lapsus mata pterygium

Upload: vinny-silfiandhy

Post on 08-Mar-2016

306 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Ilmu kesehatan Mata

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSODS PTERIGIUM DUPLEX STADIUM IIIDENTITAS PASIEN Nama: Tn. RT Jenis Kelamin: Laki-laki Umur: 61 tahun Agama: Islam Suku/bangsa: Bugis/Indonesia Pekerjaan: Wiraswasta Alamat: Papua Tanggal Pemeriksaan: 23 November 2015 Dokter Pemeriksa: dr. NANAMNESISKU: Rasa mengganjal pada kedua mataAT: Dirasakan sejak + 8 tahun yang lalu, secara perlahan-lahan. Awalnya timbul selaput pada mata kiri, kemudian muncul pula pada mata sebelah kanan. Pasien mengeluh matanya terasa berpasir (+), mata merah (+) minimal, nyeri (+) bila terpapar angin dan matanya terasa kering, air mata berlebih (-), penglihatan kabur (-).Riwayat sering terpapar debu dan sinar matahari (+) yaitu pada saat penderita mengendarai motor tanpa menggunakan kacamata pelindung.Riwayat kebiasaa merokok (+)Riwayat memakai kaca mata sebelumnya (-).Riwayat penglihatan menurun (-)Riwayat trauma (-) Riwayat Hipertensi (-) Riwayat DM (-)

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI1. InspeksiODOS

PalpebraEdema (-)Edema (-)

SiliaSekret (-)Sekret (-)

Apparatus LakrimalisLakrimasi (-)Lakrimasi (-)

KonjungtivaHiperemis (+), tampak selaput bentuk segitiga di daerah nasal dan temporal, dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupilHiperemis (+), tampak selaput bentuk segitiga di daerah nasal dan temporal, dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupil

Bola MataNormalNormal

Mekanisme Muskular ODS OD OSKe segala arah

Ke segala arah

KorneaJernihJernih

Bilik Mata DepanKesan NormalKesan Normal

IrisCoklat, kripte (+)Coklat, kripte (+)

PupilBulat, Sentral, RC (+)Bulat, Sentral, RC (+)

LensaJernihJernih

ODOS

Gambar 1. Mata pasien1. PalpasiODOS

Tensi OkulerTnTn

Nyeri Tekan(-)(-)

Massa Tumor(-)(-)

Glandula PreAurikulerTidak Ada PembesaranTidak Ada Pembesaran

1. VisusVOD : 6/6VOS : 6/61. Tonometri TOD : 5/5,5 = 17,3 mmHg TOS : 5/5,5 = 17,3 mmHg1. Campus visual Tidak dilakukan pemeriksaan1. Color sense Tidak dilakukan pemeriksaan1. Light sense Tidak dilakukan pemeriksaan1. Penyinaran oblikODOS

KonjungtivaHiperemis (+), tampak selaput bentuk segitiga di daerah nasal, dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupilHiperemis (+), tampak selaput bentuk segitiga di daerah nasal, dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupil

KorneaJernihJernih

Bilik Mata DepanKesan NormalKesan Normal

IrisCoklat, Kripte (+)Coklat, Kripte (+)

PupilBulat, Sentral, RC (+)Bulat, Sentral, RC (+)

LensaJernihJernih

1. Oftalmoskopi8. FODS : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR 0,3, a/v : 2/3, macula : refleks fovea (+), retina perifer kesan normal.1. Slit lamp SLOD : konjungtiva hiperemis (+), kornea jernih, tampak selaput segitiga dari arah nasal, apeks melewati limbus belum mencapai pupil, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih. SLOS : konjungtiva hiperemis (+), tampak selaput segitiga (+) di nasal dan tempotal, apex melewati limbus belum mencapai pupil, kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.1. Laboratorium Tidak dilakukan pemeriksaanRESUMELaki-laki 42 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan rasa mengganjal pada kedua mata yang dialami sejak sejak + 8 tahun yang lalu, secara perlahan-lahan. Awalnya timbul selaput pada mata kiri, kemudian muncul pula pada mata sebelah kanan. Rasa mengganjal (+) disertai perih bila terkena angin, mata merah (+) minimal. Riwayat sering terpapar debu dan sinar matahari (+) yaitu pada saat penderita mengendarai motor tanpa menggunakan kacamata pelindung.Pada pemeriksaan oftalmologi, VODS : 6/6, TODS : 17,3 mmHg. Pada mata kanan ditemukan selaput segitiga di nasal dan temporal, dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupil. Pada mata kiri ditemukan selaput segitiga di nasal dan temporal, dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupil.

DIAGNOSISODS Pterigium Duplex Stadium IITERAPICendo lyteers ED ODS 4 dd 1 gttANJURANODS Eksisi Pterigium + graft konjungtiva

DISKUSIDari hasil anamnesis pada pasien ini, ditemukan keluhan rasa mengganjal pada kedua mata yang dialami sejak + 8 tahun yang lalu, secara perlahan-lahan. Awalnya timbul selaput pada mata kiri, kemudian muncul pula pada mata sebelah kanan. Rasa mengganjal (+) disertai perih bila terkena angin, mata merah (+) minimal. Riwayat sering terpapar debu dan sinar matahari (+) yaitu pada saat penderita mengendarai motor tanpa menggunakan kacamata pelindung.Pada pemeriksaan oftalmologi, VODS : 6/6, TODS : 17,3 mmHg. Pada mata kanan ditemukan selaput segitiga di nasal dan temporal, dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupil, kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kreipte (+), pupil bulat, sentral, RC (+/+) dan lensa jernih. Pada mata kiri ditemukan selaput segitiga di nasal dan temporal, dengan apeks melewati limbus, belum mencapai pupil, kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kreipte (+), pupil bulat, sentral, RC (+/+) dan lensa jernih.Berdasarkan hasil anamnesis dan hasil pemeriksaan oftalmologi tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien menderita ODS Pterigium Duplex Stadium II. Pterigium merupakan pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif, berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar ke kornea dengan puncak segitiga di kornea. Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena biasanya akan berkembang dan semakin membesar ke daerah kornea. Pterigium umumnya asimptomatis atau akan memberikan keluhan berupa mata berair dan tampak merah serta mungkin menimbulkan astigmat akibat adanya perubahan bentuk kornea akibat adanya mekanisme penarikan oleh pterigium serta terdapat pendataran dari pada meridian horizontal pada kornea. Sinar ultraviolet terutama sinar UVB beserta polutannya merupakan pencetus terjadinya inflamasi kronik sebagai penyebab pertumbuhan jaringan pterigium, selain itu kekeringan okular dan polusi lingkungan dapat berperan serta dalam progresivitas pterigium dan rekurensinyaPrinsip penanganan pterigium dibagi 2, yaitu cukup dengan pemberian obat-obatan jika pterigium masih derajat 1 dan 2, sedangkan tindakan bedah dilakukan pada pterigium yang melebihi derajat 2. Tindakan bedah juga dipertimbangkan pada pterigium derajat 1 dan 2 yang telah mengalami gangguan penglihatan. Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan bila perlu dapat diberi steroid. Pemakaian air mata artifisial ini diperlukan untuk membasahi permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada lapisan air mataUmumnya pterigium bertumbuh secara perlahan dan jarang sekali menyebabkan kerusakan yang bermakna, karena itu prognosis adalah baik.

TINJAUAN PUSTAKAA. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Kelopak MataKelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1,2Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.1Pada kelopak terdapat bagian-bagian :1 Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus. Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.1

Gambar 2. Kelopak mata atas Bola MataBola mata terdiri atas :1 Dinding bola mata Isi bola mata.Dinding bola mata terdiri atas :1 Sklera Kornea.Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :1,21. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

Gambar 3. Penampang horizontal mata kanan

SkleraSklera adalah bagian fibrosa pembungkus mata dibagian luar, yang hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan dengan kornea disebelah anterior dan duramater nervus opticus di posterior. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea.1 Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm. permukaan luar sklera anterior dibungks oleh sebuah lapisan tipis jaringan elastik halus, episklera, yang megandung banyak pembuluh darah yang memperdarahi sklera. lapisan berpigmen coklat pada permukaan dalam sklera lamina fusca, yang membentuk lapisan luar ruang suprakoroid.2Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.1,2 KorneaKornea adalah bagian transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan kedalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh daarah limbus, humor aqous dan air mata. Kornea superficial juga mendapatkan sebagian besar oksigen dari atmosfer. Kornea terdiri atas lapisan : 1,21. Epitel Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.2. Membran Bowman Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi3. Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.4. Membran Descement Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.5. Endotel1. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.1Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

Gambar 4. Penampang melintang kornea UveaTraktus uvealis terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan koroid. Bagian ini merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.1Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian posterior yaitu :11. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.2. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil. Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu longitudinal, radiar, dan sirkular. Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan siliar dan memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripte.2 Corpus ciliarisBadan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri atas otot-otot siliar dan proses siliar. Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi ia menarik proses siliar dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula zinn sehingga lensa menjadi lebih cembung. Fungsi proses siliar adalah memproduksi humor aquos.2 Koroid Koroid adalah segmen posterior uvea, suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya diantara sklera dan retina terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina.2 PupilPupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :1,21. Berkurangnya rangsangan simpatis2. Kurang rangsangan hambatan miosisBila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.1Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.1 Sudut bilik mata depanSudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.1Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea. Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya. Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.1 RetinaRetina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk dinamakan ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk kedalam bola mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh darah terminal.2Retina terdiri atas lapisan:11) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.2) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.3) Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.4) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal5) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral6) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion7) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.8) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.9) Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.1 Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).2

Gambar 5. Fundus okuli normal Badan kacaBadan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.1,2 Lensa mataLensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras daripada korteks.2Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.2Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :1 Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatanKeadaan patologik lensa ini dapat berupa :1 Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia, Keruh atau spa yang disebut katarak, Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada retina. Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.2 Rongga OrbitaRongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya. Dinding orbita terdiri atas tulang :11. Superior : os.frontal2. Lateral: os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. Fenoid3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. Palatine4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoidForamen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh sarafoptik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid. Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik. Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita. Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal. Rongga orbita tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.1 Otot Penggerak MataOtot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1 Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :1,21. Oblik inferior, aksi primer- ekstorsi dalam abduksi sekunder- elevasi dalam aduksi - abduksi dalam elevasi2. Oblik superior, aksi primer- intorsi pada abduksi sekunder- depresi dalam aduksi - abduksi dalam depresi3. Rektus inferior, aksi primer- depresi pada abduksi sekunder - ekstorsi pada abduksi - aduksi pada depresi4. Rektus lateral, aksi- abduksi5. Rektus medius, aksi- aduksi6. Rektus superior, aksi primer - elevasi dalam abduksi sekunder - intorsi dalam aduksi - aduksi dalam elevasi1. Otot Oblik InferiorOblik inferior mempunyai origo pada fossa lakrimal tulang lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.12. Otot Oblik SuperiorOblik superior berorigo pada anulus zinn dan ala parva tulang sfenodi di atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan search atau mata melihat ke arch nasal. Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan insiklotorsi. Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis.13. Otot Rektus InferiorRektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood.1Rektus inferior dipersarafi oleh n. IIIFungsi menggerakkan mata- depresi (gerak primer)- eksoklotorsi (gerak sekunder) - aduksi (gerak sekunder)Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.1

4. Otot Rektus LateralRektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi.15. Otot Rektus MediusRektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek. Menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer).6. Otot Rektus SuperiorRektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III.1Fungsinya menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral :1- aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral - insiklotorsi

PEMBAHASANPTERIGIUM

IDEFENISIPterigium berasal dari bahasa Yunani yaitu Pteron yang artinya sayap (wing). Pterigium didefinisikan sebagai pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada konjungtiva dan tumbuh menginfiltrasi permukaan kornea, umumnya bilateral di sisi nasal, biasanya berbentuk segitiga dengan kepala/apex menghadap kesentral kornea dan basis menghadap lipatan semilunar pada cantus.1,2

1. EPIDEMIOLOGIPterigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat dengan ekuator yaitu daerah luas2. Mengganggu visus3. Mengganggu pergerakan bola mata4. Masalah kosmetik5. Di depan apeks pterigium terdapat Grey Zone6. Pada pterigium dan kornea sekitarnya ada nodul pungtat7. Terjadi kongesti (klinis) secara periodik

Pada prinsipnya, tatalaksana pterigium adalah dengan tindakan operasi. Ada berbagai macam teknik operasi yang digunakan dalam penanganan pterigium di antaranya adalah:1. Bare sclera : tidak ada jahitan atau jahitan, benang absorbable bertujuan untuk menyatukan kembali konjungtiva dengan permukaan sclera didepan insersi tendon rectus. Meninggalkan suatu daerah sklera yang terbuka. Kerugian dari teknik ini adalah tingginya tingkat infeksi dan rekurensi pasca pembedahan yang dapat mencapai 40-75%.1. Simple closure : menyatukan langsung sisi konjungtiva yang terbuka, dimana teknik ini dilakukan bila luka pada konjuntiva relatif kecil.1. Sliding flap : dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka bekas eksisi untuk memungkinkan dilakukannya penempatan flap.1. Rotational flap : dibuat insisi berbentuk huruf U di sekitar luka bekas eksisi untuk membentuk seperti lidah pada konjungtiva yang kemudian diletakkan pada bekas eksisi.1. Conjungtival graft : menggunakan free graft yang biasanya diambil dari konjungtiva bulbi bagian superior, dieksisi sesuai dengan ukuran luka kemudian dipindahkan dan dijahit atau difiksasi dengan bahan perekat jaringan (misalnya Tisseel VH, Baxter Healthcare, Dearfield, Illionis).

Gambar 9. Teknik Operasi Pterigium

X. DIAGNOSIS BANDING1. Pseudopterigium Pterigium harus dapat dibedakan dengan pseudopterigium. Pseudopterigium terjadi akibat pembentukan jaringan parut pada konjungtiva yang berbeda dengan pterigium, dimana pada pseudopterigium terdapat adhesi antara konjungtiva yang sikatrik dengan kornea dan sklera. Penyebabnya termasuk cedera kornea, cedera kimiawi dan termal. Pseudopterigium menyebabkan nyeri dan penglihatan ganda. Penanganan pseudopterigium adalah dengan melisiskan adhesi, eksisi jaringan konjungtiva yang sikatrik dan menutupi defek sklera dengan graft konjungtiva yang berasal dari aspek temporal.2. PinguekulumSelain itu pterigium juga didagnosis banding dengan pinguekulum yang merupakan lesi kuning keputihan pada konjungtiva bulbi di daerah nasal atau temporal limbus. Tampak seperti penumpukan lemak bisa karena iritasi ataupun karena kualitas air mata yang kurang baik. Pada umumnya tidak diperlukan terapi tetapi pada kasus tertentu dapat diberikan steroid topikal.3,5

XI. KOMPLIKASIKomplikasi pterigium meliputi sebagai berikut:3,41. AstigmatSalah satu komplikasi yang disebabkan oleh pterigium adalah astigmat karena pterigium dapat menyebabkan perubahan bentuk kornea akibat adanya mekanisme penarikan oleh pterigium serta terdapat pendataran daripadas meridian horizontal pada kornea yang berhubungan dengan adanya astigmat. Mekanisme pendataran itu sendiri belum jelas. Hal ini diduga akibat tear meniscus antara puncak kornea dan peninggian pterigium. Astigmat yang ditimbulkan oleh pterigium adalah astigmat with the rule dan iireguler astigmat. 1. Kemerahan1. Iritasi1. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea1. Keterlibatan yang luas otot ekstraokular dapat membatasi penglihatan dan menyebabkan diplopia. Komplikasi pasca eksisi adalah sebagai berikut:1. Infeksi, reaksi bahan jahitan, diplopia, jaringan parut, parut kornea, graft konjungtiva longgar, perforasi mata, perdarahan vitreus dan ablasi retina.1. Penggunaan mitomycin C post operasi dapat menyebabkan ektasia atau nekrosis sklera dan kornea

XII. PROGNOSIS Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Kebanyakan pasien dapat beraktivitas lagi setelah 48 jam post operasi. Pasien dengan pterigium rekuren dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan konjungtiva autograft atau transplantasi membran amnion.3,6

DAFTAR PUSTAKA1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2010. hal:2-3, 116 1171. Voughan & Asbury. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta : EGC. 2010. Hal 1191. Caldwell, M. Pterygium. [online]. 2012 [cited 2012 August 9]. Available from : www.eyewiki.aao.org/Pterygium1. Jerome P Fisher, Pterygium. [online]. 2011 [cited 2012 August 9] http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview1. Vemuganti, Geeta dkk. International review of cell and molecular biology. [online] 2009. [cited 2012 August 23]. Available from: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1937644809750051 1. Efstathios T. Pathogenetic Mechanism and Treatment Options for Ophthalmic Pterygium: Trends and Perspectives (Review). International Journal of Melecular Medicine. 2009.1. Solomon A.S. Pterygium. British.Journal.Ophtalmology.p.665 [online]. 2010. [cited 2011 December 12]. Availble from : http://bjo.bmjjournals.com

26