nambah ilmu tentang analisis kebijakan publik
DESCRIPTION
Analisis Kebijakan dan bagaimana dasar-dasar untuk mplementasinya ? silahkan download juga di http://www.ziddu.com/download/3789539/KONSEP_DASAR_ANALISIS_KEBIJAKAN.pdf.htmlTRANSCRIPT
A. Kebijakan, Kebijakan Publik dan Analisis Kebijakan Publik
1. Kebijakan
Pengertian kebijakan memiliki makna hampir sama dengan
Peraturan/ Perundangan atau Politik/Kekuasaan, Keputusan Pemerintah,
Program atau Model. 1) Arti kata “ Kebijakan” atau “Kebijaksanaan” dalam
kamus bahasa Inggris-Indonesia (Williem Kehelay-Michael Andres, 1993)
berarti “Wisdom”. 2), tetapi dalam Ilmu Pemerintahan atau ilmu politik,
Kebijakan dapat disamakan artinya dengan “Policy”. Sedangkan “Policy”
secara lebih mendalam tidak dapat diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia, sebab “Policy” tidak sama dengan Kebijakan atau
Kebijaksanaan, “Policy” mempunyai sifat yang sangat positif, sedangkan
Kebijakan atau Kebijaksanaan mempunyai sifat dapat positif dan dapat
negatif. Kebijakan/Kebijaksanaan didefinisikan sebagai pengambilan
keputusan oleh kekuasaan atau yang berwenang yang dipengaruhi oleh
sistem politik tertentu dan akan menjadi pedoman dalam sistem atau
program untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pengertian “Policy”
menurut para ahli antara lain : 1)
a. H. Heclo (1972) menyebutkan Policy bukan istilah yang jelas dengan
sendirinya, Policy adalah tindakan yang sengaja dilakukan atau
ketidakmauan untuk bertindak secara sengaja.
1
b. D. Easton (1953), Policy terdiri dari serangkaian keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan yang mengandung nilai.
c. W.I. Jenkin (1978), Policy merupakan serangkaian keputusan-
keputusan yang saling terkait, berkenaan dengan pemilihan tujuan-
tujuan dan cara-cara mencapainya dalam situasi tertentu.
Bila dikaitkan dengan sistem politik di Indonesia, kebijakan
merupakan respon sistem politik terhadap kekuatan lingkungan yang ada
di sekitarnya. 12) Kekuatan lingkungan dalam hal ini mempunyai pengaruh
terhadap munculnya suatu kebijakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa
sistem politik adalah adalah sejumlah lembaga atau aktivitas politik di
masyarakat yang berfungsi mengubah in-put (demand, support dan
resources) menjadi kebijakan yang otoritatif bagi masyarakat (out-put). 3)
Demand (tuntutan) akan timbul jika individu/kelompok setelah
memperoleh respon oleh adanya peristiwa di lingkungan yang
mempengaruhi proses pembuatan kebijakan. Support (dukungan) dan
resources (sumber daya) diperlukan untuk menunjang demand. Jika
sistem politik berhasil membuat kebijakan yang sesuai dengan demand,
maka implementasi keputusan mudah dilakukan. Selanjutnya dijelaskan
bahwa wujud dari pemberian dukungan yaitu menerima keputusan dan
melaksanakan serta mematuhi peraturan perundang-undangannya. 3)
Sedangkan out-put dari aktivitas politik adalah suatu bentuk dan
kegiatan apa yang pemerintah inginkan atau tidak diinginkan melakukan
sesuatu secara otoritas akan dialokasikan pada semua anggota
masyarakat. 3) Selanjutnya dijelaskan bahwa, pengalokasian keputusan
kepada anggota masyarakat selalu ada dampaknya, baik dampak positif
2
maupun dampak negatif. Dampak positif (intended) memang yang
diharapkan, dimana kebijakan itu bermanfaat dan dilaksanakan oleh
anggota masyarakat. Sedangkan dampak negatif (unintended)
merupakan dampak yang tidak diharapkan tetapi muncul baik disadari
maupun tidak oleh pembuat kebijakan.
2. Kebijakan Publik
Sebelum lebih jauh membahas tentang kebijakan publik, terlebih
dahulu diuraikan kata: “Publik”. Kata : “Publik” atau “Public”, menurut
Kamus Inggris-Indonesia (Williem Kehelay-Michael Andres, 1993, hal.
334), “Public”, berarti : (1) umum, (2) rakyat. Kata “Publik” diterjemahkan
sebagai: “umum”, “rakyat” sesuai dengan kepentingan pihak tertentu. 2)
Kebijakan Publik atau Kebijakan Negara didefinisikan oleh
beberapa ahli antara lain : 1)
a. Parker (1975) menyebutkan bahwa, Kebijakan Publik (Public Policy)
atau Kebijakan Negara adalah : suatu tujuan/serangkaian asas/
tindakan tertentu yang dilaksanakan pemerintah pada suatu waktu
tertentu dalam kaitannya dengan suatu obyek atau respon terhadap
suatu keadaan yang krisis.
b. Thomas R. Dye (1978) menyebutkan bahwa, Kebijakan Negara
adalah semua pilihan / tindakan yang dilakukan oleh pemerintah (baik
untuk melakukan sesuatu maupun tidak melakukan sesuatu).
c. Nakamura dan S. Wood (1990) mengatakan bahwa, Kebijakan
Negara adalah serentetan instruksi / perintah dari pembuat kebijakan
Negara yang ditujukan kepada para pelaksana kebijakan yang
menjelaskan tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan.
3
Dari ketiga definisi yang dikemukakan, definisi tentang “Kebijakan”
bervariasi dan ketiganya mempunyai persamaan, tetapi dari ketiganya
yang mendekati kesempurnaan adalah menurut Nakamura dan S. Wood
yang menyebutkan kata kuncinya adalah : adanya instruksi/perintah,
pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan dan adanya unsur tujuan,
sehingga dapat diambil catatan penting tentang sebuah Kebijakan
(Policy) Negara yaitu :
a. Policy (kebijakan) sulit dirumuskan dan diberi makna tunggal.
b. Sulit menentukan / mengidentifikasikan “kapan” policy dibuat.
c. Ruang lingkup policy “jauh lebih luas” dari pada keputusan.
d. Policy tidak dapat dipisahkan begitu saja dari administrasi dan
manajemen.
e. Policy mencakup perilaku dan harapan-harapan.
f. Policy mempunyai tujuan / hasil akhir yang akan dicapai.
g. Policy muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu.
Saat ini kebijakan publik merupakan salah satu cabang ilmu yang
berkembang cukup pesat sejalan dengan kebutuhan masyarakat
khususnya di sektor publik dan merupakan cabang studi yang bersifat
multidisiplin dan membutuhkan kontribusi ilmu-ilmu lain dalam kenyataan
sehari hari.4)
Sejalan dengan perkembangan ini, setidak-tidaknya ada 3 hal/
dasar yang secara signifikansi dalam studi kebijakan publik yaitu, 4)
a. Kenyataan tuntutan masyarakat yang semakin banyak dan beragam
memerlukan suatu kajian berupa research and development sebelum
kebijakan publik ditetapkan. Hal ini yang kemudian menimbulkan
4
disiplin analisis kebijakan yang diyakini sebagai salah satu kunci
dasar dalam pembuatan kebijakan publik.
b. Dibutuhkannya kemampuan mendalam bagi para pengambil
kebijakan publik (Policy Makers), analisis kebijakan publik (policy
analyst) dan juga penasehat kebijakan publik (policy advisers)
mendorong arti penting studi dan pemahaman mengenai kebijakan
publik.
c. Perkembangan global yang bermuara pada kompetisi dan
implementasi model pasar yang berkembang pesat membutuhkan
perlunya kebijakan publik disusun secara strategik dalam rangka
menghadapai berbagai persoalan yang melingkupi, baik yang bersifat
internal maupun eksternal.
2. Analisis Kebijakan Publik
a. Pengertian
Menurut Teguh Yuwono (2003), analisis kebijakan publik
adalah sebuah seni di dalam memahami sebuah rencana kebijakan
publik yang akan diterapkan oleh sebuah otoritas publik. 13) Pengertian
ini memerlukan uraian data, informasi, dan berbagai alternatif yang
mungkin dilakukan untuk menentukan sebuah kebijakan publik.
Seorang analis kebijakan yang profesional dapat memberikan sebuah
diskripsi atau uraian yang runtut, jelas dan lengkap serta menimbang
berbagai kemungkinan yang terjadi jika sebuah alternatif kebijakan
diambil. 4)
Perlu diketahui bahwa analisis kebijakan bukanlah sebuah
keputusan, tetapi lebih merupakan nasehat atau bahan pertimbangan
5
pembuatan kebijakan publik yang berisi tentang masalah yang
dihadapi, tugas yang harus dilakukan oleh organisasi publik berkaitan
dengan masalah tersebut, dan juga alternatif-alternatif rencana
kebijakan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan atau masukan
kepada pembuat kebijakan. 4
Menurut Teguh Yuwono dan Abdulkahar Badjuri (2002),
setidak-tidaknya ada 5 (lima) argumen tentang arti penting analisis
kebijakan publik, yaitu : 4)
1) Dengan analisis kebijakan publik, maka pertimbangan yang
scientific, rasional dan obyektif diharapkan dijadikan dasar bagi
semua pembuatan kebijakan publik, artinya bahwa kebijakan
publik dibuat berdasarkan pertimbangan ilmiah yang rasional dan
obyektif, bukan semata-mata petimbangan sempit seperti
misalnya pertimbangan untuk mengamankan kepentingan politik
tertentu.
2) Analisis kebijakan yang baik dan komprehensif memungkinkan
sebuah kebijakan didesain secara sempurna dalam rangka
merealisasikan tujuan berbangsa dan bernegara yaitu
mewujudkan kesejahteraan umum (Public Welfare). Hal ini karena
analisis kebijakan harus mendasarkan pada visi dan misi yang
jelas yaitu mengatur sebuah persoalan agar tercipta tertib sosial
menuju masyarakat yang sejahtera.
3) Analisis kebijakan menjadi sangat penting oleh karena persoalan
bersifat multidimensional, saling terkait (interdependent) dan
berkorelasi satu dengan lainnya. Oleh karena kenyataan ini, maka
6
pihak analis kebijakan mestinya berupa sebuah Tim yang
multidisiplin yang meliputi berbagai bidang keahlian (expertise).
4) Analisis kebijakan memungkinkan tersedianya panduan yang
komprehensif bagi pelaksanaan dan evaluasi kebijakan, hal ini
disebabkan analis kebijakan mencakup 2 (dua) hal yaitu hal-hal
yang bersifat substansial saat ini dan hal-hal yang bersifat
strategik yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang.
5) Analisis kebijakan memberikan peluang yang lebih besar untuk
meningkatkan partisipasi publik, hal ini karena dalam metode
analisis kebijakan mesti melibatkan aspirasi masyarakat. Aspirasi
masyarakat ini dapat diperoleh dari berbagai mekanisme seperti
melalui konsultasi publik, debat publik, curah pikir bersama
dengan berbagai pihak terkait (Stakeholders), deliberasi publik
dan sebagainya.
b. Tahapan-Tahapan dalam Analisis Kebijakan
Menurut Teguh Yuwono dan Abdulkahar Badjuri (2002), dalam
tahapan analisis kebijakan setidak-tidaknya meliputi 5 (lima) langkah,
yaitu :
1) Memformulasikan masalah kebijakan
Hal ini merupakan langkah pertama dalam sebuah analisis
kebijakan. Memformulasikan masalah merupakan hal yang sangat
prinsipil dan krusial, karena bila memformulasi masalah yang
salah, dengan sendirinya penerapan kebijakan publik pun salah.
Penelitian dan pengkajian yang sangat mendalam diperlukan agar
dapat menghasilkan formulasi masalah yang tepat dan akurat.
7
2) Menentukan tujuan dan sasaran kebijakan
Setelah masalah diformulasikan kemudian menentukan tujuan dan
sasarannya. Tahapan ini sangat penting karena akan menentukan
prioritas kebijakan dan tindakan yang akan dilakukan dalam
mengatasi masalah. Penentuan sasaran dan tujuan ini penting
karena juga akan menentukan panduan arah tindakan dalam
implementasi dan evaluasi kebijakan publik.
3) Mengidentifikasi parameter kebijakan
Identifikasi parameter kebijakan penting dalam rangka melakukan
tes atau pengujian terhadap hal-hal yang mungkin dilakukan
berkaitan dengan proposal kebijakan.
4) Mencari alternatif-alternatif
Tahapan ini membutuhkan penelitian yang serius dan mendalam,
tujuannya adalah mengumpulkan berbagai data dan informasi
atau masalah yang relevan serta mengidentifikasi berbagai respon
yang mungkin dilakukan. Beberapa masukan yang dapat dijadikan
dasar atau metode mencari alternatif adalah :
a) Mempelajari kebijakan yang sedang berlangsung saat ini baik
yang terjadi di daerah lain, di Indonesia atau mungkin di
negara lain.
b) Mempelajari penemuan internasional mengenai permasalahan
yang relevan dengan sebuah proposal kebijakan.
8
c) Mempelajari berbagai informasi, review, laporan, atau seminar
yang berkaitan dengan isu kebijakan.
d) Mempelajari jurnal-jurnal akademik terbaru yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan kebijakan.
e) Melakukan curah pikir, diskusi dengan para ahli baik yang
berada dalam struktur pemerintahan maupun non
pemerintahan, seperti Perguruan Tinggi atau Pusat Studi dan
Pusat Kajian lain yang berkompeten.
f) Melakukan konsultasi publik dengan masyarakat yang akan
terkena kebijakan dalam rangka mendalami masalah dan
mengidentifikasi respon atau alternatif yang dilakukan.
5) Menentukan alternatif pilihan mana yang mungkin sebaiknya
dilakukan.
Hal ini merupakan tahap akhir dalam analisis kebijakan.
Memutuskan alternatif-alternatif pilihan merupakan proses akhir
yang harus dilakukan setelah tahapan mencari alternatif
dilakukan. Ini artinya bahwa hasil dari analisis kebijakan sudah
didapatkan yaitu berupa rekomendasi kebijakan yang ditujukan
kepada pengambil keputusan.
Rekomendasi kebijakan tentunya akan lebih baik jika lebih
dari satu, agar pihak pengambil keputusan dapat menimbang hal
mana yang akan diputuskan. Analisis secara lengkap dari masing-
masing alternatif tentunya sangat diharapkan.
c.Tiga Model Dasar Analisis Kebijakan Publik
Ada 3 (tiga) model dalam analisis kebijakan publik yaitu :
9
1) Model Rasional Komprehensif
Teori ini menekankan teknik pengambilan keputusan/
kebijakan yang diambil secara rasional dan menyeluruh dengan
memperhitungkan biaya dan manfaat dari setiap alternatif yang
ada. 5) Hasil dari proses tersebut adalah keputusan yang rasional,
yaitu keputusan yang dapat mencapai suatu tujuan yang paling
efektif. Unsur-unsur utama teori ini adalah :
a) Identifikasi masalah-masalah yang ada.
b) Penetapan ranking/prioritas atas tujuan-tujuan, nilai atau
sasaran secara jelas sesuai dengan urutan kepentingannya.
c) Penentuan berbagai alternatif pemecahan masalah yang
harus diteliti secara seksama.
d) Akibat-akibat yang ditimbulkan (analisis biaya dan manfaat)
yang ditimbulkan dari setiap alternatif yang ada.
e) Membandingkan setiap alternatif yang ada.
f) Memilih alternatif yang terbaik yang dapat memaksimasi
tercapainya tujuan yang diharapkan.
2) Model Inkremental
Teori ini mencerminkan suatu teori pengambilan
keputusan yang menghindari banyak masalah dan alternatif
yang harus dipertimbangkan. 5) Model ini dipengaruhi sangat
kuat oleh konsep administrative man, dimana menyadari tentang
keterbatasan seorang pimpinan/manager atau administrator
publik dalam menjalankan fungsi publiknya. 4) Oleh karena
kebijakan publik selalu berkaitan dengan keterbatasan waktu,
10
keahlian dan biaya, maka tidak mungkin membuat keputusan
yang rasional dan komprehensif. Dengan demikian alternatif
yang realistik adalah memperbaiki dan meningkatkan kebijakan
publik yang sudah ada agar lebih baik, lebih efektif dan efisien.
Pokok-pokok teori ini antara lain : 5)
a) Pemilihan tujuan dan sasaran serta analisis tindakan empiris
yang diperlukan dipandang sebagai sesuatu hal yang sangat
terkait.
b) Pembuat keputusan hanya mempertimbangkan beberapa
alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok
masalah dan alternatif ini hanya dipandang berbeda secara
inkremental (sedikit-sedikit) dan marjinal.
c) Bagi tiap alternatif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang
mendasar saja yang akan dievaluasi.
d) Redefinisi secara teratur masalah-masalah yang dihadapi.
Pertimbangan pada analisis sarana (cara)-tujuan dan tujuan-
sarana (cara) sehingga masalah lebih dapat ditanggulangi.
e) Kenyataan bahwa tidak ada keputusan atau cara
pemecahan yang benar-benar tepat bagi tiap masalah.
Keputusan yang baik terletak pada keyakinan dan
kesepakatan yang ada.
f) Pembuatan keputusan inkremental pada hakekatnya bersifat
perbaikan-perbaikan kecil dan diarahkan pada perbaikan
ketidaksempurnaan keputusan yang ada sebelumnya
(modifikasi).
11
g) Keputusan inkremental dapat mengurangi resiko dan biaya
yang ditimbulkan oleh suasana ketidakpastian yang ada.
h) Karakteristik dari inkrementalisme adalah bahwa keputusan
terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil dan karenanya
tidak terlalu jauh dari status quo. Keputusan diperoleh dari
hasil bargaining yang melelahkan dan persuasif melalui
perdebatan ataupun negosiasi.
Pandangan inkremental adalah model pembuatan
keputusan yang membuahkan hasil yang terbatas, praktis dan
dapat diterima. Pada prinsipnya setiap pengambil keputusan
seringkali bersikap pragmatis, yaitu tidak selalu berusaha
menemukan satu-satunya cara yang terbaik untuk pemecahan
masalah, namun selalu berusaha menemukan cara pemecahan
masalah yang mungkin dapat dilaksanakan.
3) Model Campuran (Mixed Scanning Model)
Model ini timbul berdasarkan pada analisis kelebihan dan
kekurangan dari model rasional komprehensif dan inkremantal.
Model ini mendasarkan aplikasi pembuatan kebijakan dengan
menggunakan kedua model secara fleksibel tergantung dari
masalah dan konteks yang dihadapi. 4) Dalam kondisi yang
menuntut kebijakan berdimensi luas ke depan, model rasional
komprehensif akan dipakai, sedang jika membutuhkan kebijakan
yang meningkat secara bertahap menggunakan model
inkremental.
12
Pendekatan rasional komprehensif diperlukan untuk
mendapatkan keputusan-keputusan dasar dan strategis,
sedangkan untuk keputusan-keputusan operasional di lapangan
digunakan pendekatan inkremental. 5) Menurut teori yang
dikembangkan oleh Amitai Etzioni, tiap-tiap elemen dalam mixed
scanning dapat saling membantu mengurangi kekurangan pihak
yang lain. Inkrementalis mengurangi aspek yang tidak realistik
pada rasionalisme, sebaliknya rasionalisme mengurangi
keputusan cepat yang konservatif dari inkrementalisme dengan
melakukan eksplorasi dari berbagai alternatif.
d. Proses Pengambilan Keputusan / Kebijakan
Pengambilan keputusan merupakan salah satu kegiatan
yang paling dasar dalam aktivitas manajemen yang dapat
ditemukan pada setiap jenjang organisasi formal (bahkan juga
informal). Pengambilan keputusan juga selalu ada pada tiap-tiap
proses manajemen, antara lain dalam proses penetapan tujuan,
perencanaan, organizing, controlling, staffing, directing dan
supervising.
Batasan proses pengambilan keputusan adalah suatu
proses dengan melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
dilakukan dengan sengaja dalam penentuan atau pemilihan (pilihan)
akhir dari berbagai alternatif yang tersedia. 5)
Sebagai suatu proses, pengambilan keputusan disusun
melalui 4 tahapan atau phase, yaitu : 5)
13
1) Intelligence Phase, tahap ini didasarkan pada :
a) Latar belakang sejarah dan trend atau kecenderungannya
b) Perlaku orang lain dan atau organisasi
c) Rencana dan tujuan yang dimiliki
d) Harapan
e) Kebutuhan pengambil keputusan dan tata nilai yang diyakini.
2) Design Phase / Design of Alternative Phase
Tahap ini meliputi kegiatan-kegiatan antara lain :
a) Pencarian alternatif
b) Memodifikasi alternatif
c) Membuat pola / desain alternatif yang dibutuhkan
3) Selection Phase
Tahap ini meliputi kegiatan memilih atau menentukan suatu
alternatif tertentu dari berbagai alternatif yang ada. Pada tahap
ini pengambil keputusan harus mengevaluasi tiap-tiap alternatif
yang ada dengan menentukan beberapa kriteria :
a) Keuntungan / profit yang diperoleh.
b) Biaya / cost yang dikeluarkan
c) Kualitas produk / hasil yang ada.
4) Implementation Phase
Tahap akhir dalam proses pengambilan keputusan adalah tahap
pelaksanaan. Keberhasilan dan kesuksesan dalam pengambilan
keputusan tidak dipengaruhi oleh alternatif yang dipilih, tetapi
lebih pada bagaimana efektivitas dari pilihan tersebut
14
diimplementasikan. Ada 2 pengaruh dasar dalam kesuksesan
pengambilan keputusan yaitu :
a) Kualitas Keputusan
Merujuk pada adekuat atau tidak suatu keputusan dalam
mempengaruhi / memecahkan masalah yang ada.
b) Implementasi Keputusan
Lebih menekankan pada aktivitas dalam menerapkan
keputusan sehingga keputusan-keputusan tersebut dapat
“bekerja” dengan baik. Beberapa isu krusial yang
berhubungan dengan fase implementasi antara lain :
(a) Kewenangan yang berlaku.
(b) Komitmen tertentu yang terjamin pada semua level atau
tingkatan manajer.
(c) Waktu pelaksanaan.
Menurut William N. Dunn ada 5 komponen dalam suatu
proses pembuatan kebijakan yang juga merupakan komponen
proses pengambilan keputusan yaitu :5) Penentuan masalah,
Penentuan alternative, Tindakan / action, Hasil Keputusan dan Pola
Pelaksanaan (performance).
Dari kelima komponen tersebut, dapat disimpulkan secara
praktis pada skema di bawah ini : 5)
15
Skema 1 : Proses Pengambilan Keputusan oleh William N Dunn.
Oleh Dunn juga dijelaskan antara komponen (1) dan (2)
terdapat metode perkiraan / forecasting, yang berarti bahwa untuk
memecahkan masalah perlu menggunakan metode perkiraan yang
akan menghasilkan alternatif keputusan untuk memecahkan
masalah. Antara komponen (2) dan (3) digunakan metode
rekomendasi untuk memilih suatu alternatif terbaik yang dianggap
sebagai suatu keputusan. Antara (3) dan (4) diperlukan metode
pemantauan / monitoring yang cermat untuk mengetahui apakah
suatu keputusan yang diimplementasikan tersebut sudah tepat atau
tidak. Antara (4) dan (5) atau kembali pada (2) perlu diadakan
evaluasi dengan menggunakan cara dan teknik yang tepat. Bila
FEED-BACK HASIL EVALUASI
PROBLEM STRUCTURING
PRACTICAL INFERENCE / KESIMPULAN PRAKTIS
4HASIL
KEPUTUSAN
5POLA
PELAKSANAAN
2PENENTUAN ALTERNATIF
16
1PENENTUAN
MASALAH
3TINDAKAN
METODEREKOMENDA
SI
METODE MONITORING
METODEFORECASTIN
GMETODE EVALUASI
hasil evaluasi menunjukkan ketidakberhasilan implementasi yang
terpilih, maka dilakukan proses kembali ke komponen (2) untuk
mencari alternatif lainnya.
B. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
perencanaan kebijakan. Kesuksesan implementasi sangat dipengaruhi oleh
bagaimana sebuah desain kebijakan mampu merumuskan secara
komprehensif aspek pelaksanaan sekaligus metode evaluasi yang akan
dilaksanakan. 4) Pemahaman ini harus ditekankan agar dalam pelaksaanaan
dan evaluasi kebijakan nantinya akan terjadi suatu aliran proses yang
mengalir dan setidak-tidaknya dapat dievaluasi secara baik pada akhir
prosesnya. Oleh karena itu tugas seorang analis atau penasehat kebijakan
publik juga termasuk menyediakan identifikasi berbagai hal yang ditemui
pada tahap implementasi, problem-problem yang ditemui, dan juga strategi
apa yang mungkin dilakukan sehingga implementasi kebijakan dapat berjalan
dengan baik. 4)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan baik itu dari internal maupun eksternal. Menurut Howlet dan
Ramesh (1995, hal. 154-155) dalam bukunya Badjuri dan Yuwono,
menyatakan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh : 4)
1. Pangkal tolak permasalahan
Bila pangkal tolak permasalahan jelas, maka implementasi kebijakan
publik akan berjalan dengan lancar. Artinya bahwa dengan mengenali
apakah pangkal tolak itu berdomain sosial, politik, ekonomi, atau
17
kebudayaan akan lebih memudahkan pelaksanan kebijakan dalam
melaksanakan kebijakan tersebut.
2. Tingkat keakutan masalah yang dihadapi Pemerintah
Semakin akut persoalan yang dihadapi sebuah kebijakan, maka akan
membutuhkan waktu penyelesaian yang semakin lama dan pengorbanan
sumber daya yang semakin banyak.
3. Ukuran kelompok yang ditargetkan
Semakin kecil targeted groups yang dituju dari sebuah kebijakan publik,
tentunya akan semakin mudah dikelola dari pada kelompok target yang
besar dan mempunyai ruang lingkup yang luas.
4. Dampak perilaku yang diharapkan
Jika dampak yang diinginkan semata-mata kuantitatif, maka akan lebih
mudah menanganinya dari pada jika dampak yang diinginkan berdimensi
kualitatif yang membutuhkan waktu yang lama.
Selain beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi di atas, juga ada kondisi-kondisi yang mempengaruhi
kesuksesan implementasi sebuah kebijakan publik. Dalam bukunya Badjuri
dan Yuwono (Turner & Hulme 1997, Bridgman & Davis 2000, Alm, Aten &
Bahl 2001, Yuwono 2001b) menyatakan bahwa ada beberapa kondisi yang
mempengaruhi kesuksesan sebuah implementasi kebijakan yaitu : 4)
1. Ada tidaknya keterbatasan-keterbatasan eksternal yang parah,
maksudnya jika terdapat penolakan yang besar dari kalangan eksternal
organisasi publik, maka jelas implementasi kebijakan akan gagal. Oleh
karena itu diperlukan sebuah upaya konstruktif agar konstrain-konstrain
eksternal dapat diminimalisir.
18
2. Ketersediaan waktu dan sumber daya yang cukup. Jika implementasi
kebijakan tidak didukung dengan waktu dan sumber daya (manusia dan
uang) yang cukup, maka tidak banyak berharap akan berhasilnya
implementasi sebuah kebijakan.
3. Adanya dukungan berbagai kombinasi sumber daya yang cukup dalam
setiap tahap implementasi kebijakan. Artinya adanya kontinuitas
dukungan sumber daya dalam setiap tahap implementasi yang
dipersiapkan secara baik dan matang.
4. Analisis kausalitas akan banyak mempengaruhi keberhasilan dalam
implementasi sebuah kebijakan.
5. Perlunya sebuah lembaga koordinator yang diperlukan untuk lebih
dominan mengelola tahapan-tahapan implementasi kebijakan. Jika tidak
ada lembaga koordinator, maka jelas tidak ada mekanisme akuntabilitas
dan kontinuitas yang berkesinambungan dari sebuah proses
implementasi kebijakan publik.
6. Pada tahap awal implementasi, harus ada kejelasan dan kesepakatan
mengenai tujuan dan sasaran. Ini sangat penting agar terjadi kejelasan
dan kesatupaduan gerak dan langkah dari masing-masing lembaga yang
terlibat.
7. Adanya pembagian kerja yang jelas dalam tiap tahap implementasi,
sehingga menghasilkan kejelasan hak dan tanggung jawab dari masing-
masing lembaga pelaksana.
8. Adanya koordinasi, komunikasi dan kerja sama yang baik antar lembaga
pelaksana kebijakan.
19
9. Adanya kepatuhan terhadap kesepakatan dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam koordinasi implementasi. Hal ini sangat berkaitan
dengan konsistensi dan komitmen antara apa yang tertulis dan apa yang
dilaksanakan dalam tahapan implementasi kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryoputro, Antono, dr, MPH. Modul Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Undip, Semarang, 2004
2. Kehelai, Williem dan Andres, Michael. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris. 1993
3. Ratna, Lusia, SH, MKes. Modul Administrasi dan Kebijakan kesehatan FKM Undip, Semarang, 2004
4. Yuwono, Teguh dan Badjuri Abdulkahar. Kebijakan Publik konsep dan strategi, Undip Semarang, cetakan II, 2003
5. Sriatmi, Ayun, Dra, Mkes. Hand-Out Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan FKM Undip, Semarang, 2003.
20