lapsus mata winda
TRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien (Autoanamnesis tanggal 24 mei 2013)
Nama : Tn.S
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Mandiangin rt.05
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : S1
Agama : Islam
1.2 Anamnesis
1.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluh terdapat benjolan pada mata kanan yang terasa semakin
membesar sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh mata sebelah
kanan pasien terasa nyeri dan merah akibat tertusuk ranting kayu karet. Namun
pada saat itu pandangan masih jelas. Semakin lama pasien mengeluh pandangan
terasa kabur pada mata sebelah kanan, dan pada mata tersebut timbul benjolan
berwarna putih sebesar ujung jarum pentul yang terasa mengganjal dan tidak
nyaman sehingga pasien mengucek matanya.Selain itu os juga mengeleh silau jika
terkena sinar lampu atau cahaya matahari.
Pasien akhirnya memutuskan untuk berobat ke rumah sakit dan akhirnya
pasien dirawat inap. Pada saat dirawat keluhan nyeri sudah mulai berkurang dan
benjolan di mata sebelah kanan ukurannya sedikit berkurang. Karena pasien
merasa baikan pasien memutuskan untuk pulang dan dirawat di rumah. Pasien
mengaku di rumah dilakukan perwatan pada matanya dengan memberikan obat
tetes mata dan obat minum, verban mata diganti sehari sekali.
1
Setelah seminggu pulang dari rumah sakit, pasien kembali kontrol ke
dokter spesialis mata, dan pada saat kontrol keadaan mata pasien sudah membaik.
Namun ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit benjolan tersebut semakin mebesar,
dan akhirnya pasien memutuskan berobat ke RSUD Rd.Mattaher Jambi.
1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Operasi mata disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat penggunaan obat-obatan dalam waktu yang lama disangkal
1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga mengalami keluhan yang sama
1.2.5 Riwayat Gizi
Baik
1.2.6 Keadaan Sosial Ekonomi
Baik
1.2.7 Penyakit Sistemis
Tractus Respiratorius : Tidak ada keluhan
Tractus Digestivus : Tidak ada keluhan
Cardio Vascular : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
Kulit : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
Gigi dan Mulut : Tidak ada keluhan
1.3 Pemeriksaan Fisik
2
1.3.1 Status Oftalmologikus
I. PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSI
OD OS
Visus 1/300 6/6
II. MUSCLE BALANCE
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
Pergerakan bola mata Ke segala arah
Versi baik, Duksi baik
Ke segala arah
Versi baik, Duksi baik
III. PEMERIKSAAN EXTERNAL
Supersilia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Palpebra: Superior
Inferior
Hiperemi (-), edema
(-), nyeri (-)
Hiperemi (-), edema
(-), nyeri (-)
Hiperemi (-), edema (-),
nyeri (-)
Hiperemi (-), edema (-),
nyeri (-)
Konjungtiva tarsal
superior
Konjungtiva tarsal inferior
Konjungtiva bulbi
Papil (-), folikel (-),
litiasis (-)
Papil (-), folikel (-)
Injeksi silier (+),
injeksi konjungtiva
Papil (-), folikel (-),
litiasis(-)
Papil (-), folikel (-)
Injeksi silier (-), injeksi
3
(+), sekret (-) konjungtiva (-), sekret
(-)
Sklera Warna putih,
perdarahan (-), Ikterik
(-)
Warna putih, perdarahan
(-), ikterik (-)
Kornea Jernih, infiltrat(-)
sikatrik(-),
descematocele (+)
edema (-)
Jernih, Infiltrat(-) ,
sikatrik(-) ulkus(-), edema
(-)
Bilik mata depan Sedang Sedang
Iris Kripta jelas, Atrofi (-),
sinekia (-)
Kripta jelas, Atrofi (-),
sinekia (-)
Pupil Isokor, 3 mm,
refleks cahaya (+)
Isokor, 3 mm,
refleks cahaya (+)
Lensa
Jernih Jernih
IV. PEMERIKSAAN SLIT LAMP
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Palpebra Superior
Palpebra inferior
Hiperemi (-), edema
(-), nyeri (-)
Hiperemi (-), edema
(-), nyeri (-)
Hiperemi (-), edema (-),
nyeri (-)
Hiperemi (-), edema (-),
nyeri (-)
Konjungtiva:
Tarsus superior
Tarsus inferior
Bulbi
Papil (-), folikel (-),
litiasis (-)
Papil (-), folikel (-)
Litiasis (-)
Injeksi silier (+),
injeksi konjungtiva
Papil (-), folikel (-), litiasis
(-)
Papil (-), folikel (-)
Litiasis (-)
Injeksi silier (-), injeksi
4
(+), sekret (-) konjungtiva (-), sekret (-)
Kornea Jernih, infiltrate (-),
descematocele (+) di
regio parasentral arah
jam 5
Jernih, Infiltrat (-),
ulkus (-), edema (-)
Sclera Warna putih,
perdarahan(-)
Warna putih, perdarahan (-)
Bilik mata depan Sedang Sedang
Iris Atrofi (-), sinekia (-) Atrofi (-), sinekia (-)
Pupil Isokor, 3 mm,
refleks cahaya (+)
Isokor, 3 mm,
refleks cahaya (+)
Lensa Jernih Jernih
V. PEMERIKSAAN TONOMETRI
Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Digital Tidak dilakukan Normal
VI. PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VII. VISUAL FIELD
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VIII. PEMERIKSAAN PADA KEADAAN MIDRIASIS
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
1.3.2 Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 56 kg
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : Afebris
5
Pernafasan : 22 x/menit
1.4 Diagnosis Banding
1. Ulkus Kornea dengan Descemetocele
2. Keratitis
3. Uveitis anterior
1.5 Diagnosa Kerja
Ulkus Kornea dengan Descemetocele OD
1.6 Anjuran Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Gram
2. Pemeriksaan KOH
3. Pemeriksaan kultur dan sensitisasi
1.7 Penatalaksanaan
Membersihkan mata dari sekret dan kotoran mata dan benda asing,
lalu menutup mata yang sakit dengan kassa steril
IVFD RL 20gtt/i
Injeksi simexim 2 x 1 gr
Metilprednisolone 2 x 1 mg
Sulfas Atropin 1% ED 3 x 1 gtt OD
Tobradex ED 4 x 1 gtt OD
Vigamox ED 4 x1 gtt OD
1.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Bola mata berbentuk hampir bulat dengan diameter anteroposterior sekiar
24 mm. Terdapat 6 otot penggerak bola mat dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak didaerah temporal atas didalam rongga orbita.1 Bola mata dibagian depan
(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk
dengan 2 kelengkungan yang berbeda mata mempunyai reseptor khusus untuk
mengenali perubahan sinar dan warna. Secara keseluruhan struktur mata terdiri
dari bola mata, termasuk otot-otot penggerak bola mata, rongga tempat mata
berada, kelopak dan bulu mata.1,2
Gambar 2.1 Anatomi Bola Mata
Bola mata di bungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu: 1,2
1. Sklera merupakan jaringan ikat kenyal memberikan bentuk pada mata,dan
bagian luar yang melindungi bola mata. Bagian depan disebut kornea yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda
7
paksa di sebut juga perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris,
badan sillier dan koroid.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang mempunyai susunan 10 lapis.
Retina dapat terlepas dari koroid yang disebut Ablasio retina.
2.1.1 KORNEA
Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke sklera dilimbus, lekuk melingkar
pada persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea memiliki diameter
horizontal 11-12 mm dan berkurang menjadi 9-11 mm secara vertikal oleh adanya
limbus. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65
mm di tepi. Kornea memiliki tiga fungsi utama: 2
Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan lapisan air mata
prekornea.
Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan dan absorbsi.
Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu
penampilan optikal.
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang terdiri
atas:2,3
1. Epitel
- Tebalnya 50 um, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda mi terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng. Sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
8
- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membrana Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membrana Descemet
- Membrane aselular; merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan
sel endotel dan merupakan membran basalnya.
- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.
5. Endotel
9
- Berasal dari mesotehum, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um.
Endotel melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan
zonula okluden.
Gambar 2.2. Anatomi kornea
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrana Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.
Kornea bersifat avaskuler, mendapat nutrisi secara difus dari humor aqous
dan dari tepi kapiler. Bagian sentral dari kornea menerima oksigen secara tidak
langsung dari udara, melalui oksigen yang larut dalam lapisan air mata, sedangkan
bagian perifer menerima oksigen secara difus dari pembuluh darah siliaris
anterior. 2,3
10
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya
dan deturgensinya.2,3
2.2 Ulkus Kornea
Berbagai keluhan bisa terjadi pada kornea termasuk terbentuknya
ulkus/tukak kornea. Ulkus tersebut bisa terdapat pada sentral kornea dan
berpengaruh sekali pada visus atau bisa terdapat di tepi kornea dan tidak terlalu
berpengaruh pada visus. Ulkus dapat terjadi dari berbagai macam kondisi seperti
benda asing seperti sepotong rumput, pasir atau lumpur yang masuk kedalam
mata, kekurangan produksi air mata dan kegagalan palpebra menutup sempurna
pada saat tidur. Penyakit ini pada umumnya dapat menyebabkan penurunan
penglihatan sehingga mengganggu kualitas kehidupan. Pada beberapa kasus ulkus
kornea dapat menimbulkan gejala sisa, misalnya tebentuknya jaringan parut yang
mengganggu fungsi penglihatan.4
2.3 Etiologi1
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke
dalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskuler dan
membrane Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme,
seperti bakteri, amuba dan jamur.
Streptococcus pneumonia (pneumokokus) adalah bakteri pathogen kornea
sejati, pathogen lain memerlukan inoculum yang berat atau hospes yang lemah
(mis defisiensi imun) agar dapat menimbulkan infeksi.
Moraxella liquefaciens yang terutama terdapat pada peminum alcohol
adalah contoh klasik oportunisme bakteri dan dalam tahun-tahun belakangan ini
11
sejumlah oportunis kornea baru telah ditemukan. Diantaranya adalah Serratia
marcescens, kompleks Mycibacterium fortuitum-chelonei, Streptococcus viridans,
Staphilococcus epidermidis, dan berbagai organisme coliform dan Proteus, selain
virus dan jamur.
Kortikosteroid topical dan sistemik akan mengubah reaksi imun hospes
dengan berbagai cara dan memungkinkan organisme oportunistik masuk dan
tumbuh dengan subur.
2.4 Patogenesis2
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan
pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada
kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada
stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea.
Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel
plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan
permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi,
peradangan dan terjadilah ulkus kornea. Ulkus kornea dapat menyebar ke
permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi peradangan yang hebat,
tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin dari peradangan kornea dapat
sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui membrana Descemet, endotel
kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan
badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan
terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak
mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra okuler
dapat menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam,
tetapi tidak mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana
tersebut yang disebut Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan hanya di
permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan tidak
12
meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir
dengan terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti
awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula
yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma yaitu bercak
putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh.
Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan terjadinya perforasi.
Adanya perforasi membahayakan mata oleh karena timbul hubungan langsung
dari bagian dalam mata dengan dunia luar sehingga kuman dapat masuk ke dalam
mata dan menyebabkan timbulnya endoftalmitis, panoftalmitis dan berakhir
dengan ptisis bulbi.
Dengan terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris
mengikuti gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang
perforasi dan disebut sinekia anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui
lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang menyumbat fistel. Pada
waktunya adanya perforasi tekanan intraokuler menurun. Oleh karena timbul
peradangan dari iris dan badan siliar, maka cairan COA mengandung fibrin dan
fibrin ini menutup fistel dan tekanan intraokular menaik lagi. Dengan naiknya
tekanan intraokular, fibrin yang menutup fistel terlepas kembali dan fistel pun
terbuka. Jadi fistel hilang timbul berganti-ganti sampai terbentuknya jaringan
parut di kornea. Karena itulah pada adanya fistel pada ulkus kornea setelah
pemberian fluresin pada bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan
fibrinnya dari fistel sehingga cairan COA dapat mengalir keluar melalui fistel,
seperti air mancur pada tempat ulkus pada fistel tersebut.
Gambar 2.3 Ulkus Kornea dengan Descemetocele
13
2.5 Macam-macam Ulkus Kornea1,5,6,7
Ulkus kornea dibedakan menjadi dua berdasarkan letaknya yaitu ulkus kornea
sentral dan marginal.
1. Ulkus kornea sentral meliputi:
a. Ulkus kornea oleh bakteri
Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada
faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah :
Streptokokok pneumonia
Streptokokok alfa hemolitik
Pseudomonas aeroginosa
Klebaiella Pneumonia
Spesies Moraksella
Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri
patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular,
sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea
normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah :
o Stafilokukkus epidermidis
o Streptokokok Beta Hemolitik
o Proteus
14
Gambar 2.4 Ulkus Kornea infeksi oleh bakteri
a) Ulkus Kornea Pneumokokus
b) Ulkus kornea Pseuomonas aeroginosa
c) Ulkus kornea yang kecil yang disebabkan oleh infeksi
Staphylococcus, akibat penggunaan kontak lensa.
d) Ulkus kornea berat yang disebabkan oleh infeksi
Pseudomonas pyocyaneus
e) Ulkus kornea disebabkan oleh infeksi Staphylococcus.
Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok
Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus
kornea antara lain :
o Streptokok pneumonia (pneumokok)
o Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik0
o Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)
o Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)
Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat
pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh
15
stafilokokus dan pseudomonas. Ulkus oleh streptokokus viridans lebih sering
ditemukan mungkin disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal
saluran pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes
walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain,
kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis
didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya. Gambaran Klinis Ulkus
kornea oleh bakteri Streptokokus : Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk
cakram dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok
pneumonia. Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi
subkonjungtiva dan intra vena
Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus
Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies
stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus
Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea
sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi (toksik). Infeksi ulkus kornea
oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor pencetus
sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak
yang telah lama digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri
Stafilokokkus : pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati
secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan
infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu
reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan
disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.
Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas
Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas
bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat
aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein.
16
Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea
cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam
kosmetika, cairan fluoresein, cairan lensa kontak. Gambaran Klinis Ulkus kornea
oleh bakteri pseudomonas : biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral
kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma.
Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi
kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.
Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal,
subkonjungtiva serta intra vena.
b. Ulkus kornea oleh virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila
pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform
bila mengalami nekrosis di bagian sentral.
c. Ulkus kornea oleh jamur
Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, beberapa penyebabnya antara
lain:
o Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama
atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang
o Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang
disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang
terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda
atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan
jamur yang berada di lingkungan hidup.
o Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik,
maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.
Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan
sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada
17
manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing. Aspergilus juga
terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik, selain keratitis
aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis
orbita, infeksi saluran lakrimal. Kandida adalah jamur yang paling oportunistik
karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor
pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis
herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid. Pengobatannya dengan
pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat
anti jamur yang spesifik.
Gambar 2.5 Ulkus Kornea oleh infeksi fungi
2. Ulkus marginal
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk
bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat
daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada
orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat
juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh
Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat
dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan
pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan
fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat
atau ulkus yang sejajar dengan limbus. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid
topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika
diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan
18
toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif. Pembagian
ulkus marginal dibedakan menjadi 3 :
Ulkus cincin : merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh
lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.
Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit
disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini
bersifat rekuren. Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
Ulkus kataral simplek : letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna
abu-abu dengan sumbu terpanjang tukak sejajar dengan limbus. Diantara
infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepinya terlihat bagian yang
bening. Terjadi ada pasien lanjut usia. Pengobatan dengan memberikan
antibiotik, steroid dan vitamin.
Ulkus Mooren : merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian
perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan
untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung
dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama.
Tukak ini berhenti jika seluruh permukaan kornea terkenai. Penyebabnya
adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan degan steroid,
radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan
keratoplasti.
2.6 Gejala Klinis1
Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi,
tergantung dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu
nyeri yang ekstrim oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea
memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit
dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.
Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan
berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan terutama jika
19
letaknya di sentral. Fotopobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris
beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang
disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea.
2.7 Diagnosis
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan ulkus kornea
tergantung pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan
yang terjadi. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis adalah:
1. Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang
dikeluhkan oleh pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur,
silau jika melihat cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali ialah
adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya
penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka
panjang.
2. Pemeriksaan fisis
1. Visus
Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh
karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang
masuk ke dalam media refrakta.
2. Slit lamp
- Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan
pada kornea, terutama pada ulkus tipe sentral.
- Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun
perikornea.
3. Pemeriksaan penunjang
a.Tes fluoresein
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea.
Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau
20
menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru
menunjukkan daerah yang intak).
b.Pewarnaan gram dan KOH
Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.
c.Kultur dan Sensitifitas
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada
beberapa kasus.
2.8 Penatalaksanaan2
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasanya timbul pada orang-orang dengan keadaan
umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan
makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian
roboronsia yang mengandung vitamin A, B kompleks, dan C.
2. Terhadap keadaan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang, harus lekas dihilangkan. Erosi
kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diperbaiki dengan sebaik-
baiknya. Konjungtivitis, dakriosititis, harus diobati dengan baik. Pada mata harus
diberikan sulfas atropine sebagai salep atau larutan atau skopolamin sebagai
midriatika. Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerjanya lama 1-2
minggu.
Efek kerja sulfas atropine
1. Sedatif, menghilangkan rasa sakit
2. Dekongestif menurunkan tanda radang
3. Menyebabkan paralise M. siliaris dan M. konstriktor pupil menyebabkan
mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan
istirahat
4. Dengan lumpuhnya M.konstriktor pupil terjadi midriasi sehingga sinekhia
posterior yang sudah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan
sinekhia posterior yang baru.
Untuk menghilangkan rasa sakit dapat diberikan tetes pantokain atau
21
tetrakain tetapi jangan diberikan sering-sering. Antibiotik yang sesuai kuman
penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes atau
suntikan konjungtiva.
Mata harus ditutup dengan kassa steril, untuk mengurangi rangsangan dan
memberikan kehangatan supaya luka cepat sembuh.Tetapi bila terdapat ulkus
superfisial yang diseratai dengan pembentukan secret yang banyak, jangan dibalut
karena ulkus dapat mendalam. Kalau hendak memberikan kompres hangat, untuk
mempercepat proses penyembuhan, harus dilakukan dengan hati-hati, karena
kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Untuk menghindari terjadinya penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1. Kauterisasi
a. dengan zat kimia (iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
triklosetat
b. dengan panas (heat cauterisasion) memakai elektrokauter atau
thermophore.
2. Pengerokan epitel yang sakit dengan spatel atau kuret kalazion.
Parasentesa dilakukan jika pengobatan dengan obat-obatan tidak menunjukkan
perbaikan, dengan maksud mengganti cairan COA yang lama dengan yang
baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka dapat cepat
sembuh.
Amniotic Membrane tranplantaion (AMT)8
Dengan menggunakan graft amnion membrane ini dapat membantu
penyembuhan rekonstruksi kojungtiva, defek sel epitel, dan ulkus pada lapisan
stroma
2.9 Komplikasi
Ulkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea
walaupun jarang. Jaringan parut kornea dapat berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan parsial maupun kompleks juga dapat terjadi, glaukoma
dan katarak. Endoftalmitis, penipisan kornea yang akan menjadi decematocele,
perforasi, uveitis, sinekia anterior, sinekia posterior, glaucoma dan katarak juga
22
bisa menjadi salah satu komplikasi dari penyakit ini
2.10 Prognosis
Prognosis dari ulkus kornea tergantung dari cepat lambatnya pasien
mendapat pengobatan, jenis mikroorganisme penyebab, dan adanya penyulit
maupun komplikasi. Ulkus kornea dapat diperbaiki dengan pengobatan yang
sesuai.9
23
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki berumur 40 tahun, datang ke RSUD Rd.Mattaher dengan
keluhan utama pasien mengeluh terdapat benjolan pada mata kanan yang terasa
semakin membesar sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien
juga mengeluh nyeri, mata merah dan pandangan terasa kabur pada mata sebelah
kanan
Berdasarkan keluhan utama dari penderita, yaitu adanya penurunan
penglihatan disertai dengan nyeri dan mata merah, maka dapat dipikirkan
kemungkinan adanya ulkus kornea, keratitis, uveitis anterior.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, terdapat riwayat trauma pada
mata dan mata penderita yang mengalami trauma tersebut menjadi kabur, merah,
nyeri. Penderita juga mengeluh adanya benjolan yang semakin besar pada mata
sebelah kanan yang seperti mata lalat. Diagnosa yang sangat memungkinkan pada
kasus ini adalah ulkus kornea dengan descemetocele.
Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrim oleh karena paparan
terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan
lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat oleh
gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai
sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan
berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan terutama jika
letaknya di sentral.
Kemungkinan uveitis anterior pada pasien ini juga dapat disingkirkan
karena pada penderita ini ditemukan adanya gambaran tukak di kornea selain itu
pada pemeriksaan oftalmologi tidak ditemukan adanya flare pada COA, dan
sinekhia yang menunjukkan bahwa ini adalah bukan suatu uveitis anterior.
Kelainan pada kornea seperti ini menunjukkan adanya suatu inflamasi dan infeksi
pada kornea.
Kemungkinan diagnosis keratitis dapat disingkirkan karena tidak
ditemukan adanya infiltrasi sel radang pada kornea, ijneksi perikornea dan rasa
24
nyeri yang timbul ringan pada kasus keratitis
Diagnosa ulkus kornea ini dapat ditegakkan karena ditemukan adanya
penurunan visus disertai dengan mata yang merah, silau, berair, dan adanya secret.
Adanya riwayat trauma sebelumnya, semakin memperjelas kemungkinan suatu
ulkus. Pada pemeriksaan oftalmologis, ditemukan adanya mix injeksi serta adanya
descematocele sebagai komplikasi dari ulkus kornea. Untuk menentukan
penyebab dari ulkus, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pewarnaan gram,KOH, kultur dan sensitifitas.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah membersihkan mata dari sekret
dan kotoran mata dan benda asing, lalu menutup mata yang sakit dengan kassa
steril untuk mengurangi rangsangan agar luka cepat sembuh. Obat lain yang
diberikan adalah simexin secara sistemik sebagai antibiotik dan topical diberkan
tobradex dan vigamox untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain itu juga
diberikan metilprednisolone sistemik dan untuk topical diberkan tobradex yang
selain mengandung tobramycin sebagai antibiotic juga terdapat dexamethasone
sebagai kortikosteroid yang berfungsi untuk mengurangi proses peradangan.
Sulgfas atropine juga diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan tanda radang
yang terjadi pada mata pasien ini.
Prognosis penderita ini, quo ad vitam bonam, karena tanda-tanda vitalnya
masih dalam batas normal, sedangkan quo ad functionam dubia ad malam karena
walaupun dengan pengobatan yang tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh,
namun meninggalkan bekas berupa sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan
tajam penglihatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury
Taylor, Eva Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2007. Hal: 129-43.
2. Wijana N. Ilmu penyakit mata. Cetakan ke -6. 1993.
3. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit mata
Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2008. Hal.l-13
4. Suwono, W. ulkus Kornea. 2007, Maret 22. Cermin Dunia Kedokteran.
Available:
http://www.medicastore.co.id/files/cdk/files/06Ulkuskornea10.pdf
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Glaukoma Dalam Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-
2. Jakarta: Sagung Seto.2002.hal. 131-37
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.2005.hal.85-91
7. Ilyas S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.2010.hal.113-20
8. Tseng SCG. Amniotic Membrane Transplantation for Ocular Surface
Reconstruction [online] [cited 2012 June 14]; Available from: URL:
http://eyewiki.aao.org/Amniotic_Membrane_Transplant
9. Mills TJ,W, Chiang W et.al. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis.
[online]. [cited 2012 June 14]; Available from: URL:
http://www.emedicine.com/oph/topic115. htm
26