tb dan atelektasis

27
PRESENTASI KASUS TB PARU BTA (+) LESI LUAS KASUS PUTUS OBAT ATELEKTASIS PARU SINISTRA Diajukan kepada Yth: dr. Indah Rahmawati, Sp.P Disusun oleh : Wiwin Noviyanti G1A212092 Siti Maslikha G1A212093 1

Upload: argarini-dian-pratama

Post on 27-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Tuberkulosis dan atelektasis

TRANSCRIPT

Page 1: Tb Dan Atelektasis

PRESENTASI KASUS

TB PARU BTA (+) LESI LUAS KASUS PUTUS OBATATELEKTASIS PARU SINISTRA

Diajukan kepada Yth:

dr. Indah Rahmawati, Sp.P

Disusun oleh :

Wiwin Noviyanti G1A212092

Siti Maslikha G1A212093

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2013

1

Page 2: Tb Dan Atelektasis

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

TB PARU BTA (+) LESI LUAS KASUS PUTUS OBATATELEKTASIS PARU SINISTRA

Disusun Oleh :

Wiwin Noviyanti G1A212092

Siti Maslikha G1A212093

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian

Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Telah disetujui dan dipresentasikanPada tanggal : 2013

Dokter Pembimbing :

dr. Indah Rahmawati, Sp.P

NIP.19670316200604200

2

Page 3: Tb Dan Atelektasis

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. R

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Status perkawinan : Menikah

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Alamat : Kalibener RT 03 RW 06 Kranji Purwokerto Timur

Tanggal masuk : 3 Juni 2013

Autoanamnesis : 22 Juli 2013

Alloanamnesis : 22 Juli 2013

II. SUBJEKTIF

1. Keluhan Utama

Sesak nafas

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak nafas dirasakan sejak dua minggu sebelum masuk rumah sakit

(08 juli 2013), pasien mengeluhkan sesak nafas di kedua dadanya namun

lebih terasa pada dada sebelah kiri, pasien merasakan adanya perubahan

nafas yang sangat cepat dan terkadang terdengar suara tambahan seperti ada

lendir yang menyangkut didaerah pangkal tengggorok. Sesak nafas dapat

terjadi selama 30 menit, sesak nafas dirasakan pasien sangat memberat

sampai mengganggu aktivitas ketika pasien merasa banyak pikiran atau

stress dan pada saat pagi hari. untuk menguranginya pasien duduk dan

beristirahat.

Selain sesak nafas, pasien juga mengeluhkan suaranya menjadi serak,

batuk berdahak, warna putih kekuningan, kental, dan sulit dikeluarkan.

Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun dan mengalami penurunan

3

Page 4: Tb Dan Atelektasis

berat badan. Badan terasa lemas dan mudah lelah ketika beraktivitas, pasien

tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK dan BAB.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelum pasien dirawat di RSMS, pasien pernah dirawat di rumah

sakit sinar kasih selama 4 hari pada bulan mei tanggal 16 tahun 2013

dengan keluhan yang sama dan pernah dicek dahaknya dengan hasil (+)

dan diberikan obat yang membuat BAK berwarna merah namun, pasien

merasakan belum ada perbaikan.

Sebelumnya pasien juga dirawat di rumah sakit pasien mengaku

pernah mempunyai riwayat batuk lebih dari 2 bulan disertai dengan sesak

nafas kemudian berobat ke BP4 dan dicek pada dahaknya dan hasil BTA

(+++), terdapat infiltrat pada foto rontgen dan pernah mengkonsumsi

obat-obatan yang membuat BAK merah 4FDC (2RHZE/4RH) minum

obat sebanyak 4 tablet per hari dan kontrol rutin selama 4 bulan untuk

pertama kalinya sejak tahun 2008, namun pasien merasa sudah sembuh

dan menghentikan pengobatan tersebut tanpa sepengetahuan dokter. Pada

awal tahun 2009 pasien datang ke RS. Sinar kasih dengan keluhan batuk

yang terus menerus, batuk disertai dahak dan tidak kunjung kembuh

kemudian dilakukan cek dahak kembali hasilnya BTA (++) dan pasien

mendapatkan pengobatan dengan kategori yang sama selama 4 bulan,

namun pasien hanya minum obat 3 tablet per hari. Pada tahun 2011 pasien

datang berobat kembali ke RS. Sinar Kasih karena batuk yang bertambah

berat kemudian dahaknya dicek kembali hasilnya (++) gambaran foto

rontgen terdapat infiltrat kemudian pasien kembali mengkonsumsi OAT

dengan kategori 1 yaitu 2RHZE/4RH dengan minum obat 4 tablet per

harinya dan kermbali berhenti setelah 4 bulan dan pada tahun 2012 pasien

menghentikan pengobatannya tanpa dibawah kontrol dari dokter.

a. Riwayat keluhan serupa : diakui

b. Riwayat mondok : di Rumah sakit Sinar Kasih

c. Riwayat OAT : diakui sejak tahun 2008

d. Riwayat hipertensi : disangkal

e. Riwayat kencing manis : disangkal

4

Page 5: Tb Dan Atelektasis

f. Riwayat asma : disangkal

g. Riwayat alergi : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat keluhan serupa : disangkal

b. Riwayat mondok : disangkal

c. Riwayat hipertensi : disangkal

d. Riwayat kencing manis : disangkal

e. Riwayat asma : Ibu

f. Riwayat alergi : disangkal

5. Riwayat Sosial Ekonomi

a. Community

Pasien tinggal di pedesaan. Rumah satu dengan yang lain berdekatan.

Hubungan antara pasien dengan anggota keluarga yang lain, tetangga

dan keluarga dekat baik. Anggota keluarga pasien lain yang tinggal satu

rumah dan tetangga sekitar pasien tidak ada memiliki keluhan seperti

pasien atau yang sering batuk-batuk dan sudah lama tidak sembuh-

sembuh. Namun, sebelumnya pada tahun 2008 pasien mengaku pernah

tinggal 1 kamar dengan temannya yang mempunyai TB (+) selama 4

bulan.

b. Home

Pasien tinggal bersama ibu dan suaminya. Hanya terdapat 3 orang yang

tinggal dalam 1 rumah dengan pasien, yaitu ibu dan suami pasien.

Rumah pasien terdiri dari 3 kamar dengan ukuran sedang. Rumah

pasien semi permanen, terdapat ventilasi dan jendela. Jendela kamar

hanya sesekali dibuka.

c. Occupational

Pasien merupakan Ibu rumah tangga dengan sumber penghasilan

berasal dari suami yang bekerja sebagai wiraswasta dengan pendapatan

sekitar 1.000.000 per bulan.

d. Personal habit

Pasien mengaku makan sehari 2-3 kali dengan menu nasi, sayur, lauk-

pauk dan terkadang buah-buahan. Pasien mengaku jarang berolahraga.

5

Page 6: Tb Dan Atelektasis

III. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : tampak sakit sedang

b. Kesadaran : compos mentis, GCS = 15 E4M6V5

c. BB : 35 kg

d. TB : 158 cm

e. Vital sign

- Tekanan Darah : 90/60 mmHg

- Nadi : 64x/menit

- RR : 30x/menit

- Suhu : 36,4 oC

d. Status Generalis

1) Kepala

- Bentuk : mesochepal, simetris

- Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut,

distribusi merata, tidak rontok

- Nyeri tekan : (-)

2) Mata

- Palpebra : edema (-/-) ptosis (-/-)

- Konjungtiva : anemis (-/-)

- Sclera : ikterik (-/-)

- Pupil : reflek cahaya (+/+) normal, isokor

- Exopthalmus : (-/-)

- Lapang pandang : tidak ada kelainan

- Lensa : keruh (-/-)

- Gerak mata : normal

- Tekanan bola mata : nomal

- Nistagmus : (-/-)

3) Telinga

- otore (-/-)

- deformitas (-/-)

- nyeri tekan (-/-)

4) Hidung

6

Page 7: Tb Dan Atelektasis

- nafas cuping hidung (+/+)

- deformitas (-/-)

- discharge (-/-)

5) Mulut

- bibir sianosis (-)

- bibir kering (-)

- lidah kotor (-)

6) Leher

- Trakhea : deviasi trakhea terdorong ke arah yang

terkena atelektasis (kiri)

- Kelenjar lymphoid : tidak membesar, nyeri (-)

- Kelenjar thyroid : tidak membesar

- JVP : 5+3 cmH2O

7) Dada

a) Paru

- Inspeksi : bentuk dada Asimetris, ketinggalan gerak (+),

retraksi (+), jejas (-)

bahu pada lengan kiri (yang mengalami

atelektasis) posisinya lebih rendah dibanding

yang kanan (sisi sehat)

- Palpasi : vocal fremitus kanan > kiri

ketinggalan gerak kiri + dari kanan

- Perkusi : sonor pada lapang paru kanan dan ditemukan

bunyi redup pada lapang paru kiri

Letak diafragma disebelah kiri (sisi atelektasis) meninggi.

- Auskultasi : suara vesikuler kiri lebih lemah dibandingkan

dengan suara vesikuler kanan

Ditemukan ada suara tambahan whezing +/+

b) Jantung

- Inspeksi : ictus cordis nampak pada SIC V 2 jari medial

LMC sinistra (SIC cenderung menyempit)

- Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V jari medial LMC

sinistra, tidak kuat angkat

7

Page 8: Tb Dan Atelektasis

- Perkusi : batas jantung kanan atas : SIC II LMCD

Batas jantung kiri atas : SIC II LMCS

(SIC sebelah kiri cenderung menyempit)

Batas jantung kanan bawah : SIC V LMCD

Batas jantung kiri bawah : SIC V 2 jari

medial LMCS

(SIC sebelah kiri cenderung menyempit)

- Auskultasi : S1>S2, reguler, wheezing (+), murmur (-),

gallops (-)

8) Abdomen

- Inspeksi : datar

- Auskultasi : bising usus (+) normal

- Perkusi : timpani, tes pekak sisi (-), pekak beralih (-)

- Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

9) Ekstrimitas

- Superior : deformitas (-), akral hangat (+/+), edema (-/-)

- Inferior : deformitas (-),akral hangat (+/+), edema (-/-)

2. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium tanggal 3 Juni 2013 (dilakukan di RSMS)

Hb : 11,4 gr/dl ↓ Normal : 14 - 18 gr/dl

Leukosit : 7670 /ml N Normal : 4.800 – 10.800/ml

Hematokrit : 37 % ↓ Normal : 42%-52%

Eritrosit : 4,2 juta/ml ↓ Normal : 4,7-6,1 juta/ml

Trombosit : 295.000/ml N Normal : 150.000-450.000/ml

MCV : 87,7 fL N Normal : 79 -99fL

MCH : 27,0 pg N Normal : 27-31 pg

MCHC : 30,7 gr/dl ↓ Normal : 33– 37gr/dl

RDW : 14,2 % ↑ Normal : 11,5-14.5

MPV : 10,4 fL N Normal : 7,2-11,1

Hitung Jenis

Eosinofil : 0,1 % N Normal : 2 – 4 %

Basofil : 0,9 % ↓ Normal : 0 – 1 %

Batang : 0,00 % ↓ Normal : 2 – 5 %

8

Page 9: Tb Dan Atelektasis

Segmen : 68,2 % N Normal : 40 – 70%

Limfosit : 9,1% ↓ Normal : 25-40%

Monosit : 21,0 % ↓ Normal : 2 – 8%

Ureum : 11,1 mg/dl ↓ Normal :14,98 – 38,52 mg/dl

Kreatinin : 0,6 mg/dl N Normal : 0,6-1,0 mg/dl

GDS : 119 mg/dl N Normal : <= 200 mg/dl

Laboratorium tanggal 9 Juni 2013

SGOT : 9 U/L ↓ Normal : 15 - 37 U/L

SGPT : 6 U/L ↓ Normal : 30 – 65 U/L

b. Tes sputum BTA SPS 20 Juli 2013 (dilakukan di RSMS)

c. Foto rongten thoraks 19 JULI 2013 (dilakukan di RSMS)

9

pemeriksaan hasil Nilai normal

BTA I + -

BTA II + -

BTA III - -

Page 10: Tb Dan Atelektasis

Foto Rontgen :

a. Pergeseran mediastinum: Trakhea dan jantung bergeser ke sisi yang

mengalami atelektasis .

b. Elevasi diafragma: Diafragma terangkat ke atas pada sisi paru yang

mengalami atelektasis .

c. Drooping of shoulder: bahu pada lengan yang alami atelektasis

posisinya lebih rendah dibanding sisi sehat.

d. Penyempitan ICS : ICS pada sisi yang mengalami nampak atelektasis

menyempit

e. Hyperinflasi / Emphisema Compensatory

Bagian paru yang tidak mengalami atelektasis, akan nampak lebih

hitam dan terjadi dilatasi pembuluh darah

IV. ASSESSMENT

Diagnosis Klinis:

TB paru BTA (+) lesi luas kasus putus obat dan Ateletaksis Paru kiri

Diagnosis Banding

Multidrugs resistant tuberculosis (MDR tb)

V. PLANNING

1. Diagnosis Kerja:

TB paru BTA (+) lesi luas kasus putus obat dan Ateletaksis Paru kiri

2. Terapi

a. Farmakologi

1. IVFD RL + 1 ampul aminofilin/12 jam

2. Inj. Ceftazidim 2x1 gr (iv)

3. Inj. Rantin 2x1 ampul (iv)

4. Inj. Streptomicin 1x500 mg

5. Inj. Metilprednisolon 3x125 mg

6. Nebulizer Ventholin/Flexotide 3x/hari

7. Po. OAT 4FDC 1 x II tab

8. Po. B 6 1x1 tab

10

Page 11: Tb Dan Atelektasis

Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

VI. PENULISAN RESEP OAT

1. Sediaan FDC

11

Page 12: Tb Dan Atelektasis

2. Dosis Tunggal

12

Page 13: Tb Dan Atelektasis

BAB II

PEMBAHASAN

1. Penegakan Diagnosis

TB paru BTA (+) lesi luas kasus putus obat dengan atelektasis paru kiri

a. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Sesak nafas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak nafas dirasakan sejak dua minggu sebelum masuk rumah

sakit (08 juli 2013), pasien mengeluhkan sesak nafas di kedua dadanya

namun lebih terasa pada dada sebelah kiri, pasien merasakan adanya

perubahan nafas yang sangat cepat dan terkadang terdengar suara

tambahan seperti ada lendir yang menyangkut didaerah pangkal

tengggorok. Sesak nafas dapat terjadi selama 30 menit, sesak nafas

dirasakan pasien sangat memberat sampai mengganggu aktivitas ketika

pasien merasa banyak pikiran atau stress dan pada saat pagi hari. untuk

menguranginya pasien duduk dan beristirahat.

Selain sesak nafas, pasien juga mengeluhkan suaranya menjadi

serak, batuk berdahak, warna putih kekuningan, kental, dan sulit

dikeluarkan. Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun dan

mengalami penurunan berat badan. Badan terasa lemas dan mudah lelah

ketika beraktivitas, pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK

dan BAB.

b. Pemeriksaan Fisik Pulmo

Inspeksi : Dinding dada Asimetris, ketinggalan gerak (+)

Perkusi : redup pada lapang paru kiri dan sonor pada lapang paru kanan

Palpasi : Apex: Vocal Fremitus kanan > kiri

Basal:Vocal Fremitus kanan > kiri

Auskultasi : Suara dasar vesikuler pada apex dan basal paru melemah,

ronkhi basah kasar -/-, ronkhi basah halus -/-

wheezing +/+

13

Page 14: Tb Dan Atelektasis

c. Pemeriksaaan Penunjang

Tes sputum BTA SPS 22 Juni 2013 (sewaktu, pagi, sewaktu) : ++

Foto rongten thoraks 19 juli 2013 :

a. Gambaran TB paru

b. Atelektasis paru kiri

2. Tindak Lanjut Penanganan Pasien

Pada kasus ini pasien merupakan pasien TB paru kasus putus obat karena

pasien telah melakukan pengobatan selama empat bulan pada tahun sebelumnya

yaitu tahun 2008, 2009 dan 2011 namun pada setiap bulan ke lima pasien

menghentikan pengobatannya diluar pengawasan dokter, karena pasien

menganggap pasien ssudah mengalami perbaikan.

Setelah di cek ulang pada perawatan kali ini, ternyata BTA masih positif

setelah pengobatan lebih dari sama dengan empat bulan sehingga pengobatan

dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu yang

lebih lama. Pasien mendapat terapi OAT kategori 2 yaitu dengan menggunakan

2HRZES/HRZE/SH3R3E3 atau 2HRZES/HRZE/5HRE pada pasien ini dilakukan

pelaksanaan tahap intensif diberikan selama 6 bulan yang terdiri dari 2 bulan

dengan Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), dan Etambutol (E) setiap

hari . Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4 bulan dengan HRE

yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan

streptomisin diberikan setelah pemderita selesai menelan obat. obat kategori 2

diberikan pada pasien kasus kambuh (relaps), pasien gagal pengobatan dan pasien

dengan pengobatan setelah lalai (after default).

Pada pasien ini, sudah melakukan pengobatan OAT dari tahun 2008 sampai

sekarang dengan kasus putus obat, dan dilihat dari riwayat pengobatannya yang

selalu mengulang pengobatan dengan menggunkan kategori pertama sedangkan

pemeriksaan tes sputum selalu positif maka untuk membuktikan apakah pasien

ini mengalami multidrug resistant tuberculosis (MDR-tb) Banyak faktor

penyebab MDR Tb. Beberapa analisis difokuskan pada ketidakpatuhan pasien.

Ketidakpatuhan lebih berhubungan dengan hambatan pengobatan seperti

kurangnya pelayanan diagnostik, obat, transportasi, logistik dan biaya

pengendalian program Tb. Ketidakpatuhan penggunaan obat pun terjadi pada

pasien ini sehingga perlu dilakukan pemeriksaan sebagai langkah awal

14

Page 15: Tb Dan Atelektasis

mendiagnosis resisten obat Tb yaitu dengan mengenal pasien dalam risiko dan

mempercepat dilakukannya diagnosis laboratorium. Deteksi awal MDR Tb dan

memulai sejak awal terapi merupakan faktor penting untuk mencapai

keberhasilan terapi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi sputum BTA, uji kultur

M. Tb dan resistensi obat. Kemungkinan resistensi obat Tb secara simultan

dipertimbangkan dengan pemeriksaan sputum BTA sewaktu menjalani paduan

terapi awal. Kegagalan terapi pada pasien ini dapat dipertimbangkan sebagai

kemungkinan resisten obat Tb sampai ada hasil uji resistensi obat beberapa

minggu kemudian yang menunjukkan terdapatnya paduan terapi yang tidak

adekuat. Identifikasi cepat pasien resistensi obat Tb dilakukan terutama pasien

memiliki risiko tinggi karena program pengendalian Tb lebih sering

menggunakan paduan terapi empiris, minimalisasi penularan, efek samping OAT,

memberikan terapi terbaik dan mencegah resistensi obat lanjut. Prediksi

seseorang dalam risiko untuk melakukan uji resistensi obat adalah langkah awal

deteksi resistensi obat. Prediktor terpenting resistensi obat adalah riwayat terapi

Tb sebelumnya, progresiviti klinis dan radiologi selama terapi Tb, berasal dari

daerah insidens tinggi resisten obat dan terpajan individu infeksi resisten obat Tb.

Setelah pasien dicurigai MDR Tb harus dilakukan pemeriksaan uji kultur M. Tb

dan resistensi obat.

Untuk mencegah adanya perburukan pada pasien perlu juga dilakukan

evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, dan pemeriksaan fisik. Evaluasi

bakteriologis sputum (BTA) bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi

dahak. Pemeriksaan BTA ini dilakukan pada 3 waktu yaitu, setelah 2 bulan fase

intensif, pada bulan ke-5 pengobatan, dan pada akhir pengobatan. Jika setelah 2

bulan fase intensif belum ada konversi dahak, maka diberikan fase sisipan selama

1 bulan.

Evaluasi radiologi dilakukan 2 kali yaitu setelah 2 bulan pengobatan dan

pada akhir pengobatan untuk melihat perbaikan gambaran paru pasien. Evaluasi

efek samping obat juga penting dilakukan selama pasien menjalani pengobatan.

Hal ini disebabkan obat-obat yang termasuk dalam OAT memiliki banyak efek

samping. Evaluasi dapat dilihat dari keadaan klinis pasien dan hasil pemeriksaan

laboratorium seperti tes fungsi hati, fungsi ginjal, gula, asam urat, tes fungsi

ginjal, tes visus, dan tes pendengaran.

15

Page 16: Tb Dan Atelektasis

. Pada pasien ini karena sudah melakukan putus obat dari tahun 2008

sampai sekarang sehingga perlu adanya Pengawas Minum Obat (PMO) selain

berguna sebagai pengingat terhadap pasien hal ini juga dilakukan sebagai

pencegahan terhadap penularan bakteri tuberkulosis yang disebabkan karena

kontak langsung dengan penderita TB. Kemungkinan penularan pada keluarga

pasien sangat besar, sehingga perlu dilakukan edukasi dan motivasi skrining TB

paru terhadap anggota keluarga yang lain dan tetangga sekitar. Untuk

mengevaluasinya sendiri pasien dapat menunjuk suaminya sebagai orang terdekat

untuk menjadi PMO atau bisa saja menunjuk salah satu petugas kesehatan dari

puskesmas. Dan ada beberapa Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk

disampaikan kepada pasien dan keluarganya bahwa TB dapat disembuhkan

dengan berobat teratur; TB bukan penyakit keturunan atau kutukan; Cara

penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya; Cara

pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan); Pentingnya

pengawasan supaya pasien berobat secara teratur; Kemungkinan terjadinya efek

samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke pelayanan kesehatan.

Dan pada pasien ini juga perlu dijelaskan bahwa TB dinyatakan sembuh

apabila memenuhi kriteria BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase

intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat,

pada foto torak, gambaran radiologi serial tetap sama/terdapat perbaikan dan bila

ada fasiliti biakan, maka kriteria sembuh ditambah hasil biakan negatif.

Jika pasien sudah dinyatakan sembuh, maka tetapi perlu dilakukan evaluasi

minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, untuk mengetahui ada tidaknya

kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah sputum BTA dan foto toraks. Sputum

BTA dilakukan pada 3, 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto

toraks dilakukan 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.

Selain pemeriksaan TB yang positif pada pasien ini juga mempunyai

kelainan gambaran paru yaitu berupa atelektasis paru bagian kiri ditandai dengan

gangguan pernafasan, bunyi nafas berkurang, sesak nafas, panas tinggi (sumbatan

akibat adanya lendir/keradangan dalam saluran nafas). Kelainan atelektasis dapat

dilihat dari pemeriksaan fisik seperti pada saat inspeksi terlihat gerakan nafas

yang tertinggal, fremitus raba menurun, pada saat diperkusi terdengar suara redup

pada lapang paru sebelah kiri, selain itu juga terdengar suara nafas dan suara

16

Page 17: Tb Dan Atelektasis

percakapan yang melemah pada paru sebelah kiri. Kemudian, pada pemeriksaan

radiologi atelektasis dibuktikan dengan adanya gambaran berupa bergesernya

jantung dan trakhea ke sisi sebelah kiri, diafragma terangkat ke atas pada sisi

sebelah kiri, bahu pada lengan yang mengalami atelektasis posisinya lebih rendah

dibanding dengan yang sebelah kanan, ICS pada sisi kiri mengalami

penyempitan. Selain dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi, pada pemeriksaan Laboratorium darah terdapat leukositosis dan LED

meningkat pada sputum dengan menggunakan kultur daapat ditemukan BTA (+).

Penatalaksanaan untuk atelektasis meliputi langkah atau tindakan terapi seperti

pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan

kortikosteroid) Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan).

17

Page 18: Tb Dan Atelektasis

BAB III

KESIMPULAN

1. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium tuberculosis.

2. Penegakan diagnosis penyakit TB didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang.

3. Gold standar pemeriksaan dan penegakan diagnosis penyakit TB berdasarkan

pemeriksaan dahak/sputum BTA.

4. Diagnosis kasus pasien ini adalah TB Paru BTA (+) lesi luas kasus putus obat

dengan atelektasis paru kiri.

5. Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, evaluasi bakteriologi dengan tes

sputum BTA, dan evaluasi radiologi serta dilakukan edukasi keteraturan obat.

18

Page 19: Tb Dan Atelektasis

DAFTAR PUSTAKA

1. Riyanto BS, Wilhan. 2006. Management of MDR TB Current and Future

dalam Buku Program dan Naskah Lengkap Konferensi Kerja Pertemuan

Ilmiah Berkala. PERPARI.Bandung.

2. World Health Organization . 2008. Guidelines for the programmatic

managementdrug –resistant tuberculosis emergency edition ,Geneve.

3. PDPI. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika

4. Price, A. S., Wilson, M. L. 1990. Patofisiologi: . EGC, Jakarta, Indonesia.

5. Depkes RI. 2007. Pedoman Umum Promosi Penanggulangan Tuberculosis,

Jakarta , 2007

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang

Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB), Jakarta

19