lapsus mata nova

37
LAPORAN KASUS KATARAK Oleh : BAIQ NOVALIA AGUSTRI RATNA SARI 09.06.0006 Dosen Pembimbing : Dr. IKN GERADANTA,Sp.M DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK DI BAGIAN/SMF MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM [Type text] Page 1

Upload: made044

Post on 11-Jul-2016

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

baiq

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

KATARAK

Oleh :

BAIQ NOVALIA AGUSTRI RATNA SARI

09.06.0006

Dosen Pembimbing :

Dr. IKN GERADANTA,Sp.M

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK

DI BAGIAN/SMF MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2016

[Type text] Page 1

LATAR BELAKANG

Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera

lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata

sering disebut jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya,

banyak faktor yang menyebabkan gangguan pada mata hingga menimbulkan

kebutaan.Buta berdasarkan orang awam adalah kondisi tidak bisa melihat sesuatu

apapun yang ada dihadapannya. Tetapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bila seseorang hanya dapat melihat atau

menghitung jari dengan jarak kurang dari 3 meter (<3/60) maka ia sudah dikatakan

buta.

Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Katarak adalah keburaman atau

kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Saat

kekeruhan terjadi, maka terjadi pula kerusakan penglihatan (Engram, 2000).

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat

dicegah. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat

disebabkan oleh berbagi hal,seperti kelainan bawaan, kecacatan, keracunan obat,

tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral,

walaupun kecepatan perkembangan pada masing-masing mata jarang sama.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh

dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta

orang menderita kebutaan. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya berada di negara

berkembang dan sepertiganya berada di Asia tenggara. Di Indonesia, jumlah

penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16%

diantaranya diderita usia produktif.Angka kejadian katarak 0,78% dan angka

pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Usia merupakan

penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut katarak senilis. Dengan

meningkatnya derajat kesehatan dan usia harapan hidup maka katarak senilis pun

meningkat. Hampir 100% orang akan mengalami katarak terutama katarak yang

terkait usia. Secara statistik, usia timbulnya katarak mulai diatas usia 45 tahun dan

[Type text] Page 2

semakin banyak usia diatas 60 tahun. Katarak memang tidak dapat dicegah, akan

tetapi juga dapat diobati.

Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan

apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu

pekerjaan sehari-hari, atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma

dan uveitis. Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara

definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya 10% pasien

mugkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya glaukoma, ablasio

retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke

arah kamera interior) yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraokular dan lensa

kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih

mudah, dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang tebal.

[Type text] Page 3

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 60 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Karang Baru Selatan,Selaparang

Masuk R.S : 29 Maret 2016

Rumah Sakit : RSUD Kota Mataram

II. ANAMNESIS

Riwayat penyakit sekarang :

a. Keluhan utama: Penglihatan kabur

b. Onset: ± 1 tahun

c. Lokasi: mata kanan dan kiri

d. Keluhan penyerta: mata terasa perih dan berair

e. Kuantitas: terus menerus

f. Kualitas: mengganggu pekerjaan

g. Kronologis:Pasien datang ke poli mata RSUD Kota Mataram dengan

keluhan penglihatan kabur sejak satu tahun yang lalu. Keluhan disertai dengan

rasa perih pada mata dan kadang berair. Namun penglihatan kabur sekarang

sudah agak berkurang. Sebelumnya pasien sering datang ke poli mata untuk

mengontrol matanya, dan pasien dikatakan oleh dokter spesialis mata menderita

katarak pada kedua matanya. Dokter menyarankan operasi,tapi pasien tidak

bersedia. Akhirnya dokter memberikan obat.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mengaku tidak pernah mengalami trauma pada mata

Riwayat penggunaan kaca mata (-)

Riwayat penyakit sistemik: kencing manis (-), darah tinggi (-)

[Type text] Page 4

Riwayat operasi: tidak pernah operasi katarak sebelumnya

Pasien didiagnosa oleh dokter spesialis mata menderita katarak pada

mata kanan dan kiri dan dianjurkan untuk operasi mata katarak

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien menderita glaukoma,katarak.

Riwayat sosial ekonomi :

Pasien seorang ibu rumah tangga.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Pasien :

Kesadaran : Composmentis /E4V5M6

Keadaan Umum : Sedang

Status gizi : Cukup

Vital Sign :

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 84x/menit, reguller

Pernapasan : 16x/menit,

Suhu : 36,5˚C

No Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri

Visus

-UCVA

-BCVA

20/25 ph tetap 20/50 ph 20/40

Lapang Pandang Normal Normal

Gerak bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Palpebra superior

Edema

Hiperemi

Papil

Enteropion

-

-

Normal

-

Normal

-

-

Normal

-

Normal

[Type text] Page 5

Silia

Pseudoptosis

Sikatriks

-

-

-

-

Palpebra inferior

Silia

Trikiasis

Hiperemi

Edema

Normal

-

-

-

Normal

-

-

-

Konjungtiva palpebra

Superior

Inferior

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Konjungtiva bulbi

Injeksi konjungtiva

Injeksi silier

-

-

-

-

Kornea Edema kornea(-)

Keruh (+)

Edema kornea(-)

Keruh (+)

Bilik mata depan Dalam Dalam

Iris Warna coklat

Kripte jelas

Warna coklat

Kripte jelas

Pupil

Bentuk

Refleks (langsung)

Refleks (tidak

langsung)

Bulat

(+)

(+)

Bulat

(+)

(+)

Lensa Iris shadow (+),keruh Iris shadow (+),keruh

TIO (palpasi)

Tonometri Schiotz

Normal

-

Normal

-

Funduskopi - -

IV. DIAGNOSIS

[Type text] Page 6

Diagnosis kerja: Katarak senilis imatur ODS

V. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

Funduskopi

VI. TERAPI

Lenticular 4x1

VII. RENCANA TINDAKAN

Operasi katarak

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Anatomi lensa

[Type text] Page 7

Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa

memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan

posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior

10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan

ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa

135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun (Khurana,

2007).

Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior

iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di

sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal

yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata (Lang, 2000). Lensa tidak

memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di

tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat

zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang

mengelilingi lensa secara sirkular (Khurana, 2007).

Embriologi Lensa

Pada bulan pertama kehamilan permukaan ektoderm berinvaginasi ke

vesikel optik primitif yang terdiri atas neuroektoderm. Struktur ektoderm murni

ini akan berdiferensiasi menjadi tiga struktur, yakni serat geometrik sentral lensa,

[Type text] Page 8

permukaan anterior sel epithel, dan kapsul hyalin aselular. Arah pertumbuhan

struktur epithel yang normal adalah sentrifugal. Sel yang telah berkembang

sempurna akan bermigrasi ke permukaan dan mengelupas. Pertumbuhan serat

lensa primer membentuk nukleus embrionik. Di bagian ekuator, sel epithel akan

berdiferensiasi menjadi serat lensa dan membentuk nukleus fetus. Serat sekunder

yang baru ini akan menggantikan serat primer ke arah pertengahan lensa.

Pembentukan nukleus fetus yang mendekati nukleus embrionik akan sempurna

saat lahir. Laju pertumbuhan lensa fetus adalah 180 mg/tahun. Lensa fetus

berbentuk bulat sempurna (Lang, 2000).

Pertumbuhan Lensa

Lensa akan terus tumbuh dan membentuk serat lensa seumur hidup, tidak

ada sel yang mati ataupun terbuang karena lensa ditutupi oleh kapsul lensa.

Pembentukan serat lensa pada ekuator, yang akan terus berlanjut seumur hidup,

membentuk nukleus infantil selama dekade pertama dan kedua kehidupan serta

membentuk nukleus dewasa selama dekade ketiga. Arah pertumbuhan lensa yang

telah berkembang berlawanan dengan arah pertumbuhan embriologinya. Sel yang

termuda akan selalu berada di permukaan dan sel yang paling tua berada di pusat

lensa. Laju pertumbuhan lensa adalah 1,3 mg/tahun antara usia 10-90 tahun

(Khurana, 2007).

Histologi Lensa

Secara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama:

1. Kapsul lensa

Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 μm), homogen, refraktil, dan

kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel. Kapsul ini

merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan terutama terdiri atas

kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator (14

μm) dan paling tipis pada kutub posterior (3 μm). Kapsul lensa bersifat

semipermeabel, artinya sebagian zat dapat melewati lensa dan sebagian lagi tidak.

2. Epitel subkapsular

[Type text] Page 9

Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada

permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan

berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan

membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan

terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di ekuator lensa. Sel-sel

epitel ini memiliki banyak interdigitasi dengan serat-serat lensa.

3. Serat lensa

Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan

gepeng. Serat ini merupakan sel-sel yang sangat terdiferensiasi dan berasal dari

sel-sel subkapsular. Serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan

menjadi sangat panjang. Sel-sel ini berisikan sekelompok protein yang disebut

kristalin.

Histologi Lensa (Sumber: Junqueira, 2003)

Lensa ditahan di tempatnya oleh sekelompok serat yang tersusun radial

yang disebut zonula, yang satu sisinya tertanam di kapsul lensa dan sisi lainnya

pada badan siliar. Serat zonula serupa dengan miofibril serat elastin. Sistem ini

penting untuk proses akomodasi, yang dapat memfokuskan objek dekat dan jauh

dengan mengubah kecembungan lensa. Bila mata sedang istirahat atau

memandang objek yang jauh, lensa tetap diregangkan oleh zonula pada bidang

yang tegak lurus terhadap sumbu optik. Bila melihat dekat, muskulus siliaris akan

[Type text] Page 10

berkontraksi, dan koroid beserta badan siliar akan tertarik ke depan. Ketegangan

yang dihasilkan zonula akan berkurang dan lensa menebal sehingga fokus objek

dapat dipertahankan (Junqueira dan Carneiro, 2004).

Fungsi Lensa

Lensa adalah salah satu dari media refraktif terpenting yang berfungsi

memfokuskan cahaya masuk ke mata agar tepat jatuh di retina. Lensa memiliki

kekuatan sebesar 10-20 dioptri tergantung dari kuat lemahnya akomodasi.

B. Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi

akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009).

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.Biasanya

terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak

kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,

penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,

pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis

anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).

Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan

lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman

penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara

normal transparan terurai dan mengalami koagulasi.

Sedangkan menurut Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan

kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa,

denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua

mata dan berjalan progresif.

Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya

transparan dan dilalui cahaya menuju retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal

sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

C. Klasifikasi

[Type text] Page 11

Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan morfologis dan berdasarkan

permulaan terjadinya katarak.

1. Klasifikasi berdasarkan morfologis

Berdasarkan morfologisnya, katarak dapat dibagi atas:

a. Katarak kapsular, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa, dapat

berupa katarak kapsular anterior dan katarak kapsular posterior. Katarak

kapsular dapat disebabkan oleh usia, uveitis yang berhubungan dengan

sinekia posterior, obat-obatan, radiasi, dan trauma.

b. Katarak subkapsular, adalah katarak yang melibatkan bagian superfisial

korteks atau tepat di bawah kapsul lensa dapat berupa katarak subkapsular

anterior dan katarak subkapsular posterior. Katarak subkapsular posterior

dapat terjadi akibat usia, radiasi, konsumsi steroid, diabetes, myopia berat

dan degenerasi retina. Katarak subkapsular posterior dapat terjadi bersamaan

dengan katarak subkapsular posterior dan dapat disebabkan oleh jejas lokal,

iritasi, uveitis dan radiasi.

c. Katarak kortikal, adalah katarak yang melibatkan korteks lensa dan

merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak kortikal disebabkan

oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal kurang padat dibandingkan nukleus

sehingga lebih mudah menjadi sangat terhidrasi akibat ketidakseimbangan

elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke kerusakan serat korteks lensa.

d. Katarak nuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.

Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak nuklear merupakan

sklerosis normal yang berlebihan atau pengerasan dan penguningan nukleus

pada usia lanjut.

e. Katarak supranuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian korteks lensa

yang paling dalam, tepat di atas nukleus lensa.

f. Katarak polar, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa dan superfisial

korteks lensa hanya di regio polar, dapat berupa katarak polar anterior dan

[Type text] Page 12

katarak polar posterior. Katarak polar biasanya terdapat pada katarak

kongenital atau karena trauma sekunder.

g. Katarak campuran, adalah keadaan di mana lebih dari satu tipe katarak

muncul bersamaan. Pada awalnya katarak biasanya muncul sebagai satu tipe

saja tetapi akan dapat menjadi katarak gabungan ketika bagian lensa yang

lain juga mengalami degenerasi. Katarak gabungan mengindikasikan katarak

telah lanjut dan perkembangannya harus lebih diperhatikan. Pasien dengan

katarak gabungan akan memiliki gejala penurunan visus (Khurana, 2007).

2. Klasifikasi berdasarkan permulaan terjadinya katarak

Berdasarkan permulaan terjadinya, katarak dapat dibagi atas:

a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera

setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital

sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita

penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes mellitus,

hipoparatirodisme, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histopalsmosis.

Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya merupakan

penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris,

keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo

kornea. Katarak kongenital disebabkan kelainan pada pembentukan lensa

sebelum proses kelahiran. Katarak kongenital digolongkan dalam katarak

kapsulolentikular di yaitu katarak kapsular dan polaris atau katarak lentikular

yaitu katarak kortikal atau katarak nuklear. (Ilyas, 2009)

b. Katarak juvenil, adalah katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari

sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan

penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti :

a) Katarak metabolik seperti katarak diabetik, katarak galaktosemik,

katarak hopikalsemik, katarak defisiensi gizi, katarak aminoasiduria,

penyakit Wilson, dan katarak yang berhubungan dengan penyakit lain.

b) Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

[Type text] Page 13

c) Katarak traumatik

d) Katarak komplikata:

• Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma,

mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia

iridis).

• Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal),

seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).

• Katarak anoksik

• Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,

dinitrofenol, triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik,

klorpromazin, busulfan, dan besi).

• Lain-lain seperti kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai

kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial,

osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans kongenita

pungtata), dan kromosom.

• Katarak radiasi (Ilyas, 2009)

c. Katarak senil, adalah katarak semua kekeruhan lensa yang terdapat pada

usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Tipe utama pada katarak senilis adalah

katarak kortikal, katarak nuklear, dan katarak subkapsular posterior. Walaupn

katarak sering diawali oleh tipe yang murni tersebut, mereka akan matang

menjadi katarak campuran. Selanjutnya akan dibahas lebih mendetail

mengenai katarak senilis.

Jenis- jenis katarak menurut Vaughan, Dale (2000) terbagi atas :

1. Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-

satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin

kabur.

2. Katarak anak- anak

Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

[Type text] Page 14

a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.

Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun

mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit

infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.

b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan

sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma,

baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi

mata didapat, diabetes dan obat.

3. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di

lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera

setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan

humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur

lensa.

4. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular

pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior

dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular

yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau

rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.

5. Katarak akibat penyakit sistemik

Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik

berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis

atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.

6. Katarak toksik

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai

akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan

nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara

[Type text] Page 15

sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan

lensa.

7. Katarak ikutan

Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak

traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak

ekstrakapsular.

D. Epidemiologi

Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh

dunia. Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang diseluruh

dunia dan diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta orang pada tahun

2020. Hampir 20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang menderita katarak, atau

1 tiap 6 orang dengan usia di atas 40 tahun menderita katarak (American

Academy Ophthalmology, 2007).

E. Etiologi

Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya katarak bermacam-macam.

Umumnya adalah usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital

akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan

perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi kortikosteroid

metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes mellitus,

galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan

resiko katarak.

F. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,

berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.

Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,

di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan

posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna

menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di

[Type text] Page 16

anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk

katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang

dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan

penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat

menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat

jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa

normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut

lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa

suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah

enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan

pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang

berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti

diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang

normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang

memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus

diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia

dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam

terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol,

merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka

waktu lama (Smeltzer, 2002).

G. Manifestasi klinik

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien

melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan

[Type text] Page 17

fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan

penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara

keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika

lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan

dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan

kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan

dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak

kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama

bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang

lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk

menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.

Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak

akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak

lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai

mobil pada siang hari (Smeltzer, 2002).

Menurut mansjoer (2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu:

insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.

Insipiens Matur Imatur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis,Glaukoma

H. Diagnosis dan Pemeriksaan Katarak

[Type text] Page 18

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa katarak adalah:

1. Pemeriksaan tajam penglihatan

2. Iluminasi oblik

3. Test bayangan iris

4. Pemeriksaan dengan menggunakan ophthalmoskop langsung

5. Pemeriksaan dengan menggunakan slit-lamp

I. Penatalaksanaan

Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian

rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan

penyulit seperti glaukoma dan uveitis (Mansjoer, 2000). Dalam bedah katarak,

lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau

ekstrakapsular. Ekstraksi intrakapsular yang jarang lagi dilakukan saat ini adalah

mengangkat lensa in toto, yakni didalam kapsulnya melaui insisi limbus superior

140-1600. pada ekstraksi ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus superior,

bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks

lensa dibuang dari mata dengan irigasi dan aspirasi atau tanpa aspirasi sehingga

menyisakan kapsul posterior.

Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau

keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran- getaran

ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil

(2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini

kurang bermanfaat pada katarak senilis yang padat dan keuntungan insisi lumbus

yang kecil agak berkurang jika dimasukkan lensa intraokuler. Pada beberapa

tahun silam, operasi katarak ekstrakapsular telah menggantikan prosedur

intrakapsular sebagai jenis bedah katarak yang paling sering. Alasan utamanya

adalah bahwa apabila kapsul posterior utuh, ahli bedah dapat memasukkan lensa

intra okuler ke dalam kamera posterior. Insiden komplikasi pasca operasi seperti

abasio retina dan edema makula lebih kecil bila kapsul posteriornya utuh.

[Type text] Page 19

Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi

biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga,

tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati- hati dan menghindari peregangan

atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut

selama beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang

pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata.

Perlindungan pada malam hari dengan pelindung logam diperlukan selama

beberapa minggu. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah

operasi, tetapi biasanya pasien melihat dengan cukup baik melalui lensa

intraokuler sambil menantikan kacamata permanen.(Vaughan, 2000)

J. KomplikasiBila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan

uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang

menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges,2000).

Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer,2002).

[Type text] Page 20

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus pada seorang perempuan berusia 60 tahun,yang merupakan

pasien rawat jalan di poliklinik mata RSUD Kota Mataram. Dari hasil

anamnesis,pemeriksaan fisik yang diperoleh,ditegakkan diagnosis katarak senilis

imatur ODS.Penderita diberikan terapi lentikular.Dan akan di rencanakan tindakan

operasi jika terus memburuk.

[Type text] Page 21

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Perdami, Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan

Kebutaan (PGPK) Untuk Mencapai Vision 2020, 2003,1-2

http://www.Br J Ophthalmol.com//Cause of low vision and blindness on rural Indonesia,

2003, 1-8.

Vaughan DG, Asbury T. Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Edisi 14, Penerbit Widya

Medika, Jakarta. 2000, hal: 175

Epidemiologi Katarak. Ilham’s _ikm document. Available from :

http://scribd.com/doc/20283414/EPIDEMIOLOGI- KATARAK

Pratomo H, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Tanjung Balai Tahun 2004, Bagian

Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2004, hal 3, 37-41

Silalahi E, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarakdi Kabupaten Karo Tahun 2004, Bagian

Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2004, hal 3, 37-41

Hutasoit H, Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun

2008, Bagian Ilmu Penyakit Mata FK USU, Medan, 2008, hal 45-46.

American Academy of Ophthalmology. Cataract in International Ophthalmology. Section

13; 2004 – 2005. P 161-170

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2005

[Type text] Page 22

[Type text] Page 23

[Type text] Page 24