lapsus mata winda

38
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 Identitas Pasien (Autoanamnesis tanggal 24 mei 2013) Nama : Tn.S Umur : 40 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl.Mandiangin rt.05 Pekerjaan : Swasta Pendidikan : S1 Agama : Islam 1.2 Anamnesis 1.2.1 Keluhan Utama Pasien mengeluh terdapat benjolan pada mata kanan yang terasa semakin membesar sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit. 1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang ± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh mata sebelah kanan pasien terasa nyeri dan merah akibat tertusuk ranting kayu karet. Namun pada saat itu pandangan masih jelas. Semakin lama pasien mengeluh pandangan terasa kabur pada mata sebelah kanan, dan pada mata tersebut timbul benjolan berwarna 1

Upload: tomi-atmadirja

Post on 03-Jan-2016

85 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Mata Winda

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien (Autoanamnesis tanggal 24 mei 2013)

Nama : Tn.S

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl.Mandiangin rt.05

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : S1

Agama : Islam

1.2 Anamnesis

1.2.1 Keluhan Utama

Pasien mengeluh terdapat benjolan pada mata kanan yang terasa semakin

membesar sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit.

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh mata sebelah

kanan pasien terasa nyeri dan merah akibat tertusuk ranting kayu karet. Namun

pada saat itu pandangan masih jelas. Semakin lama pasien mengeluh pandangan

terasa kabur pada mata sebelah kanan, dan pada mata tersebut timbul benjolan

berwarna putih sebesar ujung jarum pentul yang terasa mengganjal dan tidak

nyaman sehingga pasien mengucek matanya.Selain itu os juga mengeleh silau jika

terkena sinar lampu atau cahaya matahari.

Pasien akhirnya memutuskan untuk berobat ke rumah sakit dan akhirnya

pasien dirawat inap. Pada saat dirawat keluhan nyeri sudah mulai berkurang dan

benjolan di mata sebelah kanan ukurannya sedikit berkurang. Karena pasien

merasa baikan pasien memutuskan untuk pulang dan dirawat di rumah. Pasien

mengaku di rumah dilakukan perwatan pada matanya dengan memberikan obat

tetes mata dan obat minum, verban mata diganti sehari sekali.

1

Page 2: Lapsus Mata Winda

Setelah seminggu pulang dari rumah sakit, pasien kembali kontrol ke

dokter spesialis mata, dan pada saat kontrol keadaan mata pasien sudah membaik.

Namun ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit benjolan tersebut semakin mebesar,

dan akhirnya pasien memutuskan berobat ke RSUD Rd.Mattaher Jambi.

1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Operasi mata disangkal

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat penggunaan obat-obatan dalam waktu yang lama disangkal

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga mengalami keluhan yang sama

1.2.5 Riwayat Gizi

Baik

1.2.6 Keadaan Sosial Ekonomi

Baik

1.2.7 Penyakit Sistemis

Tractus Respiratorius : Tidak ada keluhan

Tractus Digestivus : Tidak ada keluhan

Cardio Vascular : Tidak ada keluhan

Endokrin : Tidak ada keluhan

Neurologi : Tidak ada keluhan

Kulit : Tidak ada keluhan

THT : Tidak ada keluhan

Gigi dan Mulut : Tidak ada keluhan

1.3 Pemeriksaan Fisik

2

Page 3: Lapsus Mata Winda

1.3.1 Status Oftalmologikus

I. PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSI

OD OS

Visus 1/300 6/6

II. MUSCLE BALANCE

Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata Ke segala arah

Versi baik, Duksi baik

Ke segala arah

Versi baik, Duksi baik

III. PEMERIKSAAN EXTERNAL

Supersilia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra: Superior

Inferior

Hiperemi (-), edema

(-), nyeri (-)

Hiperemi (-), edema

(-), nyeri (-)

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

Konjungtiva tarsal

superior

Konjungtiva tarsal inferior

Konjungtiva bulbi

Papil (-), folikel (-),

litiasis (-)

Papil (-), folikel (-)

Injeksi silier (+),

injeksi konjungtiva

Papil (-), folikel (-),

litiasis(-)

Papil (-), folikel (-)

Injeksi silier (-), injeksi

3

Page 4: Lapsus Mata Winda

(+), sekret (-) konjungtiva (-), sekret

(-)

Sklera Warna putih,

perdarahan (-), Ikterik

(-)

Warna putih, perdarahan

(-), ikterik (-)

Kornea Jernih, infiltrat(-)

sikatrik(-),

descematocele (+)

edema (-)

Jernih, Infiltrat(-) ,

sikatrik(-) ulkus(-), edema

(-)

Bilik mata depan Sedang Sedang

Iris Kripta jelas, Atrofi (-),

sinekia (-)

Kripta jelas, Atrofi (-),

sinekia (-)

Pupil Isokor, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Isokor, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Lensa

Jernih Jernih

IV. PEMERIKSAAN SLIT LAMP

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra Superior

Palpebra inferior

Hiperemi (-), edema

(-), nyeri (-)

Hiperemi (-), edema

(-), nyeri (-)

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

Hiperemi (-), edema (-),

nyeri (-)

Konjungtiva:

Tarsus superior

Tarsus inferior

Bulbi

Papil (-), folikel (-),

litiasis (-)

Papil (-), folikel (-)

Litiasis (-)

Injeksi silier (+),

injeksi konjungtiva

Papil (-), folikel (-), litiasis

(-)

Papil (-), folikel (-)

Litiasis (-)

Injeksi silier (-), injeksi

4

Page 5: Lapsus Mata Winda

(+), sekret (-) konjungtiva (-), sekret (-)

Kornea Jernih, infiltrate (-),

descematocele (+) di

regio parasentral arah

jam 5

Jernih, Infiltrat (-),

ulkus (-), edema (-)

Sclera Warna putih,

perdarahan(-)

Warna putih, perdarahan (-)

Bilik mata depan Sedang Sedang

Iris Atrofi (-), sinekia (-) Atrofi (-), sinekia (-)

Pupil Isokor, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Isokor, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Lensa Jernih Jernih

V. PEMERIKSAAN TONOMETRI

Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Digital Tidak dilakukan Normal

VI. PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

VII. VISUAL FIELD

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

VIII. PEMERIKSAAN PADA KEADAAN MIDRIASIS

Tidak dilakukan Tidak dilakukan

1.3.2 Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 56 kg

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : Afebris

5

Page 6: Lapsus Mata Winda

Pernafasan : 22 x/menit

1.4 Diagnosis Banding

1. Ulkus Kornea dengan Descemetocele

2. Keratitis

3. Uveitis anterior

1.5 Diagnosa Kerja

Ulkus Kornea dengan Descemetocele OD

1.6 Anjuran Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Gram

2. Pemeriksaan KOH

3. Pemeriksaan kultur dan sensitisasi

1.7 Penatalaksanaan

Membersihkan mata dari sekret dan kotoran mata dan benda asing,

lalu menutup mata yang sakit dengan kassa steril

IVFD RL 20gtt/i

Injeksi simexim 2 x 1 gr

Metilprednisolone 2 x 1 mg

Sulfas Atropin 1% ED 3 x 1 gtt OD

Tobradex ED 4 x 1 gtt OD

Vigamox ED 4 x1 gtt OD

1.8 Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

6

Page 7: Lapsus Mata Winda

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Bola mata berbentuk hampir bulat dengan diameter anteroposterior sekiar

24 mm. Terdapat 6 otot penggerak bola mat dan terdapat kelenjar lakrimal yang

terletak didaerah temporal atas didalam rongga orbita.1 Bola mata dibagian depan

(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk

dengan 2 kelengkungan yang berbeda mata mempunyai reseptor khusus untuk

mengenali perubahan sinar dan warna. Secara keseluruhan struktur mata terdiri

dari bola mata, termasuk otot-otot penggerak bola mata, rongga tempat mata

berada, kelopak dan bulu mata.1,2

Gambar 2.1 Anatomi Bola Mata

Bola mata di bungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu: 1,2

1. Sklera merupakan jaringan ikat kenyal memberikan bentuk pada mata,dan

bagian luar yang melindungi bola mata. Bagian depan disebut kornea yang

memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi

oleh ruang yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda

7

Page 8: Lapsus Mata Winda

paksa di sebut juga perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris,

badan sillier dan koroid.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang mempunyai susunan 10 lapis.

Retina dapat terlepas dari koroid yang disebut Ablasio retina.

2.1.1 KORNEA

Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola

mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke sklera dilimbus, lekuk melingkar

pada persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea memiliki diameter

horizontal 11-12 mm dan berkurang menjadi 9-11 mm secara vertikal oleh adanya

limbus. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65

mm di tepi. Kornea memiliki tiga fungsi utama: 2

Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan lapisan air mata

prekornea.

Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan dan absorbsi.

Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu

penampilan optikal.

Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang terdiri

atas:2,3

1. Epitel

- Tebalnya 50 um, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang

saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda mi terdorong ke

depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel

gepeng. Sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel

polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini

menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan

barrier.

8

Page 9: Lapsus Mata Winda

- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.

Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

- Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membrana Bowman

- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen

yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan

stroma.

- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma

- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu

dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di

bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat

kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.

keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak

di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar

dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membrana Descemet

- Membrane aselular; merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan

sel endotel dan merupakan membran basalnya.

- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.

5. Endotel

9

Page 10: Lapsus Mata Winda

- Berasal dari mesotehum, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um.

Endotel melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan

zonula okluden.

Gambar 2.2. Anatomi kornea

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf

siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,

masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrana Bowman melepaskan

selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis

terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di

daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi

dalam waktu 3 bulan.

Kornea bersifat avaskuler, mendapat nutrisi secara difus dari humor aqous

dan dari tepi kapiler. Bagian sentral dari kornea menerima oksigen secara tidak

langsung dari udara, melalui oksigen yang larut dalam lapisan air mata, sedangkan

bagian perifer menerima oksigen secara difus dari pembuluh darah siliaris

anterior. 2,3

10

Page 11: Lapsus Mata Winda

Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem

pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema

kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola

mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40

dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya

dan deturgensinya.2,3

2.2 Ulkus Kornea

Berbagai keluhan bisa terjadi pada kornea termasuk terbentuknya

ulkus/tukak kornea. Ulkus tersebut bisa terdapat pada sentral kornea dan

berpengaruh sekali pada visus atau bisa terdapat di tepi kornea dan tidak terlalu

berpengaruh pada visus. Ulkus dapat terjadi dari berbagai macam kondisi seperti

benda asing seperti sepotong rumput, pasir atau lumpur yang masuk kedalam

mata, kekurangan produksi air mata dan kegagalan palpebra menutup sempurna

pada saat tidur. Penyakit ini pada umumnya dapat menyebabkan penurunan

penglihatan sehingga mengganggu kualitas kehidupan. Pada beberapa kasus ulkus

kornea dapat menimbulkan gejala sisa, misalnya tebentuknya jaringan parut yang

mengganggu fungsi penglihatan.4

2.3 Etiologi1

Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke

dalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskuler dan

membrane Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme,

seperti bakteri, amuba dan jamur.

Streptococcus pneumonia (pneumokokus) adalah bakteri pathogen kornea

sejati, pathogen lain memerlukan inoculum yang berat atau hospes yang lemah

(mis defisiensi imun) agar dapat menimbulkan infeksi.

Moraxella liquefaciens yang terutama terdapat pada peminum alcohol

adalah contoh klasik oportunisme bakteri dan dalam tahun-tahun belakangan ini

11

Page 12: Lapsus Mata Winda

sejumlah oportunis kornea baru telah ditemukan. Diantaranya adalah Serratia

marcescens, kompleks Mycibacterium fortuitum-chelonei, Streptococcus viridans,

Staphilococcus epidermidis, dan berbagai organisme coliform dan Proteus, selain

virus dan jamur.

Kortikosteroid topical dan sistemik akan mengubah reaksi imun hospes

dengan berbagai cara dan memungkinkan organisme oportunistik masuk dan

tumbuh dengan subur.

2.4 Patogenesis2

Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan

pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang

mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada

kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada

stroma kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi

pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea.

Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel

plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang

tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan

permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi,

peradangan dan terjadilah ulkus kornea. Ulkus kornea dapat menyebar ke

permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi peradangan yang hebat,

tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin dari peradangan kornea dapat

sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui membrana Descemet, endotel

kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan

badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan

terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini steril, tidak

mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra okuler

dapat menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus mendalam,

tetapi tidak mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana

tersebut yang disebut Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan hanya di

permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan tidak

12

Page 13: Lapsus Mata Winda

meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir

dengan terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti

awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula

yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma yaitu bercak

putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh.

Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan terjadinya perforasi.

Adanya perforasi membahayakan mata oleh karena timbul hubungan langsung

dari bagian dalam mata dengan dunia luar sehingga kuman dapat masuk ke dalam

mata dan menyebabkan timbulnya endoftalmitis, panoftalmitis dan berakhir

dengan ptisis bulbi.

Dengan terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris

mengikuti gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang

perforasi dan disebut sinekia anterior atau iris dapat menonjol ke luar melalui

lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang menyumbat fistel. Pada

waktunya adanya perforasi tekanan intraokuler menurun. Oleh karena timbul

peradangan dari iris dan badan siliar, maka cairan COA mengandung fibrin dan

fibrin ini menutup fistel dan tekanan intraokular menaik lagi. Dengan naiknya

tekanan intraokular, fibrin yang menutup fistel terlepas kembali dan fistel pun

terbuka. Jadi fistel hilang timbul berganti-ganti sampai terbentuknya jaringan

parut di kornea. Karena itulah pada adanya fistel pada ulkus kornea setelah

pemberian fluresin pada bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan

fibrinnya dari fistel sehingga cairan COA dapat mengalir keluar melalui fistel,

seperti air mancur pada tempat ulkus pada fistel tersebut.

Gambar 2.3 Ulkus Kornea dengan Descemetocele

13

Page 14: Lapsus Mata Winda

2.5 Macam-macam Ulkus Kornea1,5,6,7

Ulkus kornea dibedakan menjadi dua berdasarkan letaknya yaitu ulkus kornea

sentral dan marginal.

1. Ulkus kornea sentral meliputi:

a. Ulkus kornea oleh bakteri

Bakteri yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada

faktor pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah :

Streptokokok pneumonia

Streptokokok alfa hemolitik

Pseudomonas aeroginosa

Klebaiella Pneumonia

Spesies Moraksella

Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah bakteri

patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata, kulit, periokular,

sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada keadaan sistem barier kornea

normal tidak menimbulkan infeksi. Bakteri pada kelompok ini adalah :

o Stafilokukkus epidermidis

o Streptokokok Beta Hemolitik

o Proteus

14

Page 15: Lapsus Mata Winda

Gambar 2.4 Ulkus Kornea infeksi oleh bakteri

a) Ulkus Kornea Pneumokokus

b) Ulkus kornea Pseuomonas aeroginosa

c) Ulkus kornea yang kecil yang disebabkan oleh infeksi

Staphylococcus,   akibat penggunaan kontak lensa.

d) Ulkus kornea berat yang disebabkan oleh infeksi

Pseudomonas pyocyaneus

e) Ulkus kornea disebabkan oleh infeksi Staphylococcus.

Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokok

Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus

kornea antara lain :

o Streptokok pneumonia (pneumokok)

o Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik0

o Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)

o Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)

Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat

pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak digantikan oleh

15

Page 16: Lapsus Mata Winda

stafilokokus dan pseudomonas. Ulkus oleh streptokokus viridans lebih sering

ditemukan mungkin disebabkan karena pneumokok adalah penghuni flora normal

saluran pernafasan, sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes

walaupun seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain,

kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok faecalis

didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya. Gambaran Klinis Ulkus

kornea oleh bakteri Streptokokus : Ulkus berwarna kuning keabu-abuan, berbetuk

cakram dengan tepi ulkus menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan

menyebabkan perforasi kornea, karen aeksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok

pneumonia. Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes, injeksi

subkonjungtiva dan intra vena

Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus

Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari 3 spesies

stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi oleh Stafilokokus

Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk : infeksi ulkus kornea

sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus alergi (toksik). Infeksi ulkus kornea

oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila ada faktor pencetus

sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak

yang telah lama digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri

Stafilokokkus : pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan

disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak diobati

secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema stroma dan

infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali indolen yaitu

reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea marginal biasanya bebas kuman dan

disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.

Ulkus kornea oleh bakteri Pseudomonas

Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas

bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas bersifat

aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat sintesis protein.

16

Page 17: Lapsus Mata Winda

Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus pseudomonas jaringan kornea

cepat hancur dan mengalami kerusakan. Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam

kosmetika, cairan fluoresein, cairan lensa kontak. Gambaran Klinis Ulkus kornea

oleh bakteri pseudomonas : biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral

kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma.

Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi

kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.

Pengobatan : gentamisin, tobramisin, karbesilin yang diberikan secara lokal,

subkonjungtiva serta intra vena.

b. Ulkus kornea oleh virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk

khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila

pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform

bila mengalami nekrosis di bagian sentral.

c. Ulkus kornea oleh jamur

Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, beberapa penyebabnya antara

lain:

o Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu yang lama

atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang

o Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu trauma yang

disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon atau binatang yang

terbang mengindikasikan bahwa jamur terinokulasi di kornea oleh benda

atau binatang yang melukai kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan

jamur yang berada di lingkungan hidup.

o Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang beriklim tropik,

maka faktor ekologi ikut memberikan kontribusi.

Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana, ditanah, di udara dan

sampah organik. Keduanya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada

17

Page 18: Lapsus Mata Winda

manusia dapat diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing. Aspergilus juga

terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik, selain keratitis

aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen dan endogen, selulitis

orbita, infeksi saluran lakrimal. Kandida adalah jamur yang paling oportunistik

karena tidak mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai faktor

pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca keratoplasti, keratitis

herpes simpleks dengan pemakaian kortikosteroid. Pengobatannya dengan

pemberian obat anti jamur dengan spektrum luas, apabila memungkinkan

dilakukan pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih obat

anti jamur yang spesifik.

Gambar 2.5 Ulkus Kornea oleh infeksi fungi

2. Ulkus marginal

Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk

bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan terdapat

daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat ditemukan pada

orang tua dan sering dihubungkan dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat

juga terjadi ebrsama-sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh

Moraxella, basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat

dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ; penglihatan

pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan

fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat

atau ulkus yang sejajar dengan limbus. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid

topikal akan sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika

diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan

18

Page 19: Lapsus Mata Winda

toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang efektif. Pembagian

ulkus marginal dibedakan menjadi 3 :

Ulkus cincin : merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh

lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.

Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama penyakit

disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini

bersifat rekuren. Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.

Ulkus kataral simplek : letak ulkus peifer yang tidak dalam ini berwarna

abu-abu dengan sumbu terpanjang tukak sejajar dengan limbus. Diantara

infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepinya terlihat bagian yang

bening. Terjadi ada pasien lanjut usia. Pengobatan dengan memberikan

antibiotik, steroid dan vitamin.

Ulkus Mooren : merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian

perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan

untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung

dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama.

Tukak ini berhenti jika seluruh permukaan kornea terkenai. Penyebabnya

adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun.

Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan degan steroid,

radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva, keratektomi dan

keratoplasti.

2.6 Gejala Klinis1

Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi,

tergantung dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu

nyeri yang ekstrim oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea

memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit

dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra

superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.

Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan

berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan terutama jika

19

Page 20: Lapsus Mata Winda

letaknya di sentral. Fotopobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris

beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang

disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea.

2.7 Diagnosis

Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisis, dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan ulkus kornea

tergantung pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan

yang terjadi. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu

penegakan diagnosis adalah:

1. Anamnesis

Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang

dikeluhkan oleh pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur,

silau jika melihat cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali ialah

adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya

penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka

panjang.

2. Pemeriksaan fisis

1. Visus

Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh

karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang

masuk ke dalam media refrakta.

2. Slit lamp

- Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan

pada kornea, terutama pada ulkus tipe sentral.

- Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun

perikornea.

3. Pemeriksaan penunjang

a.Tes fluoresein

Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea.

Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau

20

Page 21: Lapsus Mata Winda

menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru

menunjukkan daerah yang intak).

b.Pewarnaan gram dan KOH

Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.

c.Kultur dan Sensitifitas

Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada

beberapa kasus.

2.8 Penatalaksanaan2

1. Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasanya timbul pada orang-orang dengan keadaan

umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan

makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian

roboronsia yang mengandung vitamin A, B kompleks, dan C.

2. Terhadap keadaan lokal

Benda asing dan bahan yang merangsang, harus lekas dihilangkan. Erosi

kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diperbaiki dengan sebaik-

baiknya. Konjungtivitis, dakriosititis, harus diobati dengan baik. Pada mata harus

diberikan sulfas atropine sebagai salep atau larutan atau skopolamin sebagai

midriatika. Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerjanya lama 1-2

minggu.

Efek kerja sulfas atropine

1. Sedatif, menghilangkan rasa sakit

2. Dekongestif menurunkan tanda radang

3. Menyebabkan paralise M. siliaris dan M. konstriktor pupil menyebabkan

mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan

istirahat

4. Dengan lumpuhnya M.konstriktor pupil terjadi midriasi sehingga sinekhia

posterior yang sudah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan

sinekhia posterior yang baru.

Untuk menghilangkan rasa sakit dapat diberikan tetes pantokain atau

21

Page 22: Lapsus Mata Winda

tetrakain tetapi jangan diberikan sering-sering. Antibiotik yang sesuai kuman

penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes atau

suntikan konjungtiva.

Mata harus ditutup dengan kassa steril, untuk mengurangi rangsangan dan

memberikan kehangatan supaya luka cepat sembuh.Tetapi bila terdapat ulkus

superfisial yang diseratai dengan pembentukan secret yang banyak, jangan dibalut

karena ulkus dapat mendalam. Kalau hendak memberikan kompres hangat, untuk

mempercepat proses penyembuhan, harus dilakukan dengan hati-hati, karena

kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

Untuk menghindari terjadinya penjalaran ulkus dapat dilakukan :

1. Kauterisasi

a. dengan zat kimia (iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni

triklosetat

b. dengan panas (heat cauterisasion) memakai elektrokauter atau

thermophore.

2. Pengerokan epitel yang sakit dengan spatel atau kuret kalazion.

Parasentesa dilakukan jika pengobatan dengan obat-obatan tidak menunjukkan

perbaikan, dengan maksud mengganti cairan COA yang lama dengan yang

baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan luka dapat cepat

sembuh.

Amniotic Membrane tranplantaion (AMT)8

Dengan menggunakan graft amnion membrane ini dapat membantu

penyembuhan rekonstruksi kojungtiva, defek sel epitel, dan ulkus pada lapisan

stroma

2.9 Komplikasi

Ulkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea

walaupun jarang. Jaringan parut kornea dapat berkembang yang pada akhirnya

menyebabkan penurunan parsial maupun kompleks juga dapat terjadi, glaukoma

dan katarak. Endoftalmitis, penipisan kornea yang akan menjadi decematocele,

perforasi, uveitis, sinekia anterior, sinekia posterior, glaucoma dan katarak juga

22

Page 23: Lapsus Mata Winda

bisa menjadi salah satu komplikasi dari penyakit ini

2.10 Prognosis

Prognosis dari ulkus kornea tergantung dari cepat lambatnya pasien

mendapat pengobatan, jenis mikroorganisme penyebab, dan adanya penyulit

maupun komplikasi. Ulkus kornea dapat diperbaiki dengan pengobatan yang

sesuai.9

23

Page 24: Lapsus Mata Winda

BAB III

PEMBAHASAN

Seorang laki-laki berumur 40 tahun, datang ke RSUD Rd.Mattaher dengan

keluhan utama pasien mengeluh terdapat benjolan pada mata kanan yang terasa

semakin membesar sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien

juga mengeluh nyeri, mata merah dan pandangan terasa kabur pada mata sebelah

kanan

Berdasarkan keluhan utama dari penderita, yaitu adanya penurunan

penglihatan disertai dengan nyeri dan mata merah, maka dapat dipikirkan

kemungkinan adanya ulkus kornea, keratitis, uveitis anterior.

Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, terdapat riwayat trauma pada

mata dan mata penderita yang mengalami trauma tersebut menjadi kabur, merah,

nyeri. Penderita juga mengeluh adanya benjolan yang semakin besar pada mata

sebelah kanan yang seperti mata lalat. Diagnosa yang sangat memungkinkan pada

kasus ini adalah ulkus kornea dengan descemetocele.

Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang ekstrim oleh karena paparan

terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan

lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit ini diperhebat oleh

gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai

sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan

berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan terutama jika

letaknya di sentral.

Kemungkinan uveitis anterior pada pasien ini juga dapat disingkirkan

karena pada penderita ini ditemukan adanya gambaran tukak di kornea selain itu

pada pemeriksaan oftalmologi tidak ditemukan adanya flare pada COA, dan

sinekhia yang menunjukkan bahwa ini adalah bukan suatu uveitis anterior.

Kelainan pada kornea seperti ini menunjukkan adanya suatu inflamasi dan infeksi

pada kornea.

Kemungkinan diagnosis keratitis dapat disingkirkan karena tidak

ditemukan adanya infiltrasi sel radang pada kornea, ijneksi perikornea dan rasa

24

Page 25: Lapsus Mata Winda

nyeri yang timbul ringan pada kasus keratitis

Diagnosa ulkus kornea ini dapat ditegakkan karena ditemukan adanya

penurunan visus disertai dengan mata yang merah, silau, berair, dan adanya secret.

Adanya riwayat trauma sebelumnya, semakin memperjelas kemungkinan suatu

ulkus. Pada pemeriksaan oftalmologis, ditemukan adanya mix injeksi serta adanya

descematocele sebagai komplikasi dari ulkus kornea. Untuk menentukan

penyebab dari ulkus, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti

pewarnaan gram,KOH, kultur dan sensitifitas.

Penatalaksanaan pada pasien ini adalah membersihkan mata dari sekret

dan kotoran mata dan benda asing, lalu menutup mata yang sakit dengan kassa

steril untuk mengurangi rangsangan agar luka cepat sembuh. Obat lain yang

diberikan adalah simexin secara sistemik sebagai antibiotik dan topical diberkan

tobradex dan vigamox untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain itu juga

diberikan metilprednisolone sistemik dan untuk topical diberkan tobradex yang

selain mengandung tobramycin sebagai antibiotic juga terdapat dexamethasone

sebagai kortikosteroid yang berfungsi untuk mengurangi proses peradangan.

Sulgfas atropine juga diberikan untuk mengurangi rasa sakit dan tanda radang

yang terjadi pada mata pasien ini.

Prognosis penderita ini, quo ad vitam bonam, karena tanda-tanda vitalnya

masih dalam batas normal, sedangkan quo ad functionam dubia ad malam karena

walaupun dengan pengobatan yang tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh,

namun meninggalkan bekas berupa sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan

tajam penglihatan.

25

Page 26: Lapsus Mata Winda

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury

Taylor, Eva Paul Riordan. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2007. Hal: 129-43.

2. Wijana N. Ilmu penyakit mata. Cetakan ke -6. 1993.

3. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit mata

Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2008. Hal.l-13

4. Suwono, W. ulkus Kornea. 2007, Maret 22. Cermin Dunia Kedokteran.

Available:

http://www.medicastore.co.id/files/cdk/files/06Ulkuskornea10.pdf

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Glaukoma Dalam Ilmu

Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-

2. Jakarta: Sagung Seto.2002.hal. 131-37

6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.2005.hal.85-91

7. Ilyas S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.2010.hal.113-20

8. Tseng SCG. Amniotic Membrane Transplantation for Ocular Surface

Reconstruction [online] [cited 2012 June 14]; Available from: URL:

http://eyewiki.aao.org/Amniotic_Membrane_Transplant

9. Mills TJ,W, Chiang W et.al. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis.

[online]. [cited 2012 June 14]; Available from: URL:

http://www.emedicine.com/oph/topic115. htm

26