beda
temporer akibat
penerapan model
revaluasi
sebagaimana
diatur dalam IAS
16
Terdapat
pengaturan beda
temporer dari
perbedaan basis
pelaporan fiskal
dan komersial
sebagai
konsekuensi
penerapan model
revaluasi

sebagaimana
diatur dalam IAS
16
30. PSAK 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA
PENURUNAN NILAI AKTIVA (IAS 36 ; PSAK 48 REV 1994)N
O
PERBEDAAN IFRS PSAK EFEK
KONVERGENSI1 Batas penurunan Penurunan nilai
aktiva tidak boleh
melampaui batas
nilai tercatatnya
Dalam PSAK
tidak menutup
kemungkinan
adanya
pengakuan
kewajiban jika
nilai
penurunan
aktiva lebih
besar dari nilai
tercatatnya 2 Reversal atas
penurunan nilai
goodwill
Perusahaan tidak
diperkenankan
melakuakan
reversal atas
penurunan nilai
goodwill pada
periode interim
sebelumnya
Tidak ada
pengaturan
31. PSAK NO 50 INSTRUMEN KEUANGAN-PENYAJIAN
PSAK 50 (revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian telah
disahkan pada tanggal 26 Novemer 2010, dalam rangka merevisi PSAK 50
(revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan.
Alasan DSAK dan IAI merevisi ini, tidak lain karena ingin segera ‘mengejar

target’, karena pada 2012 nanti Indonesia sudah harus mengadopsi seluruh
standar IFRS.PSAK 50 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian
mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 32 per Oktober 2009: Financial
Instruments: Presentation, kecuali:
1) IAS 32 paragraf 96-97F tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi tidak
diadopsi karena tidak relevan.
2) IAS 32 paragraf 98-100 tentang penarikan tidak diadopsi karena tidak
relevan.
Pada dasarnya tidak banyak perbedaan antara PSAK 50 revisi 2010
dan 2006. Kecuali adanya tambahan khusus tentang Puttable
Instrumen, kewajiban untuk menyerahkan bagian aset neto secara prorata saat
likuidasi, dan rights, opsi, waran dikategorikan dan disajikan sebagai liabilitas
keuangan, akan tetapi dapat dikategorikan sebagai instrumen ekuitas jika
memenuhi syarat-syarat tertentu. Selain itu dalam Revisi 2010
Pengungkapannya tidak dijelaskan pada PSAK 50 melainkan dipindahkan ke
PSAK 60. PSAK 50 (revisi 2010) menetapkan prinsip penyajian instrumen
keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan
liabilitas keuangan. Hal ini berlaku terhadap kategori instrumen keuangan,
dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan, liabilitas keuangan, dan
instrumen ekuitas; pengategorian yang terkait dengan suku bunga, dividen,
kerugian dan keuntungan; dan keadaan aset keuangan dan liabilitas keuangan
akan saling hapus.
Skop PSAK 50 (revisi 2010) meliputi hal-hal berikut :
Definisi detail atas instrumen keuangan : aset keuangan, liabilitas keuangan
dan instrumen ekuitas.Instrumen ekuitas adalah kontrak yang memberikan
kepada pemegangnya hak residu atas aset entitas setelah dikurangi dengan
semua liabilitas. Alokasi nilai buku instrumen keuangan untuk komponen
ekuitas dan utang. Nilai utang ditetapkan terlebih dahulu. Pembelian saham
diperoleh kembali (treasury stock) dicatat sebagai perubahan atas
ekuitas sehingga tidak ada keuntungan/kerugian yang diakui. Termasuk dalam
definisi aset dan liabilitas keuangan adalah kontrak yang diselesaikan dengan

instrumen ekuitas suatu entitas.Aset dan liabilitas keuangan diakui ketika
entitas mengambil bagian dalam suatu kontrak provisi atas suatu instrument
a. Instrumen Keuangan Majemuk
1) Klasifikasi Penyajian Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan (financial instruments) adalah setiap kontrak
yang menambah nilai aset keuangan (financial assets) entitas dan liabilitas
keuangan (financial liability) atau instrumen ekuitas (equity instruments)
entitas lain. Maka dari itu Instrumen keuangan dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Aset keuangan merupakan setiap aset yang berbentuk:
Kas, instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain, hak
kontraktual untuk menerima kas atau aset dan mempertukarkan aset
keuangan, kontrak yang mungkin diselesaikan dengan
menggunakan instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan
merupakan non-derivatif dan derivatif.
b) Kewajiban Keuangan adalah setiap kewajiban yang berupa:
Kewajiban kontraktual untuk menyerahkan kas atau aset keuangan
lain dan untuk mempertukarkan instrumen keuangan lain dengan
kondisi yang tidak menguntungkan entitas tersebut.Kontrak yang
akan mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah
tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.
c) Instrumen Ekuitas
Instrumen Ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak
residual atas asset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh
kewajibannya. Penerbit instrumen keuangan pada saat pengakuan
awal harus mengklasifikasikan instrumen tersebut atau komponen-
komponennya sebagai kewajiban keuangan, aset keuangan atau

instrumen ekuitas sesuai substansi perjanjian kontraktual dan
definisi kewajiban keuangan, aset keuangan dan instrumen ekuitas.
2) Penyajian Instrumen Keuangan Majemuk
Penerbit instrumen keuangan non-derivatif mengevaluasi
persyaratan instrumen keuangannya untuk menentukan apakah instrumen
tersebut mengandung komponen ekuitas dan kewajiban. Komponen
tersebut harus diklasifikasikan secara terpisah sebagai kewajiban
keuangan, aset keuangan dan instrumen ekuitas.Entitas mengakui secara
terpisah komponen-kompnen instrumen keuangan yang:
a) Menimbulkan kewajiban keuangan bagi entitas
b) Memberikan opsi bagi pemegang instrumen untuk menkonversi
instrumen keuangan tersebut menjadi instrumen ekuitas dari entitas
yang bersangkutan.
32. PSAK 53 PEMBAYARAN BERBASIS SAHAM
Sebelum revisiPSAK 53 bertujuan untuk untuk mengatur perlakuan
akuntansi untuk kompensasi berbasis saham. Istilah “kompensasi” dalam
Pernyataan ini mencakup semua imbalan yang diberikan oleh perusahaan
kepada pemasok barang atau jasa. Pemasok mencakup pihak karyawan dan
nonkaryawan. Dalam transaksi pemerolehan barang atau jasa, perusahaan
dapat menempuh cara kompensasi dengan menerbitkan instrumen ekuitas
atau mengakui kewajiban yang jumlahnya ditentukan berdasarkan pada harga
saham atau instrumen ekuitas perusahaan. Untuk menarik karyawan
berkualitas, perusahaan dapat merancang program kompensasi dengan
memberikan instrumen ekuitas kepada karyawan.
Demikian juga, untuk mengembangkan kemitran usaha dengan para
pemasok dan mitra bisnis, perusahaan dapat menempuh cara yang sama.
Ruang lingkup dari PSAK 53 adalah diterapkan pada semua transaksi
pemerolehan barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan dengan
imbalan atau kompensasi berupa pemberian instrumen ekuitas atau berupa

kewajiban yang jumlahnya ditentukan berbasis pada harga instrumen ekuitas,
dan juga diterapkan pada semua transaksi kompensasi yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan dalam bentuk pemberian instrumen ekuitas
seperti saham dan opsi saham.
Transaksi kompensasi non karyawanApabila perusahaan menerbitkan
instrumen ekuitas sebagai kompensasi atas pemerolehan barang atau jasa dari
pihak nonkaryawan, maka transaksi kompensasi tersebut harus diperlakukan
berdasarkan pilihan nilai mana yang lebih terukur secara andal berikut ini:
nilai wajar barang/jasa atau nilai wajar instrumen ekuitas yang diterbitkan.
Tujuan pengukuran adalah untuk mengestimasi nilai wajar instrumen
ekuitas berdasarkan harga saham pada tanggal pemberian kompensasi, yang
akan menjadi hak para karyawan ketika mereka telah memberikan jasa yang
dipersyaratkan dan memenuhi persyaratan lain untuk memperoleh hak atas
manfaat instrumen tersebut (misalnya untuk melaksanakan opsi saham atau
menjual saham).
Penentuan nilai wajar dilakukan sebagai berikut:
a) Nilai wajar ditentukan dengan dasar harga pasar pada suatu pasar yang
aktif.
b) Apabila harga pasar tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar
ditentukan dengan estimasi berdasar pada harga aktiva sejenis.
c) Apabila estimasi tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar
ditentukan dengan metode penilaian yang sesuai dengan kondisi masing-
masing.
Metode pengukuran
Kompensasi yang Dilakukan dengan Penerbitan Instrumen Ekuitas :
a) Saham tanpa hak nilai wajar, saham tanpa hak yang diberikan kepada
karyawan diukur dengan harga pasar saham (atau harga pasar estimasian
apabila saham tersebut tidak tercatat di bursa efek), seolaholah saham
tersebut telah menjadi hak karyawan dan diterbitkan pada tanggal
pemberian kompensasi.

b) Saham berbatas jual, saham berbatas jual dinilai sebesar nilai wajar
saham yang berhak penuh (vested share) dan beredar (atau taksiran harga
pasar, bila saham tersebut tidak tercatat di bursa efek).
c) Opsi saham perusahaan publik, nilai wajar opsi (atau yang setara)
perusahaan public diestimasi dengan menggunakan model penentuan
harga opsi (option- pricing model). Nilai wajar opsi yang diestimasi pada
tanggal pemberian kompensasi tidak boleh disesuaikan walaupun terjadi
perubahan harga saham, ketidakstabilan harga saham (stock’s volatilitas),
periode opsi, dividen atas saham tersebut, atau suku bunga bebas risiko
(risk-free interest rate).
d) Program pembelian saham oleh karyawan ( employee stock purchase
plan)
Program pembelian saham oleh karyawan yang memenuhi semua
kriteria yang terdapat dalam paragraf 29 bukan merupakan kompensasi
kepada karyawan (not compensatory). Untuk program yang tidak bersifat
kompensasi, jumlah diskonto (yang merupakan penjualan saham di
bawah nilai wajarnya) mengurangi jumlah yangdiperoleh dari penerbitan
saham.
Pengakuan beban kompensasi
Jumlah beban kompensasi yang diakui untuk suatu program
kompensasi karyawan berbasis saham ditentukan berdasarkan atas jumlah
instrumen ekuitas yang pada akhirnya akan menjadi hak karyawan.
Pengungkapan
Perusahaan yang memiliki satu atau lebih program kompensasi
berbasis saham menyajikan penjelasan mengenai program kompensasi,
termasuk persyaratan umum program kompensasi, seperti persyaratan
pemberian hak kompensasi, periode maksimum opsi, dan jumlah saham yang
ditetapkan untuk opsi atau instrument ekuitas lainnya.
Yang membedakan PSAK 53 dengan ED PSAK adalah sebagai
berikut:

a) Tujuan, dalam ED PSAK 53 tujuannya adalah Mensyaratkan entitas
untuk menyajikan dalam laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan
dampak transaksi pembayaran berbasis saham.
b) Ruang lingkup, secara jelas membagi transaksi pembayaran berbasis
saham dikelompokkan menjadi:
Transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan
instrumen ekuitas
Transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan
instrumen kas
Transaksi yang memberikan pilihan kepada entitas atau suplier untuk
diselesaikan dengan instrumen ekuitas atau dengan kas.
c) Definisi
Tanggal pemberian adalah tanggal pada saat persetujuan tersebut
diperoleh.
d) Definisi kondisi vesting
Dijelaskan dengan baik pada pedoman implementasi.
e) Pengukuran
Tidak mengatur.
f) Klasifikasi transaksi PBS yang diselesaikan dengan kas.
Entitas harus mengukur barang atau jasa yang diperoleh dan liabilitas
yang timbul sebesar nilai wajar liabilitas. Sampai dengan liabilitas
tersebut diselesaikan, entitas harus mengukur kembali nilai wajar
liabilitas pada setiap akhir periode pelaporan dan pada tanggal
penyelesaian, dimana setiap perubahan nilai wajar diakui dalam laporan
laba rugi pada periode tersebut.
g) Transaksi Pembayaran berbasis saham yang memberikan opsi kepada
entitas atau suplier untuk diselesaikan dengan instrument ekuitas atau

kas. Transaksi PBS dimana persyaratan perjanjian memberikan pilihan
kepada entitas atau suplier untuk diselesaikan dengan kas (atau aset lain)
atau dengan penerbitan instrumen ekuitas, maka entitas harus mengakui
transaksi tersebut atau komponen transaksi tersebut sebagai transaksi
pembayaran berbasis saham dengan penyelesaian kas, jika dan
sepanjang, entitas telah menimbulkan liabilitas untuk diselesaikan
dengan kas atau aset lain, atau sebagai transaksi pembayaran berbasis
saham dengan diselesaikan instrumen ekuitas jika dan sepanjang, tidak
terdapat liabilitas yang timbul.
h) Ketentuan transisiRetrospektif.
33. PSAK 55 INSTRUMEN KEUANGAN, PENGAKUAN DAN
PENGUKURAN
a. Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip-prinsip dasar
pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan
kontrak pembelian atau penjualan item nonkeuangan.
b. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan oleh semua entitas untuk seluruh jenis instrumen
keuangan, kecuali untuk:
1) Penyertaan pada entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura bersama
2) Hak dan kewajiban dalam sewa
3) Hak dan kewajiban pemberi kerja
4) Instrumen keuangan terbitan entitas
5) Hak dan kewajiban yang timbul dalam kontrak asuransi
6) Kontrak antara pengakuisisi dan penjual dalam kombinasi bisnis
7) Komitmen pinjaman yang diberikan selain dari yang dijabarkan

c. Definisi Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan (financial instruments) adalah setiap kontrak
yang menambah nilai aset keuangan (financial assets) entitas dan liabilitas
keuangan (financial liability) atau instrumen ekuitas (equity instruments)
entitas lain.Aset keuangan meliputi setiap aset yang menimbulkan hak
kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya. Liabilitas
keuangan meliputi setiap kewajiban kontrak untuk membayar kas atau aset
keuangan. Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak
residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh
liabilitasnya.
d. Definisi Derivatif
Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain yang
memiliki tiga karakteristik berikut :
1) Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang telah
ditentukan (yang mendasari/underlying), antara lain : suku bunga,
harga instrument keuangan, harga komoditas, nilai tukar mata uang
asing, indeks harga atau indeks suku bunga, peringkat kredit atau
indeks kredit, atau variabel lainnya. Untuk variabel non-keuangan,
variabel tersebut tidak berkaitan dengan pihak-pihak dalam kontrak.
2) Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi
awal neto dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
yang diperlukan untuk kontrak serupa lainnya yang diharapkan akan
menghasilkan dampak yang serupa akibat perubahan faktor pasar.
3) Diselesaikan pada tanggal tertentu di masa depan.
e. Klasifikasi Instrumen Keuangan
1) Aset Keuangan
a) Aset Keuangan

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi. Aset keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan
(misalnya untuk dijual dalam waktu dekat pada masa mendatang)
atau pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
b) Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan
dan jatuh temponya telah ditetapkan serta entitas mempunyai
intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan
tersebut hingga jatuh tempo.
c) Pinjaman yang diberikan dan piutang
Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan
dan tidak mempunyai kuotasi harga di pasar aktif.
d) Aset keuangan tersedia untuk dijual
Aset keuangan yang dirancang sebagai tersedia untuk dijual atau
yang tidak diklasifikasikan dalam ketiga kategori di atas.
2) liabilitas Keuangan
a) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi
Liabilitas keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan
(misalnya dibeli kembali dalam waktu dekat pada masa
mendatang) atau ditetapkan pada saat pengakuan awal telah
ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi
b) Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan
diamortisasi

Semua liabilitas lainnya selain daripada liabilitas yang dinillai
pada nilai wajar melalui laba rugi.
f. Pengukuran Instrumen Keuangan
1) Pengukuran Awal
Pada saat pengakuan awal, entitas pada umumnya mengukur
aset keuangan menggunakan akuntansi tanggal transaksi pada nilai
wajar ditambah biaya transaksi (fair value plus transaction costs),
kecuali aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi pada
awalnya hanya diakui pada nilai wajar (fair value).Biaya transaksi
(transaction costs) adalah biaya-biaya tambahan, seperti biaya
pendaftaran dan komisi lain yang ditetapkan, biaya yang dibayarkan
kepada penasehat hukum, akuntan, dan penasehat profesional lain,
biaya percetakan dan meterai.Biaya transaksi meliputi fee dan komisi
yang dibayarkan pada para agen (termasuk karyawan yang berperan
sebagai agen penjual/selling agent), konsultan, perantara efek dan
pedagang efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak regulator
dan bursa efek, serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang
dilakukan. Biaya-biaya transaksi tidak termasuk premium atau
diskonto utang, biaya pendanaan (financing costs), biaya administrasi
internal, atau biaya penyimpanan (holding costs).
2) Pengukuran Berikutnya
Setelah pengakuan awal, aset keuangan dan liabilitas keuangan
diukur pada nilai wajar, biaya perolehan diamortisasi atau biaya
perolehan tergantung klasifikasi apakah nilai wajar dapat ditentukan
dengan andal. Pengukuran awal (initial measurement) dan pengukuran
berikutnya (subsequent measurement) atas instrumen keuangan dan
perlakuan akuntansi atas perubahan nilai wajar (keuntungan atau
kerugian kepemilikan yang belum direalisasi – unrealized holding
gain or loss) diklasifikasikan.

g. Penghentian Pengakuan (Derecognition)
1) Penghentian Pengakuan Aset Keuangan. Entitas menghentikan
pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika : hak kontraktual atas
arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir dan entitas
mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian
pengakuan.
2) Penghentian Pengakuan Kewajiban Keuangan. Entitas mengeluarkan
kewajiban keuangan (atau bagian dari kewjaiban keuangan) dari
neracanya, jika dan hanya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir,
yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau
dibatalkan atau kadaluarsa.
h. Lindung Nilai
1) Jenis Lindung Nilai :
a) Lindung Nilai Atas Nilai Wajar
b) Lindung Nilai Atas Arus Kas
c) Lindung Nilai atas investasi neto pada operasi di luar negeri
2) Kriteria Lindung Nilai :
Pada saat dimulainya lindung nilai terdapat penetapan dan
pendokumentasian formal atas hubungan lindung nilai dan tujuan
manajemen resiko entitas serta strategi pelaksanaan lindung
nilai.Lindung nilai diharapkanakan sangat efektif dalam rangka saling
hapus atas perubahan nilai wajar atau perubahan arus kas.Untuk
lindung nilai atas arus kas, suatu prakiraan transaksi yang merupakan
subjek dari suatu lindung nilai harus bersifat kemungkinan besar
terjadi dan terdapat eksposur perubahan arus kas yang dapat
memengaruhi laporan laba rugi.Efektivitas lindung nilai dapat diukur
secara andal.Lindung nilai dinilai secara berkesinambungan dan

ditentukan bahwa efektivitasnya sangat tinggi sepanjang periode
pelaporan keuangan dimana lindung nilai tersebut ditetapkan.
34. PSAK No. 56 LABA PER SAHAM
PSAK No. 56 ini berisi tentang laba persaham, baik definisi, ruang
lingkup, pengukuran, penyesuaian retrospektif, penyajian, pengungkapan,
tanggal efektif, dan penarikan.
Secara umum perbedaan antara ED PSAK 56 (revisi 2010): Laba Per
Saham dengan PSAK 56 (1999): Laba Per Saham adalah sebagai berikut :
Perbedaan ED PSAK 56 (2010) PSAK 56 (1999)Ruang Lingkup Penyajian laba per saham
hanya boleh disajikan pada laporan laba rugi tersendiri, jika entitas menyajikan komponen laba rugi pada laporan laba rugi tersendiri.
Tidak diatur.
Laba per saham dasar dan dilusian
laba per saham dasar dan dilusian dihitung atas:
a. laba atau rugi yang dapat diatribusikan dan,
b. jika disajikan, laba atau rugi operasi normal berkelanjutan yang dapat diatribusikan ke pemegang saham biasa entitas induk.
Laba per saham dasar dan dilusian dihitung atas laba atau rugi yang dapat diatribusikan.
Kontrak yang dapat diselesaikan dengan saham biasa atau kas
Mengatur kontrak yang dapat diselesaikan dengan saham biasa atau kas pilihan entitas (at the entity’s option) dan pilihan pemegang kontrak (at the holder’s option).
Tidak diatur.
Opsi jual yang diterbitkan (written put option)
Mengatur perlakuan kontrak yang mewajibkan entitas membeli kembali sahamnya (misalnya written put option, forward purchase contract)
Tidak diatur.
Perbedaan Dengan IFRSs

ED PSAK 56 (revisi 2010): Laba Per Saham mengadopsi seluruh
pengaturan dalam IAS 33 Earning Per Share per Januari 2009, kecuali:
1) IAS 33 paragraf 2 (a) tentang ruang lingkup mengenai "laporan
keuangan tersendiri (separate financial statement)" tidak diadopsi
karena pengaturannya disesuaikan dengan PSAK 4 (revisi 2010):
Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri.
2) IAS 33 paragraf 74 dan 74A tentang tanggal efektif tidak diadopsi
karena tidak relevan.
35. PSAK No. 57 KEWAJIBAN DIESTIMASI, KEWAJIBAN
KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI
PSAK 57 ini berisi tentang Kewajiban Diestimasi, baik definsi, ruang
lingkup, hubungan antara Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi,
pengakuan, pengukuran, penggantian, perubahan kewajiban diestimasi,
penggunaan kewajiban diestimasi, penerapan aturan pengakuan dan
pengukuran, pengakuan, ketentuan transisi, dan tanggal efektif, serta
lampiran. Secara umum perbedaan antara ED PSAK 57 (revisi 2009):
Kewajiban diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi dengan
PSAK 57 (revisi 2000): Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan
Aset Kontinjensi yaitu :
Perihal ED PSAK 57 (revisi 2009) PSAK 57 (revisi 2000)Ruang
Lingkup
Dihilangkan hal tersebut yang sebelumnya termasuk dalam PSAK 57 (2000).-
Kewajiban diestimasi dan kontinjensi yang timbul dari instrumen keuangan yang dicatat dengan nilai wajar, dankontrak dengan pemegang polis bagi entitas asuransi.
Tidak berlaku untuk instrumenkeuangan (termasuk garansi) yang masuk dalam ruang lingkup PSAK 55.
Instrumen keuangan (termasuk garansi) yang tidak dicatat dengan nilai wajar.
Dihilangkan hal tersebut yang sebelumnya termasuk
Kewajiban diestimasi, kewajibankontinjensi, dan aset kontinjensi

dalam PSAK 57 (2000). entitas asuransi, kecuali kewajiban diestimasidan kontinjensi yang timbul dari kontrak dengan pemegang polis.
Ketentuan
Transisi
Penjelasan tersebut dihilangkan.
Penjelasan ketentuan transisi untuk perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mengacuke PSAK 25.
Lampiran Terdapat contoh mengenaikebijakan pengembaliandana (refund).
Tidak diatur.
Perbedaan ED PSAK 57 (revisi 2009): Kewajiban Diestimasi,
Kewajiban Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi dengan IAS 37 (2009):
Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
ED PSAK 57 (revisi 2009): Kewajiban Diestimasi, Kewajiban
Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS
37 (2009): Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets, kecuali
IAS 37 paragraf 95 yang menjadi ED PSAK 57 paragraf 93 mengenai tanggal
efektif.
36. PSAK No. 58 Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual Dan
Operasi Yang Dihentikan
PSAK 58 ini berisi mengenai klasifikasi aset tidak lancar (kelompok
lepasan) sebagai dimiliki untuk dijual, pengukuran aset tidak lancar (atau
kelompok lepasan) yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual,
penyajian dan pengungkapan, ketentuan transisi, tanggal efektif, penarikan,
serta panduan implementasi.
Perbedaan ED PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang
Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dengan IFRS 5 (2009):
Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operation
ED PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
dan Operasi yang Dihentikan mengadopsi seluruh pengaturan dalam IFRS 5
(2009): Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operation,
kecuali untuk paragraf paragraf berikut:

a) IFRS 5 paragraf 5(e) tentang ruang lingkup, dimana tidak diterapkan untuk
aset tidak lancar yang diukur pada nilai wajar setelah dikurangi biaya
untuk menjual sesuai dengan IAS 41: Agriculture. Karena IAS 41 tidak
diadopsi pada tahun yang sama dengan adopsi IFRS 5 dan adopsi IAS 41
kemungkinan tanggal efektinya berbeda dengan adopsi IFRS 5.
b) IFRS 5 paragraf 5 B yang menjadi ED PSAK 58 paragraf 5 B tentang
persyaratan pengungkapan aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang
diklasifi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau operasi yang dihentikan
merupakan adopsi dari Improvment IFRS yang dikeluarkan pada bulan
Maret 2009.
c) IFRS 5 paragraf 44 yang menjadi ED PSAK 58 (revisi 2009) paragraf 44
tentang tanggal efektif.
d) IFRS 5 paragraf 44A tentang tanggal efektif sebagai dampak amandemen
IAS 1: Presentation of Financial Statements pada tahun 2007. Karena IAS
1 tersebut belum diadopsi, maka hal tersebut menjadi tidak relevan.
e) IFRS 5 paragraf 44B tentang tanggal efektif sebagai dampak amandemen
IAS 27: Consolidated and Separate Financial Statements pada tahun
2008. Karena IAS 27 tersebut belum diadopsi, maka hal tersebut menjadi
tidak relevan.
f) IFRS 5 paragraf 44C tentang tanggal efektif sebagai dampak
Improvements to IFRS pada 2008. Karena hal yang diamandemen belum
diadopsi, maka menjadi tidak relevan.
g) IFRS 5 paragraf 44D tentang tanggal efektif sebagai dampak amandemen
oleh IFRIC 17: Distributions of Non-cash to Owners pada 2008. Karena
hal yang diamandemen belum diadopsi, maka hal tersebut menjadi tidak
relevan.
37. PSAK No. 60 Instrumen Keuangan Pengungkapan

Secara garis besar ED PSAK 60 mengatur ketentuan atas pengungkapan
instrumen keuangan dengan dua kategori sebagai berikut:
1) Informasi mengenai signifikansi instrumen keuangan untuk posisi
dan kinerja keuangan
ED PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi
sehingga para pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi
signifikansi instrumen keuangan terhadap Laporan Posisi Keuangan dan
Laporan Laba Rugi Komprehensif. Selain itu entitas juga disyaratkan
untuk mengungkapkan mengenai kebijakan akuntansi, akuntansi lindung
nilai dan nilai wajar termasuk tingkat dalam hirarki nilai wajar.
2) Informasi mengenai sifat dan tingkat risiko yang timbul dari
instrumen keuangan
ED PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi
sehingga para pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi jenis dan
tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan. Pengungkapan
informasi tersebut berupa pengungkapan kualitatif dan pengungkapan
kuantitatif. Dalam pengungkapan kualitatif entitas harus mengungkapkan
eksposur risiko, bagaimana risiko timbul, tujuan, kebijakan dan proses
pengelolaan risiko serta metode pengukuran risiko. Sedangkan
pengungkapan untuk kuantitatif entitas disyaratkan untuk mengungkapkan
risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar termasuk membuat analisa
sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar.
a. Perbedaan Dengan IFRSs
ED PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan mengadopsi seluruh
pengaturan dalam IFRS 7 per Maret 2009: Financial Instruments:
Disclosures, kecuali:
1) IFRS 7 paragraf 12A tentang pengungkapan reklasifikasi tidak diadopsi,
karena paragraf tersebut mengacu kepada IAS 39: Financial Instruments:
Recognation and Measurement mengenai reklasifikasi aset keuangan
keluar dari kategori aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui

laporan laba rugi yang belum terdapat pada PSAK 55 (revisi 2006):
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
2) IFRS 7 paragraf 43, 44A – 44G tentang tanggal efektif dan ketentuan
transisi tidak diadopsi karena tidak relevan.
38. PSAK No. 61 Akuntansi Hibah Pemerintah Dan Pengungkapan Bantuan
Pemerintah
PSAK N0. 61 ini berisi tentang Hibah Pemerintah, mengenai definisi, ruang
lingkup, hibah pemerintah non moneter, penyajian hibah yang terkait dengan
aset, penyajian hibah yang terkait dengan penghasilan, pembayaran kembali
hibah pemerintah, bantuan pemerintah, pengungkapan, ketentuan transisi, dan
tanggal efektif.
1) Bantuan pemerintah adalah tindakan oleh pemerintah yang dirancang
untuk memberikan manfaat ekonomi spesifik kepada satu entitas atau
beberapa entitas yang memenuhi kualifikasi tertentu.
2) Hibah pemerintah adalah bantuan oleh pemerintah dalam bentuk
pemindahan sumber daya kepada entitas sebagai imbalan atas kepatuhan
entitas di masa lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang
berkaitan dengan kegiatan operasi entitas tersebut. Hibah pemerintah dapat
berbentuk penyerahan aset nonmoneter, seperti tanah atau sumber daya
lain, untuk digunakan oleh entitas.
3) Hibah yang terkait dengan aset adalah hibah pemerintah yang kondisi
utamanya adalah bahwa entitas yang memenuhi syarat harus melakukan
pembelian, membangun atau membeli aset jangka panjang. Hibah yang
terkait dengan penghasilan adalah hibah pemerintah selain dengan hibah
yang terkait dengan aset.
4) Pengungkapan, Entitas mengungkapkan hal-hal berikut:
a) kebijakan akuntansi yang digunakan untuk hibah pemerintah, termasuk
metode penyajian yang digunakan dalam laporan keuangan

b) sifat dan luas hibah pemerintah yang diakui dalam laporan keuangan
dan indikasi bentuk lain dari bantuan pemerintah yang mana entitas
memperoleh manfaat langsung atas bantuan tersebut; dan
c) kondisi yang belum terpenuhi dan kontinjensi lain yang melekat atas
bantuan pemerintah yang telah diakui.
Perbedaan Dengan IFRSs
ED PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan
Bantuan Pemerintah mengadopsi seluruh pengakuan dalam IAS 20
Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance
per 1 Januari 2009, kecuali:
1) IAS 20 paragraf 2 (d) tentang ruang lingkup yang tidak termasuk hibah
pemerintah dalam IAS 41 Agriculture. Paragraf tersebut tidak diadopsi
karena IAS 41 belum diadopsi pada saat yang sama dengan adopsi IAS 20.
2) IAS 20 paragraf 41 yang menjadi ED PSAK 61 paragraf 42 tentang
tanggal efektif.
3) IAS 20 paragraf 42 dan 43 tentang tanggal efektif bagian IAS 20 yang
diamandemen. Paragraf tersebut tidak diadopsi karena tidak relevan.
39. PSAK No. 62 Kontrak Asuransi
PSAK No. 62 berisi mengenai Kontrak Asuransi, yaitu ruang lingkup
derivatif melekat, pemisahan komponen deposit, pengakuan dan pengukuran,
pengecualian sementara dari SAK lain, perubahan kebijakan akuntansi,
kontrak asuransi yang diperoleh dalam kombinasi, fitur partisipasi tidak
mengikat, pengungkapan mengenai penjelasan jumlah yang diakui, sifat dan
tingkat resiko yang muncul dari kontrak asuransi, ketentuan transisi dan
tanggal efektif.
a. Ruang Lingkup
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk:
1) kontrak asuransi (termasuk kontrak reasuransi) yang diterbitkan dan
kontrak reasuransi yang dimiliki entitas.

2) instrumen keuangan yang diterbitkan entitas dengan fitur partisipasi
tidak mengikat (discretionary participation feature) (lihat paragraf
34). PSAK 60 (revisi 2010): Instrumen Keuangan: Pengungkapan
mensyaratkan pengungkapan instrumen keuangan termasuk instrumen
keuangan yang mengandung fi tur tersebut.
Pernyataan ini tidak mengatur aspek lain akuntansi insurer seperti
akuntansi untuk aset keuangan yang dimiliki oleh insurer dan liabilitas
keuangan yang diterbitkan oleh insurer (lihat PSAK 50 (revisi 2010):
Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan PSAK 60: Instrumen Keuangan:
Pengungkapan), kecuali ketentuan transisi di paragraf 44.
b. Perbedaan Dengan IFRSs
ED PSAK 62 (revisi 2010): Kontrak Asuransi mengadopsi seluruh
pengaturan dalam IFRS 4 Insurance Contract per Januari 2009, kecuali:
1) IFRS 4 paragraf 21 mengenai penerapan pertama kali SAK, hal ini tidak
relevan di Indonesia.
2) IFRS 4 paragraf 40 mengenai adopsi pertama kali SAK, hal ini tidak
relevan di Indonesia.
3) IFRS 4 paragraf 41 mengenai tanggal efektif. Tanggal efektif IFRS 4
adalah 1 Januari 2005 dan mengizinkan penerapan dini, sedangkan tanggal
efektif PSAK 62 adalah untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2012 dan tidak mengizinkan penerapan dini.
4) IFRS 4 paragraf 41A terkait kontrak jaminan keuangan yang merupakan
amandemen IAS 39 dan IFRS 4 pada Agustus 2005, sehingga hal ini tidak
relevan jika diterapkan di Indonesia.
5) IFRS 4 paragraf 41B terkait amandemen IAS 1 Presentation of Financial
Statements yang mengubah terminologi yang digunakan dalam IFRSs,
karena IAS 1 yang diadopsi menjadi PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian
Laporan Keuangan menggunakan IAS 1 versi 1 Januari 2009.

40. PSAK No. 63 Pelaporan Keuangan Dalam Ekonomi Hiperinflasi
PSAK No. 63 ini berisi tentang Penyajian kembali laporan keuangan,
laporan keuangan biaya historis, laporan keuangan biaya kini, pajak, laporan
arus kas, angka terkait, laporan keuangan konsolidasian, pemilihan dan
penggunaan indeks harga umum, ekonomi berhenti menjadi hiperinflasi,
pengungkapan serta tanggal efektif.
Pernyataan ini diterapkan untuk laporan keuangan, termasuk laporan
keuangan konsolidasian, dari setiap entitas yang mata uang fungsionalnya
adalah mata uang dari suatu ekonomi yang mengalami hiperinflasi
(selanjutnya disebut ekonomi hiperinflasi). Semua entitas yang menyusun
laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama
dianjurkan menerapkan Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun,
Pernyataan ini diterapkan atas laporan keuangan setiap entitas sejak awal
periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi adanya hiperinflasi di
negara yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut untuk menyusun
laporan keuangan.
Dalam ekonomi hiperinflasi, laporan keuangan, baik yang disusun
berdasarkan pendekatan biaya historis maupun pendekatan biaya kini, hanya
akan berguna jika dinyatakan dalam unit pengukuran yang berlaku pada akhir
periode pelaporan. Oleh karena itu, Pernyataan ini diterapkan untuk entitas
yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi.
Entitas tidak diizinkan menyajikan secara terpisah laporan keuangan yang
tidak disajikan kembali walaupun melampirkan informasi yang disyaratkan
oleh Pernyataan ini.
Perbedaan Dengan IFRSs
PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 29 Financial Reporting in
Hyperinflationary Economies, kecuali IAS 29 paragraf 41 yang menjadi
PSAK 63 paragraf 40 mengenai tanggal efektif.
41. PSAK No. 64 Eksplorasi Dan Evaluasi Sumber Daya Mineral

Secara umum ringkasan pengaturan dalam ED PSAK No. 64: Eksplorasi dan
Evaluasi Sumber Daya Mineral adalah :
Perihal Perlakuan Akuntansi Ruang Lingkup Biaya eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineralPengakuan dan Pengukuran awal
Biaya eksplorasi dan evaluasi diakuisebagai aset sebesar biaya perolehan
Pengukuran Selanjutnya
Merujuk pada PSAK 16 (revisi 2007):Aset Tetap dan PSAK 19 (revisi 2010): Aset Takberwujud
Penurunan Nilai Merujuk pada PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset, kecuali terkait dengan penentuan unit penghasil kas untuk tujuan uji penurunan nilai
Secara khusus Pernyataan ini mensyaratkan:
a. pengembangan terbatas atas praktik akuntansi yang ada untuk pengeluaran
eksplorasi dan evaluasi
b. entitas yang mengakui aset eksplorasi dan evaluasi untuk menilai apakah
aset tersebut mengalami penurunan nilai sesuai dengan Pernyataan ini dan
mengukur setiap penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009):
Penurunan Nilai Aset;
c. pengungkapan yang mengidentifikasikan dan menjelaskan atas jumlah
yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral dalam
laporan keuangan dan membantu pengguna laporan keuangan untuk
memahami jumlah, waktu, dan kepastian atas arus kas masa depan dari
setiap aset eksplorasi dan evaluasi yang diakui.
Perbedaan Dengan IFRSs
ED PSAK 64: Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral
mengadopsi seluruh pengaturan dalam IFRS 6 Exploration for and
Evaluation of Mineral Resources per 1 Januari 2009,kecuali:
a. IFRS 6 paragraf 06 dan 07 yang menjadi ED PSAK 64 paragraf 06 tentang
pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi terkait dengan pengecualian dalam
menentukan kebijakan akuntansi sebagaimana diatur PSAK 25 (revisi
2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan, karena hal tersebut tidak relevan dengan kondisi di Indonesia
yang telah memiliki SAK untuk minyak dan gas bumi dan pertambangan

umum dan adopsi IFRS 6 tidak akan membawa manfaat jika masih tetap
mengizinkan untuk menggunakan kebijakan akuntansi sebelumnya.
b. IFRS 6 paragraf 26 yang menjadi ED PSAK 64 paragraf 25 tentang
tanggal efektif.