telaah jurnal interna
DESCRIPTION
telaah jurnalTRANSCRIPT
TELAAH JURNAL UJI KLINIS
Judul Age of Transfused Blood in Critically Ill Adults
Penulis Jacques Lacroix, M.D., Paul C. Hébert, M.D., Dean A. et al
Publikasi nejm.org april 9, 2015
Penelaah Nurul atika azzahra,Muhammad faisol Amir,Dywangga Auliannisa
Tanggal telaah 20 September 2015
Validitas Seleksi
A. Komponen Validitas Seleksi
1. Kriteria scleksl
2. Metode alokasi subjek
3. Concealment
4. Angka drop out
5. Jenis analisis: intention to treat atau perprotocol analysis
B. Uraian Validitas Seleksi
1. Kriteria Seleksi
Penelitian ini menggunakan sampel pasien yang berusia 18 tahun atau lebih yang
dirawat di ICU. Pasien yang memenuhi syarat adalah pasien yang menerima transfusi
Sel Darah Merah pertama dalam 7 hari perawatan di ICU dan yang menerima
ventilasi mekanik invasif atau non invasif selama setidaknya 48 jam. total dari 2266
pasien, yang dibutuhkan untuk penelitian memiliki kekuatan 90% agar dapat
mendeteksi adanya perbedaan absolut, dengan resiko 5% dari batas kematian dari
setidaknya 25% pada tipe eror I dari 5% (alpha 2 sisi), dengan antisipasi rata-rata
kehilangan follow-up 90 hari adalah 5%, penelitian ini mengkalkulasi bahwa 2510
pasien harus menjalani randomisasi .
2. Metode Alokasi Subjek
Metode yang digunakan Dalam penelitian ini adalah randomized, blinded
trial,dengan memberikan sel darah merah pada orang dewasa dalam kondisi kritis
sel darah merah yang telah disimpan selama kurang dari 8 hari atau sesuai dengan
Standard penyimpanan Hasilnya adalah kematian sel darah merah terjadi di hari ke
90
3. Concealment
Concealment adalah prosedur untuk menyembunyikan tabel hasil randomisasi. Pada
penelitian ini, concealment dilakukan dengan cara memberikan dengan memberi
label yang berisi tanggal pengumpulan dan tanggal kadaluarsa pada kantong darah
sehingga tim medis tidak bisa menyadari kelompok mana yang menjadi sampel
Penelitian ini .
4. Angka Drop Out
Dari maret 2009 sampai mei 2014, dengan total 19.196 pasien yang merupakan
kriteria inklusi. Dari jumlah tersebut, 16.605 pasien (86.5%) mendapatkan setidaknya
satu kriteria ekslusi, pembuat keputusan terhadap pasien atau pengganti menolak
menyetujui 81 contoh persetujuan. Oleh sebab itu, hanya 2510 pasien yang menjalani
randomisasi, 80 (3,2%) dikeluarkan setelah randomisasi karena penelitian ini tidak
mampu mendapatkan data primer, sehingga hanya 2430 pasien (1211 dalam
kelompok darah segar dan 1219 dalam kelompok darah standar). Dara dasar tersedia
bagi 1412 dari 1430 pasien dengan data primer. Dari 2430 pasien, 94 (3,9%) tidak
menerima transfusi sel darah merah apapun. 2 kelompok penelitian memiliki
karakteristik dasar yang sama (Tabel 1). Tingkat kehilangan rata-rata untuk follow-up
adalah 3.2 % dalam waktu 90 hari.
5. Jenis Analisis
Seluruh analisis statistik berdasarkan prinsip intention-to-treat. Penelitian ini juga
melakukan 2 analisis spesifik 90 hari mortalitas, pertama, penelitian ini melakukan
analisis pre-protokol yang terbatas kepada pasien yang menerima setidaknya satu
transfusi sel darah merah setelah randomisasi; kedua, sebagai analisis sensitisasi,
penelitian ini membatasi analisis terhadap pasien dengan kelompok darah segar yang
hanya menerima sel darah merah yang disimpan <8 hari versus pasien dengan
kelompok darah standar yang menerima sel darah merah >7 hari. Penelitian ini
memperhitungkan perbedaan resiko absolut (resiko pada kelompok darah segar
dikurangi resiko pada kelompok darah standar) dengan interval tingkat kepercayaan
95% untuk semua analisis mortalitas, termasuk 90 hari mortaliats. Nilai positif
menggambarkan peningkatan mortalitas atau jumlah kejadian pada kelompok darah
segar, sedangkan nilai negatif menggambarkan jumlah kejadian yang lebih besar
pada kelompok darah standar. Penelitian ini membandingkan pengukuran secara
kontinu, termasuk lama perawatan di rumah sakit atau ICU dan durasi penggunaan
alat pendukung pernapasan, hemodinamik, atau renal, dengan menggunakan tes
Wilcoxon rank Sum.
C. Kesimpulan Validitas Seleksi
Penelitian ini mempunyai validitas seleksi yang baik dari aspek alokasi random, drop out,
concealment, dan jenis analisis. Validitas seleksi sedikit meragukan pada komponen
kriteria subjek penelitian karena tidak semua subjek terbukti terinfeksi bakteri. Walaupun
demikian, karena penelitian ini merupakan penilitian yang bersifat pragmatis, maka
kekurangan validitas seleksi dari aspek kriteria subjek masih dapat diterima.
Validitas Pengontrolan Perancu
A. Komponen Validitas Pengontrolan Pcrancu
1. Pengontrolan perancu pada tahap desain dengan cara restriksi
2. Pengontrolan perancu pada tahap desain dengan cara randomisasi
3. Analisis terhadap komparabilitas baseline data
4. Pengontrolan perancu pada saat analisis (bila diperlukan)
B. Uraian Validitas Pengontrolan Perancu
1. Pengontrolan Perancu pada Tahap Desain: Restriksi dan Randomisasi
Pada penelitian ini, terdapat beberapa perancu yang dikontrol dengan cara restriksi.
Variabel tersebut Penelitian randomized trial terbaru menunjukkan tidak ada reaksi
buruk yang terjadi pada 50 pasien yang menerima transfusi sel darah merah yang
disimpan 4 hari dibandingkan dengan 50 pasien yang menerima darah yang telah
disimpan selama 26 hari Age of Blood Evaluation (ABLE) melakukan percobaan
yang melibatkan 66 pasien, 27% pasien menerima darah segar , sedangkan 13%
mendapat darah simpan standard meninggal atau jatuh pada komplikasi yang
mengancam jiwa (P = 0.31)
2. Komparabilitas Baseline Data dan Kepatuhan
Baseline data disajikan oleh peneliti pada Tabel 1. Menurut peneliti, tidak ada
perbedaan karakteristik baseline data antara dua kelompok Data dikotomis disajikan
dalam jumlah dan presentase, sementara data berkelanjutan dinyatakan sebagai mean
dan standar deviasi atau median dan jarak interkuartil, yang sesuai. Penelitian ini
melaporkan tingkat interval kepercayaan adalah 95%. Nilai P belum disesuaikan
untuk komparatif multiple. Data dianalisis dengan menggunakan software SAS, versi
9.1 (Institute SAS).
2. Pengontrolan Perancu pada Saat Analisis
Pada penelitian ini, pengontrolan variabel perancu pada tahap analisis tidak
diperlukan. Hal ini karena baseline data antara kedua kelompok sudah setara.
Validitas Informasi
A. Komponen Validitas Informasi
1. Blinding (penyamaran)
2. Komponen pengukuran variabel penelitian (kualifikasi pengukur, kualifikasi alat
ukur, kualifikasi cara pengukuran, kualifikasi tempat pengukuran)
B. Uraian Validitas Informasi
1. Blinding (Penyamaran)
Pada penelitian ini dilakukan double blind (penyamararn ganda). Untuk lebih
menjamin proses blinding, peneliti melakukan randomisasi blok dengan jumlah blok
yang bervariasi.
2. Komponen Pengukuran Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, prosedur penelitian dan komponen pengukuran untuk semua
variabel utama penelitian (pasien yang menerima transfusi Sel Darah Merah pertama
dalam 7 hari perawatan di ICU dan yang menerima ventilasi mekanik invasif atau
non invasif selama setidaknya 48 jam. total dari 2266 pasien, yang dibutuhkan
untuk penelitian memiliki kekuatan 90% agar dapat mendeteksi adanya perbedaan
absolut, dengan resiko 5% dari batas kematian dari setidaknya 25% pada tipe eror I
dari 5% (alpha 2 sisi), dengan antisipasi rata-rata kehilangan follow-up 90 hari adalah
5%, penelitian ini mengkalkulasi bahwa 2510 pasien harus menjalani randomisasi .
Kambuh didefinisikan sebagai munculnya kembali tanda-tanda penyakit pneumonia
atau penyakit berat setelah hari ke-5 di antara mereka yang telah sembuh secara
klinis.23
Kepatuhan pada pengobatan dinilai dengan menghitung jumlah pit pada saat
follow up. Dari maret 2009 sampai mei 2014, dengan total 19.196 pasien yang
merupakan kriteria inklusi. Dari jumlah tersebut, 16.605 pasien (86.5%)
mendapatkan setidaknya satu kriteria ekslusi, pembuat keputusan terhadap pasien
atau pengganti menolak menyetujui 81 contoh persetujuan. Oleh sebab itu, hanya
2510 pasien yang menjalani randomisasi, 80 (3,2%) dikeluarkan setelah randomisasi
karena penelitian ini tidak mampu mendapatkan data primer, sehingga hanya 2430
pasien (1211 dalam kelompok darah segar dan 1219 dalam kelompok darah standar).
Dara dasar tersedia bagi 1412 dari 1430 pasien dengan data primer. Dari 2430
pasien, 94 (3,9%) tidak menerima transfusi sel darah merah apapun. 2 kelompok
penelitian memiliki karakteristik dasar yang sama (Tabel 1). Tingkat kehilangan rata-
rata untuk follow-up adalah 3.2 % dalam waktu 90 hari.
Kesimpulan Validitas Informasi
Penelitian ini mempunyai validitas informasi yang baik.
Validitas Analisis
A. Komponen Validitas Analisis
1. Analisis terhadap baseline data
2. Analisis dan interpretasi terhadap hasil utama dan hasil tambahan
3. Bila dilakukan analisis interim, jelas stopping rule-nya
4. Dilakukan analisis lanjutan bila basaline data tidak sama
B. Uraian Validitas Analisis
1. Analisis terhadap Baseline Data Dilakukan secara Klinis
Pada penelitian ini, peneliti melaporkan baseline data pada Tabel 1. Peneliti
membandingkan baseline data secara klinis, tidak dengan menguji secara statistik.
Peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan baseline data antara kelompok
pengobatan. Metode untuk membandingkan baseline data dan interpretasi yang
dilakukan peneliti terhadap baseline data sudah tepat.
2. Analisis dan Interpretasi terhadap Hasil Utama dan Hasil Tambahan Sesuai dengan
Seharusnya
Analisis untuk Keluaran Utama dan sekunder
Keluaran utama dan sekunder penelitian terdapat pada Figure 1.
Berdasarkan data tersebut kematian pada hari ke 90 lebih banyak pada kelompok
darah segar dibandingkan kelompok darah standar. Pada hasil sekunder, baik di
ICU, Rumah sakit ataupun pada hari ke 28 kematian lebih banyak terjadi pada
kelompok darah segar. MODS, iskemik/infark jantung, kegagalan pernapasan
serta infeksi nosokomial lebih banyak terjadi pada kelompok darah segar.
Sesangkan sindron pernasapan akut dan reaksi transfusi akut banyak terjadi pada
kelompok darah standar. Peneliti melakukan analisis intention to treat (ITT).
Hasil yang disajikan peneliti sudah sesuai dengan prinsip ITT, yaitu semua subjek
akan dianalisis berdasarkan kelompok hasil randomisasinya. Pada penelitian
sampel yang mengalami drop out adalah 3.2% dari total 90 hari. Dari maret 2009
sampai mei 2014, dengan total 19.196 pasien yang merupakan kriteria inklusi.
Dari jumlah tersebut, 2510 pasien yang menjalani randomisasi, 80 (3,2%)
dikeluarkan setelah randomisasi karena penelitian ini tidak mampu mendapatkan
data primer, sehingga hanya 2430 pasien (1211 dalam kelompok darah segar dan
1219 dalam kelompok darah standar).
Penelitian ini membandingkan pengukuran secara kontinu, termasuk
lama perawatan di rumah sakit atau ICU dan durasi penggunaan alat pendukung
pernapasan, hemodinamik, atau renal, dengan menggunakan tes Wilcoxon rank
Sum. Penelitian ini menggunakan model regresi multivariat logistik untuk
mengkalkulasikan perbedaan resiko absolut, sementara penyesuaian terhadap
kemunginan variabel bebas, termasuk usia pasien, jenis kelamin, penyakit yang
diderita saat ini.
Skor keparahan penyakit berdasarkan Acute Physiology and Chronic
Health Evaluation II (APACHE II, range 0-71, dengan skor tertinggi
mengindikasikan resiko yang lebih besar terhadap kematian), Skor Disfungsi
Organ (jarak antara 0-24, dengan skor yang semakin tinggi mengindikasikan
disfungsi organ yang lebih parah). Penelitian ini juga membandingkan kurva
tingkat keselamatan Kaplan-Meier, dengan waktu kematian pada 90 hari sebagai
hasilnya.
Penelitian ini membandingkan efek penatalaksanaan menggunakan tes
log-rank, diikuti dengan model Cox proportional-hazard dengan variabel sama
yang dapat dijelaskan yang digunakan pada model regresi logistik. Pendekatan ini
digunakan untuk hasil sekunder dari seluruh penyebab mortalitas pada 28 hari,
beserta pula mortalitas di rumah sakit atau ICU. Data dianalisis dengan
menggunakan software SAS, versi 9.1 (Institute SAS).
Analisis Survival Kaplan Meier
Pada grafik tersebut menunjukkan gambaran keberlangsungan hidup pasien dalam
90 hari pada 2430 pasien dari populasi ITT. Rasio bahaya pada kelompok darah
segar dibandingkan dengan kelompok standar adalah 1.1. Dimana tidak ada
perbedaan yang signifikan antara keduanya.
Adverse event
Pada penelitian ini, adverse event (AE) tidak dianalisis lebih lanjut secara
deksripti£ Peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara kedua
pemberian jenis sel darah merah.
3. Pada Analisis Interim, Jelas Stopping Rule-nya
Pada penelitian ini direncanakan analisis interim pada saat subjek mencapai
sepertiganya dengan menggunakan stopping rule menurut O'Brien Flemming (OBF).
Pemilihan analisis dan rencana analisis interim yang dilakukan oleh peneliti sudah
sesuai dengan stopping rule menurut OBF.
4. Dilakukan Analisis Lanjutan bila Baseline Data Tidak Sama
Pada penelitian ini, analisis lanjutan tidak diperlukan. Hal ini karena karena baseline
data antara kedua kelompok sudah setara.
C. Kesimpulan Validitas Analisis
Validitas analisis penelitian ini cukup baik. Beberapa kekurangan analisis dan interpretasi
pada hasil tambahan (tidak dilaporkan uji-t pada keluaran biaya, pengujian secata statistik
pada baseline data resistensi, dan interpretasi SAE) bersifat minor sehingga tidak
mengganggu validitas analisis secara keseluruhan.
Validitas Interna Kausal
A. Komponen Validitas Interna Kausal
1. Temporality
2. Spesifikasi
3. Kekuatan hubungan
4. Dosis respons
5. Konsistensi internal
6. Konsistensi eksternal
7. Biological plausibility
B. Uraian Validitas Interna Kausal
1. Temporality
Pada penelitian uji klinis, temporality, sudah pasti terpenuhi.
2. Spesifikasi
Pada penelitian uji klinis, spesifikasi terpenuhi apabila baseline data antara kelompok
penelitian setara sehingga perbedaan hasil pengobatan bisa dijelaskan oleh karena
perbedaan pengobatan yang diberikan. Hubungan sebab-akibat akan semakin nyata bila
akibat hanya disebabkan oleh satu sebab. Pada penelitian ini, spesifikasi terpenuhi
karena baseline data antara kelompok penelitian setara.
3. Kekuatan Hubungan
Hubungan sebab akibat akan semakin nyata bila semakin besar hubungannya. Pada
penelitian uji klinis ini tidak ada perbedaan yang signifikan/berpengaruh dalam angka
kematian yang diamati antara kelompok darah segar dengan darah standar berdasarkan
usia dan jumlah unit yang ditransfusi serta Saat diamati tidak ada perbedaan yang
signifikan/berpengaruh sehubungan dengan penyakit utama, durasi pernapasan,
hemodinamik atau fungsi ginjal, atau lama tinggal di ICU atau rumah sakit. Namun,
jumlah kematian di 90 hari pada kelompok darah segar > kelompok darah stadar yaitu
357 (36,9%) pada kelompok darah segar dan 370 (34,1%) pada kelompok darah standart
4. Dosis Respons
Pada penelitian ini membuktikan tidak adanya dosis respons. Karena penelitian ini
merupakan penelitian uji klinis perbandingan, maka tidak adanya dosis respons sesuai
dengan hipotesis penelitian.
5. Konsistensi Internal
Konsistensi internal terpenuhi apabila hasil pada strata tertentu sama dengan hasil pada
keseluruhan. Pada penelitian ini, analisis dilakukan oleh peneliti berdasarkan kelompok
pasien yang diberikan sel darah merah segar dan sel darah merah standar, kemudian di
analisis dalam 90 hari berdasarkan yang terjadi pada pasien seperti hasil primer dan
sekunder. Peneliti membuktikan bahwa hasil yang diperoleh dari angka
keberlangsungan hidup sampai mati menunjukkan rasio berbahaya yang lebih besar
pada kelompok darah segar, dibandingkan dengan kelompok darah standart, dalam hal
ini tidak ada perbedaan yang signifikan/berpengaruh dalam angka kematian yang
diamati antara kelompok yang berdasarkan usia, jumlah unit yang ditransfusi. Saat
diamati tidak ada perbedaan yang signifikan/berpengaruh sehubungan dengan penyakit
utama, durasi pernapasan, hemodinamik atau fungsi ginjal, atau lama tinggal di ICU
atau rumah sakit. Namun, reaksi transfusi akut yang terjadi lebih banyak pada kelompok
darah standar yaitu pada empat pasien dalam kelompok darah segar dan enam pasien
dalam kelompok darah standart. Pada 90 hari, 423 dari 1153 pasien (36,7%) pada
kelompok darah segar dan 398 dari 1.163 pasien (34,2%) pada kelompok darah standar
telah meninggal. Dengan demikian, konsistensi internal tidak terpenuhi.
6. Konsistensi Eksternal
Kriteria konsistensi eksternal terpenuhi apabila hasil penelitian sama dengan hasil
penelitian lainnya. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sama dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilaksanakan di tempat lain, dimana hasil dari banyak penelitian yang
terbaru menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara peningkatan durasi
penyimpanan sel darah merah dan hasil yang lebih buruk atau menampilkan hasil yang
lebih buruk dari sel darah merah segar.
7. Biological Plausibility
Menurut penelitian ini, tidak ada perbedaan yang signifikan/berpengaruh dalam angka
kematian yang diamati antara kelompok yang berdasarkan usia, jumlah unit yang
ditransfusi. Saat diamati tidak ada perbedaan yang signifikan/berpengaruh sehubungan
dengan penyakit utama, durasi pernapasan, hemodinamik atau fungsi ginjal, atau lama
tinggal di ICU atau rumah sakit. Setelah 90 hari, 448 pasien (37.0%) dalam kelompok
yang mendapat darah segar dan 430 pasien (35,3%) dalam kelompok darah simpan
standard meninggal. Dalam analisis survival, rasio bahaya kematian pada kelompok
darah segar lebih besar dibandingkan dengan golongan darah standar. Hal ini berbeda
dengan teori dimana, pada teori penyimpanan sel darah merah yang lama
mengakibatkan perubahan sel darah merah sehingga tidak efektif sebagai pembawa
oksigen dan menyebabkan akumulasi zat-zat yang tidak diinginkan. Sementara Sel
darah merah segar dapat meningkatkan outcomes pada pasien dalam kondisi kritis,
dengan meningkatkan pengiriman oksigen dan meminimalkan risiko efek toksik dari
perubahan seluler dan akumulasi bahan bioaktif dalam komponen darah selama
penyimpanan darah yang lama. Perbedaan hasil ini disebabkan karena transfusi darah
yang sering diberikan kepada pasien mungkin memiliki reaksi yang berbeda-beda yang
tidak diinginkan pada pasien dalam kondisi kritis.
Biological plausibility untuk faktor faktor yang berhubungan dengan kegagalan
terapi
Pada penelitian ini tidak ada variabel yang berhubungan dengan kegagalan pengobatan.
Namun, lebih kepada tidak ada perbedaan yang signifikan/berpengaruh dalam angka
kematian yang diamati antara kelompok darah segar dengan darah standar berdasarkan
usia dan jumlah unit yang ditransfusi, penyakit utama, durasi alat pernapasan,
hemodinamik, fungsi ginjal, dan lama tinggal di ICU atau rumah sakit
C. Kesimpulan Validitas Interna Kausal
Terdapat beberapa aspek validitas interna kasual untuk keluaran utama (penurunan
angka kematian pada 90 hari) yang terpenuhi oleh penelitian ini. Aspek tersebut adalah
temporality, kekuatan hubungan, konsistensi eksternal, dan biological plausibility.
Sedangkan aspek spesifikasi dan konsistensi internal tidak terpenuhi pada penelitian ini.
Untuk keluaran tambahan, validitas interna kausal tidak begitu mendapat pembahasan
yang cukup. Hal ini wajar karena untuk laporan pada jurnal, peneliti mesti lebih
memprioritaskan pembahasan pada keluaran utama.
Validitas Eksterna
A. Komponen Validitas Eksterna
1. Validitas eksterna 1
• Besar sampel
• Participation rate
2. Validitas eksterna 2
• Validitas eksterna 1
• Logika akademis untuk generalisasi penelitian
B. Uraian Validitas Eksterna
1. Validitas Eksterna 1
Suatu penelitian uji klinis mempunyai validitas eksterna 1 yang baik apabila besar
sampel yang direkrut terpenuhi dan participation rate tinggi. Pada penelitian ini,
dengan kesalahan tipe I sebesar 5%. Berdasarkan tujuannya, penelitian tersebut
membandingkan proporsi antara dua kelompok. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 2430 pasien (1211 dalam kelompok darah segar dan 1219
dalam kelompok darah standar). Participation rate pada penelitian ini adalah
seolah-olah 100% karena analisis yang digunakan adalah analisis ITT.
2. Validitas Eksterna 2
Karena secara logis hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi target,
maka hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan pada populasi targetnya.
Populasi target pada penelitian ini adalah pasien yang mendapatkan darah segar
dan darah standar.
C. Kesimpulan Validitas Eksterna
Penelitian ini mempunyai validitas eksterna 1 dan validitas eksterna 2 yang baik.
Peneliti mempunyai keyakinan bahwa hasil penelitian dapat digeneralisasikan
kepada populasi yang lebih luas karena hasil penelitiannya sejalan dengan
penelitian lainnya yang dilakukan di tempat yang berbeda. Walaupun demikian,
terdapat kelemahan penelitian yang ada kaitannya dengan generalisasi penelitian.
Keterbatasan uji coba ini adalah terdapat beberapa kelompok pasien kritis yang
sangat rentan terhadap pemberian sel darah merah yang disimpan lama yang tidak
diperhitungkan pada penelitian ini. Selain itu tidak dijelaskan konsekuensi yang
merugikan penyimpanan sel darah merah yang berkepanjangan.
Importancy
A. Komponen Importancy
1. Perbandingan pemberian tranfusi sel darah merah segar yang diperoleh dengan
pemberian tranfusi sel darah merah yang disimpan ( standart ) yang yang diharapkan
oleh pembaca.
B. Uraian Importancy
1. Peneliti menetapkan efek pemberian sel darah merah segar dan efek pemberian sel
darah merah standart. Sebagai pembaca, penelaah tidak setuju dengan judgement
peneliti. karenan pemberian tranfusi sel darah merah segar dan tranfusi sel darah
merah standart yang sudah disimpan selama 8 hari, tidak menunjukkan hasil yang
signifikan untuk mengurangi angka kematian atau memperbaiki kondisi pada pasien
yang sudah gawat atau kritis pada 90 hari pemberian tranfusi.
C. Kesimpulan
Penelitian ini tidak memenuhi aspek importancy.
Applicability
A. Komponen Applicability
1. Transportability
2. Kemampuan pelayanan, ekonomi, dan sosial budaya
B. Uraian Applicability
1. Transportability
Apakah hasil penelitian yang dilakukan ini dapat digeneralisasi untuk pasien yang
sedang kritis dan memerlukan tranfusi sel darah merah segar atau sel darah merah
yang disimpan ( standart ) untuk pasien di Indonesia ?
Tentu saja dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian secara acak bahwa,
pemberian tranfusi sel darah merah segar maupun sel darah merah standart, tidak
memberikan perubahan kondisi maupun perbaikan klinis pada dewasa yang
mengalami kritis/kegawatan pada 90 hari setelah tranfusi. Di Indonesia pemberain
tranfusi sel darah merah pada pasien harus melihat dari aspek pelayanan ketersediaan
darah, ekonomi maupun sosial budaya.
2. Kemampuan pelayanan, ekonomi, dun sosial budaya
Karena kebutuhan tranfusi darah di indonesia sangat banyak yang membutuhkan,
ketersediaan darah di bank darah indonesia sangat sedikit atau jumlahnya terbatas.
Diharapkan Masyarakat dapat mendonorkan darahnya dan biaya untuk pemeliharaan
atau perawatan darah relatif mahal, maka hasil utama dari penelitian ini dapat
dilakukan pada pasien-pasien di indonesia yang mengalami kegawatan atau kritis yang
memerlukan transfusi darah, dengan tetap memenuhi peraturan terbaru yang saat ini
mengizinkan penyimpanan Sel darah merah hingga 42 hari, sehingga tidak
mengurangi keefektifan fungsi dari Sel darah merah tersebut.
C. Kesimpulan Applicability
Hasil penelitian utama mampu dilaksanakan untuk dikerjakan di Indonesia dengan
syarat aspek-aspek yang lain terpenuhi.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pada penelitian yang dilakukan oleh the Canadian Institutes of Health Research
and others membandingkan antara Transfusi sel darah merah segar dengan sel darah merah
simpan standar, pada penelitian yang dilakukan tranfusi sel darah merah segar dan sel
darah merah standart tidak mengurangi angka kematian pada hari ke 90 pada orang dewasa
dalam kondisi kritis. Dari hasil semua kriteria diatas harus memenuhi syarat-syarat agar
dapat di aplikasikan/diterapkan untuk pasien-pasien gawat/kritis di Indonesia.
2. Saran
Saran untuk peneliti selanjutnya
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau dasar pertimbangan
untuk penelitian selanjutnya. Karena penelitian sejenis mungkin perlu dilakukan di
Indonesia untuk mengonfirmasi apakah hasil penelitian yang dilakukan tersebut sesuai
dengan keadaan pasien di Indonesia, dengan menambahkan variabel lain.