lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk …kc.umn.ac.id/512/3/bab ii.pdfkekuasaan dari pemerintah...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
18
BAB II
TELAAH LITERATUR
2.1 Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2010), pasar modal merupakan pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham dan obligasi. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang
(obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen
lainnya (www.idx.co.id). Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian
suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai
sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari
pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat
untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana,
dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang
dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing
instrument (www.idx.co.id).
Perusahaan yang memerlukan dana memandang pasar modal sebagai suatu
alat untuk memperoleh dana yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan
modal yang diperoleh dari sektor perbankan, selain lebih mudah diperolehnya,
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
19
juga biaya untuk memperoleh modal tersebut lebih murah (Husniawati, 2012).
Menurut Hartono (2014), perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual
surat berharganya di pasar modal. Menurut Tandelilin (2010), pasar modal
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Pasar perdana: terjadi pada saat perusahan menjual sekuritasnya kepada
investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar
perdana, perusahaan sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai
perusahaan secara detail.
2. Pasar sekunder: Tempat perdagangan atau jual-beli sekuritas oleh dan antar-
investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana.
Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer
(primay market). Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana
ke publik (initial public offering atau IPO) atau tambahan surat berharga baru jika
perusahaan sudah going public. Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar
diperdagangkan di pasar sekunder (Hartono, 2014).
Menurut Fama (1970) dalam Hartono (2008) Meythi dan Mathilda (2012)
terdapat tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar modal. Ketiga bentuk
tersebut terdiri atas:
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas
tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu
ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar lemah ini
berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
20
bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar
efisien dengan bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan
untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar efisien
bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh
mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan termasuk
informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan. Jika pasar
efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari
investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk
mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk
informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada
investor individu atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan
tidak normal karena mempunyai informasi privat.
Menurut Hartono (2014), jika keputusan perusahaan adalah going public maka
ada beberapa faktor untung dan ruginya yang perlu dipertimbangkan. Keuntungan
dan kerugian dari going public diantaranya adalah sebagai berikut:
Keuntungan:
1. Kemudahan meningkatkan modal dimasa mendatang.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
21
2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham.
3. Nilai pasar perusahaan diketahui.
Kerugian:
1. Biaya laporan yang meningkat.
2. Pengungkapan (disclosure): Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya
keberatan dengan ide pengungkapan.
3. Ketakutan untuk diambil-alih
Proses Penawaran Umum dapat dikelompokan menjadi beberapa tahap, yaitu
(www.idx.co.id):
1. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan awal dalam mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses penawaran umum. Hal yang pertama kali dilakukan
oleh calon perusahaan tercatat adalah melakukan Rapat Umum Pemegang
Saham untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka
penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, calon perusahaan
tercatat melakukan penunjukan lembaga dan profesi penunjang pasar modal,
antara lain:
a) Penjamin Emisi (Underwriter)
b) Akuntan Publik (Auditor Independen)
c) Penilai Independen
d) Konsultan Hukum
e) Notaris Biro Administrasi Efek
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
22
Dalam tahap ini, calon perusahaan tercatat melengkapi dokumen pendukung
untuk menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada OJK sampai dengan
OJK menyatakan bahwa Pernyataan Pedaftaran telah menjadi efektif.
3. Tahap Penawaran Saham
Tahap ini merupakan tahap utama karena Calon Perusahaan Tercatat
menawarkan sahamnya kepada masyarakat (investor). Investor dapat membeli
saham melalui agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaran umum ini
paling kurang 1 hari kerja dan paling lama 5 hari kerja.
4. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek
Setelah selesainya penjualan saham di Pasar Perdana, selanjutnya saham
tersebut dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya (www.idx.co.id). Pemerintah Republik Indonesia
mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
23
kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif
dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah (www.idx.co.id).
Di Indonesia terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI)
(Tandelilin, 2010). Sebelumnya terdapat Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Namun pada tahun 2007, terjadi penggabungan Bursa Efek
Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (BEI) (www.idx.co.id).
2.2 Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling dikenal. Dengan
adanya saham investor dapat menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Menurut Weygandt et al (2013) saham merupakan kas dan aset lainnya yang
dibayarkan oleh pemegang saham ke perusahaan dalam rangka pertukaran dengan
saham. Menurut Husniawati (2012), saham merupakan suatu penyertaan atau
kepemilikan modal seseorang atau suatu badan dalam suatu perusahaan. Menurut
Tandelilin (2007) dalam Getereida (2012) saham merupakan surat bukti bahwa
kepemilikan atas aset–aset perusahaan yang menerbitkan saham. Wujud saham
yaitu selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Orang yang memiliki saham disuatu
perusahaan disebut sebagai pemegang saham. Menurut Kieso et al (2011), dalam
laporan keuangan saham dikelompokkan didalam bagian ekuitas.
Ada beberapa jenis saham yang beredar saat ini. Menurut Hartono (2014),
saham dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
24
a) Saham Preferen
Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi
(bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas
pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen
preferen. Dibandingkan saham biasa, saham preferen memiliki beberapa hak,
yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu apabila
terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai
karakteristik di tengah-tengah antara obligasi dan saham biasa.
b) Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (share capital-ordinary). Sebagai pemilik
perusahaan, pemegang saham biasa memiliki beberapa hak antara lain:
1) Hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih dewan
direksi.
2) Hak menerima pembagian keuntungan yaitu hak pemegang saham biasa
untuk mendapatkan bagian dari keuntungan dari perusahaan dalam bentuk
dividen.
3) Hak preemptive merupakan hak untuk mendapatkan presentasi
kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar
saham untuk tujuan untuk melindungi hak kontrol dari pemegang saham
lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
25
c) Saham Treasuri (Treasury Stock)
Saham milik perusahaan yang pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian
dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya
dapat dijual kembali.
Menurut Levy (2002) dalam Halim (2013), saham biasa dapat diklasifikasikan
ke dalam enam kategori yaitu:
1. Growth stock adalah saham dari perusahaan yang pertumbuhan sales dan
earningnya lebih cepat dari rata-rata industri.
2. Income stock adalah saham dari perusahaan yang telah mapan. Perusahaan
umumnya membagikan deviden tinggi dan perusahaannya tidak sedang
bertumbuh pesat.
3. Blue chip stock merupakan saham unggulan yang diterbitkan perusahaan
yang mapan dengan pembayaran deviden yang baik.
4. Defensive stock adalah saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi.
5. Cyclical stock merupakan saham perusahaan yang sensitif terhadap siklus
bisnis dan kinerjanya terikat pada perekonomian secara keseluruhan.
6. Speculative Stock merupakan saham yang sangat beresiko.
Menurut Weygandt et al (2013), ada 3 pedoman akuntansi untuk investasi saham
berdasarkan persentase kepemilikan saham biasa bagi investor, yaitu:
1. Kepemilikan kurang dari 20%
Pemegang saham mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dan pedoman
akuntansinya menggunakan cost method.
2. Kepemilikian antara 20%-50%
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
26
Pemegang saham mempunyai pengaruh signifikan dan pedoman
akuntansinya menggunakan equity method.
3. Kepemilikan diatas 50%
Perusahaan yang mempunyai saham biasa perusahaan lain lebih besar dari
50% dikenal sebagai parent company. Perusahaan mempunyai pengaruh
controlling dan pedoman akuntansinya menggunakan consolidated financial
statements.
Menurut PSAK 1, IAI (2012) perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut
dineraca atau di catatan atas laporan keuangan:
a. Untuk setiap jenis saham:
1. Jumlah saham modal dasar;
2. Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh;
3. Nilai nominal saham;
4. Ikhtisar perubahan jumlah saham beredar;
5. Hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham,
termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal;
6. Saham perusahaan yang dikuasai oleh perusahaan itu sendiri atau oleh
anak perusahaan atau perusahaan asosiasi; dan
7. Saham yang dicadangkan untuk hak opsi dan kontrak penjualan, termasuk
nilai dan persyaratannya;
b. Penjelasan mengenai sifat dan tujuan pos cadangan dalam ekuitas;
c. Penjelasan apakah dividen yang diusulkan tapi secara resmi belum disetujui
untuk dibayarkan telah diakui atau tidak sebagai kewajiban; dan
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
27
d. Jumlah dividen saham preferen kumulatif yang belum diakui.
Menurut PSAK 1, IAI (2012) perusahaan yang modalnya tidak terbagi dalam
saham, seperti persekutuan, mengungkapkan informasi yang setara dengan
persyaratan di atas, yang memperlihatkan perubahan dalam suatu periode dari
setiap jenis penyertaan serta hak, keistimewaan dan pembatasan yang melekat
pada setiap jenis penyertaan. Menurut Wegandt et al. (2013), pemegang saham
memiliki empat hak, yaitu:
1. Hak untuk memberikan suara dalam pemilihan BOD dalam pertemuan
tahunan dan dalam memutuskan sebuah kebijakan perusahaan.
2. Mendapatkan dividen.
3. Hak untuk memperoleh presentase kepemilikan yang sama atas penerbitan
saham baru.
4. Hak untuk mendapatkan aset pada saat perusahaan likuidasi sesuai dengan
proporsi yang dimilikinya.
2.3 Return Saham
Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan return. Tanpa
adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor
tidak akan melakukan investasi. Return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Issabella, 2013). Menurut
Wibowo (2013), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang
berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return).
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
28
Menurut Hartono (2008) dalam Sunardi (2010), return saham dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Return realisasi : Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return
realisasi dihitung menggunakan data historis. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja dari perusahaan. Return
realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko
di masa datang.
2. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di
masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,
return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau
memiliki saham (www.idx.co.id):
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika
seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus
memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga
kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai
pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan
perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap
saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
29
pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham
yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian
dividen saham tersebut.
2. Capital Gain (Loss)
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Capital loss merupakan kebalikan dari Capital gain, yaitu suatu kondisi
dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli.
Dalam penelitian ini, return yang digunakan adalah capital gain (loss). Menurut
Hartono (2000) dalam Husniawati (2012) return atau tingkat kembalian saham
merupakan hasil yang diperoleh investor dari aktivitas investasi yang dilakukan,
yang terdiri dari capital gains atau capital loss.
Capital gains adalah keuntungan yang diterima karena adanya selisih
antara harga jual dengan harga beli saham dari suatu instrumen investasi
(Susilowati, 2011). Menurut Kieso (2011) selisih antara harga beli dan jual saham
akan dicatat sebagai share premium. Capital gain sangat tergantung dari harga
pasar instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus
diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul
perubahan nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capital gain.
Besarnya capital gain dilakukan dengan cara menghitung return historis yang
terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat
kembalian yang diinginkan (Susilowati, 2011). Menurut Husniawati (2012),
capital gain (loss) dapat dihitung menggunakan rumus:
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
30
Ri = Pt - Pt-1
Pt-1
Keterangan:
Ri = return saham i pada periode t.
= harga saham yang tercermin dalam indeks harga saham pada periode t.
= harga saham yang tercermin dalam indeks harga saham pada periode
sebelumnya (t-1).
Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan
(closing price). Closing price yang digunakan adalah closing price harian.
Menurut www.idx.co.id harga penutupan (closing price) adalah harga yang
terbentuk berdasarkan perjumpaan penawaran jual dan permintaan beli Efek yang
dilakukan oleh Anggota Bursa Efek yang tercatat pada akhir jam perdagangan di
pasar reguler.
2.4 Economic Value Added (EVA)
Metode Economic Value Added (EVA) dikembangkan oleh Stewart & Stern
seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Steward & Co pada tahun 1993
(Sunardi, 2010). Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI
(Nilai Tambah Ekonomis). Menurut Young dan O’Byrne (2001) EVA merupakan
alat komunikasi yang sangat efektif baik untuk membuat konsep penciptaan nilai
yang dapat diakses oleh manajer lini yang pada akhirnya mendorong kinerja
perusahaan dan untuk menghubungkan dengan pasar modal. Menurut Hansen dan
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
31
Mowen (2007), EVA adalah sisa pendapatan perusahan dengan biaya modal
sebesar biaya aktual. Menurut Lisa (1999) dalam Sunardi (2010) Economic Value
Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan
sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. Menurut Rudianto (2006)
dalam Hidayat (2012) EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). EVA adalah
ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah
(value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen
baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan
tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan (Tandelilin, 2010).
Economic Value Added (EVA) memiliki keunggulan dan kelemahan.
Menurut Badriah (2012) keunggulan EVA sebagai penilai kinerja keuangan
perusahaan meliputi empat hal berikut:
1. Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan
investasi yang sama.
2. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan menghasilkan laba
diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya untuk
berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
3. Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset
yang berbeda pula.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
32
4. EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai
pasar perusahaan.
Menurut Badriah (2012) disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga
memiliki kelemahan yaitu EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada
suatu periode tahun tertentu. Kelemahan EVA menurut Mirza (1997) dalam
Badriah (2012) yaitu sebagai berikut:
1. EVA hanya mengukur hasil akhir. Konsep ini tidak mengukur aktivitas-
aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan
pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang
lebih dominan.
EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax
atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of Capital). Dengan menghitung EVA,
didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa terjadi penambahan nilai ekonomis
bagi perusahaan atau tidak. Menurut Husniawati (2012), hal tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1) Jika EVA positif (>0), menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang
dihasilkan lebih besar daripada biaya modalnya atau terdapat nilai ekonomis
kedalam perusahaan selama operasionalnya.
2) Jika EVA = 0, artinya perusahaan impas karena semua laba digunakan untuk
membayar kewajiban kepada investor baik itu kreditor maupun pemegang
saham.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
33
3) Jika EVA negatif (<0), menunjukkan bahwa nilai perusahaan berkurang
sebagai akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari
tingkat pengembalian yang dituntut investor atau kinerja operasional
perusahaan gagal memenuhi harapan investor, maka perusahaan tidak
membuat nilai tambah karena laba yang tersedia dapat memenuhi harapan
penyedia dana terutama pemegang saham.
Menurut Young dan O’Byrne (2001), EVA dapat diukur dengan cara sebagai
berikut:
a. Economic Value Added (EVA)
EVA adalah laba operasi perusahaan dikurangi dengan pajak dan biaya modal.
Menurut Young dan O’Byrne (2001), EVA dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
NOPAT : Net Operating After Tax merupakan laba bersih
perusahaan setelah dikurangi pajak.
Capital charges : biaya modal yang dibebankan atas modal yang
ditanamkan di perusahaan.
b. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Menurut Young dan O’Byrne (2001), NOPAT is the company’s operating
profit, net of tax, and measures the profits the company has generated from
its ongoing operations, yang berarti bahwa NOPAT adalah laba operasi
perusahaan setelah pajak, dan mengukur laba perusahaan yang dihasilkan dari
EVA = NOPAT-Capital charges
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
34
operasi yang sedang berjalan. Menurut Young dan O’Byrne (2001), NOPAT
dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
EBIT: Earnings Before Interest and Tax, merupakan pendapatan bersih
perusahaan sebelum dikurangi beban bunga dan pajak.
Taxes: pajak yang dikenakan atas pendapatan yang diterima perusahaan.
c. Capital Charges
Menurut Young dan O’Byrne (2001), capital charges equal company’s
invested capital times the weighted-average cost of capital, yang berarti
bahwa capital charges merupakan biaya modal perusahaan dikalikan
dengan biaya rata-rata modal tertimbang. Menurut Young dan O’Byrne
(2001), capital charges dapat diperoleh dengan rumus:
Keterangan:
WACC : Weighted Average Cost of Capital
Invested capital: modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan
d. Invested Capital
Menurut Young dan O’Byrne (2001), invested capital is the sum of all the
firm’s financing, apart short-term, non-interest-bearing liabilities, such as
accounts payable, accrued wages, and accrued taxes, yang berarti bahwa
NOPAT = EBIT-Taxes
Capital Charges = WACC x Invested Capital
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
35
invested capital adalah jumlah seluruh pembiayaan perusahaan, terlepas
dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak mengandung bunga,
seperti hutang, upah yang akan jatuh tempo, dan pajak yang akan jatuh
tempo (accrued taxes). Menurut Young dan O’Byrne (2001), invested
capital dapat dihitung dengan rumus:
Menurut Weygandt et al (2013) assets are resources a business owns. The
business uses its assets in carrying out such activities as production and
sales. The common characteristic possessed by all assets is the capacity to
provide future services or benefits. Dengan ini, diketahui bahwa aset
adalah sumber daya yang dimiliki oleh sebut unit usaha. Unit usaha
menggunakan aset ini untuk melaksanakan aktivitas seperti produksi dan
penjualan. Weygandt et al (2013) juga menjelaskan current liabilities
generally are obligations that the company is to pay within the coming
year, yang berarti bahwa kewajiban jangka pendek umumnya adalah
kewajiban yang perusahaan bayar dalam setahun kedepan. Sementara itu,
menurut Weygandt et al (2013) interest is payment for the use of another
person’s money, yang berarti bagwa bunga adalah pembayaran atas
penggunaan uang orang lain.
Invested Capital = Total Aktiva – Kewajiban jangka pendek tanpa
menanggung bunga
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
36
e. WACC (Weighted Average Cost of Capital)
Menurut Young dan O’Byrne (2001), WACC equals the sum of the cost of
each component of capital, short-term debt, long-term debt, and
shareholders’ equity – weighted for its relative proportion, at market
value, in the company’s capital structure, yang berarti bahwa WACC
adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, misalnya
pinjaman jangka pendek, pinjaman jangka panjang dan modal pemegang
saham yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya, sesuai nilai pasar,
dalam struktur modal perusahaan. Menurut Badriah (2012), WACC dapat
dihitung dengan rumus:
Keterangan:
D : proporsi hutang
rd : biaya hutang
Tax : tarif pajak perusahaan
E : proporsi ekuitas
re : biaya ekuitas
1) Cost of Debt
Biaya hutang merupakan bagian dari biaya modal (cost of capital).
Menurut Hidayat (2012) cost of debt adalah biaya yang muncul akibat
perusahaan yang mempunyai hutang-hutang yang menanggung beban
bunga. Menurut Badriah (2012), cost of debt dihitung dengan rumus:
Cost of Debt = Beban bunga : Total hutang
WACC = {D. rd. (1-Tax)} + (E. re)
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
37
2) Cost of Equity
Biaya ekuitas merupakan bagian dari biaya modal (cost of capital).
Biaya ekuitas (cost of equity) adalah besarnya pengembalian yang
diminta investor atas investasi terhadap ekuitas perusahaan (Young
dan O’Byrne, 2001). Perhitungan cost of equity menggunakan Capital
Asset Pricing Model (CAPM) yang rumusnya menurut Hartono (2014)
adalah:
Keterangan:
RBR : risk free rate merupakan tingkat bunga bebas risiko.
Βi : koefisien beta untuk perusahaan i.
E(RM) : tingkat pengembalian yang diharapkan pada market
portfolio.
2.5 Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap return
saham
Sunardi (2010) mengatakan bahwa semakin tinggi EVA maka harga saham akan
semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut telah berhasil
menciptakan kekayaan bagi pemegang sahamnya, sehingga nilai sahamnya
menjadi ikut naik. Menurut Hidayat (2012), apabila nilai EVA meningkat, maka
kinerja perusahaan semakin baik sehingga kesejahteraan para pemegang saham
dapat ditingkatkan. Return pemegang saham akan menyangkut dengan prestasi
E(Ri) = RF + βi [E(RM) – RF]
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
38
perusahaan dimasa depan, karena harga saham (dan dividen) yang diharapkan
oleh pemodal merupakan nilai intrinsik yang menunjukkan prestasi dan risiko
saham tersebut dimasa yang akan datang.
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan terkait pengaruh EVA
terhadap return saham, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Furda (2012)
yang memperoleh hasil EVA berpengaruh positif terhadap return saham. Menurut
penelitian yang dilakukan Hidayat (2012) EVA berpengaruh terhadap return
saham dan pengaruhnya negatif. Sedangkan penelitian Husniawati (2012)
menunjukkan bahwa, ternyata EVA mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham, akan tetapi pengaruhnya negatif. Sementara dalam
penelitiannya, Issabella (2013) memperoleh hasil EVA berpengaruh signifikan
positif terhadap return saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Pinangkaan
(2012) yang memperoleh hasil EVA mempunyai pengaruh signifikan terhadap
return saham. Namun, hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sunardi (2010) dan Trisnawati (2009) yang memperoleh hasil EVA tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka dirumuskan hipotesis:
Ha1 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap return saham.
2.6 Risiko Sistematis
Menurut Issabella (2013), terdapat dua jenis risiko dalam portfolio yaitu risiko
yang tidak sistematis (Unsystematic risk) dan risiko yang sistematis (Systematic
risk). Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan),
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
39
disebut juga dengan risiko pasar (Husniawati, 2012). Risiko ini berkaitan dengan
kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam
perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi,
risiko nilai tukar dan risiko pasar (Husniawati, 2012). Risiko sistematis disebut
juga Beta (Issabella, 2013).
Beta merupakan suatu pengukur volatitas (volatility) return suatu sekuritas
atau return portofolio terhadap return pasar (Hartono, 2014). Beta sekuritas ke-i
mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio
mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian
beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas
atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Hartono, 2014).
Besaran beta mempunyai arti tertentu (Issabella, 2013). Jika nilai beta
lebih besar dari 1,0 maka risiko sekuritas lebih besar dari risiko pasar. Jika beta
kurang dari 1,0 berarti risiko sekuritas lebih kecil dibandingkan risiko pasar.
Kemudian jika beta sama dengan 1,0 berarti risiko sekuritas sama dengan risiko
pasar (Issabella, 2013). Jika beta sama dengan 1,0 maka bisa dicontohkan apabila
return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan mengharapkan kenaikan return
sekuritasnya sebesar 5% pula. Beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
(Hartono, 2014):
Beta (β)= (n Rm*Ri - Rm Ri)
(n Rm2 – ( Rm)2
)
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
40
Untuk mendapatkan besarnya nilai return digunakan rumus sebagai berikut
(Hartono, 2014):
Keterangan :
Rm : tingkat pengembalian pasar.
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan.
Pit : harga saham i periode t.
Pit-1 : harga saham i periode t-1
Di : dividen per lembar saham i.
Ri : tingkat pengembalian saham i.
n : jumlah data
Menurut Gitman (2008) return market is the average return for all (or a
large sample of) stock, yang berarti bahwa return market adalah rata-rata dari
seluruh pengembalian saham. Menurut www.idx.co.id indeks harga saham adalah
indikator pergerakan harga saham yang menggambarkan trend pergerakan pasar
saham. Sementara IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan, yang berarti
bahwa IHSG adalah indikator pergerakan harga saham yang menggambarkan
trend pergerakan pasar saham secara keseluruhan. Anik (2010) mengatakan
bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) disebut sebagai indeks gabungan
Ri =
Pi1-Pit-1+Di1
Pit-1
Rm =
IHSGt-IHSGt-1
IHGSt-1
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
41
dikarenakan saham yang diukur dari berbagai macam saham yang berasal dari
berbagai macam sektor industri. Gitman (2008) mengatakan bahwa tujuan
dividend per share is to translate total common dividends paid by the company
into a per-share figure, yang berarti bahwa tujuan dividen per lembar saham
adalah untuk mengubah total dividen untuk pemegang saham biasa dalam bentuk
per lembar. Menurut Ross et al (2012) dividends per share dirumuskan sebagai
berikut:
Menurut Weygandt et al (2013) dividend is a corporation’s distribution of cash or
shares to its shareholders on a pro rata (proportional) basis yang berarti bahwa
dividen merupakan kas atau saham yang dibagikan oleh perusahaan kepada
pemegang sahamnya yang berbasis proporsional dengan kepemilikan pemegang
saham. Weygandt et al (2013) juga menjelaskan bahwa total outstanding shares
means the number of issued shares that are being held by shareholders yang
berarti bahwa total outstanding shares adalah jumlah saham yang telah diterbitkan
dan dipegang oleh pemegang saham.
2.7 Pengaruh risiko sistematis terhadap return saham
Solechan (2010) mengatakan bahwa risiko pasar yang besar akan memberikan
informasi bagi investor untuk berhati-hati dalam pengambilan keputusan
berinvestasi. Para investor berhati-hati (cenderung menunggu) ketika kondisi
pasar tidak stabil, sehingga menimbulkan permintaan saham oleh pasar yang
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
42
menurun. Dengan menurunnya minat investor tersebut, maka harga saham relatif
menurun. Wibowo dan Sudarno (2013) mengatakan bahwa saat inflasi tinggi laba
bersih emiten akan merosot dan mengakibatkan harga saham merosot. Bagi
kreditur dan debitur hal ini akan menyebabkan tingkat ketidakpastian yang
mereka hadapi akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan iklim investasi
menjadi kurang kondusif sehingga terjadi penurunan gairah untuk berinvestasi.
Penurunan pertumbuhan kegiatan riil dan ketidakpastian yang terjadi berimbas
terhadap harga saham turun. Penurunan harga saham menyebabkan penuruan
return saham. Sedangkan menurut Issabella (2013), hubungan risiko dan return
saham secara teknis adalah semakin besar hasil pengembalian yang diharapkan
maka risiko yang dihadapi oleh investor juga semakin besar. Semakin besar risiko
yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa jika risiko sistematis meningkat, maka
return saham juga akan naik.
Beberapa penelitian tedahulu telah dilakukan terkait pengaruh risiko
sistematis terhadap return saham, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Anik
(2010) yang mengatakan bahwa risiko sistematis berpengaruh terhadap return
saham. Furda (2012) mengatakan bahwa risiko sistematik berpengaruh positif
terhadap return saham. Dalam penelitiannya, Husniawati (2012) mengatakan
bahwa risiko sistematis mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap
return saham. Sementara Sugiarto (2011) mengatakan bahwa risiko sistematis
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Solechan (2010), Wibowo dan Sudarno
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
43
(2013) yang mengatakan bahwa risiko sistematis tidak berpengaruh terhadap
return saham. Issabella (2013) mengatakan bahwa risiko sistematis tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka dirumuskan hipotesis:
Ha2 : Risiko sistematis berpengaruh positif terhadap return saham.
2.8 Prediksi Kebangkrutan dengan Model Altman Z-Score
Menurut Prihanthini dan Maria (2013), kebangkrutan adalah suatu kondisi dimana
suatu perusahaan tidak mampu lagi untuk mengoperasikan perusahaan dengan
baik karena kesulitan keuangan yang dialami entitas tersebut sudah sangat parah.
Menurut Adnan et al (2000) dalam Ardian (2014), kebangkrutan sebagai
kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti: pertama, kegagalan ekonomi
(economic failure) diartikan bahwa perusahaan tingkat laba perusahaan lebih kecil
dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari
kewajiban. Kedua, kegagalan keuangan (financial failure) diartikan bahwa
terdapat insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan saham.
Kebangkrutan dapat terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Gamayuni (2011), penyebab kebangkrutan dapat berasal dari faktor
internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal antara lain kurangnya
pengalaman manajemen, kurangnya pengetahuan dalam mempergunakan asset
dan liabilities secara efektif. Sedangkan faktor eksternal yaitu inflasi, sistem pajak
dan hukum, depresiasi mata uang asing, dan alasan lainnya. Selain itu,
kebangkrutan sebuah perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
44
tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti bencana alam, kebakaran, banjir dan
lain sebagainya. Setiap perusahaan harus mewaspadai adanya potensi
kebangkrutan, oleh karena itu perusahaan harus sedini mungkin melakukan
analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Manfaat dilakukannya
analisis kebangkrutan bagi perusahaan adalah untuk dapat mengantisipasi serta
menghindari atau mengurangi resiko kebangkrutan tersebut (Mastuti, 2013).
Selama bertahun tahun, banyak penelitian telah dilakukan dalam
membangun model Multi Discriminant Analysis (MDA Model). MDA model
adalah model yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan
menggunakan suatu fungsi diskriminan yang terdiri dari sejumlah rasio keuangan
yang dikenal juga dengan istilah Z-Score (Gamayuni, 2011). Metode prediksi
kebangkrutan Altman Z-Score dikembangkan oleh seorang professor bisnis dari
New York University AS Edward I. Altman pada tahun 1968. Altman Z-Score
merupakan salah satu rumusan matematis untuk memprediksi kebangkrutan
dengan tingkat kepastian yang cukup akurat dengan persentase keakuratan 95%
dan termasuk dalam penelitian yang paling popular karena sering digunakan oleh
banyak peneliti dalam melakukan penelitian (Mastuti, 2013). Analisis ini
mengunakan suatu teknik dengan mengidentifikasikan beberapa macam rasio
keuangan yang dianggap memiliki nilai paling penting.
Prediksi kebangkrutan dapat menunjukkan perbedaan antara perusahaan
yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut. Menurut Gamayuni (2011), prediksi
kebangkrutan model Altman Z-Score dapat digunakan untuk:
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
45
1) Memeriksa kembali calon perusahaan yang akan diakuisisi oleh pemasok dan
perusahaan lain untuk mendeteksi masalah keuangan yang timbul dari
perusahaan-perusahaan tersebut yang kemungkinan akan mempengaruhi
bisnis perusahaan kita.
2) Mengukur tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan melalui informasi
yang diperoleh dari laporan keuangan.
Menurut Hanafi (2007) dalam Issabella (2013) empat variabel yang menunjukkan
perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dengan yang tidak bangkrut secara
konsisten adalah:
1) Tingkat return. Perusahaan yang bangkrut mempunyai tingkat return yang
lebih rendah.
2) Penggunaan hutang. Perusahaan yang bangkrut menggunakan hutang yang
lebih tinggi.
3) Perlindungan terhadap biaya tetap. Perusahaan yang bangkrut mempunyai
perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil.
4) Fluktuasi return saham. Perusahaan yang bangkrut mempunyai rata-rata
return yang lebih rendah dan mempunyai fluktuasi return saham yang lebih
tinggi.
Z-Score memiliki klasifikasi tersendiri untuk menyatakan suatu perusahaan
dikategorikan sehat atau bangkrut. Menurut Mastuti (2013), klasifikasi perusahaan
yang sehat dan bangkrut dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a) Jika nilai Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat.
b) Jika nilai Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
46
c) Jika nilai 1,81 < Z’ < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat dimasukkan
ke dalam kategori perusahaan sehat ataupun perusahaan yang mengalami
kebangkrutan). Bisa dikategorikan sebagai daerah rawan bangkrut.
Dengan klasifikasi tersebut, investor dapat memprediksi suatu perusahaan dalam
keadaan sehat atau akan mengalami kebangkrutan. Menurut Hanafi (2007) dalam
Issabella (2013) prediksi kebangkrutan dengan model Altman Z-Score ditentukan
dengan rumus:
Dimana:
X1 = working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
X3 = earning before interest and taxes (EBIT) to total assets
X4 = market value of equity to book value of total liabilities
X5 = sales to total assets.
Menurut Subramanyam (2014) working capital is the difference between current
assets and current liabilities, yang artinya working capital adalah selisih antara
aset lancar dengan kewajiban lancar. Subramanyam (2014) mengatakan bahwa
retained earnings are account relfects the accumulation of undistributed earnings
(net income) of a company since its inception, yang berarti retained earnings (laba
ditahan) adalah akun yang mencerminkan akumulasi dari laba (laba bersih)
perusahaan sejak berdiri yang tidak didistribusikan. Menurut Young dan O’Byrne
(2001), Earnings Before Interest and Tax (EBIT), sama dengan operating profit,
Z-Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
47
yaitu merupakan pendapatan bersih perusahaan sebelum dikurangi beban bunga
dan pajak.
Sales menurut Reeve et al (2009) adalah the total amount charged
customer for merchandise sold, including cash sales and sales on account yang
berarti bahwa sales adalah jumlah yang harus dibayarkan oleh pembeli atas
barang dagangan yang dijual, termasuk penjualan tunai dan kredit. Sales returns
and allowances are granted by the seller to customers for damaged or defective
merchandise yang berarti bahwa sales return and allowances adalah jumlah yang
diberikan oleh penjual kepada pembeli akibat barang yang rusak ataupun cacat.
Sales discount are granted by the seller to customers for early payment of
amounts owed yang artinya adalah jumlah yang diberikan penjual ke pembeli
karena melakukan pelunasan utang lebih cepat. Net sales is determined by
subtracting sales returns and allowances and sales discounts from sales, yang
berarti bahwa net sales ditentukan dengan mengurangi sales dengan sales returns
and allowance, dan sales discount.
Menurut PSAK 1, IAI (2012) assets (aset) adalah sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Menurut
Subramanyam (2014) assets are resources controlled by a company for the
purpose of generating profit, yang berarti bahwa aset adalah sumber daya yang
dikendalikan oleh perusahaan untuk tujuan menghasilkan laba. Menurut Reeve et
al (2009) assets are resources owned by the business entity. These resources can
be physical items, such as cash and supplies, or intangibles that have value.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
48
Maksudnya adalah aset adalah sumber daya yang dimiliki entitas bisnis. Sumber
daya ini dapat berupa barang fisik, seperti kas dan perlengkapan, atau tidak
berwujud yang bernilai. Menurut Weygandt et al (2013) assets adalah sumber
daya yang dimiliki oleh sebuah unit usaha. Unit usaha menggunakan aset ini
untuk melaksanakan aktivitas seperti produksi dan penjualan.
Karakteristik umum yang dimiliki semua aset adalah kapasistas untuk
menyediakan keuntungan dimasa depan. Menurut Weygandt (2013) aset dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Intangible assets: long-lived assets that do not have physical substance yet
often are very valueable, yang berarti bahwa intangible asset merupakan
aset yang memiliki umur yang panjang dan tidak berwujud yang sering
kali sangat berharga.
2. Property, plant, and equipment are assets with relatively long useful lives
that a company is currently using in operating the business yang berarti
bahwa property, plant, and equipment adalah asset yang masa manfaatnya
relative panjang dimana perusahaan sekarang menggunakannya untuk
operasi bisnis.
3. Long-term investments are generally investments in ordinary shares and
bonds of other companies that are normally held for many years yang
berarti bahwa long-term investments umumnya merupakan investasi dalam
saham biasa dan obligasi dari perusahaan lain yang biasanya ditahan
bertahun tahun.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
49
4. Current assets are assets that a company expects to convert to cash or use
up within one year yang berarti bahwa curret assets adalah aset yang
diperkirakan oleh sebuah perusahaan untuk dikonversi menjadi uang tunai
atau banyaknya nominal yang digunakan dalam (kurang lebih) satu tahun.
Menurut PSAK 1, IAI (2012), entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar,
jika:
a. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk
menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;
b. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
c. Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; atau
d. Kas atau setara kas
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset
tidak lancar.
Menurut PSAK 1, IAI (2012) liabilitas merupakan utang perusahaan masa
kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung
manfaat ekonomi. Menurut PSAK 1, IAI (2012) suatu liabilitas diklasifikasikan
sebagai liabilitas jangka pendek jika:
a. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya;
b. Entitas memiliki laibilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
50
c. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12
bulan setelah periode pelaporan; atau
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasi laibilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai
laibilitas jangka panjang.
2.9 Pengaruh prediksi kebangkrutan dengan model Altman Z-
Score terhadap return saham
Menurut Issabella (2013), Z-Score mengukur potensi kebangkrutan sebuah
perusahaan dimana nilai Z-Score yang semakin besar menunjukkan potensi
kebangkrutan yang semakin kecil dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan semakin
besar Z-Score suatu perusahaan, akan semakin kecil potensi kebangkrutan yang
dimilikinya dan tingkat return saham perusahaan tersebut akan semakin
meningkat. Menurut Ardian (2014), perusahaan yang diprediksi berpotensi
bangkrut akan menurunkan minat investor. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
nilai prediksi Z-Score suatu perusahaan memiliki pengaruh terhadap harga saham.
Sementara itu menurut Naif (2014), prediksi kebangkrutan merupakan ukuran
yang alami untuk kebangkrutan. Akan tetapi, informasi kebangkrutan kelihatanya
tidak memiliki nilai informasi sebagai sinyal untuk investor. Para investor pasti
akan lebih percaya dan bereaksi terhadap pengumuman mengenai perusahan
melalui informasi yang didapat dari BI dan OJK.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
51
Beberapa penelitian tedahulu telah dilakukan terkait pengaruh prediksi
kebangkrutan dengan model Altman Z-Score terhadap return saham, antara lain
penelitian yang dilakukan Issabella (2013) yang mengatakan bahwa prediksi
kebangkrutan dengan model Altman Z-Score berpengaruh signifikan positif
terhadap return saham. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kasim (2014), Utama (2009), dan Naif (2014) yang menyatakan bahwa
prediksi kebangkrutan model Altman Z-Score tidak mempunyai pengaruh
terhadap return saham.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka dirumuskan hipotesis:
Ha3 : Prediksi kebangkrutan dengan model Altman Z-Score berpengaruh positif
terhadap return saham.
2.10 Price Earnings Ratio (PER)
Menurut Savitri (2012), Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga
saham dengan pendapatan setiap lembar saham. Menurut Weygandt et al. (2013),
PER adalah rasio yang menunjukkan penilaian investor terhadap laba perusahaan
di masa depan. Pendekatan PER merupakan pendekatan yang lebih populer
dipakai di kalangan analis saham dan para praktisi. Dalam pendekatan PER atau
disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali
(multiplier) nilai (earning) yang tercermin dalam harga suatu saham (Tandelilin,
2010).
PER juga menunjukkan seberapa besar kepercayaan investor terhadap
performa perusahaan di masa depan. PER merupakan indikator untuk mengukur
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
52
Price Earnings Ratio = Market price per share
Earnings per share
seberapa jauh investor bersedia membayar saham untuk setiap Rupiah pendapatan
yang dihasilkan perusahaan yang merupakan rasio antara harga pasar per lembar
saham dengan laba per lembar saham. Semakin tinggi PER semakin tinggi harga
saham sebaliknya semakin rendah PER semakin rendah harga saham tetapi laba
per lembar saham relatif tinggi (Meythi dan Mathilda, 2012). Perusahaan yang
mempunyai PER tinggi menunjukkan perusahaan tersebut mempunyai tingkat
pertumbuhan yang tinggi karena perusahaan tidak mendistribusikan seluruh laba
kepada pemegang saham. Jika perusahaan mendapat laba, laba tersebut dapat
digunakan dalam berinvestasi untuk perusahaan atau mendistribusikannya kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen. Saham yang PER nya rendah
diasumsikan bahwa laba seluruhnya dibagikan dalam bentuk dividen
(Zuliarni,2012). Subramanyam (2014) mengungkapkan rumus PER sebagai
berikut:
Menurut Gitman (2008), market price adalah harga yang disebabkan
karena adanya informasi mengenai return dan risk sehingga menyebabkan titik
keseimbangan antara permintaan dan penawaran berubah. Menurut Reeve et al
(2009) earnings per share is the net income per share of common stock
outstanding during a periode, yang berarti bahwa earnings per share adalah laba
bersih dari setiap saham biasa yang beredar selama satu periode. Menurut PSAK
56, IAI (2012) laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba atau rugi yang
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
53
Earnings per share = Net Income - Preference Dividends
Weighted-average number of shares outstanding
dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk (pembilang)
dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar (penyebut) dalam
suatu periode. Weygand, et al (2013) merumuskan EPS sebagai berikut:
Keterangan :
Net income : Laba bersih
Preference dividends : Saham bagi pemegang
saham preferen
Weighted-average number of shares outstanding : Jumlah rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar
Menurut Weygandt, et al (2013) net income adalah the amount by which
revenues exceed expenses, yang berarti bahwa net income adalah selisih antara
jumlah pendapatan dengan beban, dimana jumlah pendapatan melebihi jumlah
beban. Kieso et al (2011) menjelaskan bahwa income statement pada umumnya
menyajikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sales or revenue section. Menyajikan penjualan, discount and allowances,
retur dan informasi terkait lainnya. Tujuannya adalah untuk mencari jumlah
bersih dari pendapatan penjualan.
2. Cost of goods sold section. Menampilkan harga pokok penjualan.
3. Gross Profit. Pendapatan dikurangi dengan harga pokok penjualan.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
54
4. Selling expenses. Melaporkan beban yang timbul akibat usaha perusahaan
untuk melakukan penjualan.
5. Administrative of general expenses. Melaporkan beban terkait kegiatan
administrasi umum.
6. Other income and expense. Melingkupi transaksi lain yang tidak cocok untuk
dimasukkan kedalam kategori pendapatan dan beban yang ada. Hal yang
dilaporkan pada bagian ini contohnya adalah penurunan nilai aset, pendapatan
sewa, pendapatan dividen, pendapatan bunga.
7. Income from operations. Hasil perusahaan dari kegiatan operasional.
8. Financing costs. Bagian yang mengidentifikasikan biaya untuk kegiatan
pendanaan perusahaan seperti misalnya biaya bunga.
9. Income before income tax. Total dari keuntungan sebelum pajak.
10. Income tax. Bagian singkat yang melaporkan pajak yang dikenakan kepada
perusahaan atas keuntungannya.
11. Income from continuing operations. Hasil perusahaan sebelum adanya laba
atau rugi atas kegiatan usaha yang dihentikan. Bila perusahaan tidak memiliki
laba atau rugi atas kegiatan usaha yang dihentikan maka bagian ini tidak
dilaporkan dan langsung melaporkan net income.
12. Discontinued operations. Laba atau rugi yang disebabkan atas penghentian
komponen perusahaan.
13. Net income. Nilai bersih dari performa perusahaan selama suatu periode.
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
55
Weygandt, et al (2013) juga mengatakan bahwa preference dividends
adalah jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham preferen karena
pemegang saham preferen memiliki hak untuk menerima pembagian dividen
sebelum pemegang saham biasa. Kieso et al (2011) mengatakan bahwa companies
must weight the shares by the fraction of the period they are outstanding yaitu
bahwa perusahaan diharuskan untuk menimbang jumlah saham berdasarkan
periode saham tersebut beredar, dan hasil dari penimbangan ini disebut weighted-
average number of shares outstanding.
2.11 Pengaruh Price Earnings Ratio (PER) terhadap return
saham
Menurut Furda (2012), PER diperhatikan oleh pemodal/investor. Memilih PER
yang rendah menunjukkan nilai pasar yang tinggi atas saham karena semakin
murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar
saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per
lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham
tersebut, sehingga saham tersebut akan diminati oleh investor dan pada akhirnya
akan menaikkan pula harga sahamnya dan selanjutnya akan berdampak pada
perolehan return saham. Menurut Malintan (2013), semakin tingginya PER
menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor
terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi
juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika
harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
56
periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin
meningkat.
Beberapa penelitian tedahulu telah dilakukan terkait pengaruh Price
Earnings Ratio (PER) terhadap return saham, antara lain penelitian yang
dilakukan oleh Ilmansyah (2013) dan Malintan (2013) yang memperoleh hasil
PER berpengaruh positif terhadap return saham. Savitri (2012) dalam
penelitiaannya mengatakan bahwa PER berpengaruh positif dan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap return saham. Sementara Meythi dan Mathilda
(2012) dan Furda (2012) yang memperoleh hasil PER berpengaruh negatif
terhadap return saham. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian Dahliana (2013)
menyatakan bahwa PER tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return
saham.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka dirumuskan hipotesis:
Ha4 : Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap return saham.
2.12 Pengaruh Economic Value Added (EVA), risiko sistematis, prediksi
kebangkrutan dengan model Altman Z-Score, dan Price Earnings
Ratio (PER) secara simultan terhadap return saham
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Issabella (2013) diketahui bahwa
terdapat pengaruh simultan antara variable Economic Value Added (EVA), risiko
sistematis, dan prediksi kebangkrutan dengan model Altman Z-Score terhadap
return saham. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Furda (2012) dimana
EVA, risiko sistematik, dan PER secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015
57
terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan Husniawati (2012)
menunjukkan bahwa hasil analisis dan uji hipotesis penelitian ini mendukung
bahwa EVA dan risiko sistematis mempengaruhi return saham secara simultan.
Penelitian yang dilakukan oleh Astikasari (2012) menunjukkan bahwa variabel
prediksi kebangkrutan dengan model Altman Z-Score dan EVA terbukti
mempengaruhi return saham secara simultan dan signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dibuatlah hipotesa:
Ha5 : Economic Value Added (EVA), risiko sistematis, prediksi kebangkrutan
dengan model Altman Z-Score, dan Price Earnings Ratio (PER) secara
simultan mempengaruhi return saham.
2.13 Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Penelitian
Return Saham (Ri)
Risiko Sistematis (RISK)
Prediksi Kebangkrutan model
Altman Z-Score (ZSCORE)
Economic Value Added (EVA)
Price Earnings Ratio (PER)
Pengaruh Economic..., Sandy Indrawan, FB UMN, 2015