kelompok 6 kelas a_praktikum biotek 2
DESCRIPTION
biotek kelompok 6TRANSCRIPT
-
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI FARMASI
Tanggal Praktikum: 10 Maret 2015
Polymerase Chain Reaction (PCR), Purifikasi Hasil PCR, dan SDS-PAGE
Disusun Oleh:
Kelompok 6 (Kelas A)
Baginda Sati Pituanan 1206260204
Dina Salamah 1206244301
Mega Watty 1206260091
Michael Prajanto 1206257733
Zahra Adiyati 1206257670
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
-
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Bioteknologi Farmasi yang berjudul
Teknik Ekstraksi DNA dan Elektroforesis .
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan Ibu Dr. Amarila Malik Apt., M.Si,
selaku dosen mata kuliah Bioteknologi Farmasi yang telah mengusahakan berlangsungnya
praktikum di tengah padatnya kegiatan perkuliahan, serta kepada kakak-kakak asisten
Laboratorium Bioteknologi Fakultas Farmasi UI yang telah melakukan demo dan menjelaskan
teknik-teknik molekuler dasar. Penulis juga berterima kasih atas bantuan semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan moral maupun material
kepada penulis sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan baik dan benar.
Penulis berharap informasi-informasi yang terdapat dalam laporan ini dapat berguna
bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi yang kurang berkenan
di hati pembaca. Untuk itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca. Terima kasih.
Depok, Maret 2015
Penulis
-
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
1.4. Metode Penulisan ............................................................................................................ 2
1.6. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 2
BAB II ISI .................................................................................................................................. 4
2.1. POLYMERASE CHAIN REACTION ........................................................................... 4
2.2. PURIFIKASI HASIL PCR ............................................................................................. 6
2.3. SDS-PAGE ...................................................................................................................... 8
2.4. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 20
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 20
3.2. Saran .............................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21
-
1 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA
secara in vitro untuk menghasilkan sekuens DNA spesifik dalam jumlah yang besar dimana
teknik ini digunakan sebagai pijakan oleh DNA sequencing. PCR merupakan suatu alat yang
alat yang relatif sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk fokus pada suatu segmen
DNA dan menyalinnya miliaran kali. Dengan ditemukannya kedua teknik, di samping juga
teknik-teknik lain, telah merevolusi bidang sains dan teknologi khususnya di bidang diagnosa
penyakit genetik, kedokteran forensik dan evolusi molekular. Tahap awal dalam PCR adalah
isolasi dan ekstraksi DNA yang akan diperbanyak dari makhluk hidup asal.
Komponen esensial pada PCR adalah (1) dua primer oligonukleotida spesifik (masing-
masing mengandung ~20 nukleotida) yang merupakan komplemen strand berlawanan yang
memiliki sekuens DNA target; (2) sekuens template pada sampel DNA yang terbentang pada
lokasi ikatan primer dengan panjang 100-35000 bp; (3) DNA polimerase yang bersifat
termostabil, dapat bertahan pada suhu mencapai lebih dari 95oC, dan dapat mengkopikan
template DNA dengan ketelitian yang tinggi; dan (4) empat jenis DNA.
Secara umum, proses ini terdiri dari tiga bagian, yaitu (1) Denaturasi DNA dengan
peningkatan suhu mencapai 95oC; (2) Renaturasi dengan menurunkan suhu hingga mencapai
~55oC, pada tahap ini basa primer berpasangan dengan sekuens komplemennya pada sampel
DNA; dan (3) Sintesis, suhu dinaikkan kembali menjadi ~75oC yang merupakan suhu optimum
Taq polymerase yang akan mengkatalis sintesis DNA. Sintesis DNA diinisiasi pada ujung
primer 3-hidroksil dan menggunakan sumber DNA sebagai template.
Setelah dilakukan PCR, langkah berikutnya yang perlu dilakukan adalah purifikasi
hasil PCR. Secara umum, purifikasi hasil PCR dapat dilakukan secara kualitatif ataupun
kuantitatif. Pemeriksaan purifikasi bisa dengan elektroforesis agaros gel mini atau dengan
spektrofotometer nanodrop. Purifikasi ini penting terkait masalah reproduksibilitas karena
dalam pemeriksaan atau diagnosis DNA atau RNA yang digunakan harus dimurnikan terlebih
dahulu. Setelah dilakukan PCR, purifikasi amplikon DNA dapat dilakukan dengan metode atau
kit berikut yaitu Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit atau menggunakan protokol QIA
quick Purification Kits (QIAGEN). Kedua metode tersebut memiliki prinsip yang sama yang
berbeda hanya pada bagian bahan dan alat yang digunakan selama proses. Purifikasi ini
-
2 | P a g e
dimaksudkan guna memperoleh DNA yang murni dengan sisa primer, primer dimer, nukleotida
(sisa dNTPs), enzim polymerase, dan garam-garam dengan menggunakan membran dan
sentrifugasi.
Elektroforesis gel poliakrilamid dapat digunakan untuk pemisahan, identifikasi, dan
pemurnian protein. Teknik ini merupakan teknik sederhana, cepat, dan dapat memisahkan
molekul yang diinginkan dari matriksnya yang tidak dapat dilakukan oleh prosedur lainnya,
seperti sentrifugasi gradien.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah umum yang diangkat dalam makalah ini adalah mengenai gambaran umum,
metode, serta alat dan bahan yang digunakan dalam Polymerase Chain Reaction (PCR),
Purifikasi Hasil PCR, dan SDS-PAGE.
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menemukan jawaban kualitatif terhadap
rincian masalah yang tersimpul dalam ruang lingkup masalah di atas.
Kegunaan pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai permasalahan
dalam bidang bioteknologi terkait dengan Polymerase Chain Reaction (PCR), Purifikasi Hasil
PCR, dan SDS-PAGE.. Penulis berharap melalui makalah ini, pembaca dapat memperluas
pemahaman bioteknologi farmasi terutama dibidang yang dibahas pada makalah ini.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah adalah metode pustaka.
Metode pustaka mencakup pencarian data dari berbagai sumber. Sumber yang penulis gunakan
berupa literatur, buku, situs dan jurnal ilmiah di internet.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka penulis telah menyusun
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab 1: Pendahuluan
Menguraikan mengenai penulisan makalah ini dan terdiri atas latar belakang masalah,
perumusan dan ruang lingkup, tujuan, kegunaan penulisan, metode yang digunakan, serta
sistematika penulisan.
Bab 2: Isi
-
3 | P a g e
Terdiri atas permasalahan utama yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai
gambaran umum Polymerase Chain Reaction (PCR), Purifikasi Hasil PCR, dan SDS-
PAGE.
Bab 3: Penutup
Terdiri atas kesimpulan dan saran.
-
4 | P a g e
BAB II
ISI
2.1. POLYMERASE CHAIN REACTION
A. Tujuan
Polymerase Chain Reaction adalah teknik molekuler yang dilakukan bertujuan untuk
mengamplifikasi fragmen DNA dengan menggunakan suatu pasangan primer yang
dirancang dengan khas
B. Alat dan Bahan
Alat:
- Mesin Thermal Cycler
- Sentrifuge mikro
- Mixer (vortex)
Bahan:
- DNA template (DNA Genomik dalam 25L TE)
- Pasangan primer oligonukleotida (primer 16s rDNA)
- Enzim DNA Taq polymerase
- Nukleotida bebas (dNTPs = dATP, dCTP, dGTP, dTTP)
C. Cara Kerja
1. Membuat PCR master mix dengan volume akhir 25 mL dengan komposisi sebagai
berikut:
a. Dapar 2.5L
b. Enzim DNA Taq polymerase 1 L
c. dNTP 0.5 L
d. Primer forward
e. Primer reverse
f. ddH2O 18L
Jika contoh yang akan diamplifikasi lebih dari satu, maka masing-masing
jumlah komponen tersebut dikalikan dengan jumlah contoh ditambah satu (n+1),
kemudian campur di dalam satu tabung mikro 1.5 mL (pembuatan master mix).
-
5 | P a g e
Jika volume akhir 50L, maka jumlah masing-masing komponen harus
disesuaikan.
2. Mencampurkan 1L hasil ekstraksi DNA ke dalam master mix yang telah dialiquot
dalam tabung PCR 0.2 atau 0.5L, kemudian dicampur dengan mixer (vortex)
3. Mensentrifugasi singkat (Spindown) campuran dengan sentrifuge mikro, kemudian
ditempatkan pada mesin PCR
4. Mengatur mesin PCR sesuai kondisi yang sudah dirancang sebelumnya sebagai berikut:
a. Pre-denaturasi : 94oC; 5 menit
b. Denaturasi : 94oC; 30 detik
c. Annealing : 55oC; 30 detik
d. Extension : 72oC; 1 menit
e. Jumlah siklus : n= 25-30 (b-c-d)
f. Post-extension : 72oC; 20 menit
g. Hold : 16oC
5. Memvisualisasi hasil PCR dan purifikasi dengan elektroforesis agarose gel mini atau
secara kunatitatif dengan spektrofotometer nanodrop.
-
6 | P a g e
2.2 PURIFIKASI HASIL PCR
A. Tujuan
Purifikasi hasil PCR adalah teknik yang bertujuan untuk memperoleh DNA hasil PCR
(DNA amplikon) yang murni
B. Alat dan Bahan
Alat:
- Sentrifuge mikro
- Tabung mikro 1.5mL baru dan steril
- Tabung penampung 2mL, tersedia di dalam kit
- Pisau silet atau cutter yang baru dan steril
Bahan:
- Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit yang terdiri dari:
Dapar DF
Wash buffer + Etanol 95%
Kolom DF
ddH2O
C. Cara Kerja
1. Melakukan elektroforesis 20 L DNA hasil amplifikasi PCR dan 5 L loading
buffer pada gel agarose 1%
2. Memotong pita yang diinginkan dengan menggunakan pisau silet atau cutter yang
baru dan steril lalu memindahkan irisan gel ke dalam tabung mikro 1.5 mL baru dan
steril.
3. Menambahkan 300 L dapar DF, vortex dan inkubasi pada 55-60oC selama 10-15
menit hingga irisan gel terlarut sempurna. Selama inkubasi tabung mikro dibolak-
balik setiap 2-3 menit. Kemudian campuran tersebut didamkan dingin pada suhu
kamar
4. Memipet campuran tersebut dan memasukkan ke dalam kolom DF yang terpasang
pada tabung penampung kemudian mensentrifugasi pada kecepatan maksimum
(13.000 rpm) selama 30 detik. Cairan yang tertampung dibuang dan kolom DF
ditempatkan kembali pada tabung penampung.
-
7 | P a g e
5. Menambahkan 600 L dapar pencuci (wash buffer) yang telah ditambah etanol dan
sentrifugasi kembali pada kecepatan maksimum selama 30 detik. Cairan yang
terkumpul dibuang kembali dan kolom DF ditempatkan kembali dalam tabung
penampung, sentrifugasi pada kecepatan maksimum selama 3 menit sampai
membrane kolom mongering.
6. Memindahkan kolom DF yang telah kering ke dalam tabung mikro 1.5 mL yang
baru dan steril. Kemudian tambahkan 25 L akuades steril (ddH2O) ke dalam
bagian tengah dari membran kolom DF agar pengendapan pada dinding kolom
dapat dihindari. Biarkan akuabides terserap selama 2 menit kemudian sentrifugasi
pada kecepatan maksimum selama 1 menit untuk mendapatkan DNA murni.
7. Menyimpan DNA pada suhu -20oC.
8. Untuk mengamati DNA hasil purifikasi secara visual, DNA dianalisis kembali
dengan elektroforesis agarose gel mini. Jika informasi sequence DNA amplikon
diperlukan, maka dapat dilakukan sequencing DNA.
-
8 | P a g e
2.3. SDS-PAGE
A. Tujuan
Memisahkan protein berdasarkan ukurannya dengan cara elektroforesis
B. Alat dan Bahan
Alat:
- Elektroforesis
- Sisir elektroforesis
- Mikro pipet
- Thermoblock
Bahan:
- 10% SDS (Sodium Dodecyl
Sulphate)
- Stacking gel
- Resolving gel
- 30% Acrylamide solution
- 1,5 M Tris-HCl buffer (4x)
pH 8,8
- 0,5 M Tris-HCl buffer (4x)
pH 6,8
- (4x) Tris-Glycine Reservoir
Buffer
- (5x) Sample Buffer
- 10% APS
- Running Buffer
- Staining/ Destaining
Solution
- Larutan fiksasi
- aquades
C. Cara Kerja
Pembuatan Buffer dan Larutan Pereaksi
Stacking gel
Komposisi Volume
ddH2O 3,05 ml
4x0,5 M Tris HCl
pH 6,8
1,25 ml
Akrilamid 30% 0,67 ml
APS 10% 25 l
TEMED 5 l
-
9 | P a g e
*Volume yang digunakan bisa berbeda-beda, namun bahan penyusun gel tetap sama
Resolving gel
Resolving
gel
4% 6% 8% 10% 12%
ddH2O 6,15 ml 5,45 ml 4,75 ml 4,15 ml 3,45 ml
4x0,5 M
Tris HCl
pH 8,8
2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml
Akrilamid
30 %
1,3 ml 2 ml 2,7 ml 3,3 ml 4 ml
APS 10% 50 l 50 l 50 l 50 l 50 l
TEMED 5 l 5 l 5 l 5 l 5 l
*Volume yang digunakan bisa berbeda-beda, namun bahan penyusun gel tetap sama
30% Acrylamide solution
30gr acrylamide : bis-acrylamide (29:1)
Dilarutkan dalam 100 ml aquabidest
Simpan di botol cokelat/tempat gelap pada suhu 40C
1,5 M Tris-HCl buffer (4x) pH 8,8
18,17 gr Tris base
4,0 ml 10% SDS, atur pH hingga 8,8 dengan HCl
Larutkan dalam 100 ml aquabidest
Simpan pada suhu 40C
0,5 M Tris-HCl buffer (4x) pH 6,8
6,06 gr Tris base
4,0 ml 10% SDS, atur pH hingga 6,8 dengan HCl
Larutkan dalam 100 ml aquabidest
Simpan pada suhu 40C
-
10 | P a g e
(4x) Tris-Glycine Reservoir Buffer
12 gr Tris-base
57,6 Glycine
Dilarutkan dalam 1000 ml aquabidest
Simpan pada suhu 40C
(5x) Sample buffer
3,9 ml aquabidest
1,0 ml 0,5 M Tris
0,8 ml gliserol
1,6 ml 10% SDS
0,4 ml 2-mercaptoethanol
0,4 ml 1% bromophenolblue
Disimpan dalam freezer
10% SDS
50 gr SDS dengan aquabidest hingga 500 ml, aduk hingga homogeny
Simpan pada suhu ruangan
10% APS
Larutkan 0,1 ml APS dalam 1 ml aquabidest, dibuat fresh setiap pemakaian
Running Buffer
370 ml aquabidest
125 ml (4x) reservoir buffer
5 ml 10% SDS
Campurkan semua bahan ke dalam beaker glass, aduk hingga homogen. Simpan
pada suhu 40C.
Staining/Destaining Solution
400 ml methanol
100 ml asam asetat glasial
500 ml aquabidest
-
11 | P a g e
1 gr Coomassie Brilliant Blue (untuk staining solution)
Tahapan Elektroforesis
Persiapan gel
Gel yang telah memadat siap digunakan untuk elektroforesis. Pasang gel pada alat,
dan keluarkan sisir dari gel.
Gel yang telah siap tetapi tidak segera digunakan untuk elektroforesis dapat
disimpan direndam dalam buffer (running buffer) atau aquadest.
Gel tidak boleh disimpan terlalu lama
Persiapan sampel
Sampel protein didenaturasi dengan menambahkan sampel buffer, lalu dipanaskan
dengan menggunakan thermoblock, pada suhu 850C selama 5 menit.
Elektroforesis
Setelah protein marker (5-8 l) dan sampel (10-15 l) dimasukkan ke dalam
sumuran (well), alat elektroforesis di set. (Semakin kecil arus, pemisahan akan
semakin baik, namun waktu akan semakin lama). Untuk running 1 gel biasanya
diperlukan waktu 120 menit dan 180 menit untuk 2 gel.
Elektroforesis dihentikan ketika semua sampel dan protein marker mencapai dasar
resolving gel.
Staining gel
Gel hasil elektroforesis digunakan untuk mengetahui ukuran protein serta
menganalisa bentuk pita proteinnya.
Gel yang telah selesai dielektroforesis difiksasi dengan merendam gel hasil
elektroforesis di dalam larutan fiksasi (10% asam asetat; 25% isopropanol; 65%
aquadest) selama 15 menit. Larutan fiksasi kemudian dibuang lalu potongan gel ini
direndam di dalam larutan staining Coomasie Brilliant Blue.
Setelah gel direndam, wadah yang berisi gel kemudian digoyangkan perlahan dan
dibiarkan selama satu malam dalam temperatur kamar.
-
12 | P a g e
Destaining gel
Gel kemudian dibilas beberapa kali dengan menggunakan aquadest steril atau
direndam dalam wadah plastic berisi aquadest. Gel kemudian disimpan di dalam
wadah plastic dalam keadaan terendam oleh air. Hasil staining tersebut kemudian
dibandingkan dengan penanda protein untuk mengetahui perkiraan ukuran protein
yang berhasil diperoleh.
-
13 | P a g e
2.4. PEMBAHASAN
Polymerase Chain Reaction
Dalam melakukan PCR, langkah yang pertama dilakukan adalah membuat master mix
yang mengandung: dapar (untuk menyesuaikan dan mempertahankan pH), enzim DNA
Taq polymerase (untuk memanjangkan primer menjadi strand DNA dari sekuens
komplementer template DNA single strand), dNTP (terdiri dari dATP, dGTP,dCTP, dan
dTTP untuk DNA sequencing sebagai prekursor nukleosida yang dibutuhkan dalam sintesis
atau pemanjangan strand DNA), primer forward dan reverse (sebagai komponen yang akan
menempel pada single straind DNA pada saat proses annealing, dimana primer forward
akan menginisiasi sintesis untai DNA dari ujung 5---3 dan primer reverse akan
menginisiasi sintesis untai DNA dari ujung 3---5), serta ddH2O (sebagai pelarut DNA).
Kemudian DNA hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam master mix tersebut dan di vortex
dan disentrifugasi untuk selanjutnya ditempatkan pada mesin PCR. Mesin PCR diatur
sedemikian rupa agar tercipta kondisi optimal untuk berlangsungnya proses polymerase
chain reaction.
Pada tahap pertama, dilakukan predenaturasi terlebih dahulu sebagai tahap untuk
mempersiapkan tahapan denaturasi pada suhu 94oC selama 5 menit. Setelah proses
predenaturasi selesai dilaksanakan, dilakukan lah proses denaturasi. Suhu diatur menjadi
94oC agar terjadi denaturasi DNA sehingga double strand terpisah menjadi single straind.
Proses ini berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Langkah berikutnya, suhu diturunkan
menjadi 55oC selama 30 detik sehingga basa primer berpasangan dengan sekuens
komplemennya pada sampel DNA. Proses tersebut dinamakan proses annealing.
Berikutnya adalah proses sintesis atau extention. Suhu dinaikkan kembali menjadi 72oC
selama satu menit yang merupakan suhu optimum Taq polymerase yang akan mengkatalis
sintesis DNA. Sintesis DNA diinisiasi pada ujung primer 3-hidroksil dan menggunakan
sumber DNA sebagai template. Siklus diatas dapat diulang kembali sesuai dengan jumlah
kopi DNA yang diinginkan. Selanjutnya, hasil PCR dapat divisualisasi dan dipurifikasi
pada elektroforesis agarose gel mini.
-
14 | P a g e
Purifikasi Hasil PCR
Purifikasi hasil PCR adalah teknik yang bertujuan untuk memperoleh DNA hasil PCR
(DNA amplikon) yang murni. Setelah dilakukan PCR, purifikasi amplikon DNA dilakukan
dengan Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit. Purifikasi ini dimaksudkan guna
memperoleh DNA yang murni dari sisa primer, primer dimer, nukleotida (sisa dNTPs),
enzim polymerase, dan garam-garam dengan menggunakan membran dan sentrifugasi
Mula-mula DNA hasil amplifikasi PCR sebanyak 20 l diambil dan dicampur dengan 5 l
loading buffer untuk dilakukan elektroforesis di gel agaros 1%. Loading buffer digunakan
untuk membantu estimasi waktu migrasi dari DNA dan mengoptimasi run time dari gel
agarose. Loading buffer juga berguna untuk menambah densitas sehingga DNA akan selalu
berada di dasar well dan sebagai pewarna untuk memudahkan peletakkan sampel DNA ke
dasar well. Pita DNA yang diinginkan diiris pada gel tersebut dan dipindahkan ke dalam
tabung mikro 1,5 ml yang baru dan steril. Ke dalam irisan gel tersebut ditambahkan 300 l
dapar DF lalu divortex dan diinkubasi pada 55-60oC selama 10-15 menit hingga larut.
Campuran didiamkan pada suhu kamar. Kemudian campuran tersebut dipipet dan
dimasukkan ke dalam kolom DF yang terpasang pada tabung penampung. Lalu
disentrifugasi pada 13000 rpm selama 30 detik. Cairan yang tertampung dibuang dan kolom
DF ditempatkan kembali pada penampung.
Pada tabung tersebut ditambahkan 600 l wash buffer yang telah ditambah etanol dan
disentrifugasi kembali dengan kecepatan yang sama selama 30 detik. Wash buffer ini
berguna untuk mencuci DNA dari pengotor-pengotor. Cairan yang terkumpul dibuang
kembali dan kolom DF dikembalikan pada tabung penampung, sentrifugasi kembali hingga
membran kolom mengering. Kolom DF yang telah kering dipindahkan ke tabung baru dan
steril 1,5 ml dan ditambahkan dengan 25 l aquabidest pada bagian tengah kolom DF. Hal
ini untuk mencegah terjadinya pengendapan pada dinding kolom. Aquabidest dibiarkan
hingga terserap lalu disentrifugasi kembali selama 1 menit untuk memperoleh DNA murni.
DNA yang telah diperoleh disimpan pada suhu -20oC.
DNA yang murni yang diperoleh tersebut dapat diamati purifikasinya secara visual secara
kualitatif dengan dianalisis pada elektroforesis agaros gel mini atau secara kuantitatif
dengan spektrofotometer nanodrop. Dengan elektroforesis agaros gel mini dapat
dibandingkan antara hasil elektroforesis DNA amplikon murni dengan penanda ukuran
molekul. Apabila DNA tersebut murni akan diperoleh bercak tunggal (1 band) yang
menandakan tidak ada komponen atau genom lain.
-
15 | P a g e
SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis)
Elektroforesis merupakan teknik pemisahan suatu molekul dalam suatu campuran di
bawah pengaruh medan listrik. Molekul terlarut dalam medan listrik bergerak atau migrasi
dengan kecepatan yang ditentukan oleh rasio muatan dan masa. Sebagai contoh, jika dua
molekul mempunyai masa dan bentuk yang sama, molekul dengan muatan lebih besar akan
bergerak lebih cepat ke elektrode. Elektroforesis gel poliakrilamid dapat digunakan untuk
pemisahan, identifikasi, dan pemurnian protein. Teknik ini merupakan teknik sederhana,
cepat, dan dapat memisahkan molekul yang diinginkan dari matriksnya yang tidak dapat
dilakukan oleh prosedur lainnya, seperti sentrifugasi gradien.
Akrilamid merupakan suatu monomer, yang jika ada radikal bebas, biasanya diberikan oleh
ammonium persulfat dan distabilkan oleh TEMED, terjadi reaksi berantai sehingga
monomer terpolimerisasi menjadi rantai panjang. Jika dalam reaksi itu ada bisakrilamid,
reaksi menjadi bersambung melintang menjadi gel yang pori-porinya ditentukan oleh
panjang rantai dan jumlah sambungan silang. Panjang rantai ini ditentukan oleh konsentrasi
poliakrilamid dalam reaksi ini (3,5%-20%) dan satu molekul sambungan silang terjadi pada
setiap 29 monomer akrilamid.
-
16 | P a g e
Gambar 1. Pembentukan gel poliakrilamid. Jaringan tiga dimensi terbentuk oleh
kopolimerisasi monomer teraktivasi dengan penghubung dari bis akrilamid
Gel poliakrilamid dibuat dengan cara menuangkan antar dua lempeng kaca yang
dipisahkan dengan pembatas dengan ketebalan tertentu. Gel poliakrilamid dapat berukuran
dari 5 cm sampai 50 cm panjangnya tergantung pada keperluannya dan dilakukan
elektroforesis dengan cara vertikal. SIstem ini menunjukkann tiga keunggulan daripada gel
agarosa: (1) kekuatan pemisahannya sangat besar sehingga dapat memisahkan satu pasang
basa dalam 500 pasang basa. (2) sistem ini dapat menampung jumlah sampel lebih besar
daripada agarosa. (3) DNA yang diperoleh kembali dari gel poliakrilamid sangat murni
sehingga dapat digunakan untuk keperluan percobaan mikroinjeksi embrio tikus. Selain itu
poliakrilamid tidak bereaksi dengan sampel dan tidak membentuk matriks dengan sampel.
Tabel 1. Rentang Pemisahan DNA dalam gel poliakrilamid
-
17 | P a g e
Bis-akrilamid diberikan dalam konsentrasi 1/30 konsentrasi akrilamid. Angka yang tertera
merupakan ukuran pasang basa dari fragmen DNA untai ganda yang migrasi bersama
pewarna.
SDS atau disebut juga dengan Sodium Lauril Sulfat adalah suatu detergent anionic,
yang apabila dilarutkan molekulnya memiliki muatan negatif. Suatu rantai polipeptida
dapat berikatan dengan sejumlah tertentu SDS sesuai ukuran molekul. Muatan negatif SDS
menghancurkan sebagian besar struktur kompleks protein, dan secara kuat tertarik kea rah
anoda (positively-charged electrode) bila ditemaptkan pada suatu medan listrik.
Komposisi gel terdiri dari stacking gel dan resolving gel. Stacking gel merupakan
gel penahan yang berfungsi untuk mengumpulkan protein yang telah diload menjadi pita
atau band yang tajam sebelum gel terpisah pada resolving gel. Sementara itu, resolving gel
merupakan gel pemisah yang memisahkan protein berdasarkan ukuran molekul. Komposisi
resolving gel biasanya yang diubah saat dilakukan optimasi gel untuk pemisahan protein.
Protein dapat dipisahkan berdasarkan ukran massanya dengan elektroforesis gel
poliakrilamid dengan sistem tegak. Sebelumnya, campuran protein dipanasi dengan
natrium dedosil sulfat (SDS), suatu detergen anionic untuk menyelubungi melekul protein.
Penyelubungan ini menyebabkan interaksi non-kovalen terganggu sehingga molekul
protein dalam struktur primer. Anion SDS berikatan dengan rantai utama dengan rasio satu
molekul SDS untuk dua residu asam amino.
-
18 | P a g e
Gambar 2. Alat elektroforesis gel poliakrilamid. Beberapa sampel dapat dimasukkan
dalam gel poliakrilamid. Pipet microliter digunakan untuk memasukkan larutan ke dalam
sumuran. Sampel yang bermuatan negative akan bergerak ke anoda, pada bagian bawah
gel.
Merkaptoetanol atau ditiotreitol juga ditambahkan untuk mereduksi ikatan disulfida.
Kompleks SDS dengan protein terdenaturasi mempunyai jumlah muatan negatif yang
sebanding dengan ukuran protein. Muatan negatif yang terdapat pada ikatan SDS ini jauh
lebih besar daripada muatan pada protein asli. Kompleks protein-SDS kemudian
dielektroforesis, sehingga semua molekul protein bergerak menuju kutub positif. Ketika
elektroforesis selesai, protein dalam gel dapat ditampakkan oleh pewarnaan dengan perak
atau zat warna seperti Coomassive biru, yang akan menampakkan beberapa pita.
Coomasive biru berikatan dengan protein berdasarkan interaksi ionic antara gugus sulfit
pada Coomasive biru dengan asam amino basa, dan interaksi hidrofobik cincin Coomasive
biru. Pewarna mampu menghasilkan pita pada jumlah protein 10-100ng.
-
19 | P a g e
Gambar 3. Elektroforesis gel poliakrilamid-SDS. Subunit A dan B terikat dengan ikatan
disulfide yang direduksi menjadi SH sehingga menjadi dua polipeptida. Protein
terselubungi SDS menjadi bermuatan negatif. Mobilitas protein dalam gel poliakrilamid-
SDS berbanding terbalik dengan log ukuran molekulnya.
Protein kecil akan bergerak cepat melewati gel, sedangkan protein besar bergerak lebih
lambat. Mobilitas kebanyakan polipeptida di bawah kondisi seperti ini berbanding lurus
terhadap log ukurannya. Beberapa protein yang banyak mengandung karbohidroksida dan
protein membrane tidak mengikuti aturan ini. Akan tetapi metode SDS-PAGE
(elektroforesis gel poliakrilamid-SDS) ini sangat cepat, peka dan dapat menghasilkan
pemisahan yang baik. Sebanyak sekitar 0,1 mg (2pmol) protein menghasilkan pita yang
jelas dengan pewarna Coomasive biru. Pada jumlah yang kecil (0,02 mg) dapat dideteksi
dengan pewarna perak. Protein dengan perbedaan ukuran sekitar 2% (misalnya 40 dan 41
kD, yang berbeda 10 residu) biasanya dapat ditunjukkan.
-
20 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
PCR merupakan tahap mengamplifikasi fragmen DNA yang telah diperoleh.untuk
selanjutnya dipurifikasi agar memperoleh DNA hasil PCR (DNA amplikon) yang murni.
Sementara itu elektroforesis gel poliakrilamid (SDS-PAGE) dapat digunakan untuk
pemisahan, identifikasi, dan pemurnian protein. Teknik ini merupakan teknik sederhana,
cepat, dan dapat memisahkan molekul yang diinginkan dari matriksnya yang tidak dapat
dilakukan oleh prosedur lainnya, seperti sentrifugasi gradien.
3.2. Saran
Produk Bioteknologi PCR sangat bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas untuk
diagnosa penyakit. Penting untuk terus mengembangkan produk-produk bioteknologi
untuk meningkatkan kualitas kesehatan Indonesia. Selain itu, perkembangan bioteknologi
yang semakin pesat ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan produk-
produk bioteknologi yang lebih bermanfaat dan ekonomis bagi kehidupan makhluk hidup.
-
21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Glick, B.R., Pasternak, J.J., Patten, C.L. (2010). Molecular Biotechnology:
Principles and Applications of Recombinant DNA 4th Edition. Washington
DC: ASM Press
Malik, Amarila. (2015). Protokol Kerja (1) Ekstraksi DNA dan PCR Dasar.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Sudjadi. (2007). Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suharsono dan Wisyastuti, U. (2006). Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik
Pengklonan Gen. Bogor: Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan
Bioteknoloi Institut Pertanian Bogor.
Walsh, Gary. (2007). Pharmaceutical Biotechnology: Concepts and Applications.
West Sussex, England: John Wiley & Sons, Ltd.