bismillah usmas
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Peristiwa bentrokan antara warga dan aparat satuan polisi pamong praja
(satpol PP) dibantu petugas kepolisian di kawasan Koja, Jakarta Utara pdada
Rabu, 14 April 2010 dikenal sebagai Perisitiwa Koja. Bentrokan ini terjadi karena
kurangnya komunikasi dan sosialisasi rencana penggusuran makam keramat
Mbah Priok atau Habib Hasan bin Muhamad al Hadad, penyiar Islam pertama di
Betawi, yang sudah dimakamkan di sana sejak tahun 1756. Makam tersebut
berada di tanah yang masuk hak milik PT Pelindo dan berdasarkan undang-
undang serta peraturan daerah, makam tersebut sah-sah saja untuk sewaktu-waktu
digusur demi pembangunan. Peristiwa yang berakhir dengan bentrokan ini juga
sarat akan nilai-nilai kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Koja. Budaya
mengunjungi makam dan mengkramatkan makam tersebut menjadi dasar dari
fanatisme yang ditunjukkan masyarakat Koja dalam mempertahankan makam
tersebut.
Peristiwa Koja ini ramai diberitakan sejumlah media massa, baik media
cetak maupun media elektronik. Berdasarkan sifat berita, perisitiwa ini tergolong
berita tak terduga, karena berasal dari peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak
direncanakan, tidak diketahui sebelumnya. (AS. Haris Sumadiria, 2005:66).
Sedangkan berdasarkan nilai berita (news value) yang menjadi kriteria peristiwa
layak diangkat menjadi berita, peristiwa ini mengandung nilai berita yakni,
keluarbiasaan (unusualness), akibat (impact), informasi (information), konflik
1

(conflict), dan kejutan (surprising) (AS. Haris, 2005:80).
Tidak hanya melalui pemberitaan, media massa juga menyajikan peristiwa
ini dari kelompok lain dari karya jurnalistik, yakni opini (views). Beberapa media
massa cetak seperti Kompas dan Koran Tempo, menyajikan peristiwa ini dalam
kolom opini surat kabar mereka. Dapat dilihat dalam kolom opini Harian Umum
Kompas edisi Kamis, 15 April 2010 menyajikan tulisan opini mengenai peristiwa
ini pada kelompok opini tajuk rencana. Pada edisi Jumat, 16 April 2010 Harian
Umum Kompas menyajikan tulisan opini mengenai peristiwa ini pada empat judul
artikel. Keempat judul artikel opini pada edisi tersebut bertema sama dan
memiliki interpretasi yang serupa.
Selain menyajikan interpretasi yang serupa, Kompas dapat memberikan
pengaruh yang lebih besar dalam memengaruhi masyarakat untuk memaknai
suatu peristiwa. Hal ini karena Kompas merupakan surat kabar harian nasional
yang memiliki oplah dan penjulan yang besar di Indonesia. Kompas yang lahir
pada 28 Juni 1965, sejak 1969 merajai penjualan surat kabar secara nasional di
Indonesia (wikipedia.com). Berdasarkan katalog Media Directory (2009)
keluaran Dewan Pers, oplah Kompas pada 2009 adalah 506.000 eksemplar.
Jumlah itu merupakan oplah tertinggi untuk harian nasional. Dapat dibandingkan
dengan koran nasional lainnya, yakni Koran Tempo dengan oplah sebesar
170.000 eksemplar, Media Indonesia dengan oplah 284.745 eksemplar, Republika
dengan oplah sebesar 100.000 eksemplar, Seputar Indonesia dengan oplah
sebesar 385.000 eksemplar, dan Jakarta Post dengan oplah sebsar 35.000
eksemplar.
Media cetak, khususnya surat kabar memiliki andil yang cukup besar
2

dalam memaknai peristiwa koja ini. Terlebih lagi jika dilihat dari karakteristik
surat kabar yakni, (1) Publisitas, penyebaran pada publik atau khalayak. (2)
Periodesitas, menunjuk pada keteraturan terbitnya, harian, mingguan, atau dwi
mingguan. (3) Universalitas, menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka
ragam dan dari seluruh dunia. Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan
“keadaan sebenarnya”. (4) Terdokumentasi, dari berbagai fakta yang disajikan
surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa
diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan
atau dibuat kliping. (Elvinaro, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, 2007:112).
Berdasarkan karakteristik inilah surat kabar menjadi media yang memiliki
kekuatan dalam memberikan pemaknaan terhadap suatu peristiwa.
Seperti yang telah dicantumkan di atas, bahwa peristiwa ini disajikan
dalam karya jurnalistik tidak berupa berita saja, melainkan juga berupa pendapat
atau opini. Hal ini dikarenakan dalam bentuk opini, sebuah media dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam pada sebuat peristiwa. Terlebih
lagi ditunjang dengan opini atau pendapat dari para ahli atau pakar yang
memberikan pemahaman bersdasarkan keahlian penulis opini masing-masing.
Artikel adalah tulisan berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu
masalah tertentu yang sifatnya aktual dan kontroversial dengan tujuan untuk
memberitahu (informasi), memengaruhi dan meyakinkan (persuasif
argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif). (AS. Haris
Sumadiria, 2004:1-2).
Kegunaan artikel bagi penerbit surat kabar atau majalah adalah untuk
membedakan pamuatan antara berita (fakta) dan opini (pendapat). Hampir semua
3

surat kabar menyediakan satu halaman khusus untuk artikel yang disebut opinion
page. Halaman ini memberi kesempatan kepada khalayak pembaca untuk
menyampaikan pendapatnya (opini). Bagi penerbit media massa pengiriman
artikel oleh pembacannya, merupakan bukti umpan balik bagi penerbitannya.
Bagi pembaca surat kabar atau majalah, halaman artikel atau opinion page,
dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pandangan, gagasan, serta argumentasi
dari berita-berita atau situasi, yang terjadi dan terkema dalam benaknya. Artikel
tidak sekedar sebagai penyampaian tanggapan atas suatu peristiwa yang termuat
dalam suatu penerbitan surat kabar atau majalah, tetapi juga untuk kepentingan
penulisnya sendiri (Totok Djuarto, Bambang Supriadi, 2002: 7-8).
Rubrik opini mendapat tempat terhormat dalam pers Indonesia. Rubrik ini
dapat dipandang sebagai forum “seminar terbuka” yang menjadi ajang dalam
pertukaran gagasan yang berasal dari masyarakat. Bahkan pada beberapa surat
kabar, rubrik opini ikut membentuk aliran utama (mainstream) pemikiran yang
berkembang dalam dunia intelektual (Ashadi Siregar, I Made Suarjana, 1995)
Pada artikel opini yang disajikan Kompas edisi Jumat 16 April 2010
mengenai Peristiwa Koja ini, terjadi pertukaran gagasan dari penulis sebagai
perwakilan dari masyarakat melalui media massa. Namun, pertukaran gagasan ini
tidak akan terjadi tanpa campur tangan dari pihak media, dalam hal ini ialah
redaktur opini yang bertugas sebagai panelis atau orang yang menentukan layak
atau tidaknya suatu artikel dimuat. Redaktur opini yang menjadi perwakilan media
pastinya memiliki pertimbangan tersendiri sesuai kebijakan media dalam memilih
dan memuat artikel opini yang fungsinya menjadi perpanjangan tangan dari media
yang memuatnya. Dalam segi penulisanya artikel opini memiliki beberapa ragam.
4

Ragam artikel opini juga dapat dibedakan berdasarkan bobot argumen yang
dikandungnya. Bobot argumen ini ditentukan oleh kemampuannya menjelaskan
dan menerangkan sifat tersusun (constructed) dari apa yang disebut sebagai
realitas.
Opini hadir sebagai peta kognitif untuk menerangkan dan menjelaskan
realitas. Berdasarkan peta kognitif ini, artikel opini dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu berbobot impresi (menggunakan subjective impressions atau
sensory impressions), berbobot evaluasi (menggunakan judgements), berbobot
interpretasi (menggunakan proposisi), dan berbobot menjelaskan (menggunakan
teori) (LP3Y, 1995:33-34).
Pada empat artikel yang dimuat Kompas pada edisi Jumat, 16 April 2010
mengenai Peristiwa Koja ini memiliki bobot interpretasi, yakni berisi pernyataan
tentang sifat dari realitas yang dapat dites kebenarannya dengan menggunakan
alat analisis proposisi. Proposisi ini biasanya adalah pernyataan tentang hubungan
antara dua konsep atau lebih (LP3Y, 1995:34).
Kesamaan interpretasi yang diberikan penulis artikel dalam memberikan
pandangan terhadap perisitwa Koja dapat dilihat dari isi artikel. Kesamaan
interpretasi ini dapat memberikan pengaruh kepada pembaca dalam memaknai
Perisitiwa Koja. Artinya, tulisan dari artikel tersebut dapat membentuk gambaran
atau isu penting dalam pikiran pembaca sehingga pembaca memiliki kesamaan
pandangan dengan pandangan penulis artikel dan juga media yang memuatnya.
Sebagaimana yang sering terjadi bahwa pemberitaan sering memengaruhi
khalayak pembaca, hal ini juga terjadi pada artikel opini. Artikel opini dimuat
berdasarkan kebijakan redaktur opini, yang artinya artikel tersebut telah melebur
5

dengan kebijakan media tersebut dan menjadi bagian dari media tersebut.
Menurut hipotesis Elihu Katz, sebagaimana dikutip Djafar (1991),
pengaruh media massa terhadap masyarakat sesungguhnya muncul secara
bertingkat. Mula-mula ia “menyerang” mereka yang terkategori pemimpin opini
(opinion leader), yang bisa berupa tokoh masyarakat, individu tertentu atau
pimpinan komunitas. Setelah pemimpin opini terpengaruh, barulah media massa
memengaruhi masyarakat secara luas (Wahyu Wibowo, 2006: 25-26).
Dengan adanya penyajian artikel opini tentang Peristiwa Koja pada Harian
Umum Kompas edisi Jumat, 16 April 2010 dapat menggiring pembaca dalam
merepresentasi peristiwa itu. Kesamaan pemahaman penulis artikel dalam
Peristiwa Koja, yakni adanya pandangan negatif terhadap pemerintah daerah
dinilai dapat mempengaruhi khalayak pembaca. Maka dari itu, artikel opini ini
merepresentasi penggambaran yang tampil pada artikel, baik penggambaran yang
buruk (negatif) maupun penggambaran yang baik (positif).
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah Bagaimana Kompas Merepresentasi Peristiwa Koja,
Tanjung Priok dalam Artikel Opini di Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16
April 2010?
1.3 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana dimensi teks artikel opini mengenai Peristiwa Koja, Tanjung
Priok dalam rubrik Opini Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16 April
6

2010?
2. Bagaimana dimensi praktik wacana (discourse pratice) dalam produksi
dan konsumsi teks penulis yang berkaitan dengan peristiwa Koja, Tanjung
Priuk dalam rubrik Opini Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16 April
2010?
3. Bagaimana dimensi praktik sosial budaya (socio-cultural practice)
berkaitan dengan artikel Peristiwa Koja, Tanjung Priok dalam rubrik Opini
Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16 April 2010?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dimensi teks artikel opini mengenai Peristiwa Koja,
Tanjung Priok dalam rubrik Opini Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16
April 2010.
2. Untuk mengetahui dimensi praktik wacana (discourse pratice) dalam
produksi dan konsumsi teks penulis yang berkaitan dengan Peristiwa Koja,
Tanjung Priok dalam rubrik Opini Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16
April 2010.
3. Untuk mengetahui dimensi praktik sosial budaya (socio-cultural practice)
berkaitan dengan artikel opini mengenai Peristiwa Koja, Tanjung Priok
dalam rubrik Opini Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16 April 2010.
1.5 Kegunaan penelitian
1. Kegunaan teoretik yang diharapkan sebagai sumbangan kepada jurusan
jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran terutama
7

untuk memperkaya penelitian dibidang komunikasi massa dengan
menggunakan analisis wacana kritis.
2. Kegunaan praktis yang diharapkan dapat memberikan gambaran atau
pandangan mengenai hubungan artikel opini mengenai Peristiwa Koja,
Tanjung Priok dalam rubrik Opini Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16
April 2010 dengan interpretasi masyarakat dalam peristiwa tersebut.
1.6 Kerangka Pemikiran
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana-
pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan-sebagai bentuk dari praktik sosial.
Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabakan sebuah hubungan
dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi,dan struktur
sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi:
ia dapat memproduksi dan mereproduski hubungan kekuasaan yang tidak imbang
antara kelas sosial, laki-laki dan perempuan, kelompok mayoritas dan minoritas
melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang
ditampilkan. Fairclough dan Wodak berpandangan bahwa analisis wacana kritis
menyelidiki bagaimana melalui bahasa, kelompok sosial yang ada saling
bertarung dan mengajukan versinya masing-masing (Eriyanto, 2001:7-8).
Pendekatan yang digunakan dalam melihat hubungan antara artikel opini
mengenai Peristwa Koja, Tanjung Priok pada rubrik Opini Harian Umum Kompas
edisi Jumat, 16 April 2010 terhadap persepsi masyarakat pada peristiwa itu ialah
Pendekatan Perubahan Sosial (Sociocultural Change Approach). Dalam
pendekatan ini analisis wacana memusatkan perhatian pada bagaimana wacana
8

dan perubahan sosial. Wacana dipandang sebagai praktik sosial yang memiliki
hubungan dialektis antara praktik diskursif (berkaitan dengan nalar) tersebut
dengan identitas dan relasi sosial. Maka dari itu, model analisis yang digunakan
ialah model Norman Fairclough (Eriyanto, 2002:17).
Untuk melihat pengaruh artikel opini tentang Peristiwa Koja, Tanjung
Priok pada rubrik Opini Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16 April terhadap
perubahan sosial masyarakat, maka alat yang digunakan dalam menganalisis
wacana adalah representasi.
Dalam khasanah studi analisis tekstual, analisis wacana masuk dalam
paradigma penelitian kritis, suatu paradigma berpikir yang melihat pesan sebagai
pertarungan kekuasaan, sehingga teks berita dipandang sebagai bentuk dominasi
dan hegemoni suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Wacana dengan
demikian adalah suatu alat representasi di mana suatu kelompok yang dominan
memarjinalkan posisi kelompok yang tidak dominan (Eriyanto, 2001:18).
Istilah representasi menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok,
gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Representasi ini
penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang, kelompok, atau gagasan
tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana representasi
tersebut ditampilkan (Eriyanto, 2001:113).
Dalam artikel opini tentang Peristiwa Koja, terjadi penggambaran
mengenai peristiwa di mana masyarakat Koja sebagai kaum yang terpinggirkan
selalu dimarjinalkan oleh pemerintah. Dari keempat artikel tersebut terdapat
penonjolan interpretasi, yakni terdapat kesenjangan antara masyarakat Koja
dengan pemerintah.
9

Pemilihan dan penonjolan yang ada pada artikel ini, memberikan taste
case tentang isu yang lebih penting yang disajikan oleh media. Lebih dalam dari
penonjolan Kompas pada Peristiwa Koja terdapat konteks sosial yang membuat
artikel opini ini muncul. Konteks sosial yang memengaruhi penulis memiliki
pandangan pada peristiwa tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menekankan pada
analisis sociocultural practice yang mengasusmsikan bahwa konteks sosial yang
ada di luar media memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media.
(Eriyanto, 2001:320).
Untuk itu peneliti menggunakan teori Hegemoni yang dicetuskan Gramsci,
yaitu sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di
dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat
baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh
cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh
hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.1
Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses
penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif
mendukung ide-ide kelas dominan. Pemerintah daerah menjadi kelas dominan
yang memarjinalkan masrayakat Koja sebagai kelas bawah dalam peristiwa ini.
Selain itu, peneliti juga mengaitkan dengan teori yang berkaitan dengan
konflik atau kekerasan yang dituangkan dalam wacana yang ada pada artikel yang
akan diteliti. Untuk itu, teori yang digunakan adalah teori kekerasan kolektif.
Kekerasan kolektif adalah kekerasan yang dilakukan oleh sekumpulan
orang yang dilakukan secara bersama-sama. Menurut Le Bon, kekerasan kolektif
ini berkaitan dengan irasionalitas, emosionalitas, dan peniruan individu yang
1 http://utchanovsky.com/2008/08/teori-hegemoni/
10

lepas dari pembatasan sosial suatu organisasi sosial. Individu-individu yang
berada dalam suatu kelompok/crowd dianggap saling meniru, sehingga saling
memperkuat dan memperbesar emosionalitas dan irasionalitas sesamanya. Teori
baru tentang kekerasan kolektif ini menunjukkan bahwa pada dasarnya kekerasan
kolektif muncul dari situasi kongkrit yang sebelumnya didahului oleh sharring
gagasan, nilai, tujuan dan masalah besar dalam kurun waktu yang lebih lama.
Masalah bersama merupakan faktor yang paling penting dan bisa melibatkan
perasaan akan bahaya. Ted Robert Gurr dikatakan bahwa individu yang
memberontak sebelumnya harus memiliki latar belakang situasi, seperti rasa
ketidakadilan, kemarahan moral, dan kemudian memberikan respon terhadap
sumber penyebab kemarahan tersebut.2
Berikut adalah definisi dari penjelasan kerangka berpikir penulis yang
mencakup latar belakang hingga metode penelitian yang akan digunakan.
Representasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, representasi berarti perbuatan
yang mewakili, keadaan diwakili, apa yang mewakili; perwakilan.
Dikutip dari buku Analisis Wacana karangan Eriyanto, istilah representasi
itu sendiri menunujuk pada bagaimana seseorang, suatu kelompok, gagasan atau
pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Selain itu, Norman Fairclough
dalam Eriyanto, 2001:289, melihat unsur representasi sebagai penggambaran
peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau apa pun dalam sebuah teks.
2 http://nilaieka.blogspot.com/20009/05/teori-kekerasan.html
11

Peristiwa Koja
Peristiwa bentrokan antara Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dengan
masyarakat yang berada di daerah Koja, Tanjung Priok akibat perebutan sengketa
tanah antara masyarakat Koja dengan PT Pelindo II. Pada tanah sengketa tersebut
terdapat makam Mbah Priok, pemuka agama Islam. Hal inilah yang menjadi
penyebab utama terjadi peristiwa koja tersebut.
Tanjung Priok
Tanjung Priok adalah nama kecamatan yang terletak di Jakarta Utara. Di
daerah ini terdapat Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan perlabuhan terpadat
di Indonesia.
Asal Nama
Kata Tanjung Priok terdiri dari dua suku kata yakni “tanjung”, yang
artinya daratan yang menjorok laut sehingga daerah ini cocok sebagai kawasan
pelabuhan, dan “priok” yang berasal dari kata “periuk” yaitu semacam panci tanah
liat yang menjadi komoditas perdagangan pada zaman prasejarah (sekitar abad ke-
1 Masehi). Sejak dahulu kawasan ini adalah pelabuhan prasejarahn (atau zaman
penyebaran agama Hindu), dan oleh pemerintah kolonial Belanda Tanjung Priok
benar-benar dijadikan kawasan pelabuhan pada akhir abada ke-18.3
Media Massa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:892), media massa
merupakan sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan
berita dan pesan kepada masyarakat luas. Sementara itu, menurut Dennis McQuail
3 http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjung_Priok_Jakarta_Utara
12

(1987), media massa merupakan sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan
inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan
atau sumber daya lainnya. Media juga telah menjadi sumber dominan bukan saja
bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga
bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif (Nurudin, 2007:34-35).
Pada dasarnya, media massa dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni
media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat
memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah,
sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio
siaran, televisi, film, media on-line atau internet (Ardianto, 2004:103).
Artikel Opini
Berdasarkan buku AS Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk
Rencana, Artikel opini mengupas suaut masalah secara serius dan tuntas dengan
merujuk pada pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah,
artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan,
pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai di bidangnya masing-masing.
Kompas
Kompas adalah surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta.
Didirikan oleh PK Ojong (1920-1980) dan Jakoeb Oetama, Kompas terbit pertama
kali pada 28 Juni 1965 dengan Jakoeb Oetama sebagai editor in-chief pertamanya.
Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada
tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi
13

Minggunya malah mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai
2,25 juta orang di seluruh Indonesia.
Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas dibagi menjadi
tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan
internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian berita olahraga.
Kompas juga menyajikan halaman opini yang berisi, tajuk rencana, artikel opini,
pojok, dan surat pembaca.
Dengan semakin meningkatnya pembaca, selain rubrik tetap pada edisi
Nasional, saat ini Kompas juga menambahkan edisi daerah antara lain: Sumatra
Bagian Selatan, Sumatra Bagian Utara, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Jawa Barat.4
Kompas memliki logo berwarna biru dilengkapi tulisan Amanat Hati
Nurani Rakyat di bawah logo tersebut. Visi Kompas ialah menjadi institusi yang
memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang
demokratis dan bermartabat, serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan.
Sementara misi Kompas ialah mengantisipasi dan merespons dinamika
masyarakat secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan (trendsetter)
dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya. (Ed.
Sularto, 2007:66).
Rubrik Opini
Rubrik opini merupakan salah satu kolom khusus surat kabar yang
disediakan pihak redaksi – sengaja diperuntukan umum (para penulis dari luar
4 http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_%28surat_kabar%29
14

SOCIOCULTURE PRACTICE
redaksi koran). Dalam hal ini – penulis rubrik opini (kolumnis) diberikan
kebebasan dalam menganalisis problema teraktual yang sedang dihadapi
masyarakat.5
Analisis wacana kritis model Norman Fairclough
Analisis Norman Fairclough didasarkan pada pertanyaan besar, bagaimana
menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat yang makro.
Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai
kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga ia mengkombinasikan
tradisi analisis tekstual–yang selalu melihat bahasa dalam ruang tertutup–dengan
konteks masyarakat yang lebih luas. Titik perhatian besar dari Fairclough adalah
melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. (Eriyanto, 2001:285).
Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi, yakni teks
(melihat bagaimana sesuatu ditampilkan dalam teks yang bisa jadi membawa
muatan ideologis tertentu), discourse practice (berhubungan dengan proses
produksi dan konsumsi teks), dan socioculture practice (berhubungan dengan
konteks di luar teks).
Ketiga dimensi tersebut digambarkan sebagai berikut:
5 http://www.pewarta-indonesia.com/Belajar-Mewarta/Menulis-Opini/rubrik-opini-a-lumbung-dolar.html
15
Produksi Teks
Konsumsi Teks
DISCOURSE PRACTICE
TEKS

Gambar I. Dimensi Analisis Wacana Kritis Model Norman Fairclough
(Sumber: Eriyanto, 2001:288)
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan teknik analisis
wacana model Norman Fairclough. Metode analisis kritis model Norman
Fairclough menekankan analisis pada tiga dimensi yang berbeda-beda, antara lain
dimensi teks, discourse practice, socio cultural practice.
Model analisis Fairclough ialah:
1. Teks
Teks bukan hanya menunjukkan bagaimana suatu objek digambarkan
tetapi juga bagaimana hubungan antarobjek didefinisikan. Di sini dilakukan
analisis linguistik pada struktur teks untuk menjelaskan teks tersebut, yang
meliputi kosa kata, kalimat, proposisi, makna kalimat, dan lainnya. Untuk
mempermudah analisis bisa digunakan metode analisis pembingkaian.
2. Praktik Wacana
Praktik wacana merupakan dimensi yang berkaitan dengan proses
produksi dan konsumsi teks. Sebuah teks ada dasarnya dihasilkan lewat proses
produksi, seperti pola kerja, bagan kerja, rutinitas dalam menghasilkan teks.
Konsumsi teks dapat dihasilkan secara personal atau kolektif.
3. Praktik Sosial Budaya
Praktik sosial budaya melihat bangunan wacana yang berkembang dalam
masyarakat, di mana dimensi ini melihat konteks di luar teks, antara lain sosial,
16

budaya, atau situasi saat wacana dibuat. (Rachmat Kriyantono, 2006:263).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti melakukan metode analisis
dengan membagi pada tiga dimensi. Pada dimensi teks, peneliti menggunakan
analisis critical linguistic untuk melihat representasi peristiwa koja dalam artikel
opini pada Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16 April 2010. Representasi
melihat bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau apa pun
ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
Pada dimensi praktik wacana, peneliti menggunakan analisis discource
practice pada produski dan konsumsi teks. Tiga aspek penting dalam analisis
discource practice ini antara lain, dari sisi individu penulis artikel itu sendiri,
bagaimana hubungan antara penulis artikel dengan struktur organisasi media,
dalam hal ini hubungan penulis artikel dengan redaktur opini yang bertugas
menentukan dan menyunting artikel yang dikirim penulis, dan praktik kerja
rutinitas kerja dari produksi penulisan artikel, yang menurut AS Haris Sumadiria
dalam Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, yakni tahap persiapan, tahap
pelaksanaan penulisan, dan tahap perbaikan materi tulisan (penyuntingan).
Pada dimensi praktik sosial budaya, peneliti menggunakan analisis
sociocultural yang berdasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang ada di
luar media memengaruhi wacana yang muncul di dalam media. Wacana dalam
artikel opini menggambarkan persepsi sosial masyarakat Koja terhadap kekuatan
hegemoni pemerintah daerah.
1.7.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah penulis artikel opini tentang Peristiwa Koja pada
17

dalam Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16 April 2010, redaktur opini Harian
Umum Kompas, dan pengamat ilmu pemerintahan. Sementara objek penelitian
adalah artikel-artikel dalam Harian Umum Kompas edisi Jumat, 16 April 2010.
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti mencakup tiga
dimensi, yakni:
1. Dimensi teks, peneliti mengumpulkan data dengan cara memerhatikan anak
kalimat, kombinasi anak kalimat, dan rangkaian antarkalimat dalam teks
berita tersebut.
2. Dimensi praktik wacana, peneliti mengumpulkan data dengan cara
wawancara mendalam dan memerhatikan unsur intelektualitas dalam teks
berita tersebut. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan redaktur
opini Kompas dan penulis artikel itu sendiri, yakni Asmadji AS Muchtar,
Aloys Budi Purnomo, Sarlito W Sarwono, Sulyana Dadan.
3. Dimensi praktik sosio-kultural, peneliti mengumpulkan data dengan cara
menelusuri sejarah melalui bahan pustaka yang berhubungan dengan
pemberitaan peristiwa Koja, Tanjung Priok. Selain itu, peneliti juga
melakukan proses triangulasi dengan melakukan wawancara dengan pakar di
bidang Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Sosial.
1.7.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ialah
dengan menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat
18

dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju hal-hal umum (tataran konsep).
(Rachmat Kriyantono, 2006:194).
Penelitian ini mencari tahu kaitan antara dimensi teks, dimensi praktik
wacana, dan dimensi praktik sosio-kultural. Analisis yang dilakukan dalam model
Fairclough menerapkan analisis yang berbeda-beda antara satu dimensi dengan
dimensi yang lain. Tiga jenis analisis yang dilakukan adalah:
1. Deskripsi (menguraikan isi dan analisis secara deskriptif atas teks)
2. Interpretasi (teks dianalisis dengan dihubungkan dengan praktik wacana yang
dilakukan yaitu proses produksinya)
3. Eksplanasi (mencari penjelasan atas hasil penafsiran kita pada tahap kedua
dengan praktik sosio kultural di mana suatu media berada)
1.7.5 Teknik Keabsahan Data
Penilaian kesahihan (validitas) riset pada penelitian kualitatif terletak pada
proses sewaktu periset turun ke lapangan mengumpulkan data dan sewaktu proses
analisis-interpretatif data. Jenis-jenisnya adalah:
1. Kompetensi Subjek Riset
Subjek riset harus kredibel, caranya dengan menguji jawaban-jawaban pertanyaan
berkait dengan pengalaman subjek. Dalam penelitian ini, subjek riset yang
kredibel adalah penulis artikel opini itu sendiri.
2. Trustworthiness
Menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap realitas menurut apa
yang dialami, dirasakan atau dibayangkan. Trustwothiness ini mencakup dua hal:
- Authenticity, yaitu memperluas konstruksi personal yang dia ungkapkan.
19

Peneliti memberi kesempatan pdan memfasilitasi pengungkapkan konstruksi
personal yang lebih detail, sehingga memengaruhi mudahnya pemahaman
yang lebih mendalam.
Analisis Triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti
kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia.
Macam triangulasi yang bisa digunakan yaitu, triangulasi sumber, triangulasi
waktu, triangulasi teori, triangulasi periset, dan triangulasi metode.
- Intersubjectivity Agreement
Semua pandangan, pendapat atau data dari suatu subjek didialogkan
dengan pendapat, pandangan, atau data dari subjek lainnya. Tujuannya untuk
menghasilkan titik temu antar data.
3. Conscientization
Kegiatan berteori, ukurannya: dapat melakukan “blocking interpretation”,
mempunyai basis teoritis yang mendalam dan kritik harus tajam. Kegiatan
berteori ini memaparkan dua hal, yaitu:
- Historical situatedness (ideographic): sesuaikan analisis dengan konteks sosial
dan budaya serta konteks waktu dan historis yang spesifik sesuai kondisi di mana
riset terjadi.
– Unity theory & praxis: memadukan teori dengan contoh praktis (Rachmat
Kriyantono, 2006: 70-72).
1.7.6 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jakarta. Peneliti akan melakukan wawancara
mendalam dengan subjek penelitian.
20

Waktu yang akan digunakan untuk melakukan penelitian dimulai dari
Oktober 2010 – Desember 2010.
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro. Komala, Lukiati. Karlinah, Siti. 2004. Komunikasi Massa
Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Bagaimana Mempertimbangkan Artikel Opini Untuk Media Massa. 1995.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerbitan Yogya
(LP3Y). Kanisius.
21

Ed. Sularto. 2007. Kompas Menulis Dari Dalam. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LkiS.
Djuarto, Totok. Suprijadi, Bambang. 2002. Menulis Artikel & Karya Ilmiah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Jakarta: Teknik Praktis Riset Komunikasi.
Media Directory. 2009. Jakarta: Dewan Pers.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sumadiria, Haris A.S. 2005. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Sumadiria, Haris A.S. 2004 Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Simbiosa
Bandung: Rekatama Media.
Wibowo, Wahyu. 2006. Berani Menulis Artikel. Jakarta PT Gramedia Pustaka
Utama.
Internet
Diakses pada 25 April 2010
http://utchanovsky.com/2008/08/teori-hegemoni/
Diakses pada 28 September 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_%28surat_kabar%29
22

http://www.pewarta-indonesia.com/Belajar-Mewarta/Menulis-Opini/rubrik-opini-a-
lumbung-dolar.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanjung_Priok_Jakarta_Utara
Diakses pada 26 Oktober 2010
http://nilaieka.blogspot.com/20009/05/teori-kekerasan.html
23