telaah jurnal ca ovarium
DESCRIPTION
Tidak msignifikanTRANSCRIPT
Telaah Jurnal
Vitamins C and E to Prevent Complicationsof Pregnancy-Associated Hypertension
Pembimbing
dr. Hardjono Poerwadhi, Sp.OG
Disusun Oleh
Ahmad Zaki G1A212066
Prima Aditya W G1A212067
Syifa'u Rakhmi G1A212068
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALLABORATORIUM ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RSUD MARGONO SOEKARJO/FK UNSOEDPURWOKERTO
2013
1
H A L A M A N P E N G E S A H A N
Telaah Jurnal
Vitamins C and E to Prevent Complicationsof Pregnancy-Associated Hypertension
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Disusun Oleh
Ahmad Zaki G1A212066
Prima Aditya W G1A212067
Syifa'u Rakhmi G1A212068
Telah dipresentasikan
Pada Tanggal : Agustus 2013
Menyetujui dan Mengesahkan
dr. Hardjono Poerwadhi, Sp.OG
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas telaah jurnal
berjudul: Vitamins C and E to Prevent Complications of Pregnancy-
Associated Hypertension
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. dr. Hardjono, Sp.OG, selaku pembimbing dalam penulisan referat ini.
2. Staf medis fungsional bagian OBSGYN RSMS.
3. Teman-teman sejawat FK Unsoed dan FK UPN.
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan referat
ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan referat ini. Akhirnya semoga referat ini bermanfaat untuk
pembaca dan penulis pada khususnya.
Purwokerto, Agustus 2013
Penulis
3
Vitamin C dan E dalam Pencegahan Komplikasi Hipertensi pada KehamilanJames M. Roberts, M.D., Leslie Myatt, Ph.D., Catherine Y. Spong, M.D.,
Elizabeth A. Thom, Ph.D., John C. Hauth, M.D., Kenneth J. Leveno, M.D.,Gail D. Pearson, M.D., Sc.D., Ronald J. Wapner, M.D., Michael W. Varner,
M.D.,John M. Thorp, Jr., M.D., Brian M. Mercer, M.D., Alan M. Peaceman, M.D.,Susan M. Ramin, M.D., Marshall W. Carpenter, M.D., Philip Samuels, M.D.,
Anthony Sciscione, D.O., Margaret Harper, M.D., Wendy J. Smith, M.D.,George Saade, M.D., Yoram Sorokin, M.D., and Garland B. Anderson, M.D.,for the Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human
Development Maternal–Fetal Medicine Units Network*
Abstrak
Latar Belakang
Stres Oksidatif (SO) diketahui memiliki mekanisme yang berhubungan terhadap
buruknya perfusi plasenta dan bermanifestasi klinis sebagai preeklampsia.
Peneliti menilai efek antioksidan dengan menggunakan vitamin C dan E terhadap
dampaknya pada kehamilan, maternal, fetal dan neonatal yang berhubungan
dengan hipertensi pada kehamilan.
Metode
Peneliti menggunakan metode multicenter, randomized dan double-blind trial
pada perempuan nullipara yang berisiko rendah preeklampsia. Perempuan tersebut
dirandom untuk diberikan suplementasi vitamin C 1000 mg dan vitamin E 400 IU
atau plasebo pada usia kehamilan 9 sampai dengan 16 minggu. Dampak primer
yang diteliti adalah hipertensi ringan sampai berat pada kehamilan terhadap kadar
peningkatan enzim hati, trombositopeni, peningkatan kadar serum kreatinin,
kejang eklampsia, prematuritas, gangguan pertumbuhan janin dan kematian
perinatal.
4
Hasil
Perempuan sebanyak 10.154 dirandomisasi kemudian dibagi menjadi 2 kelompok
(pengguna vitamin dan plasebo) yang memiliki karakteristik yang sama dan
kepatuhan terhadap penggunaan obat. Randomiasi tersebut menunjuk 9969
wanita. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hasil yang
signifikan antara kelompok pengguna vitamin dan plasebo yang memiliki sampak
primer (6,1% and 5,7%, respectively; risiko relatif pada kelompok pengguna
vitamin sebesar 1.07; confidence interval [CI] sebesar 95%, 0.91 sampai 1.25)
atau pada kejadian preeklampsia (7,2% and 6,7%, respectively; risiko relatif
sebesar 1,07; CI sebesar 95% CI, 0.93 sampai 1.24). Hasil rata-rata kejadian
kematian perinatal tidak dapat membedakan antara kedua kelompok secara
signifikan.
Kesimpulan
Pada penelitian cohort ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C dan E
pada usia kehamilan 9 sampai dengan 16 minggu pada perempuan nullipara
berisiko rendah tidak mengurangi rata-rata dampak serius pada maternal atau
perintal yang berhubungan dengan hipertensi pada kehamilan. (ClinicalTrials.gov
number, NCT00135707).
.
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abnormalitas plasentasi atau perfusi akibat dari peningkatan respon
inflamasi dan disfungsi endotelial menyebabkan suatu sindrom maternal. Stress
oksidatif (SO) merupakan salah satu mekanisme yang telah diketahui
menyebabkan manifestasi klinis sebuah penyakit (Bonney, E.A.2007)
Hal ini berhubungan dengan radikal bebas yang berefek terhadap penurunan
perfusi plasenta yang berdampak terhadap manifetasi klinik. Konsep ini didukung
oleh data-data yang menunjukkan bahwa SO merupakan modifikasi suatu protein
, lipid dan DNA di darah dan jaringan terhadap perempuan preeklampsia dan bayi
mereka. Data-data tersebut juga menunjukkan bahwa askorbat memiliki efek
menurunkan risiko preeklampsia pada kehamilan. 8 Meskipun tidak semua data
mendukung hipotesis ini seperti pada akhir tahun 1990 beberapa penelitian tidak
memiliki cukup data untuk mendukung terapi antioksidan yang diberikan pada
awal kehamilan untuk mencegah preeklampsia. (Andraweera, P. H et al., 2012)
Pada penelitian yang melibatkan 283 perempuan yang memiliki risiko
tinggi terhadap preeklampsia, suplementasi vitamin C dan E , dibandingkan
dengan plasebo ternyata efektif dalam mengurangi risiko aktivasi endotelial dan
menurunkan 60% preeklampsia. Penelitian ini menstimulasi beberapa senter
seperti the Eunice Kennedy Shriver National Institutes of Child Health and
Human Development Maternal–Fetal Medicine Units (MFMU) Network untuk
melakukan penelitian yang lebih besar seperti randomized clinical trial yang
6
(RCT) melibatkan perempuan berisiko tinggi dan perempuan berisiko rendah
terhadap penyakit ini. Pada penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang positif.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan yang didesain untuk mendeteksi
efek yang berhubungan dengan hipertensi gestasional dan preeklampsia pada
perempuan berisiko rendah dengan memberikan terapi pada kehamilan awal
(Buurma, A. J. et al. 2013)
B. Tujuan
1. Mengetahui efek vitamin C dan E dalam mencegah terjadinya komplikasi
hipertensi pada kehamilan.
2. Mengetahui dan menelaah isi jurnal dalam pengembangan pengetahuan
manajemen pencegahan preeklampsia
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Patofisiologi Hipertensi pada Kehamilan
Penelitian James et al tahun 2010 ini berjudul "Penggunaan Vitamin C dan
E terhadap Pencegahan Hipertensi pada Kehamilan". Hipotesis menunjukkan
bahwa stres oksidatif (SO) diketahui memiliki mekanisme yang berhubungan
terhadap buruknya perfusi plasenta dan bermanifestasi terhadap kejadian
preeklampsia (Redman & Sargen, 2005). SO merupakan modifikasi suatu
protein, lipid dan DNA di dalam darah dan jaringan yang berhubungan dengan
suatu radikal bebas yang berefek terhadap peningkatan respon inflamasi dan
disfungsi endotelial sehingga menyebabkan penurunan perfusi plasenta seperti
terlihat pada gambar 1 (Zhang et al, 2008 & Wiktor et al, 2004).
Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan seperti metode penelitian,
kriteria inklusi dan eksklusi serta jumlah sampel yang digunakan. Peneliti ini
menggunakan metode multicenter, randomized dan double-blind trial pada
perempuan nullipara yang berisiko rendah preeklampsia. Penelitian dilakukan dari
Juli 2003 sampai Februari 2008 pada 16 senter klinik dan data independen yang
berkoordinasi dengan MFMU network (Hjartardottir, S. et al. .2004).
Desain penelitian RCT dengan double blind trial ini dapat meminimalisir
adanya bias karena peneliti dan subjek peneliti tidak mengetahui dalam pemberian
perlakuan. Setelah diberikan perlakuan berupa pemberian terapi vitamin dan
plasebo, data-data dikumpulkan dan direview oleh 3 reviewer yang juga tidak
mengetahui pemberian terapi ini. Semua data yang telah direview kemudian
8
dikelola oleh senter koordinasi data independen untuk menganalisis data
(Hjartardottir, S. et al. .2004)..
Kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan pun sangat ketat untuk dapat
meminimalisir bias yang dapat terjadi. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu
perempuan hamil dengan kehamilan tunggal pada usia gestasi kurang dari 16
minggu. Beberapa kriteria eksklusi yang digunakan yaitu sebagai berikut :
a. Perempuan dengan tekanan darah sistolik (135 mmHg atau lebih),
peningkatan tekanan darah diastolik (85 mmHg atau lebih) atau proteinuria
(300 mg protein atau lebih dihitung pada sampel urin 24 jam atau hasil urin
dipstik protein +1 atau lebih).
b. Sedang atau pernah menjalani terapi antihipertensi atau sedang
mengkonsumsi vitamin C 150 mg atau vitamin E 75IU setiap hari.
c. Diabetes yang terdeteksi sebelum kehamilan.
d. Terapi dengan obat antiplatelet atau NSAID.
e. Perdarahan uterus dalam minggu peneleitian.
f. Kondisi medik serius.
g. Kelainan fetus atau aneuploidi.
h. Hasil in vitro fertilization (IVF) pada kehamilan sekarang.
i. Penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol.
Pada penelitian ini, James et al menilai dampak primer dan sekunder.
Dampak primer merupakan dampak hipertensi pada kehamilan dan dampak serius
pada maternal, fetal dan neonatal yangt berhubungan dengan hipertensi berat
pada kehamilan seperti peningkatan kadar enzim hati, serum kreatinin, kejang
eklampsia, prematuritas dan kematian neonatal. Dampak sekunder merupakan
9
dampak terhadap preeklampsia serta kondisi maternal dan neonatal.
B. Preeklampsia
1. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau vaskular
yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20
minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan
endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan
dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan
nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Drife, JO, 2009).
10
Gambar 1. Patofisiologi Preeklampsia
2. Klasifikasi Preeklampsia
Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat. (Redman, CW, Sargent, IL.2005)
3. Kriteria preeklampsia ringan :
~ Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam pada
dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.
~ Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik.
~ Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.
Preeklampsia berat dibagi menjadi : preeklampsia berat tanpa impending
eclampsia dan preeklampsia berat dengan impending eclampsia.
(Buurma, A. J. et al. 2013)
4. Kriteria preeklampsia berat :
~ Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada
dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
~ Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang
dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.
~ Oliguria < 400 ml / 24 jam.
~ Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.
~ Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten,
skotoma, dan pandangan kabur.
~ Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya
11
kapsula glisson.
~ Edema paru dan sianosis.
~ Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase.
~ Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3).
~ Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta.
~ Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.
(Padayatty, SJ. 2006)
5. Faktor yang berperan pada preeklampsia
Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab preeklampsia
tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Tetapi, ada beberapa
faktor yang berperan, yaitu: (Padayatty, SJ. 2006)
12
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang,
sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi
tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi
generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan
memegang peranan sentral terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan
tromboksan.Hal ini mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak
50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma. (Laresgoiti, E,. 2010.)
b. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan
pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta
tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan
aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan
proteinuria. (Laresgoiti, E,. 2010.)
c. Peran Faktor Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita
preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut
beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A
23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan
pertumbuhan janin terhambat. (Laresgoiti, E,. 2010.)
d. Disfungsi endotel
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya
preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat
13
menyebabkan penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi
trombosit dan fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin
sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel. (Moffett, A. 2007,
Laresgoiti, E,. 2010, Reynolds, C. et al., 2006).
6. Gejala dan tanda Preeklampsia
Gejala dan tandanya dapat berupa :
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam diagnosa
penyakit preeklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba-tiba. Banyak
14
Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi Preeklampsia
primigravida dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar 100-110/60-70
mmHg selama trimester kedua. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau
peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg harus dipertimbangkan
b. Hasil pemeriksaan laboratorium
Proteinuria merupakan gejala terakhir timbul. Proteinuria berarti
konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam urin 24 jam
atau pemeriksaan kualitatif menunjukan (+1 sampai 2+ dengan metode
dipstik) atau > 1 gr/liter melalui proses urinalisis dengan menggunakan kateter
atau midstream yang diambil urin sewaktu minimal dua kali dengan jarak
waktu 6 jam (Wiknjosastro, 2006).
Hemoglobin dan hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.
Trombositopenia biasanya terjadi. Terjadi peningkatan FDP, fibronektin dan
penurunan antitrombin III. Asam urat biasanya meningkat diatas 6 mg/dl.
Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa meningkat pada preeklampsia
berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3 kali lipat. Laktat dehidrogenase
bisa sedikit meningkat dikarenakan hemolisis. Glukosa darah dan elektrolit
pada pasien preeklampsia biasanya dalam batas normal. Urinalisis ditemukan
proteinuria dan beberapa kasus ditemukan hyaline cast.
c. Edema
Edema pada kehamilan normal dapat ditemukan edema dependen,
tetapi jika terdapat edema independen yang djumpai di tangan dan wajah yang
meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria edema
lain dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2 pon/minggu
dan penumpukan cairan didalam jaringan secara generalisata yang disebut
15
pitting edema > +1 setelah tirah baring 1 jam. (Reynolds, C. et al., 2006)
7. Komplikasi Preeklampsia
Akibat gejala preeklampsia, proses kehamilan maternal terganggu karena terjadi
perubahan patologis pada sistem organ, yaitu :
a. Jantung
Perubahan pada jantung disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload akibat
hipertensi dan aktivasi endotel sehingga terjadi ekstravasasi cairan intravaskular
ke ekstraselular terutama paru. Terjadi penurunan cardiac preload akibat
hipovolemia. (Reynolds, C. et al., 2006)
b. Otak
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi.
Jika autoregulasi tidak berfungsi, penghubung penguat endotel akan terbuka
menyebabkan plasma dan sel-sel darah merah keluar ke ruang ekstravaskular.
(Reynolds, C. et al., 2006)
c. Mata
Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus menyeluruh pada satu atau
beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri retina
yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi bukan
berarti spasmus yang ringan adalah preeklampsia yang ringan.
Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan
gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan
oleh perubahan aliran darah pada pusat penglihatan di korteks serebri maupun
didalam retina (Wiknjosastro, 2006).
16
d. Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat yang
mengalami kelainan pulmonal maupun non-pulmonal setelah proses persalinan.
Hal ini terjadi karena peningkatan cairan yang sangat banyak, penurunan
tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria, penggunaan kristaloid
sebagai pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang diproduksi
oleh hati. (Reynolds, C. et al., 2006)
e. Hati
Pada preeklampsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas
hepar, perlambatan ekskresi bromosulfoftalein, dan peningkatan kadar aspartat
aminotransferase serum. Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum
disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta. Pada
penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk, dengan menggunakan sonografi
Doppler pada 37 wanita preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika.
Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar
menyebabkan terjadinya peningkatan enzim hati didalam serum. Perdarahan
pada lesi ini dapat mengakibatkan ruptur hepatika, menyebar di bawah kapsul
hepar dan membentuk hematom subkapsular (Reynolds, C. et al., 2006).
f. Ginjal
Lesi khas pada ginjal pasien preeklampsia terutama
glomeruloendoteliosis, yaitu pembengkakan dari kapiler endotel glomerular
yang menyebabkan penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam
urat plasma biasanya meningkat terutama pada preeklampsia berat. Pada
17
sebagian besar wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan sampai
sedang laju filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya volume
plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat dibandingkan
dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). (Reynolds, C. et al.,
2006).
Namun pada beberapa kasus preeklampsia berat, kreatinin plasma
meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar
hingga 2-3 mg/dl. Hal ini disebabkan perubahan intrinsik ginjal akibat
vasospasme yang hebat (Reynolds, C. et al., 2006).
Kelainan pada ginjal biasanya dijumpai proteinuria akibat retensi
garam dan air. Retensi garam dan air terjadi karena penurunan laju filtrasi
natrium di glomerulus akibat spasme arteriol ginjal. Pada pasien preeklampsia
terjadi penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena meningkatnya
reabsorpsi di tubulus (Reynolds, C. et al., 2006).
Kelainan ginjal yang dapat dijumpai berupa glomerulopati, terjadi
karena peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat
molekul tinggi, misalnya: hemoglobin, globulin, dan transferin. Protein –
protein molekul ini tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus. (Reynolds, C. et al.,
2006).
e. Darah
Kebanyakan pasien preeklampsia mengalami koagulasi intravaskular
(DIC) dan destruksi pada eritrosit. Trombositopenia merupakan kelainan yang
sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/μl ditemukan pada 15 –
18
20 % pasien. Level fibrinogen meningkat pada pasien preeklampsia
dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal. Jika ditemukan
level fibrinogen yang rendah pada pasien preeklampsia, biasanya berhubungan
dengan terlepasnya plasenta sebelum waktunya (placental abruption).
(Reynolds, C. et al., 2006).
Pada 10 % pasien dengan preeklampsia berat dapat terjadi HELLP
syndrome yang ditandai dengan adanya anemia hemolitik, peningkatan enzim
hati dan jumlah platelet rendah. (Reynolds, C. et al., 2006).
f. Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit
Pada preeklampsia, sekresi renin oleh aparatus jukstaglomerulus
berkurang, proses sekresi aldosteron pun terhambat sehingga menurunkan
kadar aldosteron didalam darah. Pada ibu hamil dengan preeklampsia kadar
peptida natriuretik atrium juga meningkat. Hal ini terjadi akibat ekspansi
volume yang menyebabkan peningkatan curah jantung dan penurunan resistensi
vaskular perifer. (Reynolds, C. et al., 2006).
Pada pasien preeklampsia terjadi pergeseran cairan dari intravaskuler
ke interstisial yang disertai peningkatan hematokrit, protein serum, viskositas
darah dan penurunan volume plasma. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia. (Wiktor H, et al., 2004)
8. Akibat preeklampsia pada janin
Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Hal ini mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan perfusi
19
uteroplasenta dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga
mortalitas janin meningkat (Sarwono prawirohardjo, 2009). Dampak
preeklampsia pada janin, antara lain: Intrauterine growth restriction (IUGR) atau
pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, prematur, bayi lahir rendah, dan
solusio plasenta. (Wiktor H, et al., 2004)
9. Penatalaksanaan Preeklampsia
Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya eklampsia,
melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah mortalitas
maternal dan perinatal. (Reynolds, C. et al., 2006)
a. Preeklampsia ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan
preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran
darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada
ekstremitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan bertambah.Selain itu dengan
istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga
dapat menurunkan tekanan darah. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik
dengan penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika
mengancam nyawa maternal (Wiknjosastro, 2006). Selain itu penggunaan obat
antihipertensi dalam menanggulangi kemungkinan terjadinya preeclampsia berat
atau eklampsia dimungkinkan seperti pada gambar 5
b. Preeklampsia berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah
20
diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan.
Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan
magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose
dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gram
dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium
sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan
frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan,
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat,
pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg
secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuskular (Wiknjosastro,
2006).
Pada penelitian yang dilakukan pada jurnal yang ditelaah diatas,
suplementasi dengan vitamin C dan E tidak menurunkan frekuensi dampak primer.
Peneliti memilih dampak primer sebagai onset baru terhadap hipertensi pada
21
kehamilan sesuai dengan data-data komplikasi maternal, fetal dan neonatal
sehingga dapat dinilai apakah terapi tersebut dapat mencegah komplikasi yang
serius. Peneliti tidak menilai adanya proteinuria sebagai bagian dari dampak primer
karena hipertensi berat dapat terjadi tanpa proteinuria yang berhubungan dengan
dampak buruk pada maternal dan fetal (Buchbiner et al, 2002).
Penelitian ini menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dari
beberapa penelitian sebelumnya yaitu sebanyak 10.154 subjek yang dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok yang diberi vitamin sebanyak 5088 dan kelompok
yang diberi plasebo sebanyak 5066. Tetapi terdapat 2 partisipan yang dihilangkan
karena atas permintaan pasien dan atas permintaan dewan review intitusi sehingga
jumlah subjek penelitian menjadi 10.152.
Beberapa kekurangan yang dimiliki penelitian ini adalah adanya subjek
yang mengalami loss to follow up serta efek samping yang ditimbulkan dari terapi
vitamin dan plasebo. Subjek penelitian yang mengalami loss to follow up yaitu
sebanyak 94 perempuan pada kelompok vitamin dan 89 perempuan pada kelompok
plasebo. Efek samping utama yang dilaporkan yaitu nausea (7,3% pada kelompok
vitamin dan 6,8% pada kelompok plasebo dengan P=0,31) dan vomitus (4,4% pada
kelompok vitamin dan 4% pada kelompok plasebo dengan P=0,23). Efek samping
ini tentunya dapat mengurangi efektifitas suatu obat.
C. Vitamin C dan E dalam Pencegahan Komplikasi Hipertensi pada Kehamilan
Dari hasil penelitian meununjukkan bahwa kriteria dampak primer
penelitian ditemukan pada 305 perempuan di kelompok vitamin (6,1%) dan 285
perempuan di kelompok plasebo (5,7%) (relative risk, 1.07; 95% confidence
22
interval [CI], 0.91 sampai 1.25). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hasil
yang signifikan antara kedua kelompok tersebut. Rata-rata dampak sekunder pun
menunjukkan tidak terdapat hasil yang signifikan antara rata-rata kejadian
preeklampsia pada kelompok vitamin dan plasebo (7,2% dan 6,7%).
Di antara perempuan yang ditemukan pada kriteria dampak primer yaitu
sebanyak 164 perempuan (27,8%) memiliki hiperetensi berat dan 321 perempuan
(54,4%) memiliki preeklampsia (40 preeklampsia ringan; 257 preeklampsia berat;
10 perempuan mengalami HELLP syndrome; 14 perempuan eklampsia). Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terlihat terapi yang bermanfaat pada perempuan
dengan hipertensi berat atau ringan pada kehamilan (relative risk, 1.07; 95% CI,
0.89 sampai 1.27). Rata-rata kejadian lanjutan buruk pada neonatus juga tidak
menunjukkan hasil yang signifikan pada kedua kelompok tersebut. (Rumbold, AR.
et al.,2006)
23
Gambar . Dampak Primer Dari Pemberian Suplemen Vitamin C dan E
Hasil yang tidak signifikan ini terjadi karena ternyata SO bukan
merupakan satu-satunya hal yang terjadi pada patofisiologi preeclampsia (gambar
2). SO hanya didapatkan pada sebagian kelompok perempuan tertentu sehingga
tentunya tidak memberikan hasil yang signifikan pada seluruh kasus preeklampsia.
Penelitian oleh Padayatty & Levine tahun 2006 menjelaskan bahwa terdapat
24
Gambar . Patogenesis Preeklampsia
beberapa kelompok perempuan yang sudah memiliki konsentrasi vitamin C dan E
yang adekuat sebelum diberikannya terapi. Pada penelitian ini, sebanyak 80%
perempuan mengkonsumsi vitamin saat prenatal yang mengandung vitamin C
sebesar 100 mg dan 22 IU alpha-tocopherol (vitamin E) (Padayatty & Levine,
2006). Dosis askorbat sebesar 150 mg per hari menghasilkan kosentrasi puncak
pada plasma dan jaringan. Konusmsi 1000 mg per hari dapat meningkatkan
konsentrasi plasma hanya sebesar 25% di atas konsumsi vitamin C 150 mg setiap
hari . (Rumbold, AR. et al.,2006)
BAB III
25
Gambar 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disfungsi Endotelial
PEMBAHASAN
A. Metode
1. Populasi Penelitian
Penelitian dilakukan dari Juli 2003 sampai Februari 2008 pada 16 senter
klinik dan data independen yang berkoordinasi dengan MFMU network.
Kriteria inklusi :
Perempuan hamil dengan kehamilan tunggal pada usia gestasi kurang dari
16 minggu masuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini. Usia gestasi
kemudian dirandomisasi diantara usia 9 minggu 0 hari dan 16 minggu 6
hari. Selain itu, perempuan tersebut tidak pernah memiliki kehamilan
sebelumnya. Usia gestasional ditentukan sebelum randomisasi dengan
menggunakan algoritme yang menggunakan perhitungan hari pertama haid
terakhir dan hasil pemeriksaan pertama USG.
Kriteria eksklusi :
Perempuan yang masuk kriteria eksklusi adalah jika mereka memiliki
tekanan darah sistolik (135 mmHg atau lebih), peningkatan tekanan darah
diastolik (85 mmHg atau lebih) atau proteinuria (300 mg protein atau lebih
dihitung pada sampel urin 24 jam atau hasil urin dipstik protein +1 atau
lebih), sedang atau pernah menjalani terapi antihipertensi atau sedang
mengkonsumsi vitamin C 150 mg atau vitamin E 75IU setiap hari. Kriteria
eksklusi lainnya adalah diabetes yag terdeteksi sebelum kehamilan, terapi
dengan obat antiplatelet atau NSAID, perdarahan uterus dalam minggu
peneleitian, kondisi medik serius, kelainan fetus atau aneuploidi, hasil in
26
vitro fertilization (IVF) pada kehamilan sekarang atau penggunaan obat-
obatan terlarang atau alkohol.
2. Desain penelitian
Pada perempuan dengan usia kehamilan tidak lebih dari 15
minggu dan berpartisipasi dalam penelitian ini diberikan plasebo dan
diminta untuk mengembalikan dalam waktu 2 minggu. Kemudian mereka
yang masuk kriteria diberikan kapsul yang mengandung kombinasi
vitamin C (asam askorbat) 1000 mg dan vitamin E (RRR-alpha-tocopherol
acetate) atau plasebo (mineral oil). Kapsul vitamin dan plasebo diproduksi
oleh Strides yang tidak berperan dalam studi penelitian ini, analisis atau
interpretasi data, preparasi naskah atau keputusan untuk mengumpulkan
naskah publikasi. Metode penelitian dengan stratifikasi berdasarkan pada
senter klinik dan digunakan oleh pusat koordinasi untuk menciptakan
urutan randomisasi ini16; kotak yang berisi kapsul dikemas berdasarkan
urutan tersebut. Partisipan dan peneliti tidak mengetahui pemberian terapi
tersebut.
Perempuan tersebut diinstruksikan untuk mengkonsumsi obat
tersebut sampai waktu melahirkan. Kemudian dilaporkan efek samping,
tekanan darah, kadar protein yang dinilai dengan urin dipstik. Peneliti juga
mengambil data pada saat kelahiran yaitu data-data maternal dan neonatal.
Penilaian dampak primer dan diagnosis preeklampsia, diidentifikasikan
pada bagan semua perempuan dengan hipertensi pada kehamilan yang
direview oleh 3 reviewer yang tidak mengetahui pemberian terapi ini.
27
Semua data dikumpulkan dan diabstrakan oleh anggota peneliti
bersertifikasi pada senter klinik dan diberikan sebagai database yang
dikelola oleh senter koordinasi data independen yang bertanggung jawab
terhadap analisis data. Penelitian diterima oleh dewan review institusi pada
masing-masing senter klinik dan pusat koordinasi data. Semua partisipan
diberikan informed consent sebelum dilakukan penelitian.
3. Dampak Primer
Dampak primer menunjuk pada hipertensi pada kehamilan dan
dampak serius pada ibu dan fetus atau neonatus yang berhubungan dengan
hipertensi berat pada kehamilan seperti peningkatan kadar enzim (kadar
aspartate aminotransferase ≥100 U per liter), trombositopenia (trombosit
<100,000 per kubik millimeter), peningkatan kadar serum kreatinin (≥1.5
mg per desiliter [132.6 μmol per liter]), kejang eklampsia, prematuritas,
kematian ferus setelah 20 minggu gestasi atau kematian neonatal.
Diagnosis hipertensi berdasarkan pada perhitungan tekanan darah selama
atau lebih dari usia kehamilan 20 minggu tetapi tidak termasuk tekanan
darah intraoperatif dan tekanan sistolik intrapartum. Hipertensi berat pada
kehamilan adalah tekanan sistolik lebih dari sama dengan 160 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 110 mmHg pada 2 kali
pemeriksaan 2 sampai dengan 240 jam atau hanya pada 1 kali perhitungan.
Hipertensi ringan pada kehamilan merupakan tekanan darah sistolik
diantara 140 dan 159 mmHg atau tekanan diastolik diantara 90-109 mmHg
pada 2 kali pemeriksaan 2 sampai dengan 240 jam atau hanya pada 1 kali
28
perhitungan. Selain itu, hasil laboraturium yang abnormal
dipertimbangkan dari adanya ketidaknormalan dalam 10 hari sebelum atau
setelah onset hipertensi pada kehamilan.
4. Dampak sekunder
Dampak sekunder merupakan dampak terhadap preeklampsia dan
kondisi maternal dan neonatal. Preeklampsia ringan didefinisikan sebagai
hipertensi ringan pada kehamilan yang terdeteksi adanya proteinuria dalam
72 jam sebelum atau setelah peningkatan tekanan darah. Proteinuria
didefinisikan sebagai jumlah ekskresi protein sebesar 300 mg atau lebih
pada sampel urin 24 jam; pada pemeriksaan dipstik +2 atau lebih; ratio
protein dan kreatinin sebesar 0,35 atau lebih jika sampel urin 24 jam tidak
tersedia. Setelah ketuban pecah, hanya sampel urinka teterisasi yang
dianggap sebagai kriteria diagnosis.
Preeklampsia berat didefinisikan sebagai hipertensi berat pada
kehamilan dengan ekskresi protein 5 gram atau lebih pada sampel urin 24
jam; hipertensi ringan pada kehamilan dengan oliguria (<500 ml pada
sampel urin 24 jam), oedem pulmo (dikonfirmasi dengan radiografi) atau
trombositopenia (<100.000 per kubik milimeter). HELLP syndrome
(hemolysis, elevated liver enzyme levels and a low platelet count)
didefiniskan apabila terdapat trombosit kurang dari 100,000 per kubik
millimeter, kadar aspartate aminotransferase 100 U per liter atau lebih dan
adanya hemolisi (kadar laktat dehidrogenase ≥600 U per liter atau kadar
total bilirubin ≥1.2 mg per desiliter atau apusan darah tepi yang
29
menunjukkan nucleated red cells, schistocytes, atau peningkatan
reticulocyte).
5. Analisis Statistik
Expected rate dari dampak primer pada kelompok plasebo
diperkirakan dari penelitian MFMU Network aspirin dosis rendah untuk
mencegah preeklampsia pada perempuan nulipara.18 Peneliti
memperkirakan dari sampel 10.000 perempuan dengan 90% power maka
dapat menunjukkan penurunan sebanyak 30% pada rata-rata hasil prmer
dari 4% pada kelompok plasebo dan 2,7% pada kelompok vitamin, dengan
two-sided type I error rate of 5%.
Komite keamanan dan data independen memonitor hasil percobaan
dan meriview hasil sementara penelitian. Metode kelompok sequensial
digunakan untuk mengkarateristikkan rata-rata pada type I error;
pemilihan fungsi dilakukan oleh Lan–DeMets generalization of the
O’Brien–Fleming boundary. Tiga analisis sementara dikerjakan. Analisis
akhir dari dampak primer menggunakan two-tailed P values kurang dari
0.045 untuk mengindikasikan signifikansi statistik. Namun, sejak
pengaturan diminimalisir, peneliti menggunakan 95% CI.
Data dari semua perempuan dianalisis berdasarkan kelompok untuk
dirandomisasi. Variabel continuos dibandingkan dengan menggunakan
Wilcoxon rank-sum test dan variabel kategorik dengan menggunakan chi-
square test. Semua dampak sekunder , P value kurang dari 0,05
dipertimbangkan sebagai signifikansi statistik dan P value tidak mengatur
30
beberapa komparasi atau perbandingan.
B. Hasil
1. Populasi Penelitian
Gambar 1 menunjukkan follow up dari perempuan yang
berpartisipasi pada penelitian ini. Sebanyak 10.154 perempuan
dirandomisasi menjadi sebuah kelompok penelitian; 5088 menerima
vitamin dan 5066 menerima plasebo. Terdapat 2 partisipan yang
dihilangkan karena atas permintaan pasien dan atas permintaan dewan
review intitusi sehingga menghasilkan 10.152 perempuan. Sebanyak 94
perempuan pada kelompok vitamin dan 89 perempuan pada kelompok
plasebo mengalami lost to follow-up.
Karakteristik dasar pada 2 kelompok penelitian serupa (Tabel 1).
Sebanyak 77% dari subjek penelitian mendapat vitamin prenatal atau
multivitamin pada saat randomisasi. Data kehamilan pada 9969
perempuan tersedia, median ratio pada saat pemberian kapsul, antara
waktu randomisasi dan melahirkan yaitu sekitar 88% pada kedua
kelompok. Efek samping dilaporkan pada 11,2% perempuan tetapi tidak
terdapat hasil yang signifikan antara kedua kelompok. Efek samping utama
yang umum terjadi yaitu nausea (7,3% pada kelompok vitamin dan 6,8%
pada kelompok plasebo dengan P=0,31) dan vomitus (4,4% pada
kelompok vitamin dan 4% pada kelompok plasebo dengan P=0,23).
2. Hasil Penelitian
31
Kriteria dampak primer penelitian ini ditemukan pada 305
perempuan di kelompok vitamin (6,1%) dan 285 perempuan di kelompok
plasebo (5,7%) (relative risk, 1.07; 95% confidence interval [CI], 0.91
sampai 1.25). Tidak terdapat hasil yang signifikan antara kedua kelompok
tersebut (Tabel 2). Rata-rata dampak sekunder pada maternal ditunjukkan
pada tabel 3. Tidak terdapat hasil yang signifikan antara rata-rata kejadian
preeklampsia pada kelompok vitamin dan plasebo (7,2% dan 6,7%). Di
antara perempuan yang ditemukan pada kriteria hasil primer, sebanyak 164
perempuan (27,8%) memiliki hiperetensi berat dan 321 perempuan
(54,4%) memiliki preeklampsia (40 preeklampsia ringan; 257
preeklampsia berat; 10 perempuan mengalami HELLP syndrome dan 14
perempuan eklampsia). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terlihat terapi
yang bermanfaat pada perempuan dengan hipertensi berat atau ringan
pada kehamilan (relative risk, 1.07; 95% CI, 0.89 sampai 1.27). Terdapat
2 perempuan (1 dari masing-masing kelompok) meninggal akibat dari
kardiomiopati peripartum. Rata-rata kejadian lanjutan buruk pada neonatus
juga tidak menunjukkan hasil yang signifikan pada kedua kelompok
tersebut (Tabel 4).
Peneliti menggunakan analisis post hoc subgroup sebagai dasar
usia kehamilan pada randomisasi (<13 minggu dan ≥13 minggu). Hasil
tersebut tidak dapat membedakan secara signifikan subgroup-subgroup
tersebut (P = 0.54 ). Antara 4343 perempuan yang masuk kedalam
penelitian sebelum usia kehamilan 13 minggu, dampak primer terjadi pada
6,6% pada kelompok vitamin dan dibandingkan dengan 5,9% pada
32
kelompok plasebo (relative risk, 1.12; 95% CI, 0.89 sampai 1.42); antara
5626 perempuan yang mendaftar atau setelah usia kehamilan 13 minggu,
dampak primer terjadi pada 5,7% pada kelompok vitamin dan 5,6% pada
kelompok plasebo (relative risk, 1.02; 95% CI, 0.82 sampai 1.26).
C. Diskusi
Pada penelitian ini, suplementasi dengan vitamin C dan E
tidak menurunkan frekuensi dampak primer. Peneliti memilih dampak
primer sebagai onset baru pada hipertensi kehamilan sesuai dengan data-
data komplikasi maternal, fetal dan neonatal sehingga dapat dinilai apakah
terapi tersebut dapat mencegah komplikasi yang serius . Peneliti tidak
menilai adanya proteinuria sebagai bagian dari dampak primer karena
hipertensi berat dapat terjadi tanpa proteinuria yang berhubungan dengan
dampak buruk pada maternal dan fetal. (Rumbold, AR. et al.,2006)
Diagnosis proteinuria yang berdasar dengan penilaian sampel
urin kualitatif atau penilaian ratio protein dan kreatinin tidak dapat
dibandingkan dengan diagnosis yang berdasar sampel urin 24 jam. Dampak
primer yang diteliti ini berdasarkan diagnosis preeklampsia konvensional
yaitu preeklampsia sebagai dampak utama sekunder. Rata-rata
preeklampsia ringan dan berat, HELLP syndrome dan eklampsia tidak
menunjukkan efek yang signifikan terhadap terapi vitamin. (Rumbold, AR.
et al.,2006)
Beberapa penelitian lain telah menilai efektivitas vitamin C
dan E dalam mencegah preeklampsia. Dosis vitamin yang digunakan pada
33
penelitian sebelumnya sama dengan yang digunakan pada penelitian ini.
(Rumbold, AR. et al.,2006)
Masing-masing penelitian terdahulu memiliki jumlah sampel yang
lebih sedikit dari penelitian ini dan hanya 1 penelitian terdahulu yang yang
menggunakan subjek berisiko rendah. Pada penelitian ini digunakan terapi
lebih awal dibandingkan dengan penelitian lain. Vitamin pada penelitian
preeklampsia (VIP; Current Controlled Trials number, ISRCTN62368611)
merupakan suplementasi antioksidan untuk mencegah preeklampsia pada
perempuan berisiko tinggi tetapi hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan rata-rata komplikasi pada perempuan dan bayi
ketika menerima vitamin selama hamil. (Rumbold, AR. et al.,2006)
Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hasil yang
signifikan bahwa lebih banyak bayi lahir dengan berat rendah pada
kelompok yang menerima terapi vitamin dibandingkan dengan kelompok
kontrol, hipertensi gestasional dan penggunaan terapi antihipertensi pun
banyak terjadi pada kelompok vitamin. Meskipun rata-rata kematian
perinatal sama pada kedua kelompok, analisis post hoc menunjukkan
bahwa rata-rata kejadian stillbirth lebih tinggi (dan kematian neonatal lebih
rendah) pada kelompok vitamin daripada kelompok kontrol. (Rumbold,
AR. et al.,2006)
Peneliti tersebut juga tidak menemukan hasil yang signifikan
antara kelompok dengan berat lahir rendah dan kejadian still birth. Selain
itu, peneliti tidak menemukan peningkatan frekuensi hipertensi gestasional
pada kelompok vitamin dibandingkan dengan kelompok plasebo. Peneliti
34
tersebut pun tidak mengumpulkan data penggunaan antihipertensi
sebelumnya tetapi hanya menampilkan secara signifikan terdapat
peningkatan antihipertensi yang ditemukan pada kelompok vitamin. .
(Rumbold, AR. et al.,2006)
Kenapa terapi dengan vitamin sebagai antioksidan tidak berhasil
mencegah dampak hipertensi pada kehamilan pada penelitian ini? Hal ini
dapat terjadi karena walaupun stres oksidatif (SO) terjadi pada
preeklampsia, SO bukan merupakan satu-satunya hal yang terjadi pada
patofisiologi keadaan tersebut. Selain itu, pada penelitian-penelitian
sebelumnya juga dijelaskan bahwa terdapat subgrup perempuan yang
sudah memiliki konsentrasi vitamin C dan E yang adekuat sebelum
diberikannya terapi (Rumbold, AR. et al.,2006; Xiong Y., et al. 2009;
Zhang, J, et al. 2008)
Kemungkinan terapi ini lebih bermanfaat pada perempuan yang
mengalami defisiensi vitamin tidaklah didukung oleh penelitian World
Health Organization (ISRCTN86677348). Penelitian tersebut menyatakan
suplementasi vitamin C dan E dibandingkan dengan plasebo tidak
menurunkan risiko preeklampsia pada populasi risiko tinggi dan defisiensi
nutrisi (relative risk with vitamins, 1.0; 95% CI, 0.9 sampai 1.3) .
(Rumbold, AR. et al.,2006; Xiong Y., et al. 2009; Zhang, J, et al. 2008)
Dosis vitamin C dan E yang digunakan pada penelitian ini
ditentukan oleh penelitian dasar sebelumnya yang menunjukkan bahwa
dosis tersebut tidak hanya dapat menurunkan frekuensi preeklampsia tetapi
juga menurunkan adanya SO. Waktu pemberian antioksidan juga sangat
35
penting dipertimbangkan. Antioksidan memerlukan waktu yang relevan
untuk melawan pro-oksidan. Burton dan Jaunix menemukan bahwa onset
aliran darah intervillous terjadi pada usia kehamilan 8-10 minggu dan hal
ini berhubungan dengan ledakan SO (Rumbold, AR. et al.,2006; Xiong Y.,
et al. 2009; Zhang, J, et al. 2008)
Terapi antioksidan pada penelitian ini diawali pada usia
kehamilan 9 sampai 16 minggu dengan 44% perempuan memulai terapi
sebelum usia kehamilan 13 minggu, pada analisis post hoc subgrup
terbatas pada perempuan yang berobat sebelum usia kehamilan 13 minggu,
sehingga tidak ada keuntungan yang terlihat pada suplementasi vitamin.
Peneliti juga tidak dapat meyakini bahwa terdapat antioksidan lain yang
dapat memberikan hasil efektif. (Rumbold, AR. et al.,2006; Xiong Y., et
al. 2009; Zhang, J, et al. 2008)
BAB IV
36
KESIMPULAN
1. Suplementasi vitamin C (dosis 1000 mg per hari) dan vitamin E (400 IU
per hari) tidak mengurangi rata-rata dampak serius yang terjadi akibat
hipertensi pada kehamilan pada perempuan nulipara berisiko rendah.
2. Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang sama yaitu kurangnya
efikasi pemberian terapi pada perempuan berisiko tinggi dan defisiensi
vitamin C dan E.
3. Beberapa penelitian lain pun menunjukkan bahwa tidak mendukung
penggunaan vitamin C dan E untuk mengurangii risiko preeklampsia atau
komplikasiya.
37
38