laporan pendahuluan urtikaria

38
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI URTIKARIA A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. PENGERTIAN Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat (Brown Robin Graham halaman 2205). Urtikaria adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan gigitan serangga (Saripati Penyakit Kulit halaman 3). Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang (klinik pediatric, 2009). Urtikaria (biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan kebocoran dari pembuluh darah. Secara imunologik, dari data yang ada sejak tahun 1987, urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikemukakan oleh

Upload: wiendarie

Post on 01-Jul-2015

2.535 views

Category:

Documents


39 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM SISTEM

IMUN DAN HEMATOLOGI URTIKARIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan

adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan

bekas yang terlihat (Brown Robin Graham halaman 2205).

Urtikaria adalah penonjolan di atas permukaan kulit akibat edema setempat dan dapat

hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa, dan gigitan serangga

(Saripati Penyakit Kulit halaman 3).

Urtikaria adalah erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna

merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara

akut, kronik, atau berulang (klinik pediatric, 2009).

Urtikaria (biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak (akut) karena

pengeluaran histamin yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah dan kebocoran dari

pembuluh darah. Secara imunologik, dari data yang ada sejak tahun 1987, urtikaria

merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikemukakan

oleh penderita, keadaan ini juga didukung oleh penelitian ahli yang lain (Hodijah, 2009).

Urtikaria (gelagata) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 pada kulit yang

ditandai oleh kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah

muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan

gangguan rasa nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat mengenai setiap bagian tubuh,

termasuk membran mukosa (khususnya mulut), laring (kadang-kadang dengan komplikasi

respiratorius yang serius) dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama

periode waktu tertentu yang bervariasi dari beberapa menit hingga beberapa jam sebelum

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

menghilang. Selama berjam-jam atau berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul, hilang

dan kembali lagi secara episodik (Brunner dan Sudarth, 2002).

Urtikaria (kaligata) adalah suatu reaksi alergi yang ditandai oleh bilur-bilur berwarna

merah dengan berbagai ukuran di permukaan kulit (Medicastore, 2009).

Secara umum, Urtikaria yang disebut juga Kaligata, Biduran, atau Gelagata adalah suatu

reaksi alergi pada kulit akibat pengeluaran histamin ditandai dengan kemunculan mendadak

lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda dengan ukuran serta bentuk

yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat.

Istilah lain yang digunakan untuk urtikaria yaitu : Hives, nettle rash, biduran, kaligata,

gelagata.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

Gambar 1 : Urtikaria di berbagai tempat

2. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan angka kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi

mengalami urtikaria dalam masa hidupnya. Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak

ada perbedaan ras dan umur (terbanyak pada kelompok umur 40-50 an). Hanya saja,

pada urtikaria kronis (berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita yaitu 60%

(Anonim, 2009).

Urtikaria dapat terjadi pada semua ras. Kedua jenis kelamin dapat terkena, tapi lebih

sering pada wanita usia pertengahan. Urtikaria kronik idiopatik terjadi 2 kali lebih

sering pada wanita daripada laki-laki.Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anak-

anak, sedangkan urtikaria kronik lebih sering terjadi pada usia dewasa (Asta

Qauliyah, 2007).

Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami

urtikaria dibandingkan dengan usia muda. Umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35

tahun, jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun.

Urtikaria kronik cenderung dialami oleh orang dewasa dan wanita memiliki

kemungkinan 2 kali lebih besar daripada laki-laki (Hodijah, 2009).

Urtikaria merupakan penyakit yang sering ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari

populasi pernah mengalami urtikaria (klinik pediatric, 2009).

Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, namun orang dewasa lebih banyak

mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. SHELDON (1951),

menyatakan bahwa umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35 tahun, jarang dijumpai

pada umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun.

Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% bentuk urtikaria bersama angioderma, dan

11% bentuk angioederma saja. Lama serangan berlangung bervariasi, ada yang lebih

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

dari satu tahun, bahkan ada yang lebih dari 20 tahun.

Penderita atopi (alergi) lebih mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang

normal. Tidak ada perbedaan frekuensi dari faktor jenis kelamin baik laki-laki atau

perempuan. Umur, ras, jabatan/pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musim

dapat mempengaruhi hipersensitivitas yang diperankan oleh IgE. Penisilin tercatat

sebagai obat yang sering menimbulkan urtikaria (Irga, 2009).

3. ETIOLOGI

Faktor pencetus terjadinya urtikaria, antara lain: makanan tertentu, obat-obatan, bahan

hirupan (inhalan), infeksi, gigitan serangga, faktor fisik, faktor cuaca (terutama dingin tapi

bisa juga panas berkeringat), faktor genetik, bahan-bahan kontak (misalnya: arloji, ikat

pinggang, karet sandal, karet celana dalam, dan lain-lain) dan faktor psikis.

1. Jenis makanan yang dapat menyebabkan alergi misalnya : telur, ikan, kerang, coklat,

jenis kacang tertentu, tomat, tepung, terigu, daging sapi, udang, dan lain-lain. Zat

pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga dapat menimbulkan urtikaria.

2. Jenis obat-obatan yang dapat ,menimbulkan alergi biasanya penisilin, aspirin,

bronide, serum, vaksin, dan opium.

3. Bahan-bahan protein yang masuk melalui hidung seperti serbuk kembang, jamur,

debu dari burung, debu rumah, dan ketombe binatang.

4. Faktor lingkungan yang terpapar dengan debu rumah, jamur, serbuk sari bunga,

pengaruh cuaca yang terlalu dingin atau panas sinar matahari, tekanan atau air juga

dapat menimbulkan urtikaria.

5. Pada urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu diperhatikan. Stress emosional

dapat secara langsung dan tidak langsung menyebabkan seseorang meningkat

kemungkinan terjadi urtikaria.

6. Penyakit sistemik. Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria.

Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma,

hipertiroid, Lupus Eritematosus Sistemik, dll.

7. Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat. Nyamuk,

lebah dan serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat

gigitan, biasanya sembuh sendiri.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

4. PATOFISIOLOGI

Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan menimbulkan

reaksi setempat yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan setempat akan

menimbulkan (1) vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare (kemerahan) dan (2)

peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa menit kemudian akan

terjadi pembengkakan setempat yang berbatas jelas (Guyton, 2008).

Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga

terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan lokal. Sehingga secara

klinis tampak edema lokal disertai eritem. Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas

kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator misalnya histamine, kinin, serotonin, slow

reacting substance of anafilacsis (SRSA) dan prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil

(Asta Qauliyah, 2007).

Sel mast merupakan sel yang berperan dalam pelepasan mediator vasoaktif seperti histamin

yaitu agen utama dalam urtikaria. Mediator lain seperti leukotrin dan prostaglandin juga

mempunyai kontribusi baik dalam respon cepat maupun lambat dengan adanya kebocoran

cairan dalam jaringan (Hodijah, 2009).

Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat, sehingga

terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat. Sehingga

secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan. Vasodilatasi dan peningkatan

permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan mediator-mediator, misalnya histamin,

kinin, serotonin, slow reacting substance of anaphylaxis (SRSA), dan prostaglandin oleh sel

mast dan atau basofil. Selain itu terjadi inhibisiproteinase oleh enzim proeolotik, misalnya

kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast. Baik faktor imunologik,

maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil untuk melepaskan

mediator tersebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono

phosphate) memegang peranan penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia

seperti golongan amin dan derivat amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin,

dan beberapa antibiotik berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik, misalnya asetilkolin,

dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui, langsung dapat

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik, misalnya panas, dingin,

trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan, dapat langsung merangsang sel mast. Beberapa

keadaan, misalnya demam, panas, emosi, dan alkohol dapat merangsang langsung pada

pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas. Faktor

imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik dimana biasanya

Ig. E terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena adanya reseptor Fc, bila

ada antigen yang sesuai berikatan dengan Ig. E, maka terjadi degranulasi sel, sehingga

mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis),

misalnya alergi obat dan makanan. Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen

secara klasik maupun secara alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3aC5a) yang

mampu merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri.

Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks

imun, pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak dapat juga

terjadi misalnya setelah pemakaian bahan penangkis serangga, bahan kosmetik, dan

sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor secara genetik menyebabkan edema

angioneurotik yang herediter (Irga, 2009).

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

Gangguan Citra Tubuh

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

5. KLASIFIKASI

Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria. Irga, 2009 mengklasifikasikan

urtikaria menurut beberapa hal.

Berdasarkan lamanya serangan berlangsung, urtikaria dibedakan menjadi :

Urtikaria Akut

Disebut akut bila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung

selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari. Urtikaria akut lebih sering terjadi pada

anak muda, umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan. Penyebab urtikaria

akut lebih mudah diketahui.

Urtikaria Kronik

Disebut kronik bila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu. Urtikaria kronik lebih

sering pada wanita usia pertengahan. Kasus urtikaria kronik sulit ditemukan.

Urtikaria kronik dibagi menjadi beberapa subtipe meliputi :

a. Urtikaria Fisis

Pada urtikaria fisis timbulnya gejala biasanya terkait dengan perubahan

tempratur lingkungan yang mencolok, lebih sering akibat dingin. Pemicu

yang lain misalnya; trauma mekanis, getaran, aktivitas fisik / exercise, stres

emosional, sinar matahari, air.

b. Urtikaria Vaskulitis

Urtikaria Vaskulitis sebenarnya merupakan manifestasi kulit dari penyakit

sistemik / Autoimmune diseases.

c. Urtikaria Kronik Idiopatik

Disebut Urtikaria kronik idiopatik jika tidak diketahui pemicunya yang

spesifik pada penelusuran dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, maupun

hasil laboratorium. Sebanyak 80-90% dari urtikaria kronik adalah idiopatik.

Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menurut bentuknya, yaitu :

Urtikaria Papular bila berbentuk papul,

Urtikaria Gutata bila besarnya sebesar tetesan air, dan

Urtikaria Gurata bila ukurannya besar-besar..

Terdapat pula yang Urtikaria Anular dan Urtikaria Arsinar.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi :

Urtikaria Lokal

Generalisata

Angioederma

Ada pula yang menggolongkan berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme

terjadinya, meliputi :

Urtikaria atas dasar reaksi imunologik :

a. Bergantung pada IgE (reaksi alergi tipe I) :

i. Pada atopi

ii. Antigen spesifik (polen, obat, venom)

b. Ikut sertanya komplemen :

i. Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergi tipe II)

ii. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III)

iii. Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetik)

c. Reaksi Alergi tipe IV (urtikaria kontak)

Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik

a. Langsung memacu sel mast, sehingga terjadi pelepasan mediator (misalnya obat

golongan opiat dan bahan kontras).

b. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakidonat (misalnya

aspirin, obat anti-inflamasi nn-steroid, golongan azodyes).

c. Trauma fisik, misalnya dermografisme, rangsangan dingin, panas atau sinar, dan

bahan kolinergik.

Urtikaria yang tidak jelas penyebab dan mekanismenya, digolongkan sebagai

urtikaria idiopatik.

Ada pula sumber lain yang membagi urtikaria menjadi :

1. URTIKARIA AKUT

Urtikaria akut hanya berlansung selama beberapa jam atau beberapa hari. yang

sering terjadi penyebabnya adalah:

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

a. adanya kontak dengan tumbuhan (misalnya jelatang), bulu

binatang/makanan.

b. akibat pencernaan makanan, terutama kacang-kacangan, kerangan-kerangan

dan strowberi.

c. akibat memakan obat misalnya aspirin dan penisilin.

2. URTIKARIA KRONIS

Biasanya berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun. pada

bentuk urtikaria ini jarang didapatkan adanya faktor penyebab tunggal.

3. URTIKARIA PIGMENTOSA

Yaitu suatu erupsi pada kulit berupa hiperpigmentasi yang berlangsung sementara,

kadang-kadang disertai pembengkakan dan rasa gatal.

4. URTIKARIA SISTEMIK ( PRURIGO SISTEMIK )

Adalah suatu bentuk prurigo yang sering kali terjadi pada bayi kelainan khas berupa

urtikaria popular yaitu urtikaria yang berbentuk popular-popular yang berwarna

kemerahan.

Berdasarkan penyebabnya, urtikaria dapat dibedakan menjadi:

1. Heat rash yaitu urtikaria yang disebabkan panas.

2. Urtikaria idiopatik yaitu urtikaria yang belum jelas penyebabnya atau sulit dideteksi.

3. Cold urtikaria adalah urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan dingin.

4. Pressure urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan rangsangan tekanan.

5. Contact urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh alergi.

6. Aquagenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan oleh rangsangan air.

7. Solar urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan sengatan sinar matahari.

8. Vaskulitik urtikaria.

9. Cholirgenic urtikaria yaitu urtikaria yang disebabkan panas, latihan berat dan stress.

6. GEJALA KLINISGejala atau tanda-tanda urtikaria mudah dikenali, yakni bentol atau bercak meninggi

pada kulit, tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas,

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

kadang-kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam

berkelompok. Satu urtika sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu

urtika menghilang, urtika lain dapat muncul kembali. Keluhan utama biasanya gatal,

rasa terbakar, atau tertusuk.

Penampakan urtikaria beragam, mulai yang ringan berupa bentol merah dan gatal

hingga yang agak heboh yakni bengkak pada kelopak mata (bisa satu mata atau

keduanya), bibir membengkak , daun telinga menebal dan adakalanya disertai perut

mulas serta rasa demam. Gejala mungkin tidak terjadi setiap saat. Untuk beberapa

orang, kondisi tertentu seperti panas, dingin atau stress akan menyebabkan perburukan

gejala.

7. PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi : kulit tampak kemerahan, terdapat batas pinggir yang jelas (timbul secara tiba-tiba,

memudar bila disentuh, jika digaruk akan timbul bilur-bilur yang baru), tampak adanya

edema dan pembengkakan.

Palpasi : terasa adanya edema dan pembengkakan serta adanya nyeri tekan.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC/ PENUNJANG

Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar Imunoglobulin E, eosinofil dan

komplemen.

Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk

beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.

Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang

tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin perlu

diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.

Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk

menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal.

Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.

Tes kulit, meskipun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu

diagnosis. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal dapat

dipergunakan untuk mencari alergen inhalan, makanan, dermatofit dan kandida.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

Pemeriksaan histopatologik, walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu

diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di papilla dermis, geligi

epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak. Pada tingkat permulaan tidak

tampak infiltrasi seluler dan pada tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit, terutama

disekitar pembuluh darah.

Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosis urtikaria kolinergik.

Tes dengan es (ice cube test) pada urtikaria dingin.

Tes dengan air hangat pada urtikaria panas. (Irga, 2009).

9. DIAGNOSIK /KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis urtikaria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis

harus dilakukan dengan lengkap dan teliti serta lebih menekankan pada faktor-faktor

etiologi yang dapat menimbulkan urtikaria.

10. THERAPY / TINDAKAN PENANGANANSecara umum penatalaksanaan dari urtikaria itu sendiri meliputi :

1. Identifikasi dan pengobatan adalah menghindari faktor resiko

Ini yang paling penting dan hanya ini yang efektif untuk terapi jangka panjang.

Menghindari aspirin atau zat-zat aditif pada makanan, diharapkan dapat memperbaiki

kondisi sekitar 50% pasien dengan urtikaria kronik idiopatik.

2. Pengobatan lokal

a. Kompres air es atau mandi air hangat dengan mencampurkan koloid Aveeno oatmeal

yang bisa mengurangi gatal.

b. Lotion anti pruritus atau emulsi dengan 0,25% menthol bisa membantu dengan atau

tanpa 1% fenol dalam lotion Calamine.

3. Pengobatan sistemik

a. Anti histamine dengan antagonis H1 adalah terapi pilihan.

b. Doxepin, yaitu anti depresan trisiklik dengan efek antagonis H1 dan H2.

c. Kombinasi antihistamin H1 dan H2, misalnya simetidin.

d. Cyproheptadin, mungkin lebih efektif daripada antihistamin.

e. Korticosteroid, biasanya digunakan untuk mengontrol vascukitis urtikaria.

f. Profilaksis dengan steroid anabolic, misalnya : danazol, stanozolol.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

g. Hormon tyroid juga dilaporkan dapat meringankan urtikaria kronis dan angioderma.

h. Terapi antibiotic juga dilaporkan bisa pada pasien yang terinfeksi Helicobacter

pylory dengan urtikaria kronis.

(Asta Qauliyah, 2007).

Pada tahun-tahun terakhir ini dikembangkan pengobatan yang baru, hasil pengamatan

membuktikan bahwa dinding pembuluh darah manusia juga mempunyai reseptor H2. Hal ini

apat menerangkan, mengapa antihistamin H1 tidak selalu berhasil mengatasi urtikaria.

Kombinasi antihistamin H1 dan H2 masih dalam penelitian lebih lanjut. Tetapi pada

dermografisme yang kronik pengobatan kombinasi ternyata lebih efektif daripada

antihistamin H1 saja.

Pada edema angioneurotik kematian hampir 30% disebabkan oleh karena obstruksi saluran

nafas. Biasanya tidak responsif terhadap antihistamin, epinefrin, maupun steroid. Pada

gigitan serangga akut mungkin dapat diberikan infus dengan plasma fresh frozen, yang

obyektif tentu saja pemberian plasma yang mengandung C1 esterase inhibitor, C2, dan C4.

Hal yang penting ialah segera dilakukan tindakan mengatasi edema larins.

Pengobatan dengan anti-enzim, misalnya anti plasmin dimaksudkan untuk menekan aktifitas

plasmin yang timbul pada perubahan reaksi antigen-antibodi. Preparat yang digunakan

adalah ipsilon. Obat lain ialah trasilol, hasilnya 44% memuaskan.

Pengobatan dengan cara desensitasi, misalnya dilakukan pada urtikaria dingin, dengan

melakukan sensitisasi air pada suhu 10oC (1-2 menit) dua kali sehari selama 2-3 minggu.

Pada alergi debu, serbuk sari bunga jamur, desensitasi mula-mula dengan alergen dosis kecil

1 minggu 2x; dosis dinaikkan dan dijarangkan perlahan-lahan sampai batas yang dapat

ditolerir oleh penderita. Eliminasi diet dicobakan pada yang sensitif terhadap makanan.

Pengobatan lokal di kulit dapat diberikan secara simptomatik, misalnya anti-pruritus di

dalam bedak atau bedak kocok.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

11. KOMPLIKASI

Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal yang hebat

bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi sekunder. Penggunaan

antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir kering. Pasien dengan keadaan penyakit

yang berat bisa mempengaruhi kualitas hidup (Asta Qauliyah, 2007).

12. PROGNOSIS

Pada umumnya prognosis urtikaria adalah baik, dapat sembuh spontan atau dengan obat. Tetapi

karena urtikaria merupakan bentuk kutan anafilaksis sistemik, dapat saja terjadi obstruksi jalan

nafas karena adanya edema laring atau jaringan sekitarnya, atau anafilaksis sistemik yang dapat

mengancam jiwa.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan diagnostik untuk memperoleh

informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana

asuhan keperawatan klien. Dari wawancara akan diperoleh informasi tentang biodata,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan atau penyakit di masa lalu,

riwayat kesehatan keluarga, pola aktifitas sehari-hari, dan riwayat psikososial.

Adapun yang bisa dikaji dari pasien dengan urtikaria adalah :

a. Keadaan Umum

Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan atau kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran

kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.

b. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:

Tekanan darah

Heart Rate

Respiratory rate

Suhu

c. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Bentuk wajah

Grimace/tanda kesakitan, tanda ketegangan, dan atau kelelahan

Bentuk hidung, sekret, elastisitas septum

Kaji adanya pernafasan cuping hidung

Kaji adanya cyanosis

Adanya ptosis

Konjungtiva

Sklera normal/ikhterus

d. Pemeriksaan Thorax dan Abdomen

Inspeksi

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

Perhatikan manifestasi distres pernafasan seperti: sinkronisasi gerakan dinding dada-

abdomen, dypsnea, orthopnea, PND, Cheyne Stokes, tanda-tanda retraksi otot

intercostae & suprasternal.

Palpasi

Menilai getaran suara pada dinding dada (tactile fermitus), denyut apex (normal: ICS

V MCL sinistra, lebar denyutan 1 cm), getaran/thrill (menunjukkan bising jantung),

dan denyut arteri.

Perkusi

Menilai batas-batas paru dan jantung, serta kondisi paru

Auskultasi

Perhatikan suara nafas dan suara nafas tambahan (ronchi, rales, wheezing, pleural

friction rub), bunyi jantung, bising jantung atau murmur.

e. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi

Meliputi bentuk, ketegangan dinding perut, gerakan dinding perut, pelebaran vena

abdominal, denyutan di dinding perut.

Auskultasi

Menilai peristaltik usus dan bising sistolik

Palpasi

Meliputi ada tidaknya hepatomegali, splenomegali, asites.

Perkusi

Shifting dullness menunjukkan adanya accites

f. Ekstrimitas dan Integumen

Inspeksi

i. Warna kulit : kaji adanya eritema

ii. Kaji adanya edema

iii. Kaji adanya lesi

iv. Inspeksi kesimetrisan ekstremitas kanan dan kiri

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

Palpasi

i. Kaji adanya edema

ii. Kaji perubahan warna saat ditekan

iii. Nyeri tekan

iv. Kaji akral hangat atau dingin

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar Imunoglobulin E, eosinofil dan

komplemen.

Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai

untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.

Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang

tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin perlu

diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.

Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk

menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal.

Tes kulit, meskipun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu

diagnosis. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal dapat

dipergunakan untuk mencari alergen inhalan, makanan, dermatofit dan kandida.

Pemeriksaan histopatologik, walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu

diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di papilla dermis,

geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak. Pada tingkat permulaan

tidak tampak infiltrasi seluler dan pada tingkat lanjut terdapat infiltrasi leukosit,

terutama disekitar pembuluh darah.

Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.

Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosis urtikaria kolinergik.

Tes dengan es (ice cube test) pada urtikaria dingin.

Tes dengan air hangat pada urtikaria panas.

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (BERDASARKAN

PRIORITAS)

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai dengan penilaian melaporkan nyeri

secara verbal atau non verbal, perilaku melindungi atau proteksi, perilaku distraksi

(merintih, menangis, gelisah) wajah tampak menahan nyeri.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status alergenik ditandai dengan bentol

kemerahan pada kulit dan rasa gatal, terbaka, tertusuk pada daerah kemerahan.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas ditandai dengan klien mengeluh sering

terbangun saat tidur karena gatal pada daerah kemerahan dan klien tampak pucat.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder.

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat

urtikaria ditandai dengan kulit tampak kemerahan, mata dan bibir bengkak, telinga

menebal.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

3. INTERVENSI

No Diagnosa keperawatan Tujuan / Out come Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan

dengan adanya lesi

ditandai dengan penilaian

melaporkan nyeri secara

verbal atau non verbal,

perilaku melindungi atau

proteksi, perilaku

distraksi (merintih,

menangis, gelisah) wajah

tampak menahan nyeri.

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama ...x24 jam

diharapkan nyeri teratasi dengan

kriteria hasil :

Klien mengatakan nyeri (gatal)

berkurang pada kulit yang

bengkak dan kemerahan.

Klien tidak meringis, merintih

dan menangis.

Klien tampak kembali tenang

Mandiri

- Observasi rasa

ketidaknyamanan yang

dialami klien ( nyeri/ gatal

pada daerah kemerahan, klien

tampak meringis kesakitan ).

- Kaji rasa nyeri yang dirasakan

klien baik intensitas,

karakteristik maupun beratnya

( skala 1-10)

- Beri posisi yang nyaman.

- Tingkatkan tirah baring, bantu

kebutuhan perawatan diri

yang penting.

- Ajarkan teknik manajemen

nyeri (metode

relaksasi,distraksi)

Mandiri.

- Mengetahui intensitas

ketidaknyamanan yang

dialami klien.

- Sebagai indikator keefektifan

intervensi yang diberikan dan

perubahan karakteristik nyeri.

- Posisi yang nyaman

membantu mengurangi nyeri.

- Menurunkan gerakan yang

dapat meningkatkan nyeri.

- Membantu mengurangi nyeri.

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

Kolaborasi

- Berikan analgetik sesuai

indikasi.

- Berikan bedak sesuai yang

dianjurkan dokter.

Kolaborasi

- Membantu mengurangi nyeri.

- Membantu mengurangi rasa

gatal.

2 Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan

status alergenik ditandai

dengan bentol kemerahan

pada kuit dan rasa gatal,

terbaka, tertusuk pada

daerah kemerahan.

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama ...x24 jam

diharapkan integritas kulit

membaik dengan kriteria hasil :

Tidak ada bentol kemerahan

pada kulit.

Klien tidak merasa gatal, panas,

dan tertusuk pada daerah

kemerahan.

Mandiri

- Kaji status kerusakan

integritas kulit.

- Cuci area kemerahan dengan

lembut menggunakan sabun

ringan bilaslah seluruh area

dengan bersih untuk

menghilangkan sabun, lalu

keringkan.

- Anjurkan kepada keluarga

klien untuk memberikan klien

banyak minum.

- Anjurkan keluarga klien

secara rutin memberi bedak

Mandiri

- Membantu dalam pemberian

implementasi keperawatan

yang tepat.

- Bertujuan untuk

membersihkan area

kemerahan agar tidak

terinfeksi oleh kuman ataupun

bakteri penyebab penyakit.

- Asupan cairan yang cukup

dapat menjaga kelembapan

kulit sehingga dapat mecegah

terjadinya iritasi pada kulit

akibat gatal.

- Mencegah penyebaran urtikari

ke daerah yang lain.

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

pada daerah yang bentol

kemerahan dan gatal serta

melarang klien menggaruk

pada daerah yang gatal.

Kolaborasi

- Berikan obat anti alergi dan

penanganan alergi.

Kolaborasi

- Mencegah alergi untuk

bertambah parah.

3. Gangguan pola tidur

berhubungan dengan

pruritas ditandai dengan

klien mengeluh sering

terbangun saat tidur

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama ... x 24 jam

diharapkan klien tidak mengalami

gangguan pola tidur dengan

kriteria hasil :

Mandiri

- Kaji waktu tidur klien tiap hari.

- Berikkan posisi yang nyaman

dengan meninggikan kepala

Mandiri

- Untuk memberikan informasi

tentang kondisi umum klien.

- Untuk meningkatkan relaksasi

dan membantu memfokuskan

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

karena gatal pada daerah

kemerahan dan klien

tampak pucat.

Klien tidak mengeluh

sering terbangun saat tidur

karena gatal.

Klien tidak pucat

ditempat tidur.

- Ajari klien menghindari atau

menurunkan paparan terhadap

alergen yang telah diketahui.

- Jelaskan pada klien gejala

gatal yang berhubungan dengan

penyebanya (misal keringnya

kulit) dan prinsip terapinya

(misal hidrasi) dan siklus gatal-

garuk-gatal-garuk.

perhatian.

- Untuk menghindari alergen

akan menurunkan respon

alergi

- Untuk mengetahui proses

fisiologis dan psikologis dan

prinsip gatal serta

penangannya akan

meningkatkan rasa kooperatif.

4. Risiko infeksi

berhubungan dengan

tempat masuknya

organisme sekunder.

Setelah diberikam asuhan

keperawatan selama ..x 24 jam

diharapkan tidak terjadi/ adanya

gejala-gejala infeksi dengan

kriteria hasil:

Klien tidak mengalami

infeksi.

Tanda-tanda infeksi tidak

ada, WBC (4,00-11,00

k/ul)

Klien tidak demam.

Mandiri

- Pantau tanda-tanda infeksi.

- Lakukan perawatan luka

- Berikan pendidikan kesehatan

mengenai pencegahan infeksi.

Mandiri

- Mengetahui secara dini tanda-

tanda infeksi sehingga bisa

melakukan intervensi secara

tepat

- Menghindari infeksi

- Mengajarkan klien agar

terhindar dari

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

5. Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan

perubahan dalam

penampilan sekunder

akibat urtikaria ditandai

dengan kulit tampak

kemerahan, mata dan

bibir bengkak, telinga

menebal.

Setelah diberikan askep

selama ... x 24 jam diharapakan

tidak terjadi gangguan citra

tubuh dengan kriteria hasil :

Klien menyatakan penerimaan

terhadap diri.

Mandiri

- Validasi masalah yang dialami

klien.

- Libatkan klien dalam

melakukan perawatan diri,

seperti memberi bedak pada

daerah yang kemerahan.

- Berikan dukungan moral.

- Jelaskan pada klien tentang

prognosis penyakit dan waktu

penyembuhan.

Mandiri

- Meninjau perkembangan klien.

- Mendorong antisipasi

meningkatkan adaptasi pada

perubahan citra tubuh.

- Meningkatkan status mental

klien.

- Dapat memberi ketenangan

pada klien dan meningkatkan

konsep dirinya atas

kesembuhan.

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

4. EVALUASI

No. Dx Diagnosa Keperawatan Evaluasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi ditandai

dengan penilaian melaporkan nyeri secara verbal atau

non verbal, perilaku melindungi atau proteksi,

perilaku distraksi (merintih, menangis, gelisah) wajah

tampak menahan nyeri

Klien mengungkapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil:

Klien mengatakan nyeri (gatal) berkurang pada kulit yang

bengkak dan kemerahan.

Klien tidak meringis, merintih dan menangis.

Klien tampak kembali tenang

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan status

alergenik ditandai dengan bentol kemerahan pada kuit

dan rasa gatal, terbaka, tertusuk pada daerah

kemerahan

Integritas kulit kembali normal kriteria hasil :

Tidak ada bentol kemerahan pada kulit.

Klien tidak merasa gatal, panas, dan tertusuk pada daerah

kemerahan

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas

ditandai dengan klien mengeluh sering terbangun saat

tidur karena gatal pada daerah

Gangguan pola tidur klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Klien tidak mengeluh sering terbangun saat tidur karena

gatal.

Klien tidak pucat

4. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

organisme sekunder

Klien tidak mengalami gejala-gejala infeksi dengan kriteria hasil:

Klien tidak mengalami infeksi.

Tanda-tanda infeksi tidak ada, WBC (4,00-11,00 k/ul)

Klien tidak demam.(suhu klien 36-370C)

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan

perubahan dalam penampilan sekunder akibat

urtikaria ditandai dengan kulit tampak kemerahan,

mata dan bibir bengkak, telinga menebal.

klien tidak mengalami gangguan citra tubuh dengan kriteria

hasil :

Klien menyatakan penerimaan terhadap diri.

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN URTIKARIA

DAFTAR PUSTAKA

Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Anonim. 2009. Urtikaria. http://www.klikdokter.com/illness/detail/28.

Carpenito, Lynda Juall. 1992. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 6.Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hodijah. 2009. Urtikaria Kronik (Chronic Urticaria). http://www.kulitkita.com/2009/02/urtikaria-

kronik-chronic-urticaria.html.

Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Irga. 2009. Urtikaria. http://irwanashari.blogspot.com/2009/04/urtikaria.html.

Medicastore.2009.Kaligata(Urtikaria).http://medicastore.com/penyakit/151/Kaligata_urtikaria.htm.

Pediatri, Klinik. 2009. Urtikaria. http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/01/09/biduran

giduan-urtikaria-bukan-sekedar-alergi-makanan-biasa/.

Qauliyah, Asta. 2007. Referat : Urtikaria Kronik (Chronic

Urticaria).http://astaqauliyah.com/2007/06/20/referat-urtikaria-kronik-chronic-urticaria/.

Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm

U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997