urtikaria makjleb
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Urtikaria (urticaria, wheal, hives, biduran, kaligata, liman) adalah reaksi alergi
(melibatkan pembuluh darah atau vaskuler) pada kulit dan selaput lendir yang ditandai dengan
bentol-bentol (adakalanya hanya berupa bercak merah) pada kulit, berwarna merah atau
berwarna keputihan dan gatal Urtikaria relatif sering dijumpai di klinik. 1,2
Urtikaria dan angioedema sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak
mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. Penderita atopi lebih mudah mengalami
urtikaria dibandingkan dengan orang normal. Tidak ada perbandingan frekuensi jenis kelamin,
baik laki – laki maupun wanita. Umur, ras, pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musim
dapat mempengaruhi hipersensitifitas yang diperankan oleh IgE.3
Urtikaria merupakan reaksi vaskularisasi yang terjadi akibat pelepasan vasoaktif dan
mediator-mediator dari sel mast dan basofil. Pada urtikaria, degranulasi sel mast menyebabkan
vasodilatasi dan kebocoran plasma di permukaan dermis. Diduga penyebab urtikaria bermacam-
macam, antara lain: obat, makanan, gigitan/sengatan serangga, bahan fotosensitizer, inhalan,
kontaktan, infeksi & infestasi, psikis, genetik, trauma fisik, penyakit sistemik3,4. Faktor
imunologi lebih berperan pada urtikaria yang bersifat akut daripada yang kronik.3,4 Pada
mekanisme non-imunologi, cyclic adenosine monophosphate (CAMP) memiliki peranan yang
penting dalam pelepasan histamin. Histamin yang dilepas oleh faktor non-imunologi juga dapat
merupakan efek langsung dari faktor fisik, seperti panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan
pemijatan.5
Lesi urtikaria akut dan kronik dibedakan berdasarkan durasinya. 6,7 Secara klinis urtikaria
tampak sebagai suatu peninggian kulit dengan ukuran yang bervariasi disertai atau tanpa
dikelilingi eritema, ada gatal atau terkadang terasa seperti terbakar dan kulit kembali normal
dalam 1-24 jam.8 Urtikaria dapat berbentuk sirkuler atau serpiginosa (merambat).3 Predileksi lesi
urtikaria umumnya meliputi ekstremitas dan trunkus.9 Bila melalui anamnesis dan pemeriksaan
klinis belum dapat ditegakkan etiologinya, maka dapat dilanjutkan dengan beberapa pemeriksaan
penunjang.3
1
Pada prinsipnya pengobatan penyakit alergi adalah mengobati penyebab dan menghindari
paparan terhadap alergen. Tetapi jika dengan terapi non-medikamentosa tidak dapat mengurangi
gejala pada pasien maka terapi medikamentosa menjadi pilihan selanjutnya. Antihistamin oral
digunakan sebagai obat lini pertama dalam mengontrol gejala pasien dengan urtikaria akut.
Kortikosteroid oral seringkali digunakan untuk mengobati gejala urtikaria kronis apabila terapi
antihistamin tidak efektif.7,10
Di dalam laporan kasus ini, kami akan membahas tentang urtikaria kronis secara umum,
baik tentang etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanannya.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas pasien
Nama : Tn. H
Umur : 22 Tahun
Alamat : Jl. Anggrek RT 15/02 Cepok Mulyo-Kepanjen Malang
Pekerjaan : Buruh pabrik minyak
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
No RM : 11029xxx
Tanggal Periksa : 23 Februari 2012
2.2 Anamnnesis (Autoanamnesis)
Keluhan Utama :
Gatal – gatal hampir seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh gatal-gatal hampir seluruh tubuh sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya bentol-
bentol dan gatal muncul pada daerah muka lalu nyebar ke lengan bawah, perut, punggung, dan
tungkai bawah. Menurut pasien bentol muncul 1-2 jam setelah pasien minum obat puyer 38
karena pasien sakit gigi. Pasien sering mengalami hal tersebut sejak 3 tahun yang lalu dan
kambuh-kambuhan. Awal perjalanan penyakit dimulai setelah pasien pindah bekerja di Gresik
sebagai pencampur minyak (hampir setiap hari kontak dengan minyak). Riwayat atopi
sebelumnya disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah sakit sebelumnya
Riwayat Pengobatan:
Pasien sudah berobat dan diberi berbagai macam obat salah satunya CTM dan dexametason.3
Riwayat Keluarga :
Riwayat atopi pada keluarga (+), ibu sering gatal-gatal yang hampir sama dengan pasien tetapi
bentol lebih kecil, kambuh-kambuhan dan tidak diketahui penyebabnya.
2.3 PemeriksaanFisik
2.3.1 Status Dermatologis
Gambar 2.1 Lokasi urtika
Anggota Tubuh bagian Depan
Lokasi : Daerah wajah, lengan bawah, perut, punggung dan tungkai bawah
Distribusi : Tersebar
Ruam : Urtika, multiple, ukuran bervariasi antara 5-8mm
2.3.2 Status Generalis
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 175 cm
Keadaan umum: Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Hygiene : Baik
Tanda Vital :
Tensi : 110/804
Nadi : 80x/menit
RR : 18x/menit
Tax : 36,70 c
Kepala/Leher : Conjungtiva anemi(-), Sklera ikterik(-)
Thorax : Cor/Pulmo: Tidak dievaluasi
Abdomen : Hepar/Lien: Tidak dievaluasi
Ekstremitas : Edema -/- , kelainan kulit telah dijelaskan pada status dermatologis
2.4 Diagnosis Banding
1. Urtikaria kronis
2. Urtikaria akut
2.5 PemeriksaanPenunjang
Skin prick test belum dilakukan
2.6 Diagnosis
Urtikaria kronis
2.7 Terapi
1. Terapi Medikamentosa:
Loratadin 10 mg-0-0
Ranitidin 2x150 mg
2. KIE
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan terapi yang
akan diberikan
Mengidentifikasi faktor pencetus penyakitnya dan apabila sudah diketahui
menghindari faktor tersebut
Kompres dingin bila gatal
3. Terapi pencegahan
5
Menghindari faktor pencetus timbulnya penyakit
2.8 Prognosis
Prognosis pasien ini baik bila pencetusnya diketahui dan menghindari pencetus
tersebut
6
Gambar 2.2: Gambaran urtika pada bagian wajah pasien
Gambar 2.3: Gambaran urtika pada bagian dada dan perut pasien
7
Gambar 2.4: Gambaran urtika pada bagian punggung pasien
Gambar 2.5: Gambaran urtika pada bagian lengan bawah
8
BAB 3
PEMBAHASAN
Urtikaria kronis merupakan urtikaria yang terjadi lebih dari 6 minggu 1,3 atau urtikaria
yang berulang lebih dari 30 hari.5 Urtikaria kronis ini bermanifestasi sebagai bercak kecil dan
besar. Pada 80% kasus etiologi tidak diketahui, oleh karena itu, sering dinamakan idiopatik. Pada
beberapa kasus karena intoleransi asam salisilat dan benzoat. Urtikaria kronis ini dua kali lebih
sering terjadi pada wanita daripada pria dewasa.5
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan gatal dan bentol-bentol pada seluruh tubuh.
Sel mast adalah agen utama dalam patogenesis urtikaria. Stimulasi sel mast menghasilkan
rilisnya histamine dan prostaglandin dari butiran sitoplasma, yang menyebabkan pembentukan
bentol-bentol, vasodilatasi, dan eritema. Sel mast juga melepaskan chemoattractants untuk sel
lain (misalnya, neutrofil) yang juga terlibat dalam pembentukan bentol-bentol. Histamin
merupakan penyebab pruritus utama pada pasien.11 Keluhan ini merupakan efek dari pelepasan
histamin dari granula sel mast.
Histamin memiliki 2 reseptor, yaitu H1 dan H2, yang ada pada beberapa tipe sel. Aktivasi
reseptor histamin H1 pada endothelial dan sel otot polos dapat meningkatkan permeabilitas
kapiler. Sedangkan aktivasi reseptor histamin H2 menyebabkan terjadinya vasodilatasi arteri dan
vena.3,4 Vasodilatasi yang disertai peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan transudasi
cairan yang berakibat pengumpulan cairan setempat. Oleh karena itu secara klinis tampak edema
disertai kemerahan.3
Puyer 38 mengandung paracetamol 350 mg, acetosal 300 mg, dan caffein 50 mg. Seperti
yang diketahui acetosal atau asam salisilat merupakan salah satu penyebab urtikaria dengan
mekanisme merubah metabolisme arakidonat. Walaupun awalnya reaksi ini dianggap
imunologis, reaksi terhadap aspirin dan NSAID lain menggambarkan hambatan dari
prostaglandin endoperoxide synthase/1 (PGHS-1,cyclooxygenase 1).5 Selain itu obat ini
langsung memacu sel mast sehingga terjadi pelepasan mediator, dan terjadi vasodilatasi disertai
peningkatan permeabilitas kapiler.3
9
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur
binatang, tumbuh–tumbuhan, buah–buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent, dan bahan
kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan
urtikaria.Urtikaria akibat kontaktan ini melibatkan reaksi hipersensitivitas tipe IV.3 Pada kasus
ini, dari anamnesis diketahui bahwa pasien sering mengalami gejala ini semenjak bekerja di
pabrik pencampur minyak.
Sehingga kemungkinan, etiologi yang berperan pada terjadinya urtikaria pada kasus ini
yaitu asetosal yang terkandung pada puyer 38 yang dikonsumsi pasien dan adanya paparan
kontaktan yang berlangsung lama sehingga menimbulkan urtikaria yang berulang selama 3
tahun.
Gambar 3.1 Faktor Imunologik dan Nonimunologik yang Menimbulkan Urtikaria3
Gambaran klinis yang tampak pada urtikaria ialah peninggian kulit dengan ukuran
bervariasi, disertai atau tanpa eritema, dapat berbentuk sirkuler atau serpiginosa (merambat).
10
Warna merah pada lesi apabila ditekan akan berwarna putih.7 Pada kasus ini, dari klinis
didapatkan urtika multiple dengan ukuran bervariasi antara 5-8 mm dengan lokasi dan distribusi
yang tersebar.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis, pasien didiagnosis sebagai urtikaria
kronis yang didasarkan adanya urtika yang berulang selama 3 tahun ini.
Prinsip penanganan urtikaria yaitu menghindari faktor pencetus. Pada pasien ini telah
ditemukan dua faktor pencetus, yaitu asetosal dan kontaktan berupa minyak. Untuk mengetahui
pencetus yang lain bisa diketahui lewat pemeriksaan penunjang yang tertera pada bab
sebelumnya.
Terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien ini yaitu loratadin dan ranitidine,
dimana loratadine sebagai anti histamin 1 non klasik yang tidak mempunyai efek sedasi dan
ranitidine sebagai anti histamin 2.3 Dipilih kombinasi tersebut dikarenakan patofisiologi yang
sering terlibat pada pasien yaitu histamin. Histamin memiliki 2 reseptor yaitu H1 dan H2. Oleh
karena itu pemberian 2 anti histamin ini akan mengeblok reseptor masing-masing sehingga
diharapkan urtikaria akan berkurang dan sembuh.
Prognosis pasien pada kasus ini baik jika faktor pencetus dapat dihindari.5 Prognosis
terapi baik, karena pada sebuah laporan dinyatakan bahwa sebagian besar pasien urtika kronik
sembuh dengan terapi antihistamin.10
11
BAB 4
RINGKASAN
Telah dilaporkan kasus urtikaria kronik pada seorang laki-laki usia 22 tahun. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa bentol-bentol kambuh-kambuhan dan dari
pemeriksaan dermatologis didapatkan urtika multiple dengan ukuran bervariasi antara 5-8 mm
dengan lokasi dan distribusi yang tersebar.
Terapi yang diberikan adalah loratadine 10 mg-0-0 dan ranitidine 2x150 mg selama 5
hari karena obat ini akan mengeblok reseptor H1 dan H2 sehingga diharapkan urtikaria akan
berkurang dan sembuh. KIE yang telah diberikan pada pasien yaitu untuk menghindari faktor
pencetus munculnya urtikaria yaitu asetosal dan kontak langsung dengan kontaktan yang berupa
minyak.
12