fistum praktikum 09

5
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN (AHYT 252) PEMECAHAN DORMANSI PADA BIJI Oleh: ROBBY PRIMADANI AIC204002 KELOMPOK VI Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Noorhidayati, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

Upload: bayu-putra

Post on 13-Aug-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hflsflfjfllfajfah

TRANSCRIPT

Page 1: FISTUM PRAKTIKUM 09

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

(AHYT 252)

PEMECAHAN DORMANSI PADA BIJI

Oleh:ROBBY PRIMADANI

AIC204002KELOMPOK VI

Dosen Pembimbing:Dra. Hj. Noorhidayati, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARMASIN

2006

Page 2: FISTUM PRAKTIKUM 09

PRAKTIKUM IX

Topik : Pemecahan dormansi pada bijiTujuan : Untuk mematahkan dormansi biji karena kulit biji yang

keras dengan perlakuan fisik dan kimia.Hari/ tanggal : Rabu, 06 November 2006Tempat : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN:a. Alat:

- Petridish- Alat penggosok (gerinda, limar, amplas)- Beacker glass

b. Bahan:- Biji kemiri- Biji kecipir- Larutan H2SO4 1M, HCl 2M- Kapas

II. CARA KERJA1. Menyiapkan biji kemiri dan biji kecipir masing-masing 10 biji untuk

tiap kelompok dan memberi label kelompok.2. Memberikan perlakuan masing-masing kelompok sebagai berikut:

a) Kelompok I: langsung mengecambahkan biji tersebut sebagai kontrol.

b) Kelompok II: dihilangkan sebagian kulit bijinya pada bagian yang tidak ada lembaganya, dengan cara digerinda, kemudian dikecambahkan dalam petridish yang dialasi tissue basah.

c) Kelompok III dan IV: merendam dalam larutan asam sulfat, selama 10 menit, kemudian mencuci dengan air mengalir dan mengecambahkan dlam perintah yang dialasi tissue basah.

d) Kelompok V dan VI: merendam dalam larutan asam klorida, selama 10 sampai 15 menit, kemudian mencuci dengan air yang mengalir dan mengecambahkannya dalam petridish yang dialasi dengan tissue basah.

3. Selama perlakuan menjaga kelembabannya dengan menyiram setiap hari.

4. Mengamati kapan perkecambahan masing-masing kelompok selama 2 minggu.

III. TEORI DASARDormansi adalah sutu fase tipikal yang memperlihatkan adaptasi

khusus terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang berlawanan (Wilkins, 1989). Dilihat dari strukturnya biji tersusun atas: kulit biji, embrio dan cadangan makanan, kulit biji membatasi endosperm (cadangan makanan) dalam biji.

Kulit biji selain berfungsi sebagai pelindung terhadap kerusakan organel perkecambahan dan sebagai alat pemencar, kulit biji juga dapat menghambat masuknya air dan oksigen yang masuk ke dalam biji mengakibatkan proses metabolisme dalam biji menjadi minimal, kondisi ini merupakan gambaran biji yang sedang dorman.

Struktur kulit-kulit kebanyakan biji terdiri dari beberapa lapis sel, yang berasal dari jaringan integumen ovule, juga ada beberapa kulit biji yang mempunyai tambahan, antara yang kesemuanya menyebabkan biji jadi keras.

Kebanyakan biji berkadar air rendah (5 – 20% dari berat total), dengan demikian perkecambahan tidak akan terjadi sampai biji mengimbibisi air dan udara untuk metabolisme sel embrio. Imbibisi akan menaikkan turgiditas sel-sel biji sehingga akhirnya merobek kulit biji.

Meskipun kondisi lingkungan biji cukup baik untuk berlangsungnya perkecambahan, namun ada biji yang tetap tidak mau berkecambah (dormansi). Umumnya penyebab terjadinya dormansi biji adalah karena embrio yang masak dan impermeabilitas kulit biji adalah karena embrio belum masak disebut after ripening, dan dapat diatasi setelah biji mengalami serangkaian proses enzimatis dan biokimiawi yang kompleks. Dormansi karena kulit biji yang keras, disamping menghalangi masuknya air dan oksigen, juga dapat berupa hambatan mekanis untuk tumbuhnya embrio. Perlakuan untuk dapat melunakkan atau merusak kulit biji yang keras, sehingga akan menyebabkan biji berkecambah disebut scarifikasi.

Di alam, dormansi karena kulit biji yang keras dpat dipatahkan dengan berbagai cara misalnya dengan pergantian musim, antara basah dan kering,

Page 3: FISTUM PRAKTIKUM 09

tempertur rendah, abrasi oleh pasir di gurun, aktivitas mikroba tanah, api atau oleh alat pencernaan makanan burung, dan hewan mamalia. Secara praktis menggosok kulit biji dengan benda yang abrasive atau secara kimiawi dengan merendamnya dalam larutan asam pekat.

IV. HASIL PENGAMATAN1. Tabel perlakuan tehadap biji kemiri dan kecipir.No Perlakuan Biji

Kemiri Kecipir1 Merendam dalam larutan HCl 2M (15’) - 22 Merendam dalam larutan H2SO4 (15’) - 33 Merendam dalam larutan HCl 2M (10’) - -4 Merendam dalam larutan H2SO4 (10’) - 25 Digerinda/ diamplas - 26 Dikontrol - 2

2. Tabel Presentasi dormansi biji kemiri dan kecipirNo Perlakuan Biji

Kemiri Kecipir1 Merendam dalam larutan HCl 2M (15’) - 20 %2 Merendam dalam larutan H2SO4 (15’) - 30 %3 Merendam dalam larutan HCl 2M (10’) - -4 Merendam dalam larutan H2SO4 (10’) - 20 %5 Digerinda/ diamplas - 20 %6 Dikontrol - 20 %

V. ANALISIS DATABerdasarkan tabel pengamatan dapat diketahui bahwa tidak semua biji

berkecambah. Pada biji kemiri disetiap perlakuan tidak ada satu biji pun yang berkecambah. Lain halnya dengan biji kecipir walaupun semuanya tidak berkecambah di setiap perlakuan namun dari enam perlakuan yang diberikan ada mepat perlakuan yang menunjukkan perkecambahan pada biji kecipir yaitu pada kontrol 2 biji, HCl 2M dalam waktu 15 menit ada 2 biji, H2SO4 15 menit ada 3 biji, H2SO4 10 menit ada 2 biji dan yang digerinda ada 2 biji.

Jika kita lihat berdasarkan tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa setipa biji memiliki masa dormansi yang berbeda-beda seperti kemiri dan kecipir tersebut, walaupun sudah diberikan berbagai mcam perlakuan untuk mematahkan dormansi pada biji kemiri dan kecipir. Khusus untuk biji kemiri, tidak adanya biji yang berkecambah mungkin hal ini berkaitan denga struktur bijinya dimana kulit biji kemiri memiliki struktur biji yang keras dan tebal meskipun sudah diberikan berbagai macam perlakuan untuk memecahkan dormansinya seperti digerinda dengan ampelas dan juga dengan penambahan larutan asam encer berupa HCl dan H2SO4 tetapi biji kemiri tidak menunjukkan adanya perkecambahan. Selain masalah kulit bijinya yang keras mungkin juga karena biji kemiri memiliki waktu yang cukup lama untuk mengakhiri masa dormansinya mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan. Selain itu juga mungkin juga waktu yang diberikan saat perendaman biji kemiri dengan larutan asam encer itu terlalu sedikit sehingga larutan asam encer tersebut tidak bisa atau hanya sedikit yang mampu merembes melalui pori-pori pada kulit biji sehingga proses metabolisme pada biji untuk merangsang perkecambahan tidak bisa terjadi.

Pada kecipir walaupun sama-sama memiliki kulit yang keras namun dengan adanya berbagai perlakuan atau penambahan larutan dapat mematahkan dormansi pada biji walaupun dari setiap perlakuan tidak semuanya dapat mematahkan dormansi pada biji kecipir. Hal ini menunjukkan meskipun kecipir memiliki kulit yang keras tapi dengan adanya berbagai perlakuan di atas dapat mematahkan dormansi pada biji.

VI. KESIMPULAN1. Dormansi adalah fase yang memperlihatkan adaptasi khusus terhadap

kondisi-kondisi lingkungan.2. Pematahan dormansi pada biji yang berkulit keras seperti kemiri dan

kecipir dapat dilakukan dengan cara diampelas atau dengan penambahan larutan asam encer.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dormansi adalah faktor lingkungan, faktor internal dan waktu.