case report aspirasi corpus alienum

23
CASE REPORT Corpus Alienum pada Saluran Pernapasan (Aspirasi Benda Asing ke Dalam Saluran Respiratori) BAB I. PENDAHULUAN Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan tersebut. Aspirasi benda asing ke dalam saluran respiratorik dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering pada anak kelompok usia di bawah 3 tahun (80%). Kejadian ini lebih sering dijumpai pada anak laki-laki dari pada anak perempuan (3:1) dengan sebab yang tidak jelas. Kemungkinan yang dapat terjadi akibat aspirasi benda asing mulai dari tanpa gejala sampai timbulnya keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa. Pada mumnya sebagian besar benda asing tersebut dapat dikeluarkan secara refleks dengan batuk atau muntah, dan hanya sebagian kecil saja yang dapat masuk ke dalam saluran respiratorik. Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal. Dari data-data diatas, penulis tertarik untuk membahas Corpus Alienum pada Saluran Pernafasan sebagai judul penulisan case report ini. Selain untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik ilmu kesehatan anak, case report ini juga bertujuan sebagai referensi dan bahan pengingat untuk penatalaksanaan dari aspirasi benda asing pada saluran respiratorik. 1

Upload: meilisa-italin-hutasoit

Post on 14-Jul-2015

3.749 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case report aspirasi corpus alienum

CASE REPORT

Corpus Alienum pada Saluran Pernapasan

(Aspirasi Benda Asing ke Dalam Saluran Respiratori)

BAB I. PENDAHULUAN

Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang

sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang

berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada

saluran pernafasan tersebut.

Aspirasi benda asing ke dalam saluran respiratorik dapat terjadi pada semua usia,

tetapi paling sering pada anak kelompok usia di bawah 3 tahun (80%). Kejadian ini lebih

sering dijumpai pada anak laki-laki dari pada anak perempuan (3:1) dengan sebab yang

tidak jelas. Kemungkinan yang dapat terjadi akibat aspirasi benda asing mulai dari tanpa

gejala sampai timbulnya keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa.

Pada mumnya sebagian besar benda asing tersebut dapat dikeluarkan secara

refleks dengan batuk atau muntah, dan hanya sebagian kecil saja yang dapat masuk ke

dalam saluran respiratorik. Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan

keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala

sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat

sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus

dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam

kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.

Dari data-data diatas, penulis tertarik untuk membahas Corpus Alienum pada

Saluran Pernafasan sebagai judul penulisan case report ini. Selain untuk memenuhi tugas

kepaniteraan klinik ilmu kesehatan anak, case report ini juga bertujuan sebagai referensi

dan bahan pengingat untuk penatalaksanaan dari aspirasi benda asing pada saluran

respiratorik.

1

Page 2: Case report aspirasi corpus alienum

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian

Corpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh

atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran nafas tersebut.

II.2. Klasifikasi

Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan

yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen

biasanya masuk melalui hidung atau mulut.

Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen

padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat

anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair

dapat berupa benda cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,

krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi

pada saat persalinan.

II.3. Faktor-Faktor Predisposisi

1. Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.

2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan tidur, kesadaran

menurun, alkoholisme dan epilepsi.

3. Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik.

4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.

5. Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum

tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.

6. Faktor kejiwaan, antara lain, emosi, gangguan psikis.

7. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.

8. Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan

makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain,

memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.

2

Page 3: Case report aspirasi corpus alienum

II.4. Jenis Sumbatan

• By pass valve obstruction atau partial bronchial obstruction atau obstruksi bentuk

katup terbuka.

Pada bentuk ini udara pernapasan masih dapat keluar masuk pada saat inspirasi dan

ekspirasi meskipun tidak adekuat.

• Inspiratory check valve obstruction atau obstruksi bentuk katup pengatur inspirasi.

Karena udara tidak dapat masuk pada saat inspirasi, tetapi dapat keluar pada saat

ekspirasi, maka udara di bagian distal sumbatan akan habis, sehingga paru akan

kolaps atau atelektasis.

• Expiratory check valve obstruction atau obstruksi bentuk katup pengatur ekspirasi.

Kebalikan dari bentuk yang kedua, pada bentuk ini udara dapat masuk pada saat

inspirasi, tetapi tidak dapat keluar pada saat ekspirasi. Sehingga di bagian distal

sumbatan akan mengalami emfisema.

• Stop valve obstruction atau obstruksi bentuk katup tertutup.

Pada obstruksi bentuk ini benda asing menutup seluruh lumen saluran respiratorik,

baik pada saat inspirasi maupun pada saat ekspirasi, sehingga seluruh udara paru di

bagian distal sumbatan akan mengalami absorpsi dan dalam waktu 24 jam akan

mengalami kolaps atau atelektasis.

II.5. Gejala Klinis

Gejala dari masuknya benda asing ke dalam saluran pernafasan ditunjukkan

dengan penderita batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tersumbat di tenggorok, bicara

gagap, dan obstruksi jalan napas segera. Jika benda asing di laring dapat menimbulkan

kematian akibat penderita tak bisa bernapas.

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi

benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing.

Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring,

trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring,

hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk

3

Page 4: Case report aspirasi corpus alienum

ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala

hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat sumbatan total.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3

stadium, yaitu:

1. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-

tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di

tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.

2. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini

karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala

rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan

keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda

asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas.

3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi

sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis,

pneumonia dan abses paru.

Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau

berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak

(posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat

biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini

disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai

afonia, apnea dan sianosis.

Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk

yang disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa

subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda

asing tersebut tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila

benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea,

tetapi masih menyisakan reaksi laring oleh karena adanya edema.

II.6. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis

dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat

4

Page 5: Case report aspirasi corpus alienum

radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen

dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum

menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak

tanda-tanda atelektasis atau emfisema.

Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara

keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi

parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan

keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas

II.7. Penatalaksanaan

Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga

medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus

diketahui dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing

yang akan dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan

benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke

lumen alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.

Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen,

monitor jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi

merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik

preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi.

Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup

Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum

tindakan bronkoskopi.

5

Page 6: Case report aspirasi corpus alienum

Bronkoskopi

Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing

tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal.

Penentuan cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur

penderita, keadaan umum, lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing

dan lamanya benda asing berada di saluran napas. Sebenarnya tidak ada kontraindikasi

absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama hal itu merupakan tindakan untuk

menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu dimana telah terjadi

komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara dilakukan

pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing organik

yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera

dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun

bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi

kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena

diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat

dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran

alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam

bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.

Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi

cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam

6

Page 7: Case report aspirasi corpus alienum

dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas,

penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil

benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma

mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam

penting diperhatikan bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga

lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik

dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal,

penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.

Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan

bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi,

alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis

anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang

jarang dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah

subglotik menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak

cepat menurun, dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan

metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi

umum dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan

mengganggu proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.

Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan

bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat,

maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu,

misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian

antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan

kewaspadaan penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga

menimbulkan keterlambatan penanganan.

Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan

lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di

dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat

menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan

jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.

7

Page 8: Case report aspirasi corpus alienum

Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total

ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak

maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah

pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol

plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.

Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau

hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak

dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan.

Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan.

Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas

endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.

1) PUKULAN DAN HENTAKAN UNTUK SUMBATAN BENDA ASING

Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan

partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang

mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka

segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.

Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:

Pada penderita sadar:

1. Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa

detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita

tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya

dengan jari. Kalau keadaan memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep

Magill untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

2. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat kali

pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan

ulangi usaha-usaha pembersihan.

Pada penderita tidak sadar:

Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika tindakan ini

gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali hentakan

abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi. Jika tindakan

tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung,

8

Page 9: Case report aspirasi corpus alienum

hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau

sampai perlengkapan untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung

tiba. Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh

darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.

3. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya

dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.

2) CARA-CARA MELAKUKAN PEMUKULAN PUNGGUNG DAN HENTAKAN

ABDOMEN

Untuk pukulan punggung (A) lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal

telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika

mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.

Untuk hentakan abdomen (B) berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua

lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan

penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen

antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke

arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali. Hindari prosesus

sofoideus. Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih

pada wanita hamil atau gemuk.

3) CARA-CARA PUKULAN PUNGGUNG (A) DAN HENTAKAN ABDOMEN (B)

UNTUK SUMBATAN BENDA ASING PADA KORBAN BERBARING YANG

TIDAK SADAR

Untuk pukulan punggung (A) gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap

penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3 sampai 5 kali

pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang penderita,

diantara kedua tulang belikat.

Untuk hentakan abdomen (B) letakkan penderita telentang (muka menghadap ke atas),

penolong berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya. Penolong

meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan sebelah bawah

digaris tengah antara pusat dan prosesus sifoideus penderita. Miringkan sehingga bahu

penolong berada diatas abdomen penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan

9

Page 10: Case report aspirasi corpus alienum

cepat ke dalam dan keatas. Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika

perlu ulangi 3 sampai 5 kali.

4) PUKULAN PUNGGUNG PADA BAYI DAN ANAK KECIL

Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan satu

tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut antara

kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi dengan muka

menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan kepala dan berikan hentakan

dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita melakukan kompresi

jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat

bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan yang

lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan tindakan anestesi. Tindakan hentakan

abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil.

5) MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS

Membersihkan jalan nafas ada dua cara :

a. Dengan manual

b. Dengan penghisapan

Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:

1. Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan

penghisapan dengan tekanan negatif yang besar.

2. Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan

penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar

dapat menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat

mengalami asfiksi.

Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunakan

kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter

sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kateter

dapat dimasukkan ke dalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita

menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke bronkus kanan. Kalau kita ingin

memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan

ke kanan. Diameter kateter seharusnya kurang dari setengah diameter pipa trakea.

10

Page 11: Case report aspirasi corpus alienum

BAB III. LAPORAN KASUS

III.1 Anamnesis dilakukan pada tanggal : 11 Oktober 2012

Identitas

Nama : An. Johan Korwa

Umur : 6 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Suku bangsa : Papua

Alamat : Biak – Papua

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Tertelan Benda Asing

Keluhan Tambahan : Sesak

Pasien seorang anak laki-laki di bawa orang tuanya datang dengan keluhan

tertelan benda asing 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh batuk

kurang lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada batuk terdapat sedikit darah dan

pasien merasa sesak. Ibu pasien mengatakan pasien sudah BAB dan diperiksa, tidak ada

benda asing yang dimaksud di kotoran pasien.

11

Page 12: Case report aspirasi corpus alienum

Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal

Riwayat Kehidupan Sosial

Pasien merupakan anak yang aktif dan bugar. Tinggal dalam lingkungan yang bersih.

Pemeriksaan Fisik/ Status Generalisata

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis.

Tekanan darah : 100/80 mmHg.

Frek.nadi : 83x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 28x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).

Suhu : 36,7oC (axilla).

Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis(-)

THT : Napas Cuping Hidung (+) Tonsil T1-T1, Hiperemis (-)

Thoraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga (+), intercostae (+)

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : BND vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing +/+

Cor : S1-S2 normal, Murmur (-), Gallop(-)

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar

Auskultasi : Bising usus(+)4x/mnt

12

Page 13: Case report aspirasi corpus alienum

Palpasi : Hepar dan lien tdk teraba membesar

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill <2”, sianosis(-)

Kulit : Turgor kulit baik.

Diagnosis Kerja : Corpus Alienum/ tertelan benda asing dalam saluran napas.

Diagnosis Banding : Bronkitis

Rencana Terapi : Diet biasa

Rawat inap

CIV Kaen 3B 20 tetes/ menit (makro)

O2 nasal 4 lpm

Inhalasi Ventolin 1 neb + Flixotide 1 neb

Rencana Pemeriksaan : Ro” Thoraks, foto polos abdomen, FL, DPL, Konsul THT,

Hepatitis, HIV.

III.2. PERKEMBANGAN PENATALAKSANAAN

1. Kamis, 11 Oktober 2012

Tambahan evaluasi perawatan hari pertama :

- Tes hematologi, hasil : Leukosit meningkat (16.6 10^3/uL), MCV (74fL) dan MCH

(26.8pg) menurun.

- Foto toraks AP/ lateral : sugestif interstisial pneumonia

- BNO : Suspek nefrolithiasis kiri (DD/ Debris fecal material)

- Konsul Prof. Nirwan :

Hasil : Sonor kanan/ kiri, stridor (+), obstruksi aspirasi benda asing.

Pro : Bronchoscopy

dan ditambahkan MM : Cifotaxime 2 x 1 gr (IV), Rantin 2 x 25 mg

Diet : Makanan cair

Rencana rujuk ke RS Persahabatan untuk bronchoscopy.

13

Page 14: Case report aspirasi corpus alienum

2. Jumat, 12 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 98x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 26x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).

Suhu : 37,4oC (axilla).

THT : Napas Cuping Hidung (+) Tonsil T1-T1, Hiperemis (-)

Thoraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga & intercostae (+)

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : BND vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing +/+

A : Corpus alienum pada saluran pernapasan.

P : Diet biasa, IV Kaen 3B 20 tetes/ menit (makro), Inhalasi 1 neb 6x sehari,

Pulmicort 1 neb 2x sehari, Cifotaxime 2x1gr (IV), Rantin 2x25mg, Methylprednisolon

3x25mg, Meropenem 3x400mg, Ranitidin 2x20mg.

Dilakukan pemeriksaan :

- Tes Anti HIV, hasil : 0.20 S/CO Non Reaktif

- Tes Imunologi HBsAg, hasil : 0.63 S/N Negatif

3. 13 Oktober 2012 – 15 Oktober 2012 (pagi)

Pasien di rawat di RS Persahabatan dan dilakukan tindakan bronchoscopy

5. Senin, 15 Oktober 2012 (sore)

Pasien kembali ke RS PGI Cikini dengan laporan :

* Hasil Foto Thoraks AP/ Lateral :

- Jantung kesan tidak membesar. Aorta dan mediastinu m superior tidak melebar.

- Trakea di tengah. Kedua hilus tidak menebal.

- Infiltrat halus di perihiler bilateral dan retrokardial

- Diafragma dan sinus baik.

Kesan : Sugestif interstitial pneumonia.

14

Page 15: Case report aspirasi corpus alienum

* BNO

- Distribusi udara usus sampai pelvis minor

- Tampak bayangan radioopak di hemiabdomen kiri pada level paralumbal L1

- Kontur ginjal tidak terlihat jelas tertutupnya bayangan udara usus dan fecal maternal

- Psoas line baik

- Tulang-tulang baik

Kesan : Suspek nefrolithiasis kiri (DD/ Debris fecal material)

- Mikrobiologi : BTA 1x kultur + resistensi, hasil : Negatif

- Kultur MO + rest aerob BBR : Tidak ditemukan bakteri pathogen

* Bronchoscopy (Dr. Amir Lutfi)

1. Bronchoscopy fleksible

- Tampak laring edem

- Trakea 1/3 proksimal tampak edema

dan sikatrik

- Tampak korpus alienum di bronkus

kanan

- Dicoba dilakukan ekstraksi

menggunakan foreceps tidak berhasil

2. Bronchoscopy rigid

- Dilakukan intubasi bronkoskopi kaku ukuran

terkecil, diameter 9mm, dan dilakukan ekstraksi

dengan forcep rigid

- Corpus alienum dapat dikeluarkan.

15

Page 16: Case report aspirasi corpus alienum

3. Bronchoscopy fleksible pediatrik

- Dilakukan evaluasi jalan napas dalam keadaan terintubasi

dengan ETT no.6

- Tampak jejas hiperemis dan edema di daerah bloop corpus

alienum di bronkus utama kanan.

- Cabang-cabang buka dan buki lainnya baik, tampak sekret

mukoid kental.

Therapy pasca Bronchoscopy : Meropenem 3 x 400 mg,

Methylprednisolon 3 x 25 mg, Ranitidin 2 x 20 mg,

Inhalasi Ventolin 6x/hari : Pulmicort 2x/hari

6. Selasa, 16 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 92x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).

Suhu : 37,oC (axilla).

THT : Napas Cuping Hidung (-) Tonsil T1-T1, Hiperemis (-)

Thoraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi iga & intercostae (-)

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : BND vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Kaen 3B, Methylprednisolon 3x25mg, Meropenem 3x400mg,

Ranitidin 2x20mg

* Hasil pemeriksaan Cairan Bronkus langsung dan biakan

- Langsung : Tidak ditemukan elemen jamur

- Biakan : Tidak tumbuh jamur

16

Page 17: Case report aspirasi corpus alienum

7. Rabu, 17 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 100x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 20x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).

Suhu : 36,6oC (axilla). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x25mg, Meropenem 3x400mg,

Ranitidin 2x20mg

8. Kamis, 18 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 100x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 20x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).

Suhu : 36,8oC (axilla). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x25mg, Meropenem 3x400mg,

Ranitidin 2x20mg

9. Jumat, 19 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 92x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).

Suhu : 36,7oC (axilla). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x20mg, Meropenem 3x400mg,

Ranitidin 2x20mg

17

Page 18: Case report aspirasi corpus alienum

10. Sabtu, 20 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 88x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 26x/mnt, reguler, cuping hidung (-), retraksi (-).

Suhu : 37oC (axilla). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x20mg, Meropenem 3x400mg,

Ranitidin 2x20mg

Dilakukan pemeriksaan :

* Foto Thoraks AP/ Lateral

- CTR<50%, aorta dan mediastinum tak melebar

- Trakea dan hilus baik

- Paru tak tampak infiltrat/ nodul

- Diafragma dan sinus baik

Kesan : Cor dan pulmo tak tampak kelainan

11. Minggu, 21 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 80x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 20x/mnt, reguler, cuping hidung (-),retraksi (-).

Suhu : 37oC (axilla).

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x20mg, Meropenem 3x400mg,

Ranitidin 2x20mg

12. Senin, 22 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 100x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

18

Page 19: Case report aspirasi corpus alienum

Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-),retraksi (-).

Suhu : 37,2oC (axilla).

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Inject plug, Methylprednisolon 3x20mg, Ranitidin 1x20mg

13. Selasa, 23 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 92x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-),retraksi (-).

Suhu : 36,2oC (axilla).

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Methylprednisolon 3x16mg, Rantin 1x150mg, Fartolin syr 1x1 sdo

- Hasil pemeriksaan laboratorium parasitologi : dr.Sri Wardhini

Cairan bronkus :

Langsung : Tidak ditemukan elemen jamur.

Biakan : Tidak tumbuh jamur

14. Rabu, 24 Oktober 2012

S : -

O : Frek.nadi : 84x/mnt, ireguler, adekuat, kuat angkat.

Frek.nafas : 24x/mnt, reguler, cuping hidung (-),retraksi (-).

Suhu : 37oC (axilla).

A : Pasca bronchoscopy

P : Diet biasa, Methylprednisolon 3x16mg, Rantin 2x150mg, Fartolin syr 3x1 sdo

15. Kamis, 25 Oktober 2012

19

Page 20: Case report aspirasi corpus alienum

Pasien dipulangkan oleh dokter dengan kondisi yang baik pasca brochoscopy ke daerah

asalnya, Biak, Papua. Pasien tampak tidak sakit, tidak ada keluhan yang menyertai, dan

tampak ceria.

Pemeriksaan terakhir : Suhu 36,6oC, Nadi 80x/ menit RR 20x/ menit

Obat-obatan yang dibawa pulang oleh pasien :

Ventolin Expectorant 3x1 sdo

M.Prednisolon 3x3 tb

Rantin 2x1 bks

BAB IV. DISKUSI

Pasien seorang anak laki-laki di bawa orang tuanya datang dengan keluhan

tertelan benda asing 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluh batuk kurang lebih 2 hari

SMRS. Pada batuk terdapat sedikit darah dan pasien merasa sesak. Ibu pasien

mengatakan pasien sudah BAB dan diperiksa, tidak ada benda asing yang dimaksud di

kotoran pasien.

Pada pemeriksaan dan follow up pasien didapatkan kondisi pasien yang tampak

sakit sedang, kesadaran kompos mentis dan semua tanda vital didapatkan dalam batas

normal. Pada pemeriksaan fisik keseluruhan pasien dalam batas normal, kecuali pada

20

Page 21: Case report aspirasi corpus alienum

pemeriksaan toraks/ dada didapatkan pergerakan toraks yang simetris namun terdapat

retraksi iga dan interkostal, bunyi napas vesikuler dan terdapat wheezing di kedua

lapangan paru. Stem fremitus simetris kanan dan kiri dan pada palpasi didapatkan sonor

pada kedua lapangan paru.

Pada tanggal 11 Oktober 2012 pada pasien telah dilakukan foto toraks AP/ lateral

dan BNO, didapatkan hasil adanya korpus alienum di saluran pernapasan pasien lalu

pasien dikonsul ke Prof.Nirwan dan dianjurkan untuk dilakukan bronkoskopi di RS

Persahabatan. Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap dan terlihat

leukosit yang meninggi, dokter juga menyarankan agar pasien diperiksa imunologi

HbsAg dan anti HIV, didapatkan hasil negatif untuk keduanya.

Keesokan harinya pasien dikirim ke RS Persahabatan, diperiksa, dan telah

dilakukan tindakan bronkoskopi dengan bronkoskopi tipe fleksibel, rigid, dan fleksibel

pediatrik dengan hasil korpus alienum telah berhasil dikeluarkan. Tanggal 15 Oktober

sore, pasien dipulangkan ke RS Cikini dan diberikan pengobatan berupa

Methylprednisolon 3x25mg, Meropenem 3x400mg, Ranitidin 2x20mg.

Setelah diberikan tindakan bronkoskopi, untuk mengevaluasinya, dokter

menyarankan untuk dilakukan kembali foto thoraks, pemeriksaan cairan bronkus dan

parasitologi (jamur) dengan hasil pemeriksaan semuanya baik dan tidak terdapat

kelainan.

Dalam masa perawatan diberikan diet cair, lunak, dan biasa, menyesuaikan

dengan kondisi pasien. Diberikan juga cairan intra vena seperti kaen 3B. Dilakukan

perawatan dan pemulihan sesuai standar tindakan medis.

Tanggal 25 Oktober, ketika kondisi pasien sudah pulih, atas perintah dokter,

pasien dipulangkan dengan kondisi tampak tidak sakit, tidak ada keluhan yang menyertai,

dan tampak ceria.

BAB V. KESIMPULAN

Kesimpulan

Corpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh

atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran nafas tersebut.

21

Page 22: Case report aspirasi corpus alienum

Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen

padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat

anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair

dapat berupa benda cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.

Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,

krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi

pada saat persalinan. Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung

pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran

benda asing.

Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan

segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi

benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan

secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun

personal yang telah terlatih.

Pada pasien case report ini, sudah dilakukan penatalaksanaan yang sesuai yaitu

dengan bronkoskopi, dan pasien telah dipulangkan dalam kondisi yang sehat.

Saran

Untuk penanganan kasus pada corpus alienum saluran pernafasan, kita harus dapat

mengkaji terlebih dahulu kondisi pasien dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk

mengetahui letak corpus alienum guna membantu mempermudah melakukan tindakan

selanjutnya. Persiapan yang matang sangat mendukung ketepatan jalannya tindakan

bronkoskopi dan mempercepat waktu pelaksanaan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nastiti N. Raharjoe, dkk. Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori; Buku Ajar

Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 2012 hal.420-426

2. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT (K), Benda Asing di Saluran Napas; Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala, dan Leher, Balai Penerbit FK

UI, Jakarta, 2007, hal.259-265

22

Page 23: Case report aspirasi corpus alienum

3. http://myhealing.wordpress.com/2010/02/02/penanganan-benda-asing-di-saluran-napas

4. http://heathergeraghty.blogspot.com/2010/12/flexible-bronchoscope-rigid.html

5. World Health Organization, Aspirasi Benda Asing, Buku Saku Pelayanan Kesehatan

Anak di Rumah Sakit, WHO Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 119-121

6. Price, Sylvia A. Patofisiologi. EGC, Jakarta, 2000.

7. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Nelson. vol 2, Jakarta, 2008, EGC

23