telaah jurnal ca ovarium

57
Telaah Jurnal Vitamins C and E to Prevent Complications of Pregnancy-Associated Hypertension Pembimbing dr. Hardjono Poerwadhi, Sp.OG Disusun Oleh Ahmad Zaki G1A212066 Prima Aditya W G1A212067 Syifa'u Rakhmi G1A212068 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 1

Upload: syifa-rakhmi-sungaidi

Post on 26-Oct-2015

129 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Tidak msignifikan

TRANSCRIPT

Page 1: Telaah Jurnal Ca Ovarium

Telaah Jurnal

Vitamins C and E to Prevent Complicationsof Pregnancy-Associated Hypertension

Pembimbing

dr. Hardjono Poerwadhi, Sp.OG

Disusun Oleh

Ahmad Zaki G1A212066

Prima Aditya W G1A212067

Syifa'u Rakhmi G1A212068

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALLABORATORIUM ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

RSUD MARGONO SOEKARJO/FK UNSOEDPURWOKERTO

2013

1

Page 2: Telaah Jurnal Ca Ovarium

H A L A M A N P E N G E S A H A N

Telaah Jurnal

Vitamins C and E to Prevent Complicationsof Pregnancy-Associated Hypertension

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh

Ahmad Zaki G1A212066

Prima Aditya W G1A212067

Syifa'u Rakhmi G1A212068

Telah dipresentasikan

Pada Tanggal : Agustus 2013

Menyetujui dan Mengesahkan

dr. Hardjono Poerwadhi, Sp.OG

2

Page 3: Telaah Jurnal Ca Ovarium

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas telaah jurnal

berjudul: Vitamins C and E to Prevent Complications of Pregnancy-

Associated Hypertension

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. dr. Hardjono, Sp.OG, selaku pembimbing dalam penulisan referat ini.

2. Staf medis fungsional bagian OBSGYN RSMS.

3. Teman-teman sejawat FK Unsoed dan FK UPN.

4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan referat

ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan referat ini. Akhirnya semoga referat ini bermanfaat untuk

pembaca dan penulis pada khususnya.

Purwokerto, Agustus 2013

Penulis

3

Page 4: Telaah Jurnal Ca Ovarium

Vitamin C dan E dalam Pencegahan Komplikasi Hipertensi pada KehamilanJames M. Roberts, M.D., Leslie Myatt, Ph.D., Catherine Y. Spong, M.D.,

Elizabeth A. Thom, Ph.D., John C. Hauth, M.D., Kenneth J. Leveno, M.D.,Gail D. Pearson, M.D., Sc.D., Ronald J. Wapner, M.D., Michael W. Varner,

M.D.,John M. Thorp, Jr., M.D., Brian M. Mercer, M.D., Alan M. Peaceman, M.D.,Susan M. Ramin, M.D., Marshall W. Carpenter, M.D., Philip Samuels, M.D.,

Anthony Sciscione, D.O., Margaret Harper, M.D., Wendy J. Smith, M.D.,George Saade, M.D., Yoram Sorokin, M.D., and Garland B. Anderson, M.D.,for the Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human

Development Maternal–Fetal Medicine Units Network*

Abstrak

Latar Belakang

Stres Oksidatif (SO) diketahui memiliki mekanisme yang berhubungan terhadap

buruknya perfusi plasenta dan bermanifestasi klinis sebagai preeklampsia.

Peneliti menilai efek antioksidan dengan menggunakan vitamin C dan E terhadap

dampaknya pada kehamilan, maternal, fetal dan neonatal yang berhubungan

dengan hipertensi pada kehamilan.

Metode

Peneliti menggunakan metode multicenter, randomized dan double-blind trial

pada perempuan nullipara yang berisiko rendah preeklampsia. Perempuan tersebut

dirandom untuk diberikan suplementasi vitamin C 1000 mg dan vitamin E 400 IU

atau plasebo pada usia kehamilan 9 sampai dengan 16 minggu. Dampak primer

yang diteliti adalah hipertensi ringan sampai berat pada kehamilan terhadap kadar

peningkatan enzim hati, trombositopeni, peningkatan kadar serum kreatinin,

kejang eklampsia, prematuritas, gangguan pertumbuhan janin dan kematian

perinatal.

4

Page 5: Telaah Jurnal Ca Ovarium

Hasil

Perempuan sebanyak 10.154 dirandomisasi kemudian dibagi menjadi 2 kelompok

(pengguna vitamin dan plasebo) yang memiliki karakteristik yang sama dan

kepatuhan terhadap penggunaan obat. Randomiasi tersebut menunjuk 9969

wanita. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hasil yang

signifikan antara kelompok pengguna vitamin dan plasebo yang memiliki sampak

primer (6,1% and 5,7%, respectively; risiko relatif pada kelompok pengguna

vitamin sebesar 1.07; confidence interval [CI] sebesar 95%, 0.91 sampai 1.25)

atau pada kejadian preeklampsia (7,2% and 6,7%, respectively; risiko relatif

sebesar 1,07; CI sebesar 95% CI, 0.93 sampai 1.24). Hasil rata-rata kejadian

kematian perinatal tidak dapat membedakan antara kedua kelompok secara

signifikan.

Kesimpulan

Pada penelitian cohort ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C dan E

pada usia kehamilan 9 sampai dengan 16 minggu pada perempuan nullipara

berisiko rendah tidak mengurangi rata-rata dampak serius pada maternal atau

perintal yang berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan. (ClinicalTrials.gov

number, NCT00135707).

.

5

Page 6: Telaah Jurnal Ca Ovarium

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abnormalitas plasentasi atau perfusi akibat dari peningkatan respon

inflamasi dan disfungsi endotelial menyebabkan suatu sindrom maternal. Stress

oksidatif (SO) merupakan salah satu mekanisme yang telah diketahui

menyebabkan manifestasi klinis sebuah penyakit (Bonney, E.A.2007)

Hal ini berhubungan dengan radikal bebas yang berefek terhadap penurunan

perfusi plasenta yang berdampak terhadap manifetasi klinik. Konsep ini didukung

oleh data-data yang menunjukkan bahwa SO merupakan modifikasi suatu protein

, lipid dan DNA di darah dan jaringan terhadap perempuan preeklampsia dan bayi

mereka. Data-data tersebut juga menunjukkan bahwa askorbat memiliki efek

menurunkan risiko preeklampsia pada kehamilan. 8 Meskipun tidak semua data

mendukung hipotesis ini seperti pada akhir tahun 1990 beberapa penelitian tidak

memiliki cukup data untuk mendukung terapi antioksidan yang diberikan pada

awal kehamilan untuk mencegah preeklampsia. (Andraweera, P. H et al., 2012)

Pada penelitian yang melibatkan 283 perempuan yang memiliki risiko

tinggi terhadap preeklampsia, suplementasi vitamin C dan E , dibandingkan

dengan plasebo ternyata efektif dalam mengurangi risiko aktivasi endotelial dan

menurunkan 60% preeklampsia. Penelitian ini menstimulasi beberapa senter

seperti the Eunice Kennedy Shriver National Institutes of Child Health and

Human Development Maternal–Fetal Medicine Units (MFMU) Network untuk

melakukan penelitian yang lebih besar seperti randomized clinical trial yang

6

Page 7: Telaah Jurnal Ca Ovarium

(RCT) melibatkan perempuan berisiko tinggi dan perempuan berisiko rendah

terhadap penyakit ini. Pada penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang positif.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan yang didesain untuk mendeteksi

efek yang berhubungan dengan hipertensi gestasional dan preeklampsia pada

perempuan berisiko rendah dengan memberikan terapi pada kehamilan awal

(Buurma, A. J. et al. 2013)

B. Tujuan

1. Mengetahui efek vitamin C dan E dalam mencegah terjadinya komplikasi

hipertensi pada kehamilan.

2. Mengetahui dan menelaah isi jurnal dalam pengembangan pengetahuan

manajemen pencegahan preeklampsia

7

Page 8: Telaah Jurnal Ca Ovarium

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Patofisiologi Hipertensi pada Kehamilan

Penelitian James et al tahun 2010 ini berjudul "Penggunaan Vitamin C dan

E terhadap Pencegahan Hipertensi pada Kehamilan". Hipotesis menunjukkan

bahwa stres oksidatif (SO) diketahui memiliki mekanisme yang berhubungan

terhadap buruknya perfusi plasenta dan bermanifestasi terhadap kejadian

preeklampsia (Redman & Sargen, 2005). SO merupakan modifikasi suatu

protein, lipid dan DNA di dalam darah dan jaringan yang berhubungan dengan

suatu radikal bebas yang berefek terhadap peningkatan respon inflamasi dan

disfungsi endotelial sehingga menyebabkan penurunan perfusi plasenta seperti

terlihat pada gambar 1 (Zhang et al, 2008 & Wiktor et al, 2004).

Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan seperti metode penelitian,

kriteria inklusi dan eksklusi serta jumlah sampel yang digunakan. Peneliti ini

menggunakan metode multicenter, randomized dan double-blind trial pada

perempuan nullipara yang berisiko rendah preeklampsia. Penelitian dilakukan dari

Juli 2003 sampai Februari 2008 pada 16 senter klinik dan data independen yang

berkoordinasi dengan MFMU network (Hjartardottir, S. et al. .2004).

Desain penelitian RCT dengan double blind trial ini dapat meminimalisir

adanya bias karena peneliti dan subjek peneliti tidak mengetahui dalam pemberian

perlakuan. Setelah diberikan perlakuan berupa pemberian terapi vitamin dan

plasebo, data-data dikumpulkan dan direview oleh 3 reviewer yang juga tidak

mengetahui pemberian terapi ini. Semua data yang telah direview kemudian

8

Page 9: Telaah Jurnal Ca Ovarium

dikelola oleh senter koordinasi data independen untuk menganalisis data

(Hjartardottir, S. et al. .2004)..

Kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan pun sangat ketat untuk dapat

meminimalisir bias yang dapat terjadi. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu

perempuan hamil dengan kehamilan tunggal pada usia gestasi kurang dari 16

minggu. Beberapa kriteria eksklusi yang digunakan yaitu sebagai berikut :

a. Perempuan dengan tekanan darah sistolik (135 mmHg atau lebih),

peningkatan tekanan darah diastolik (85 mmHg atau lebih) atau proteinuria

(300 mg protein atau lebih dihitung pada sampel urin 24 jam atau hasil urin

dipstik protein +1 atau lebih).

b. Sedang atau pernah menjalani terapi antihipertensi atau sedang

mengkonsumsi vitamin C 150 mg atau vitamin E 75IU setiap hari.

c. Diabetes yang terdeteksi sebelum kehamilan.

d. Terapi dengan obat antiplatelet atau NSAID.

e. Perdarahan uterus dalam minggu peneleitian.

f. Kondisi medik serius.

g. Kelainan fetus atau aneuploidi.

h. Hasil in vitro fertilization (IVF) pada kehamilan sekarang.

i. Penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol.

Pada penelitian ini, James et al menilai dampak primer dan sekunder.

Dampak primer merupakan dampak hipertensi pada kehamilan dan dampak serius

pada maternal, fetal dan neonatal yangt berhubungan dengan hipertensi berat

pada kehamilan seperti peningkatan kadar enzim hati, serum kreatinin, kejang

eklampsia, prematuritas dan kematian neonatal. Dampak sekunder merupakan

9

Page 10: Telaah Jurnal Ca Ovarium

dampak terhadap preeklampsia serta kondisi maternal dan neonatal.

B. Preeklampsia

1. Definisi Preeklampsia

Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau vaskular

yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20

minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan

endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan

dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan

nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Drife, JO, 2009).

10

Gambar 1. Patofisiologi Preeklampsia

Page 11: Telaah Jurnal Ca Ovarium

2. Klasifikasi Preeklampsia

Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan

preeklampsia berat. (Redman, CW, Sargent, IL.2005)

3. Kriteria preeklampsia ringan :

~ Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam pada

dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.

~ Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik.

~ Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.

Preeklampsia berat dibagi menjadi : preeklampsia berat tanpa impending

eclampsia dan preeklampsia berat dengan impending eclampsia.

(Buurma, A. J. et al. 2013)

4. Kriteria preeklampsia berat :

~ Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada

dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah

dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.

~ Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang

dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.

~ Oliguria < 400 ml / 24 jam.

~ Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.

~ Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten,

skotoma, dan pandangan kabur.

~ Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya

11

Page 12: Telaah Jurnal Ca Ovarium

kapsula glisson.

~ Edema paru dan sianosis.

~ Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase.

~ Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3).

~ Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta.

~ Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.

(Padayatty, SJ. 2006)

5. Faktor yang berperan pada preeklampsia

Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti.

Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab preeklampsia

tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Tetapi, ada beberapa

faktor yang berperan, yaitu: (Padayatty, SJ. 2006)

12

Page 13: Telaah Jurnal Ca Ovarium

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga

sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang,

sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi

tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi

generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan

memegang peranan sentral terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan

tromboksan.Hal ini mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak

50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma. (Laresgoiti, E,. 2010.) 

b. Peran Faktor Imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan

pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta

tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan

aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan

proteinuria. (Laresgoiti, E,. 2010.) 

c. Peran Faktor Genetik

Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita

preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut

beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A

23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan

pertumbuhan janin terhambat. (Laresgoiti, E,. 2010.) 

d. Disfungsi endotel

Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya

preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat

13

Page 14: Telaah Jurnal Ca Ovarium

menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi

trombosit dan fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin.

Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin.

Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin

sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel. (Moffett, A. 2007,

Laresgoiti, E,. 2010, Reynolds, C. et al., 2006).

6. Gejala dan tanda Preeklampsia

Gejala dan tandanya dapat berupa :

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam diagnosa

penyakit preeklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba-tiba. Banyak

14

Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi Preeklampsia

Page 15: Telaah Jurnal Ca Ovarium

primigravida dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar 100-110/60-70

mmHg selama trimester kedua. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau

peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg harus dipertimbangkan

b. Hasil pemeriksaan laboratorium

Proteinuria merupakan gejala terakhir timbul. Proteinuria berarti

konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam urin 24 jam

atau pemeriksaan kualitatif menunjukan (+1 sampai 2+ dengan metode

dipstik) atau > 1 gr/liter melalui proses urinalisis dengan menggunakan kateter

atau midstream yang diambil urin sewaktu minimal dua kali dengan jarak

waktu 6 jam (Wiknjosastro, 2006).

Hemoglobin dan hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.

Trombositopenia biasanya terjadi. Terjadi peningkatan FDP, fibronektin dan

penurunan antitrombin III. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl.

Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia

berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase

bisa sedikit meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit

pada pasien preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis ditemukan

proteinuria dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast.

c. Edema

Edema pada kehamilan normal dapat ditemukan edema dependen,

tetapi jika terdapat edema independen yang djumpai di tangan dan wajah yang

meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria edema

lain dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2 pon/minggu

dan penumpukan cairan didalam jaringan secara generalisata yang disebut

15

Page 16: Telaah Jurnal Ca Ovarium

pitting edema > +1 setelah tirah baring 1 jam. (Reynolds, C. et al., 2006)

7. Komplikasi Preeklampsia

Akibat gejala preeklampsia, proses kehamilan maternal terganggu karena terjadi

perubahan patologis pada sistem organ, yaitu :

a. Jantung

Perubahan pada jantung disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload akibat

hipertensi dan aktivasi endotel sehingga terjadi ekstravasasi cairan intravaskular

ke ekstraselular terutama paru. Terjadi penurunan cardiac preload akibat

hipovolemia. (Reynolds, C. et al., 2006)

b. Otak

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi.

Jika autoregulasi tidak berfungsi, penghubung penguat endotel akan terbuka

menyebabkan plasma dan sel-sel darah merah keluar ke ruang ekstravaskular.

(Reynolds, C. et al., 2006)

c. Mata

Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus menyeluruh pada satu atau

beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri retina

yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi bukan

berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan.

Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan

gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan

oleh perubahan aliran darah pada pusat penglihatan di korteks serebri maupun

didalam retina (Wiknjosastro, 2006).

16

Page 17: Telaah Jurnal Ca Ovarium

d. Paru

Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat yang

mengalami kelainan pulmonal maupun non-pulmonal setelah proses persalinan.

Hal ini terjadi karena peningkatan cairan yang sangat banyak, penurunan

tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria, penggunaan kristaloid

sebagai pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang diproduksi

oleh hati. (Reynolds, C. et al., 2006)

e. Hati

Pada preeklampsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas

hepar, perlambatan ekskresi bromosulfoftalein, dan peningkatan kadar aspartat

aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum

disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta. Pada

penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk, dengan menggunakan sonografi

Doppler pada 37 wanita preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika.

Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar

menyebabkan terjadinya peningkatan enzim hati didalam serum. Perdarahan

pada lesi ini dapat mengakibatkan ruptur hepatika, menyebar di bawah kapsul

hepar dan membentuk hematom subkapsular (Reynolds, C. et al., 2006).

f. Ginjal

Lesi khas pada ginjal pasien preeklampsia terutama

glomeruloendoteliosis, yaitu pembengkakan dari kapiler endotel glomerular

yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam

urat plasma biasanya meningkat terutama pada preeklampsia berat. Pada

17

Page 18: Telaah Jurnal Ca Ovarium

sebagian besar wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan sampai

sedang laju filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya volume

plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat dibandingkan

dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). (Reynolds, C. et al.,

2006).

Namun pada beberapa kasus preeklampsia berat, kreatinin plasma

meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar

hingga 2-3 mg/dl. Hal ini disebabkan perubahan intrinsik ginjal akibat

vasospasme yang hebat (Reynolds, C. et al., 2006).

Kelainan pada ginjal biasanya dijumpai proteinuria akibat retensi

garam dan air. Retensi garam dan air terjadi karena penurunan laju filtrasi

natrium di glomerulus akibat spasme arteriol ginjal. Pada pasien preeklampsia

terjadi penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena meningkatnya

reabsorpsi di tubulus (Reynolds, C. et al., 2006).

Kelainan ginjal yang dapat dijumpai berupa glomerulopati, terjadi

karena peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat

molekul tinggi, misalnya: hemoglobin, globulin, dan transferin. Protein –

protein molekul ini tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus. (Reynolds, C. et al.,

2006).

e. Darah

Kebanyakan pasien preeklampsia mengalami koagulasi intravaskular

(DIC) dan destruksi pada eritrosit. Trombositopenia merupakan kelainan yang

sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/μl ditemukan pada 15 –

18

Page 19: Telaah Jurnal Ca Ovarium

20 % pasien. Level fibrinogen meningkat pada pasien preeklampsia

dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Jika ditemukan

level fibrinogen yang rendah pada pasien preeklampsia, biasanya berhubungan

dengan terlepasnya plasenta sebelum waktunya (placental abruption).

(Reynolds, C. et al., 2006).

Pada 10 % pasien dengan preeklampsia berat dapat terjadi HELLP

syndrome yang ditandai dengan adanya anemia hemolitik, peningkatan enzim

hati dan jumlah platelet rendah. (Reynolds, C. et al., 2006).

f. Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit

Pada preeklampsia, sekresi renin oleh aparatus jukstaglomerulus

berkurang, proses sekresi aldosteron pun terhambat sehingga menurunkan

kadar aldosteron didalam darah. Pada ibu hamil dengan preeklampsia kadar

peptida natriuretik atrium juga meningkat. Hal ini terjadi akibat ekspansi

volume yang menyebabkan peningkatan curah jantung dan penurunan resistensi

vaskular perifer. (Reynolds, C. et al., 2006).

Pada pasien preeklampsia terjadi pergeseran cairan dari intravaskuler

ke interstisial yang disertai peningkatan hematokrit, protein serum, viskositas

darah dan penurunan volume plasma. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia. (Wiktor H, et al., 2004)

8. Akibat preeklampsia pada janin

Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi

plasenta. Hal ini mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan perfusi

19

Page 20: Telaah Jurnal Ca Ovarium

uteroplasenta dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga

mortalitas janin meningkat (Sarwono prawirohardjo, 2009). Dampak

preeklampsia pada janin, antara lain: Intrauterine growth restriction (IUGR) atau

pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, prematur, bayi lahir rendah, dan

solusio plasenta. (Wiktor H, et al., 2004)

9. Penatalaksanaan Preeklampsia

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya eklampsia,

melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah mortalitas

maternal dan perinatal. (Reynolds, C. et al., 2006)

a. Preeklampsia ringan

Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan

preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran

darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada

ekstremitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan bertambah.Selain itu dengan

istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga

dapat menurunkan tekanan darah. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik

dengan penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika

mengancam nyawa maternal (Wiknjosastro, 2006). Selain itu penggunaan obat

antihipertensi dalam menanggulangi kemungkinan terjadinya preeclampsia berat

atau eklampsia dimungkinkan seperti pada gambar 5

b. Preeklampsia berat

Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk

mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah

20

Page 21: Telaah Jurnal Ca Ovarium

diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan.

Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan

magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose

dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram

dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium

sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan

frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan,

menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat,

pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg

secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuskular (Wiknjosastro,

2006).

Pada penelitian yang dilakukan pada jurnal yang ditelaah diatas,

suplementasi dengan vitamin C dan E tidak menurunkan frekuensi dampak primer.

Peneliti memilih dampak primer sebagai onset baru terhadap hipertensi pada

21

Page 22: Telaah Jurnal Ca Ovarium

kehamilan sesuai dengan data-data komplikasi maternal, fetal dan neonatal

sehingga dapat dinilai apakah terapi tersebut dapat mencegah komplikasi yang

serius. Peneliti tidak menilai adanya proteinuria sebagai bagian dari dampak primer

karena hipertensi berat dapat terjadi tanpa proteinuria yang berhubungan dengan

dampak buruk pada maternal dan fetal (Buchbiner et al, 2002).

Penelitian ini menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dari

beberapa penelitian sebelumnya yaitu sebanyak 10.154 subjek yang dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok yang diberi vitamin sebanyak 5088 dan kelompok

yang diberi plasebo sebanyak 5066. Tetapi terdapat 2 partisipan yang dihilangkan

karena atas permintaan pasien dan atas permintaan dewan review intitusi sehingga

jumlah subjek penelitian menjadi 10.152.

Beberapa kekurangan yang dimiliki penelitian ini adalah adanya subjek

yang mengalami loss to follow up serta efek samping yang ditimbulkan dari terapi

vitamin dan plasebo. Subjek penelitian yang mengalami loss to follow up yaitu

sebanyak 94 perempuan pada kelompok vitamin dan 89 perempuan pada kelompok

plasebo. Efek samping utama yang dilaporkan yaitu nausea (7,3% pada kelompok

vitamin dan 6,8% pada kelompok plasebo dengan P=0,31) dan vomitus (4,4% pada

kelompok vitamin dan 4% pada kelompok plasebo dengan P=0,23). Efek samping

ini tentunya dapat mengurangi efektifitas suatu obat.

C. Vitamin C dan E dalam Pencegahan Komplikasi Hipertensi pada Kehamilan

Dari hasil penelitian meununjukkan bahwa kriteria dampak primer

penelitian ditemukan pada 305 perempuan di kelompok vitamin (6,1%) dan 285

perempuan di kelompok plasebo (5,7%) (relative risk, 1.07; 95% confidence

22

Page 23: Telaah Jurnal Ca Ovarium

interval [CI], 0.91 sampai 1.25). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hasil

yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Rata-rata dampak sekunder pun

menunjukkan tidak terdapat hasil yang signifikan antara rata-rata kejadian

preeklampsia pada kelompok vitamin dan plasebo (7,2% dan 6,7%).

Di antara perempuan yang ditemukan pada kriteria dampak primer yaitu

sebanyak 164 perempuan (27,8%) memiliki hiperetensi berat dan 321 perempuan

(54,4%) memiliki preeklampsia (40 preeklampsia ringan; 257 preeklampsia berat;

10 perempuan mengalami HELLP syndrome; 14 perempuan eklampsia). Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terlihat terapi yang bermanfaat pada perempuan

dengan hipertensi berat atau ringan pada kehamilan (relative risk, 1.07; 95% CI,

0.89 sampai 1.27). Rata-rata kejadian lanjutan buruk pada neonatus juga tidak

menunjukkan hasil yang signifikan pada kedua kelompok tersebut. (Rumbold, AR.

et al.,2006)

23

Gambar . Dampak Primer Dari Pemberian Suplemen Vitamin C dan E

Page 24: Telaah Jurnal Ca Ovarium

Hasil yang tidak signifikan ini terjadi karena ternyata SO bukan

merupakan satu-satunya hal yang terjadi pada patofisiologi preeclampsia (gambar

2). SO hanya didapatkan pada sebagian kelompok perempuan tertentu sehingga

tentunya tidak memberikan hasil yang signifikan pada seluruh kasus preeklampsia.

Penelitian oleh Padayatty & Levine tahun 2006 menjelaskan bahwa terdapat

24

Gambar . Patogenesis Preeklampsia

Page 25: Telaah Jurnal Ca Ovarium

beberapa kelompok perempuan yang sudah memiliki konsentrasi vitamin C dan E

yang adekuat sebelum diberikannya terapi. Pada penelitian ini, sebanyak 80%

perempuan mengkonsumsi vitamin saat prenatal yang mengandung vitamin C

sebesar 100 mg dan 22 IU alpha-tocopherol (vitamin E) (Padayatty & Levine,

2006). Dosis askorbat sebesar 150 mg per hari menghasilkan kosentrasi puncak

pada plasma dan jaringan. Konusmsi 1000 mg per hari dapat meningkatkan

konsentrasi plasma hanya sebesar 25% di atas konsumsi vitamin C 150 mg setiap

hari . (Rumbold, AR. et al.,2006)

BAB III

25

Gambar 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disfungsi Endotelial

Page 26: Telaah Jurnal Ca Ovarium

PEMBAHASAN

A. Metode

1. Populasi Penelitian

Penelitian dilakukan dari Juli 2003 sampai Februari 2008 pada 16 senter

klinik dan data independen yang berkoordinasi dengan MFMU network.

Kriteria inklusi :

Perempuan hamil dengan kehamilan tunggal pada usia gestasi kurang dari

16 minggu masuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini. Usia gestasi

kemudian dirandomisasi diantara usia 9 minggu 0 hari dan 16 minggu 6

hari. Selain itu, perempuan tersebut tidak pernah memiliki kehamilan

sebelumnya. Usia gestasional ditentukan sebelum randomisasi dengan

menggunakan algoritme yang menggunakan perhitungan hari pertama haid

terakhir dan hasil pemeriksaan pertama USG.

Kriteria eksklusi :

Perempuan yang masuk kriteria eksklusi adalah jika mereka memiliki

tekanan darah sistolik (135 mmHg atau lebih), peningkatan tekanan darah

diastolik (85 mmHg atau lebih) atau proteinuria (300 mg protein atau lebih

dihitung pada sampel urin 24 jam atau hasil urin dipstik protein +1 atau

lebih), sedang atau pernah menjalani terapi antihipertensi atau sedang

mengkonsumsi vitamin C 150 mg atau vitamin E 75IU setiap hari. Kriteria

eksklusi lainnya adalah diabetes yag terdeteksi sebelum kehamilan, terapi

dengan obat antiplatelet atau NSAID, perdarahan uterus dalam minggu

peneleitian, kondisi medik serius, kelainan fetus atau aneuploidi, hasil in

26

Page 27: Telaah Jurnal Ca Ovarium

vitro fertilization (IVF) pada kehamilan sekarang atau penggunaan obat-

obatan terlarang atau alkohol.

2. Desain penelitian

Pada perempuan dengan usia kehamilan tidak lebih dari 15

minggu dan berpartisipasi dalam penelitian ini diberikan plasebo dan

diminta untuk mengembalikan dalam waktu 2 minggu. Kemudian mereka

yang masuk kriteria diberikan kapsul yang mengandung kombinasi

vitamin C (asam askorbat) 1000 mg dan vitamin E (RRR-alpha-tocopherol

acetate) atau plasebo (mineral oil). Kapsul vitamin dan plasebo diproduksi

oleh Strides yang tidak berperan dalam studi penelitian ini, analisis atau

interpretasi data, preparasi naskah atau keputusan untuk mengumpulkan

naskah publikasi. Metode penelitian dengan stratifikasi berdasarkan pada

senter klinik dan digunakan oleh pusat koordinasi untuk menciptakan

urutan randomisasi ini16; kotak yang berisi kapsul dikemas berdasarkan

urutan tersebut. Partisipan dan peneliti tidak mengetahui pemberian terapi

tersebut.

Perempuan tersebut diinstruksikan untuk mengkonsumsi obat

tersebut sampai waktu melahirkan. Kemudian dilaporkan efek samping,

tekanan darah, kadar protein yang dinilai dengan urin dipstik. Peneliti juga

mengambil data pada saat kelahiran yaitu data-data maternal dan neonatal.

Penilaian dampak primer dan diagnosis preeklampsia, diidentifikasikan

pada bagan semua perempuan dengan hipertensi pada kehamilan yang

direview oleh 3 reviewer yang tidak mengetahui pemberian terapi ini.

27

Page 28: Telaah Jurnal Ca Ovarium

Semua data dikumpulkan dan diabstrakan oleh anggota peneliti

bersertifikasi pada senter klinik dan diberikan sebagai database yang

dikelola oleh senter koordinasi data independen yang bertanggung jawab

terhadap analisis data. Penelitian diterima oleh dewan review institusi pada

masing-masing senter klinik dan pusat koordinasi data. Semua partisipan

diberikan informed consent sebelum dilakukan penelitian.

3. Dampak Primer

Dampak primer menunjuk pada hipertensi pada kehamilan dan

dampak serius pada ibu dan fetus atau neonatus yang berhubungan dengan

hipertensi berat pada kehamilan seperti peningkatan kadar enzim (kadar

aspartate aminotransferase ≥100 U per liter), trombositopenia (trombosit

<100,000 per kubik millimeter), peningkatan kadar serum kreatinin (≥1.5

mg per desiliter [132.6 μmol per liter]), kejang eklampsia, prematuritas,

kematian ferus setelah 20 minggu gestasi atau kematian neonatal.

Diagnosis hipertensi berdasarkan pada perhitungan tekanan darah selama

atau lebih dari usia kehamilan 20 minggu tetapi tidak termasuk tekanan

darah intraoperatif dan tekanan sistolik intrapartum. Hipertensi berat pada

kehamilan adalah tekanan sistolik lebih dari sama dengan 160 mmHg atau

tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 110 mmHg pada 2 kali

pemeriksaan 2 sampai dengan 240 jam atau hanya pada 1 kali perhitungan.

Hipertensi ringan pada kehamilan merupakan tekanan darah sistolik

diantara 140 dan 159 mmHg atau tekanan diastolik diantara 90-109 mmHg

pada 2 kali pemeriksaan 2 sampai dengan 240 jam atau hanya pada 1 kali

28

Page 29: Telaah Jurnal Ca Ovarium

perhitungan. Selain itu, hasil laboraturium yang abnormal

dipertimbangkan dari adanya ketidaknormalan dalam 10 hari sebelum atau

setelah onset hipertensi pada kehamilan.

4. Dampak sekunder

Dampak sekunder merupakan dampak terhadap preeklampsia dan

kondisi maternal dan neonatal. Preeklampsia ringan didefinisikan sebagai

hipertensi ringan pada kehamilan yang terdeteksi adanya proteinuria dalam

72 jam sebelum atau setelah peningkatan tekanan darah. Proteinuria

didefinisikan sebagai jumlah ekskresi protein sebesar 300 mg atau lebih

pada sampel urin 24 jam; pada pemeriksaan dipstik +2 atau lebih; ratio

protein dan kreatinin sebesar 0,35 atau lebih jika sampel urin 24 jam tidak

tersedia. Setelah ketuban pecah, hanya sampel urinka teterisasi yang

dianggap sebagai kriteria diagnosis.

Preeklampsia berat didefinisikan sebagai hipertensi berat pada

kehamilan dengan ekskresi protein 5 gram atau lebih pada sampel urin 24

jam; hipertensi ringan pada kehamilan dengan oliguria (<500 ml pada

sampel urin 24 jam), oedem pulmo (dikonfirmasi dengan radiografi) atau

trombositopenia (<100.000 per kubik milimeter). HELLP syndrome

(hemolysis, elevated liver enzyme levels and a low platelet count)

didefiniskan apabila terdapat trombosit kurang dari 100,000 per kubik

millimeter, kadar aspartate aminotransferase 100 U per liter atau lebih dan

adanya hemolisi (kadar laktat dehidrogenase ≥600 U per liter atau kadar

total bilirubin ≥1.2 mg per desiliter atau apusan darah tepi yang

29

Page 30: Telaah Jurnal Ca Ovarium

menunjukkan nucleated red cells, schistocytes, atau peningkatan

reticulocyte).

5. Analisis Statistik

Expected rate dari dampak primer pada kelompok plasebo

diperkirakan dari penelitian MFMU Network aspirin dosis rendah untuk

mencegah preeklampsia pada perempuan nulipara.18 Peneliti

memperkirakan dari sampel 10.000 perempuan dengan 90% power maka

dapat menunjukkan penurunan sebanyak 30% pada rata-rata hasil prmer

dari 4% pada kelompok plasebo dan 2,7% pada kelompok vitamin, dengan

two-sided type I error rate of 5%.

Komite keamanan dan data independen memonitor hasil percobaan

dan meriview hasil sementara penelitian. Metode kelompok sequensial

digunakan untuk mengkarateristikkan rata-rata pada type I error;

pemilihan fungsi dilakukan oleh Lan–DeMets generalization of the

O’Brien–Fleming boundary. Tiga analisis sementara dikerjakan. Analisis

akhir dari dampak primer menggunakan two-tailed P values kurang dari

0.045 untuk mengindikasikan signifikansi statistik. Namun, sejak

pengaturan diminimalisir, peneliti menggunakan 95% CI.

Data dari semua perempuan dianalisis berdasarkan kelompok untuk

dirandomisasi. Variabel continuos dibandingkan dengan menggunakan

Wilcoxon rank-sum test dan variabel kategorik dengan menggunakan chi-

square test. Semua dampak sekunder , P value kurang dari 0,05

dipertimbangkan sebagai signifikansi statistik dan P value tidak mengatur

30

Page 31: Telaah Jurnal Ca Ovarium

beberapa komparasi atau perbandingan.

B. Hasil

1. Populasi Penelitian

Gambar 1 menunjukkan follow up dari perempuan yang

berpartisipasi pada penelitian ini. Sebanyak 10.154 perempuan

dirandomisasi menjadi sebuah kelompok penelitian; 5088 menerima

vitamin dan 5066 menerima plasebo. Terdapat 2 partisipan yang

dihilangkan karena atas permintaan pasien dan atas permintaan dewan

review intitusi sehingga menghasilkan 10.152 perempuan. Sebanyak 94

perempuan pada kelompok vitamin dan 89 perempuan pada kelompok

plasebo mengalami lost to follow-up.

Karakteristik dasar pada 2 kelompok penelitian serupa (Tabel 1).

Sebanyak 77% dari subjek penelitian mendapat vitamin prenatal atau

multivitamin pada saat randomisasi. Data kehamilan pada 9969

perempuan tersedia, median ratio pada saat pemberian kapsul, antara

waktu randomisasi dan melahirkan yaitu sekitar 88% pada kedua

kelompok. Efek samping dilaporkan pada 11,2% perempuan tetapi tidak

terdapat hasil yang signifikan antara kedua kelompok. Efek samping utama

yang umum terjadi yaitu nausea (7,3% pada kelompok vitamin dan 6,8%

pada kelompok plasebo dengan P=0,31) dan vomitus (4,4% pada

kelompok vitamin dan 4% pada kelompok plasebo dengan P=0,23).

2. Hasil Penelitian

31

Page 32: Telaah Jurnal Ca Ovarium

Kriteria dampak primer penelitian ini ditemukan pada 305

perempuan di kelompok vitamin (6,1%) dan 285 perempuan di kelompok

plasebo (5,7%) (relative risk, 1.07; 95% confidence interval [CI], 0.91

sampai 1.25). Tidak terdapat hasil yang signifikan antara kedua kelompok

tersebut (Tabel 2). Rata-rata dampak sekunder pada maternal ditunjukkan

pada tabel 3. Tidak terdapat hasil yang signifikan antara rata-rata kejadian

preeklampsia pada kelompok vitamin dan plasebo (7,2% dan 6,7%). Di

antara perempuan yang ditemukan pada kriteria hasil primer, sebanyak 164

perempuan (27,8%) memiliki hiperetensi berat dan 321 perempuan

(54,4%) memiliki preeklampsia (40 preeklampsia ringan; 257

preeklampsia berat; 10 perempuan mengalami HELLP syndrome dan 14

perempuan eklampsia). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terlihat terapi

yang bermanfaat pada perempuan dengan hipertensi berat atau ringan

pada kehamilan (relative risk, 1.07; 95% CI, 0.89 sampai 1.27). Terdapat

2 perempuan (1 dari masing-masing kelompok) meninggal akibat dari

kardiomiopati peripartum. Rata-rata kejadian lanjutan buruk pada neonatus

juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada kedua kelompok

tersebut (Tabel 4).

Peneliti menggunakan analisis post hoc subgroup sebagai dasar

usia kehamilan pada randomisasi (<13 minggu dan ≥13 minggu). Hasil

tersebut tidak dapat membedakan secara signifikan subgroup-subgroup

tersebut (P = 0.54 ). Antara 4343 perempuan yang masuk kedalam

penelitian sebelum usia kehamilan 13 minggu, dampak primer terjadi pada

6,6% pada kelompok vitamin dan dibandingkan dengan 5,9% pada

32

Page 33: Telaah Jurnal Ca Ovarium

kelompok plasebo (relative risk, 1.12; 95% CI, 0.89 sampai 1.42); antara

5626 perempuan yang mendaftar atau setelah usia kehamilan 13 minggu,

dampak primer terjadi pada 5,7% pada kelompok vitamin dan 5,6% pada

kelompok plasebo (relative risk, 1.02; 95% CI, 0.82 sampai 1.26).

C. Diskusi

Pada penelitian ini, suplementasi dengan vitamin C dan E

tidak menurunkan frekuensi dampak primer. Peneliti memilih dampak

primer sebagai onset baru pada hipertensi kehamilan sesuai dengan data-

data komplikasi maternal, fetal dan neonatal sehingga dapat dinilai apakah

terapi tersebut dapat mencegah komplikasi yang serius . Peneliti tidak

menilai adanya proteinuria sebagai bagian dari dampak primer karena

hipertensi berat dapat terjadi tanpa proteinuria yang berhubungan dengan

dampak buruk pada maternal dan fetal. (Rumbold, AR. et al.,2006)

Diagnosis proteinuria yang berdasar dengan penilaian sampel

urin kualitatif atau penilaian ratio protein dan kreatinin tidak dapat

dibandingkan dengan diagnosis yang berdasar sampel urin 24 jam. Dampak

primer yang diteliti ini berdasarkan diagnosis preeklampsia konvensional

yaitu preeklampsia sebagai dampak utama sekunder. Rata-rata

preeklampsia ringan dan berat, HELLP syndrome dan eklampsia tidak

menunjukkan efek yang signifikan terhadap terapi vitamin. (Rumbold, AR.

et al.,2006)

Beberapa penelitian lain telah menilai efektivitas vitamin C

dan E dalam mencegah preeklampsia. Dosis vitamin yang digunakan pada

33

Page 34: Telaah Jurnal Ca Ovarium

penelitian sebelumnya sama dengan yang digunakan pada penelitian ini.

(Rumbold, AR. et al.,2006)

Masing-masing penelitian terdahulu memiliki jumlah sampel yang

lebih sedikit dari penelitian ini dan hanya 1 penelitian terdahulu yang yang

menggunakan subjek berisiko rendah. Pada penelitian ini digunakan terapi

lebih awal dibandingkan dengan penelitian lain. Vitamin pada penelitian

preeklampsia (VIP; Current Controlled Trials number, ISRCTN62368611)

merupakan suplementasi antioksidan untuk mencegah preeklampsia pada

perempuan berisiko tinggi tetapi hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan rata-rata komplikasi pada perempuan dan bayi

ketika menerima vitamin selama hamil. (Rumbold, AR. et al.,2006)

Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hasil yang

signifikan bahwa lebih banyak bayi lahir dengan berat rendah pada

kelompok yang menerima terapi vitamin dibandingkan dengan kelompok

kontrol, hipertensi gestasional dan penggunaan terapi antihipertensi pun

banyak terjadi pada kelompok vitamin. Meskipun rata-rata kematian

perinatal sama pada kedua kelompok, analisis post hoc menunjukkan

bahwa rata-rata kejadian stillbirth lebih tinggi (dan kematian neonatal lebih

rendah) pada kelompok vitamin daripada kelompok kontrol. (Rumbold,

AR. et al.,2006)

Peneliti tersebut juga tidak menemukan hasil yang signifikan

antara kelompok dengan berat lahir rendah dan kejadian still birth. Selain

itu, peneliti tidak menemukan peningkatan frekuensi hipertensi gestasional

pada kelompok vitamin dibandingkan dengan kelompok plasebo. Peneliti

34

Page 35: Telaah Jurnal Ca Ovarium

tersebut pun tidak mengumpulkan data penggunaan antihipertensi

sebelumnya tetapi hanya menampilkan secara signifikan terdapat

peningkatan antihipertensi yang ditemukan pada kelompok vitamin. .

(Rumbold, AR. et al.,2006)

Kenapa terapi dengan vitamin sebagai antioksidan tidak berhasil

mencegah dampak hipertensi pada kehamilan pada penelitian ini? Hal ini

dapat terjadi karena walaupun stres oksidatif (SO) terjadi pada

preeklampsia, SO bukan merupakan satu-satunya hal yang terjadi pada

patofisiologi keadaan tersebut. Selain itu, pada penelitian-penelitian

sebelumnya juga dijelaskan bahwa terdapat subgrup perempuan yang

sudah memiliki konsentrasi vitamin C dan E yang adekuat sebelum

diberikannya terapi (Rumbold, AR. et al.,2006; Xiong Y.,  et al.  2009;

Zhang, J, et al. 2008)

Kemungkinan terapi ini lebih bermanfaat pada perempuan yang

mengalami defisiensi vitamin tidaklah didukung oleh penelitian World

Health Organization (ISRCTN86677348). Penelitian tersebut menyatakan

suplementasi vitamin C dan E dibandingkan dengan plasebo tidak

menurunkan risiko preeklampsia pada populasi risiko tinggi dan defisiensi

nutrisi (relative risk with vitamins, 1.0; 95% CI, 0.9 sampai 1.3) .

(Rumbold, AR. et al.,2006; Xiong Y.,  et al.  2009; Zhang, J, et al. 2008)

Dosis vitamin C dan E yang digunakan pada penelitian ini

ditentukan oleh penelitian dasar sebelumnya yang menunjukkan bahwa

dosis tersebut tidak hanya dapat menurunkan frekuensi preeklampsia tetapi

juga menurunkan adanya SO. Waktu pemberian antioksidan juga sangat

35

Page 36: Telaah Jurnal Ca Ovarium

penting dipertimbangkan. Antioksidan memerlukan waktu yang relevan

untuk melawan pro-oksidan. Burton dan Jaunix menemukan bahwa onset

aliran darah intervillous terjadi pada usia kehamilan 8-10 minggu dan hal

ini berhubungan dengan ledakan SO (Rumbold, AR. et al.,2006; Xiong Y.,

et al.  2009; Zhang, J, et al. 2008)

Terapi antioksidan pada penelitian ini diawali pada usia

kehamilan 9 sampai 16 minggu dengan 44% perempuan memulai terapi

sebelum usia kehamilan 13 minggu, pada analisis post hoc subgrup

terbatas pada perempuan yang berobat sebelum usia kehamilan 13 minggu,

sehingga tidak ada keuntungan yang terlihat pada suplementasi vitamin.

Peneliti juga tidak dapat meyakini bahwa terdapat antioksidan lain yang

dapat memberikan hasil efektif. (Rumbold, AR. et al.,2006; Xiong Y.,  et

al.  2009; Zhang, J, et al. 2008)

BAB IV

36

Page 37: Telaah Jurnal Ca Ovarium

KESIMPULAN

1. Suplementasi vitamin C (dosis 1000 mg per hari) dan vitamin E (400 IU

per hari) tidak mengurangi rata-rata dampak serius yang terjadi akibat

hipertensi pada kehamilan pada perempuan nulipara berisiko rendah.

2. Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang sama yaitu kurangnya

efikasi pemberian terapi pada perempuan berisiko tinggi dan defisiensi

vitamin C dan E.

3. Beberapa penelitian lain pun menunjukkan bahwa tidak mendukung

penggunaan vitamin C dan E untuk mengurangii risiko preeklampsia atau

komplikasiya.

37

Page 38: Telaah Jurnal Ca Ovarium

38