makalah corpus alienum fix

23
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM JALAN NAPAS DISUSUN OLEH KELOMPOK Aminy Handayani 11111002 Gemala Paramarini 11111019 Muhammad Reza Baihaqi 11111028 Novi Puji Prastiwi 11111038 Refani Egi Afrila 11111046 Rima Dyah Metasari 11111047 Syafitri Dharmaneli 11111050 Umi Farida 11111051 Wiji Swandani 11111053 Winny Edista Febriani 11111055 S1 KEPERAWATAN REGULER 4 2014/2015 STIKes PERTAMEDIKA JAKARTA Jln Bintaro Raya No. 10 Tanah Kusir, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan

Upload: taratatsuyafujisawa

Post on 09-Oct-2015

341 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernapasan merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernapasan adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernapasan tersebut. Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun. Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.Benda asing dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan napas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM JALAN NAPAS

DISUSUN OLEHKELOMPOK Aminy Handayani11111002Gemala Paramarini11111019Muhammad Reza Baihaqi11111028Novi Puji Prastiwi11111038Refani Egi Afrila11111046Rima Dyah Metasari11111047Syafitri Dharmaneli11111050Umi Farida11111051Wiji Swandani 11111053Winny Edista Febriani11111055

S1 KEPERAWATAN REGULER 42014/2015STIKes PERTAMEDIKA JAKARTAJln Bintaro Raya No. 10 Tanah Kusir, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Corpus Alienum Jalan Napas. Pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi nilai tugas yang di semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

Selesainya penyusunan makalah ini tidak terlepas dari rahmat dan hidayah Tuhan YME, kami selaku penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak, yaitu:1. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan saran dalam segala bentuk, abstrak dan konkrit.2. Ibu Retno selaku dosen mata kuliah Keperawatan Kritis.3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.Tak ada manusia yang sempurna, demikian juga dengan makalah Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien dengan Corpus Alienum Jalan Napas ini, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan makalah kami.

Semoga apa yang penulis tuliskan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1A.Latar Belakang1B.Tujuan1BAB II PEMBAHASAN2A.Definisi2B.Etiologi2C.Patofisiologi3D.Manifestasi Klinis5E.Pemeriksaan Diagnostik6F.Penatalaksanaan7G.Komplikasi13BAB III ASUHAN KEPERAWATAN14A.Pengkajian14B.Diagnosa16C.Intervensi16BAB IV PENUTUP19Kesimpulan19

ii

BAB I PENDAHULUANLatar BelakangCorpus Alienum (benda asing) pada saluran pernapasan merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernapasan adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernapasan tersebut.

Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun. Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.

Benda asing dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan napas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.Tujuan1. Mahasiswa mengetahui pengertian Corpus Alienum pada jalan napas.2. Mahasiswa mengetahui penyebab Corpus Alienum pada jalan napas.3. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala Corpus Alienum pada jalan napas.4. Mahasiswa mengetahui jalan terjadinya Corpus Alienum pada jalan napas.5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Corpus Alienum pada jalan napas.6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik Corpus Alienum pada jalan napas.7. Mahasiswa mengetahui komplikasi Corpus Alienum pada jalan napas.8. Mahasiswa mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Corpus Alienum pada jalan napas.BAB II PEMBAHASAN

A. DefinisiCorpus alienum pada jalan nafas adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan tersebut.Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan tersebut. Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.Corpus Alienum adalah terdapatnya suatu benda asing di dalam rongga mulut baik tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja ( Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, 2000 ).B. Etiologi1. Faktor individual : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal : Keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi.3. Faktor fisik : Kelainan dan penyakit neurologik.4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.5. Faktor dental, medical dan surgical : tindakan bedah, ekstrasi gigi, belum tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.6. Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis.7. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.8. Faktor kecerobohan : meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh.

C. PatofisiologiBetz, Cecily Lynn dan Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup oleh epiglotis sehingga makanan tidak akan salah jalan masuk ke jalan napas. Akan tetapi jika anak atau orang dewasa tersebut menarik naspas yang kuat secara tiba-tiba, misalnya teriak, tertawa, terkejut, atau menangis maka laring akan terbuka dan benda yang berada di dalam mulut akan ikut terhirup masuk.Jika benda asing tersebut terjepit pada pita suara atau subglotik, akan terjadi suara parau, batuk, dan sesak napas serta sianosis. Jika benda asing telah masuk ke dalam trakea-bronkus, juga akan terjadi batuk-batuk hebat yang mendadak dan bertubi-tubi yang sering kali diikut dengan sianosis. Selama periode ini, benda asing bergerak dari satu bagian ke bagian lain dari trakeo-bronkial dan akhirnya sering kali berhenti pada bronkus kanan.Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih kekiri serta ukuran bronkus kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak, frekuensi lokasi tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus utama kiri dan kanan. Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saat terjadi aspirasi.Obstruksi dapat terjadi obstruksi parsial atau total. Obstruksi total jalan napas biasanya terjadi di jalan napas atas dan dapat mengancam hidup. Atelektasis dapat terjadi di bagian distal dari tempat obstruksi sehingga udara tidak dapat masuk lagi. Udara yang terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi hanya sebagian yang dikeluarkan. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan objek arau subtansi itu dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan biasa.Jika benda asing berhenti, batuk menjadi jarang dan saat ini disebut fase tenang (latent period), penderita relative tanpa gejala. Keadaan ini membuat keluarga atau dokter mengira benda asing terlah keluar, tetapi jika dilakukan pemeriksaan fisik yang teliti akan terdengar mengi yang ekspiratoir dan tanda-tanda lain dari obstruksi bronkus. Jenis benda asing juga menentukan berat-ringan gejala yang akan timbul. Benda asing organic seperti kacang, atau kecik mempunyai sifat higroskopis, mudah menjadi lunak dan mengambang dan menimbulkan iritasi pada mukosa traktus respiratorius. Dalam waktu kurang lebih 24 jam setelah fase tenang akan terjadi batuk disertai sekret purulen, sedangkan benda asing berupa logam atau plastik yang dapat menyebabkan obstruksi pasrsial, biasanya dapat ditoleransi untuk waktu yang cukup lama. Benda asing anorganik akan menimbulkan iritasi lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radio-opak.Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak kompikasi yang akan muncul, berkaitan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi, selain itu dapat menyebabkanperubahan patologik jaringan antara lain bronkiektasis, pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema.

penyakit neurologik.Umur terlalu muda atau tua.menarik naspas yang kuat secara tiba-tiba ketika makan (tertawa, menangis, terkejut).

Benda asing masuk ke saluran pernapasan (corpus alineum jalan napas)

Obstruksi jalan napasBersihan jalan napas tidak efektif

Benda asing tidak keluarMekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing: BatukAnsietas

Obstruksi parsial Obstruksi total yang berlangsung lamaBenda asing dapat cepat dikelurkan

Benda asing turun ke trakea/bronkusObstruksi menetap di daerah yang sempitBronkospasme

Pembebasan kembali jalan napas

Pengaktifan respon inflamasi: Edema dan peradangan

latent period

Benda organic menjadi lunak atau benda non-organik menetap.

Mengganggu fungsi ventilasi

Menimbulkan iritasi dan erosi mukosa Penurunkan suplai oksigen dan peningkaatan CO2 di paru-paru menimbulkan sesak napas

Resiko tinggi infeksi

Gangguan pertukaran gas

Menimbulkan bronkiektasis, pnemonia yang berulang, abses paru dan emfisema.Penurunan suplai oksigen di jaringanGangguan perfusi jaringan

KematianSianosis

D. Manifestasi KlinisGejala dari masuknya benda asing ke dalam saluran pernafasan ditunjukkan dengan penderita batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tersumbat di tenggorok, bicara gagap, dan obstruksi jalan napas segera. Jika ada benda asing di laring dapat menimbulkan kematian akibat penderita tak bisa bernapas.

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat sumbatan total.

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3 stadium, yaitu:1. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.2. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas.3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru. Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.

Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk yang disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing tersebut tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan reaksi laring oleh karena adanya edema.

E. Pemeriksaan Diagnostik1. Endoskopi 2. Foto Rontgen: Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau emfisema.3. Video fluoroskopi: merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.4. Radiologi Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul bayangan radiologi yang diakibatkan oleh dua sebab, yakni:a. Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang terjadi adlah disebabkan oleh benda asing itu sendiri.b. Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi, misalnya ateoetksis dan emfisema,maka akan terkantung pada tipe obstruksi yang terjadi5. Pemeriksaan faal baruDari pemeriksaan faal paru didapatkan defek obstruktif faal paru dan ini tergantung kepada lokasi obstruksi yang terjadi di daerah laringotrakeal, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran (flowrate). Bila obstruksi terjadi disuparstrnal notch, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran inspirasi (inspiratory flow rate), sedangkan bila terjadi di bawah suparsternal nocht, maka akan terjadi pengurangan dari kecepatan aliran ekspirasi (expiratory flow rate).6. Pemeriksaan gas darahPada pase permulaan obstruksi dapat menimbulkan peningkatan PaCO2. Kecepatan pernapasan yang 30 kali/menit masih dapat mengkompensasi sehingga tidak terjadi hipoksemia akan tetapi pada penyumbatan yang sifatnya proksimal maka total perburukan gas dan pH terjadi secara cepat.

F. PenatalaksanaanUntuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit.

Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop.

Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.

Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing saluran napas tanpa diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing secara endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan menambah tingkat kesulitan terutama pada anak, tetapi ahli endoskopi menyatakan walaupun bronkoskopi harus dilakukan pada waktu yang tepat dan cepat untuk mengurangi risiko komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan hati-hati. Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus dinilai kasus per kasus sebelum tindakan ekstraksi.

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.

Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.

Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.

Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan.

Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi susah terlihat.

Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.

Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.

1. Pukulan Dan Hentakan Untuk Sumbatan Benda Asing.Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:Pada penderita sadar:a. Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya dengan jari. Kalau keadaan memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk mengeluarkan benda asing tersebut.b. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan.Pada penderita tidak sadar:a. Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba. Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.b. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.

2. Cara-Cara Melakukan Pemukulan Punggung Dan Hentakan Abdomen.Untuk pukulan punggung lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.

Untuk hentakan abdomen berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali. Hindari prosesus sofoideus. Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.

3. Cara-Cara Pukulan Punggung dan Hentakan Abdomen Untuk Sumbatan Benda Asing Pada Korban Berbaring Yang Tidak Sadar.Untuk pukulan punggung gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3 sampai 5 kali pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang penderita, diantara kedua tulang belikat.

Untuk hentakan abdomen letakkan penderita telentang (muka menghadap ke atas), penolong berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya. Penolong meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan sebelah bawah digaris tengah antara pusat dan prosesus sifoideus penderita. Miringkan sehingga bahu penolong berada diatas abdomen penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan keatas. Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3 sampai 5 kali.

4. Pukulan Punggung Pada Bayi Dan Anak Kecil.Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut antara kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan kepala dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan tindakan anestesi. Tindakan hentakan abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil.

5. Membersihkan Jalan NafasMembersihkan jalan nafas ada dua cara :a. Dengan manualb. Dengan penghisapanPenghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:1. Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan penghisapan dengan tekanan negatif yang besar.2. Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat mengalami asfiksi.Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunakan kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kateter dapat dimasukkan ke dalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke kanan. Diameter kateter seharusnya kurang dari setengah diameter pipa trakea.G. KomplikasiKomplikasi yang disebabkan oleh Corpus Alineum atau aspirasi benda asing adalah infeksi paru, karena pada saat terjadi aspirasi, maka saluran pernafasan akan mengalami obstruksi atau luka secara parsial maupun total yang akan menyebabkan meningkatnya sekresi lendir dan pertumbuhan bakteri. Jika Corpus Alineum tidak ditangani maka dapat terjadi pneumonia atau abses paru karena penumpukan lendir di dalam paru-paru.

BAB III ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian1. Identitas pasien.2. Riwayat kesehatan yang lalua. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan difokuskan pada ventilasi, perfusi, kognisi, dan kondisi pernapasan.a. Ventilasii. Bunyi napas : Ronki basah atau mengi dapat terdengar pada banyak masalah pernapasan. Hilangnya atau berkurangnya bunyi napas merupakan temuan yang signifikan dan mungkin mengindikasikan pneumotoraks atau beberapa bentuk konsolidasi alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang disebabkan oleh aspirasi benda asingii. Pernapasan : Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi pernapasan > 50 pernapsan/menit pada bayi atau >40 pernapsan/menit pada anak-anak usia Fungsi pernafasan baik.ii. Bila menjawab terputus-putus, tersendat-sendat, menggeh-menggeh -> Fungsi pernafasan terganggu.iii. Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa nafas -> Pernafasan berhenti iv. Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting artinya jika perawat mengetahui sifat dari pembedahan sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi, evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan. Kemampuan pasien untuk mendengar, melihat, membaca, dan menulis dikaji.kerusakan visual dan buta huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.

B. Diagnosa1. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).3. Resiko terhadap aspirasi b.s masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.4. Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.

C. IntervensiDiagnosa 1Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigenTujuan : perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.Intervensi:a. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosa.b. Awasi tanda vital dan irama jantung.c. Kolaborasi: berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi klien.

Diagnosa 2Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. inflamasi trakheobronkial, edema dan peningkatan produksi sputum, menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum).Tujuan: jalan nafas bersih dari sumbatanIntervensi :a. Kaji kepatenan jalan napasb. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi paruc. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan denyut nadid. Monitor lokasi selang endotrakheal/ gudel dan fiksasi dengan hati-hatie. Perhatikan batuk yang berlebihan, meningkatnya dispnea, adanya secret pada selang endotrakeal f. gudel dan adanya ronchig. Lakukan suction bila diperlukan, batasi lamanya suction kurang dari 15 detikdan lakukan pemberian h. oksigen 100% sebelum melakukan suctioni. Observasi hasil pemeriksaan GDAj. Anjurkan untuk minum air hangatk. Berikan posisi yang nyaman (fowler/ semi fowler)l. Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila memungkinkanm. Lakukan fifioterapi dada sesuai indikasi : Postural drainase, perkusi dan vibrasin. Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg BB/24 jam).

Diagnosa 3Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam saluran nafas.Tujuan : mengeluarkan sekreet, benda padat, atau cairan dari saluran nafasIntervensi:a. Kaji kepatenan jalan napasb. Kaji pengembangan dada, kedalaman dan kemudahan bernapas dan auskultasi bunyi paruc. Lakukan tindakan Manuver Heimlichd. Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran mukosae. Awasi tanda vital dan irama jantung

Diagnosa 4Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang dialami anak.Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak.Intervensi untuk orang tua:a. Berikan ketenangan pada orang tuab. Memberikan rasa nyaman.c. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan informasi.d. Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya.e. Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi anaknya.Intervensi untuk anak :a. Bina hubungan saling percaya.b. Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya.c. Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya.d. Melibatkan anak dalam bermain.e. Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal: pprosedur tindakan.f. Memberikan rasa nyamang. Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi.

BAB IV PENUTUP

KesimpulanBenda asing dalam saluran pernapasan dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan napas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.

16

DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto, Amk.,S.pd. . 2009. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta : Salemba MedikaSmeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC

http://laporanyusman.blogspot.com/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo_3015.html?m=1

http://satriodwipriangga.blogspot.com/2011/11/corpus-alienum.html?m=1

Nastiti N. Raharjoe, dkk. Aspirasi Benda Asing dalam Saluran Respiratori; Buku Ajar Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jaakarta, 2012 hal. 420-426.

Ajar Respirologi, Edisi ke-3, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jaakarta, 2012 hal. 420-426.

Rukmini, Sri. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok Untuk Perawat. Surabaya