kelompok 6 kelas a_praktikum biotek 2

24
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI FARMASI Tanggal Praktikum: 10 Maret 2015 Polymerase Chain Reaction (PCR), Purifikasi Hasil PCR, dan SDS-PAGE Disusun Oleh: Kelompok 6 (Kelas A) Baginda Sati Pituanan 1206260204 Dina Salamah 1206244301 Mega Watty 1206260091 Michael Prajanto 1206257733 Zahra Adiyati 1206257670 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2015

Upload: mega-zhang

Post on 03-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

biotek kelompok 6

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI FARMASI

    Tanggal Praktikum: 10 Maret 2015

    Polymerase Chain Reaction (PCR), Purifikasi Hasil PCR, dan SDS-PAGE

    Disusun Oleh:

    Kelompok 6 (Kelas A)

    Baginda Sati Pituanan 1206260204

    Dina Salamah 1206244301

    Mega Watty 1206260091

    Michael Prajanto 1206257733

    Zahra Adiyati 1206257670

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2015

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Bioteknologi Farmasi yang berjudul

    Teknik Ekstraksi DNA dan Elektroforesis .

    Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan Ibu Dr. Amarila Malik Apt., M.Si,

    selaku dosen mata kuliah Bioteknologi Farmasi yang telah mengusahakan berlangsungnya

    praktikum di tengah padatnya kegiatan perkuliahan, serta kepada kakak-kakak asisten

    Laboratorium Bioteknologi Fakultas Farmasi UI yang telah melakukan demo dan menjelaskan

    teknik-teknik molekuler dasar. Penulis juga berterima kasih atas bantuan semua pihak yang

    secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan moral maupun material

    kepada penulis sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan baik dan benar.

    Penulis berharap informasi-informasi yang terdapat dalam laporan ini dapat berguna

    bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka

    penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi yang kurang berkenan

    di hati pembaca. Untuk itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari para

    pembaca. Terima kasih.

    Depok, Maret 2015

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

    1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

    1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2

    1.4. Metode Penulisan ............................................................................................................ 2

    1.6. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 2

    BAB II ISI .................................................................................................................................. 4

    2.1. POLYMERASE CHAIN REACTION ........................................................................... 4

    2.2. PURIFIKASI HASIL PCR ............................................................................................. 6

    2.3. SDS-PAGE ...................................................................................................................... 8

    2.4. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 13

    BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 20

    3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 20

    3.2. Saran .............................................................................................................................. 20

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

  • 1 | P a g e

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA

    secara in vitro untuk menghasilkan sekuens DNA spesifik dalam jumlah yang besar dimana

    teknik ini digunakan sebagai pijakan oleh DNA sequencing. PCR merupakan suatu alat yang

    alat yang relatif sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk fokus pada suatu segmen

    DNA dan menyalinnya miliaran kali. Dengan ditemukannya kedua teknik, di samping juga

    teknik-teknik lain, telah merevolusi bidang sains dan teknologi khususnya di bidang diagnosa

    penyakit genetik, kedokteran forensik dan evolusi molekular. Tahap awal dalam PCR adalah

    isolasi dan ekstraksi DNA yang akan diperbanyak dari makhluk hidup asal.

    Komponen esensial pada PCR adalah (1) dua primer oligonukleotida spesifik (masing-

    masing mengandung ~20 nukleotida) yang merupakan komplemen strand berlawanan yang

    memiliki sekuens DNA target; (2) sekuens template pada sampel DNA yang terbentang pada

    lokasi ikatan primer dengan panjang 100-35000 bp; (3) DNA polimerase yang bersifat

    termostabil, dapat bertahan pada suhu mencapai lebih dari 95oC, dan dapat mengkopikan

    template DNA dengan ketelitian yang tinggi; dan (4) empat jenis DNA.

    Secara umum, proses ini terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) Denaturasi DNA dengan

    peningkatan suhu mencapai 95oC; (2) Renaturasi dengan menurunkan suhu hingga mencapai

    ~55oC, pada tahap ini basa primer berpasangan dengan sekuens komplemennya pada sampel

    DNA; dan (3) Sintesis, suhu dinaikkan kembali menjadi ~75oC yang merupakan suhu optimum

    Taq polymerase yang akan mengkatalis sintesis DNA. Sintesis DNA diinisiasi pada ujung

    primer 3-hidroksil dan menggunakan sumber DNA sebagai template.

    Setelah dilakukan PCR, langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah purifikasi

    hasil PCR. Secara umum, purifikasi hasil PCR dapat dilakukan secara kualitatif ataupun

    kuantitatif. Pemeriksaan purifikasi bisa dengan elektroforesis agaros gel mini atau dengan

    spektrofotometer nanodrop. Purifikasi ini penting terkait masalah reproduksibilitas karena

    dalam pemeriksaan atau diagnosis DNA atau RNA yang digunakan harus dimurnikan terlebih

    dahulu. Setelah dilakukan PCR, purifikasi amplikon DNA dapat dilakukan dengan metode atau

    kit berikut yaitu Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit atau menggunakan protokol QIA

    quick Purification Kits (QIAGEN). Kedua metode tersebut memiliki prinsip yang sama yang

    berbeda hanya pada bagian bahan dan alat yang digunakan selama proses. Purifikasi ini

  • 2 | P a g e

    dimaksudkan guna memperoleh DNA yang murni dengan sisa primer, primer dimer, nukleotida

    (sisa dNTPs), enzim polymerase, dan garam-garam dengan menggunakan membran dan

    sentrifugasi.

    Elektroforesis gel poliakrilamid dapat digunakan untuk pemisahan, identifikasi, dan

    pemurnian protein. Teknik ini merupakan teknik sederhana, cepat, dan dapat memisahkan

    molekul yang diinginkan dari matriksnya yang tidak dapat dilakukan oleh prosedur lainnya,

    seperti sentrifugasi gradien.

    1.2. Rumusan Masalah

    Masalah umum yang diangkat dalam makalah ini adalah mengenai gambaran umum,

    metode, serta alat dan bahan yang digunakan dalam Polymerase Chain Reaction (PCR),

    Purifikasi Hasil PCR, dan SDS-PAGE.

    1.3. Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menemukan jawaban kualitatif terhadap

    rincian masalah yang tersimpul dalam ruang lingkup masalah di atas.

    Kegunaan pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai permasalahan

    dalam bidang bioteknologi terkait dengan Polymerase Chain Reaction (PCR), Purifikasi Hasil

    PCR, dan SDS-PAGE.. Penulis berharap melalui makalah ini, pembaca dapat memperluas

    pemahaman bioteknologi farmasi terutama dibidang yang dibahas pada makalah ini.

    1.4. Metode Penulisan

    Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah adalah metode pustaka.

    Metode pustaka mencakup pencarian data dari berbagai sumber. Sumber yang penulis gunakan

    berupa literatur, buku, situs dan jurnal ilmiah di internet.

    1.6. Sistematika Penulisan

    Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka penulis telah menyusun

    sistematika penulisan sebagai berikut:

    Bab 1: Pendahuluan

    Menguraikan mengenai penulisan makalah ini dan terdiri atas latar belakang masalah,

    perumusan dan ruang lingkup, tujuan, kegunaan penulisan, metode yang digunakan, serta

    sistematika penulisan.

    Bab 2: Isi

  • 3 | P a g e

    Terdiri atas permasalahan utama yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai

    gambaran umum Polymerase Chain Reaction (PCR), Purifikasi Hasil PCR, dan SDS-

    PAGE.

    Bab 3: Penutup

    Terdiri atas kesimpulan dan saran.

  • 4 | P a g e

    BAB II

    ISI

    2.1. POLYMERASE CHAIN REACTION

    A. Tujuan

    Polymerase Chain Reaction adalah teknik molekuler yang dilakukan bertujuan untuk

    mengamplifikasi fragmen DNA dengan menggunakan suatu pasangan primer yang

    dirancang dengan khas

    B. Alat dan Bahan

    Alat:

    - Mesin Thermal Cycler

    - Sentrifuge mikro

    - Mixer (vortex)

    Bahan:

    - DNA template (DNA Genomik dalam 25L TE)

    - Pasangan primer oligonukleotida (primer 16s rDNA)

    - Enzim DNA Taq polymerase

    - Nukleotida bebas (dNTPs = dATP, dCTP, dGTP, dTTP)

    C. Cara Kerja

    1. Membuat PCR master mix dengan volume akhir 25 mL dengan komposisi sebagai

    berikut:

    a. Dapar 2.5L

    b. Enzim DNA Taq polymerase 1 L

    c. dNTP 0.5 L

    d. Primer forward

    e. Primer reverse

    f. ddH2O 18L

    Jika contoh yang akan diamplifikasi lebih dari satu, maka masing-masing

    jumlah komponen tersebut dikalikan dengan jumlah contoh ditambah satu (n+1),

    kemudian campur di dalam satu tabung mikro 1.5 mL (pembuatan master mix).

  • 5 | P a g e

    Jika volume akhir 50L, maka jumlah masing-masing komponen harus

    disesuaikan.

    2. Mencampurkan 1L hasil ekstraksi DNA ke dalam master mix yang telah dialiquot

    dalam tabung PCR 0.2 atau 0.5L, kemudian dicampur dengan mixer (vortex)

    3. Mensentrifugasi singkat (Spindown) campuran dengan sentrifuge mikro, kemudian

    ditempatkan pada mesin PCR

    4. Mengatur mesin PCR sesuai kondisi yang sudah dirancang sebelumnya sebagai berikut:

    a. Pre-denaturasi : 94oC; 5 menit

    b. Denaturasi : 94oC; 30 detik

    c. Annealing : 55oC; 30 detik

    d. Extension : 72oC; 1 menit

    e. Jumlah siklus : n= 25-30 (b-c-d)

    f. Post-extension : 72oC; 20 menit

    g. Hold : 16oC

    5. Memvisualisasi hasil PCR dan purifikasi dengan elektroforesis agarose gel mini atau

    secara kunatitatif dengan spektrofotometer nanodrop.

  • 6 | P a g e

    2.2 PURIFIKASI HASIL PCR

    A. Tujuan

    Purifikasi hasil PCR adalah teknik yang bertujuan untuk memperoleh DNA hasil PCR

    (DNA amplikon) yang murni

    B. Alat dan Bahan

    Alat:

    - Sentrifuge mikro

    - Tabung mikro 1.5mL baru dan steril

    - Tabung penampung 2mL, tersedia di dalam kit

    - Pisau silet atau cutter yang baru dan steril

    Bahan:

    - Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit yang terdiri dari:

    Dapar DF

    Wash buffer + Etanol 95%

    Kolom DF

    ddH2O

    C. Cara Kerja

    1. Melakukan elektroforesis 20 L DNA hasil amplifikasi PCR dan 5 L loading

    buffer pada gel agarose 1%

    2. Memotong pita yang diinginkan dengan menggunakan pisau silet atau cutter yang

    baru dan steril lalu memindahkan irisan gel ke dalam tabung mikro 1.5 mL baru dan

    steril.

    3. Menambahkan 300 L dapar DF, vortex dan inkubasi pada 55-60oC selama 10-15

    menit hingga irisan gel terlarut sempurna. Selama inkubasi tabung mikro dibolak-

    balik setiap 2-3 menit. Kemudian campuran tersebut didamkan dingin pada suhu

    kamar

    4. Memipet campuran tersebut dan memasukkan ke dalam kolom DF yang terpasang

    pada tabung penampung kemudian mensentrifugasi pada kecepatan maksimum

    (13.000 rpm) selama 30 detik. Cairan yang tertampung dibuang dan kolom DF

    ditempatkan kembali pada tabung penampung.

  • 7 | P a g e

    5. Menambahkan 600 L dapar pencuci (wash buffer) yang telah ditambah etanol dan

    sentrifugasi kembali pada kecepatan maksimum selama 30 detik. Cairan yang

    terkumpul dibuang kembali dan kolom DF ditempatkan kembali dalam tabung

    penampung, sentrifugasi pada kecepatan maksimum selama 3 menit sampai

    membrane kolom mongering.

    6. Memindahkan kolom DF yang telah kering ke dalam tabung mikro 1.5 mL yang

    baru dan steril. Kemudian tambahkan 25 L akuades steril (ddH2O) ke dalam

    bagian tengah dari membran kolom DF agar pengendapan pada dinding kolom

    dapat dihindari. Biarkan akuabides terserap selama 2 menit kemudian sentrifugasi

    pada kecepatan maksimum selama 1 menit untuk mendapatkan DNA murni.

    7. Menyimpan DNA pada suhu -20oC.

    8. Untuk mengamati DNA hasil purifikasi secara visual, DNA dianalisis kembali

    dengan elektroforesis agarose gel mini. Jika informasi sequence DNA amplikon

    diperlukan, maka dapat dilakukan sequencing DNA.

  • 8 | P a g e

    2.3. SDS-PAGE

    A. Tujuan

    Memisahkan protein berdasarkan ukurannya dengan cara elektroforesis

    B. Alat dan Bahan

    Alat:

    - Elektroforesis

    - Sisir elektroforesis

    - Mikro pipet

    - Thermoblock

    Bahan:

    - 10% SDS (Sodium Dodecyl

    Sulphate)

    - Stacking gel

    - Resolving gel

    - 30% Acrylamide solution

    - 1,5 M Tris-HCl buffer (4x)

    pH 8,8

    - 0,5 M Tris-HCl buffer (4x)

    pH 6,8

    - (4x) Tris-Glycine Reservoir

    Buffer

    - (5x) Sample Buffer

    - 10% APS

    - Running Buffer

    - Staining/ Destaining

    Solution

    - Larutan fiksasi

    - aquades

    C. Cara Kerja

    Pembuatan Buffer dan Larutan Pereaksi

    Stacking gel

    Komposisi Volume

    ddH2O 3,05 ml

    4x0,5 M Tris HCl

    pH 6,8

    1,25 ml

    Akrilamid 30% 0,67 ml

    APS 10% 25 l

    TEMED 5 l

  • 9 | P a g e

    *Volume yang digunakan bisa berbeda-beda, namun bahan penyusun gel tetap sama

    Resolving gel

    Resolving

    gel

    4% 6% 8% 10% 12%

    ddH2O 6,15 ml 5,45 ml 4,75 ml 4,15 ml 3,45 ml

    4x0,5 M

    Tris HCl

    pH 8,8

    2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml

    Akrilamid

    30 %

    1,3 ml 2 ml 2,7 ml 3,3 ml 4 ml

    APS 10% 50 l 50 l 50 l 50 l 50 l

    TEMED 5 l 5 l 5 l 5 l 5 l

    *Volume yang digunakan bisa berbeda-beda, namun bahan penyusun gel tetap sama

    30% Acrylamide solution

    30gr acrylamide : bis-acrylamide (29:1)

    Dilarutkan dalam 100 ml aquabidest

    Simpan di botol cokelat/tempat gelap pada suhu 40C

    1,5 M Tris-HCl buffer (4x) pH 8,8

    18,17 gr Tris base

    4,0 ml 10% SDS, atur pH hingga 8,8 dengan HCl

    Larutkan dalam 100 ml aquabidest

    Simpan pada suhu 40C

    0,5 M Tris-HCl buffer (4x) pH 6,8

    6,06 gr Tris base

    4,0 ml 10% SDS, atur pH hingga 6,8 dengan HCl

    Larutkan dalam 100 ml aquabidest

    Simpan pada suhu 40C

  • 10 | P a g e

    (4x) Tris-Glycine Reservoir Buffer

    12 gr Tris-base

    57,6 Glycine

    Dilarutkan dalam 1000 ml aquabidest

    Simpan pada suhu 40C

    (5x) Sample buffer

    3,9 ml aquabidest

    1,0 ml 0,5 M Tris

    0,8 ml gliserol

    1,6 ml 10% SDS

    0,4 ml 2-mercaptoethanol

    0,4 ml 1% bromophenolblue

    Disimpan dalam freezer

    10% SDS

    50 gr SDS dengan aquabidest hingga 500 ml, aduk hingga homogeny

    Simpan pada suhu ruangan

    10% APS

    Larutkan 0,1 ml APS dalam 1 ml aquabidest, dibuat fresh setiap pemakaian

    Running Buffer

    370 ml aquabidest

    125 ml (4x) reservoir buffer

    5 ml 10% SDS

    Campurkan semua bahan ke dalam beaker glass, aduk hingga homogen. Simpan

    pada suhu 40C.

    Staining/Destaining Solution

    400 ml methanol

    100 ml asam asetat glasial

    500 ml aquabidest

  • 11 | P a g e

    1 gr Coomassie Brilliant Blue (untuk staining solution)

    Tahapan Elektroforesis

    Persiapan gel

    Gel yang telah memadat siap digunakan untuk elektroforesis. Pasang gel pada alat,

    dan keluarkan sisir dari gel.

    Gel yang telah siap tetapi tidak segera digunakan untuk elektroforesis dapat

    disimpan direndam dalam buffer (running buffer) atau aquadest.

    Gel tidak boleh disimpan terlalu lama

    Persiapan sampel

    Sampel protein didenaturasi dengan menambahkan sampel buffer, lalu dipanaskan

    dengan menggunakan thermoblock, pada suhu 850C selama 5 menit.

    Elektroforesis

    Setelah protein marker (5-8 l) dan sampel (10-15 l) dimasukkan ke dalam

    sumuran (well), alat elektroforesis di set. (Semakin kecil arus, pemisahan akan

    semakin baik, namun waktu akan semakin lama). Untuk running 1 gel biasanya

    diperlukan waktu 120 menit dan 180 menit untuk 2 gel.

    Elektroforesis dihentikan ketika semua sampel dan protein marker mencapai dasar

    resolving gel.

    Staining gel

    Gel hasil elektroforesis digunakan untuk mengetahui ukuran protein serta

    menganalisa bentuk pita proteinnya.

    Gel yang telah selesai dielektroforesis difiksasi dengan merendam gel hasil

    elektroforesis di dalam larutan fiksasi (10% asam asetat; 25% isopropanol; 65%

    aquadest) selama 15 menit. Larutan fiksasi kemudian dibuang lalu potongan gel ini

    direndam di dalam larutan staining Coomasie Brilliant Blue.

    Setelah gel direndam, wadah yang berisi gel kemudian digoyangkan perlahan dan

    dibiarkan selama satu malam dalam temperatur kamar.

  • 12 | P a g e

    Destaining gel

    Gel kemudian dibilas beberapa kali dengan menggunakan aquadest steril atau

    direndam dalam wadah plastic berisi aquadest. Gel kemudian disimpan di dalam

    wadah plastic dalam keadaan terendam oleh air. Hasil staining tersebut kemudian

    dibandingkan dengan penanda protein untuk mengetahui perkiraan ukuran protein

    yang berhasil diperoleh.

  • 13 | P a g e

    2.4. PEMBAHASAN

    Polymerase Chain Reaction

    Dalam melakukan PCR, langkah yang pertama dilakukan adalah membuat master mix

    yang mengandung: dapar (untuk menyesuaikan dan mempertahankan pH), enzim DNA

    Taq polymerase (untuk memanjangkan primer menjadi strand DNA dari sekuens

    komplementer template DNA single strand), dNTP (terdiri dari dATP, dGTP,dCTP, dan

    dTTP untuk DNA sequencing sebagai prekursor nukleosida yang dibutuhkan dalam sintesis

    atau pemanjangan strand DNA), primer forward dan reverse (sebagai komponen yang akan

    menempel pada single straind DNA pada saat proses annealing, dimana primer forward

    akan menginisiasi sintesis untai DNA dari ujung 5---3 dan primer reverse akan

    menginisiasi sintesis untai DNA dari ujung 3---5), serta ddH2O (sebagai pelarut DNA).

    Kemudian DNA hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam master mix tersebut dan di vortex

    dan disentrifugasi untuk selanjutnya ditempatkan pada mesin PCR. Mesin PCR diatur

    sedemikian rupa agar tercipta kondisi optimal untuk berlangsungnya proses polymerase

    chain reaction.

    Pada tahap pertama, dilakukan predenaturasi terlebih dahulu sebagai tahap untuk

    mempersiapkan tahapan denaturasi pada suhu 94oC selama 5 menit. Setelah proses

    predenaturasi selesai dilaksanakan, dilakukan lah proses denaturasi. Suhu diatur menjadi

    94oC agar terjadi denaturasi DNA sehingga double strand terpisah menjadi single straind.

    Proses ini berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Langkah berikutnya, suhu diturunkan

    menjadi 55oC selama 30 detik sehingga basa primer berpasangan dengan sekuens

    komplemennya pada sampel DNA. Proses tersebut dinamakan proses annealing.

    Berikutnya adalah proses sintesis atau extention. Suhu dinaikkan kembali menjadi 72oC

    selama satu menit yang merupakan suhu optimum Taq polymerase yang akan mengkatalis

    sintesis DNA. Sintesis DNA diinisiasi pada ujung primer 3-hidroksil dan menggunakan

    sumber DNA sebagai template. Siklus diatas dapat diulang kembali sesuai dengan jumlah

    kopi DNA yang diinginkan. Selanjutnya, hasil PCR dapat divisualisasi dan dipurifikasi

    pada elektroforesis agarose gel mini.

  • 14 | P a g e

    Purifikasi Hasil PCR

    Purifikasi hasil PCR adalah teknik yang bertujuan untuk memperoleh DNA hasil PCR

    (DNA amplikon) yang murni. Setelah dilakukan PCR, purifikasi amplikon DNA dilakukan

    dengan Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit. Purifikasi ini dimaksudkan guna

    memperoleh DNA yang murni dari sisa primer, primer dimer, nukleotida (sisa dNTPs),

    enzim polymerase, dan garam-garam dengan menggunakan membran dan sentrifugasi

    Mula-mula DNA hasil amplifikasi PCR sebanyak 20 l diambil dan dicampur dengan 5 l

    loading buffer untuk dilakukan elektroforesis di gel agaros 1%. Loading buffer digunakan

    untuk membantu estimasi waktu migrasi dari DNA dan mengoptimasi run time dari gel

    agarose. Loading buffer juga berguna untuk menambah densitas sehingga DNA akan selalu

    berada di dasar well dan sebagai pewarna untuk memudahkan peletakkan sampel DNA ke

    dasar well. Pita DNA yang diinginkan diiris pada gel tersebut dan dipindahkan ke dalam

    tabung mikro 1,5 ml yang baru dan steril. Ke dalam irisan gel tersebut ditambahkan 300 l

    dapar DF lalu divortex dan diinkubasi pada 55-60oC selama 10-15 menit hingga larut.

    Campuran didiamkan pada suhu kamar. Kemudian campuran tersebut dipipet dan

    dimasukkan ke dalam kolom DF yang terpasang pada tabung penampung. Lalu

    disentrifugasi pada 13000 rpm selama 30 detik. Cairan yang tertampung dibuang dan kolom

    DF ditempatkan kembali pada penampung.

    Pada tabung tersebut ditambahkan 600 l wash buffer yang telah ditambah etanol dan

    disentrifugasi kembali dengan kecepatan yang sama selama 30 detik. Wash buffer ini

    berguna untuk mencuci DNA dari pengotor-pengotor. Cairan yang terkumpul dibuang

    kembali dan kolom DF dikembalikan pada tabung penampung, sentrifugasi kembali hingga

    membran kolom mengering. Kolom DF yang telah kering dipindahkan ke tabung baru dan

    steril 1,5 ml dan ditambahkan dengan 25 l aquabidest pada bagian tengah kolom DF. Hal

    ini untuk mencegah terjadinya pengendapan pada dinding kolom. Aquabidest dibiarkan

    hingga terserap lalu disentrifugasi kembali selama 1 menit untuk memperoleh DNA murni.

    DNA yang telah diperoleh disimpan pada suhu -20oC.

    DNA yang murni yang diperoleh tersebut dapat diamati purifikasinya secara visual secara

    kualitatif dengan dianalisis pada elektroforesis agaros gel mini atau secara kuantitatif

    dengan spektrofotometer nanodrop. Dengan elektroforesis agaros gel mini dapat

    dibandingkan antara hasil elektroforesis DNA amplikon murni dengan penanda ukuran

    molekul. Apabila DNA tersebut murni akan diperoleh bercak tunggal (1 band) yang

    menandakan tidak ada komponen atau genom lain.

  • 15 | P a g e

    SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis)

    Elektroforesis merupakan teknik pemisahan suatu molekul dalam suatu campuran di

    bawah pengaruh medan listrik. Molekul terlarut dalam medan listrik bergerak atau migrasi

    dengan kecepatan yang ditentukan oleh rasio muatan dan masa. Sebagai contoh, jika dua

    molekul mempunyai masa dan bentuk yang sama, molekul dengan muatan lebih besar akan

    bergerak lebih cepat ke elektrode. Elektroforesis gel poliakrilamid dapat digunakan untuk

    pemisahan, identifikasi, dan pemurnian protein. Teknik ini merupakan teknik sederhana,

    cepat, dan dapat memisahkan molekul yang diinginkan dari matriksnya yang tidak dapat

    dilakukan oleh prosedur lainnya, seperti sentrifugasi gradien.

    Akrilamid merupakan suatu monomer, yang jika ada radikal bebas, biasanya diberikan oleh

    ammonium persulfat dan distabilkan oleh TEMED, terjadi reaksi berantai sehingga

    monomer terpolimerisasi menjadi rantai panjang. Jika dalam reaksi itu ada bisakrilamid,

    reaksi menjadi bersambung melintang menjadi gel yang pori-porinya ditentukan oleh

    panjang rantai dan jumlah sambungan silang. Panjang rantai ini ditentukan oleh konsentrasi

    poliakrilamid dalam reaksi ini (3,5%-20%) dan satu molekul sambungan silang terjadi pada

    setiap 29 monomer akrilamid.

  • 16 | P a g e

    Gambar 1. Pembentukan gel poliakrilamid. Jaringan tiga dimensi terbentuk oleh

    kopolimerisasi monomer teraktivasi dengan penghubung dari bis akrilamid

    Gel poliakrilamid dibuat dengan cara menuangkan antar dua lempeng kaca yang

    dipisahkan dengan pembatas dengan ketebalan tertentu. Gel poliakrilamid dapat berukuran

    dari 5 cm sampai 50 cm panjangnya tergantung pada keperluannya dan dilakukan

    elektroforesis dengan cara vertikal. SIstem ini menunjukkann tiga keunggulan daripada gel

    agarosa: (1) kekuatan pemisahannya sangat besar sehingga dapat memisahkan satu pasang

    basa dalam 500 pasang basa. (2) sistem ini dapat menampung jumlah sampel lebih besar

    daripada agarosa. (3) DNA yang diperoleh kembali dari gel poliakrilamid sangat murni

    sehingga dapat digunakan untuk keperluan percobaan mikroinjeksi embrio tikus. Selain itu

    poliakrilamid tidak bereaksi dengan sampel dan tidak membentuk matriks dengan sampel.

    Tabel 1. Rentang Pemisahan DNA dalam gel poliakrilamid

  • 17 | P a g e

    Bis-akrilamid diberikan dalam konsentrasi 1/30 konsentrasi akrilamid. Angka yang tertera

    merupakan ukuran pasang basa dari fragmen DNA untai ganda yang migrasi bersama

    pewarna.

    SDS atau disebut juga dengan Sodium Lauril Sulfat adalah suatu detergent anionic,

    yang apabila dilarutkan molekulnya memiliki muatan negatif. Suatu rantai polipeptida

    dapat berikatan dengan sejumlah tertentu SDS sesuai ukuran molekul. Muatan negatif SDS

    menghancurkan sebagian besar struktur kompleks protein, dan secara kuat tertarik kea rah

    anoda (positively-charged electrode) bila ditemaptkan pada suatu medan listrik.

    Komposisi gel terdiri dari stacking gel dan resolving gel. Stacking gel merupakan

    gel penahan yang berfungsi untuk mengumpulkan protein yang telah diload menjadi pita

    atau band yang tajam sebelum gel terpisah pada resolving gel. Sementara itu, resolving gel

    merupakan gel pemisah yang memisahkan protein berdasarkan ukuran molekul. Komposisi

    resolving gel biasanya yang diubah saat dilakukan optimasi gel untuk pemisahan protein.

    Protein dapat dipisahkan berdasarkan ukran massanya dengan elektroforesis gel

    poliakrilamid dengan sistem tegak. Sebelumnya, campuran protein dipanasi dengan

    natrium dedosil sulfat (SDS), suatu detergen anionic untuk menyelubungi melekul protein.

    Penyelubungan ini menyebabkan interaksi non-kovalen terganggu sehingga molekul

    protein dalam struktur primer. Anion SDS berikatan dengan rantai utama dengan rasio satu

    molekul SDS untuk dua residu asam amino.

  • 18 | P a g e

    Gambar 2. Alat elektroforesis gel poliakrilamid. Beberapa sampel dapat dimasukkan

    dalam gel poliakrilamid. Pipet microliter digunakan untuk memasukkan larutan ke dalam

    sumuran. Sampel yang bermuatan negative akan bergerak ke anoda, pada bagian bawah

    gel.

    Merkaptoetanol atau ditiotreitol juga ditambahkan untuk mereduksi ikatan disulfida.

    Kompleks SDS dengan protein terdenaturasi mempunyai jumlah muatan negatif yang

    sebanding dengan ukuran protein. Muatan negatif yang terdapat pada ikatan SDS ini jauh

    lebih besar daripada muatan pada protein asli. Kompleks protein-SDS kemudian

    dielektroforesis, sehingga semua molekul protein bergerak menuju kutub positif. Ketika

    elektroforesis selesai, protein dalam gel dapat ditampakkan oleh pewarnaan dengan perak

    atau zat warna seperti Coomassive biru, yang akan menampakkan beberapa pita.

    Coomasive biru berikatan dengan protein berdasarkan interaksi ionic antara gugus sulfit

    pada Coomasive biru dengan asam amino basa, dan interaksi hidrofobik cincin Coomasive

    biru. Pewarna mampu menghasilkan pita pada jumlah protein 10-100ng.

  • 19 | P a g e

    Gambar 3. Elektroforesis gel poliakrilamid-SDS. Subunit A dan B terikat dengan ikatan

    disulfide yang direduksi menjadi SH sehingga menjadi dua polipeptida. Protein

    terselubungi SDS menjadi bermuatan negatif. Mobilitas protein dalam gel poliakrilamid-

    SDS berbanding terbalik dengan log ukuran molekulnya.

    Protein kecil akan bergerak cepat melewati gel, sedangkan protein besar bergerak lebih

    lambat. Mobilitas kebanyakan polipeptida di bawah kondisi seperti ini berbanding lurus

    terhadap log ukurannya. Beberapa protein yang banyak mengandung karbohidroksida dan

    protein membrane tidak mengikuti aturan ini. Akan tetapi metode SDS-PAGE

    (elektroforesis gel poliakrilamid-SDS) ini sangat cepat, peka dan dapat menghasilkan

    pemisahan yang baik. Sebanyak sekitar 0,1 mg (2pmol) protein menghasilkan pita yang

    jelas dengan pewarna Coomasive biru. Pada jumlah yang kecil (0,02 mg) dapat dideteksi

    dengan pewarna perak. Protein dengan perbedaan ukuran sekitar 2% (misalnya 40 dan 41

    kD, yang berbeda 10 residu) biasanya dapat ditunjukkan.

  • 20 | P a g e

    BAB III

    KESIMPULAN DAN SARAN

    3.1. Kesimpulan

    PCR merupakan tahap mengamplifikasi fragmen DNA yang telah diperoleh.untuk

    selanjutnya dipurifikasi agar memperoleh DNA hasil PCR (DNA amplikon) yang murni.

    Sementara itu elektroforesis gel poliakrilamid (SDS-PAGE) dapat digunakan untuk

    pemisahan, identifikasi, dan pemurnian protein. Teknik ini merupakan teknik sederhana,

    cepat, dan dapat memisahkan molekul yang diinginkan dari matriksnya yang tidak dapat

    dilakukan oleh prosedur lainnya, seperti sentrifugasi gradien.

    3.2. Saran

    Produk Bioteknologi PCR sangat bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas untuk

    diagnosa penyakit. Penting untuk terus mengembangkan produk-produk bioteknologi

    untuk meningkatkan kualitas kesehatan Indonesia. Selain itu, perkembangan bioteknologi

    yang semakin pesat ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan produk-

    produk bioteknologi yang lebih bermanfaat dan ekonomis bagi kehidupan makhluk hidup.

  • 21 | P a g e

    DAFTAR PUSTAKA

    Glick, B.R., Pasternak, J.J., Patten, C.L. (2010). Molecular Biotechnology:

    Principles and Applications of Recombinant DNA 4th Edition. Washington

    DC: ASM Press

    Malik, Amarila. (2015). Protokol Kerja (1) Ekstraksi DNA dan PCR Dasar.

    Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

    Sudjadi. (2007). Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

    Suharsono dan Wisyastuti, U. (2006). Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik

    Pengklonan Gen. Bogor: Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan

    Bioteknoloi Institut Pertanian Bogor.

    Walsh, Gary. (2007). Pharmaceutical Biotechnology: Concepts and Applications.

    West Sussex, England: John Wiley & Sons, Ltd.