refrat abses leher dalam new

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. Anatomi dari abses leher dalam sangat komplek, sehingga sulit untuk menentukan lokasi infeksi. Untuk membuat diagnosis dari abses leher dalam cukup sulit karena abses ini ditutupi oleh beberapa jaringan lunak yang ada pada leher dan juga sulit untuk mempalpasi serta menginspeksi dari luar. Angka kejadian abses submandibula berada di bawah abses peritonsil dan retrofaring. Namun dewasa ini, angka kejadiannya menduduki urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. 70 – 85% dari kasus disebabkan oleh infeksi dari gigi, selebihnya karena sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula. Selain itu, angka kejadian juga ditemukan lebih tinggi pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang kurang 1

Upload: doan-atrya

Post on 22-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fdssfdfsdfsdf

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Abses Leher Dalam New

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut

dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam

terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi

dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher.

Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang

terlibat.

Anatomi dari abses leher dalam sangat komplek, sehingga sulit untuk menentukan lokasi

infeksi. Untuk membuat diagnosis dari abses leher dalam cukup sulit karena abses ini ditutupi

oleh beberapa jaringan lunak yang ada pada leher dan juga sulit untuk mempalpasi serta

menginspeksi dari luar.

Angka kejadian abses submandibula berada di bawah abses peritonsil dan retrofaring.

Namun dewasa ini, angka kejadiannya menduduki urutan tertinggi dari seluruh abses leher

dalam. 70 – 85% dari kasus disebabkan oleh infeksi dari gigi, selebihnya karena sialadenitis,

limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula. Selain itu, angka kejadian juga

ditemukan lebih tinggi pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang kurang lengkap. Komplikasi

yang paling tinggi mortalitasnya pada abses leher dalam adalah mediastinitis. Mortalitas

mediastinitis di Amerika serikat bervariasi antara 19 - 47 %, pasien sering membutuhkan

perawatan di ICU dan proses pemulihan yang lama.  Mediastinitis akut dapat berkembang

menjadi fulminan dan tak berespon walau dengan terapi yang adekuat.1

1.2 Batasan masalah

Pada referat ini dibahas tentang abses leher dalam dan komplikasinya pada mediastinum.

1

Page 2: Refrat Abses Leher Dalam New

1.3 Tujuan penulisan

Untuk menambah wawasan penulis mengenai abses leher dalam dan komplikasinya pada

mediastinum.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang dirujuk dari berbagai literatur.

2

Page 3: Refrat Abses Leher Dalam New

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Abses leher dalam adalah kumpulan nanah (pus) yang terbentuk dalam ruang potensial di

antara fasia leher dalam sebagai akibat penyebaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi,

sinus paranasal, leher, telinga dll.Penyebaran infeksi dapat terjadi secara langsung, hematogen,

atau limfogen. Abses leher dalam dapat dibagi sesuai letak abses yaitu abses peritonsiler,

parafaring, retrofaring, mastikator, submandibula, submental, sublingual dan sebagainya.1-4Abses

leher dalam dapat mengenai salah satu ruang potensial atau lebih.2-4

Sejak ditemukan antibiotika angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas) kasus abses leher menurun drastis, walaupun demikian abses leher dalam tetap

merupakan salah satu kegawatan di bidang THT.Keterlambatan diagnosis atau terapi yang tidak

sesuai dan tidak adekuat dapat mengakibatkan komplikasi membahayakan seperti mediastinitis

yang akan menyebabkan risiko kematian sebesar 40 %.2-4

Diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang anatomi fasia dan ruang potensial leher

secara baik, serta faktor penyebab abses leher dalam untuk dapat memperkirakan perjalanan

penyebaran infeksi dan penatalaksanaan yang adekuat.2-4

2.2 Anatomi

3

Page 4: Refrat Abses Leher Dalam New

Gambar 1. Anatomi ruang leher dalam1

Secara anatomi leher terdiri dari beberapa fasia dan ruang potensial. Fasia servikal terdiri

dari fasia servikal superficial (superficial fascia) dan fasia servikal profunda (deep fascia) yang

dipisahkan oleh m.platisma. Fasia servikal superficial terletak di bawah kulit leher, terdiri dari

pembuluh darah dan saraf superficial. Sedangkan fasia servikal profunda terbagi menjadi 3

bagian, yaitu lapisan luar (external layer), lapisan tengah (visceral/ pretracheal layer) dan

lapisan dalam (posterior/ prevertebral layer).2-6

4

Page 5: Refrat Abses Leher Dalam New

Ruang Retorfaring

Ruang retrofaring merupakan ruang potensial yang terletak diantara lapisan media fasia

servikal profunda yang mengelilingi faring dan esophagus disebelah anterior serta bagian alar

lapisan fasia servikal profunda disebelah posterior. Di superior berbatasan dengan dasar

tengkorak dan di inferior berbatasan dengan vertebra torakal pertama atau kedua. Ruang ini

berisi kelenjar getah bening retrofaring.2-4

Ruang Parafaring

Ruang parafaring disebut juga sebagai ruang faringomaksila, ruang faringeal lateral atau

ruang perifaring. Ruang parafaring dibagi dua yaitu ruang parafaring anterior dan posterior.

Ruang parafaring anterior berbatasan dengan dasar tengkorak di bagian superior dan angulus

mandibul dibagian inferior. Disebelah anteromedial berbatasan dengan fasia bukofaringeal

sedangkan sebelah posterior berbatasan dengan fasia yang melapisis muskulus stiloid dan

dinding anterior selubung karotis. Fasia yang melapisi muskulus pterigoid internus merupakan

batas anterolateral sedangkan ligamentum stilomandibula merupakan batas posterolateral. Di

bagian posteromedial berbatasan dengan fasia alar. Ruang parafaring anterior berisi kelenjar

limfe dan jaringan ikat.2-4

Ruang parafaring posterior dibentuk oleh selubung karotis. Dasar tengkorak merupakan

batas superior dan ruang leher visera merupakan batas inferior. Di sebelah lateral berbatasan

dengan fasia parotis sedangkan disebelah medial berbatasan denagn fasia yang membatasi ruang

retrofaring. Ruang parafaring posterior berisi a.Karotis interna, v.jugularis interna, a. faring

asenden, n.hipoglosus, n.vagus dan n.glosofaringeus.2-4

Ruang Submandibula

Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual, submental dan submaksila. Ruang

sublingual dibatasi oleh mandibula dibagian anterior dan lateral. Lidah merupakan batas superior

sedangkan muskulus milohioid merupakan batas inferior. Di dalam ruang sublingual terdapat

kelenjar liur sublingual beserta duktusnya.2-4

Ruang submental berbatasan dengan fasia leher dalam dan kulit dagu di sebelah anterior.

Batas superior adalah muskulus milohioid anterior dan batas inferior adalah tulang hioid.

Muskulus digastrikus anterior merupakan batas lateral. Di dalam ruang submental terdapat

kelenjar limfe submental.2-4

5

Page 6: Refrat Abses Leher Dalam New

Di dalam ruang submaksila terdapat kelenjar liur submaksila atau submandibula beserta

duktusnya yang berjalan ke posterior melalui tepi posterior muskulus milohioid kemudian masuk

ke ruang sublingual. Batas superior ruang submaksila adalah muskulus milohioid dan muskulus

hipoglosus. Di sebelah inferior berbatasan dengan lapisan anterior fasia leher dalam, kulit leher

dan dagu. Batas medial ruang submaksila adalah muskulus digastrikus anterior dan batas

posterior adalah muskulus stilohioid serta muskulus digastrikus posterior.2-4

Ruang Parotis

Fasia superfisial leher dalam melapisi kelenjar parotis dan berhubungan dengan kelenjar

limfe membentuk ruang parotis. Fasia ini tidak menutup secara rapat pada bagian atas kelenjar

sehingga terdapat hubungan langsung dengan ruang parafaring. Arteri karotis interna, v.fasialis

serta n.fasialis melalui ruang ini.2,3

Ruang mastikator

Ruang mastikator berisi ramus pterigoid dan badan mandibula, tendon muskulus

temporalis, muskulus maseter saraf serta pembuluh darah alveolaris anterior. Terletak di sebelah

anterior dan lateral ruang parafaring serta sebelah inferior ruang temporal.2,3

Ruang peritonsiler

Di sebelah medial, ruang peritonsil berbatasan dengan tonsil palatina dan disebelah

lateral berbatasan dengan muskulus konstriktor faring superior. Batas superior, inferior, anterior

dan posterior adalah pilar anterior serta pilar posterior tonsil.2,3

Ruang Temporal

Terletak di antara fasia temporalis dan tulang temporalis. Muskulus temporalis membagi

ruang ini menjadi 2 bagian yaitu bagian superfisial dan profunda. Di dalamnya terdapat

a.maksilaris interna dan pembuluh darah serta saraf madibula.2,3

2.3 Epidemiologi

6

Page 7: Refrat Abses Leher Dalam New

Parhiscar dan Har-El7, melakukan penelitian retrospektif pada 210 kasus abses leher

dalam dari tahun 1991-1998. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan jumlah kasus

abses parafaring menempati urutan pertama(43%), diikuti abses mandibula(28%), Ludwig’s

Angina (17%) dan abses retrofaring (12%). Sethi dan Stanley8 melaporkan pada periode Januari

1991-juli 1989 terdapat 55 kasus abses leher dalam dengan angka kematian 22%. Fachruddin9

melaporkan 33 kasus abses leher dalam selama Januari 1991-Desember 1993 di Bagian THT

FK-UI RSUPN-CM , usia berkisar antara 15-35 tahun terdiri dari 20 pasien laki-laki dan 13

wanita.Angka kekerapan abses leher dalam mulitipel belum diketahui secara pasti. Di poliklinik

Sub-Bagian Laring Faring FK-UI RSUPN-CM, periode I Januari 2002 – 31 Maret 2002 didapat

6 kasus abses leher dalam dan 1 kasus diantaranya merupakan abses leher dalam multipel.

2.4 Etiologi

Sebelum ditemukan antibiotik, tujuh puluh persen dari kasus abses leher dalam

disebabkan oleh penyebaran infeksi yang berasal dari faring dan tonsil. Setelah ditemukan

antibiotika , infeksi gigi merupakan sumber infeksi terbanyak yang merupakan infeksi leher

dalam. Penyebab lain dari abses leher dalam adalah infeksi yang berasal dari kelenjar liur,

saluran saluran nafas bagian atas, sinus paranasal , kelenjar tiroid, telinga tengah , trauma infeksi

lokal rongga mulut dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada tonsilektomi dengan

anastesi lokal. Dua puluh persen kasus abses leher dalam tidak diketahui penyebabnya. Pada

anak-anak penyebab tersering adalah tonsilitis akut dan infeksi gigi.2-4,6,10

Sebagain besar abses leher dalam disebabkan oleh campuran beberapa jenis kuman aerob

maupun anaerob. Dari golongan aerob penyebab terbanyak adalah kuman Streptokokus,

Stafylokokus, Dipthteriodes dan Neiseria. Sedangkan dari golongan anaerob penyebab tersering

adalah Bakterioides, Peptostreptokokus, Eubakterium, Fusobakterium dan Pseudomonas.2-4,11

2.5 Diagnosis

Diagnosis abses leher dalam ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat, gejala

klinik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala klinik yang ditimbulkan sesuai

dengan letak ruang leher dalam yang terkena. Pada kasus demikian pemerikasan penunjang

memegang peranan penting.2-5

7

Page 8: Refrat Abses Leher Dalam New

Foto jaringan lunak leher anteroposterior dan lateral merupakan prosedur diagnostik yang

terpenting. Pada pemeriksaan foto jaringan lunak leher pada kedua posisi tersebut dapat

diperoleh gambaran deviasi trakea, udara di daerah sub kutis, cairan di dalam jaringan lunak

leher. Keterbatasan pemeriksaan foto polos leher adalah tidak dapat membedakan antara selulitis

dan pembentukan abses. Pemeriksaan foto thoraks dapat digunakan untuk mendiagnosis adanya

edema paru, pneumotoraks, pneumomediastinum atau pembesaran kelenjar getah bening hilus.2-5

Pemeriksaan Tomografi Komputer (CT-scan) dapat membantu menggambarkan lokasi

dan perluasan abses. Pada gambaran CT-scan dapat ditemukan adanya daerah densitas rendah,

peningkatan gambaran kontras pada dinding abses dan edema jaringan lunak sekitar abses.

Pemeriksaan pencitraan magnetik resonans(MRI) memberikan gambaran peningkatan densitas

pada jaringan yang mengalami inflamasi dibandingkan dengan jaringan normal. Pemeriksaan

MRI relatif mahal dan tidak setiap rumah sakit mempunyai alat ini, sehingga pemeriksaan MRI

pada kasus abses leher dalam bukan merupakan prosedur baku. Ultrasonografi (USG) adalah

sarana penunjang diagnostik yang tidak invasif dan relatif murah. USG digunakan sebagai

pemandu pada saat aspirasi atau drainase abses. Pemeriksaan kultur dan tes resistensi dilakukan

untuk mengetahui jenis kuman dan pemberian antibiotik yang sesuai.2,3,12

Abses peritonsil

Pada abses peritonsil didapatkan gejala demam, nyeri tenggorok, nyeri menelan dan

hipersalifasi. Nyeri telinga dan sengau juga dapat terjadi pada abses ini. Pada pemeriksaan fisik

terdapat trismus, uvula terdorong ke sisi yang sehat. Tonsil edema, hiperemis dan kadang-kadang

terdapat detritus. Palatum edema dan hiperemis.Untuk memastikan diagnosis dilakukan pungsi

dan aspirasi pus dari tempat yang paling menonjol atau berfluktuasi. 2-4

Abses retrofaring

Abses retrofaring biasanya ditemukan pada anak yang berusia tiga bulan sampai lima

tahun. Pada bayi dan anak-anak ruang retrofaring mengandung kelenjar getah bening masing-

masing 2-5 buah terletak di kanan dan kiri setinggi vertebra servikal dua tiga, yang terdapat

aliran dari hidung, sinus paranasal, faring, tuba Eustachius dan telinga tengah.2-4

Penyebab abses retrofaring, sebagian besar kasus adalah penjalaran infeksi dari rongga

mulut dan tenggorok. Gejala klinis berupa demam, pembengkakan di daerah leher,pergerakan

8

Page 9: Refrat Abses Leher Dalam New

leher yang terbatas, nyeri tenggorok, odinofagi dan disfagi. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan

pembengkakan dinding posterior faring, pembesaran getah bening leher dan posisi kepala

hiperekstensi serta miring sisi yang sehat. Pada kasus yang berat dapat disertai dengan sumbatan

jalan nafas.2-4

Penelitian Wholey yang dikutip dari Scoot2, Shumrick3, Facruddin4 menyimpulkan bahwa

foto jaringan lunak leher juga didapatkan penebalan jaringan lunak leher ukuran lebih dari 7 mm

pada vertebra servikal ke dua (retrofaring) baik pada anak maupun dewasa. Tebal jaringan lunak

setinggi vertebra servikal ke enam (ruang retrotrakea) lebih 14 mm pada anak dan 22 mm pada

dewasa, menunjukan adanya proses patologik di retrofaring. Pemeriksaan CT-Scan membantu

menentukan batas-batas dan perluasan abses.

Abses Parafaring

Gejala klinik abses parafaring berupa demam, nyeri tenggorok, odinofagi dan disfagia.

Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pembengkakan daerah perimandibula, trismus, pendorongan

dinding lateral faring ke medial, edema uvula, palatum mole dan pilar tonsil. Tanda-tanda abses

parafaring anterior dan posterior dapat dibedakan sebagai berikut :

1.Abses parafaring anterior

a.trismus, karena iritasi pada muskulus pterigoid medialis/internus,

b. Pembengkakan dan indurasi di belakang angulus mandibula atau di ujung bawah

glandula parotis,

c. Prolaps tonsil dan fossa tonsilaris karena terdesak ke arah medial.

2. Abses parafaring posterior

Terutama ditandai dengan pembengkakan di posterior plika palatoglossus,

pembengkakan pada lateral faring bagian posterior dan pembengkakan daerah parotis, tanpa

trismus dan prolaps tonsil.10

Apabila terjadi komplikasi, di samping tanda-tanda tersebut di atas dapat dijumpai juga

gejala-gejala meningitis, perdarahan dari a. Karotis interna, trombosis v. Jugular interna, sesak

nafas atau asfiksi bila abses meluas ke laring atau terjadi mediastinitis.2-4

9

Page 10: Refrat Abses Leher Dalam New

Pada pemeriksaan foto polos leher bisa didapatkan pergeseran trakea ke anterior an

pembengkakan jaringan lunak leher. Penggunaan CT-Scan sangat membantu mendiagnosis

abses leher dalam, karena dapat membedakan abses dengan massa tumor atau selulitis serta

keterlibatan pembuluh darah. CT-Scan pada abses parafaring dapat berupa gambaran kistik

tunggal atau multiokulasi, densitas rendah ,udara atau cairan pada abses dan pemeriksaan dengan

kontras terdapat penyengatan pada dinding abses.2,3,9,10,12

Abses submandibula

Pada abses submandibula terdapat gejala demam, nyeri tenggorok, sukar menelan dan

trismus. Daerah submandibula edema,hiperemis dan nyeri tekan. Jika lidah terangkat dan

terdorong ke posterior dapat terjadi sumbatan jalan nafas. Pemeriksaan foto polos leher terdapat

gambaran penebalan jaringan lunak leher. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pungsi dan

aspirasi pus dari tempat yang paling berfluktuasi. 2-4

Abses parotis

Infeksi ini sering terjadi pada pasien-pasien dehidrasi dan kebersihan mulut yang buruk.

Terdapat nyeri di daerah nggulus mandibula tetapi tidak terdapat trismus.2-4

Abses mastikor

Infeksi di ruang ini kebanyakan berasal dari infeksi gigi. Terdapat trismus akibat iritasi

muskular maseter dan pembengkakan di daerah mandibula. Infeksi dapat menyebar ke ruang

temporal, parotis dan parafaring.Selain gejala infeksi umum juga terdapat nyeri di daerah

muskulus temporalis dan trismus. 2-4

2.6 Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada abses leher dalam sebagai akibat keterlambatan

diagnosis, penatalaksanaan yang tidak tepat dan tidak adekuat. Penjalaran infeksi ke daerah

karotis dapat terjadi dan menimbulkan erosi sarung karotis dan menyebabkan perdarahan.

Adanya trombosis atau emboli v. jugularis interna dapat dikenali dengan adanya gejala demam,

nyeri sepanjang muskulus sternokleidomastoideus, hiperpireksia dan tanda-tanda sepsis. Emboli

dapat menyebar ke paru-paru dan menimbulkan abses paru. Jika infeksi menyebar ke rantai 10

Page 11: Refrat Abses Leher Dalam New

simpatis atau saraf kranial dapat terjadi sindroma Horner. Komplikasi lain yang dapat terjadi

adalah osteomielitis mandibula, osteomielitis vertebra, mediastinitis, dan dehidrasi. Komplikasi

pembedahan antara lain kerusakan sistem vaskuler, infeksi, aspirasi, septikemia dan

pembentukan jaringan parut.2-4

2.7 Komplikasi ke mediastinum

Mediastinum adalah ruang ekstrapleura yang dibatasi sternum di sebelah depan, kolumna

vertebralis di sebelah belakang, pleura mediastinal di sebelah lateral kiri dan kanan, di superior

oleh thoracic inlet dan di inferior oleh diafragma. Mediastinum terdiri dari tiga area :

anterosuperior mediastinum, middle mediastinum, posterior mediastinum. Mediastinitis adalah

peradangan di daerah mediastinum yang terdiri dari mediastinitis akut dan kronik. Mediastinitis

akut adalah penyakit yang jarang dan diagnosis dini pada penyakit ini amat sukar. Mediastinitis

akut dapat dibagi menjadi supuratif (abses) dan nonsupuratif. Mediastintis supuratif disebut juga

mediastinitis flegmonia lebih sering didapatkan, penyebarannya dapat terlokalisasi atau difus

dengan atau tanpa pembentukan abses.2-4

Komplikasi yang paling tinggi mortalitasnya pada abses leher dalam adalah mediastinitis.

Mortalitas mediastinitis di Amerika serikat bervariasi antara 19 - 47 %, pasien sering

membutuhkan perawatan di ICU dan proses pemulihan yang lama. Mediastinitis akut dapat

berkembang menjadi fulminan dan tak berespon walau dengan terapi yang terbaik. Mediastinitis

dapat berkembang menjadi Descending Necrotizing Mediastiniti (DNM) akibat infeksi

orofaringeal yang menyebabkan sepsis di leher yang menyebar ke mediastinum melalui ruang -

ruang potensial di leher, pada jenis ini mortalitas dapat diatas 50%. Ruang potensial yang

terpenting adalah retrofaringeal atau retroviseral dengan batas anterior lapisan tengah fasia leher

dalam dan di posterior oleh fasia alar (lapisan dalam fasia leher), terletak di belakang hipofarings

dan esofagus dari dasar tengkorak sampai dengan mediastinum superior. Ruang ini merupakan

rute utama penyebaran infeksi orofaringeal ke mediastinum. Dinamika pernafasan

mempengaruhi penyebaran infeksi melalalui fasia tersebut. Fluktuasi tekanan negatif introtoraks

menarik udara, air liur, dan mikroorganisme tertarik ke dalam mediastinum menyebabkan infeksi

dan nekrosis, tetapi tidak seluruh infeksi mengikuti jalannya fasia leher dalam penyebarannya ke

mediastinum.2-4

11

Page 12: Refrat Abses Leher Dalam New

2.8 Penatalaksanaan

Secara umum terapi abses leher dalam terdiri dari medikamentosa dan drainase. Barakate

dkk(2001) secara lebih terinci mengatakan bahwa penatalaksanaan yang adekuat suatu abses

leher dalam yang tergantung pada pengenalan proses sedini mungkin, pemberian antibiotik yang

tepat, mencegah dan mengatasi sumbatan saluran nafas dan perawatan yang intensif. Terapi

medikamentosa meliputi pemberian antibiotika baik untuk kuman aerob maupun kuman anaerob

dan simtomatis sesuai keluhan serta gejala klinik yang timbul. Pemberian cairan untuk

memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit sangat diperlukan.2-5,13

Pemberian antibiotik

Secara garis besar, antibiotika digolongkan berdasarkan susunan senyawa kimianya,

antara lain: golongan penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, aminoglikosida, makrolida,

linkosamid, polipeptida, sulfonamid dan trimetoptrim, metronidazole, kuinolon, sefalosporin dan

golongan lainnya.14-16

Pemilihan antibiotik yang ideal tentu saja harus didasarkan pemeriksaan mikrobiologi

yang sudah pasti (definitif therapy), tetapi hal tersebut tidak mudah untuk dilakukan. Pada

sebagian besar kasus, diagnosis klinik dapat ditegakkan tetapi pemeriksaan mikrobiologi belum

diperoleh hasil maka pemberian antibiotik dapat dimulai dengan perkiraan ilmiah (educated

guess) atau secara empiris (empirical therapy).14

Di Sub-Bagian Laring Faring FK-UI RSUPN-CM, antibiotika harus segera diberikan

dalam dosis adekuat secara parenteral. Sebelum ada hasil kultur dan resistensi, diberikan

antibiotik berdasarkan pengalaman jenis kuman yang sering ditemukan yaitu untuk kuman aerob

dan anaerob.14

Penisilin G 300.000-1.200.000 unit/hari atau amoksisilin 25-30 mg/kgBB/hari atau

sefalosporin 25-50 mg/kgBB/hari atau gentamisin 20-80 mg 1-2 kali sehari. Metronidazol dapat

diberikan per infus, per rektal atau oral 3x 62,5-500 mg/hari. Pada infeksi tuberkulosis diberikan

tuberkulostatika.14

Drainase abses

Tindakan drainase dapat dilakukan dengan anestesi lokal atau umum. Pada abses

peritonsil insisi dilakukan pada tempat yang paling berfluktuasi atau pada pertengahan garis yang

12

Page 13: Refrat Abses Leher Dalam New

ditarik dari uvula ke gigi molar tiga atas pada sisi yang sakit. Luka insisi dilebarkan dengan

kuman dan pus dikeluarkan sebanyak-banyaknya. Bila infeksi sudah tenang dianjurkan untuk

dilakukan tonsilektomi.2-5

Tindakan drinase pada abses parafaring dilakukan dengan pendekatan

ekstraoral/eksterna. Insisi intraoral dapat dilakukan bila terdapat penonjolan ke dalalm rongga

faring. Drainase eksterna dilakukan dalam narkosis. Dengan terdapatnya trismus dan edema

faring akan menyebabkan kesulitan memasukkan pipa endotrakea sehingga mempersulit

prosedur pemeberian anestesi umum. Pada kasus demikian diperlukan tindakan trakeostomi

dngan anestesi lokal terlebih dahulu, untuk selanjutnya diberikan anestesi umum dan dilakukan

eksplorasi abses.2-5

Insisi yang dianjurkan pada drainase eksterna abses parafaring adalah teknik Mosher

(1929) yaitu insisi seperti huruf “T” yang dilakukan pada daerah kurang lebih 1-2 cm di bawah

dan sejajar dengan mandibula sampai di batas anterior muskulus sternokleidomastoideus

dilanjutkan dengan garis vertikal di sebelah anterior muskulus sternokleidomastoideus. Struktur

anatomi yang penting dan harus diidentifikasi adalah selubung karotis (carotid sheat), hal ini

disebabkan karena ketiga fasia leher dalam membentuk selubung karotis ini sehingga selubung

karotis disebut sebagai Lincoln highway of the neck. 2-6

Pada abses retrofaring insisi dilakukan dengan anestesi lokal atau narcosis. Untuk

mencegah aspirasi, posisi pasien tredelenberg dengan kepala hiperekstensi. Dilakukan pungsi

dan aspirasi pada bagian yang paling berfluktuasi kemudian dilakukan insisi vertikal sepanjang

daerah yang menonjol. Pasca tindakan yang sebaiknya dipasang pipa hidung-

lambung(nasogastric tube/NGT). 2-6

Insisi abses submandibula dilakukan pada garis tengah dibawah dagu sepanjang kurang

lebih 3 cm. Eksplorasi dilakukan secara tumpul sampai mencapai ruang sublingual. Setelah

tindakan dipasang salir. 2-4

Pada abses mastikator insisi dibuat dibawah mandibula dan dilakukan pelebaran secara

tumpul hingga periosteum. Insisi pada abses parotis dilakukan di daerah yang paling menonjol

sejajar dengan cabang n. Fasialis. Drainase juga dilakukan dengan cara aspirasi. Pada abses

ruang temporal, insisi dibuat kurang lebih 3 cm di belakang kantus lateralis.2,3

13

Page 14: Refrat Abses Leher Dalam New

14

Page 15: Refrat Abses Leher Dalam New

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Abses leher dalam adalah kumpulan nanah (pus) yang terbentuk dalam ruang potensial di

antara fasia leher dalam.

2. Abses leher dalam dapat mengenai salah satu ruang potensial di leher atau menyebar

mengenai ruang potensial leher lainnya sehingga terjadi abses leher dalam multipel.

3. Komplikasi yang paling tinggi mortalitasnya pada abses leher dalam adalah mediastinitis.

4. Penatalaksanaan yang adekuat tergantung pada pengenalan proses secara dini, antibiotika

yang tepat, mencegah dan mengatasi sumbatan saluran nafas, drainase abses serta

perawatan yang intensif.

3.2 Saran

Seorang dokter, merupakan kompetensinya untuk dapat mengetahui , mendiagnosis, dan

mampu memberikan pertolongan pertama pada kasus – kasus pasien abses leher dalam dengan

komplikasi ke mediastinum

15

Page 16: Refrat Abses Leher Dalam New

16