makalah fistum
TRANSCRIPT
ASIMILASI DAN TRANSPORT SULFAT DI DALAM TUBUH TANAMAN
disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan
Kelompok 1:
1. Ennis Harimurti (111510501067)
2. Iffah (111510501083)
3. Dwi Hartatik (111510501150)
4. Fitria Budi Tarwiyanti (111510501044)
5. Dewi Puspa A. (111510501110)
6. Faishal Irfandi (1215105011)
7. Andri Gutomo (111510501056)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan umumnya memanfaatkan sulfat yang diambil oleh akar
sebagai sumber S utama untuk mendukung pertumbuhannya, sebelum
berasimilasi menjadi senyawa organic S, sulfat direduksi terlebih dahulu menjadi
sulfide. Tingkat penyerapan dan asimilasi S pada kondisi normal bergantung pada
kebutuhan untuk pertumbuhan, dapat didefinisikan sebagai tingkat serapan S dan
asimilasi per gram biomasa yang dihasilkan tiap waktu. Kebutuhan S berfluktuasi
selama perkembangan tanaman dan kebutuhannya S bervariasi antar spesies
tanaman sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kapasitas
potensi tempat senyawa S sekunder. Penyerapan sulfat oleh akar dan transportasi
yang untuk tunas tampaknya menjadi situs utama regulasi asimilasi S. Selain
diserap oleh akar, tedapat kebutuhhan lainnya untuk transportasi transmembran
sulfat dalam proses panjang sulfat dari akar ke tunas, untuk tranportasi intraseluler
sulfat ke dalam vakuola sebagai tempat penyimpanan utama sulfat dan menjadi
plastid dimana reduksi sulfat berlangsung (Buchner dan Peter, 2004).
Sulfur dioksidasi yang berbeda menunjukkan salah satu unsur paling
serbaguna dalam biologi. Metabolisme sulfur dalam tanaman meliputi penyerapan
sulfat makronutrien dari lingkungan, asimilasi menjadi senyawa organik, dan
penyaluran menjadi protein dan substansi sekunder. Sistein, metionin, dan sulfur
yang mengandung vitamin seperti biotin atau tiamin sangat penting dalam nutrisi
manusia, dan antara berbagai fungsi sulfur diperantarai oleh transpor elektron di
FE / gugus S, peran struktural dan regulasi melalui jembatan protein disulfida dan
pusat katalitik. Senyawa sulfur sekunder mulai dari mensinyal molekul dalam
simbiosis antara legume-rhizobia (Hell, 1996).
Sulfat merupakan sejenis garam dari asam sulfat. Reduksi sulfat
berlangsung di akar maupun batang tumbuhan, tapi sebagian besar belerang
diangkut melalui xylem ke daun dalam bentuk SO42- non reduksi. Sebagian
diangkut kembali ke akar dan bagian lainnya lewat floem, baik dalam bentuk
SO42- maupun senyawa belerang organic. Hanya sedikit yang diketahui tentang
reduksi SO42- di dalam jaringan tanpa klorofil, tapi sebagian besar reaksi
tampaknya serupa dengan yang berlangsung di daun. ATP penting pada masing-
masing proses ini. Di daun, semua proses tersebut berlangsung di kloroplas. Di
akar, sebagian besar atau mungkin semua proses itu berlangsung di proplastid
(Salisbury dkk., 1995).
Sulfat adalah unsur esensial yang terdapat di dalam organisme hidup.
Tanaman, bakteri, dan jamur yang mampu mensintesis substansi tersebut dengan
cara mengasimilasi sulfat yang diambil dari lingkungan. Sulfat terdapat dalam
sulfolipids, yang terdiri dari sekitar 5% dari lipid dari membran tylakoid.
Asimilasi sulfat pada tanaman terjadi terutama dalam kloroplas dan kemudian
merupakan bagian dari fotosintesis, tetapi juga berlangsung di plastida pada akar
(Hans dan Heldt, 2005).
Asimilasi sulfat bisa diringkas dalam empat langkah: (1) penyerapan
sulfat, (2) aktivasi sulfat, (3) reduksi sulfat dan (4) sintesis sistein. Metabolisme
sulfat diawali dengan aktivasi oleh reaksi adenylation yang dikatalisis oleh ATP-
sulfurylase. Enzim asimilasi sulfat pada tanaman adalah adenosine 5'-
posphosulfate reduktase (APR), mengurangi diaktifkan sulfat sebagai petunjuk
dengan kontrol analisis fluks. Dalam periode ketersediaan sulfat rendah, tanaman
meningkatkan transportasi sulfat dan laju reduksi. Aktivasi reduksi sulfat adalah
rute dominan asimilasi dilakukan di dalam plastida (Ahmad dan Prasad, 2011).
Tahap awal yang terjadi pada proses sintesis senyawa organik yang
mengandung sulfur adalah reduksi sulfat menjadi asam amino sistein. Sifatnya
yang stabil menyebabkan adanya proses aktivasi sebelum proses reduksi
selanjutnya terjadi. Proses aktivasi diawali dengan reaksi sulfat dengan ATP,
menghasilkan adenosine-5’-fosfosulfat (APS) dan pirofosfat (PPi). Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut: SO42-+ Mg-ATP APS +PPi Reaksi tersebut
dikatalisis oleh ATP sulfurilase. PPi dihidrolisis dengan cepat dan tak balik
menjadi dua Pi oleh enzim pirofosfatase, dan kemudian Pi dapat digunakan di
mitokondria atau kloroplas, membentuk kembali ATP. Sulfur APS direduksi di
kloroplas oleh elektron yang diperoleh dari feredoksin tereduksi. Reduksi APS
terjadi pada beberapa tahap. Pertama, APS reduktase mentransfer 2 elektron yang
berasal dari reduksi Gluthathion (GSH) dan menghasilkan sulfat. APS+2GSH
SO32-+ 2H++ GSSG+AMP GSSG merupakan gluthatione yang tereduksi. Kedua,
sulfit reduktase mentransfer 6 elektron dari feredoxin menghasilkan sulfida.
Sulfida (bebas atau terikat) yang dihasilkan dari reduksi APS tidak tertimbun
karena diubah secara cepat menjadi senyawa belerang organik, khususnya sistein
dan asetat. Reaksi yang menghasilkan sistein dan asetat dikatalis oleh OAS-thiol-
liase: OAS+ S2- sistein +asetat APS kinase mengkatalisa reaksi APS dengan ATP
membentuk 3-fosfoadenosin -5-fosfosulfat (PAPS): APS+ATP PAPS+ADP.
Sulfotransferase kemudian mentransfer kelompok sulfat dari PAPS ke berbagai
senyawa yaitu: kholi, peptida, polisakarida, brasinoteroid, flavonol
danglukosinolat (Salisbury dkk., 1995).
Peran asimilasi sulfur merupakan peran biologi secara umum. Namun,
tanaman juga menggabungkan belerang ke berbagai senyawa sekunder yang
memiliki dampak, dengan cara yang bervariasi dan mempengaruhi lingkungan.
Beberapa tanaman yang mengandung sulfur phytoalexins seperti camalexin
memiliki peranan dalam memerangi patogen tanaman. Tumbuhan dapat
memperoleh sulfat secara langsung dari atmosfer. Penangkapan ini berkaitan
dengan bagaimana kondisi pertumbuhan industrialisasi dan urbanisasi yang
berhubungan dengan peningkatan yang kuat dalam permintaan energi dan emisi
polutan udara termasuk sulfur dioksida dan hidrogen sulfida, yang dapat
mempengaruhi metabolisme tanaman. Gas sulfur berpotensi phytotoxic, gas ini
dapat dimetabolisme dan digunakan sebagai sumber sulfur dan bahkan bermanfaat
jika penyediaan sulfur akar tidak cukup (Thomas dan Saito, 1999).
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Asimilasi Sulfat Di dalam Tubuh Tanaman
Sulfur merupakan salah satu dari enam unsur hara makro yang diperlukan
oleh tanaman dan ditemukan dalam bentuk asam amino Cys dan Met dalam
berbagai metabolit. Sulfur tersedia untuk tanaman terutama dalam bentuk anion
sulfat (SO42-) yang hadir di dalam tanah. Bentuk tersebut secara aktif akan
diangkut ke akar dan kemudian didistribusikan.
Asimilasi sulfate terdiri dari dua proses utama, yaitu proses masuknya
sulfate dari lingkungan ke dalam sel tanaman dan perubahan senyawa anorganik
menjadi organik di dalam tubuh tanaman. Masuknya sulfate dari lingkungan luar
ke dalam sel tanaman melalui rambut-rambut akar dengan dibantu protein
transporter sulfate. Asimilasi bisa terjadi di semua sel aktif pada tanaman
utamanya di bagian daun tanaman. Adapun proses asimilasi sulfate diuraikan
sebagai berikut:
1. Selanjutnya sulfate yang diserap akan dikirim dan diolah di bagian tunas daun.
Pada bagian tersebut terjadi proses pembentukan APS dari sulfate dengan
penambahan energy berupa ATP dan dibantu oleh enzim ATP Sulfurylase.
Pada proses tersebut menghasilkan PPi sebagai sisa dari metabolism APS.
2. APS yang telah terbentuk selanjutnya akan diproses sehingga menghasilkan
sulfite dengan mentransfer 2 elektron yang berasal dari reduksi Gluthathion
(GSH). Proses ini dibantu oleh enzim APS reductase yang menyisakan AMP
dan GSSG. GSSG merupakan gluthatione yang tereduksi.
3. Selanjtnya adalah proses pembentukan sulfite menjadi sulfide pada kondisi
normal dan SQDG pada kondisi tertentu. Proses pembentukan tersebut dibantu
dengan ezim Sulfite reductase dengan mentransfer 6 elektron dari feredoxin
yang tereduksi. Pada proses ini menyisakan 6 elektron dari feredoxin yang
teroksidasi.
4. Sulfida yang telah terbentuk selanjutnya bergabung dengan serine dan
memanfaatkan O-Acetyl CoA untuk membentuk O-acetylserine dangan
bantuan enzim Serine acetyl transferase. Selanjutnya, O-acetylserine digunakan
sebagai bahan pembentukan Cysteine dengan bantuan enzim O-
acetylserine(thiol)lyase. Pada proses ini menyisakan acetate.
5. Cysteine yang dihasilkan dapat diubah menjadi Methionine kemudian protein
ataupun Cystein langsung menjadi protein. Selain itu, Cystein juga bisa
menghasilkan Glutathione sebagai metabolit sekunder. Untuk dapat diubah
menjadi Glutathione, Cysteine ditambah glutamate dan ATP menjadi -
Glutamylycystein. Selanjutnya -Glutamylycystein akan menghasilkan
Glutathione dengan penambahan glycine dan ATP. Proses pembentukan -
Glutamylycystein menjadi Glutathione menyisakan ADP dan Pi.
Gambar 3.1 Proses Asimilasi Sulfate dalam Tubuh Tanaman
3.2 Transport Sulfat Ke dalam Tubuh Tanaman
Proses transport sulfat kedalam tubuh tanaman diawali dengan tersedianya
ion-ion sulfat didalam tanah dalam bentuk anorganik dan juga diperoleh dari gas
sulfur dioksida (SO2) yang terdapat didalam atmosfer yang diabsorbsi dan
diasimilasi oleh daun, dimana senyawa tersebut telah diubah menjadi ion sulfat
sebelum di asimilasi. Tahapnya yaitu ;
1. Tanaman mengabsorbsi ion sulfat (SO42-) pada bagian akar dan sulfat diambil
oleh bulu akar yang memiliki afinitas tinggi. Proses transportasi ini termasuk
dalam proses aliran massa, dimana ion sulfat (SO42-) masuk ke dalam akar
bersama air.
2. Selanjutnya sulfat yang diabsorbsi oleh akar pada bagian proplastid, akan
dibawa keatas melalui pembuluh xylem dengan mengikuti aliran proses
transpirasi bersama air menuju bagian daun yang berlangsung di bagian
kloroplas.
3. Dan sebagian diangkut kembali ke akar dan bagian lainnya melalui floem,
baik dalam bentuk SO42- maupun senyawa belerang organic. Penyerapan dan
transportasi sulfat tersebut tergantung pada energy (energy ATP yang
menghasilkan gradient proton).
4. Selanjutnya yaitu sulfat akan di asimilasi didalam semua sel yang mengalami
pertumbuhan aktif baik sel pada batang dan akar. Dan sulfat sudah dapat
dimanfaatkan atau digunakan oleh tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Parvaiz dan Prasad. Enviromental Adaptations and Stress Tolerance of Plants in the Era of Climate Change. India: Springer.
Buchner dan Peter. 2004. Regulation of Sulfate Uptake and Expression of Sulfate Transporter Genes in Brassica oleracea as Affected by Atmospheric H2S and Pedospheric Sulfate Nutrition. Plant Physiology, 136: 3396-3408.
Hans, Heldt dan Walter. 2005. Plant Biochemistry Third Edition. California: Elsevier Academic Press.
Honsel, A. 2012. Sulphur Limitation and Early Sulphur Deficiency Responses in Poplar: Significance of Gene Expression, Metabolites, and Plant Hormones. Journal of Experimental Botany, 63(5): 1873-1893.
Salisbury, Frank, B. dan Cleon, W. R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB
Thomas, L dan Saito, K. 1999. Sulfate Transport and Assimilation in Plants. Plant Pgysiologi, 120(3): 637-643.