tugas referat abses paru
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
REFERAT
ABSES PARU
Oleh : Winda Tiara J 500 070 082
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Tahun 1920 sepertiga penderita abses paru meninggal dunia Dr. David Smith meneliti aspirasi bakteri merupakan patomekanikme terjadinya infeksi Asher et al tahun 1982 sebanyak 0,7 dari 100.000 penderita masuk RS akibat abses paru Laki-laki banding wanita 1,6:1 RSUD dr.Soetomo surabaya tahun 2002-2003 sebanyak 20 kasus dengan mortaliti 10% Angka kematian akibat abses paru 30-40% pada pre antibiotik sekaran g 15-20% pada era antibiotikTUJUAN
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari mengenai abses paru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKADefinisi
Lesi nekrotik jaringan paru yang mengandung nanah berupa akumulasi sel-sel PMN, yang membentuk kavitas dengan gambaran air fluid level didalamnya akibat pneumonia nekrotikan dan ganggren paru.
ETIOLOGIBakteri anaerob Bakteriodes
Bakteri aerobGram positif : Staphylococcus aureus Streptococcus pyogenes Streptococcus pneumoniae Streptococcus microaerophilic
Kelompok lainJamur : mucoraeceae, aspergilus species Parasit dan amuba Mikrobakterium
melaninogenus Bakteriodes fragilis Peptosteptococcus spesies Bacillus intermedius Fusobacterium nucleatum Microarephilic streptococcus
Gram negatif : Klebsilla pneumoniae Pseudomonas aeruginosa Esherichia coli Haemophilus influenza Actinomyces species Nocardia species Gram negatif bacilli
PATOFISIOLOGIAbses paru
Aspirasi
Hematogen
Paling sering ditemukan abses bronkogenik akibat aspirasi, stasis sekresi, benda asing, tumor dan striktur bronkus dan terbawanya organisme virulen reaksi netrofilik infeksi daerah distal obstruksi nekrosis Kuman penyebab>>> anaerob dari saluran napas atas.
Hematogen keparu pneumonia abses kavitasi
Faktro predisposisi terjadinya abses paru :1.
Kondisi-kondisi yang memudahkan terjadinya aspirasi : Gangguan kesadaran : alkoholisme, epilepsi/kejang sebab lain, gangguan serebrovaskuler, anastesi general, penyalahgunaan obat intravena, koma, trauma, sepsis. Gangguan esofagus dan saluran cerna lainnya : gangguan motilitas Fistula trakeosopageal Sebab-sebab iatrogenik Penyakit-penyakit periodontal Kebersihan mulut yang buruk Pencabutan gigi Pneumonia akut Immunosupresi Bronkiektasis Kanker paru Infeksi saluran nafas atas dan bawah yang belum teratasi. Pasien HIV yang terkena abses paru pada umumnya mempunyai status immunocompromised yang sangat jelek (kadar CD4 46 minggu) Mirip gangguan pneumonia seperti malaise,
anorexia, batuk berdahak, berkeringat dan demam. Pada keadaan daya tahan buruk : panas tinggi, batuk purulen, batuk darah Foetor ex oro ~ anaerob Nyeri dada Oral higiene mulut jelek, ggn kesadaran, alkoholisme. Clubbing finger, namun jarang sejak adanya antibiotika tjd 3-4 mgg jika drainase tidak adekuat.
DiagnostikLaboraturium AL 10.000-30.000/mm3, PMN (>> neutrofil immatur) abses yang lama terdapat anemia, pemeriksaan dahak untuk menentukan mikroorganisme (transtrakeal, transtorakal/sikatan bronkus) pewarnaan gram, kultur darah (menentukan etiologi), serologi (jamur dan parasit) 2. Bronkoskopi Biopsi sikatan terlindung dan bilasan bronkus akurasi 80% terutama pada AIDS dan curiga karsinoma bronkogenik. 3. Aspirasi jarum perkutan Cara ini merupakan akurasi tinggi untuk diagnosis bakteriologik, denagn spesifitas melebihi aspirasi transkheal. 4. Radiologi Foto thoraks PA dan lateral, USG dan CT Scan1.
Contoh gambaran abses paru
Posisi Posterior-Anterior (PA) : Terdapat area berbatas tegas transparan di lobus kiri atas (panah putih). Kavitas diisi oleh cairan dan udara (air-fluid level) (panah hitam).
Posisi Lateral Terdapat kavitas disertai air fluid level pada lobus kanan paru (panah putih)
PENATALAKSANAAN1.
Tujuan utama pengobatan pasien abses paru adalah eradikasi secepatnya dari patogen penyebab dengan pengobatan yang cukup, drainase yang adekuat dari empisema dan pencegahan komplikasi yang terjadi. Istirahat cukup, abses 4cm rawat inap, posisi berbaring pada posisi terkena abses agar gravitasi drainase lebih baik serta diet bubur dan tinggi protein
2.
3.
Antibiotik klindamisin (bakteri anaerob) 3x600mg IV 4x300mg oral/hari atau regimen alternatif penisilin G 2-10 juta unit/hari kombinasi denga streptomisin lanj dengan penisilin oral 4x500-750mg/hari. Antibiotik parenteral diganti oral jika sudah tidak demam, metronidazole 2gram/hari selama 10hari kombinasi dengan -laktam dan -laktamase inhibitor seperti tikarkilin klavulanat, amoksisilin + asam klavulanat atau piperasilin + tazobaktam obat ini digunakan pada pasien sakit berat dan pada infeksi nosokomial. Dosis pengobatan tunggal metronidazole (Flagyl) diberikan dengan dosis 15mg/kgBB intravenous dalam waktu lebih dari 1 jam, kemudian diikuti 6 jam kemudian infus dengan 7,5mg/kgBB 3-5x/hari, tetapi pengobatan tunggal dengan metronidazole ini tidak dianjurkan karena beberapa anaerobic cocci dan kebanyakan microareobicphilic streptococi sudah resisten. Pengobatan penyebab patogen aerobik kebanyakan memakai klindamisin
Lanjutan... Antibiotik diberikan sesuai uji sensitivitas abses paru
oleh stafilokokus diobati dengan penicilinase-resistant penicilin atau sefalosforin generasi pertama, sedangkan untuk Staphylococus aureus yang methicillin resistant seperti yang disebabkan oleh emboli paru septik nosokomila, pilihanya adalah vankomisin. Abses paru yang disebabkan oleh nocardia pilihanya adalah sulfonamid 3x1 gram oral. Abses paru amubik diberikan metronidazole 3x750mg, sedangkan jika ada ruptur dari abses harus ditambahkan emetin parenteral pada 5 hari pertama. Antibiotik diberikan sampai pneumonitis mengalami resolusi dan kavitasinya hilang, resolusi sempurna biasanya membutuhkan pengobatan 6-10 minggu dengan pemberian antibiotik oral sebagai pasien rawat jalan. Perbaikan klinis berupa hilangnya demam tercapai dalam 3-4 sampai dengan 7-10 hari. Demam resisten menunjukan kegagalan pengobatan.
Lanjutan5. Drainase dengan tindakan operasi jarang dilakukan karena lesi biasanyan respons dengan antibiotik. Tindakan operasi diperlukan pada kurang dari 1020% kasus. Indikasi operasi adalah sebagai berikut : Abses paru yang tidak mengalami perbaikan Komplikasi : empiema, hemoptisis masif, fistula
bronkopleura Pengobatan penyakit yang mendasari : karsinoma obstruksi primer/metastasis, pengeluaran benda asing, bronkiektasis, gangguan mortilitas gastroesopageal, malformasi atau kelainan kongenital.
6. Lobektomi merupakan prosedur paling sering silakukan, sedangkan reseksi segmental biasanya cukup untuk lesi-lesi yang kecil. Pneumoektomi diperlukan terhadap penanganan dengan obatobatan. Angka mortilitas setelah pneumotomi mencapai 5-10%
KOMPLIKASI Akibat abses paru yang drainasenya kurang baik, bisa mengalami
ruptur kesegmen lain dengan kecenderungan penyebaran infeksi staphylococcus, sedang yang ruptur ke rongga pleura menjadi piotoraks (empisema). Komplikasi sering lain berupa : Fibrosis pleura Bronchopleural fistula Respiratory failure Trapped lung Abses otak Atelektasis sepsis Abses paru yang resisten dengan pengobatan selama 6 minggu
menyebabkan kerusakan paru permanen dapat menyisakan bronkiektasis, korpulmonal dan amilodosis. Abses paru kronis menyebabkan anemia, maltrusi, kakesia,
gangguan cairan dan elektrolit serta gagal jantung terutam manula.
PENCEGAHAN Jaga kebersihan mulut
Jika ada infeksi paru segera obati
PROGNOSIS Bervariasi tergantung dasar penyakit dan
presdiposisi faktor penyebab. Kecepatan pemberian terapi memberikan prognosis yang baik Mortaliti karena anaerob 15% Abses paru akibat hematogen S. aureus, K. pneumonia prognosisnya lebih jelek.
KESIMPULAN Abses paru adalah infeksi dekstruktif berupa lesi
nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada satu lobus atau lebih. 46% abses paru disebabkan hanya oleh bakteri anaerob, sedangkan 43% campuran bakteri anaerob dan aerob. Untuk memastikan diagnosa dari abses paru maka dilakukan serangkaian pemeriksaan dari anamnesa, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi. Pasien dengan beberapa faktor predisposisi abses paru memiliki prognosis yang jelek dibandingkan yang memiliki satu faktor predisposisi. Sedangkan pasien yang mendapatkan pengobatan antibiotik secara
DAFTAR PUSTAKA Assegaff H. dkk. 2006. Abses paru dalam Dasar-
dasar Ilmu Penyalit Paru. AUP : Subaya. Hal. 136-41 Barlett JG. 1992. Abscess in : Cecil text book of Medicine 19th ed. Phildelphia. Hal. 413-41 Rasyid A, 2007. Buku ajaran ilmu Penyakit dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 1052-55 Klein JS et al. 1995. Interventional Radiology of The Chest : Image Guided Percutaneons Drainage of Pleural Effusions, Lung Abscess, and Pneumothorax : AJR : hal 164 ; 581-88
Terima Kasih