laporan kasus tht ayu

32
LAPORAN KASUS DOKTER INTERNSIP PRESBIAKUSIS Disusun Oleh : dr. Fajar Ayu RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI

Upload: fajar-ayu

Post on 12-Dec-2015

99 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Tht Ayu

LAPORAN KASUS DOKTER INTERNSIP

PRESBIAKUSIS

Disusun Oleh :

dr. Fajar Ayu

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI

SULAWESI SELATAN

2015

Page 2: Laporan Kasus Tht Ayu

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya tugas dengan

judul “Presbiakusis”. Penulisan tugas ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah

satu tugas dokter internsip di RSUD Sinjai periode 27 Mei 2015 – 27 Mei 2016.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

sangatlah sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Indo Sakka, Sp.THT-

KL, M.Kes selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan

dalam penyusunan makalah ini, dan kepada semua pihak yang turun serta membantu

penyusunan makalah ini.

Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan

kritik yang bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya

selama proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

Sinjai, 20 Agustus 2015

Penulis

Page 3: Laporan Kasus Tht Ayu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …..…………………………………………. 2

DAFTAR ISI ………...…………………....………………………... 3

BAB I. LAPORAN KASUS ..…………...………………………… 4

I. Identitas Pasien ……………….…………………….. 4

II. Anamnesa …………………….…………………….. 4

III. Pemeriksaan objektif ……………………………….. 5

IV. Pemeriksaan penunjang …………………………….. 8

V. Resume ……………………………………………... 9

VI. Working diagnosis ………………………………….. 10

VII. Planning …………………………………………….. 10

VIII. Prognosis …………………………………………… 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 12

II.1 Anatomi telinga ……….….…………………………….. 12

II.2 Presbiakusis ……………..……………………………… 13

II.3 Epidemiologi …………….……………………………... 13

II.4 Etiologi ………………….…………………………….... 14

II.5 Klasifikasi ……………….……………………………... 15

II.6 Patogenesis …………………………………………….. 16

II.7 Gejala klinis ……………………………………………. 17

II.8 Diagnosis ……………………………………………….. 18

II.9 Penatalaksanaan ………………………………………... 20

BAB III. PENUTUP ……………………………………………..... 21

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………... 22

Page 4: Laporan Kasus Tht Ayu

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. M

No RM : 0539xx

Umur : 78 tahun

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Sinjai

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan

Suku : Bugis

Tanggal Pemeriksaan : 12 Agustus 2015

II. Anamnesa

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 12 Agustus 2015

Keluhan Utama : Penurunan pendengaran kedua telinga

Keluhan Tambahan : Nyeri punggung

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh mengalami penurunan pendengaran berangsur-angsur

pada kedua telinga sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu dan semakin memberat

saat ini. Pasien merasa pendengaran telinga kanannya lebih tidak jelas

dibandingkan telinga kirinya. Pasien tidak bisa memahami suara yang didengar

terutama bila tidak berbicara berhadapan.

Pasien tidak mengeluh sesak, batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-),

berdenging (+), telinga keluar cairan (-), kebiasaan mengorek telinga (-), nyeri

telinga (-), telinga gatal (-), bengkak pada telinga (-). Demam (-).

Riwayat pusing (-), riwayat terkena pajanan bising di tempat kerja dan

rumah (-), riwayat mendengarkan suara keras (-), riwayat terpapar ledakan (-),

riwayat penggunaan obat ototoksik (-). Riwayat keluarga tuli (-), riwayat cedera

kepala (-).

Page 5: Laporan Kasus Tht Ayu

Pasien juga mengeluh nyeri pada bagian punggung yang dirasakan hilang

timbul sejak kurang lebih 1 tahun.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat tuli (-), diabetes mellitus, hipertensi dan kolesterol disangkal.

Riwayat Pekerjaan :

Pasien dahulu bekerja sebagai pegawai negeri di salah satu lembaga

pemerintahan di Kabupaten Sinjai.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat penyakit serupa (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-).

III. Pemeriksaan Objektif

I. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Gizi : Baik

Anemia : -

Tensi : 170/100 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit

Muntah : -

Nistagmus : -

Keseimbangan : dbn

Thoraks

o Jantung : tidak dilakukan

o Paru-paru : tidak dilakukan

Abdomen : tidak dilakukan

II. Status Lokalis

Telinga

Pembengkakan : -/-

Nyeri tekan : -/-

Meatus acusticus externus

Page 6: Laporan Kasus Tht Ayu

o Hiperemi : -/-

o Edema : -/-

o Penyempitan : -/-

o Furunkel : -/-

o Fistel : -/-

o Serumen : +/+

o Granulasi : -/-

o Kolesteatoma : -/-

Membran Timpani

o Intak : +/+

o Warna : putih keruh

o Refleks cahaya : +/+

o Perforasi : -/-

o Hiperemi : -/-

Tes Garpu Tala

Tes Rinne : tidak dilakukan

Tes Weber : tidak dilakukan

Tes Schwabach : tidak dilakukan

Hidung

Deformitas : -

Hematoma : -

Krepitasi : -

Nyeri : -

Rhinoskopi anterior

o Vestibulum : N

Edema : -/-

Sekret : -/-

Massa : -/-

o Kavum nasi : N

Luas : Lapang

Page 7: Laporan Kasus Tht Ayu

Mukosa : Licin

Hiperemi : -/-

Sekret : -/-

o Konka

Edema : -/-

Pucat : -/-

Hiperemi : -/-

o Septum Deviasi : -

o Fenomena palatum molle: +/+

Rhinoskopi posterior

o Septum nasi

o Kauda konka

o Meatus nasi

o Muara tuba eus tidak dilakukan

o Fossa rosenmuller

o Atap nasofaring

o Koane

Transluminasi : tidak dilakukan

Tenggorok

Palatum mole hiperemi : -

Uvula deviasi : - ; Hiperemi : -

Tonsil : T1/T1

o Hiperemi : -

o Detritus : -

o Kripte melebar : -/-

Faring

o Edema : -

o Granula : -

o Hiperemi : -

o Lendir : - T1 T1

Page 8: Laporan Kasus Tht Ayu

Laringoskopi indirek

Hipofaring

Epligotis

Supraglotis

Korda vokalis tidak dilakukan

o Edema

o Massa

o Gerak

Regio Colli : tidak ditemukan pembesaran KGB

IV. Pemeriksaan Penunjang

I. Laboratorium

Tidak dilakukan

II. Audiometri nada murni (tanggal 12 Agustus 2015)

Ambang Dengar (AD) telinga kanan : 52,5 dB

Ambang Dengar (AD) telinga kiri : 55 dB

Page 9: Laporan Kasus Tht Ayu

V. Resume

• Identitas : Tn. M / Laki-Laki/ 78 tahun

• Keluhan utama : Penurunan pendengaran telinga kanan dan kiri

• Anamnesa :

Pasien mengeluh mengalami penurunan pendengaran berangsur-angsur pada

telinga kanan dan kiri sejak 10 tahun yang lalu dan semakin memberat saat

ini. Pasien tidak bisa memahami suara yang didengar terutama bila tidak

berbicara berhadapan. Riwayat mendengar suara yang sangat keras (-), telinga

berdenging (+). Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami keluhan yang

sama saat ini.

Pasien tidak mengeluh sesak, batuk (-), pilek (-). Riwayat DM (-), hipertensi

(-), hiperkolesterol (-) cedera kepala (-), trauma akustik (-).

• Pemeriksaan fisik :

Vital Sign

Hipertensi Grade 2

Telinga

Warna membran timpani dektra : putih keruh

Warna membran timpani sinistra : putih keruh

Hidung : dbn

Tenggorok : dbn

Tes Pendengaran

Tes rinne : tidak dilakukan

Tes Weber : tidak dilakukan

Schwabach : tidak dilakukan

• Pemeriksaan Penunjang

Audiometri nada murni

Dextra : Total Hearing Loss

Sinsitra : Sensory Neural Hearing Loss Sedang-Berat

VI. Working Diagnosis

Page 10: Laporan Kasus Tht Ayu

Tuli sensorineural sedang d/s e.c presbiakusis

VII. Planning

1. Planning Therapy

- Alat bantu dengar

- Latihan speech reading dan auditory training

2. Planning Edukasi

- Menjelaskan kepda pasien tentang penyakit presbikusis merupakan

suatu proses degenerative yang menyebabkan perubahan struktur

koklea dan N VIII. Pendengaran berkurang perlahan dan progresif

simetris di kedua telinga. Progresifitas penurunan dipengaruhi oleh

umur dan jenis kelamin.

- Menjelaskan mengenai rencana terapinya yang bertujuan untuk

pengembalian fungsi pendengaran dengan menggunakan alat bantu

dengar ( hearing aid) dan dikombinasikan dengan latihan membaca

(speech reading) dan latihan mendengar (auditory training)

VIII. Prognosis

Dubia ad malam

Page 11: Laporan Kasus Tht Ayu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. ANATOMI TELINGA

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani, dan telinga

dalam atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus

(MAE)/ liang telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam os temporal

pars petrosa yang dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang pendengaran.

Telinga dalam berisi labirin tulang (vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea)

dan labirin membranasea (utrikulus dan sakulus di dalam vestibulum, tiga duktus

semisirkularis di dalam kanalis semisirkularis, dan duktus koklearis di dalam koklea),

sesuai dengan yang ditampilkan pada Gambar 1.1

Gambar 1: Anatomi telinga luar, tengah dan dalam.

Page 12: Laporan Kasus Tht Ayu

II. 2. PRESBIAKUSIS

Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65th akibat

proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang

terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta

tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum.5

II. 3. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan definisinya, prevalensi presbiakusis meningkat seiring

bertambahnya usia. Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, Presbiakusis

dialami sekitar 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi

diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada wanita.

Perbedaan prevalensi presbiakusis antar ras belum diketahui secara pasti.6

II. 4. ETIOLOGI

Umumnya diketahui bahwa presikusis merupakan akibat dari proses

degenerasi. Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada

presbikusis adalah Degenerasi sel rambut di koklea, degenerasi fleksibilitas dari

membran basiler, berkurangnya neuron pada jalur pendengaran, perubahan pada

sistem pusat pendengaran dan batang otak, degenerasi jangka pendek dan auditory

memory, menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak (central

auditory cortex ).5,7

Cepat lambatnya proses degenerasi ini dipengaruhi juga oleh tempat dimana

seseorang tinggal selama hidupnya. Orang kota lebih cepat datangnya presbikusis ini

dibandingkan dengan orang desa. Diduga kejadian presbikusis usia mempunyai

hubungan dengan faktor-faktor herediter, metabolism (DM, hiperkolesterol),

arterosklerosis (Hipertensi,), infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat

multifactor(Merokok, riwayat bising).8

II. 5. KLASIFIKASI

Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan

membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan

Page 13: Laporan Kasus Tht Ayu

histologik ini berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan

auditorik. Prevalensi terbanyak menurut penelitian adalah jenis metabolic 34,6%,

jenis lainnya neural 30,7%, mekanik 22,8% dan sensorik 11,9%.6

Presbikusis sensorik adalah atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan

sel penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-

lahan menjalar ke daerah apeks. Penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai

setelah usia pertengahan. Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya beberapa

millimeter awal dari basal koklea dan proses berjalan dengan lambat. Ciri khas

adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping

downn). Jenis sensori adalah tipe noise-induced hearing loss (NIHL). Banyak

terdapat pada laki-laki dengan riwayat bising.6,7

Presbikusis Neural merupakan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf

pusat. Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak

terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan

ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan

diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan

dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya tidak disadari

sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron

akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-sel neuron ini sesuai dengan normal speech

discrimination. Bila jumlah neuron ini berkurang di bawah yang dibutuhkan untuk

tranmisi getaran, terjadilah neural presbyacusis. Menurunnya jumlah neuron pada

koklea lebih parah terjadi pada basal koklea. Gambaran klasik: speech discrimination

sangat berkurang dan atrofi yang luas pada ganglion spiralis (cookie-bite).7

Presbikusis Metabolik/(Strial presbyacusis) keadaan ini dihasilkan dari atrofi

stria vaskularis. Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan

bioelektrik dan kimiawi dan juga keseimbangan metabolik dari koklea. Atrofi dari

stria ini menyebabkan hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva

pendengaran yang mendatar (flat) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi

kata-kata dijumpai. Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun.

Berkembang dengan lambat dan mungkin bersifat familial. Penderita dengan kasus

kardiovaskular (heart attacks, stroke, intermittent claudication) dapat mengalami

Page 14: Laporan Kasus Tht Ayu

prebikusis tipe ini serta menyerang pada semua jenis kelamin namun lebih nyata

pada perempuan.5,8

Presbikusis Mekanik ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder

dari membran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus

koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural

yang berkembang sangat lambat.5,6

II. 6. PATOGENESIS

Tuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel

rambut dan elemen penunjang. Degenerasi yang tejadi di basal membran

menyebabkan penurunan pada frekuensi tinggi. Pada usia lanjut ditemukan atrofi

stria vaskularis yang memberikan gambaran audiometri nada murni berbentuk flat.

Kekakuan membran basal juga memberikan gambaran penurunan audiometri nada

murni yang berbentuk kurva menurun, kerusakan bisa juga mengenai nervus

koklearis. Kerusakan terjadi akibat adanya lesi yang disebabkan oleh infeksi atau

penyakit sistemik, sehingga menghambat impuls yang ditansmisikan ke otak.5,7,8

II. 7. GEJALA KLINIS

Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara

perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya

pendengaran tidak diketahui pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus

nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk

memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar

belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan akan

timbul suara nyeri di telinga, hal ini disebabakan oleh faktor kelemahan saraf

(recruitment).8

II. 8. DIAGNOSIS

Pada anamnesis Penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut, bersifat

sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terhadap

suara atau nada yang tinggi. Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan telinga

hidung tenggorok, seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari. Penderita

Page 15: Laporan Kasus Tht Ayu

menjadi depresi dan lebih sensitif. Kadang-kadang disertai dengan tinitus yaitu

persepsi munculnya suara baik di telinga atau di kepala. Faktor risiko presbikusis

adalah: 1) Paparan bising, 2) merokok, 3) obat-obatan, 4) hipertensi, dan 5) riwayat

keluarga. Orang dengan riwayat bekerja di tempat bising, tempat rekreasi yang

bising, dan penembak (tentara) akan mengalami kehilangan pendengaran pada

frekuensi tinggi. Penggunaan obat-obatan antibiotik golongan aminoglikosid,

cisplatin, diuretik, atau anti inflamasi dapat berpengaruh terhadap terjadinya

presbikusis.8

Pemeriksaan fisik pada penderita biasanya normal setelah pengambilan

serumen yang merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab kurang

pendengaran terbanyak. Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran timpani

normal atau bisa juga suram, dengan mobilitas yang berkurang. Pemeriksaan

tambahan tes penala Uji rinne positif Hantaran Udara ≥ Hantaran Tulang, Uji Weber,

Uji Schwabach memendek.5

Audiometri murni pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan.

Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli sensorineural nada

tinggi bilateral dan simetris. Pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan

perurunan ambang dengar nada murni yang menunjukkan gambaran tuli

sensorineural. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah

frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada gangguan pendengaran jenis sensorik

dan neural. Kedua jenis ini paling sering ditemukan.5,7

Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih

mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan.

Semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang

lebih rendah.5

Audiometri tutur Menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech

discriminatin) dan biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural

dan koklear. Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk mengulang

kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tuli perseptif koklea, pasien

sulit untuk membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada tuli retrokoklea

lebih sulit lagi umtuk membedakan kata tersebut. Guna pemeriksaan ini adalah untuk

Page 16: Laporan Kasus Tht Ayu

menilai kemampuan pasien dalam pembicaraan sehari-hari, dan untuk menilai

pemberian alat bantu dengar.5

Gambar 2 : audiogram presbikusis

II. 9. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien ini bertujuan untuk memperbaiki efektifitas

pasien dalam berkomunikasi dan memaksimalkan pendengaran pasien, atau yang

biasa disebut dengan rehabilitasi. Pada penatalaksanaan kali ini akan lebih

diterangkan tentang Hearing Aid/Alat bantu dengar.5,7,9

II.11.a Definisi Hearing Aid

Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan

batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa

berjalan dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:9 

Komponen Fungsi

Microphone bagian yang berperan menerima suara dari luar dan

mengubah sinyal suara menjadi energi listrik,

kemudian meneruskannya ke amplifier.

Amplifier berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar

energi listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke

receiver.

Receiver atau

loudspeaker

mengubah energi listrik yang telah diperbesar amplifier

menjadi energi bunyi kembali dan meneruskannya ke

liang telinga

Page 17: Laporan Kasus Tht Ayu

Batere sebagai sumber tenaga.

Tabel 1 : komponen ABD

Gambar 3 : komponen ABD

Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa

menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum

(audiologis adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan

menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran). 10

Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman

percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam

menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan

mempertimbangkan kemampuan mendengar penderita, aktivitas di rumah maupun di

tempat bekerja, keterbatasan fisik, keadaan medis, penampilan, harga.10

Pemrosesan Suara Pada Alat Bantu Dengar

Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital,

artinya sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi kode-

kode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.5,9

Pemrosesan suara secara digital memungkinkan untuk melakukan “teknik

memanipulasi sinyal” contohnya : memisahkan sinyal suara percakapan dengan

sinyal bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan (dalam

memproses) lebih baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat bantu dengar

yang ada di beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar amplifier.10

Page 18: Laporan Kasus Tht Ayu

Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa

frekuensi dan mengamplifikasi  tergantung dari settingan/program yang diberlakukan

pada alat bantu dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan pendengaran klien.

Dengan metode algoritma  juga memungkinkan untuk membedakan jumlah

amplifikasi antara suara yang pelan,sedang dan keras. Dengan cara tersebut

diharapkan suara yang pelan dapat terdengar, namun suara yang keras tidak terasa

menyakitkan telinga (over amplifikasi). Dan pemrosesan digital memastikan replika

sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang minimal agar menghasilkam kualitas

suara yang bagus.9,10

Gambar 4 : Mekanisme Kerja ABD

KLASIFIKASI

Menurut sistim kerjanya

Secara umum sistim kerja ABD dibedakan menjadi:

Analog Prinsip sistem analog adalah memperkeras suara yang masuk

telinga melalui komponen mekanik dasar yang sederhana. Sirkuit

ABD ini telah diatur dari pabrik sehingga kemampuan pengaturan

yang lebih individual sangat terbatas atau kurang fleksibel. Sistim ini

mudah mengalami distorsi, terjadi noise (bising) pada rangkaian

komponen dan rentan terhadap bising di sekitarnya.

Digital Sistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip

komputer yang menganalisa suara yang masuk. Setelah suara

Page 19: Laporan Kasus Tht Ayu

diamplifikasi, teknologi digital akan memilih suara yang perlu

diteruskan ke dalam telinga dan menyingkirkan suara yang tidak

diharapkan (noise). ABD Sistim digital bisa menerima program

komputer tertentu yang dapat memilih frekuensi yang spesifik sesuai

dengan kebutuhan. ABD Sistim digital menjadi sangat fleksibel

karena secara otomatis dapat beradaptasi dengan suara yang keras

atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan yang berlebihan.

Tabel 2 : Mekanisme Kerja

Menurut bentuknya

Setiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing.

Berikut adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini:8,9

Jenis alat bantu pendengaran

Keuntungan Kerugian

Body Worn Type

Harga murahBaterai tahan lama dan mudah didapatFeedback tidak adaAmplifikasi lebih kuatPengaturan manual mudah

Bentuk besarAda kabelBunyi gesekan dengan kainSulit menangkap suara dari belakangDapat rusak oleh sekret telinga pasien

Behind-the-ear type

Amplifikasi kuatFeedback minimalPengaturan manual relatif

Membutuhkan ear mouldMemberikan efek oklusiDapat rusak oleh sekresi telinga pasien

In-the-ear typeSulit terlihat Amplifikasi terbatas

Membutuhkan ear mould

In-the-canal type

Sulit terlihatAmplifikasi cukup baik karena terpasang dalam

Rentan terhadap feedbackPengaturan manual sulit

Completely-in-canal

Tidak terlihat kecuali melihat langsung ke liang telinga pemakai

Pengaturan manual sulitRentan feedbackFitur tertentu tidak dapat digunakan

Spectacle aidSecara kosmetik lebih dapat diterima

Letak receiver menjadi relatif tidak stabil

Open-fit mini BTE

Baterai relatif lebih tahanAmplifikasi kuatFeedback minimal

Harga mahalKetersediaan masih terbatas karena merupakan teknologi

Page 20: Laporan Kasus Tht Ayu

Pengaturan mudahSulit terlihatTidak perlu ear mouldTidak menimbulkan efek oklusiMemungkinkan keluarnya sekret telinga pasien

baru

Tabel 3 : macam-macam ABD

Kandidat pemakai alat bantu dengar

Setiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan harus

mempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini terutama

sangat dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran, dimana intervensi

harus dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat secara umum

dikelompokkan menjadi Mild Hearing Loss (20-40 dB), Moderate Hearing Loss (45-

65 dB), Severe Hearing Loss (70-85 dB), Profound Hearing Loss (>85 dB).8,9

Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang

perlu diperhitungkan mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu

dengar, antara lain umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum,

motivasi pasien (Bukan keluarga atau pihak lain), kondisi keuangan pasien,

pertimbangan kosmetis, kebutuhan pasien akan komunikasi, terutama dalam

kehidupan dan pekerjaan.9

Page 21: Laporan Kasus Tht Ayu

BAB III

PENUTUP

Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65th akibat

proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang

terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta

tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum. Banyak

beberapa faktor yang mempunyau hub dengan presbikusis seperti herediter,

metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya hidup atau bersifat multifactor. Presbikusis

dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu degenerasi koklea,

degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme mokuler, seperti faktor gen, stress

oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal. Klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis:

Sensori (outer hair-cell), neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan

koklea konduktif (stiffness of the basilar membrane). Diagnose ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Presbiakusis

tidak dapat disembuhkan dan tujuan penatalaksanaanya adalah untuk memperbaiki

kemampuan pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar.

Alat Bantu Dengar (ABD) adalah Alat suatu perangkat elektronik yang

berguna untuk memperkeras (mengamplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga,

sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya.

mekanisme kerja ABD berupa: masuknya suara melalui mikrofon, pengerasan suara

oleh amplifier, dan penyampaian ulang suara oleh receiver / loudspeaker yang mana

keseluruhan sistemnya diperdayai oleh suatu komponen baterai. Terdapat berbagai

macam jenis ABD: Menurut sistem kerjanya, Menurut jenis hantarannya, dan

Menurut bentuknya yang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Pemilihan ABD tergantung dari derajat ketulian pasien hingga kosmetik, pasien

dianjurkan berkonsultasi dengan audiologist. Setelah ada yang cocok pasien di

lakukan uji coba selama 90 hari apakah alatnya benar-benar cocok dan efektif. Jadi,

pemakaian ABD pada presbikusis sangat membantu pasien dalam berkomunikasi dan

meningkatkan kualitas hidup pasien.

Page 22: Laporan Kasus Tht Ayu

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta:

EGC; 2000. P: 230-240.

2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. 2nd ed. Stuttgart:

Georg Thieme Verlag; 2006. P: 357-483.

3. Junqueira LC. Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta:

EGC; 2004. P: 30-40.

4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC;

1996. P: 135-278.

5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta:

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P: 1. 43-45.

6. Muyassaroh, M. 2013. Faktor Risiko Presbikusis - Health Science Journals.

Diunduh dari: indonesia.digitaljournals.org/index.php/.../1187. [Diakses pada

11 Juni 2014]

7. Dewi, Afriani. 2011. Presbiakusis. Diunduh dari:

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/presbiakusis.pdf.

[Diakses pada 20 Agustus 2015]

8. Inner ear, Presbycusis, Available from www.emedicine.com, Last update on July

27, 2013. [Diakses pada 20 Agustus 2015]

9. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta:

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P: 93-97.

10. http://medicastore.com/penyakit/357/

Berkurangnya_Pendengaran_&_Tuli.html [Diakses pada 20 Agustus 2015]