laporan penelitian karaksteristik penderita abses leher … · 2017. 6. 4. · abses peritonsil...

25
1 Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER DALAM DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 1 JANUARI-31 DESEMBER 2014 Oleh Luh Witari Indrayani, I Dewa Arta Eka Putra, Komang Andi Dwi Saputra, Wayan Suardana Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Abses leher dalam adalah abses yang terbentuk dalam ruang potensial diantara fascia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher. 1,2,3 Insiden dari abses leher dalam lebih tinggi pada era pre antibiotika namun tetap menjadi masalah yang penting di negara dunia ketiga yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Pada era pre antibiotika, 70% berasal dari penyebaran infeksi dari faring dan tonsil sedangkan saat ini lebih banyak disebabkan oleh infeksi gigi. 4 Abses leher dalam dapat menimbulkan komplikasi serius yang berakibat fatal seperti obstruksi jalan nafas, pneumonia, abses paru, mediastinitis, perikarditis dan trombosis vena jugularis interna. 5,6 Disamping drainase abses, pemberian antibiotika juga diperlukan untuk penanganan yang lebih adekuat. Untuk mendapatkan antibiotika yang efektif terhadap pasien, diperlukan pemeriksaan kultur kuman dan uji kepekaan antibiotika terhadap kuman. Namun hal ini memerlukan waktu yang cukup lama sehingga diperlukan pemberian antibiotika secara empiris. 3,7 Pengetahuan yang baik tentang anatomi fascia dan ruang-ruang potensial leher serta penyebab abses leher dalam mutlak diperlukan untuk memperkirakan penyebaran dan penatalaksanaan yang adekuat.

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

1

Laporan Penelitian

KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER DALAM DI RSUP

SANGLAH DENPASAR PERIODE 1 JANUARI-31 DESEMBER 2014

Oleh

Luh Witari Indrayani, I Dewa Arta Eka Putra, Komang Andi Dwi Saputra,

Wayan Suardana

Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Abses leher dalam adalah abses yang terbentuk dalam ruang potensial

diantara fascia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber

seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher.1,2,3

Insiden dari abses leher dalam lebih tinggi pada era pre antibiotika namun

tetap menjadi masalah yang penting di negara dunia ketiga yang menimbulkan

morbiditas dan mortalitas. Pada era pre antibiotika, 70% berasal dari penyebaran

infeksi dari faring dan tonsil sedangkan saat ini lebih banyak disebabkan oleh

infeksi gigi.4

Abses leher dalam dapat menimbulkan komplikasi serius yang berakibat

fatal seperti obstruksi jalan nafas, pneumonia, abses paru, mediastinitis,

perikarditis dan trombosis vena jugularis interna.5,6

Disamping drainase abses, pemberian antibiotika juga diperlukan untuk

penanganan yang lebih adekuat. Untuk mendapatkan antibiotika yang efektif

terhadap pasien, diperlukan pemeriksaan kultur kuman dan uji kepekaan

antibiotika terhadap kuman. Namun hal ini memerlukan waktu yang cukup lama

sehingga diperlukan pemberian antibiotika secara empiris.3,7

Pengetahuan yang baik tentang anatomi fascia dan ruang-ruang potensial

leher serta penyebab abses leher dalam mutlak diperlukan untuk memperkirakan

penyebaran dan penatalaksanaan yang adekuat.

Page 2: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

2

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimana karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat di

RSUP Sanglah Denpasar?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita abses

leher dalam yang berobat di RSUP Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat

di RSUP Sanglah berdasarkan jenis kelamin, umur.

2. Mengetahui karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat

di RSUP Sanglah berdasarkan keluhan utama.

3. Mengetahui karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat

di RSUP Sanglah berdasarkan diagnosis

4. Mengetahui karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat

di RSUP Sanglah berdasarkan faktor penyulit

5. Mengetahui karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat

di RSUP Sanglah berdasarkan kultur kuman

6. Mengetahui karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat

di RSUP Sanglah berdasarkan sensitifitas antibiotika

7. Mengetahui karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat

di RSUP Sanglah berdasarkan lama perawatan

8. Mengetahui karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat

di RSUP Sanglah berdasarkan komplikasi

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar bagi penelitian

selanjutnya dan menjadi acuan bagi penatalaksanaan abses leher dalam secara

lebih baik.

Page 3: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Leher

Pada daerah leher, terdapat beberapa ruang potensial yang dibatasi oleh

fascia servikal. Fascia servikal dibagi menjadi dua yaitu fascia servikalis

superfisial dan profunda. Fascia servikalis superfisial terletak di bawah dermis

dan terdiri dari jaringan fibroadiposa. Fascia ini membungkus saraf sensoris,

pembuluh darah superfisialis, kelenjar limfe, muskulus platisma dan otot

mimik.3,8

Fascia servikalis profunda terdiri dari jaringan ikat fibrus dan dibagi

menjadi tiga lapisan yaitu lapisan superfisial, media dan profunda. Lapisan

superfisial fascia profunda disebut juga investing layer. Rule of two dari lapisan

superfisial ini adalah membungkus dua otot yang terletak diatas tulang hyoid

yaitu muskulus masseter dan venter anterior muskulus digastrikus; dua otot leher

yaitu muskulus trapezius dan muskulus sternokleidomastoideus; dua kelenjar

ludah yaitu kelenjar parotis dan submandibula; dua ruang yaitu ruang parotis dan

mastikator.3,8

Lapisan media fascia profunda yang disebut juga fascia servikal terdiri dari

divisi muskular dan viscera. Divisi muskular membungkus muskulus

sternohyoid, muskulus sternotiroid, muskulus tirohyoid dan muskulus omohyoid.

Divisi viscera mengelilingi kelenjar paratiroid, kelenjar tiroid, esofagus, laring,

muskulus konstriktor faring dan muskulus buccinator.8

Lapisan profunda fascia profunda disebut juga fascia prevertebra, terdiri

dari divisi alar dan prevertebra. Divisi alar terletak diantara fasia bukofaringeal di

anterior dan divisi prevertebra di posterior. Divisi alar merupakan dinding

anterior dari ruang bahaya atau danger space. Fascia ini meluas dari basis kranii

sampai vertebra torakal kedua. Divisi prevertebra terletak di depan kolumna

vertebrae dan meluas ke lateral melewati otot prevertebra dan kemudian berfusi

dengan prosesus transversus dan ligamen penyertanya. Fascia ini merupakan

dinding anterior dari ruang prevertebra dan dinding posterior dari danger space.8

Page 4: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

4

Gambar 1. Potongan midsagital leher8

Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang meliputi

keseluruhan panjang leher, ruang suprahioid dan infrahioid. Ruang yang

melibatkan sepanjang leher terdiri dari ruang retrofaring, danger space, ruang

prevertebra dan ruang karotis. Ruang retrofaring meluas dari basis kranii hingga

bifurkasio trakea pada mediastinum superior. Ruang retrofaring berbatasan

dengan selubung karotis di sisi lateral, fascia bukofaringeal di anterior dan divisi

alar fascia prevertebra di posterior. Danger space berbatasan dengan ruang

retrofaring di anterior dan ruang prevertebra di posterior, meluas dari basis kranii

hingga diafragma. Ruang prevertebra meluas dari basis kranii hingga os

coccygeus, berbatasan dengan danger space di anterior, tulang vertebra di

posterior dan prosesus transversus di lateral. Ruang karotis atau disebut juga

ruang visceral vaskular merupakan ruang potensial di dalam selubung karotis. Di

dalam ruang ini terdapat arteri karotis, vena jugularis interna, nervus vagus dan

pleksus simpatikus.8,9

Ruang suprahioid terdiri dari ruang submandibula, parafaring, parotis,

mastikator, peritonsil dan temporal. Ruang submandibula terletak diantara

Page 5: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

5

mukosa dasar mulut dan fascia profunda lapisan superfisial pada bagian bawah.

Ruang ini dibatasi oleh os hyoid di posteroinferior, mandibula di anterior dan

lateral serta dasar lidah di posterior. Ruang ini dibagi secara tidak komplit oleh

muskulus milohyoid menjadi ruang sublingual pada bagian atas dan ruang

submandibula dan submental di bagian bawah. Area submandibula dan

submental dipisahkan oleh venter anterior muskulus digastrikus namun kedua

area ini saling berhubungan secara bebas satu sama lainnya. Ruang submental

dibatasi oleh os hyoid pada bagian inferior, mandibula pada bagian superior dan

venter anterior muskulus digastrikus pada kedua sisi lateral. Ruang submental

berisi vena jugularis anterior, nodus limfatikus submental, muskulus dan nervus

milohyoideus, arteri fasialis cabang submental dan vena fasialis.8,9

Di dalam ruang parotis terdapat kelenjar parotis, pembuluh limfe, arteri

karotis eksterna, arteri temporalis superfisialis, vena fasialis posterior, nervus

fasialis dan nervus aurikulotemporalis. Lapisan superfisial fascia profunda

berpisah di sekitar mandibula untuk membentuk ruang mastikator. Di ruang ini

terdapat muskulus masseter, muskulus pterigoideus medial dan lateral, ramus dan

korpus mandibula, tendon temporalis. Ruang mastikator terdiri dari ruang

masseter dan ruang pterigoid. Ruang masseter terletak diantara ramus mandibula

dan muskulus masseter sedangkan ruang pterigoid terletak diantara ramus

mandibula dan muskulus pterigoideus. Ruang ini terletak di anterior dan lateral

ruang parafaring dan inferior ruang temporal.8,9

Ruang peritonsil terletak lateral dari kapsul tonsil dan medial dari muskulus

konstriktor superior. Arkus palatoglosus dan palatofaring membentuk batas

anterior dan posterior ruang ini. Pada bagian inferior dibatasi oleh 1/3 bagian

posterior lidah.3,8

Ruang temporal terletak diantara fascia temporalis pada bagian lateral dan

periosteum bagian skuamosa os temporal pada bagian medial. Muskulus

temporalis memisahkan ruang ini menjadi ruang superfisial dan profunda.3,8

Ruang infrahioid terdiri dari ruang viseral anterior dan suprasternal. Ruang

viseral anterior atau disebut juga ruang pretrakeal terletak pada leher anterior dari

kartilago tiroid kearah bawah sampai mediastinum superior setinggi vertebrae

Page 6: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

6

torakal keempat. Ruang suprasternal terletak di superior sternal notch, dibungkus

oleh lapisan superfisial fascia profunda.8

Gambar 2. Potongan melintang leher setinggi tiroid8

2.2. Abses Leher Dalam

2.2.1. Definisi

Abses leher dalam adalah terkumpulnya pus di dalam ruang potensial

diantara fascia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber infeksi

seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher dsb.1,2,3

2.2.2. Epidemiologi

Shih dkk pada tahun 2008 melaporkan bahwa rasio laki-laki dan perempuan

yang terkena abses leher dalam adalah 3:2 dengan umur rata-rata 49,2 tahun dan

abses submandibula sebagai kejadian terbanyak. Penyebab terbanyak adalah

infeksi orofaring diikuti dengan infeksi gigi.7

Coelho dkk pada tahun 2009 menemukan bahwa rasio laki-laki dan

perempuan adalah 4:3 dengan umur rata-rata 31,86 tahun, penyebab terbanyak

adalah infeksi gigi.6

Sedangkan Abshirini dkk pada tahun 2009 menemukan

53,74% laki-laki dan 44,21% perempuan. Abses submandibula adalah kejadian

terbanyak dan penyebab terbanyak adalah infeksi gigi.5

Page 7: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

7

2.2.3 Etiologi dan Patogenesis

Pembentukan abses merupakan hasil perkembangan dari flora normal

dalam tubuh. Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril dari tubuh

baik karena perluasan langsung maupun laserasi atau perforasi.

Penyebab abses leher dalam diantaranya adalah infeksi orofaring, infeksi

gigi, sialolit, sialadenitis, benda asing, tuberkulosis. Infeksi gigi dapat mengenai

pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apikal

gigi ke daerah sekitarnya. Apeks gigi molar satu yang berada diatas perlekatan

muskulus milohyoideus menyebabkan penjalaran infeksi akan masuk terlebih

dahulu ke daerah sublingual sedangkan apeks molar kedua dan ketiga berada

dibawah perlekatan muskulus milohyoideus sehingga infeksi akan lebih cepat ke

daerah submandibula.7,8

Abses leher dalam secara umum disebabkan oleh polimikroba, yaitu

campuran kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob. Organisme aerob

seperti Streptokokus viridan, Streptokokus beta hemolitikus, Stafilokokus aureus

dan epidermidis. Bakteri anaerob seperti Bacteroides melaninogenicus,

Peptostreptokokus, Fusobakterium. Bakteri gram negatif seperti Hemofilus,

Escherichia, Pseudomonas, Neisseria dan Klebsiella.6,8

Pola kuman penyebab abses leher dalam berbeda sesuai dengan sumber

infeksinya. Infeksi yang berasal dari orofaring lebih banyak disebabkan oleh

kuman flora normal di saluran nafas atas seperti Streptokokus dan Stafilokokus.

Infeksi yang berasal dari gigi biasanya lebih dominan kuman anaerob seperti

Prevotela dan Fusobakterium.1,8

Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu

hematogen, limfogen dan celah antar ruang leher dalam. Beratnya infeksi

tergantung dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi.1,8

2.2.5. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Gejala klinis abses leher dalam secara umum sama

Page 8: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

8

dengan gejala infeksi pada umumnya yaitu demam, nyeri, pembengkakan.

Abshirini dkk melaporkan gejala klinis dari abses leher dalam pada 147 kasus

yang diteliti adalah bengkak pada leher 87,1%, trismus 53,7%, disfagia 30,6%

dan odinofagia 29,3%. Berdasarkan ruang yang dikenai akan menimbulkan gejala

spesifik yang sesuai dengan ruang potensial yang terlibat.5

Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk

diluar kapsul tonsil dekat kutub atas tonsil. Pada abses peritonsil didapatkan

gejala demam, nyeri tenggorok, odinofagia, hipersalivasi, otalgia, suara

bergumam atau disebut juga hot potato voice, sukar membuka mulut atau disebut

juga trismus. Pada pemeriksaan fisik tampak palatum molle membengkak dan

menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi, arkus faring tidak simetris. Uvula

membengkak dan terdorong ke sisi kontralateral dan trismus. Tonsil

membengkak, hiperemi dan terdorong ke sisi kontralateral.1,3,8

Abses retrofaring merupakan abses leher dalam yang jarang terjadi,

terutama terjadi pada bayi atau anak dibawah dua tahun. Gejala biasanya

odinofagia dan disfagia. Selain itu, juga dapat muncul gejala demam, pergerakan

leher terbatas dan sesak nafas. Sesak nafas timbul jika abses sudah menimbulkan

sumbatan jalan nafas terutama di hipofaring. Pada pemeriksaan tampak benjolan

unilateral pada dinding belakang faring, mukosa terlihat bengkak dan

hiperemis.3,10,11

Abses parafaring dapat terjadi setelah infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi,

parotis atau kelenjar limfatik. Abses ini juga dapat terjadi akibat penjalaran abses

leher dalam yang berdekatan seperti abses peritonsil, abses submandibula, abses

retrofaring maupun mastikator. Gejalanya berupa demam, trismus, nyeri

tenggorok, odinofagia dan disfagia. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

pembengkakan di daerah parafaring, pendorongan dinding lateral faring kearah

medial, pembengkakan di sekitar angulus mandibula.1,3,10

Abses submandibula dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring,

kelenjar liur, kelenjar limfe submandibula maupun kelanjutan infeksi ruang leher

dalam yang lain. Terdapat demam, pembengkakan di daerah submandibula,

fluktuatif, lidah terangkat keatas dan terdorong ke belakang.1,3

Page 9: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

9

Angina Ludovici atau Ludwig’s angina adalah infeksi ruang submandibula

berupa peradangan atau selulitis dengan tanda berupa pembengkakan seluruh

ruang submandibula, tidak membentuk abses sehingga keras pada perabaan.

Sumber infeksi seringkali berasal dari gigi atau dasar mulut. Terdapat nyeri

tenggorok, disfagia, ruang submandibula tampak membengkak, keras pada

perabaan dan hiperemi. Dasar mulut membengkak, lidah terdorong keatas dan

belakang.3,10

Abses parotis merupakan suatu proses lanjutan dari parotitis supuratif akut

dan didefinisikan sebagai pengumpulan pus dalam ruang parotis karena proses

radang sebagai respon terhadap infeksi. Faktor predisposisi dari abses parotis

adalah pasien dengan oral hygiene yang buruk, pada keadaan dehidrasi,

sialolithiasis, usia tua, immunocompromised, malnutrisi dan diabetes melitus.

Gejala klinisnya adalah nyeri dan pembengkakan di daerah parotis dan dapat

disertai trismus. Nyeri dapat menyebar ke telinga dan daerah temporalis. Pada

pemeriksaa didapatkan pembengkakan, indurasi dan hiperemi di daerah parotis.

Terkadang didapatkan fluktuasi di daerah tersebut dan pada aspirasi didapatkan

adanya pus. Sekret purulen dapat ditemukan di orifisium duktus Stensen.1,3

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya adalah

pemeriksaan darah lengkap, mikrobiologi dan resistensi, foto polos, USG dan CT

Scan. Pada pemeriksaan darah lengkap biasanya didapatkan leukositosis. Pada

pemeriksaan mikrobiologi dan resistensi, pus diambil dengan aspirasi memakai

jarum aspirasi atau dilakukan insisi.1,8

Pemeriksaan foto polos yang dapat dilakukan diantaranya foto servikal

lateral, panoramik dan toraks. Foto servikal lateral dapat memberikan gambaran

adanya pembengkakan jaringan lunak pada daerah prevertebra, adanya benda

asing, gambaran udara di subkutan maupun air fluid level. Pada abses retrofaring

tampak pelebaran ruang retrofaring lebih dari 7 mm pada anak dan dewasa serta

pelebaran retrotrakeal lebih dari 14 mm pada anak dan 22 mm pada orang

dewasa. Selain itu juga dapat terlihat berkurangnya lordosis vertebra servikal.

Foto panoramik dilakukan pada abses leher dalam yang dicurigai berasal dari

gigi. Foto toraks dilakukan untuk mengevaluasi adanya mediastinitis. Adanya

Page 10: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

10

emfisema subkutis, pneumomediastinum, pelebaran mediastinum pada foto

toraks merupakan tanda adanya mediastinitis.1,8

Pada pemeriksaan CT Scan dengan kontras tampak adanya gambaran abses

berupa lesi hipodens dengan ring enhancement pada dindingnya. USG

merupakan pemeriksaan yang lebih murah dan kurang invasif. Selain untuk

fungsi diagnostik, USG juga dapat digunakan untuk tuntunan drainase abses.8,12

2.2.6. Terapi

Prinsip penatalaksanaan abses leher dalam adalah menjaga patensi jalan

nafas, pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, hidrasi dan nutrisi adekuat

dan evakuasi abses baik dengan anestesi lokal maupun umum. Sebelum ada hasil

pemeriksaan kultur dan sensitivitas, antibiotika diberikan secara empiris yang

efektif terhadap kuman aerob maupun anaerob.3,8,13

Untuk kasus dengan sumber

infeksi dari oral atau odontogenik dapat diberikan Klindamisin 600 mg intravena

setiap 6-8 jam atau Ampisilin-sulbaktam 3 gr intravena setiap 6 jam atau

kombinasi Penisilin G 2-4 MU intravena setiap 4-6 jam dan Metronidazole 500

mg intravena setiap 6-8 jam. Jika sumber infeksi berasal dari rhinogenik atau

otogenik dapat diberikan Ampisilin-sulbaktam 3 gr intravena setiap 6-8 jam atau

kombinasi Seftriakson 1 gr intravena setiap 24 jam dan Metronidazole 500 mg

intravena setiap 6-8 jam atau kombinasi Siprofloksasin 400 mg intravena setiap

12 jam dan Klindamisin 600 mg intravena setiap 6-8 jam. Pada pasien dengan

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus atau MRSA dapat diberikan

Vankomisin 1000 mg (15 mg/kg) intravena setiap 12 jam atau Linezolide 600 mg

intravena setiap 12 jam. Pada pasien-pasien dengan immunocompromised ada

beberapa pilihan terapi diantaranya adalah kombinasi Sefepim 2 gr intravena

setiap 12 jam dan Metronidazole 500 mg intravena setiap 6-8 jam, Imipenem 500

mg intravena setiap 6 jam, Meropenem 1 gr intravena setiap 8 jam atau

Piperasilin-tazobaktam 4,5 gr intravena setiap 6 jam. Terapi parenteral diberikan

sampai pasien bebas panas dan terdapat perbaikan klinis dalam 48 jam. Setelah

itu dapat dilanjutkan dengan pemberian antibiotika oral selama 2-3 minggu.

Pemberian antibiotika dapat diperpanjang apabila terdapat komplikasi.17

Page 11: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

11

Setelah ada hasil uji kepekaan antibiotika terhadap kuman penyebab maka

diberikan antibiotika yang sesuai. Jika terdapat perbaikan pada pemberian

kombinasi antibiotika secara empiris maka antibiotika dapat diteruskan. Jika

tidak, maka antibiotika diganti sesuai uji kepekaan.1,3

2.2.7. Komplikasi

Komplikasi dari abses leher dalam yang dapat terjadi diantaranya adalah

sumbatan jalan nafas, mediastinitis, abses paru, pneumonia, perikarditis,

trombosis vena jugularis dan ruptur arteri karotis.7,8

III. KERANGKA KONSEP

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif retrospektif

dengan mengambil data sekunder dari catatan medis penderita infeksi leher

dalam yang berobat ke RSUP Sanglah Denpasar.

Infeksi gigi, infeksi

orofaring, benda asing,

sialolit,sialadenetis,trauma,

tuberkulosis

Karakteristik:

Jenis kelamin

Usia

Keluhan utama

Kultur kuman

Sensitifitas antibiotika

Lama perawatan

Faktor penyulit

Komplikasi

Inflamasi

Pembentukan pus

Abses leher dalam

Page 12: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

12

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poliklinik THT-KL, ruang rawat inap dan IRD

RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Januari sampai Desember 2014.

4.3. Penentuan Sumber Data

4.3.1. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah semua penderita infeksi leher dalam yang

berobat ke RSUP Sanglah Denpasar pada bulan Januari sampai Desember 2014.

4.3.2. Sampel penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu setiap

penderita yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dimasukkan sebagai sampel

penelitian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah penderita yang terdiagnosis abses

leher dalam dan berobat ke RSUP Sanglah Denpasar mulai periode Januari 2014

sampai Desember 2014. Kriteria eksklusi adalah penderita dengan catatan medis

yang tidak lengkap.

4.4. Definisi Operasional Variabel

a) Abses leher dalam adalah terkumpulnya pus di dalam ruang potensial

diantara fascia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber

infeksi seperti gigi, mulut, tenggorok, telinga dan leher.

b) Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.

c) Usia adalah lama hidup yang dihitung dari tahun kelahiran berdasarkan

kalender masehi.

d) Gejala adalah keluhan subyektif yang dirasakan oleh penderita.

e) Lokasi adalah ruang leher dalam yang mengalami infeksi.

f) Kultur kuman adalah pemeriksaan bakteriologi untuk menentukan jenis

kuman.

Page 13: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

13

g) Sensitifitas antibiotika adalah antibiotika yang sensitif terhadap pertumbuhan

kuman.

h) Faktor penyulit adalah kondisi atau keadaan yang mempengaruhi penyakit

dasar.

i) Komplikasi adalah penyakit yang timbul kemudian sebagai tambahan dari

abses leher dalam.

4.5. Cara Pengumpulan Data

Data diambil dari catatan medis penderita yang terdiagnosis infeksi leher

dalam dan berobat ke RSUP Sanglah Denpasar. Hasil pemeriksaan dicatat dalam

lembar pengumpulan data untuk selanjutnya dilakukan analisis.

4.6. Pengolahan Data

Hasil penelitian disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.

III. HASIL PENELITIAN

Karakteristik penderita abses leher dalam yang berobat ke RSUP Sanglah

Denpasar periode adalah sebagai berikut

Berdasarkan tabel 1. didapatkan penderita abses leher dalam sejumlah 29

orang dengan perbandingan laki-laki sejumlah 22 orang atau sebesar 75,86% dan

perempuan sejumlah 7 orang atau sebesar 21,14%.

Tabel 1. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin N Persentase (%)

Laki-laki 22 75,86

Perempuan 7 24,14

Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel 2. didapatkan karakteristik penderita abses leher dalam

berdasarkan usia terbanyak pada kelompok usia 41-50 tahun dan 51-60 tahun

masing-masing sejumlah 9 orang atau 31,03%. Sedangkan karakteristik paling

sedikit didapatkan pada kelompok usia 11-20 tahun, 61-70 tahun dan 71-80 tahun

Page 14: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

14

masing-masing sejumlah 1 orang atau 3,45%. Rata-rata usia penderita abses leher

dalam pada penelitian ini adalah 50,33 tahun.

Tabel 2. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan usia

Usia (tahun) N Persentase (%)

0-10 0 0

11-20 1 3,45

21-30 3 10,35

31-40 5 17,24

41-50 9 31,03

51-60 9 31,03

61-70 1 3,45

71-80 1 3,45

>80 0 0

Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel 3. sebanyak 29 orang penderita abses leher dalam

dengan gejala klinis nyeri, 15 orang atau pasien dengan demam, 11 orang

dengan sulit menelan, 8 orang atau dengan trismus dan 2 orang atau dengan

gejala sesak.

Tabel 3. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan gejala klinis

Gejala klinis N

Nyeri 29

Demam 15

Sulit menelan 11

Trismus 8

Sesak 2

Berdasarkan tabel 4. karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan

lokasi yang terbanyak adalah abses peritonsiler sejumlah 9 orang atau 31,04%

Page 15: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

15

dan yang paling sedikit adalah abses peritonsiler dengan pseudoangina Ludovici,

abses peritonsiler dengan pseudoangina Ludovici dan mediastinitis, abses

submandibula dengan perluasan ke regio bukal, abses submandibula dengan

mediastinitis, pseudoangina Ludovici dengan abses parafaring dan pseudoangina

Ludovici dengan pleuropneumonia masing-masing sejumlah 1 orang atau

sebanyak 3,45%.

Tabel 4. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan lokasi

Lokasi N Persentase (%)

Abses peritonsiler 9 31,04

Abses submandibula 5 17,24

Pseudoangina Ludovici 5 17,24

Abses parafaring 2 6,89

Abses parotis 2 6,89

Abses peritonsiler+pseudoangina

Ludovici

1 3,45

Abses peritonsiler+pseudoangina

Ludovici+mediastinitis

1 3,45

Abses submandibula dengan

perluasan ke regio bukal

1 3,45

Abses submandibula+mediastinitis 1 3,45

Pseudoangina Ludovici+abses

parafaring

1 3,45

Pseudoangina

Ludovici+pleuropneumonia

1 3,45

Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel 5. didapatkan karakteristik penderita abses leher dalam

berdasarkan hasil kultur kuman didapatkan terbanyak adalah jenis kuman

Streptococcus viridans sejumlah 12 orang atau 41,37%. Sedangkan jenis kuman

Streptococcus pyogens merupakan jenis kuman yang paling sedikit didapatkan

Page 16: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

16

sejumlah 1 orang atau 3,44%. Sebanyak 5 orang atau 17,24 % tidak didapatkan

adanya pertumbuhan kuman pada kultur.

Tabel 5. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan kultur kuman.

Kultur kuman N %

Streptococcus viridans 12 41,37

Streptococcus pyogens 1 3,44

Streptococcus β 3 10,34

Streptococcus α 3 10,34

Klebsiella Pneumonia 3 10,34

Enterococcus sp 2 6,88

Tidak ada pertumbuhan kuman 5 17,24

Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel 6. didapatkan karakteristik penderita abses leher dalam

berdasarkan sensitifitas terhadap antibiotika dimana dari 29 kasus hanya 24 kasus

yang didapatkan hasil tes sensitifitas antibiotika yang sensitif terhadap kuman.

Karakteristik terbanyak didapatkan sensitifitas antibiotika pada golongan

sefalosporin dan karbapenem dimana sensitif terhadap sefepim dan meropenem

masing-masing sebesar 100%. Sedangkan karakteristik paling sedikit didapatkan

sensitifitas antibiotika pada golongan tetrasiklin sebesar 20,83%.

Tabel 6. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan sensitifitas

antibiotika terhadap kuman.

Golongan

antibiotika

Nama antibiotika N=24 %

Ampisilin Ampisilin 9 37,5 Amoksisilin/asam klavulanat 12 50

Sefalosporin Sefalotin 20 83,33 Sefuroksim 20 83,33 Sefotaksim 18 75 Sefepim 24 100

Karbapenem Imipenem 18 75 Meropenem 24 100

Glikopeptida Vankomisin 12 50 Makrolid Eritromisin 8 25

Tetrasiklin Tetrasiklin 5 20,83

Linkosamid Klindamisin 10 41,66

Oksalolidinones Linezolid 20 83,33

Page 17: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

17

Kloramfenikol Kloramfenikol 7 29,16

Aminoglikosida Amikasin 10 41,66 Gentamisin 10 41,66

Fluorokuinolon Siprofloksasin 12 50 Levofloksasin 18 75

Berdasarkan tabel 7. didapatkan sejumlah 26 orang atau 89,65% pasien

tanpa faktor penyulit dan sejumlah 3 orang atau 10,35% pasien dengan faktor

penyulit yaitu diabetes mellitus, CKD (chronic kidney disease) dan ACKD

(Acute on chronic kidney disease).

Tabel 7. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan adanya penyulit

atau tidak.

Faktor penyulit N Persentase (%)

Diabetes mellitus 1 3,45

CKD(C 1 3,45

ACKD 1 3,45

Tidak ada 26 89,65

Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel 8. Karakteristik penderita abses leher dalam dengan

lama rawat inap terbanyak adalah selama 4 dan 6 hari sejumlah masing-masing 5

orang atau 17,24%. Karakteristik lama rawat inap yang paling sedikit adalah

selama 9,11,15,20,21,33 hari sejumlah masing-masing 1 orang atau 3,45%. Rata-

rata lama perawatan penderita abses leher dalam pada penelitian ini adalah 8,8

hari.

Page 18: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

18

Tabel 8. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan lama perawatan.

Lama perawatan (hari) N Persentase (%)

3 3 10,35

4 5 17,24

5 2 6,89

6 5 17,24

7 2 6,89

8 3 10,35

9 1 3,45

11 1 3,45

15 1 3,45

20 1 3,45

21 1 3,45

33 1 3,45

Jumlah 100

Berdasarkan tabel 7. didapatkan sejumlah 25 orang atau 86,22% pasien

tanpa komplikasi dan 4 orang atau 13,78% pasien dengan komplikasi.

Tabel 9. Karakteristik penderita abses leher dalam berdasarkan komplikasi

Komplikasi N Persentase (%)

Tanpa komplikasi 25 86,22

Dengan komplikasi 4 13,78

Jumlah 29 100

Page 19: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

19

VI. PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk14

dari 185 kasus abses leher

dalam didapatkan 58,9% pasien adalah laki-laki dan 41,1% pasien adalah

perempuan. Suebara dkk15

melaporkan bahwa dari total 80 kasus abses leher

dalam ditemukan 69% penderita adalah laki-laki dan 31% penderita adalah

perempuan. Pada penelitian ini ditemukan 75,86% pasien adalah laki-laki dan

24,14% pasien adalah perempuan.

Menurut Gorjon dkk16

usia rata-rata penderita abses leher dalam adalah

37,2 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk14

didapatkan usia

rata-rata penderita abses leher dalam adalah 49,5 tahun. Suebara dkk15

pada

penelitiannya melaporkan usia rata-rata penderita abses leher dalam adalah 37,1

tahun. Yang dkk7

pada penelitiannya melaporkan bahwa usia rata-rata penderita

abses leher dalam adalah 49,2 tahun. Sedangkan pada penelitian ini usia rata-rata

penderita abses leher dalam adalah 50,33 tahun.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Gorjon dkk16

didapatkan 50,6% pasien

dengan abses peritonsiler, 58% dengan abses submandibula, 23% dengan abses

parotis, 17% pasien dengan abses parafaring, 16% pasien dengan abses

retrofaring, 11% pasien dengan abses maseter, 9% pasien dengan abses

pterigomaksilari dan 7% pasien dengan pseudoangina Ludovici. Suebara dkk15

pada penelitiannya melaporkan 45% pasien dengan abses submandibula, 16,25%

pasien dengan abses submandibula dan abses parfaring, 18,75% pasien dengan

abses parafaring, 6,25% pasien dengan abses di bagian posterior leher, 6,25%

pasien abses parafaring dengan mediastinitis dan efusi pleura, 2,5% pasien

dengan abses parotis, 1,25% pasien dengan abses retrofaring, 1,25% pasien

dengan abses retrofaring dan mediastinitis, 1,25% pasien dengan abses

parafaring dan mediastinitis dan 1,25% pasien dengan abses submandibula

dengan perluasan ke mastoid. Pada penelitian ini sebanyak 31,04% pasien

dengan abses peritonsiler,17,24% pasien dengan abses submandibula,17,24%

Page 20: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

20

pasien dengan pseudoangina Ludovici, 6,89% pasien dengan abses parafaring,

6,89% pasien dengan abses parotis, 3,45% pasien dengan abses peritonsiler dan

pseudoangina Ludovici, 3,45% pasien abses peritonsiler dengan pseudoangina

Ludovici dan mediastinitis, 3,45% pasien abses submandibula dengan perluasan

ke regio bukal, 3,45% pasien abses submandibula dengan mediastinitis, 3,45%

pasien pseudoangina Ludovici dengan abses parafaring dan 3,45% pasien

pseudoangina Ludovici dengan pleuropneumonia.

Pada penelitian yang dilakukan Kamath dkk4

ditemukan sebanyak 66%

pasien dengan gejala klinis sulit menelan, sebanyak 59% dengan nyeri pada

leher, 48% dengan demam, 21% dengan trismus dan sesak sebanyak 17%.

Suebara dkk15

pada penelitiannya melaporkan pasien abses leher dalam dengan

gejala klinis nyeri sebanyak 98,75%, demam sebanyak 85%, nyeri menelan

sebanyak 23,75%, sulit menelan sebanyak 11,25%, sesak sebanyak 10% dan

nyeri pada gigi sebanyak 3,75%. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 100%

penderita abses leher dalam dengan gejala klinis nyeri, 51,72% pasien dengan

demam, 37,93% dengan sulit menelan, 27,58% dengan trismus dan 6,89%

dengan gejala sesak.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yang dkk7

dilaporkan bahwa kuman

terbanyak yang ditemukan pada penderita abses leher dalam adalah

Streptococcus viridans sebanyak 48,31% kemudian Klebsiella pneumoniae

sebanyak 29,21% dan Staphylococcus aureus sebanyak 14,60%. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Huang dkk14

kuman terbanyak yang ditemukan adalah

Streptococcus viridans dan Klebsiella pneumoniae dalam jumlah yang sama

banyak yaitu 33,9%. Pada penelitian ini hasil kultur kuman didapatkan

terbanyak adalah jenis kuman Streptococcus viridans sejumlah 12 orang atau

41,37%. Sedangkan jenis kuman Streptococcus pyogens merupakan jenis kuman

yang paling sedikit didapatkan sejumlah 1 orang atau 3,44%. Sebesar 17,24%

tidak didapatkan adanya pertumbuhan kuman pada kultur.

Menurut penelitian yang dilakukan Yang dkk7

dilaporkan bahwa sensitifitas

terhadap antibiotika Ceftriaxone dan Clindamycin sebanyak 76,40% terhadap

Ceftriaxone dan Metronidazole sebanyak 70,79% terhadap Penicillin,

Page 21: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

21

Gentamicin dan Clindamycin sebanyak 67,42% dan sebanyak 61,80% terhadap

Cefuroxime dan Clindammycin. Pada penelitian ini karakteristik penderita abses

leher dalam berdasarkan sensitifitas terhadap antibiotika dimana dari 29 kasus

hanya 24 kasus yang didapatkan hasil tes sensitifitas antibiotika yang sensitif

terhadap kuman. Karakteristik terbanyak didapatkan sensitifitas antibiotika pada

golongan sefalosporin dan karbapenem dimana sensitif terhadap sefepim dan

meropenem masing-masing sebesar 100%. Sedangkan karakteristik paling

sedikit didapatkan sensitifitas antibiotika pada golongan tetrasiklin sebesar

20,83%.

Suebara dkk15

melaporkan bahwa sebanyak 23,75% pasien abses leher

dalam dengan faktor penyulit yaitu diabetes mellitus, 17,5% pasien dengan

hipertensi, 11,25% dengan penyakit jantung, 8,75% dengan penyakit kanker, 5%

dengan penyakit paru, 3,75% dengan infeksi HIV dan sebanyak 3,75%

merupakan pengguna narkoba. Huang dkk14

pada penelitiannya menemukan

bahwa sebanyak 34,1% pasien abses leher dalam dengan penyakit sistemik

diantaranya 88,8% dengan diabetes mellitus, 9,5% dengan uremia atau gagal

ginjal kronis, 4,8% pasien dengan sirosis hati, 2,4% pasien dengan sindrom

mielodisplastik dan sebanyak 1,2% pasien dengan keganasan pada lambung

yang sedang menjalani kemoterapi. Pada penelitian ini 89,65% pasien tanpa

faktor penyulit dan sebanyak 3 orang atau 10,35% pasien dengan faktor penyulit

yaitu diabetes mellitus, CKD dan ACKD.

Huang dkk14

melaporkan pada penelitiannya lama perawatan pasien abses

leher dalam rata-rata adalah 13 hari. Pasien dengan diabetes mellitus rata-rata

selama 19,7 hari, pasien dengan komplikasi rata-rata 27,3 hari. Pada penelitian

ini didapatkan rata-rata lama perawatan pasien abses leher dalam adalah 8,8 hari.

Huang dkk14

juga melaporkan bahwa sebanyak 16,2% pasien dengan

komplikasi sedangkan pada penelitian ini sebanyak 13,78% pasien dengan

komplikasi.

Page 22: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

22

IV. KESIMPULAN

Dua puluh sembilan penderita dengan abses leher dalam diinklusi pada

penelitian ini dengan menilai karakteristik yang berhubungan dengan jenis

kelamin, usia, keluhan, diagnosis, kultur kuman, sensitifitas terhadap

antibiotika, lama perawatan, faktor penyulit serta komplikasi. Penderita dengan

abses leher dalam yang datang ke RSUP Sanglah periode Januari sampai

Desember 2014 dengan distribusi jenis kelamin yaitu laki-laki yaitu 75,86% dan

perempuan 24,14% dengan rata-rata usia 50,33 tahun. Penderita abses leher

dalam dengan diagnosis terbanyak adalah abses peritonsiler sebanyak 31,04%.

Sebesar 100% penderita abses leher dalam dengan gejala klinis nyeri. Pada

kultur kuman yang terbanyak ditemukan adalah Streptococcus viridans

sebanyak 41,37% dan sensitifitas antibiotika pada golongan sefalosporin dan

karbapenem dimana sensitif terhadap sefepim dan meropenem masing-masing

sebesar 100%. Penderita abses leher dalam sebanyak 89,65% tanpa faktor

penyulit. Rata-rata lama perawatan pasien abses leher dalam pada penelitian ini

adalah 8,8 hari. Penderita abses leher dalam sebanyak 86,22% tanpa komplikasi.

Page 23: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Novialdi, Pulungan MR. Pola kuman abses leher dalam. Bagian THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2010. Diunduh dari url:

http://repository.unand.ac.id/18384. Diakses tanggal 24 Agustus 2015.

2. Novialdi, Triana W. Abses leher dalam multipel dengan kesulitan intubasi

dan komplikasi fistula faringokutan. Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas. 2011. Diunduh dari url:

http://repository.unand.ac.id/18174. Diakses tanggal 14 Agustus 2015.

3. Rahardjo SP. Infeksi leher dalam. Graha Ilmu: Jakarta; 2006

4. Kamath MP, Shetty AB, Hegde MC, Sreedharan S, Bhojwani K,

Padmanabhan K, dkk. Presentation and management of deep neck space

abscess. Indian Journal of otolaryngology and Head and Neck Surgery (serial

online) 2003 Okt-Des; 1 (1). Diunduh dari url:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23119999. Diakses tanggal 5 Agustus

2015.

5. Abshirini H, Alavi SM, Rekabi H, Hosseinnejad F, Ghazipour A, Yavari M,

dkk. Predisposing factors for the complications of deep neck infection.

Iranian Journal of Otolaryngology (serial online) 2010 April. Diunduh dari

url: http://ijorl.mums.ac.id. Diakses tanggal 4 Agustus 2015.

6. Coelho MS, Ramos G, Prestes LC, Andrea S, de Oliviera MSB, Lobo P. Deep

neck infections-classification in levels of severity. Intl Arch Otorhinolaryngol

[serial online] 2009 Jun. Diunduh dari url: http://www.arquivosdeorl.org.br.

Diakses tanggal 4 Agustus 2015.

7. Yang SW, Lee MH, See LC, Huang SH, Chen TM, Chen TA. Deep neck

abscess-an analysis of microbial etiology and the effectiveness of antibiotics

(serial online) 2008. Diunduh dari url:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3108716. Diakses tanggal 6

Oktober 2015.

Page 24: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

24

8. Aynehchi BB, Har-El G. Deep neck infections. Dalam: Johnson JT, Rosen

CA, penyunting. Bailey’s Head and neck Surgery-Otolaryngology. Edisi ke-

5. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins. 2014; h. 794-814.

9. Hegde A, Mohan S, Lim WEH. Infections of the deep neck spaces. Singapore

Med J (serial online) 2011; 53 (50). Diunduh dari url:

http://apamedcentral.orgi. Diakses tanggal 6 Oktober 2015.

10. Conrad DE, Parikh SR. Deep neck infections. Infectious Disorders-Drug

Targets (serial online) 2011; 12 (4). Diunduh dari url:

http://www.ingentaconnect.com. Diakses tanggal 28 September 2015.

11. Reilly BK, Reilly JS. Retropharyngeal abscess: diagnosis and treatment

update. Infectious Disorders-Drug Targets (serial online) 2012; 12 [4].

Diunduh dari URL: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22338591. Diakses

tanggal 28 September 2015.

12. Biron VL, Kurien G, Dziegielewski P, Barber B, Seikaly H. Surgical vs

ultrasound-guided drainage of deep neck space abscesses: a randomized

controlled trial;surgical vs ultrasound drainage. Journal of Otolaryngology-

Head & Neck Surgery (serial online) 2013; 42 (18). Diunduh dari url:

http://www.journalotohns.com/content/42/1/18. Diakses tanggal 17 Oktober

2015.

13. Garca MF, Budak A, Demir N, Cankaya H, Kiroglu AF. Characteristics of

deep neck infection in children according to weight percentile. Clinical and

Experimental Otorhinolaryngology (serial online) 2014 Jun; 7 (2). Diunduh

dari url: http://dx.doi.org/10.3342/ceo.2014.7.2.133. Diakses tanggal 25

September 2015.

14. Huang TT, Liu TC, Chen PR, Tseng FY, Yeh TH, Chen YS. Deep neck

infection: analysis of 185 cases. Wiley InterScience. 2004 Oktober:h.855-60.

15. Suebara AB,Goncalves AJ, Alcadipani FAMC, Kavabata NK, Menezes MB.

Deep neck infection: analysis of 80 cases. Brazillian Journal of

Otorhinolaringology 74(2).2008 Mar-Apr;h.253-9.

16. Gorjon PS, Perez PB, Martin ACM, Dios JCP, Alonso SE, Cabanillas MIC.

Deep neck infection: review of 286 cases. Elsevier Espana 2011 Jun:h.32-41.

Page 25: Laporan Penelitian KARAKSTERISTIK PENDERITA ABSES LEHER … · 2017. 6. 4. · Abses peritonsil merupakan terkumpulnya materi purulen yang terbentuk diluar kapsul tonsil dekat kutub

25

17. Shah UK, Hall MB. Deep neck space infections empiric therapy. Diunduh

dari url:http;//www.emedicine.medscape.com/article/2014986-overview.

Diakses tanggal 20 Februari 2016.