referat edem paru

Upload: faqih-alam-ruqmana

Post on 03-Apr-2018

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 referat edem paru

    1/21

    1

    I. PENDAHULUAN

    A. Dasar Teori

    Masuknya cairan ekstravaskular ke dalam paru merupakan masalah klinis

    yang penting. Ini merupakan manifestasi klinis dari penyakit penyerta yang

    serius. Edema paru dapat di terapi, tetapi terapi yang efektif adalah untuk

    menyelamatkan pasien dari gangguan yang mendasari keseimbangan cairan

    paru. Penyebab gangguan sering dapat diketahui, dan dikoreksi. Karena terapi

    yang efektif dan rasional bergantung pada prinsip dasar dari normal dan

    tidaknya distribusi cairan di paru (Nadel, 2000).

    Edema paru dibedakan oleh karena sebab Kardiogenik dan Non-

    kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya juga

    berbeda. Edema paru kardiogenik disebabkan oleh gagal jantung kiri apapun

    sebabnya. Edema paru kardiogenik yang akut disebabkan oleh gagal jantung

    kiri akut. Sedangkan untuk edema paru non-kardiogenik disebabkan oleh

    penyakit dasar di luar Jantung (Ruggie, 2004).

    Manfaat penulisan referat ini ditujukan untuk mempelajari edema paru,

    khususnya gambaran radiologis penyakit edema paru sebagai alat untuk

    menegakkan diagnosis. Hal ini dapat mengoptimilisasi kemampuan dan

    pelayanan dalam merawat pasien yang menderita penyakit edema paru.

  • 7/29/2019 referat edem paru

    2/21

    2

    II. ISI

    A. DefinsiEdema paru adalah akumulasi cairan di paru-paru yang dapat disebabkan

    oleh tekanan intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiak) atau karena

    peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang

    mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan. Pada sebagian besar edema

    paru secara klinis mempunyai kedua aspek tersebut di atas, sebab sangat sulit

    terjadi gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan tekanan pada

    mikrosirkulasi atau sebaliknya. Walaupun demikian penting sekali untuk

    menetapkan factor mana yang dominan dari kedua mekanisme tersebut

    sebagai pedoman pengobatan (Harun, 2006).

    B. Etiologi1. Ketidak-seimbangan Starling Forces :

    a. Peningkatan tekanan kapiler paru :1)Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan fungsi

    ventrikel kiri (stenosis mitral).

    2)Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh karena gangguanfungsi ventrikel kiri.

    3)Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder olehkarena peningkatan tekanan arteria pulmonalis (over perfusion

    pulmonary edema).

    b. Penurunan tekanan onkotik plasma.1)Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati,

    protein-losing enteropaday, penyakit dermatologi atau penyakitnutrisi.

    c. Peningkatan tekanan negatif intersisial :1)Pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi pleura

    (unilateral).

    2)Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi salurannapas akut bersamaan dengan peningkatan end-expiratory volume

    (asma).

  • 7/29/2019 referat edem paru

    3/21

    3

    d. Peningkatan tekanan onkotik intersisial.1)Sampai sekarang belum ada contoh secara percobaan maupun

    klinik.

    2. Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler (Adult RespiratoryDistress Syndrome)

    a. Pneumonia (bakteri, virus, parasit).b. Bahan toksik inhalan (phosgene, ozone, chlorine, asap Teflon,

    NO2, dsb).

    c. Bahan asing dalam sirkulasi (bisa ular, endotoksin bakteri, alloxan,alpha-naphthyl thiourea).

    d. Aspirasi asam lambung.e. Pneumonitis radiasi akut.f. Bahan vasoaktif endogen (histamin, kinin).g.Disseminated Intravascular Coagulation.h. Imunologi : pneumonitis hipersensitif, obat nitrofuranton,

    leukoagglutinin.

    i. Shock Lungoleh karena trauma di luar toraks.j. Pankreatitis Perdarahan Akut.

    3. Insufisiensi Limfatik:a.Post Lung Transplant.

    b.Lymphangitic Carcinomatosis.c.Fibrosing Lymphangitis (silicosis).

    4. Tak diketahui/tak jelasa.High Altitude Pulmonary Edema.

    b.Neurogenic Pulmonary Edema.

    c.Narcotic overdose.d.Pulmonary embolism.e.Eclampsiaf.Post Cardioversion.g.Post Anesthesia.h.Post Cardiopulmonary Bypass.

  • 7/29/2019 referat edem paru

    4/21

    4

    C. KlasifikasiEdema paru dapat disebabkan oleh banyak faktor yang berbeda. Ia dapat

    dihubungkan dengan gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema

    (edema paru kardiak), atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk

    sebagai non-cardiogenic pulmonary edema (edema paru nonkardiak)

    (Fishman, 2008).

    Perbandingan diagnosis Edema Paru Kardiak dan Nonkardiak (Nadel,

    2000):

    Edema paru kardiak Edema paru nonkardiak

    Riwayat Penyakit :Penyakit Jantung Akut Penyakit Dasar di luar Jantung

    Pemeriksaan Klinik :

    Akral dingin

    S3 gallop/Kardiomegali

    Distensi vena jugularis

    Ronki basah

    Akral hangat

    Pulsasi nadi meningkat

    Tidak terdengar gallop

    Tidak ada distensi vena jugularis

    Ronki kering

    Tes Laboratorium :

    EKG : Iskhemia/infark

    Ro : distribusi edema perihiler

    Enzim jantung mungkin meningkatTekanan Kapiler Paru > 18mmHg

    Intrapulmonary shunting :

    meningkat ringan

    Cairan edema/protein serum < 0,5

    EKG : biasanya normal

    Ro : distribusi edema perifer

    Enzim jantung biasanya normalTekanan Kapiler Paru < 18mmHg

    Intrapulmonary shunting : sangat

    meningkat

    Cairan edema/serum protein > 0,7

    Secara patofisiologi penyakit dasar penyebab edema paru kardiak dibagi

    menjadi 3 kelompok : Peningkatan afterload (Pressure overload) : terjadi

    beban yang berlebihan terhadap ventrikel pada saat sistolik. Contohnya ialah

    hipertensi dan stenosis aorta; Peningkatan preload (Volume overload) : terjadi

    beban yang berlebihan saat diastolik. Contohnya ialah insufisiensi mitral,

    insufisiensi aorta, dan penyakit jantung dengan left-to-right shunt(ventricular

    septal defect); Gangguan kontraksi otot jantung primer : pada infark miokard

    akut jaringan otot yang sehat berkurang, sedangkan pada kardiomiopati

    kongestif terdapat gangguan kontraksi otot jantung secara umum (Fishman,

    2008).

    Penyebab edema paru non kardiak secara patofisiologi dibagi menjadi :

    Peningkatan permeabilitas kapiler paru (ARDS) : tenggelam, inhalasi bahan

  • 7/29/2019 referat edem paru

    5/21

    5

    kimia, dan trauma berat; Peningkatan tekanan kapiler paru : pada sindrom

    vena kava superior, pemberian cairan berlebih, dan transfusi darah;

    penurunan tekanan onkotik plasma : sindrom nefrotik dan malnutrisi

    (Braunwauld, 2001).

    D. EpidemiologiEpidemiologi edema paru lebih sering terdapat pada negara-negara

    eropa berkisar 0,4% - 2 % dan meningkat pada usia yang lebih lanjut, dengan

    rata-rata umur 74 tahun. Karena salah satu faktor resiko edema paru merupan

    infark miokard Prognosis edema paru akan malam bila dasar atau

    penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Dari 50 % dari pasien infark miokard

    dengan edema paru akan meninggal dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan

    pada keadaan infark miokard berat dengan edema paru lebih dari 50 % akan

    meninggal dalam tahun pertama. (Price, 2006)

    E. Faktor resikoFaktor resiko dari edema paru yaitu (Price, 2006):

    1. Olahraga pada ketinggian yang sangat tinggi

    2. Mengalami episode infark miokard sebelumnya

    3. Sedang menderita gagal ginjal

    4. Sedang menderita Infeksi Saluran Pernafasan

    5. Sedang menderita Stenosis Katup Mitral

    6. Telah didiagnosa mengidap Kardiomiopati

    7. Telah didiagnosa mengidap Stenosis Katup Aorta

    F. Tanda dan gejala1. Edema Paru Kardiogenik

    a. AkutMerupakan proses sekunder, dapat dilihat pada dilatasi jantung yang

    akut selama perjalanan penyakit jantung yang kronis, terutama gangguan

    ventrikel kiri atau pada stenosis mitral. Penderita tiba-tiba sesak, dada

    tertekan dan sering sianosis. Ada ronki pada bagian basal atau menyeluruh

    (Hood, 2009).

  • 7/29/2019 referat edem paru

    6/21

    6

    b. KronisSering terdapat pada kegagalan jantung kiri dan stenosis mitral,

    tetapi dapat juga pada retensi cairan atau pada penderita yang lama

    berbaring karena suatu penyakit. Pada tahap pertama terdapat ronki basah

    halus pada basis atau pada posisi tidur di satu sisi. Pada keadaan lebih

    lanjut, penderita sesak sekali, suara napas berkurang dan kadang-kadang

    terdengar suara bronkovaskular. Bahkan pada keadaan bendungan yang

    hebat, akan terjadi hidrotoraks (Hood, 2009).

    2. Edema non-kardiogenikGejala klinis dari gagal nafas adalah nonspesifik dan mungkin

    minimal, walaupun terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang

    berat. Tanda utama dari kecapaian pernafasan adalah penggunaan otot

    bantu nafas, takipnea, takikardia, menurunnya tidal volume, pola nafas

    ireguler atau terengah-engah (gasping) dan gerakan abdomen yang

    paradoksal ( Palililingan JF, 2012).

    G. Penegakan diagnosis1. Edema Paru Kardiogenik

    a. AkutMerupakan proses sekunder, dapat dilihat pada dilatasi jantung yang

    akut selamaperjalanan penyakit jantung yang kronis, terutama gangguan

    ventrikel kiri atau padastenosis mitral. Penderita tiba-tiba sesak, dada

    tertekan dan sering sianosis. Ada ronkipada bagian basal atau menyeluruh.

    (Abdul mukti, 2009)

    b. KronisSering terdapat pada kegagalan jantung kiri dan stenosis mitral, tetapi

    dapat jugapada retensi cairan atau pada penderita yang lama berbaring

    karena suatu penyakit. Padatahap pertama terdapat ronki basah halus pada

    basis atau pada posisi tidur di satu sisi.Pada keadaan lebih lanjut, penderita

    sesak sekali, suara napas berkurang dan kadang-kadang terdengar suara

    bronkovaskular. Bahkan pada keadaan bendungan yang hebat,akan terjadi

    hidrotoraks. (Abdul mukti, 2009).

    2. Edema non-kardiogenik

  • 7/29/2019 referat edem paru

    7/21

    7

    Gejala klinis dari gagal nafas adalah nonspesifik dan mungkin

    minimal,walaupun terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang

    berat. Tanda utama darikecapaian pernafasan adalah penggunaan otot

    bantu nafas, takipnea, takikardia,menurunnya tidal volume, pola nafas

    ireguler atau terengah-engah (gasping) dangerakan abdomen yang

    paradoksal. (Abdul mukti, 2009)

    Anamnesis

    Edema paru kardiak berbeda dari ortopnea dan paroksismal

    nocturnaldyspnea, karena kejadiannya yang bisa sangat cepat dan terjadinya

    hipertensi pada kapiler paru secara ekstrim. Keadaan ini merupakan

    pengalaman yangmenakutkan bagi pasien karena mereka merasa ketakutan,

    batu-batuk dan sepertiseorang yang akan tenggelam. Pasien biasnaya dalam

    posisi duduk agar dapatmempergunakan otot-otot bantu nafas dengan lebih

    baik saat respirasi, atausedikit membungkuk ke depan, sesak hebat,

    mungkin disertai sianosis, seringberkeringat dingin, batuk dengan sputum

    yang berwarna kemerahan. (Abdul mukti, 2009)

    Pemeriksaan fisik

    Dapat ditemukan frekuensi nafas yang meningkat, dilatasi

    alae nasi,akan terlihat retraksi inspirasi pada sela intercostal dan fossa

    supraklavikulayang menunjukkan tekanan negative intrapleural yang besar

    dibutuhkan padasaat inspirasi. Pemeriksaan pada paru akan terdengar ronki

    basah kasar setengahlapangan paru atau lebih, sering disertai wheezing.

    Pemeriksaan jantung dapatditemukan protodiastolik gallop, bunyi jantung II

    pulmonal mengeras, dantekanan darah dapat meningkat. .(Sjaharudin Harun

    & Sally Aman Nasution, 2006)

    Radiologis

    Pada foto toraks menunjukkan hilus yang melebar dan densitas

    meningkatdisertai tanda bendungan paru, akibat edema interstisial atau

    alveolar.(Sjaharudin Harun & Sally Aman Nasution, 2006)

  • 7/29/2019 referat edem paru

    8/21

    8

    Foto thoraks

    Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray

    dada.Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putihterpusatyang menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah

    utamanyaplus tulang-tulang dari vertebral column,dengan bidang-bidang

    paru yangmenunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada

    setiap sisi, yangdilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding

    dada.X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin

    menunjukkan lebih banyak tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru

    daripada biasanya. Kasus-kasusyang lebih parah dari pulmonary edema

    dapat menunjukan opacification(pemutihan) yang signifikan pada paru-paru

    denganvisualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang

    normal.Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai

    akibatdari pulmonary edema, namun

    ia mungkin memberikan informasiyang minimal tentang penyabab yang

    mungkin mendasarinya.

    Gambaran Radiologi yang ditemukan:

    1.Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vascular di hilus)

    2.Coarakan paru meningkat (lebih dari 1/3 lateral)

    3.Kranialisasi vaskuler

    4.Hilus suram (batas tidak jelas)

    5.Interstitial fibrosis (gambaran seperti granuloma-granuloma kecil atau

    nodulmilier)

    (Abdul mukti, 2009)

  • 7/29/2019 referat edem paru

    9/21

    9

    Gambar 1: Edema Intesrtitial

    Gambaran underlying disease (kardiomegali,efusi pleura, diafragma kanan letak

    tinggi). (Abdul mukti, 2009)

    Gambar 2: Kardiomegali dan edema paru

  • 7/29/2019 referat edem paru

    10/21

    10

    1.Infiltrat di daerah basal (edema basal paru)

    2.Edema butterfly atau Bats Wing (edema sentral)

    Gambar 3: Bats Wing

    Edema localized (terjadi pada area vaskularisasi normal, pada paru

    yangmempunyai kelainan sebelumnya, contoh: emfisema). (Abdul mukti, 2009)

    CT-Scan

    CT-Scan resolusi tinggi dapat menunjukkan konsolidasi wilayah udara

    luas,yang mungkin memiliki distribusi yang dominan di daerah paru-paru.Sebuah

    pola retikuler dengan distribusi anterior mencolok sering ditemuin padaCT-Scan

    pada penderita ARDS, hal ini terkait dengan durasi tekanan-dikendalikanventilasi,

    invers-rasio. (Alpert, 2010)

    Laboratorium

    Kelainan pemeriksan laboratorium sesuai dengan penyakit dasar.

    Ujidiagnostic yang dapat dipergunakan untuk membedakan dengan penyakit

  • 7/29/2019 referat edem paru

    11/21

    11

    lainmisalnya asma bronkial adalah pemeriksaan kadar BNP (brain

    natriuretic peptide) plasma. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan

    dapatmenyingkirkan penyebab dyspnea lain seperti asma bronkial akut. Pada

    kadarBNP plasma yang menengah atau sedang dan gambaran radiologis yang

    tidak spesifik, harus dipikirkan penyebab lain yang dapat mengakibatkan

    terjadinyagagal jantung tersebut, misalnya restriksi pada aliran darah di katup

    mitral yangharus dievaluasi dengan pemeriksaan penunjang lain seperti

    ekokardiografi. ( Arif, 2009 )

    EKG

    Pemeriksaan EKG bisa normal atau seringkali didapatkan tanda-tanda

    iskemiaatau infark pada infark miokard akut dengan edema paru. Pasien dengan

    krisishipertensi gambaran elektrokardiografi biasanya menunjukkan

    gambaranhipertrofi ventrikel kiri. Pasien dengan edema paru kardiogenik tetapi

    yang non-iskemik biasanya menunjukkan gambaran gelombang T negatif yang

    lebardengan QT memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam 24 jam

    setelahklinis stabil dan menghiland dalam 1 minggu. Penyebab dari keadaan non-

    iskemik ini belum diketahui tetapi ada beberapa keadaan yang dikatakandapatmenjadi penyebab, antara lain: iskemia sub-endokardial yang

    berhubungandengan peningkatan tekanan pada dinding, peningkatan akut tonus

    simpatiskardiak atau peningkatan elektrikal akibat perubahan metabolik

    ataukatekolamin (Sjaharudin Harun & Sally Aman Nasution,2006)

    Ekokardiografi

    Gambaran penyebab gagal jantung: kelainan katup,

    hipertrofi ventrikel(hipertensi), segmental wall motion abnormally (Penyakit

    Jantung Koroner), danumumnya ditemukan dilatasi ventrikel kiri dan atrium kiri.

    Alat-alat diagnostik lain yang digunakan dalam menilai penyebab yang mendasari

    dari pulmonaryedema termasuk pengukuran dari plasma B-type natriuretic peptide

    (BNP) atauN-terminal pro-BNP. Ini adalah penanda protein (hormon)

    yangakantimbul dalam darah yang disebabkan oleh peregangan dari kamar-kamar

    jantung.Peningkatan dari BNP nanogram (sepermilyar gram) per liter lebih besar

  • 7/29/2019 referat edem paru

    12/21

    12

    daribeberapa ratus (300 atau lebih) adalah sangat tinggi menyarankancardiac

    pulmonary edema. Pada sisi lain, nilai-nilai yang kurang dari 100 pada dasarnya

    menyampingkan gagal jantung sebagai penyebabnya. Metode-

    metode yang lebih invasif adakalanya diperlukan untuk membedakanantara

    cardiac dan non-cardiac pulmonary edema pada situasi-situasi yang lebih rumit

    dan kritis.Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz) adalah tabung yang panjang

    dan tipis(kateter) yang disisipkan kedalam vena-vena besar dari dadaatau leher

    dan dimajukan melalui kamar-kamar sisi kanan dari jantung

    dan diletakkan kedalam kapiler-kapiler paru atau pulmonarycapillaries (cabang-

    cabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh darahdari paru-paru). Alat ini

    mempunyai kemampuan secara langsungdalam pembuluh-pembuluh paru, disebut

    pulmonary artery wedgepressure. Wedge pressure dari 18 mmHg atau lebih tinggi

    adalah konsistendengan cardiogenic pulmonary edema, Sementara wedge pressure

    yang kurang dari 18 mmHg biasanya menyokongnon-cardiogenic cause of

    pulmonary edema. Penempatan kateter Swan-Ganz daninterpretasi data dilakukan

    hanya pada intensive care unit (ICU) setting. (Abdul mukti, 2009)

    Tabel 1. Cara membedakan Edema Paru Kardiak (EPK) dan Edema Paru Non

    Kardiak (EPNK)

    ANAMNESIS EPK EPNK

    Acute cardiac event + Jarang

    Perifer Dingin ( low flow state) Hangat (high flow

    meter)

    S3 gallop + -

    JVP Meningkat Tak meningkat

    Ronki Basah Kering

    Tabel 2. Laboratorium

    EKG Iskemik Biasanya normal

    FOTO TORAKS Distribusi perihiler Distribusi perifer

    ENZIM KARDIAK Bisa meningkat Biasanya normal

    PCWP >18 mmHg

  • 7/29/2019 referat edem paru

    13/21

    13

    JVP: jugular venous pressure

    PCWP:Pulmonary Capilory wedge pressure

    (Sjaharudin Harun & Sally Aman Nasution,2006)

    H. Patogenesis

    Gambar I : Patgenesis Edema Paru

    (sumber : Harun, 2006)

    Terdapat dua mekanisme terjadinya edema paru:

    1. Membran kapiler alveoliEdema paru terjadi jika terdapat perpindahan cairan dari ruang

    interstitial atau ke alveoli yang melebihi jumlah pengambilan cairan ke

    dalam pembuluh darah dan aliran cairan ke sistem pembuluh limfe. Dalam

    keadaan normal terjadi pertukaran cairan, koloid dansolute dari pembuluh

    darah ke ruang interstitial. Studi eksperimental membuktikan bahwa

    hukum Starling dapat diterapkan pada sirkulasi paru dengan sirkulasi

    sistemik (Harun, 2006).

    Q(iv-int) = Kf[(PivPint)f(ivint)]

    Di mana:

    Q = Kecepatan transudasi dari pembuluh darah ke ruang interstitial.

    Piv = Tekanan hidrostatik intravaskuler.

    Alveoli dipenuhi kelebihan cairan yang

    merembes keluar dari pembuluh darah

    Menimbulkan masalah pertukaran

    gas (oksigen dan karbondioksida)

    Kesulitan bernapas

    Oksigenasi ke darah memburuk

  • 7/29/2019 referat edem paru

    14/21

    14

    Pint = Tekanan hidrostatik interstitial.

    iv = Tekanan osmotik koloid intravaskuler.

    int = Tekanan osmotik koloid interstitial.

    f = Koefisien refleksi protein.

    Kf = Konduktans hidraulik.

    2. Sistem limfatikSistem pembuluh ini dipersiapkan untuk menerima larutan, koloid dan

    cairan balik dari pembuluh darah. Akibat tekanan yang lebih negatif di

    daerah interstitial peribronkial dan perivaskular dan dengan peningkatan

    kemampuan dari interstitium nonalveolar ini, cairan lebih sering

    meningkat jumlahnya di tempat ini ketika kemampuan memompa darisaluran limfatik tersebut berlebihan. Sehingga ini merupakan konsekuensi

    terjadinya edema interstitial, saluran napas yang kecil dan pembuluh darah

    akan terkompresi (Harun, 2006).

    I. PatofisiologiEdema, pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi

    ketika cairan dari bagian dalam pembuluh darah merembes kedalam jaringan

    sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan. Ini dapat terjadi karena terlalu

    banyak tekanan dalam pembuluh darah atau tidak ada cukup protein dalam

    aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian dari darah yang

    tidak mengandung sel-sel darah) (Fishman, 2008).

    Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru.

    Area yang ada diluar pembuluh darah kapiler paru ditempati oleh kantong-

    kantong udara yang sangat kecil yang disebut alveoli. Ini adalah tempat

    dimana oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan

    karbondioksida dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan

    keluar. Alveoli normalnya mempunyai dinding yang sangat tipis yang

    mengizinkan pertukaran udara ini, dan cairan biasanya dijauhkan dari alveoli

    kecuali dinding-dinding ini kehilangan integritasnya. Edema paru terjadi

    ketika alveoli dipenuhi dengan cairan yang merembes keluar dari pembuluh

    darah dalam paru sebagai ganti udara. Ini dapat menyebabkan persoalan

    pertukaran gas (oksigen dan karbondioksida), berakibat pada kesulitan

  • 7/29/2019 referat edem paru

    15/21

    15

    bernapas dan oksigenasi darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk

    sebagai air di dalam paru ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien

    (Fishman, 2008).

    Faktor-faktor yang membentuk dan merubah formasi cairan di luar

    pembuluh darah dan di dalam paru di tentukan dengan keseimbangan cairan

    yang dibuat oleh Starling.

    Qf = Kf (Pmv Ppmv)(mv - pmv)

    dimana Qf = aliran cairan transvaskuler; Kf = koefisien filtrasi; Pmv =

    tekanan hidrostatik pembuluh kapiler; Ppmv = tekanan hidrostatik pembuluh

    kapiler intersisial; = koefisien refleksi osmosis; mv = tekanan osmotic

    protein plasma; pmv = tekanan osmotic protein intersisial (Fishman, 2008).

    Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru dapat terjadi pada

    Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan fungsi ventrikel kiri

    (stenosis mitral); Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh karena

    gangguan fungsi ventrikel kiri; Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder

    oleh karena peningkatan tekanan arteri pulmonalis (Fishman, 2008).

    Penurunan tekanan onkotik plasma pada hipoalbuminemia sekunder oleh

    karena penyakit ginjal, hati, atau penyakit nutrisi (Fishman, 2008).

    Peningkatan tekanan negatif interstisial pada pengambilan terlalu cepat

    pneumotorak atau efusi pleura (unilateral); Tekanan pleura yang sangat

    negatif oleh karena obstruksi saluran napas akut bersamaan dengan

    peningkatan volume akhir ekspirasi (asma) (Fishman, 2008).

  • 7/29/2019 referat edem paru

    16/21

    16

    J. Gambaran Histopatologi

    Keterangan : alveolus berisi cairan merah muda

    Gambar II : Histopatologi Edema paru

    (Sumber : Kumar, 2007)

    K. Terapi baruPenatalaksanaan pada pasien dengan edema paru terlebih dahulu kita cari

    penyakit yang mendasari terjadinya edema. Karena merupakan faktor yang

    sangat penting dalam pengobatan, sehingga perlu diketahui dengan segera

    penyebabnya ( Harun, 2006 ).

    Karena terapi spesifik tidak selalu dapat diberikan sampai penyebab

    diketahui, maka pemberian terapi suportif sangatlah penting. Tujuan umum

    adalah mempertahankan fungsi fisiologik dan seluler dasar. Yaitu dengan

    cara memperbaiki jalan napas, ventilasi yang adekuat, dan oksigenasi.

    Pemeriksaan tekanan darah dan semua sistem sirkulasi perlu ditinjau, infus

    juga perlu dipasang ( Harun, 2006 ).1. Letakkan pasien dalam posisi duduk sehingga meningkatkan volume dan

    kapasitas vital paru, mengurangi usaha otot pernafasan, dan menurunkan

    aliran darah vena balik ke jantung.

    2. Sungkup O2 dengan dosis 6-10 L/menit diberikan bersamaan denganpemasangan jalur IV dan monitor EKG (O, I, M). Nonrebreather mask

    with reservoir O2 dapat menyalurkan 90-100% O2.

  • 7/29/2019 referat edem paru

    17/21

    17

    3. Oksimetri denyut dapat memberi informasi keberhasilan terapi walaupunsaturasi O2 kurang akurat karena terjadi penurunan perfusi perifer. Oleh

    karena itu, dianjurkan melakukan pemeriksaan analisis gas darah untuk

    mengetahui ventilasi dan asam basa.

    4. Tekanan ekspirasi akhir positif (positive end expiratory pressure) dapatdiberikan untuk mencegah kolaps alveoli dan memperbaiki pertukaran

    gas.

    5. Kantung nafas-sungkup muka menggantikan simple mask bila terjadihipoventilasi.

    6. Continuous positive airway pressure diberikan bila pasien bernafasspontan dengan sungkup muka atau pipa endotrakea.

    7. Intubasi dilakukan bila PaO2 tidak dapat dipertahankan di atas 60 mmHgwalau telah diberikan O2 100%, munculnya gejala hipoksi serebral,

    meningkatnya PCO2 dan asidosis secara progresif.

    8. Bila TD 70-100 mmHg disertai gejala-gejala dan tanda syok, berikanDopamin 2-20mcg/kgBB/menit IV. Bila tidak membaik dengan Dopamin

    dosis >20 mcg/kg/mnt segera tambahkan Norephinephrine 0,5-30

    mcg/menit IV, sedangkan Dopamine diturunkan sampai 10

    mcg/kgBB/menit. Bila tanpa gejala syok berikan Dobutamine 2-20

    mcg/kgBB/menit IV.

    9. Bila TD > 100 mmHg, nitrogliserin paling efektif mengurangi edemaparu karena mengurangi preload, diberikan 2 tablet masing-masing 0,4

    mg sublingual atau semprot, dapat diulang 5-10 menit bila TD tetap >90-

    100 mmHg. Isosorbide semprot oral bisa diberikan tetapi nitrogliserin

    pasta transkutan atau isosorbid oral kurang dianjurkan karenavasokonstriksi perifer tidak memungkinkan penyerapan yang optimal.

    10. Furosemide adalah obat pokok pada Edema paru, diberikan IV 0,5-1,0mg/kg. Efek bifasik dicapai pertama dalam 5 menit terjadi venodilatasi

    sehingga aliran (preload). Efek kedua adalah diuresis yang mencapai

    puncaknya setelah 30-60 menit. Efektifitas furosemide tidak harus

    dicapai dengan diuresis berlebihan. Bila furosemide sudah rutin diminum

    sebelumnya maka dosis bisa digandakan. Bila dalam 20 menit belum

  • 7/29/2019 referat edem paru

    18/21

    18

    didapat hasil yang diharapkan, ulangi IV dua kali dosis awal dan dosis

    bisa lebih tinggi bila retensi cairan menonjol dan bila fungsi ginjal

    terganggu.

    11. Morfin sulfate diencerkan dengan 9cc NaCl 0,9%, berikan 2-4 mg IV bilaTD >100mmHg. Obat ini merupakan salah satu obat pokok pada edema

    paru namun dianjurkan diberikan di rumah sakit. Efek venodilator

    meningkatkan kapasitas vena, mengurangi aliran darah balik ke vena

    sentral dan paru, mengurangi tekanan pengisian ventrikel kiri (preload),

    dan juga mempunyai efek vasodilator ringan sehingga afterload

    berkurang. Efek sedasi dari morfin sulfat menurunkan aktifitas tulang-

    otot dan tenaga pernafasan.

    L. KomplikasiEdema paru secara klinis dapat menyebabkan dispneu (sesak nafas) dan

    oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Pengoksigenan yang buruk (hypoxia)

    dapat secara potensial menjurus pada penghantaran oksigen yang berkurang

    ke organ-organ tubuh yang berbeda, seperti otak. Hal ini merupakan

    karakteristik dari gagal jantung kongestif. Pada gagal jantung, curah jantung

    tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tuuh, atau dapat memenuhi

    kebutuhan lainnya hanya dengan peningkatan tingkat pengisian (preload)

    sehingga fungsi jantung akhirnya menurun (Aaronson et al., 2010).

    M. PrognosisHingga saat ini mortalitas akibat edema paru akut termasuk yang

    disebabkan kelainan kardiak masih tinggi. Setelah mendapatkan penanganan

    yang tepat dan cepat pasien dapat membaik dengan cepat dan kembali pada

    keadaan seperti sebelum serangan. Kebanyakan dari mereka yang selamatmengatakan sangat kelelahan pada saat serangan tersebut. Di antara beberapa

    gejala edema paru ini terdapat tanda dan gejala gagal jantung (Harun, 2009).

    Prognosis jangka panjang dari edema paru akut ini sangat tergantung

    dari penyakit yang mendasarinya, misalnya infark miokard akut serta keadaan

    komorbiditas yang menyertai seperti diabetes melitus atau penyakit ginjal

    terminal. Sedangkan prediktor dari kematian di rumah sakit antara lain

  • 7/29/2019 referat edem paru

    19/21

    19

    adalah: diabetes, disfungsi ventrikel kiri, hipotensi atau syok dan kebutuhan

    akan ventilasi mekanik (Harun, 2009)

    Angka kematian di rumah sakit untuk pasien dengan edema paru sulit

    ditetapkan karena penyebab dan tingkat keparahan penyakit sangat bervariasi.

    Dalam penelitian, di rumah sakit angka kematian setinggi 15-20% (Ray,

    2005)

  • 7/29/2019 referat edem paru

    20/21

    20

    III. KESIMPULAN

    A. Edema paru adalah akumulasi cairan di paru-paru yang dapat disebabkan olehtekanan intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiak) atau karena

    peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang

    mengakibatkan terjadinya ekstravasasi

    B. Tujuan umum terapi adalah mempertahankan fungsi fisiologik dan selulerdasar. Yaitu dengan cara memperbaiki jalan napas, ventilasi yang adekuat,

    dan oksigenasi. Pemeriksaan tekanan darah dan semua sistem sirkulasi perlu

    ditinjau, infus juga perlu dipasang

  • 7/29/2019 referat edem paru

    21/21

    21

    IV. DAFTAR PUSTAKA

    Aaronson, P.I. dan J.P.T. Ward. 2010.At a Glance Sistem Kardiovaskular Edisi 2.

    Jakarta: Erlangga.

    Alpert, JS, Ewy GA. 2010. Pulmonary Edema. In : Manual of Cardiovascular

    Diagnosis and Therapy.

    Alsagaff Hood, Mukty Abdul. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.

    Surabaya:Airlangga University Press. h.323

    Arif, Syafri Kamsul. 2009. Makassar : Departement of anesthesiologi, Intensive

    Care and Pain Management Faculty of Medicine Hasanuddin University

    Braunwauld, 2001. Clinical aspect of heart failure; pulmonary edema. In :

    Braunwauld. Heart Disease. A textbook of cardiovascular medicine. 6th

    edition. WB Saunders; 7:553

    Fishman. 2008. Pulmonary disease and disorders, fourth edition, volume one,

    United States, 593-617

    Harun S, Nasution SA. Edema Paru Akut. In : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,

    Simandibarata, Setiati S.Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV.Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, 2006.

    Hood, Mukty Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. 2009. Surabaya:

    Airlangga University Press. h.323

    Nadel M, Boushey M, Textbook of respiratory medicine. 3rd edition, vol. 2,

    Philadelphia, Pennsylvania. 54:1575-1614, 2000.

    Palililingan JF. Gagal Nafas dan Edema Paru. Jakarta: EGC

    Ruggie N. 2004. Congestive heart failure. Med. Clin. North Am. 70:829-851.

    Price,Sylvia A. & Lorraine. 2006. Patofisiologi I Edisi 6Jakarta: EGC

    Ray P, Arthaud M, Birolleau S, Isnard R, Lefort Y, Boddaert J. Comparison of

    brain natriuretic peptide and probrain natriuretic peptide in the diagnosis

    of cardiogenic pulmonary edema in patients aged 65 and older. J Am

    Geriatr Soc. Apr 2005;53(4):643-8.